BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya
|
|
- Susanti Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) atau dikenal dengan Noni merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya untuk terapi penyakit kardiovaskular sebagai antihiperkolesterol (Sasnan dkk., 2014). Efek antihiperkolesterol dari ekstrak mengkudu dibuktikan dari penelitian Sisca (2012) yang menunjukkan bahwa dosis 50 mg ekstrak etanol buah mengkudu yang diberikan setiap hari secara per oral selama 4 minggu pada tikus hiperkolesterol dapat menurunkan kolesterol total, trigliserida, LDL, dan rasio LDL/HDL. Penelitian Sasnan dkk. (2014) juga membuktikan bahwa ekstrak mengkudu dapat menurunkan kolesterol total sebesar 13,8% dan kadar LDL sebesar 15,5% pada pasien hiperkolesterolemia setelah diberikan dua kapsul ekstrak mengkudu dosis 500 mg yang dikonsumsi 3 kali sehari selama 2 minggu. Buah mengkudu kaya akan flavonoid yang bermanfaat sebagai penghambat biosintesis lipid (Nandhasri dkk., 2005; Ramamoorthy dan Bono, 2007). Senyawa flavonoid terutama rutin dan kuersetin memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan mampu menghambat biosintesis kolesterol pada tikus hingga 50% (Glaser dkk., 2002). Namun, flavonoid rutin dan kuersetin diketahui memiliki kelarutan dalam air yang rendah yaitu 0,125 g/l dan 1,53-12,5 mg/l (Pedriali dkk., 2008; Pool dkk., 2013) sehingga berpengaruh pada terhambatnya proses absorpsi senyawa ke dalam tubuh. Absorpsi oral rutin dan kuersetin hanya sekitar 20% pada manusia (Hollman dkk., 1997). Kuersetin juga memberikan 1
2 2 bioavailabilitas yang rendah yaitu sekitar 16,2% pada tikus (Khaled dkk., 2003). Kelarutan dan absorpsi flavonoid rutin dan kuersetin yang rendah akan membuat efek antihiperkolesterolnya tidak maksimal. Peningkatan kelarutan senyawa flavonoid rutin dan kuersetin dalam ekstrak mengkudu dapat dilakukan dengan formulasi berbasis lipid. Self- Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) merupakan salah satu metode formulasi berbasis lipid yang terdiri dari minyak, surfaktan, dan kosurfaktan yang akan membentuk nanoemulsi secara spontan ketika dimasukkan dalam media air disertai agitasi ringan (Nazzal dkk., 2002). Sediaan SNEDDS memiliki tetesan emulsi yang berukuran kurang dari 100 nm sehingga dapat meningkatkan absorpsi dan bioavailabilitas obat yang kelarutannya rendah dalam air (Singh dkk., 2009; Joshi dkk., 2013). Peningkatan absorpsi dan bioavailabilitas oral obat melalui formulasi SNEDDS juga dapat menurunkan dosis pemberian (Kumar dkk., 2010). Ekstrak etanolik buah mengkudu diformulasikan menjadi SNEDDS sebagai upaya untuk meningkatkan absorpsi dan bioavailabilitas dari flavonoid rutin dan kuersetin dalam ekstrak etanolik buah mengkudu sehingga diharapkan efek farmakologinya lebih maksimal. Formulasi ekstrak etanolik buah mengkudu menjadi SNEDDS pada penelitian ini dilakukan menggunakan fase minyak berupa minyak nabati. Minyak nabati dipilih dalam formulasi SNEDDS karena aman dikonsumsi, mudah diperoleh, dan mengandung asam lemak dan vitamin larut lemak yang bermanfaat sebagai antioksidan (Jannin dkk., 2007). Komponen minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan yang digunakan dalam formulasi SNEDDS ditentukan dengan
3 3 melakukan proses skrining terhadap kemampuan setiap komponen dalam melarutkan ekstrak paling banyak. Hasil formulasi SNEDDS dianalisis melalui karakterisasi kejernihan, waktu emulsifikasi dalam Artificial Gastric Fluid (AGF), stabilitas dalam Artificial Gastric Fluid (AGF) dan Artificial Intestinal Fluid (AIF), serta ukuran dan distribusi tetesan emulsi menggunakan Particle Size Analyzer (PSA). B. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak etanolik buah mengkudu bersama minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan terpilih dapat diformulasikan menjadi SNEDDS yang homogen? 2. Apakah formula optimum SNEDDS ekstrak etanolik buah mengkudu mampu membentuk emulsi secara spontan, jernih, stabil dalam AGF dan AIF, serta menghasilkan distribusi tetesan emulsi seragam dengan ukuran tetesan kurang dari 100 nm? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui komposisi minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan terpilih yang dapat menghasilkan SNEDDS ekstrak etanolik buah mengkudu yang homogen. 2. Mengetahui formula optimum SNEDDS ekstrak etanolik buah mengkudu yang mampu membentuk emulsi secara spontan, jernih, stabil dalam AGF dan AIF, serta menghasilkan distribusi tetesan emulsi seragam dengan ukuran tetesan kurang dari 100 nm.
4 4 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang farmasi khususnya tentang sistem penghantaran obat berbasis nanoteknologi berupa sediaan SNEDDS. Selain itu, bagi industri farmasi diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan menjadi suatu produk yang memanfaatkan bahan obat tradisional sehingga dapat menjadi pilihan alternatif bagi pengobatan pasien. E. Tinjauan Pustaka 1. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Klasifikasi tanaman: Gambar 1. Buah Mengkudu Divisi Sub divisi Kelas : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae
5 5 Bangsa Suku Marga : Rubiales : Rubiaceae : Morinda Spesies : Morinda citrifolia L. (BPOM RI, 2008) Morinda citrifolia L. memiliki nama yang berbeda di setiap negara antara lain Noni di Hawaii, Indian mulberry di India, Ba Ji Tian di China, Nonu atau Nono di Tahiti, Cheese fruit di Australia, Mengkudu atau Pace di Indonesia dan Malaysia (Wang dkk., 2002). Buah mengkudu berbentuk bongkol, permukaan tidak teratur, berdaging, panjang 3-10 cm dan bisa mencapai 20 cm. Buah mengkudu muda berwarna hijau, menjelang masak berwarna putih kekuningan, dan setelah masak berwarna putih transparan, lunak, dan berbau busuk (McClatchey, 2002). Buah mengkudu mengandung berbagai macam senyawa antara lain iridoid, kumarin (skopoletin), flavonoid (rutin, kuersetin, kaempferol), terpenoid, alkaloid (prokseronin, seronin), polisakarida, asam lemak (asam linoleat, asam kaproat, asam kaprilat, asam ursolat), antrakuinon (nordamnakantal, morindon, rubiadin), lignan, dan fitosterol (Potterat dan Hamburger, 2007; Wang dkk., 2002). Buah mengkudu banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Buah mengkudu dilaporkan memiliki efek terapetik yang luas. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa buah mengkudu dapat memberikan efek antiinflamasi (Mckoy dkk., 2002), hipoglikemik dan hepatoprotektif (Nayak dkk.,
6 6 2011), hipolipidemik (Hadijah dkk., 2008; Sasnan dkk., 2014), antihipertensi (Palu dkk., 2008), dan aktivitas antioksidan (Ikeda dkk., 2009). Buah mengkudu mengandung antioksidan yang memiliki potensi besar untuk menghambat radikal bebas. Mengkudu kaya akan flavonoid yang dapat menghambat biosintesis lipid dengan cara menghambat enzim HMG Co-A reduktase (Ramamoorthy dan Bono, 2007; Palu dkk., 2012). Dosis 250, 500, dan 1000 mg/kg BB ekstrak air buah mengkudu dapat menurunkan kadar trigliserida dalam plasma tikus diabetes (Hadijah dkk., 2008). Ekstrak etanolik buah mengkudu dapat menurunkan kolesterol total sebesar 13,8% dan kadar LDL sebesar 15,5% pada pasien hiperkolesterolemia setelah diberikan dua kapsul ekstrak mengkudu dosis 500 mg yang dikonsumsi 3 kali sehari selama 2 minggu (Sasnan dkk., 2014). Buah mengkudu banyak diformulasikan dalam bentuk sediaan jus, tablet, dan kapsul. Bentuk tablet dan kapsul ekstrak mengkudu telah mampu menutupi bau tidak enak dari buah mengkudu (Hertiani dkk., 2011). Buah mengkudu pernah diformulasikan menjadi tablet effervescent dengan bahan pemanis sukrosa dan aspartam (Hertiani dkk., 2011). Puspitasari (2007) juga pernah memformulasikan sari buah mengkudu menjadi sediaan granul effervescent. Formulasi tersebut bertujuan untuk mempermudah konsumsi buah mengkudu sebagai suplemen tambahan. 2. Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) merupakan salah satu sistem penghantaran obat berbasis lipid yang biasa digunakan untuk
7 7 formulasi senyawa dengan kelarutan dalam air rendah (Kalepu dkk., 2013). Sediaan SNEDDS terdiri dari campuran isotropik antara obat, minyak, surfaktan, dan satu atau lebih kosurfaktan yang ketika kontak dalam media air seperti cairan lambung disertai agitasi ringan akan membentuk nanoemulsi minyak dalam air (o/w) (Nazzal dkk., 2002). Emulsi yang terbentuk berukuran kurang dari 100 nm. Ukuran droplet yang mencapai nanometer dapat meningkatkan absorpsi oral sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas obat (Joshi dkk., 2013). Sediaan SNEDDS juga memiliki keunggulan lain yaitu stabilitas penyimpanannya lebih baik dibandingkan emulsi, dapat memperkecil dosis, serta dapat melindungi obat yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan lambung (Kumar dkk., 2010). Sediaan SNEDDS dibagi menjadi 5 grade berdasarkan penilaian tampilan visual dan waktu emulsifikasi (Heshmati dkk., 2013), yaitu: Grade A menghasilkan tampilan visual emulsi yang jernih dengan waktu emulsifikasi kurang dari 1 menit. Grade B menghasilkan tampilan visual sedikit jernih dan putih kebiruan dengan waktu emulsifikasi kurang dari 2 menit. Grade C menghasilkan emulsi dengan tampilan visual putih (seperti susu) dengan waktu emulsifikasi kurang dari 3 menit. Grade D menghasilkan emulsi dengan tampilan visual keruh dan ada sedikit lapisan minyak dengan waktu emulsifikasi lebih dari 3 menit. Grade E menghasilkan emulsi dengan tampilan tetesan minyak yang besar pada permukaan dengan waktu emulsifikasi lebih dari 3 menit. Formula SNEDDS yang optimal dipengaruhi oleh rasio komponen minyak, surfaktan, dan kosurfaktan, sifat fisikokimia obat dan komponen, serta ph dan suhu saat emulsifikasi terjadi (Date dkk., 2010). Pemilihan dan optimasi
8 8 komponen SNEDDS sangat penting dilakukan karena komposisi dari komponen SNEDDS akan mempengaruhi karakteristik nanoemulsi seperti, ukuran tetesan, polydispersity index, waktu emulsifikasi, dan pelepasan obat secara in vitro (Sakthi dkk., 2013). Komponen utama SNEDDS adalah: a. Minyak Minyak merupakan komponen penting dalam formulasi SNEDDS karena minyak berfungsi sebagai media pembawa obat dan akan memfasilitasi terjadinya emulsifikasi. Sifat fisikokimia minyak seperti berat molekul, polaritas, dan viskositas dapat mempengaruhi spontanitas terbentuknya nanoemulsi, ukuran tetesan nanoemulsi, dan kelarutan obat (Date dkk., 2010). Minyak yang dipilih untuk formulasi SNEDDS adalah minyak yang dapat melarutkan obat secara maksimal dan mampu membentuk emulsi berukuran nanometer dalam waktu singkat (Date dkk., 2010). Modifikasi panjang dan pendeknya rantai trigliserida serta tingkat kejenuhan rantai trigliserida pada minyak merupakan faktor penentu keberhasilan formulasi SNEDDS (Singh dkk., 2009). Trigliserida diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu rantai pendek (<5 atom C), medium (6-12 atom C), dan panjang (>12 atom C) (Sarpal dkk., 2010). Minyak dengan trigliserida rantai panjang lebih sulit teremulsi dibandingkan minyak dengan trigliserida rantai medium dan rantai pendek (Anton dan Vandamee, 2009). Minyak nabati adalah salah satu jenis minyak yang dapat digunakan untuk formulasi SNEDDS. Minyak nabati dipilih karena aman dikonsumsi dan mudah diperoleh. Minyak nabati terdiri dari trigliserida (90-95%), asam lemak bebas,
9 9 fosfolipid, dan non saponifiable product seperti pigmen dan sterol atau vitamin larut lemak seperti tokoferol dan karotenoid yang bermanfaat sebagai antioksidan alami sehingga mencegah minyak dari ketengikan (Jannin dkk., 2007). Minyak nabati yang umum digunakan dalam formulasi SNEDDS yaitu minyak zaitun, minyak jagung, minyak kedelai, dan Virgin Coconut Oil (VCO) (Patel dkk., 2010). Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak nabati terpilih yang digunakan dalam formulasi SNEDDS pada penelitian ini. Minyak VCO tersusun atas 92% asam lemak jenuh (90% rantai medium dan 10% rantai panjang), 6% asam lemak monounsaturated, dan 2% asam lemak polyunsaturated (Harini dan Astirin, 2009). Asam lemak rantai medium dalam VCO terdiri dari asam laurat, asam miristat, dan asam palmitat (Syah, 2005). Kandungan asam lemak tertinggi dalam VCO adalah asam laurat (C 12 H 24 O 2 ) sebesar 45-55% (Harini dan Astirin, 2009). Asam laurat adalah asam lemak rantai medium dengan atom C-12 yang dapat diabsorpsi dengan mudah serta mempunyai kemampuan meningkatkan laju metabolisme dan penyerapan nutrisi dalam tubuh (Santos dkk., 2005; Harini dan Astirin, 2009). Asam lemak rantai medium tidak memasuki siklus kolesterol dan tidak disimpan sebagai lemak di dalam tubuh sehingga tidak menyebabkan obesitas (Dayrit, 2003). Minyak VCO juga terbukti dapat menurunkan total kolesterol dan kadar LDL serta meningkatkan kadar HDL dalam darah pada tikus hiperkolesterol (Harini dan Astirin, 2009). Minyak VCO pernah digunakan sebagai fase minyak dalam formulasi SNEDDS ketoprofen oleh Zein (2014) dengan komposisi 0,833 ml VCO, 3,565 ml tween 80, 0,605 ml PEG 400 yang
10 10 mampu membentuk nanoemulsi dengan ukuran diameter tetesan sebesar 2,8 ± 0,7 nm dan nilai PI sebesar 0,402. Gambar 2. Struktur asam laurat b. Surfaktan Surfaktan atau surface active agent adalah suatu molekul yang memiliki dua bagian dalam struktur kimianya, yaitu bagian hidrofilik dan hidrofobik (Attwood dan Florence, 2008). Surfaktan juga dapat berperan dalam melarutkan obat. Surfaktan yang berasal dari alam lebih aman digunakan dibanding surfaktan sintetis, namun surfaktan alami memiliki kemampuan self-emulsification yang kurang baik sehingga jarang digunakan dalam formulasi SNEDDS (Singh dkk., 2009). Karakteristik surfaktan seperti HLB, viskositas, dan afinitas terhadap fase minyak memiliki pengaruh pada proses emulsifikasi dan ukuran tetesan nanoemulsi (Date dkk., 2010). Surfaktan yang digunakan untuk formulasi SNEDDS adalah surfaktan dengan nilai HLB lebih dari 10 (Kommuru dkk., 2001). Semakin tinggi nilai HLB, surfaktan semakin besifat hidrofilik dan dapat dengan mudah membentuk emulsi minyak dalam air (o/w) (Attwood dan Florence, 2008). Surfaktan non-ionik lebih sering digunakan daripada surfaktan ionik karena sifatnya yang kurang terpengaruh oleh ph, aman, dan biokompatibel untuk penggunaan melalui rute oral (Azeem dkk., 2009; Patel dkk., 2011).
11 11 Surfaktan yang terpilih pada penelitian ini adalah tween 80. Tween 80 atau polioksietilen-20-sorbitan monooleat merupakan surfaktan non-ionik hidrofilik dengan nilai HLB 15 (Rowe dkk., 2009) sehingga cocok digunakan dalam formulasi SNEDDS. Tween 80 terdiri dari 70% asam oleat dan beberapa asam lemak seperti asam palmitat (Shah dkk., 1994). Tween 80 biasa dimanfaatkan sebagai emulgator, peningkat kelarutan, dan peningkat penetrasi (Rowe dkk., 2009; Akhtar dkk., 2011). Batas aman konsumsi tween 80 adalah 25 mg/kg BB per hari (Rowe dkk., 2009). Fathoroni (2014) berhasil memformulasikan SNEDDS simvastatin menggunakan surfaktan tween 80, kosurfaktan PEG 400, dan minyak zaitun dengan komposisi 80%:10%:10% yang menghasilkan rata-rata ukuran nanoemulsi sebesar 26,166 ± 7,52 nm, waktu emulsifikasi kurang dari 1 menit, serta stabil dalam media akuades, AGF, dan AIF. Gambar 3. Struktur Tween 80 c. Kosurfaktan Kosurfaktan adalah molekul ampifilik lemah yang berfungsi untuk mendukung agregasi dari surfaktan dalam pembuatan emulsi (Chennamsetty dkk.,
12 ). Kosurfaktan ditambahkan pada formula SNEDDS untuk meningkatkan disolusi, absorpsi obat, drug loading, mempercepat waktu emulsifikasi, dan mengatur ukuran tetesan emulsi (Han dkk., 2011; Makadia dkk., 2013). Penambahan kosurfaktan pada formulasi nanoemulsi berpengaruh pada penurunan tegangan antarmuka dan mencegah terjadinya koalesen (Parmar dkk., 2011). Kosurfaktan yang sering digunakan seperti span, propilen glikol, polietilen glikol, dan polioksietilen dapat membantu melarutkan surfaktan hidrofil maupun obat lipofil ke dalam basis minyak (Kumar dkk., 2010). Struktur dan panjang rantai hidrofobik pada kosurfaktan mempengaruhi pembentukan nanoemulsi. Semakin panjang rantai, pembentukan nanoemulsi semakin baik (Parmar dkk., 2011). Kosurfaktan yang digunakan pada penelitian ini adalah polietilen glikol 400 atau PEG 400. Kosurfaktan PEG 400 termasuk bahan non-toksik dan noniritan sehingga aman digunakan. Berat molekul PEG 400 berkisar antara g/mol (Rowe dkk., 2009). Kosurfaktan PEG 400 berwujud cairan kental, tidak berwarna, dan transparan. Kosurfaktan PEG 400 memiliki nilai HLB yang tinggi yaitu 11,6 sehingga dapat membantu surfaktan dalam meningkatkan pembentukan nanoemulsi secara spontan. Batas aman konsumsi PEG 400 adalah 10 mg/kg BB per hari (Rowe dkk., 2009). Penelitian Zein (2014) berhasil membuat formulasi SNEDDS ketoprofen menggunakan kosurfaktan PEG 400, surfaktan tween 80, dan minyak nabati sebagai fase minyak yang dapat membentuk nanoemulsi dengan waktu emulsifikasi 44,43 ± 0,232 detik dalam AGF dengan ukuran tetesan nanoemulsi sebesar 2,8 ± 0,7 nm.
13 13 Gambar 4. Struktur PEG 400 F. Landasan Teori Sediaan SNEDDS merupakan sistem penghantaran obat berbasis lipid yang terdiri dari obat, minyak, surfaktan, dan satu atau lebih kosurfaktan yang ketika kontak dalam media air seperti cairan lambung disertai agitasi ringan akan membentuk nanoemulsi minyak dalam air (o/w) (Nazzal dkk., 2002). Emulsi yang terbentuk berukuran kurang dari 100 nm sehingga dapat meningkatkan absorpsi oral dan bioavailabilitas obat (Joshi dkk., 2013). Keberhasilan formulasi SNEDDS dapat dikarakterisasi melalui beberapa parameter yaitu, kejernihan, waktu emulsifikasi, stabilitas dalam AGF dan AIF, serta ukuran diameter tetesan emulsi. Komponen minyak yang dipilih untuk formulasi SNEDDS adalah minyak yang dapat melarutkan obat paling banyak dan menghasilkan emulsi berukuran nanometer dalam waktu singkat. Minyak nabati dipilih dalam penelitian ini karena aman dikonsumsi, mudah diperoleh, dan mengandung asam lemak dan vitamin larut lemak yang bermanfaat sebagai antioksidan alami (Jannin dkk., 2007). Fathoroni (2014) telah memformulasikan simvastatin menggunakan minyak nabati sebagai fase minyak dengan komposisi 10% minyak zaitun, 80% tween 80, dan 10% PEG 400 yang menghasilkan nanoemulsi dalam waktu kurang dari 1 menit dengan ukuran 26,166 ± 7,522 nm serta stabil dalam akuades, AGF, dan
14 14 AIF. Formulasi SNEDDS dengan minyak nabati juga pernah dilakukan oleh Pramudita (2014) yang menggunakan ketoprofen, VCO sebagai fase minyak, surfaktan tween 80 dan tween 20, serta kosurfaktan PEG 400. Penelitian tersebut menghasilkan nanoemulsi jernih dengan nilai transmitan lebih dari 99,0% dengan waktu emulsifikasi dalam AGF 4,27 menit, stabil dalam AGF dan AIF, serta memiliki ukuran tetesan nanoemulsi sebesar 2,1 ± 0,6 nm dengan distribusi ukuran tetesan yang seragam. Bahan obat tradisional dapat diformulasikan menjadi SNEDDS. Beberapa penelitian terbukti berhasil memformulasikan ekstrak tanaman menjadi sediaan SNEDDS. Penelitian Li dkk. (2011) berhasil memformulasikan ekstrak daun Diospyros kaki dalam sediaan SNEDDS dengan komposisi Cremophor EL, Transcutol P, Labrafil M 1944 CS (56:34:10 w/w) yang secara signifikan dapat meningkatkan bioavailabilitas senyawa aktif yaitu flavonoid kuersetin dan kaempferol sebesar 1,5 dan 1,6 kali lebih tinggi dibanding ekstrak dalam sediaan tablet. Hafizah (2014) juga berhasil membuat formulasi SNEDDS dari kombinasi ekstrak Curcuma xanthorrhiza Roxb. dan daun Gynura procumbens menggunakan minyak nabati yaitu VCO, surfaktan tween 80, dan kosurfaktan PEG 400. Penelitian tersebut menghasilkan sistem SNEDDS homogen dengan kemampuan melarutkan 40 mg kombinasi ekstrak tiap ml, waktu emulsifikasi selama 58,14 ± 2,65 detik dalam AGF, nilai transmitan 97,57 ± 0,76%, dan diameter nanoemulsi sebesar 4,0 ± 0,0 nm. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, ekstrak tanaman dan minyak nabati baik rantai panjang maupun rantai
15 15 medium dapat diformulasikan menjadi SNEDDS yang homogen dan menghasilkan emulsi secara spontan berukuran nanometer. G. Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Komposisi minyak nabati, surfaktan, dan kosurfaktan terpilih dapat menghasilkan SNEDDS ekstrak etanolik buah mengkudu yang homogen. 2. Formula optimum SNEDDS ekstrak etanolik buah mengkudu mampu membentuk emulsi secara spontan, jernih, stabil dalam AGF dan AIF, serta menghasilkan distribusi tetesan emulsi seragam dengan ukuran tetesan kurang dari 100 nm.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengkudu banyak dimanfaatkan sebagai agen hipotensif, antibakteri, antituberkulosis, antiinflamasi, dan antioksidan. Mengkudu mengandung berbagai komponen antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki gaya hidup beragam dan cenderung kurang memperhatikan pola makan dan aktivitas yang sehat. Akibatnya,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonsteroidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan berbagai penyakit
Lebih terperinciA. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang diekstrak dari rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.). Kurkumin dilaporkan memiliki efek farmakologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jinten hitam (Nigella sativa) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan sebagai antihipertensi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonstreoidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan berbagai penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Purwoceng merupakan tumbuhan yang sudah banyak dikenal masyarakat karena dipercaya memiliki khasiat sebagai afrodisiak. Purwoceng termasuk ke dalam kategori tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben yang secara alami terdapat dalam buah blueberries, kulit buah berbagai varietas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya hidup seperti diet tinggi kolesterol atau asam lemak jenuh tinggi dan kurangnya olahraga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang disintesis oleh tanaman, alga, dan bakteri fotosintesis sebagai sumber warna kuning, oranye, dan merah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka
digilib.uns.ac.id 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) a. Klasifikasi dan deskripsi salam Klasifikasi tumbuhan salam menurut Van Steenis (2003) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis karena lebih efektif dibandingkan dengan aspirin, indometasin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan obat antiinflamasi non steroid yang digunakan secara luas untuk pengobatan rheumatoid arthritis,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti inflamasi NSAID (Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs) golongan propanoat yang biasa digunakan untuk
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki berbagai jenis tumbuhan, di antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk mengobati berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunostimulan merupakan salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan terhadap mekanisme pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan tradisional mulai banyak digunakan seiring dengan kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif, kuratif, maupun
Lebih terperinciOPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL Disusun Oleh : SITI FATIMAH MEIRANI M0613038 SKRIPSI Diajukan untuk
Lebih terperinciMedia Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
PENGARUH PENINGKATAN TWEEN 20 SEBAGAISURFAKTAN TERHADAPKARAKTERISTIK DAN KESTABILAN FISIK SEDIAANSELFNANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) SIMVASTATIN THE EFFECT OF INCREASING TWEEN 20 AS SURFACTANTS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki mekanisme kerja menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan cox-2) sehingga tidak terbentuk
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
digilib.uns.ac.id xvi DAFTAR SINGKATAN A/M ANOVA BHA BHT CMC CoCl 2 HIV HLB M/A O/W ph SPSS t-lsd UV W/O : Air dalam Minyak : Analysis of Variance : Butylated Hydroxyanisole : Butylated Hydroxytoluen)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciOPTIMASI FORMULA SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM
OPTIMASI FORMULA SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN PALM KERNEL OIL SEBAGAI MINYAK PEMBAWA TUGAS AKHIR Diajukan
Lebih terperinciDalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.
Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai tanaman berkhasiat obat. Beberapa penelitian mengenai khasiat farmakologi sambiloto diantaranya sebagai
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Orientasi formula mikroemulsi dilakukan untuk mendapatkan formula yang dapat membentuk mikroemulsi dan juga baik dilihat dari stabilitasnya. Pemilihan emulgator utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat spreads, yang kandungan airnya lebih besar dibandingkan minyaknya. Kandungan minyak dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan obat antiinflamasi kelompok nonstreoidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, osteoarthritis, dan berbagai
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : MEYLANA INTAN WARDHANI NIM.
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN OLEIC ACID SEBAGAI MINYAK PEMBAWA TUGAS AKHIR Diajukan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : NYANTI MUHAROMAH NIM.
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN CENGKEH (Syzigium aromaticum L Merrill & Perry) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Lebih terperincidiperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.
BAB 1 PENDAHULUAN Pemberian obat oral telah menjadi salah satu yang paling cocok dan diterima secara luas oleh pasien untuk terapi pemberian obat. tetapi, terdapat beberapa kondisi fisiologis pada saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Indonesia telah lama menggunakan obat herbal yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan herbal,
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran isotropik dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan zat
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ibuprofen yang diperoleh dari PT. Global Chemindo Megathading. Asam oleat, minyak zaitun,
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah
Lebih terperinciSedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi
BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,
Lebih terperincibentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : SYAHNIDAR ZUHRA NAZILA NIM.
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN VIRGIN COCONUT OIL SEBAGAI MINYAK PEMBAWA TUGAS
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Jauhari & Tirtoboma (2001) memaparkan bahwa mengkudu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk
Lebih terperinciSUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.
SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai
Lebih terperincioleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;
BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan
Lebih terperincikurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini
BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada
Lebih terperinciKhasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai
BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan
Lebih terperinciOPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA MINYAK KEMIRI
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA MINYAK KEMIRI Disusun Oleh: ULFA AFRINURFADHILAH DAROJATI NIM M0613042 SKRIPSI
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,
Lebih terperincibebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua
BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan
Lebih terperinci/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu
BAB 1 PENDAHULUAN Terbutalin sulfat merupakan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit asma bronkial. Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan peradangan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inflamasi adalah suatu respon biologi reaksi - reaksi kimiawi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflamasi adalah suatu respon biologi reaksi - reaksi kimiawi secara berurutan dan bertugas melindungi tubuh dari infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak akibat
Lebih terperinciGambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis
Lebih terperincienzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam sistem penghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu faktor yang penting adalah bentuk sediaan. Penggunaan suatu bentuk sediaan bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat
Lebih terperinciFORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI
FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciPERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.
PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah, seperti kolesterol, kolesterol ester,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C
29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian
Lebih terperinciBAB IV PROSEDUR KERJA
BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pengumpulan Bahan Bahan berupa minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh dari rumah industri minyak kemiri dengan nama dagang Minyak kemiri alami 100%, VCO diperoleh di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat modern semakin memperhatikan makanan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat modern semakin memperhatikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Pola makan sehat menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat modern yang semakin
Lebih terperincibaik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.
BAB I PENDAHULUAN Saat ini banyak sekali penyakit yang muncul di sekitar lingkungan kita terutama pada orang-orang yang kurang menjaga pola makan mereka, salah satu contohnya penyakit kencing manis atau
Lebih terperincitanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir, bentuk sediaan transdermal telah diperkenalkan untuk menyediakan pengiriman obat yang dikontrol melalui kulit ke dalam sirkulasi sistemik (Tymes et al., 1990).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang telah dikenal sejak lama dan dimanfaatkan menjadi obat tradisional sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi glukosa ester dari beras dan berbagai asam lemak jenuh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama fermentasi tepung beras menjadi glukosa menggunakan enzim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak digunakan untuk terapi arthritis rheumatoid dan osteoarthritis kronis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok nonstreoid yang banyak digunakan untuk terapi arthritis rheumatoid dan osteoarthritis kronis (Główka dkk., 2011). Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia
Lebih terperinciFransiska Victoria P ( ) Steffy Marcella F ( )
Fransiska Victoria P (0911010030) Steffy Marcella F (0911010080) Pengertian & Fungsi Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air. Pengemulsi adalah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian.. B. Perumusan Masalah...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciFaktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan hingga 50 60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat pada umumnya lebih disukai
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA
FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penentuan ph optimum dan rendemen VCO VCO diproduksi dengan menggunakan metode pengasaman, oleh sebab itu perlu dilakukan penentuan ph optimum dari krim kelapa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, namun perlu dipahami bahwa makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kelangsungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan sebanyak 75 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju menggunakan obat
Lebih terperinciOPTIMASI FORMULA SELF NANO-EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) TETRAHIDROKURKUMIN MENGGUNAKAN D-OPTIMAL DESIGNS
OPTIMASI FORMULA SELF NANO-EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) TETRAHIDROKURKUMIN MENGGUNAKAN D-OPTIMAL DESIGNS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi TRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan perubahan-perubahan dalam profil lipid yang terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density
Lebih terperincihayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit kardiovaskular tumbuh menjadi masalah kesehatan yang dihadapi dunia sekarang ini. Ada beberapa faktor yang dapat dihubungkan dengan penyakit kardiovaskular seperti makan makanan
Lebih terperinciPembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven
IOCD International Symposium and Seminar of Indonesian Medicinal Plants xxxi, Surabaya 9-11 April 2007 Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven Yudi Padmadisastra Amin Syaugi
Lebih terperincikonvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang sangat sering dialami oleh banyak orang karena aktivitas dan rutinitas masingmasing orang, yang membuat
Lebih terperinci