BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran"

Transkripsi

1 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran isotropik dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan zat aktif obat yang akan membentuk emulsi minyak dalam air dengan agitasi ringan. Ukuran partikel SNEDDS adalah 200 nm yang secara spontan akan membentuk nanoemulsi ketika setelah terjadi kontak dengan cairan dalam saluran gastrointestinal atau saluran cerna tanpa merusak profil dari obat (5)(6)(7). Berdasarkan penelitian sebelumnya SNEDDS secara signifikan dapat menurunkan energi aktifasi dan meningkatkan stabilitas dari sediaan sehingga waktu hidupnya lebih lama. Didalam tubuh SNEDDS juga mudah terdispersi dan dapat mencapai membran mukosa yang lebih luas dibanding sediaan konvensional, sehingga mampu meningkatkan efektitas terapi dari sediaan obat (8). SNEDDS stabil dan cocok sebagai pembawa obat-obat hidrofobik atau obat-obat yang memiliki kelarutan buruk dalam air (9)(10). SNEDDS sebagai sistem penghantaran obat mempunyai beberapa kelebihan yaitu sediaan yang jernih, stabilitas yang tinggi, dan mudah dalam preparasinya (11). Sediaan SNEDDS juga dapat menghindari masalah yang biasa terjadi pada emulsi seperti creaming, flokulasi dan sedimentasi (12). Komponen utama dari SNEDDS adalah minyak yang berperan sebagai pembawa dan pelarut zat aktif obat dengan kelarutan rendah dalam air atau bersifat hidrofobik, surfaktan atau molekul amphipilik yang merupakan kombinasi antara bagian hidrofilik dan bagian hidrofobik dalam satu molukel, berperan sebagai emulsifier atau emulgator minyak dan air dengan membentuk dan menstabilkan lapisan antar muka, menurunkan energi aktifasi, serta kosurfaktan yang membantu surfaktan sebagai emulgator (13). SNEDDS juga mampu meningkatkan permeabilitas membran, serta ukuran partikel yang kecil ( nm) mampu meningkatkan luas permukaan sehingga mampu meningkatkan absorpsi dan pelepasan dari obat. SNEDDS 4

2 5 memiliki stabilitas yang tinggi, penurunan dosis dan frekuensi yang digunakan, sehingga sediaan SNEDDS lebih efektif dan efisien yang didukung dengan adanya peningkatan bioavabilitas. Sistem nanoemulsi dalam air lebih banyak dipilih karena volume yang digunakan cukup kecil dan lebih stabil sehingga meningkatkan kemungkinan untuk dimasukkan dalam kapsul gelatin (14). Berdasarkan basis yang digunakan, salah satunya yaitu surfaktan, sediaan SNEDDS lebih membutuhkan sedikit surfaktan dibandingkan dengan SMEDDS, sehingga mampu mengurangi efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian surfaktan tersebut, yaitu iritasi lambung dan toksisitas (3). SNEDDS dibuat dengan memperhatikan berbagai hal, beberapa diantaranya adalah sifat fisika-kimia dari zat aktif, minyak, surfaktan dan ko-surfaktan, termasuk jumlah yang diperbolehkan untuk ditambahkan dalam sediaan SNEDDS, ph, serta suhu. Sediaan SNEDDS lebih stabil jika dibandingkan dengan SMEDDS (Self- Microemulsifying Drug Delivery Systems) (12)(13). Berikut komponen utama pembentuk SNEDDS : Minyak Fase minyak mempunyai manfaat dalam menentukan spontanitas emulsifikasi, ukuran partikel nanoemulsi, serta kelarutan dari zat aktif obat. Minyak yang dipilih dalam formulasi SNEDDS haruslah yang mampu melarutkan zat aktif obat secara maksimal dengan hasil ukuran partikel yang kecil (13). Minyak dengan trigliserida rantai menengah, monogliserida rantai menengah, ester asam lemah dengan jumlah rantai karbon antara 6 hingga 12, lebih mudah teremulsi dibanding minyak dengan rantai panjang hidrokarbon, atau trigliserida rantai panjang. seperti minyak nabati. Serta, minyak dengan rantai karbon 6 hingga 12 memiliki solvent capacity yang tinggi dan resisten atau tahan terhadap oksidasi (11). Sehingga dalam formulasi sediaan SNEDDS minyak dengan rantai trigliserida pendek dan menengah lebih banyak dipilih dan digunakan (14). Minyak dengan trigliserida rantai panjang, yaitu dengan jumlah rantai karbon antara 13 hingga 21 mempunyai keunggulan dibanding

3 6 dengan trigliserida rantai menengah, yaitu mampu meningkatkan kemampuan transport obat melalui jalur limfatik sehingga mampu mengurangi first past effect. Tetapi, minyak dengan trigliserida rantai panjang sulit untuk teremulsifikasi dibandingkan dengan trigliserida rantai menengah atau medium (15). Penelitian kali ini digunakan 4 macam minyak, yaitu Capryol 90, Myristol 318, asam oleat, dan minyak zaitun Surfaktan Surfaktan merupakan kombinasi antara bagian hidrofilik dan bagian hidrofobik dalam satu molukel yang memiliki nilai, ditunjukkan dengan istilah HLB (Hydrophile-lipophile balance). Surfaktan dalam formulasi sediaan SNEDDS berperan sebagai emulgator antara minyak dan air dengan membentuk dan menstabilkan lapisan antar muka serta menurunkan energi aktifasi. Jumlah surfaktan yang ditambahkan pada formulasi sediaan SNEDDS berpengaruh terhadap pembentukan ukuran partikel nano (13)(14)(15). Jenis surfaktan yang berasal dari alam lebih aman digunakan jika dibandingkan dengan surfaktan sintetis. Tetapi, surfaktan dari alam memiliki kekurangan dalam kemampuan emulsifikasi yang lebih rendah dan jarang digunakan dalam pembuatan sediaan SNEDDS (15). Surfaktan yang dipilih untuk pembuatan sediaan SNEDDS adalah surfaktan nonionik dengan sifat yang lebih cenderung hidrofilik ditandai dengan nilai HLB antara (14). Surfaktan nonionik dipilih karena ketoksikan, efek samping yang rendah, kurang terpengaruh terhadap ph, serta aman. Struktur dari surfaktan yang mempengaruhi atau memiliki efek penetrasi minyak kedalam lapisan surfaktan untuk pembentukan ukuran partikel nano adalah gugus rantai alkil (31). Surfaktan yang digunakan dalm penelitian ini adalah Labrasol, Labrafil M1944CS, tween 20, tween 80, dan Cremophor RH Ko-surfaktan Ko-surfaktan merupakan senyawa ampifilik yang memiliki afinitas terhadap air dan minyak. Ko-surfaktan dalam formulasi sediaan SNEDDS berperan membantu surfaktan sebagai emulgator. Selain itu, ko-surfaktan

4 7 berpengaruh terhadap peningkatan drug loading, emulsification time, serta membantu surfaktan untuk mengatur ukuran partikel nano (16). Kosurfaktan yang digunakan pada penelitian ini adalah PEG 400 dan propilen glikol Ibuprofen Asam 2-(p-Isobutilfenil) asam propionat merupakan nama lain dari ibuprofen, dengan rumus molekul C 13 H 18 O 2 dan berat molekul 206,28 gram/mol. Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C 13 H 18 O 2, dihitung terhadap zat anhidrat (9). Pemerian dari ibuprofen berbentuk serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau khas lemah. Kelarutan, sangat mudah larut dalam etanol, metanol, aseton, dan kloroform. Sukar larut dalam etil asetat, serta praktis tidak larut dalam air. Titik lebur 75,0 ºC 77,5 ºC (15). Berikut struktur kimia dari ibuprofen (17)(18). Gambar 2.1. Struktur Ibuprofen Panjang gelombang maksimum ibuprofen dalam larutan NaOH 0,1 N adalah pada 265 nm dan 273 nm (18). Ibuprofen merupakan obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflammation Drugs) turunan asam aril asetat yang mempunyai aktivitas antiinflamasi dan analgesik yang tinggi, terutama digunakan dalam pengobatan lini pertama arthritis dan reumatik sebagai anti nyeri. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan ibuprofen ini adalah iritasi hingga ulcerasi atau peradangan di saluran cerna (17)(18). Ibuprofen diabsorpsi cepat dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi dicapai 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Dosis terapi ibuprofen 400 mg dengan frekuensi 3-4 kali sehari (18). Ibuprofen bekerja dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim siklooksigenase pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis

5 8 prostaglandin sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediatormediator inflamasi seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (20). Mekanisme kerja ibuprofen melalui penghambatan sintesis prostaglandin dan menghambat siklooksigenase-i (COX I) serta siklooksigenase-ii (COX II) (20) Capryol 90 Capryol 90 atau propilen glikol monocaprylat, dengan rumus molekul C 11 H 22 O 3 dan berat molekul 202,29. Capryol 90 merupakan larutan tidak berwarna dan kental, tidak larut air, yang digunakan secara luas untuk formulasi SEDDS, SMEDDS, dan SNEDDS. Bentuk dari capryol 90 adalah cair dengan nilai HLB 5 (19). Gambar 2.2. Struktur Capryol 90 Propilen glikol monocaprylat diaplikasikan dalam berbagai bidang termasuk sebagai pelarut di industri, plastic, detergen, surfaktan, dan bakterisida. Menurut USP (United State Pharmacope), Capryol 90 bisa digunakan dalam makanan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Capryol 90 memiliki kemampuan yang baik dalam melarutkan berbagai zat aktif obat yang akan dibuat dalam sediaan SNEDDS, salah satunya adalah kemampuannya dalam melarutkan ropinirol dengan nilai kelarutan hingga 183,12 mg/ml dibandingkan dengan Sefsol-218, isopropyl miristat, triasetin, minyak wijen, dan minyak zaitun (26). Capryol 90 dilihat dari strukturnya, memiliki struktur dengan trigliserida rantai menengah, sehingga mudah teremulsi dan mampu melarutkan zat aktif obat yang memiliki kelarutan rendah dalam volume kecil (29).

6 Mirystol 318 Mirystol 318 merupakan trigliserida asam lemak jenuh dengan rantai karbon C8-C10, berbentuk cair kekuningan dan tidak berbau. Bersifat polar dengan viskositas pada suhu 20 C adalah mpas. Nilai densitasnya adalah 0,945-0,949 gram/cm 3(20). Nama lain dari myristol 318 adalah caprylic atau capric trigliserida. Myristol 318 digunakan secara luas sebagai minyak dasar pada sediaan kosmetik modern. Penyimpanannya, paling kurang satu tahun dengan menjaga mirystol 318 dari kelembapan dibawah 30 C (21). Gambar 2.3. Struktur Mirystol Asam Oleat Asam oleat merupakan asam lemak bebas dengan pemerian warna kekuningan hingga coklat pucat, berbentuk cairan berminyak dengan bau dan rasa khas seperti lemak babi dengan rumus kimia CH 3 (CH 2 ) 7 CH=CH(CH 2 ) 7 COOH. Kelarutan asam oleat, larut dalam benzena, kloroform, ethanol 95%, eter, heksana, volatile oil, serta praktis tidak larut dalam air. Asam oleat dapat teroksidasi menjadi warna gelap dan bau yang lebih jelas. Terdapat beberapa nama lain dari asam oleat yaitu, Cis-9-Octadecenoic acid, Cis-Oleic acid, Elaidoic acid. Berat molekul dari asam oleat adalah 282,46 gram/mol (28). O OH Gambar 2.4. Struktur Asam Oleat

7 10 Asam oleat merupakan asam lemah tidak jenuh rantai panjang dalam bentuk trigliserida. Asam oleat banyak terdapat dalam berbagai lemak nabati dan lemak hewani yang digunakan dalam berbagai bidang industri oleokimia (19). Asam oleat banyak terdapat dalam minyak zaitun. Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam minyak zaitun, asam lemak ini juga terdapat dalam minyak bunga matahari, minyak raps, serta minyak biji anggur. Di Indonesia, asam oleat dapat diperoleh dari kelapa sawit. Jumlah asam oleat dalam minyak kelapa sawit sekitar 39% - 45% dengan titik didih 285 C, titik lebur 14 C (19). Asam oleat memiliki sifat yang mudah terbakar, serta menggangu kesehatan jika tertelan dalam jumlah yang besar (18) Minyak Zaitun Minyak zaitun merupakan campuran asam lemak dan gliserida yang diperoleh dari buah masak Olea europaea Linne (Familia Oleaceae). Pemerian dari minyak zaitun ini, minyak kuning pucat atau kuning kehijauan terang dengan bau dan rasa khas lemah, serta agak pedas. Kelarutannya, sukar larut dalam ethanol, bercampur dengan eter, kloroform, dan karbon disulfida. Bobot jenis antara 0,910 sampai 0,915 gram/ml (19). Minyak zaitun digunakan secara luas sebagai pelembab dan pembawa berbagai bentuk sediaan, seperti krim, salep, dan gel. Salah satu kandungan dalam minyak zaitun adalah antioksidan, sehingga banyak digunakan sebagai kosmetik untuk melembabkan dan mencegah penuaan dini akibat radikal bebas (20). Berikut adalah struktur dari minyak zaitun (19). Gambar 2.5. Struktur Minyak Zaitun

8 Labrasol Caprylocaproyl macrogolgliserida, caprylocaproyl polyoxylgliserida, PEG-8 caprylic merupakan nama lain dari labrasol. Labrasol adalah satu jenis surfaktan nonionik, terdiri dari polietilen glikol (PEG), sedikit fraksi dari gliserida dan PEG bebas. Berbentuk cair dengan nilai HLB 12 (18). Gambar 2.6. Struktur Labrasol Labrafil M1944CS Labrafil M1944CS merupakan surfaktan yang terdispersi di air, terdiri dari ester PEG dan fraksi gliserida. Apabila terjadi kontak dengan media air akan membentuk dispersi kasar seperti Self Emulsifying Drug Delivery Systems (SEDDS). Labrafil M1944CS juga digunakan secara luas sebagai surfaktan dalam formulasi sediaan SMEDDS. Kemampuannya sebagai surfaktan mampu meningkatkan kelarutan dari zat aktif obat baik secara in vitro maupun in vivo (22). Gambar 2.7. Struktur Labrafil M1944CS Tween 20 Tween 20 adalah turunan dari Sorbitan mono-9-octadecanoate poly(oxy- 1,2-ethanediyl) yang merupakan kompleks campuran dari polioxiethilen ether yang biasa digunakan secara luas sebagai emulsifier atau agen pengemulsi atau

9 12 agen pendispersi pada suatu sediaan farmasi (22). Nama lain dari tween 20 adalah polysorbate 20, polyoxyethylene sorbitan. Tween 20 memiliki berat molekul gram/mol dengan rumus kimia C 26 H 50 O 10 (18). Gambar 2.8. Struktur Tween 20 Berdasarkan penelitian sebelumnya, tween 20 memiliki kemampuan untuk melarutkan zat aktif obat yang memiliki kelarutan rendah dengan sangat baik, seperti ropinirol dengan kelarutan mencapai 184 mg/ml (28). Tween 20 juga merupakan surfaktan yang aman untuk digunakan dalam formulasi SNEDDS, hal ini didukung dengan nilai HLB yang dimiliki yaitu 16,7 yang cenderung hidrofilik dan bersifat nonionik dengan efek samping yang rendah (3) Tween 80 Tween 80 adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan, dengan nama kimia polioksietilen 20 sorbitan monooleat. Rumus molekulnya adalah C 64 H 124 O 26 dan rumus strukturnya adalah sebagai berikut (17). Gambar 2.9. Struktur Tween 80

10 13 Pada suhu 25ºC, Tween 80 berwujud cair, berwarna kekuningan dan berminyak, memiliki aroma yang khas, dan berasa pahit. Larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam minyak mineral. Kegunaan Tween 80 antara lain sebagai zat pembasah, emulgator, dan peningkat kelarutan (18). Polysorbate 80 yang sering dikenal dengan nama tween 80 merupakan agen pengemulsi, surfaktan, pembasah, maupun solubilizing agent yang dapat digunakan dalam pembuatan sediaan oral. Bobot molekul dari tween 80 adalah 1310 gram/mol dengan ph 6,0-8,0. Tween 80 memiliki karakteristik berupa cairan kental berwarna kuning pada suhu 25 o C, bau khas dan hangat, rasa agak pahit. Larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati. Polisorbat (tween) stabil dalam elektrolit, asam dan basa lemah, membentuk reaksi penyabunan dengan asam dan basa kuat. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering (15). Berdasarkan penelitian sebelumnya, tween 80 dipilih sebagai surfaktan dalam pembuatan formulasi SNEDDS ibuprofen yang dikombinasikan dengan span 20 mampu menghasilkan ukuran partikel hingga 58 nm (6). Tween 80 bersifat hidrofilik dengan nilai HLB 15,0 dan sediaan SNEDDS yang dihasilkan memiliki nilai %transmittan diatas 90% (3) Cremophor RH 40 Cremophor RH 40 atau macrogol glycerolhydroxystearat atau polyoxyl 40 hydrogenated castor oil merupakan surfaktan nonionic dan agen emulsifier yang dihasilkan dari 1 mol hydrogenated castor oil dengan 40 mol etilen oxide. Komposisi utama dari cremophor 40 adalah gliserol polietilen hidroksistearat, dimana akan membentuk produk hidrofobik yang terdiri dari polietilen glikol dan gliserol ethoksilat. Pemerian dari cremophor RH 40 berbentuk pasta dengan warna putih hingga kekuningan pada suhu 20 C. nilai HLB antara 14 dan 16 yang menunjukkan sifat cenderung hidrofilik (4). Bau lemah dan pada bentuk cairan hampir tidak berasa (18). Kelarutan dari cremophor RH 40, larut dalam air, ethanol-e-propanol, n- propanol, etil asetat, kloroform, karbon tetraklorida, toluene dan xilen. Tetapi

11 14 akan menjadi berawan ketika temperature meningkat. Cremophor RH 40 dapat dicampur dengan semua jenis cremophor. Pada suhu yang tinggi akan membentuk campuran cairan jernih dengan asam lemak dan lemak alkohol (19). Cremophor RH 40 murni merupakan senyawa yang sangat stabil. Terpapar suhu tinggi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan pemisahan fase cair dan padat, tetapi dengan proses pendinginan, cremophor dapat kembali kebentuk semula. Cremophor RH 40 dapat disterilkan denngan pemanasan sampai 120 C.Penyimpanan dari Cremophor RH 40 ditutup rapat. Pada pengambilan bahan berulang akan meningkatkan resiko pertumbuhan dari mikroorganisme, terutama apabila peralatan yang digunakan tidak steril (25) Polietilen Glikol 400 PEG 400 atau polietilen glikol 400 memiliki nama lain makrogol 400, merupakan polimer dari etilen oksida dan air. Memiliki berat molekul antara 380 sampai 420 gram/mol. Rumus molekul dari PEG 400 adalah H(O-CH 2 CH 2 )noh, dengan harga rata-rata n antara 8,2-9,1 (20)(21). Pemeriannya, cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, bau khas lemah, serta agak higroskopis. Kelarutan, larut dalam air, ethanol, dan aseton (18). Gambar Struktur PEG 400 Berdasarkan penelitian sebelumnya, PEG 400 digunakan sebagai kosurfaktan dalam pembuatan SNEDDS kurkumin dengan ukuran partikel yang dihasilkan adalah 43,82 nm dan polidispers indeks atau kehomogennya yang baik yaitu 0,389 Ð (31) Propilen Glikol Propilen glikol atau propilen glikol atau 1,2-Propanadiol mengandung tidak kurang dari 99,5% C3H8O2 dengan berat molekul 76,09 gram/mol (18).

12 15 Pemerian, cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara yang lembab. Kelarutan, dapat bercampur dengan air, aseton, dan dengan kloroform. Larut dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial, tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Bobot jenis dari propilen glikol adalah antara 1,035 sampai 1,037 gram/ml (22)(23). Pada suhu dingin propilen glikol stabil dalam wadah yang tertutup baik, sedangkan pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi senyawa lain. Propilen glikol stabil jika dicampur dengan etanol 95%, gliserin, atau air. Propilen glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat yang sejuk dan kering. Propilen glikol tidak boleh dicampur (incompatible) dengan agen pengoksidasi seperti potassium permanganate (18). HO OH Gambar Struktur Propilen Glikol Transmittan Transmittan didefinisikan sebagai intensitas cahaya setelah melewati sampel, dengan satuan persen (%). Nilai transmittan dapat juga diamati secara fisik. Semakin jernih sediaan, semakin tinggi nilai transmittan (80%-100%). Nilai transmittan pada sediaan formula SNEDDS mengindikasikan bahwa sediaan SNEDDS tersebut terdispersi sempurna dengan ukuran nano (<200 nm), jernih dan transparan (32). Transmitan (T) yang dirumuskan dalam hukum Lambert-beer berikut (32) : T= Ket : I : Intensitas cahaya setelah melewati sampel Io : Intensitas cahaya awal

13 16 Berikut persamaan hubungan antara absorbansi dan transmittan (33) : A = -log T = -log ( ) Transmitan merupakan salah satu parameter kualitas untuk mengkarakterisasi sediaan SNEDDS. Hal ini meningkatkan luas permukaan area sehingga pelepasan dan absorbsi obat di saluran gastrointestinal berlangsung lebih cepat. Analisa hasil nilai transmittan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, sebagai fungsi panjang gelombang (31)(32)(33). Metode spektroforometri UV-Vis adalah pengukuran intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit. terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroforometri UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul organik di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai daerah yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum LambertBeer. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang nm, sedangkan visible berada pada panjang gelombang nm (26) Ukuran Partikel SNEDDS merupakan sediaan campuran isotropik minyak, surfaktan, kosurfaktan, serta air yang stabil dan jernih. Hal tersebut tidak terlepas dari ukuran partikel pada SNEDDS dibawah 200 nm. Sehingga, SNEDDS mampu menjadi

14 17 sistem penghantaran obat yang mempunyai kejernihan dan kestabilan yang tinggi (3). Ukuran partikel pada SNEDDS yang sangat kecil membuat sediaan yang dihasilkan jernih dan transparan. Selain itu, ukuran partikel dibawah 200 nm mengakibatkan gerak brown yang dimiliki SNEDDS mampu mencegah dari sedimentasi atau creaming yang menjadi masalah umum pada sediaan emulsi, sehingga sediaan SNEDDS mempunyai stabilitas yang tinggi. Pengukuran ukuran partikel SNEDDS dilakukan dengan pembacaan pada PSA (Particle Size Analizer) (26) Polidispers Indeks (PI) Polidispers indeks merupakan suatu nilai yang menunjukkan tingkat homogenitas dari sediaan SNEDDS. Nilai polydisperse indeks atau homogenitas dibawah 0,7 mengindikasikan sediaan SNEDDS yang bersifat homogen. Analisis hasil polidispers indeks dilakukan dengan membaca sediaan formula SNEDDS pada PSA (Particle Size Analyzer). Formula SNEDDS yang terdiri dari minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan di ultrasonifikasi yang kemudian ditambahkan kedalam aquabideslata dan dibaca nilai polidispers indeks dengan PSA (26) Zeta Potensial Zeta potensial yang tinggi akan lebih stabil karena zeta potensial tersebut akan melawan terjadinya agregasi suatu sediaan. Secara umum, nilai zeta potensial 30 mv menggambarkan sediaan yang cukup stabil (11). Nilai negatif pada zeta potensial menggambarkan adanya asam lemak bebas pada sediaan tersebut. Nilai negatif pada zeta potensial juga mengindikasikan bahwa sediaan tersebut bermuatan negatif sehingga terjadi penolakan yang cukup besar antar tetesan untuk bergabung. Hal ini yang menyebabkan sistem emulsi tersebut menjadi stabil (12). Pembacaan nilai zeta potensial dilakukan dengan menggunakan PSA (Particle Size Analyzer) (26).

15 Landasan Teori Ibuprofen merupakan obat golongan NSAID (Non-Steoidal Antiinflamation Drugs) yang sering digunakan masyarakat luas sebagai antipiretik dana analgesik dengan efek samping yang ringan dibanding dengan obat golongan NSAID yang lain. Menurut penelitian Kang dan Jung, ibuprofen memiliki kelarutan yang rendah dengan klasifikasi BCS kelas 2, sehingga diperlukan metode khusus untuk meningkatkan kelarutannya. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah SNEDDS (Self-nanoemulsifying drug delivery systems) yang merupakan campuran isotropik dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan zat aktif obat yang akan membentuk emulsi minyak dalam air dengan agitasi ringan. Ukuran partikel SNEDDS adalah antara nm. Berdasarkan penelitian sebelumnya mampu SNEDDS mampu meningkatkan bioavabilitas obat oral. Skrining dan optimasi komponen pembentuk SNEDDs perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, baik dalam formulasi, serangkaian uji SNEDDs serta uji stabilitas. Komponen utama SNEDDS yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak (Capryol 90, Myristol 318, asam oleat, dan minyak zaitun), Surfaktan (Labrasol, Labrafil M1944CS, tween 20, tween 80, Cremophor RH 40), dan ko-surfaktan (PEG 400 dan propilen glikol). Skrining dan optimasi dilakukan dengan melihat kelarutan, perbandingan Smix dari surfaktan dan kosurfaktan nilai %transmittan, ukuran partikel, polidispers indeks (PI), nilai zeta potensial, serta daerah persebaran nanoemulsi yang tergambarkan pada diagram fase terner. Analisis %transmittan dilakukan dengan spektrofotometer UV, ukuran partikel, PI dan zeta potensial dari sediaan yang dihasilkan ditentukan dengan menggunakan PSA (particle size analyzer). Oleh karena itu, perlu dilakukannya skrining dan optimasi awal dalam pembuatan formulasi sediaan SNEDDS ibuprofen untuk mendapatkan hasil yang stabil dan terbaik.

16 Hipotesis Skrining dan optimasi yang dilakukan pada komponen utama SNEDDS yaitu minyak, surfaktan, dan kosurfaktan mampu menghasilkan formulasi sediaan SNEDDS yang optimal dan stabil dilihat nilai %transmittan, ukuran partikel, polidispers indeks (PI), nilai zeta potensial, serta daerah persebaran nanoemulsi yang tergambarkan pada diagram fase terner.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ibuprofen yang diperoleh dari PT. Global Chemindo Megathading. Asam oleat, minyak zaitun,

Lebih terperinci

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang diekstrak dari rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.). Kurkumin dilaporkan memiliki efek farmakologi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonstreoidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis karena lebih efektif dibandingkan dengan aspirin, indometasin,

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonsteroidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengkudu banyak dimanfaatkan sebagai agen hipotensif, antibakteri, antituberkulosis, antiinflamasi, dan antioksidan. Mengkudu mengandung berbagai komponen antara

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti inflamasi NSAID (Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs) golongan propanoat yang biasa digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan obat antiinflamasi non steroid yang digunakan secara luas untuk pengobatan rheumatoid arthritis,

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben yang secara alami terdapat dalam buah blueberries, kulit buah berbagai varietas

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian.. B. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu penyiapan aditif dan analisa sifat-sifat fisik biodiesel tanpa dan dengan penambahan aditif. IV.1 Penyiapan

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang disintesis oleh tanaman, alga, dan bakteri fotosintesis sebagai sumber warna kuning, oranye, dan merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim (Faradiba, 2013) - Krim dengan zat pengemulsi nonionik

Lebih terperinci

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat. BAB 1 PENDAHULUAN Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh yang timbul apabila jaringan mengalami kerusakan. Rasa nyeri sering disertai oleh respon emosional dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki berbagai jenis tumbuhan, di antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk mengobati berbagai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Orientasi formula mikroemulsi dilakukan untuk mendapatkan formula yang dapat membentuk mikroemulsi dan juga baik dilihat dari stabilitasnya. Pemilihan emulgator utama

Lebih terperinci

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). 2 3 4 Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). Antar muka dapat berada dalam beberapa jenis, yang dapat berwujud padat, cair atau

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya permasalahan yang ada pada masyarakat modern menjadi salah satu penyebab timbulnya keluhan sakit kepala atau nyeri. Rasa sakit atau nyeri adalah perasaan

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum BAB 1 PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, teknologi farmasi telah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai metode baru dalam industri farmasi yang memiliki tujuan akhir untuk mendapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Purwoceng merupakan tumbuhan yang sudah banyak dikenal masyarakat karena dipercaya memiliki khasiat sebagai afrodisiak. Purwoceng termasuk ke dalam kategori tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH digilib.uns.ac.id xvi DAFTAR SINGKATAN A/M ANOVA BHA BHT CMC CoCl 2 HIV HLB M/A O/W ph SPSS t-lsd UV W/O : Air dalam Minyak : Analysis of Variance : Butylated Hydroxyanisole : Butylated Hydroxytoluen)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian

Lebih terperinci

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2 MONOGRAFI A. Bahan Aktif HIDROKORTISON Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis Struktur Molekul : C 23 H 32 O 6 BM : 404,50 Pemerian : - penampilan : serbuk hablur - warna : putih atau hampir putih - bau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini Indonesia masih mengimpor monogliserida dan digliserida yang dibutuhkan oleh industri (Anggoro dan Budi, 2008). Monogliserida dan digliserida dapat dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PEDAULUA 1.1 Latar Belakang Masalah yeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, subjektif dan manifestasi dari kerusakan jaringan atau gejala akan terjadinya kerusakan jaringan (Dipiro et

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat spreads, yang kandungan airnya lebih besar dibandingkan minyaknya. Kandungan minyak dalam

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dunia farmasi saat ini berkembang dengan pesatnya yang memberikan dampak berkembangnya metode dalam meningkatkan mutu suatu obat. Mutu dijadikan dasar acuan untuk menetapkan kebenaran

Lebih terperinci

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009). BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling popular di masyarakat karena bentuk sediaan tablet memiliki banyak keuntungan, misalnya: massa tablet dapat dibuat dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka digilib.uns.ac.id 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) a. Klasifikasi dan deskripsi salam Klasifikasi tumbuhan salam menurut Van Steenis (2003) adalah

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi antara lain: Hal-hal yang berdampak pada kelarutan Hal-hal yang berdampak pada kecepatan disolusi Hal-hal yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki mekanisme kerja menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan cox-2) sehingga tidak terbentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KITSAN Kitosan adalah polimer alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitin adalah polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa. Kitosan merupakan polimer yang aman, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian oral adalah rute terapi yang paling umum dan nyaman (Griffin, et al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah sediaan tablet.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci