BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Widya Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan presipitasi dari fasa lipofilik yang membentuk partikel halus yaitu SLN (Muller et al., 2000). Dalam proses presipitasi, obat atau zat aktif yang digunakan sebagai fasa lipofilik atau terlarut dalam fasa lipofilik dapat terjerat dalam SLN. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan SLN dengan metode mikroemulsi mengggunakan setil alkohol yang befungsi sebagai lipid padat yang akan menjerat vitamin E asetat cair. Surfaktan yang digunakan adalah Tween 80 dan sebagai ko-surfaktan digunakan propilenglikol. Bahan aktif yang digunakan dalam penelitian adalah vitamin E asetat. Vitamin E asetat sering dijumpai dalam sediaan tabir surya karena kemampuannya sebagai fotoprotektan yang memiliki aktivitas antioksidan dan kemampuan menghambat respon inflamasi. (Shaath, 1990). Vitamin E asetat yang digunakan dalam penelitian adalah vitamin E asetat dalam bentuk cair. Vitamin E asetat bentuk padat sebagai fasa lipid tunggal tidak digunakan dalam penelitian ini, karena vitamin E asetat padat baru akan meleleh pada suhu di atas 300 C. Pembuatan SLN dengan metode mikroemulsi membutuhkan lipid yang dapat meleleh pada saat proses pembuatan mikroemulsi dan dapat memadat kembali ketika didispersikan di dalam air dingin. Oleh karena itu dalam pembuatan SLN dengan metode mikroemulsi menggunakan lipid tambahan yang sesuai, vitamin E asetat cair akan terjerat dalam SLN yang terbentuk. Setil alkohol adalah lipid yang dipilih sebagai fasa lipofilik karena sifatnya yang mudah meleleh pada pemanasan (60 C) dan dapat segera memadat kembali pada suhu kamar. 20
2 21 Tween 80 merupakan surfaktan nonionik larut air yang umum digunakan dalam sediaan topikal karena sifatnya yang tidak toksik dan tidak mengiritasi kulit. Propilenglikol bertindak sebagai ko-surfaktan karena sifatnya yaitu merupakan surfaktan nonionik pula 1. Optimasi setiap tahapan dalam formulasi perlu dilakukan untuk memperoleh formula yang terbaik. Tahap awal dilakukan optimasi untuk menentukan perbandingan jumlah vitamin E asetat dan setil alkohol yang diperlukan sehingga diperoleh jumlah setil alkohol yang minimal diperlukan yang dapat menjerat vitamin E asetat sebesar mungkin tanpa mengubah konsistensi setil alkohol. Setelah penambahan vitamin E asetat, setil alkohol yang telah meleleh harus dapat memadat kembali. Tabel 4.1. Optimasi Perbandingan Vitamin E Asetat dan Setil Alkohol Vit. E Asetat : Setil alkohol Konsistensi 0 : 1 Keras 1 : 1 Lunak 1 : 3 Lunak 1 : 4 Agak keras 1 : 5 Keras Perbandingan vitamin E asetat dan setil alcohol yang diperlukan untuk mendapatkan konsistensi yang sama dengan konsistensi setil alkohol murni adalah 1:5. Dibutuhkan konsistensi yang demikian agar SLN yang terbentuk tidak lunak sehingga tidak mudah hancur. Perbandingan ini yang dipilih untuk digunakan dalam pengembangan formula berikutnya. Optimasi berikutnya adalah menentukan rasio jumlah surfaktan (Tween 80) dan kosurfaktan (propilen glikol) yang diperlukan untuk dapat membentuk sistem mikroemulsi. Hasil yang diperoleh menunjukkan 2 formula dapat membentuk mikroemulsi yang jernih, yaitu F III, dan F IV (Tabel 2). 1 (15 Oktober 2006)
3 22 Tabel 4.2. Optimasi Jumlah Tween 80 dan Propilenglikol dalam Mikroemulsi Komponen F I F II F III F IV Vit. E Asetat 1 % 1 % 1 % 1 % Setil alkohol 5 % 5 % 5 % 5 % Tween 80 8 % 15 % 25 % 40 % Propilenglikol 20 % 20 % 40% 30 % Aquadest 66 % 59 % 29 % 24 % Hasil Keruh Keruh Jernih Jernih Dari kedua formula tersebut dilakukan optimasi lanjutan untuk menurunkan jumlah surfaktan dan ko-surfaktan sampai batas minimal. Penurunan jumlah surfaktan dan kosurfaktan ini dilakukan untuk menimimalisasi bahan tambahan pada formula yang dapat mengiritasi kulit. Tabel 4.3. Optimasi Jumlah Surfaktan dan Ko-surfaktan dalam Mikroemulsi Komponen F III 1 F III 2 F III 3 F III 4 F IV 1 F IV 2 Vit. E Asetat 1 % 1 % 1 % 1 % 1 % 1 % Setil alkohol 5 % 5 % 5 % 5 % 5 % 5 % Tween % 25 % 15% 20% 30 % 35 % Propilenglikol 30 % 35 % 40 % 40 % 30 % 30% Aquadest 39 % 34 % 39 % 34 % 34 % 29 % Hasil Keruh Keruh Keruh Keruh Jernih Jernih Hasil optimasi surfaktan dan ko-surfaktan diperoleh formula lain yang menghasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih dengan jumlah surfaktan yang paling sedikit yaitu F III dengan jumlah Tween 80 sebanyak 25% dan propilenglikol sebanyak 40%, dan F IV 1 dengan kandungan Tween 80 sebanyak 30% dan propilenglikol sebanyak 30%. Data optimasi yang diperoleh dipetakan dalam grafik diagram tiga fasa. Daerah mikroemulsi dengan jumlah vitamin E asetat dan setil alkohol sebanyak 6% dengan berbagai komposisi surfaktan terlihat pada tanda hitam pada diagram tiga fasa (Gambar 4.1).
4 23 Gambar 4.1. Diagram 3 fasa daerah mikroemulsi. Daerah mikroemulsi ditunjukkan oleh tanda hitam; tanda putih menunjukkan daerah 2 fasa. Formula mikroemulsi yang dipilih untuk dilanjutkan dalam pembuatan SLN adalah F III karena F III memiliki jumlah Tween 80 yang paling sedikit. Selain itu, F III tidak terbentuk banyak busa dan gelembung udara seperti pada F IV 1. Busa disebabkan oleh Tween 80 yang merupakan senyawa yang akan mengalami proses saponifikasi ketika dicampur dengan basa atau asam (Rowe, 2003). Bahan yang digunakan dalam formula bersifat asam karena itu jumlah Tween 80 yang paling sedikit sangat penting untuk mencegah banyaknya busa yang terbentuk. Selain itu penampilan F III lebih baik daripada F IV 1, yaitu lebih encer, jernih dan tidak terlalu kuning. Proses sonikasi dilakukan untuk memecah globul yang terbentuk sehingga berukuran lebih kecil. Sonikasi merupakan proses pemberian energi suara ultra yang menggangu partikel dalam sample untuk berbagai kegunaan. Sonikasi dapat digunakan untuk mempercepat pelarutan karena sonikasi akan memecah ikatan antar molekul 2 sehingga diharapkan proses sonikasi akan menghasilkan ukuran globul yang lebih kecil. Optimasi waktu sonikasi dilakukan dari evaluasi organoleptik, yaitu melihat kejernihan mikroemulsi setelah proses sonikasi. Setelah sonikasi selama 20 menit, ditemukan mikroemulsi menjadi lebih jernih lagi. 2 (19 Juli 2007)
5 24 Evaluasi SLN yang umum dilakukan adalah evaluasi ukuran partikel, morfologi serta efisiensi penjeratan. Evaluasi morfologi dilakukan dengan menggunakan alat Scanning Electron Microscope (SEM). Gambar 4.2. Hasil foto SEM dari suspensi SLN. Titik-titik kecil menunjukkan partikel SLN yang berhasil terbentuk. Dari hasil foto SEM diperoleh bahwa partikel SLN yang terbentuk berbentuk sferis atau bulat. Selain itu dapat juga dilihat bahwa ukuran partikel tersebut adalah dibawah 1μm. Partikel-partikel besar yang terlihat dalam foto SEM kemungkinan adalah bekas gelembung udara atau setil alkohol padat yang tidak menjadi SLN. Gelembung udara mungkin terbentuk karena metode pembuatan lapisan film yang digunakan dalam evaluasi SEM adalah dengan mencelupkan kaca penutup objek dalam suspensi SLN yang dibiarkan mengering dalam suhu kamar. Sedangkan setil alkohol padat yang tidak menjadi SLN masih ada karena tidak dilakukan proses pemisahan antara setil alkohol yang menjadi SLN dengan setil alkohol bebas. Evaluasi dengan SEM ini tidak dapat menentukan ukuran partikel dengan baik. Penentuan ukuran partikel yang lebih baik dilakukan menggunakan alat Zetasizer Nano. Dalam penelitian ini telah dilakukan usaha pengeringan SLN menggunakan alat freeze dry namun tidak berhasil dengan maksimal. Suspensi SLN hanya dapat dipekatkan saja sampai semua air berhasil dipisahkan dari suspensi SLN. Ketidakberhasilan ini disebabkan oleh adanya Tween 80 dan propilenglikol dalam formula yang tidak dapat menyublim. Alat yang seharusnya dapat digunakan untuk mengeringkan SLN adalah desikator termostatik, hanya saja alat ini tidak tersedia.
6 25 Evaluasi ukuran partikel SLN dilakukan dengan menggunakan alat Zetasizer Nano. Prinsip alat ini adalah mengukur perubahan dari intensitas penghamburan cahaya yang disebabkan oleh pergerakan partikel. Perubahan intensitas penghamburan cahaya ini kemudian diterjemahkan oleh alat sebagai diameter partikel penyebab penghamburan cahaya (Muller et al., 2000). Evaluasi ukuran SLN vitamin E asetat dilakukan terhadap SLN yang dibentuk tanpa proses sonikasi dan SLN yang dibentuk dengan menambahkan proses sonikasi dalam proses pembuatannya. Hasil yang diperoleh menunjukkan ukuran SLN yang dibuat tanpa sonikasi adalah nm (38,95 μm) dan ukuran SLN dengan proses sonikasi adalah 49,23 nm. Ini menunjukkan bahwa proses sonikasi sangat berperan dalam memperkecil ukuran partikel sehingga SLN yang diperoleh memenuhi syarat dari segi ukurannya. Gambar 4.3. Rata-rata ukuran diameter partikel SLN Ukuran SLN yang kecil ini dapat menimbulkan masalah yaitu adanya kemungkinan SLN terpenetrasi menembus kulit dan masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Namun kemungkinan SLN yang terbentuk untuk terpenetrasi sampai ke dalam darah sangat kecil. Barier paling utama dalam penetrasi perkutan adalah stratum corneum. Agar bahan aktif dapat terpenetrasi sampai ke dalam darah, bahan harus dapat melewati lapisan epidermis dan dermis. Untuk itu perlu digunakan bahan peningkat penetrasi dalam formulasi sediaan topikal (Troy, 2006). Jika dalam formula sediaan tidak digunakan peningkat penetrasi
7 26 maka kemungkinan SLN dapat terpentrasi melewati stratum corneum sampai ke dalam sistem sirkulasi darah sangatlah kecil. Jalur yang paling baik agar bahan aktif dapat terpenetrasi sampai ke dalam darah adalah dengan jalur penetrasi melalui pori kulit. Ukuran rata-rata pori kulit adalah 50μm dan cukup untuk partikel dengan ukuran di bawah 1 kda dapat terpenetrasi secara transdermal. Sedangkan partikel berukuran di atas 1 kda tidak dapat terpenetrasi dengan baik melalui pori-pori kulit 3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Surresh, partikel SLN yang terbentuk berada dalam antara nm dan ketika disaring dengan membran berpori 20 kda partikel tetap tertahan tidak melewati membran (Surresh et al., 2007). Dengan demikian SLN yang diperoleh dalam penelitian ini, yang berukuran 49 nm, besar kemungkinan berukuran di atas 1 kda sehingga sangat kecil kemungkinan SLN akan terpentrasi melalui pori-pori sampai ke dalam darah. Kemungkinan yang lebih besar untuk terjadi adalah bahwa SLN akan tetap tinggal dan membentuk lapisan pelindung pada kulit. Evaluasi efisiensi penjeratan vitamin E asetat dilakukan dengan memisahkan vitamin E asetat bebas dari fasa air suspensi SLN. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggunakan metode dialisis, menggunakan alat ultrasentrifugasi dengan membran filter atau dengan menggunakan pelarut organik yang dapat melarutkan bahan aktif bebas namun tidak melarutkan lipid penjerat serta tidak merusak sistem SLN. Pada penelitian ini pemisahan vitamin E asetat bebas dari fasa air suspensi dilakukan dengan proses sentrifugasi di mana vitamin E asetat bebas akan memisah dari fasa air pada suspensi SLN karena vitamin E asetat bebas berupa fasa minyak dan akan berada pada lapisan atas. Sedangkan vitamin E asetat yang terjerat akan tetap terdispersi dalam fasa air karena ukuran SLN yang sangat halus sehingga tidak akan mengendap dengan proses sentifugasi. Pengukuran kadar vitamin E asetat pada fasa air akan mewakili jumlah vitamin E asetat yang terjerat menjadi SLN. 3 (9 September 2007)
8 27 Proses pemisahan dilakukan dengan metode yang telah disebutkan di atas karena tidak berhasilnya metode pemisahan dengan dialisis, tidak tersedianya alat ultrasentrifugasi yang dibutuhkan. Selain itu tidak ditemukan pelarut organik yang dapat melarutkan vitamin E asetat tapi tidak melarutkan setil alkohol atau merusak sistem suspensi SLN (Rowe, 2003). Efisiensi penjeratan vitamin E asetat dihitung dengan membandingkan absorbansi vitamin E asetat yang terjerat menjadi SLN dengan absorbansi vitamin E asetat dalam suspensi SLN keseluruhan. Tabel 4.4. Absorbansi Vitamin E Asetat yang Terjerat Menjadi SLN Batch A awal A akhir % Efisiensi Penjeratan Satu 0,6795 0, ,83 Dua 0,6776 0, ,48 Rata-rata , ,16 Nilai efisiensi penjeratan yang diperoleh cukup tinggi. Ini disebabkan oleh tingginya jumlah setil alkohol yang digunakan sebagai penjerat. Hal ini sesuai dengan teori meningkatnya nilai efisiensi penjeratan akan setara dengan meningkatnya rasio antara obat dan fasa lipofilik yang digunakan dalam formula (Muller et al., 2000). Akan tetapi dengan meningkatnya rasio fasa lipofilik terhadap obat akan mengakibatkan jumlah obat dalam SLN yang terbentuk menjadi lebih sedikit, karena jumlah obat yang terjerat dalam fasa lipofilik turun. Hal ini dapat menjadi masalah ketika SLN ini akan diformulasikan dan dibutuhkan jumlah obat yang cukup tinggi. Suspensi SLN yang diperoleh dicoba dibuat menjadi sediaan topikal untuk melihat kemungkinan penggunaan sistem SLN dalam aplikasi praktis. Pembuatan sediaan topikal ini dilakukan dengan membuat sediaan bentuk gel. Basis gel yang digunakan adalah carbomer 940 yang dinetralisasi dengan TEA. SLN yang digunakan dalam pembuatan gel ini adalah suspensi SLN yang telah dipekatkan dengan proses freeze dry sampai semua air berhasil dipisahkan. Diperoleh hasil sediaan gel berwarna putih dengan SLN yang terdistribusi homogen dalam basis. Menurut Farmakope Indonesia IV, gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel kadang-kadang disebut jeli. Dalam penelitian ini gel
9 28 yeng terbentuk berwarna putih dan tidak transparan. Hal ini disebabkan oleh partikel bahan aktif tidak terlarut dalam basis melainkan terdispersi secara merata. Dari penelitian ini ditemukan bahwa pembuatan suspensi SLN menjadi sediaan gel mempunyai suatu kelemahan. Jumlah SLN yang dapat digunakan dalam formula sangatlah sedikit yang akhirnya mengakibatkan dosis bahan aktif yang dapat dimasukkan ke dalam sediaan juga menjadi sedikit. Hal ini disebabkan oleh bentuk SLN yang digunakan dalam formulasi gel adalah bentuk suspensi yang masih mengandung berbagai bahan tambahan dengan bobot molekul yang cukup besar dan bahan tambahan ini tidak dapat dipisahkan dari suspensi sehingga tidak dapat diperoleh SLN kering yang murni. Hal ini menyebabkan bentuk SLN yang digunakan adalah bentuk suspensi dan walaupun volum suspensi yang ditambahkan dalam gel kecil namun suspensi tersebut memiliki bobot yang besar yang pada akhirnya mengurangi bobot air yang dapat digunakan untuk mengembangkan basis gel.
MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
MAGDA LILIANNA 10703054 FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 Pada kutipan atau saduran skripsi ini harus
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
4 HSIL PERCON DN HSN Parameter dalam proses emulsifikasi penguapan pelarut yang mempengaruhi ukuran partikel, potensial zeta, sifat hidrofil dan pengisian obat meliputi: (i) Intensitas dan durasi homogenisasi;
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C
29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin C telah digunakan dalam kosmesetika berupa produk dermatologis karena telah terbukti memiliki efek yang menguntungkan pada kulit, antara lain sebagai pemutih
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Orientasi formula mikroemulsi dilakukan untuk mendapatkan formula yang dapat membentuk mikroemulsi dan juga baik dilihat dari stabilitasnya. Pemilihan emulgator utama
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Studi terhadap kitosan telah banyak dilakukan baik dalam bentuk serpih, butiran, membran, maupun gel. Kemampuan kitosan yang diterapkan dalam berbagai bidang industri modern,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Peralatan yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik tipe 210-LC (ADAM, Amerika Serikat), viskometer Brookfield (Brookfield Synchroectic,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium
Lebih terperinciBAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Solid Lipid Nanopartikel Solid lipid nanopartikel (SLN) adalah partikel yang dibuat dari lipid padat dengan diameter rata-rata antara 50-1000 nm. Keunggulan utama SLN sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan obat antiinflamasi non steroid yang digunakan secara luas untuk pengobatan rheumatoid arthritis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentagamavunon-0 (PGV-0) atau 2,5-bis-(4ʹ hidroksi-3ʹ metoksibenzilidin) siklopentanon adalah salah satu senyawa analog kurkumin yang telah dikembangkan oleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.
Lebih terperinciKELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL
KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL Nevirka Miararani ( M0614039 ) Nia Novita Sari( M0614040 ) Nugraha Mas ud ( M0614041 ) Nur Diniyah ( M0614042 ) Pratiwi Noor ( M0614043 ) Raissa Kurnia ( M0614044 ) Raka Sukmabayu
Lebih terperinciAnalisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)
Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Padatan (solid) merupakan segala sesuatu bahan selain air itu sendiri. Zat padat dalam air ditemui 2 kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November
Lebih terperinciPEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :
LARUTAN OBAT TETES PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara molekuler
Lebih terperinciEKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap
EKSTRAKSI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ASIL PERBAA DA PEMBAASA Faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik mikrokapsul yang diteliti adalah kecepatan pengadukan, perbandingan konsentrasi ibuprofen dan gelatin, serta waktu pengerasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia
Lebih terperinciBlanching. Pembuangan sisa kulit ari
BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA
59 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil perhitungan dan pengujian material uji akan ditampilkan pada Bab IV ini. Hasil perhitungan didiskusikan untuk mengetahui komposisi
Lebih terperinciGambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis
Lebih terperinciFORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI
FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian
BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen
18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.
Lebih terperinciBAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery
Lebih terperinciANALISIS GRAVIMET RI. Dosen : Dr. Tutus Gusdinar Kelompok Keilmuan Farmakokimia SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
ANALISIS GRAVIMET RI Dosen : Dr. Tutus Gusdinar Kelompok Keilmuan Farmakokimia SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Hal yang harus diperhatikan dalam analisis Analisis gravimetri adalah analisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dapat diberikan melalui kulit untuk mendapatkan efek pada tempat pemakaian, jaringan di dekat tempat pemakaian, ataupun efek sistemik. Meskipun terdapat banyak
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan
PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,
Lebih terperinciP FORTIFIKASI KEJU COTTAGE
BAB III METODE 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat gelas, neraca analitik, blender, saringan, botol, heater, rotary evaporator, freeze dryer,
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperincitanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir, bentuk sediaan transdermal telah diperkenalkan untuk menyediakan pengiriman obat yang dikontrol melalui kulit ke dalam sirkulasi sistemik (Tymes et al., 1990).
Lebih terperinciEMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD
EMULSI FARMASI PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD KEUNTUNGAN Meningkatkan bioavailibilitas obat Controlled rate drug release Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap oksidasi dan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nanometer),
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Struktur Liposom
BAB 2 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Liposom 2.1.1 Struktur Liposom Liposom sebagai pembawa obat telah dipatenkan pada tahun 1943 dalam bentuk campuran air antara lesitin dan kolesterol, walaupun struktur liposom
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan
Lebih terperinciGEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula
10/25/2012 1 GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula @Dh hadhang_wk Laboratorium Farmasetika Unso oed GEL Semi padat yang
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas
Lebih terperinci4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol
4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciFormulasi Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.) dan Evaluasi Efektivitasnya sebagai Antikerut
Formulasi Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.) dan Evaluasi Efektivitasnya sebagai Antikerut Ardian Baitariza*, Sasanti Tarini Darijanto, Jessie Sofia Pamudji, Irda Fidrianny Sekolah
Lebih terperinciI. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH
Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis karena lebih efektif dibandingkan dengan aspirin, indometasin,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator
Lebih terperincikimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku
Lebih terperinciA. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang diekstrak dari rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.). Kurkumin dilaporkan memiliki efek farmakologi
Lebih terperinci