BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai tanaman berkhasiat obat. Beberapa penelitian mengenai khasiat farmakologi sambiloto diantaranya sebagai antidiabetes melitus (Zhang dan Tan, 2000), antihistamin (Hariana, 2007), antivirus dan imunomodulator (Nugroho dan Nafrialdi,1996), dan antifilariasis (Gupta, 1991). Andrografolid adalah komponen bioaktif utama yang terkandung dalam sambiloto yang bertanggung jawab pada aktivitas farmakologinya. Andrografolid bersifat relatif lipofilik dengan nilai log P = 2,632 dan kelarutan dalam air pada suhu 25 C sebesar 3,29 µg/ml (Bothiraja dkk., 2009). Bioavailabilitas absolut oral andrografolid dilaporkan hanya 2,67 % untuk dosis pemberian oral 120 mg/kgbb di tikus (Ling dkk., 2011). Berdasarkan penelitian Panossian (2000), ekstrak sambiloto dengan dosis 20 mg/kgbb pada tikus memiliki bioavailabilitas yang menurun 4 kali lipat setelah dosis yang digunakan dinaikkan 10 kali. Kelarutan dan bioavailabilitas ekstrak sambiloto yang rendah menjadi kelemahan penggunaannya sebagai obat. Beberapa tahun ini telah banyak penelitian yang menggunakan formulasi obat berbasis lipida untuk meningkatkan bioavailabilitas oral khususnya untuk obat yang memiliki kelarutan rendah di air. Salah satu bentuk formula berbasis lipida yang menarik adalah Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). SNEDDS merupakan suatu campuran isotropik terdiri dari minyak, 1

2 2 surfaktan, kosurfaktan, dan obat yang akan segera membentuk nanoemulsi saat dicampur dengan fase air melalui penggojogan ringan (Date dkk., 2010). Secara umum emulsi yang dihasilkan oleh SNEDDS memiliki ukuran partikel kurang dari 100 nm, stabil secara termodinamis, terdispersi transparan antara minyak dan air difasilitasi lapisan film antarmuka oleh molekul surfaktan. Penelitian Xi dkk. (2009) melaporkan, metode SNEDDS dapat meningkatkan bioavailabilitas oral obat yang bersifat lipofilik hingga 2,4 kali lipat dibandingkan dengan formulasi konvensional seperti tablet. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan formulasi ekstrak etanolik sambiloto dalam sistem SNEDDS. Minyak yang digunakan adalah myritol 318, suatu trigliserida rantai medium semi-sintetis baru yang memiliki keunggulan yakni berpotensi meningkatkan fluiditas, kelarutan, memiliki kemampuan self emulsification yang cepat, tidak toksik dan aman. Sistem SNEDDS diperoleh menggunakan metode simplex lattice design dengan melakukan optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan terpilih berdasarkan proses skrining menggunakan perangkat lunak Design Expert Formula SNEDDS yang optimal diharapkan dapat membentuk nanoemulsi secara spontan di dalam tubuh dan melarutkan ekstrak sambiloto dalam jumlah lebih dari 80 mg tiap ml sistem yang mengacu pada penelitian Zhang dan Tan (2000) mengenai dosis ekstrak sambiloto yang efektif menurunkan glukosa darah tikus yakni 400 mg/kgbb dengan asumsi berat badan tikus gram. Formula optimum ditentukan dengan melakukan pengujian jumlah ekstrak terlarut, ukuran tetesan emulsi, kejernihan, waktu emulsifikasi serta stabilitas emulsinya dalam artificial gastiric fluid (AGF) dan artificial intestinal fluid (AIF).

3 3 B. Rumusan Masalah 1. Apakah campuran myritol 318, surfaktan dan kosurfaktan yang didapat dari proses skrining dan optimasi dapat menghasilkan formula SNEDDS ekstrak sambiloto yang homogen ditandai dengan tidak adanya pemisahan fase dan pengendapan? 2. Apakah formula optimum SNEDDS ekstrak sambiloto dapat menghasilkan emulsi yang jernih, teremulsi secara spontan dengan waktu emulsifikasi dalam AGF kurang dari 1 menit, stabil dalam AGF selama 4 jam dan AIF selama 24 jam, serta ukuran dan distribusi tetesan emulsi seragam kurang dari 100 nm? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui komposisi myritol 318, surfaktan, dan kosurfaktan melalui proses skrining dan optimasi untuk menghasilkan SNEDDS ekstrak sambiloto yang homogen ditandai dengan tidak adanya pemisahan fase dan pengendapan. 2. Mengetahui karakteristik formula optimum SNEDDS ekstrak sambiloto yaitu kejernihan emulsi yang terbentuk, waktu emulsifikasi dalam AGF, stabilitas dalam AGF selama 4 jam dan AIF selama 24 jam, serta ukuran dan distribusi ukuran tetesan emulsi.

4 4 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang formulasi ekstrak tanaman dengan metode SNEDDS sehingga dapat menjadi alternatif baru dalam formulasi sediaan yang mengandung ekstrak tanaman khususnya sambiloto terutama untuk aplikasi penggunaan secara oral. E. Tinjauan Pustaka 1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Sambiloto telah lama dikenal memiliki banyak khasiat dalam pengobatan. Sambiloto dikenal dengan nama King of Bitter karena rasanya yang pahit. Sambiloto telah banyak diteliti sebagai antidiabetes melitus. Penelitian yang menyatakan bahwa tanaman A. paniculata sebagai antidiabetes melitus diantaranya Zhang dan Tan (2000) melaporkan bahwa ekstrak etanolik sambiloto dengan dosis pemberian 400 mg/kgbb tikus selama 14 hari secara poten menurunkan kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 1 yang diinduksi Streptozotocin (STZ) ditandai dengan aktivitas enzim hepatik glukosa-6-fosfatase yang menurun. Ekstrak sambiloto juga dapat merangsang pelepasan insulin dan menghambat absorbsi glukosa melalui penghambatan enzim alfaglukosidase dan alfa-amilase (Subramanian dkk., 2008). Dosis 2,0 g/kgbb ekstrak etanolik herba sambiloto merupakan kadar optimal yang dapat menurunkan kadar glukosa tikus (Yulinah dkk., 2011). Penggunaan ekstrak sambiloto pada dosis 160 mg/100 g berat badan tikus percobaan selama 8 minggu dapat menurunkan kadar trigliserida sebesar 32%,

5 5 85% kolesterol LDL (low density lipoprotein) dan menaikkan kolesterol HDL (high density lipoprotein) hingga 33%. Selain itu, ekstrak sambiloto juga mampu membunuh larva cacing B. malayi yang dapat menyebabkan penyakit filariasis (kaki gajah) dan lebih ampuh dibandingkan dengan obat kimia yang sudah digunakan selama 40 tahun yaitu dietilkarbamasin (Gupta, 1991). Sheeja dkk. (2006) melaporkan ekstrak etanolik sambiloto juga mempunyai aktivitas sitotoksik dan pengurangan pertumbuhan tumor. Menurut Nugroho dan Nafrialdi (1996) sambiloto memiliki aktivitas antivirus dan bersifat sebagai imunomodulator pada manusia. Efek farmakologi sambiloto menurut Hariana (2007) adalah sebagai antiradang, antibengkak, antibakteri, dan penghilang rasa nyeri. Selain itu menurut Wijayakusuma (1994) sambiloto dapat merusak sel trophcyt dan trophoblast yang berperan pada kondensasi sitoplasma dan sel tumor. Sambiloto dapat dimanfaatkan dalam bentuk segar, simplisia, kapsul, serbuk, infus, kapsul ekstrak kental, maupun kapsul ekstrak kering. Tanaman sambiloto sudah termasuk fitofarmaka di Cina. Herba dan percabangan tanaman sambiloto mengandung diterpen lakton yang terdiri dari andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11,12- didehidroandrografolid, 14-deoksi-11-oksoandrografolid, dan homoandrografolid. Flavonoid bisa ditemukan di akar dan daun, diantaranya 5-hidroksi-2, 3,7,8 tetrametoksiflavon, 5-hidroksi-2,7,8-trimetoksiflavon, 5-hidroksi-7,2,3 trimtoksiflavon, 2,5-dihidroksi-7,8-dimetoksiflavon, apigenin, onisilin, dan apigenin-7,4-dimetileter. Terdapat juga andrografin, panikulida A, B, dan C, dan panikulin (Niranjan dkk., 2010; Sudarsono dkk., 2006; Chao dan Lin, 2010).

6 6 Senyawa aktif fitokimia yang paling banyak terkandung dalam ekstrak sambiloto adalah andrografolid (Niranjan dkk., 2010). Gambar 1. Struktur kimia andrografolid Panossian dkk. (2000) telah melakukan uji bioavailabilitas dan farmakokinetik pada andrografolid. Andrografolid dengan dosis 20 mg/kgbb tikus yang diberikan secara oral bisa diabsorbsi secara sempurna, tetapi bioavailabilitasnya ditemukan mengalami penurunan 4 kali lipat setelah dosis dinaikkan 10 kali. Andrografolid mengikuti kompartemen model pertama karena sebagian besar (55%) andrografolid terikat pada protein plasma. Ling dkk. (2011) melaporkan bahwa bioavailabilitas oral andrografolid sangat rendah yakni hanya 2,67 %. Pengembangan ekstrak sambiloto dalam aplikasinya sebagai obat oral telah banyak dilakukan. Sermkaew dkk. (2013) berhasil memformulasikan ekstrak sambiloto dalam pellet SMEDDS (Self-microemulsifying Drug Delivery System) dan menghasilkan ukuran tetesan emulsi kurang dari 100 nm. Maiti dkk. (2010) berhasil membuat kompleks ekstrak sambiloto-fosfolipid yang dikenal dengan herbosome dan pengujian farmakokinetik pada tikus menunjukkan kadar

7 7 andrografolid dalam plasma meningkat, aksi farmakologi yang lebih lama, dan penurunan klirens. Andrographolide-loaded solid lipid nanoparticles (AND- SLNs) juga telah berhasil dibuat oleh Yang dkk. (2013) dengan peningkatan bioavailabilitas oral mencapai 241% dibandingkan dengan suspensi andrografolid dalam air. 2. Self Nano Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) SNEDDS merupakan campuran isotropik terdiri dari minyak, surfaktan dan kosurfaktan bersama obat yang akan membentuk suatu nanoemulsi secara spontan dalam media air (Azeem dkk., 2009). Proses pembentukan nanoemulsi secara spontan dibantu dengan adanya pengadukan ringan motilitas saluran cerna (Dewan dkk., 2012). Proses emulsifikasi secara spontan tersebut dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi surfaktan, rasio kombinasi minyak dan surfaktan serta suhu emulsifikasi (Wakerly dkk., 1987; Pouton, 1985). Keunggulan SNEDDS dibandingkan dengan nanoemulsi biasa adalah dapat meningkatkan jumlah obat terdisolusi khususnya untuk obat yang absorpsinya dipengaruhi oleh kecepatan disolusinya, meningkatkan permeasi antar membran saluran cerna, lebih praktis karena volumenya tidak besar, lebih fleksibel dalam pengaturan dosis dan pembuatannya yang mudah (Rane dan Andreson, 2008; Wasan dkk., 2009; Wang dkk., 2010; Hauss, 2007). Emulsi yang terbentuk dari sistem SNEDDS memiliki ukuran tetesan kurang dari 100 nm (Doh dkk., 2013). Ukuran tetesan yang sangat kecil tersebut memiliki keuntungan dapat meningkatkan kelarutan obat dengan cara memperluas area penyerapan di permukaan lambung (Rao dan Shao, 2008). Zhao dkk. (2010) memformulasi SNEDDS Zedoary turmeric oil (ZTO) dan

8 8 menghasilkan ukuran tetesan emulsi sebesar 68 nm, AUC dan Cmax pemberian oral pada tikus meningkat 1,7-2,5 kali lipat dibandingkan dengan ZTO yang tidak diformulasi. Hasil penelitian Heshmati dkk. (2013) yang memformulasi SNEDDS E804, suatu derivat indirubin yang sangat poten, menghasilkan peningkatan bioavailabilitas oral hingga 984,23% dibandingkan dengan suspensi E804 dalam air. Komposisi SNEDDS secara umum adalah sebagai berikut. a. Minyak Minyak merupakan komponen paling penting dalam formulasi SNEDDS karena berperan sebagai pembawa obat/ekstrak hidrofobik, membantu selfemulsification dari SNEDDS dan mampu meningkatkan fraksi obat hidrofobik yang tertranspor melalui sistem intestinal limfatik sehingga meningkatkan absorpsi pada saluran gastrointestinal (Gursoy dan Benita, 2004). Kelarutan obat pada fase minyak mempengaruhi kemampuan nanoemulsi yang dihasilkan oleh SNEDDS untuk menjaga obat dalam bentuk terlarut (Shafiq-un-Nabi dkk., 2007). Penelitian ini menggunakan fase minyak myritol 318. Myritol 318 merupakan trigliserida rantai medium yang dikenal dengan nama lain neobee oil, neobee m-5, captex 300, vegetable oil 1400, miglyol 810 neutral oil, dan miglyol 812 neutral oil (Rowe dkk., 2009). Myritol 318 berfungsi sebagai emulsifying agent, solvent, suspending agent, dan therapeutic agent. Komposisi asam lemak yang paling dominan terkandung dalam myritol 318 adalah asam kaprik (C 10 ) dan asam kaprilik (C 8 ) sekitar 50,0-80,0 % dan 20,0-50,0 % (Rowe dkk., 2009). Trigliserida rantai medium digunakan dalam berbagai formulasi farmasi termasuk oral, parenteral, dan produk topikal karena pada umumnya bersifat tidak

9 9 beracun dan tidak mengiritasi. Studi toksikologi akut pada hewan dan manusia menunjukkan tidak ada iritasi atau efek samping lain yang telah diamati. Trigliserida rantai medium juga tidak mengiritasi mata. Studi toksikologi kronis pada hewan juga menunjukkan tidak ada efek samping berbahaya yang terkait dengan trigliserida rantai medium apabila digunakan dalam formulasi dengan penghantaran secara inhalasi, oral, dan parenteral. Trigliserida rantai medium memiliki kelebihan dibanding trigliserida rantai panjang diantaranya memiliki area nanoemulsi yang lebih luas karena polaritasnya yang lebih tinggi dan hidrofobisitas lebih rendah, kapasitas sebagai pelarut lebih tinggi, dan lebih sulit mengalami oksidasi (Grove dkk., 2006; Kaukonen dkk., 2004). Contoh penggunaan minyak trigliserida rantai medium adalah SNEDDS ezetimebe yang dibuat menggunakan capryol 90, suatu trigliserida rantai medium, dan surfaktan tween 80 menghasilkan ukuran tetesan emulsi 65,88 nm, waktu emulsifikasi 10,20 detik dan persen transmitan 99,70 % (Bandyopadhyay, 2012). Minyak myritol 318 telah banyak digunakan dalam formulasi SNEDDS obat maupun ekstrak tanaman yang bersifat lipofilik dengan menggunakan berbagai jenis surfaktan dan kosurfaktan. Penggunaan myritol 318 dibantu dengan surfaktan nonionik mampu menghasilkan sistem yang homogen dan meningkatkan kecepatan absorpsi dengan meningkatkan surface area yang tersedia untuk proses disolusi obat (Lin dkk., 2011). Sediaan pellet SNEDDS silymarin, suatu fitoterapi, yang dibuat menggunakan minyak myritol 318, surfaktan tween 80, dan kosurfaktan propilen glikol terbukti mampu meningkatkan bioavailabilitas oral komponen aktif silymarin (Iosio dkk., 2011).

10 10 b. Surfaktan Surfaktan merupakan komponen penting untuk formulasi SNEDDS karena dibutuhkan untuk membuat emulsi lebih stabil saat kontak dengan air ditandai dengan tidak adanya pengendapan dan pemisahan fase. Surfaktan yang paling sering digunakan untuk SNEDDS adalah surfaktan nonionik. Surfaktan nonionik biasa digunakan dalam formulasi obat per oral karena bersifat tidak toksik, aman, dan tidak mengiritasi. Surfaktan yang digunakan harus dapat menurunkan nilai tegangan antarmuka dengan membentuk lapisan film tipis antarmuka minyak dan air untuk membantu proses dispersi nanoemulsi. Persyaratan nilai HLB surfaktan untuk pembuatan SNEDDS adalah lebih dari 10 untuk membentuk sistem nanoemulsi minyak dalam air secara spontan saat didispersikan dalam cairan lambung (Kommuru dkk., 2001 ; Azeem dkk., 2009). Mekanisme terbentuknya nanoemulsi didasarkan pada kemampuan surfaktan dalam menstabilkan tegangan antarmuka akibat difusi spontan saat pencampuran dua fase cairan dengan melingkupi partikel obat dalam fase minyak dan mendorong terbentuknya tetesan kecil (Mohanraj dan Chen, 2006). Beberapa contoh surfaktan nonionik yang memiliki HLB lebih dari 10 yaitu tween 80 dan tween 20. 1) Tween 80 Tween 80 atau polyoxyethylene-20-sorbitan monooleate (C 64 H 124 O 26 ) pada suhu 25 C berwujud cairan seperti minyak, jernih, berwarna kuning muda hingga coklat muda, aroma khas lemah, rasa pahit. Tween 80 antara lain berfungsi sebagai zat pembasah, emulgator, dan penambah kelarutan. Nilai HLB tween 80

11 11 adalah 15 dengan hydroxyl value sehingga cenderung bersifat hidrofil dan cocok digunakan sebagai surfaktan SNEDDS yang menghasilkan emulsi minyak dalam air (Rowe dkk., 2009). Nanoemulsi fisetin, suatu flavonoid alami, dengan menggunakan surfaktan tween 80 dan minyak myritol 318 menghasilkan ukuran tetesan emulsi 153 nm, polydispersity index sebesar 0,129 dan bioavailabilitas intraperitonial pada tikus mengalami peningkatan hingga 24 kali lipat (Ragelle dkk., 2012). 2) Tween 20 Tween 20 yang memiliki nama kimia polyoxyethylene-20-sorbitan monolaurate (C 58 H 114 O 26 ) merupakan suatu ester asam lemak berasal dari sorbitol. Pembuatannya dengan polimerisasi menggunakan 20 mmol etilen oksida untuk tiap mol rantai anhidrida sorbitol. Tween 20 memiliki bobot molekul 1128 g/mol, berwujud cairan minyak berwarna kuning, larut air, alkohol, etil asetat, dioksan, namun praktis tidak larut dalam petroleum dan parafin cair. Tween 20 memiliki HLB 16,7, hydroxyl value , dosis penggunaan aman hingga 37 g/kgbb (Rowe dkk., 2009). Formula SNEDDS Flutamide yang terdiri atas 53,38 % b/b tween 20 dan 14,46 % b/b PEG 400 mampu menghasilkan ukuran tetesan emulsi 148,7 nm (Jeevana dan Sreelakshmi, 2011). c. Kosurfaktan Jenis kosurfaktan yang biasanya digunakan pada formulasi SNEDDS adalah alkana-poliol atau alkohol rantai pendek dan medium karena dapat menurunkan nilai tegangan antarmuka dan membentuk nanoemulsi secara spontan (Wadhwa dkk., 2012). Tujuan ditambahkannya kosurfaktan adalah untuk

12 12 meningkatkan jumlah obat/ekstrak terlarut pada sistem SNEDDS, membantu kelarutan surfaktan dalam minyak, membantu kemampuan spontanitas surfaktan untuk membentuk sistem nanoemulsi, serta meningkatkan stabilitas nanoemulsi dengan cara menyelipkan diri di antara surfaktan (Patel dkk., 2011; Benita, 2006). Kosurfaktan yang biasa digunakan dalam pembuatan SNEDDS adalah propilen glikol dan PEG ) Propilen glikol Propilen glikol memiliki nama kimia 1,2-propanadiol (C 3 H 8 O 2 ) dengan bobot molekul 76,09 g/mol. Wujudnya berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopis. Propilen glikol banyak digunakan sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Propilen glikol merupakan pelarut yang baik, tidak toksik dan dapat melarutkan berbagai macam senyawa, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid dan berbagai anastetik lokal. Dosis penggunaan sehari yang diterima hingga 25 mg/kgbb (Rowe dkk, 2009). SNEDDS kombinasi ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan sambung nyawa (Gynura procumbens) menggunakan sistem yang terdiri dari tween 80 : tween 20 : propilen glikol: myritol 318 (45:15:20:20 % v/v) mampu menghasilkan ukuran tetesan emulsi 17,13 nm dengan waktu emulsifikasi 43,23 detik (Meirista, 2014). 2) PEG 400 PEG 400 memiliki sinonim macrogol 400 dengan bobot molekul rata-rata g/mol. PEG 400 telah digunakan dalam berbagai formulasi sediaan

13 13 parenteral, topikal, oral, maupun rektal. PEG 400 mengandung komponen hidrofilik yang stabil, tidak toksis, dan tidak mengiritasi (Rowe dkk., 2009). SNEDDS obat ketoprofen yang dibuat menggunakan kosurfaktan PEG 400 dan fase minyak Virgin Coconut Oil (VCO) yang juga merupakan suatu trigliserida rantai medium dilaporkan mampu menghasilkan ukuran tetesan emulsi 2,8 nm dan waktu emulsifikasi 44,43 detik (Zein, 2014). 3. Simplex Lattice Design (SLD) Formula adalah campuran yang terdiri dari beberapa komponen yang apabila terdapat perubahan fraksi salah satu komponennya, maka akan mengubah satu atau lebih komponen lain (Rachmawati, 2012). SLD merupakan suatu metode untuk menentukan design sederhana pada campuran berbagai komposisi bahan yang berbeda (Mandlik dkk., 2012). Metode ini digunakan untuk mengoptimasi variabel dalam formulasi. Variabel dievaluasi dengan mengubah konsentrasinya secara simultan dan menjaga total seluruh bahan agar konstan. Optimasi kadar surfaktan dan kosurfaktan pada formulasi SNEDDS ekstrak sambiloto dalam penelitian ini menggunakan metode SLD yang dibantu analisisnya dengan perangkat lunak Design Expert versi Keuntungan penggunaan desain penelitian yaitu, keefektifan penafsiran faktor dan interaksi, dapat memprediksi efek yang diinginkan ketika tidak terjadi interaksi sehingga memberikan efisiensi yang maksimal (Patel dkk., 2010). Simplex lattice design dapat merancang percobaan dengan minimal 2 campuran komponen. Rancangan percobaan dengan 2 komponen atau faktor menggunakan persamaan sebagai berikut.

14 14 Y = a(a) + b(b) + ab(a)(b)... (1) Keterangan: Y = respon (hasil percobaan) A, B = kadar komponen, (A) + (B) = 1 a, b, ab = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan (Bolton dan Bon, 2004) F. Landasan Teori Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) telah banyak diteliti terkait khasiatnya dalam pengobatan penyakit antara lain sebagai antidiabetes melitus (Zhang dan Tan, 2000), antihistamin (Hariana, 2007), antivirus dan imunomodulator (Nugroho dan Nafrialdi,1996), dan antifilariasis (Gupta, 1991). Herba dan percabangan tanaman sambiloto mengandung diterpen lakton yang didominasi zat pahit andrografolid (Sudarsono dkk., 2006). Permasalahan ekstrak sambiloto dalam penggunaannya sebagai obat adalah kelarutan yang rendah dalam air yang disebabkan oleh andrografolid yang bersifat lipofilik dengan nilai log P = 2,632 dan kelarutan dalam air 3,29 µg/ml pada suhu 25 C (Bothiraja dkk., 2009). Bioavailabilitas absolut oral andrografolid dilaporkan sangat rendah yakni 2,67 % untuk dosis pemberian oral 120 mg/kgbb tikus (Ling dkk., 2011). Permasalahan pada ekstrak sambiloto tersebut dapat diatasi dengan memformulasikannya dalam bentuk SNEDDS. Formulasi SNEDDS ekstrak sambiloto dalam penelitian ini menggunakan minyak myritol 318 yang merupakan trigliserida rantai medium yang bersifat tidak toksis dan aman untuk penggunaan oral. Myritol 318 pernah digunakan oleh Ragelle dkk. (2012) dalam formulasi nanoemulsi fisetin, suatu flavonoid alami, dengan menggunakan surfaktan tween 80 dan solven alkohol.

15 15 Ukuran tetesan emulsi yang dihasilkan 153 nm dengan polydispersity index sebesar 0,129 dan bioavailabilitas intraperitonial pada tikus mengalami peningkatan hingga 24 kali lipat. Kombinasi ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan sambung nyawa (Gynura procumbens) 75:25 yang diformulasi dalam sistem SNEDDS dengan komposisi myritol 318 : tween 80 : tween 20 : propilen glikol (20:45:15:20 % v/v) mampu menghasilkan ukuran tetesan emulsi 17,13 nm dengan waktu emulsifikasi 43,23 detik (Meirista, 2014). Iosio dkk. (2011) berhasil membuat sediaan pellet SNEDDS silymarin menggunakan fase minyak myritol 318, surfaktan tween 80, dan kosurfaktan propilen glikol dan terbukti mampu meningkatkan bioavailabilitas oral komponen aktif Silymarin. Penelitian Han dkk. (2010) berhasil memformulasikan obat YH439 dalam sistem nanoemulsi menggunakan myritol 318, matriks PEG 400-kaprik-palmitat, dan surfaktan Cremophor RH40 dengan ukuran tetesan emulsi yang dihasilkan sebesar 28 nm. Milovic dkk. (2012) berhasil membuat SMEDDS karbamazepin dengan komposisi myritol 318 : (tween 80 + cremophor RH40) 2:8 v/v dengan ukuran tetesan emulsi 19,87 nm. Berdasarkan keberhasilan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah menggunakan myritol 318 dalam formulasi SNEDDS maupun SMEDDS obat/ekstrak lipofil, maka diyakini bahwa penggunaan myritol 318 sebagai fase minyak pada formula SNEDDS ekstrak etanolik sambiloto dapat menghasilkan SNEDDS yang homogen, jernih, teremulsi secara spontan, stabil di AGF dan AIF, memiliki ukuran dan distribusi seragam kurang dari 100 nm.

16 16 G. Hipotesis 1. Campuran myritol 318, surfaktan dan kosurfaktan yang didapat dari proses skrining dan optimasi dapat menghasilkan formula SNEDDS ekstrak sambiloto yang homogen ditandai dengan tidak adanya pemisahan fase dan pengendapan. 2. Formula optimum SNEDDS ekstrak sambiloto dapat menghasilkan emulsi yang jernih, teremulsi secara spontan dengan waktu emulsifikasi dalam AGF kurang dari 1 menit, stabil dalam AGF selama 4 jam dan AIF selama 24 jam, ukuran dan distribusi ukuran tetesan emulsi seragam kurang dari 100 nm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti inflamasi NSAID (Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs) golongan propanoat yang biasa digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki gaya hidup beragam dan cenderung kurang memperhatikan pola makan dan aktivitas yang sehat. Akibatnya,

Lebih terperinci

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang diekstrak dari rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.). Kurkumin dilaporkan memiliki efek farmakologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengkudu banyak dimanfaatkan sebagai agen hipotensif, antibakteri, antituberkulosis, antiinflamasi, dan antioksidan. Mengkudu mengandung berbagai komponen antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Purwoceng merupakan tumbuhan yang sudah banyak dikenal masyarakat karena dipercaya memiliki khasiat sebagai afrodisiak. Purwoceng termasuk ke dalam kategori tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben yang secara alami terdapat dalam buah blueberries, kulit buah berbagai varietas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) atau dikenal dengan Noni merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya untuk terapi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis karena lebih efektif dibandingkan dengan aspirin, indometasin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya hidup seperti diet tinggi kolesterol atau asam lemak jenuh tinggi dan kurangnya olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonstreoidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonsteroidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang disintesis oleh tanaman, alga, dan bakteri fotosintesis sebagai sumber warna kuning, oranye, dan merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan obat antiinflamasi non steroid yang digunakan secara luas untuk pengobatan rheumatoid arthritis,

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan obat antiinflamasi kelompok nonstreoidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, osteoarthritis, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jinten hitam (Nigella sativa) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan sebagai antihipertensi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian.. B. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka digilib.uns.ac.id 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) a. Klasifikasi dan deskripsi salam Klasifikasi tumbuhan salam menurut Van Steenis (2003) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunostimulan merupakan salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan terhadap mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Prevalensi penyakit terkait inflamasi di Indonesia, seperti rematik (radang sendi) tergolong cukup tinggi, yakni sekitar 32,2% (Nainggolan, 2009). Inflamasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Indonesia telah lama menggunakan obat herbal yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan herbal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki berbagai jenis tumbuhan, di antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk mengobati berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki mekanisme kerja menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan cox-2) sehingga tidak terbentuk

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir, bentuk sediaan transdermal telah diperkenalkan untuk menyediakan pengiriman obat yang dikontrol melalui kulit ke dalam sirkulasi sistemik (Tymes et al., 1990).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentagamavunon-0 (PGV-0) atau 2,5-bis-(4ʹ hidroksi-3ʹ metoksibenzilidin) siklopentanon adalah salah satu senyawa analog kurkumin yang telah dikembangkan oleh

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan tradisional mulai banyak digunakan seiring dengan kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif, kuratif, maupun

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH digilib.uns.ac.id xvi DAFTAR SINGKATAN A/M ANOVA BHA BHT CMC CoCl 2 HIV HLB M/A O/W ph SPSS t-lsd UV W/O : Air dalam Minyak : Analysis of Variance : Butylated Hydroxyanisole : Butylated Hydroxytoluen)

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran isotropik dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan zat

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2

Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2 PENGARUH PENINGKATAN TWEEN 20 SEBAGAISURFAKTAN TERHADAPKARAKTERISTIK DAN KESTABILAN FISIK SEDIAANSELFNANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) SIMVASTATIN THE EFFECT OF INCREASING TWEEN 20 AS SURFACTANTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker. BAB 1 PENDAHULUAN Pemberian obat oral telah menjadi salah satu yang paling cocok dan diterima secara luas oleh pasien untuk terapi pemberian obat. tetapi, terdapat beberapa kondisi fisiologis pada saluran

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL Disusun Oleh : SITI FATIMAH MEIRANI M0613038 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini, membuat masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant, terutama dalam hal makanan. Hal ini terlukiskan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Orientasi formula mikroemulsi dilakukan untuk mendapatkan formula yang dapat membentuk mikroemulsi dan juga baik dilihat dari stabilitasnya. Pemilihan emulgator utama

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu BAB 1 PENDAHULUAN Terbutalin sulfat merupakan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit asma bronkial. Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan metabolisme dan kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemik), sebagai akibat penurunan kadar

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2 MONOGRAFI A. Bahan Aktif HIDROKORTISON Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis Struktur Molekul : C 23 H 32 O 6 BM : 404,50 Pemerian : - penampilan : serbuk hablur - warna : putih atau hampir putih - bau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang memiliki khasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi rheumatoid arthritis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi antara lain: Hal-hal yang berdampak pada kelarutan Hal-hal yang berdampak pada kecepatan disolusi Hal-hal yang

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sediaan krim merupakan sediaan setengah padat yang mengandung fase minyak, fase air dan surfaktan (emulgator). Emulgator diperlukan untuk penyatuan dan penstabilan

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok non-steroid yang poten.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok non-steroid yang poten. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok non-steroid yang poten. Ketoprofen secara luas digunakan untuk pengobatan akut dan jangka panjang rheumatoid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (compression coating). Sekarang salut film enterik telah banyak dikembangkan. dan larut dalam usus halus (Lachman, et al., 1994).

BAB I PENDAHULUAN. (compression coating). Sekarang salut film enterik telah banyak dikembangkan. dan larut dalam usus halus (Lachman, et al., 1994). BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penyalutan tablet dilakukan karena berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imunitas atau daya tahan tubuh adalah respon tubuh terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh. Sistem imun adalah sistem koordinasi respon biologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan perubahan-perubahan dalam profil lipid yang terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nafsu makan adalah keinginan psikologis untuk makan dan hal ini berkaitan dengan perasaan senang terhadap makanan (Insel et al, 2010). Mekanisme rasa lapar

Lebih terperinci

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN Pembawa, Syarat dan Evaluasi Obat Suntik Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi sebesar 256 juta jiwa. Indonesia menjadi negara terbesar kedua se-asia-pasifik yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : MEYLANA INTAN WARDHANI NIM.

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : MEYLANA INTAN WARDHANI NIM. OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN OLEIC ACID SEBAGAI MINYAK PEMBAWA TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi yang biasa disebut juga dengan peradangan, merupakan salah satu bagian dari sistem imunitas tubuh manusia. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap adanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Parameter Nonspesifik Ekstrak Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : warna coklat kehitaman, berbau spesifik dan

Lebih terperinci

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari. BAB I PENDAHULUAN Saat ini banyak sekali penyakit yang muncul di sekitar lingkungan kita terutama pada orang-orang yang kurang menjaga pola makan mereka, salah satu contohnya penyakit kencing manis atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak masyarakat yang menggunakan berbagai produk kosmetik. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu biji (Psidium guajaya

Lebih terperinci

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill. BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit menahun ditandai dengan peningkatan kadar gula darah, karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat (Sujatno, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai

Lebih terperinci

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang sangat sering dialami oleh banyak orang karena aktivitas dan rutinitas masingmasing orang, yang membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan sistem pengantaran obat pada bidang farmasi telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan transdermal

Lebih terperinci

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu, BAB 1 PENDAHULUAN Dalam sistem penghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu faktor yang penting adalah bentuk sediaan. Penggunaan suatu bentuk sediaan bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci