VI. PERUMUSAN STRATEGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PERUMUSAN STRATEGI"

Transkripsi

1 VI. PERUMUSAN STRATEGI Formulasi alternatif strategi pengernbangan komoditas unggulan di Larnpung Barat dilakukan rnelalui tiga tahap yaitu tahap identifikasi faktor internal dan eksternal, tahap pencocokan dan pernaduan yang layak dengan rnencocokkan faktor internal dan eksternal serta tahap keputusan. Metode yang dipilih dalarn kajian ini yang ditujukan untuk rnenformulasikan strategi tersebut adalah rnatrik faktor internal dan eksternal (IFE-EFE Matrix1 Internal Factors Evaluation- External Factor Evaluation Matrix), analisis rnatrik kekuatan- kelernahanancarnan-peluang (SWOT) dan analisis Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM) 6.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal ditujukan untuk rnengindentifikasi faktor-faktor yang dapat rnenjadi kekuatan dan kelemahan dalarn pengernbangan kecarnatan sebagai pusat perturnbuhan ekonorni di Larnpung Barat. Faktor-faktor strategis internal tersebut adalah: a. Kekuatan Faktor-faktor yang menjadi kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalarn pelaksanaan pengernbangan kornoditas unggulan kecarnatan di Kabupaten Larnpung Barat antara lain: 1) Kebijakan Pernbangunan Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat Kebijakan Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan rnerupakan kekuatan bagi pengernbangan kornoditas unggulan kecarnatan karena ha1 tersebut berhubungan dengan alokasi angggaran pengernbangan kornoditas. Selain itu kebijakan ini dapat berupa peraturan ataupun kornitrnen. Kebijakan Pemkab Larnpung Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan Larnpung Barat telah banyak diluncurkan seperti pernberian bantuan bibit unggul, pembangunan sarana prasarana pertanian sepertai irigasi, permodalan serta rnernfasilitasi kerjasarna dengan pihak swasta ataupun lernbaga-lembaga penelitian rnaupun perguruan tinggi dalam rangka peningkatan kualitas dan produksi kornoditas unggulan.

2 2) Ketersediaan lahan yang cukup luas Lahan pertanian di Lampung Barat masih cukup luas untuk diusahakan. Hal ini merupakan kekuatan wilayah dalam pengembangan komoditas unggulan. Lahan pertanian ini terdapat di seluruh kecamatan di Lampung Barat. 3) Ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian Struktur ekonomi Lampung Barat yang didominasi oleh sektor pertanian (61%) memberi gambaran bahwa sebagian besar penduduk bekerja di sektor ini. Data BPS Lampung Barat menyebutkan jumlah ~mah tangga pertanian, sebagian besar rumah tangga petani yang ada di Kabupaten Lampung Barat 39.72% rumah tangga petani menggeluti sektor perkebunan diikuti 37.18% adalah rumah tangga petani padi palawija dan hortikultura, 13.27% rumah tangga peternakan, tanaman hutan 8.19%, perikanan 1.64%. Jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Lampung Barat hasil adalah rumah tangga (BPS Lampung Barat. 2007) 4) Adanya tenaga penyuluh lapangan Peran tenaga penyuluh lapangan dalam meningkatkan produksi sangat penting. Keberadaan para penyuluh ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang budidaya produk unggulan. Di Lampung Barat setiap kecamatan rata-rata terdapat 3 orang penyuluh. 5) Dukungan budaya lokal terhadap kharakteristik produk Dukuilgan budaya lokal ini dimaksudkan adalah bahwa produk-produk unggulan Lampung Barat telah diusahakan masyarakat secara turun temurun. Damar misalnya sudah diusahakan masyarakat sejak ratusan tahun silam. Kopi dan Iada merupakan produk khas masyarakat Lampung terrnasuk masyarakat Lampung Barat. Hampir seluruh masyarakat Lampung Barat mempunyai kebun kopi. Hal ini dukung fakta bahwa kopi merupakan penyumbang terbesar dalam nilai tambah bruto (NTB) terhadap PDRD (Tabel 9). 6) Kelemahan Berdasarkan analisis lingkungan internal diperoleh faktor-faktor kelemahan yang harus diatasi yaitu: 1) Penangananpascapanen Penanganan pasca panen yang dilakukan masyarakat terhadap produk unggulan Lampung Barat masih sangat tradisional. Bahkan banyak masyarakat menjemur kopi di jalan raya. Akibatnya adalah rendahnya mutu produk.

3 2) Kurang pemahaman terhadap teknik budidaya Teknik budidaya pertanian banyak kurang bahkan tidak dipahami oleh masyarakat petani. Salah satu contoh adalah penggunaan bibii yang kurang berkualitas. Biasanya masyarakat mengambil bibit dari kebun sendiri dengan cara mengambil bibit dari pohon yang dianggap baik. Penggunaan bibit seperti ini mengakibatkan produksi tidak maksimal. Contohnya adalah Kopi Robusta mempunyai sifat menyerbuk silang (Self Sterile, Heterozygous), sehingga apabila diperbanyak dengan benih tidak dapat mempertahankan sifat genetiknya, oleh karenanya perbanyakannya dilakukan secara vegetatii. Pengetahuan seperti ini banyak tidak diketahui oleh para petani. 3) Kelembagaan petani kurang berfungsi Salah satu faktor kelemahan yang dianggap penting dalam pengembangan produk unggulan adalah kelembagaan. Kelembagaan ini selain berfungsi sebagai wadah pemersatu petani juga merupakan wadah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggotanya. Dengan kakelembagaan yang baik diharapkan para petani dapat meningkatkan taraf hidupnya. Untuk itu kiranya penting untuk menguatkan kelembagaan petani. 4) Kurangnya permodalan Modal adalah kelemahan masyarakat dalam mengembangkan produk unggulan. Kendala ini sering dihadapi oleh petani komoditas dengan jangka panen panjang seperti kopi dan lada. Para petani sering terjebak utang dengan para pedagang pengempul (tengkulak) baik untuk proses produksi maupun keperluan sehari-hari. Ketika panen tiba mau tidak mau mereka harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengepul yang meminjamkan uangnya kepada rnereka. 5) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung Sarana dan prasana pendukung disini dapat dilihat pada hasil analisis skalogram. Ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan tidak merata di setiap kecamatan (Tabel 17). Bahkan beberapa kecamatan rnempunyai fasilitas yang sangat minim. Minimnya fasilitas-fasilitas ini berakibat pada kurangnya pelayanan publik. Selain itu, sarana seperti irigasi dan energi juga tidak merata di setiap kecamatan.

4 6.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal a. Peluang 1) Terbukanya peluang pasar Hasil analisis LQ pada bab sebelurnnya rnenunjukkan kornoditas unggulan Larnpung Barat terdiri dari kopi, darnar, ikan, padi dan lada (Tabel 19). Kornoditas-kornoditas ini rnasih rnernpunyai peluang pasar yang besar. Produkproduk seperti darnar dan kopi bahkan rnenjangkau pasar internasional. Sernentara pasar komoditas lainya masih terbuka pada pasar regional rnaupun nasional. 2) Dukungan iklirn yang sesuai dengan pengernbangan produk lklirn di Larnpung Barat sangat rnendukung bagi pengernbangan kornoditas unggulan Larnpung Barat. Bagi wilayah pegunungan sangat cocok bagi tanarnan kopi serta di pesisir sangat cocok bagi pengernbangan lada, darnar dan padi. 3) Kejasarna dengan pihak swasta (produsen) dan lernbaga lainnya. Kerjasarna ini rne~pakan peluang dalarn rangka rneningkatkan pengetahuan, produktivitas rnaupun kepastian harga. Kerjasarna dilakukan dalarn bentuk kernitraan, dirnana keduabelah pihak sarna-sarna rnemperoleh keutungan. Beberapa lernbaga Mitra (International Buyers) yang sudah beroperasi di Larnpung Barat adalah Nestle, lndocomp Citra Persada, dan Indocafco. 4) Situasi kearnanan yang kondusif Situasi kearnanan Larnpung Barat sangat kondusif, ha1 ini ditandai dengan sedikinya kasus kejahatan yang terjadi. rata-rata tiap bulan hanya 13 kasus kejahatan. Kondisi ini rnernbuat tenang para pelaku ekonowi, terrnasuk didalarnnya adalah para petani dalarn pengernbangan pmduk-produk unggulan Larnpung Barat. 5) Larnpung Barat dilalui jalur lintas barat Surnatera Larnpung Barat dilalui jalur lintas barat Surnatera. Jalur ini sepanjang daerah pesisir Larnpung Barat. Adanya jalur ini rnenjadi peluang bagi pernasaran produk rnaupun jangkauan pasar regional rnaupun nasional. Karena jalur trans surnatera ini rnerupakan jalan nasional dirnana kualitas jalan nasional lebih baik dari jalan provinsi.

5 b. Ancaman 1) Serangan hama Serangan hama terhadap komoditas unggulan merupakan ancaman, pada tahun 2007, padi di pesisir Larnpung Barat pernah diserang hama wereng yang akibat gagal panen (puso) dan berakibat kerugian petani. Komoditas lain pun tidak lepas dari ancaman serangan hama. 2) Produk sejenis dari daerah lain (persaingan antar daerah) Ancamana lain dalam pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat adalah produk sejenis dari daerah lainlpersaingan antar daerah. Ancaman ini harus dapat diatasi Larnpung Barat dengan meningkatkan mutu produk. Produksi sejenis adalah kopi dari Kabupaten Tanggamus dan daerah lainnya. 3) Mahalnya harga pupuk dan insektisida Mahalnya harga pupuk dan insektisida membuat petani terkadang pasrah dengan keadaan karena ketidakmampuan ekonomi. Proses produksi dilaksanakan secara tradisional dan terkadang tidak dilakukan pemupukan. 4) Panjangnya rantai pernasaran Mekanisrne pasar dari penjualan petani hingga di tingkat konsurnen harnpir sama seperti pada setiap penjualan komodiii perkebunan lainnya, dimana peranan tengkulak atau pedagang pengurnpul sangat dominan, bahkan peranan pelaku ijon atau pelepas uang sangat besar. Pelepas uang adalah istilah dimana para tengkulak rnemberi pinjaman berupa uang rnaupun sembako kepada para petani sebelum rnasa panen 5) Isu konsewasi Isu konsewasi sangat mernpengarui pengembangan produk unggulan di Lampung Barat temtama sub sektor perkebunan. Hal ini karena 76% wilayah Larnpung Barat adalah kawasan hutan. Dengan hutan seluas itu, kemungkinan perambahan sangat mungkin terjadi. Salah satu contoh adalah laporan WWF pada tahun World Wild Funf for Nature (WWF) Indonesia, menernukan 45,1% dari total ekspor kopi Lampung yang mencapai ton pada tahun 2003 berasal dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), kawasan konsewasi yang menjadi habitat harirnau, gajah, dan badak. WWF rnenyebutkan 17% atau 60 hektare areal TNBBS dikonversi menjadi lahan pertanian, sebagian besar rnenjadi kebun kopi. Laporan itu menyebutkan akibat perdagangan kopi ilegal ini memicu rusaknya habitat badak, gajah, dan harimau Sumatera di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatera, Indonesia.

6 Studi WWF mengenai jalur perdagangan kopi dari TNBBS ke pernbeli di tingkat internasional rnenemukan kopi dari TNBBS rnernasuki pasar internasional rnelalui rantai perdagangan umurn. Penelusuran jalur perdagangan dilakukan dari petani kopi di TNBBS ke pedagang lokal di tingkat desa, kecarnatan, kabupaten, hingga ke eksportir di Bandar Lampung. Studi yang berlangsung Oktober 2003 sampai Juni 2004 tersebut menemukan suplai kopi dari 40 eksportir kopi di Lampung tercampur kopi TNBBS dan kopi tersebut diekspor ke 52 negara di Eropa, Asia, Amerika, Afrika dan Australia. ( 6.2 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal Dalam tahap masukan ini dilakukan analisis IFE dan analisis EFE yang didasarkan pada hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan yang rnerupakan faktor strategis internal dan eksternal. Pengisian rnatriks EFE-IFE dilakukan dengan mernberi bobot dan rating pada setiap faktor eksternal dan internal tersebut Evaluasi Faktor lnternal Evaluasi Faktor lnternal (IFE) menrpakan hasil dari identifikasi faktorfaktor strategis internal Kabupaten Lampung Barat berupa kekuatan dan kelernahan yang berpenganrh terhadap pengembangan kecarnatan sebagai pusat pertumbuhan. Hasil evaluasi faktor internal berdasarkan jawaban dari responden diperoleh skor dari perkalian bobot dan rating di masing-masing faktor pada kekuatan dan kelemahan. Matnks evaluasi Faktor lnternal secara lengkap disajikan pada Tabel 31.

7 ~~ ~~. ~ ~~ ~.~~.~ ~~~~~~ ~p~ Tabel 31. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) pengembangan produk unggulan Lampung Barat No Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Kekuatan 1,599 1 Kebijakan Pembangunan Pemkab Lampung Barat Potensi kesuburan tanah ,264 Ketersediaan tenaga keja di sektor pertanian Adanya tenaga penyuluh pertanian ,258 dukungan budaya iokal terhadap karakteristik produk Kelemahan, Penangananpascapanen - Z - 3 Rendahnya teknologi budidaya Kelembagaan petani kurang berfungsi Kurangnya permodalan 4 Kurangnya sarana dan prasarana pendukung 0, ~~~~~~~~ 1 ~ 0,089.. Jumlah 1, ~ Sumber : Lampiran 1 I Dari hasil analisis IFE seperti ditunjukkan Tabel 31 diperoleh total skor Jumlah skor yang lebih rendah dari rata-rata tersebut (rata-rata=2,5) menunjukan bahwa Kabupaten Lampung Barat dalam pengembangan produk unggulan kecamatan secara internal masih lemah. Secara rinci, jumlah nilai terbobot untuk elemen kekuatan adalah 1,60 dan elernen kelemahan Pada Tabel 31 menunjukan kekuatan utama adalah kebijakan pembangunan Pemkab. Kekuatan ini memiliki skor Kebbakan ini sangat penting, karena pemerintah mempunyai tugas alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi ekonomi pemerintah menurut pandangan ekonomi publik ada tiga fungsi ekonomi yang pokok yaitu: fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Masing-masing fungsi memiliki keterkaitan yang berbeda dalam perlakuanmya. Fungsi alokasi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan penyediaan dan pelayanan barang-barang publik yang peruntukannya secara komunal dan tidak dapat dimiliki secara perorangan: Fungsi distribusi rnemiliki keterkaitan erat dengan perataan kesejahteraan masyarakat dalam arti proporsial tetap menjadi perhatian dalam rangka mendorong tercapainya pertumbuhan yang optimal. Kemudian Fungsi stabilisasi memiliki keterkaitan erat dengan fungsi mengatur variable ekonomi makro dengan sasaran untuk mencapai stabilitas ekonomi

8 secara nasional. Ketiga fungsi tersebut kiranya dua fungsi pertarna yang dapat secara optimal dilakukan pernerintah daerah. Artinya bagairnana Pernkab Larnpung Barat dapat rnengalokasikan anggaran guna pengernbangan kornoditas unggulan dan rnendistribusikan berbagai fasilitas pendukung. Kekuatan yang rnenernpati urutan kedua adalah ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian. Kekuatan ini rnerniliki skor Struktur ekonorni Larnpung Barat yang didorninasi oleh sektor pertanian (61%) rnernberi gambaran bahwa sebagian besar penduduk bekerja di sektor ini. Data BPS Larnpung Barat rnenyebutkan jurnlah rurnah tangga pertanian, sebagian besar rurnah tangga petani yang ada di Kabupaten Larnpung Barat 39.72% rurnah tangga petani rnenggeluti sektor perkebunan diikuti 37.18% adalah rurnah tangga petani padi palawija dan hortikultura, 13.27% ~rnah tangga peternakan, tanarnan hutan 8.19%, perikanan 1.64%. Jumlah rurnah tangga pertanian di Kabupaten Larnpung Barat hasil adalah rurnah tangga (BPS Larnpung Barat,2007). Sernentara itu berdasarkan hasil Susenas 2005 bahwa tenaga kerja yang terserap oleh sektor pertanian rnencapai 91.62% dari total rnereka yang bekerja. Kekuatan ketiga adalah adalah dukungan budaya lokal terhadap karakteristik produk dengan skor 0,29. Dukungan budaya lokal tersebut dalarn arti apa yang rnenjadi kornoditas unggulan rne~pakan tanaman tu~n ternurun. Dengan dernikian dalarn pengernbangnya lebih rnudah. Karena kornoditas- kornoditas itu rnerupakan tulang punggung ekonorni rakyat. Seperti kopi dan darnar yang rnerupakan tanarnan turun ternurun. Kekuatan keernpat adalah Kesuburan tanah Larnpung Barat sangat cocok bagi pengernbangan produk-produk unggulan. Kesuburan tanah ini rnerupakan modal berharga, karena dengan dernikian penggunaan pupuk bisa lebih ditekan. Yang perlu diperhatikan adalah pernberian wawasan kepada para petani agar dapat rnernelihara kesuburan tanah tersebut. Kekuatan kelirna adalah ketersedian penyuluh lapanyan. Penyuluh lapangan dapat rnernberi tarnbahan pengetahuan dan rnernonitor perkernbangan dan segala kendala yang dihadapi di lapangan agar dapat segera diupayakan penyelesaiannya. Penyuluh lapangan juga dapat berperan sebagai fasilitator bagi penguatan kelernbagaan petani. Di Larnpung Barat terdapat 130 orang penyuluh yang tersebar di 17 Kecarnatan. Selain kekuatan, Kabupaten Larnpung Barat juga rnerniliki kelernahan. Kelernahan utarna Kabupaten Lampung Barat adalah penanganan rnasa panen

9 dengan skor 0,21. Penanganan pasca panen yang dilakukan rnasyarakat rnasih tradisional. Hal ini rnernbuat mutu produk rnenjadi sangat rendah. Akibatnya harga yang diterirna masyarakat jauh dibawah harga pasar. Selain itu, rnutu produk tidak dapat bersaing dengan produk dari daerah lain. Perlu pembinaan yang terus menerus dari pernerintah daerah agar masyarakat sadar pentingnya penanganan pasca panen yang baik. Proses pasca panen disini mulai dari panen, pengangkutan sarnpai sampai proses penyirnpanan. Kelemahan kedua adalah kurangnya permedalan dengan skor 0,ll. Kelemahan ini berakibat sangat berpengaruh produksi komoditas. Ketiadaaan modal membuat petani tidak menggunakan pupuk dan ketika terserang harna pun mereka hanya bisa pasrah. Barat tidak memiliki nilai tawar tinggi dalarn rnenentukan harga komoditas. Yang lebih parah lagi adalah saat tidak ada panen, rnereka akan merninjarn uang atau sembako kepada para tengkulak yang dibayar pada saat panen. Bila sudah dernikian maka para petani saat panen harus menjual hasil panennya kepada tengkulak tersebut tanpa bisa dengan harga sepenuhnya ditentukan oleh tengkulak. Bantuan permodalan dengan kredit lunak diharapkan dapat mengatasi kelemahan ini. Kelernahan ketiga adalah kelembagaan petani kurang berfungsi dengan skor Kurang berfungsinya kelembagaan petani ini mengakibatkan petani kurang memiliki nilai tawar. Selain itu, dengan lemahnya lembaga-lembaga petani seperti kelornpok tani juga berakibat sulitnya pernberdayaan petani. Kelembagaan petani juga berfungsi sebagai wadah pemersatu petani dengan demikian segala persoalaan dapat diselesaikan secara bersama-sama. Kelernahan keernpat aadalah rendahnya teknologi budidaya dengan skor Teknologi budidaya masyarakat masih sangat tradisional. Belum rnenggunakan teknik budidaya yang modem. Hal ini bisa dilihat dari hasil produk yang belurn rnaksimal. Contohnya adalah hasil produksi padi di Lampung Barat rnasih 4-5 ton ihektar. Padahal produksi ini masih bisa meningkat rnencapai 8-10 ton per hektar bila rnenggunakan teknik budidaya yang baik. Dalam penggunaan bibit rnisalnya. Masyarakat banyak menggunakan bibit yang kuran berkualitas rnenyebabkan proses produksi menjadi larnbat dan hasilnya kurang memuaskan. Hal ini diakibatkan ketidaktahuan masyarakat dan lernahnya permodalan rnasyarakat. Bibit yang digunakan masyarakat biasanya diarnbil dari hasil panen sebelumnya yang dianggap bagus.

10 Kelemahan lain adalah kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Kelemahan ini rnenciptakan biaya tinggi. Saat musirn kemarau misalnya, para petani harus rnengeluarkan biaya ekstra untuk menyewa pompa air agar mendapatkan air guna mengairi lahan karena tidak adanya irigasi. Sarana jalan yang masih buruk hingga menimbulkan biaya tambahan untuk transportasi produk ditambah lokasi pasar yang terlalu jauh. Hasil analisis scalogram menunjukan penyebaran fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan yang tidak rnerata, hanya Kecamatan Balik Bukii, Pesisir Tengah dan Sumber Jaya yang mempunyai nilai tertinggi dalam arti ketiga kecamatan tersebut mernliki kelengkapar~ fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan. Sementara kecarnatan lainnya masih sangat minim Evaluasi Faktor Eksternal Evaluasi Faktor Eksternal merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis eksternal Kabupaten Lampung Barat berupa peluang dan ancaman yang telah diberi bobot dan rating. Hasil analisis matriks evaluasi faktor eksternal di peroleh total skor 2.62 dengan skor elemen peluang sebesar 1,85 dan elemen ancaman sebesar 0,77. Nilai total skor yang lebih dari 2,5 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Barat mampu rnernanfaatkan peluang eksternal untuk rnenghadapi ancaman. Lebih rinci pada Tabel 32.

11 Tabel 32. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE rnatriks) Kabupaten Larnpung Barat Faktor Strategis Eksternal bobot rating skor Peluang 1, Terbukanya peluang pasar 3 0, Dukungan iklim yang sesuai dengan pengembangan produk Kejasama dengan pihak swasfa (produsen) dan lembaga lainnya , Situasi keamanan yang kondusif Lampung Barat dilalui jalur lintas barat Sumatera 3 0,322 Ancaman 0, Isu Konservasi 2 0,242 0, Produk sejenis dari daerah lain (penaingan antar daerah) 1 0, Mahalnya harga pupuk dan insektisida 1 0, Panjangnya rantai pemasaran n rn Serangan hama Jumlah 1,000 2,616 Somber: lamniran 12 Peluang pertarna adalah kerjasarna dengan pihak swasta dengan skor 0,50. Peluang ini dalarn rangka peningkatan rnutu dan produktivitas produk. Beberapa lernbaga Mitra (International Buyers) yang sudah rnelakukan kerjasarn untuk komoditas kopi adalah Nestle, lndocomp Citra Perzada, dan lndocafco ke depan diproyeksikan akan bertarnbah rnenjadi lirna rnitra eksportir dengan rnasuknya 2 rnitra baru yaitu Olam-Kraff International dan Group Kapal Api. Keuntungan pengembangan kernitraan yang dirasakan petani, antara lain: 1. MitraIEksportir rnenanggung biaya sertifikasi produk petani untuk setiap kelornpok penghasil (biaya sertifikasi rnencapai 700 juta rupiah sld 1 rnilyard untuk tiap sertifikat). 2. Proses analisa rnutu dan reject produk yang tidak rnernenuhi standar rnutu internasional dilakukan di lokasi petani. 3. Margin harga yang rnencapai 2.50M.500 per kg dibanding pasar lokal. 4. Kewajiban eksportir untuk rnelakukan pernbinaan dan pelatihan kepada kelornpok binaannya dalarn konteks kepentingan bersarna, sebagai prasyarat Mitra eksport.

12 5. Adanya kornitmen-fee eksportir kepada kelompok tani sebagai dana fasilitasi pertemuan kelornpok untuk penguatan kelembagaan (Rp100.. dari tiap. kg. produksi petani) yang diberikan setiap akhir tahun panen. 6. Untuk setiap perubahan kualifikasi produk yang diinginkan Mitra berkewajiban rnernberikan bimbingan teknis dan bantuan peralatan unit peningkatan mutu produk, selama periode disalurkan terpal lantai jernur rnencapai lembar, peralatan penyernprotan, ware-pack, dan pemeliharaan tanaman pada setiap kelornpok rnitra. 7. Packing produk (Pengarungan) di subsidi oleh eksportir dalarn bentuk pernbagian karung yang sudah rnerniliki segel sertifikasi internasional untuk tujuan terminal london dan New Zealand. Selarna Periode kernitraan rnencapai ton per tahun panen. total produksi yang dipasarkan melalui pola produksi 2008 pihak eksportir menargetkan ton. Untuk periode tahun Peluang kedua adalah terbukanya peluang pasar dengan skor 0,36. Pasar kornoditas unggulan Larnpung Barat rnasih sangat terbuka. Kornoditas ungulan Lampung Barat seperti kopi, lada, damar dan ikan sangat dibutuhkan oleh pasar baik pasar domestik rnaupun internasional. Yang perlu mendapat perhatian adalah bagairnana meningkatkan mutu produk tersebut, agar bersaing dengan produk dari daerah lain bahkan dari negara lain, artinya daya saing produk rnenentukan apakah produk tersebut diterima pasar atau tidak. Kondisi ini menuntut setiap daerah dapat rneningkatkan daya saingnya. Untuk meningkatkan daya saing banyak faktor yang harus dibenahi seperti perbaikan kinerja pernerintah, kualitas surnber daya manusia, dan lain-lain. Peluang ketiga adalah situasi kearnanan yang kondusif (0.33). Keamanan yang kondusif ini ditunjukan dengan rata-rata kejahatan yang terjadi hanya 13 kasus setiap bulannya (Lampung Barat dalam Angka, 2008). Situasi ini tentunya rnernbuat para pelaku usaha lebih nyaman dalam berusaha, tidak ada perasaan was-was karena tindak kejahatan. Peluang keempat adalah dilaluinya Larnpung Barat oleh jalan lintas barat Surnatera. Sarana jalan nasional ini rnernbuka peluang berbagai usaha ekonorni bagi pengembangan produk unggulan. Selain itu juga mempermudah jangkauan pasar terutama ke ibu kota provinsi Lampung. Akses yang mudah merupakan modal bagi suatu daerah dalam mengembangkan perekonorniannya. Jalan lintas barat ini diharapkan menjadi modal utama bagi Lampung Barat terutarna wilayah

13 pesisir (karena jalan ini hanya rnelintasi wilayah pesisir Larnpung Barat) akan rnernpermudah akses keluar masuk barang dan jasa. Peiuang kelirna adalah dukungan iklirn yang sesuai dengan pengernbangan produk dengan skor 0,23. Dukungan iklirn ini rnernberi rnanfaat dalarn pengernbangan produk unggulan. Wilayah pegunungan Larnpung Barat sangat cocok untuk budidaya kopi. Hasil analisis LQ rnernperlihatkan hampir seluruh kecarnatan di wilayah pegunungan rnenjadikan kopi sebagai sektor basis. Selain peluang, ancaman yang dihadapi Larnpung Barat adalah isu konservasi dengan skor 0,24. Hal ini karena Wilayah Lampung Barat yang sebagian besar wilayahnya (76%) adalah kawasan hutan. Seperti di laporankan WWF Indonesia bahwa ada 60% hutan TNBBSS di konvesrsi menjadi kebun kopi. Isu cukup rneresahkan karena sernpat rnenurunkan harga kopi Larnpung Barat. Isu ini harus dapat di jawab oleh Pemkab bagaimana rnelestarikan hutan narnun rnasyarakat tetap sejahtera. Ancarnan kedua adalah adalah panjangnya rantai pernasaran dengan skor 0,22. Mekanisrne pasar dari penjualan dari petani hingga di tingkat konsurnen harnpir sarna seperti pada setiap penjualan kornoditi, dirnana peranan tengkulak atau pedagang pengumpul sangat dorninan, bahkan peranan pelaku ijon atau pelepas uang sangat besar. Ancarnan ketiga adalah rnahalnya harga pupuk dan insetisida dengan skor 0,12. Ancarnan ini sebenarnya karena pola tanarn yang salah dari petani karena rnenggunakan pupuk dan insektisida tanpa takaran yang tepat. Akibatnya justru kesuburan tanah hilang dan kebalnya beberapa penyakit terhadap insektisida. Akibatnya petani harus mengeluarkan biaya lebih tinggi karena rnenggunakan pupuk lebih banyak dan insektisida yang rnahal. Ancarnan keernpat adalah serangan harna dengan skor 0,ll. Serangan harna sering rnembuat petani tak berdaya dan menderita kerugian besar. Harna terjadi karena ketidakseirnbagan alarn. Banyak predator alarni punah akibat penggunaan insektisida yang berlebihan. Ancarnan kelirna adalah produk sejenis dari daerah lain (persaingan antar daerah). (0,07). Menjadi ancarnan ketika kornoditas unggulan tidak rnarnpu bersaing dengan daerah lain. Artinya disini daerah harus mernpunyai daya saing. Daya saing ini rnencakup peningkatan kopentesi petani, sistern pernasaran. kondisi perrnintaan dan pengelolaan kelernbagaan.

14 6.3 Evaluasi Faktor Internal - Eksternal Evaluasi faktor internal - ekstemal rnenghasilkan profil strategi pengembangan produk unggulan Kabupaten Lampung Barat. Kerangka kerja empat kuadran mengindikasikan apakah strategi yang cocok adalah strategi yang agresif, konservasif, defensive atau kompetitif. Tahap yang dibutuhkan untuk membentuk profil strategi ini adalah: menempatkan nilai skor akhir dari matriks IFE dan EFE untuk surnbu yang sesuai, menambahkan dua nilai pada sumbu y dan menggambarkan titik hasil pada Y, menggambarkan perpotongan X dan Y, dan menggarnbarkan arah vektor dari titik asal melalui titik perpotongan yang baru. Vektor arah yang diasosiasikan dengan masing-masing profil menyiratkan tipe strategi yang haws dijalankan. Berdasarkan rnatriks IFE, skor untuk kekuatan adalah 1,60 sedangkan skor untuk kelemahan adalah 0,60 sehingga selisih antara keduanya adalah bernilai 1,08. Nilai tersebut ditempatkan pada surnbu X. Selanjutnya nilai peluang adalah 1.73 dan nilai ancaman adalah 0,77 dengan demikian selisihnya adalah 0,88 yang kemudian nilai tersebut ditempatkan pada surnbu Y. perpotongan antara X dan Y tersebut berada pada di kuadran II dengan tipe strategi aggressive. Berdasarkan analisis tersebut maka profil strategi yang muncul adalah strategi S-0, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal untuk rnernperoleh keuntungan dalam pelaksanaan pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat. Lebih rinci pada Garnbar 8.

15 Conservative 0 Agresissive W -0,72 1,60 S Pevensive Diversive T Gambar 8. Profil strategi pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat 6.4 Perumusan Strategi Tahap selanjutnya dalam penyusunan strategi pengembangan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan adalah tahap penggabungan (matching stage) dengan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan dengan rnenggabung antara faktor internal (kelemahan dan kekuatan) dengan faktor eksternal (peluang dan ancarnan). Hal ini dirnaksudkan untuk rnenentukan strategi yang layak dalam Pengernbangan produk unggulan Kabupaten Larnpung Barat. Dari hasii analisis SWOT diperoleh strategi aiternatif dalam pengembangan produk unggulan Kabupaten Larnpung Barat diperoleh 9 alternatif strategi. Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada Tabel 33.

16 Tabel 33. Matriks SWOT pengernbangan produk unggulan Larnpung Barat Faktor Eksternal Faktor Internal (0)pportunities- Peluang 1. Terbukanya peluang pasar 2. Dukungan iklim yang sesuai dengan pengembangan produk 3. Kerjasama dengan pihak swasta (produsen) dan lernbaga lainnya. 4. Situasi keamanan yang kondusif 5. Lampung Barat dilalui jalur lintas barat Sumatera (S)trength - kekuatan 1. Kebijakan Pembangunan Pemkab 2. Potensi kesuburan tanah 3. Ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian 4. Adanya tenaga penyuluh pertanian 5. Dukungan budaya lokal terhadap kharakteristik produk STRATEGI S-O 1. Pengembangan kompetensi inti daerah (S1.S2,S3,s,S5, 01,02,03,04,05) 2. Pengembanan kejasamalkwnitraan dengan swasta Ilembaga lainnya(si,s2.s3,s4. S5.01,03) (W) eakness-kelemahan 1. Penangganan pasca panen 2. Rendahnya teknologi budidaya 3. Keiernbagaan petani kurang beifungsi 4. Kurangnya permodalan 5. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung STRATEGI W-O 1. Modernisasi Peralatan dan Teknolgi (WI,W2,W3.01) 2. Penguatan kelembagaan (WI,W2,W4,W5,03) 3. Pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintah (W5,W6,02,03.04,05) (T) hreats 1. lsu konsewasi 2. Produk sejenis dari daerah lain (persaingan antar daerah) 3. Mahalnya harga pupuk dan insektisida 4. Panjangnya rantai pemasaran 5. Serangan hama STRATEGI S-T 6. Peningkatan mutu produk (S1.S2.S3.~,S5,TI.T2,T5) 7. Pendptaan jejaring pernasaran (S1.52. S3. S4.S5,T4,) STRATEGI W-T 8. Peningkatan kapasitas SDM (W1.W2,W3,W4.T1,TZ8T3.T4.T5) 9. Penguatan modal usaha melalui pembentukan dan perrnbedayaan koperasi (W5.W6. T3) Strategi Strength-Opportunities S-0 Strategi S-0 rnerupakan penggabungan antara faktor internal kekuatan dengan faktor eksternal peluang dengan cara mernanfaatkan peluang dengan rnenggunakan kekuatan. Adapun beberap strategi yang dihasilkan adalah: 1. Pengernbangan kornpetensi inti daerah Pengernbangan kopetensi inti daerah bertujuan untuk rnembangun daya saing daerah. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pernerintahan Daerah rnengarnanatkan pada pemerintah daerah dalarn ha1 ini Pernerintah KabupatenlKota untuk rneningkatkan kernandinan lokal rnelalui pernanfaatan surnberdaya alam yang dimiliki secara efisien dan optimal dalam rangka mernbangun daya saing daerah. Kompetensi inti disini adalah suatu produk yang khas dari daerah yang khas dan sulit ditiru daerah lain. Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat perlu untuk mengidentifikasi pmduk-produk atau kornoditas unggulan yang dapat rnenjadi kornpetensi inti. Dengan demikian diharapkan daerah dalarn ha1 ini Kabupaten Larnpung Barat rnempunyai daya saing tinggi

17 dan sulit disaingi oleh daerah lain. Operasional dari strategi ini bisa diterapkan dalarn bentuk klaster. Kriteria keunggulan Kornpetitif yang berdaya tahan yakni 1) Bernilai artinya kapabilitas yang rnenciptakan nilai bagi suatu perusahaanllernbaga dengan rnengeksploitasi peluang-peluang atau menetralisir ancaman-ancaman dalarn liingkungan eksternal perusahaan. 2) Langka artinya kapabilitas yang dirniliki oleh sedikit, jika ada, pesaing saat ini atau potensial. Keunggulan kornpetitif dihasilkan hanya ketika perusahaan rnengernbangkan dan rnengeksploitasi kapabilitas yang berbeda dari para pesaingnya. 3) Terlalu rnahal untuk ditim kapabilitas yang tidak mudah dikernbangkan oleh perusahaan-perusahaan lain. 4) Tidak ada produk pengganti kapabilitas yang tidak rnerniliki ekuivalen strategis. 2. Pengernbangan kerjasarndkernitraan dengan swasta dan lernbaga lainnya. Berbagai keterbatasan yang dirniliki Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan dapat diatasi dengan rnelakukan kerjasarna terutarna kerjasarn kernitraan dengan swasta. Kerjasarna ini banyak rnerniliki keuntungan yakni penetapan harga dilakukan oleh keduabelah pihak, peningkatan ketrarnpilan dan pengetahuan rnasyarakat, karena untuk rnernenuhi standar produk perusahaan, pihak swasta akan rnelakukan pernbinaan terhadap para petani. Dengan dernikian diharapkan akan ada peningkatan kesejahteraan. Selanjutnya adalah bagairnana Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat rnarnpu rnencari pihak swasta yang bersedia bermitra dengan rnasyarakat Larnpung Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan tentunya dengan berbagai fasilitas dan kernudahan serta iklirn investasi yang kondusif. Pengernbangan kerjasarna (aliansi) ini sebenarnya tidak terbatas dengan pihak swasta tapi juga dengan berbagai pihak, seperti lernbaga keuangan, lernbaga penelitian dan pengernbangan, termasuk dengan pernerintah kabupaten perbatasan, Pernerintah Provinsi Larnpung, dan Pernerintah Pusat serta perguruan tinggi Strategi Weakness - Opportunities (W-O) Strategi W-0 adalah strategi yang disusun untuk rnengatasi kelernahan dengan rnernanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternatif yang dihasilkan adalah : 1. Modernisasi Peralatan dan Teknologi

18 Salah satu kelernahan pengernbangan kornoditas unggulan di Larnpung Barat adalah penggunaan peralatan dan teknologi yang rendah. Peralatan dalarn rnernproduksi kornoditas rnasih sangat tradisional. Salah satu contoh adalah dalarn sub sektor perikanan. Nelayan di pesisir Larnpung Barat rnasih rnenggunakan perahu dan alat tangkap sederhana. Akibatnya potensi tangkap yang rnencapi tonltahun baru tercapai ton. Dernikian juga yang terjadi pada kornoditas unggulan lainnya. Kernudian dalarn penerapan teknologi juga rnasih sederhana. Teknologi disini temlasuk teknologi budidaya yang rnasih rnenggunakan kebiasaan lama yang didapat secara turun ternurun saja. Wajar bila produktivitas kornoditas unggulan Larnpung Barat rnasih rendah. Modernisasi peralatan dan teknologi diharapkan rnengubah prilaku rnasyarakat dalarn rnernproduksi produk unggulan serta rneningkatkan produktivitas serta rnutu produk. 2. Penguatan kelembagaan Penguatan kelembagaan disini rnenyangkut seluruh kelernbagan yang berhubungan dengan pengernbangan kornoditas unggulan. Mulai dari kelembagaan petani, kelembagaan pernerintah seperti penyediaan balai benih, balai penelitian dan lain-lain. Penguatan lernbaga ini perlu dilakukan agar strategi dan program pengembangan kornoditas unggulan dapat berjalan dengan baik. Penguatan kelernbagaan ini juga sangat berhubungan dengan partisipasi masyarakat. Artinya strategi pengembangan produk unggulan tidak akan berjalan tanpa partisipasi aktif rnasyarakat sebagai pelaku utarnanya. 3. Pengernbangan fasilitas ekonorni, sosial dan pernerintahan Hasil analisis scalogram y2n9 dibahas pada bab terdahulu rnenunjukkan bahwa wilayahlkecarnatan yang rnemiliki fasilitas ekonorni, sosial dan pemerintahan lengkap hanya 2 kecarnatan yakni Kecarnatan Balik Bukit dan Kecarnatan Pesisir Tengah. Hal ini berarti rnasih banyak rnasyarakat yang belurn dapat rnenikmati pelayanan secara rnudah. Dengan fasilitas lengkap terutarna fasilitas ekonorni, akan rnernudahkan rnasyarakat dalarn bertransaksi dan rnenekan biaya ekonorni. Dukungan infrastruktur urnurn harus dikernbangkan rnulai dari jalan, air bersih, listrik dan telekornunikasi. Peranan Pemerintah dalarn rnernberikan layanan fasilitas urnurn ini sangat penting dalarn rnengembangkan produk unggulan.

19 6.4.3 Strategi Strengths-Threats (S-T) Strategi S-T merupakan strategi yang rnenggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi darnpak ancarnan eksternal bagi pembangunan Kabupaten Lampung Barat. Beberapa alternative strategi S-T yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan mutu produk Peningkatan mutu produk dalam pengembangan produk unggulan mutlak dilakukan. Peningkatan mutu produk dapat dilakukan mulai dari tahap pembimbitan, pemeliharaan, panen, dan penangan pasca panen. Dengan pembinaan dan dukungan peralatan serta teknologi yang memadai, upaya dapat dilakukan. Denga mutu produk yang tinggi, tentu akan meningkatkan daya saing daerah. 2. Penciptakan jejaring pemasaran Salah satu ha1 yang mesti di iakukan untuk pengembangan komoditas adalah dengan mencipatkan jejaring pemasaran. Bagaimana pernerintah daerah dapat menjajaki berbagai pasar baik regional, nasional maupun global. Penciptaan jejaring ini salah satu upaya adalah melalui promosi baik mellaui event-event pameran maupun pemanfaatan teknologi inforrnasi. Penguasaan jaringan pemasaran suatu produk sangat berguna. Contohnya. Lampung Barat menetapkan tanaman kopi sebagai unggulan, maka yang harus dilakukan adalah menguasai jaringan pemasaran kopi tersebut Strategi weakness- threats (W-T) Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancarnan eksternal yang ada. Alternatif strategi W-T yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan kapasitas SDM Peningkatan SDM, tidak hanya pada pihak masyarakat (petani) tapi juga SDM yang terlibat dalarn pengernbangan komoditas unggulan seperti para penyuluh. Peningkatan kapasitas SDM tidak hanya sekedar pengusaan teknologi

20 tapi penguasaan dalam pengorganisasian lembaga. Dengan demikian para pelaku dalam pengembangan komoditas unggulan benar-benar dapat melaksanakan berbagai program pengembangan komoditas unggulan. 2. Penguatan modal usaha melalui pembentukan dan pemberdayaan koperasi peningkatan ketersediaan dana bagi pengembangan komoditas unggulan dapat dilakukan melalui melalui lembaga perbankan, maupun sumber lain seperti BUMD, swasta atau bahkan bantuan luar negeri, penguatan modal juga dilakukan dengan peningkatan akses terhadap sumber dana. Sumber dana ini juga bisa menggunaka sistem resi gudang. Namun sistem resi gudang ini perlu kajian kembali dalam pelaksanaannya. 6.5 Penentuan prioritas strategi Tahap pengambilan keputusan rnerupakan tahap selanjutnya dari perumusan strategi dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Analisis ini ditujukan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan kecamatan di Kabupaten Lampung Barat. Analisis QSPM dilakukan dengan cara memberikan nilai kemenarikan relatif (Attractive Score = AS) pada masing-masing faktor internal maupun eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kernenarikan relatif (Total Attractive Score=TAS) yang tertinggi merupakan prioritas strategi. Setelah dilakukan perhitungan nilai TAS seperti pada Lampiran. maka diperoleh hasil QSPM seperti disajikan pada Tabel 34 di bawah ini. Tabel 34. Hasil analisis QSPM dalam perumusan strategi pengembangan produk unggulan. no alternatif strategi Nilai TAS Prioritas 1 Pengembangan komptensi inti daerah 11, Pengembangan Kemitraan dengan swastallembaga lain 10, Modernisasi peralatan dan teknologi 10, Penquatan - kelembagaan 7, Pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan 9, Peningkatan rnutu produk Penciptaan jejaring pemasaran Peningkatan kapasitas SDM Penguatan modal usaha melaiui pembentukan koperasi 8,297 7 Surnber: Larnpiran 15

21 Hasil dari analisis QSPM menghasilkan urutan strategi sebagai berikut : 1. Pengembangan kompetensi inti daerah 2. Pengembangan kemitraan dengan swastdlembaga lain 3. Modernisasi peralatan dan teknologi 4. Pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan 5. Penciptaan jejaring pemasaran 6. Peningkatan kapasitas SDM 7. Penguatan modal usaha melalui pembentukan koperasi 8. Penguatan kelembagaan 9. Peningkatan mutu produk

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar negeri rnernpunyai peranan yang sangat penting. Pada periode tahun 1974-1981 surnber utarna pernbangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan daerah rnerupakan bagian dari pernbangunan nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan rnerupakan kebutuhan dasar rnanusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Kondisi terpenuhinya kebutuhan ini dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Undang-undang No. 7

Lebih terperinci

DAFTAR IS1

DAFTAR IS1 DAFTAR IS1 Halarnan KATA PENGANTAR... i DAFTAR IS1... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. ldentifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang A.1. Konsumsi Daging Ayam Ras Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia baru mencapai 3,45 kg di tahun 2000 merupakan tingkat yang rendah bila dibandingkan

Lebih terperinci

Ill. METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

Ill. METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Ill. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pernbangunan Larnpung Barat sarnpai saat ini belurn terlalu jelas kernana arahnya. Ini terlihat dari tidak fokusnya kebijakan pernbangunan terutama dalam pengernbangan

Lebih terperinci

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang berjalan dewasa ini di berbagai dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalarn usaha rnernbangkitkan sektor perekonornian rnenghadapi krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha dari seluruh lapisan rnasyarakat,

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pembangunan ekonomi sentralistik yang telah berlangsung selama lebih dari 32 tahun telah rnernberikan darnpak yang luas bagi pernbangunan ekonomi nasional, khususnya

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional, VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 8.1. Kesirnpulan 1. Pola konsurnsi dan pengeluaran rata-rata rumahtangga di wilayah KT1 memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan dalam memulihkan kondisi perekonomian rnasyarakat, bahkan secara

Lebih terperinci

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, tetapi seiring dsngan perkembangannya tanaman kelapa sawit ini rnarnpu tumbuh dan berkernbang dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang potensinya cerah di masa depan. Dalam perdagangan dunia kakao dikenal dan dibudidayakan sudah cukup lama baik

Lebih terperinci

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai RINGKASAN DlEN EVlTA HENDRIANA. ANALISIS PEMlLlHAN STRATEGI BERSAING PRlMKOPTl KOTAMADYA BOGOR SETELAH PENGHAPUSAN MONOPOLI TATANIAGA KEDELAI OLEH BULOG. (Dibawah Bimbingan NUNUNG NURYARTONO) Kedelai sebagai

Lebih terperinci

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi A. Latar Belakang Benih merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di tingkat lahan (on-fam) maupun di luar lahan (off-farm). Penggunaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1994).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1994). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernbangunan secara garis besar adalah suatu proses rnultidirnensi yang rnelibatkan perubahan st~ktur sosial, kelernbagaan nasional, percepatan perturnbuhan ekonorni,

Lebih terperinci

Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku

Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku minyak nabati untuk memenuhi konsurnsi

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging, V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS 5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak 5.1.1 Jenis dan Populasi Ternak Secara urnum jenisjenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat adalah ternak

Lebih terperinci

VII. PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

VII. PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN VII. PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN 7.1. Faktor-Faktor Strategis dalam Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis Untuk mengetahui faktor-faktor strategis yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun metropolitan. Krisis ekonorni tersebut

Lebih terperinci

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen terhadap produk olahan perikanan yang berrnutu, dewasa ini rnuncul industri pengolahan perikanan yang rnengalarni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Surnberdaya rnanusia rnerupakan faktor utarna dalarn rnenentukan berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki oleh seorang Pirnpinan

Lebih terperinci

4. IDENTIFIKASI STRATEGI

4. IDENTIFIKASI STRATEGI 33 4. IDENTIFIKASI STRATEGI Analisis SWOT digunakan dalam mengidentifikasi berbagai faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika

Lebih terperinci

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonorni dan rnoneter telah mernberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perturnbuhan perekonornian Indonesia yang ditunjukkan dengan rnenurunnya Produk Dornestik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang

I. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang DKI Jakarta rnemiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan propinsi lain. Sebagai ibukota negara dan pusat pernerintahan, berbagai kebijaksanaan ekonomi nasional dilahirkan

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA

11. TINJAUAN PUSTAKA 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Manajemen Keuangan Daerah Pada dasarnya tujuan utarna pengelolaan keuangan daerah terdiri dari: (1) tanggungjawab, (2) memenuhi kewajiban keuangan. (3) kejujuran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Perhatian pemerintah terhadap sektor non-migas, khususnya sektor agribisnis semakin besar. Hal tersebut disebabkan semakin berkurangnya sumbangan devisa yang dihasilkan dari ekspor minyak

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan agroindustri di lndonesia pada umumnya belum memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu memanfaatkan berbagai peluang yang muncul

Lebih terperinci

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada bentuk

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kesadaran pernerintah akan besarnya potensi kelautan Indonesia, rnenyebabkan paradigrna pernbangunan yang selarna ini kurang rnernperhatikan sektor kelautan rnulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET Faktor pendukung dan penghambat merupakan elemen yang diidentifikasi untuk menentukan dan mempengaruhi keberhasilan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus RINGKASAN NYAK ILHAM. Penawaran dan Perrnintaan Daging Sapi di lndonesia : Suatu Analisis Sirnulasi (dibawah birnbingan BONAR M. SINAGA, sebagsi ketua, KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan TAHLIM SUDARYANTO sebagai

Lebih terperinci

Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di

Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di samping karena merupakan lahan bisnis

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Gunung Lingkung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang paling dominan saat ini adalah teh.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang lndustri perbankan, khususnya bank urnurn, rnerupakan pusat dari sistern keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan dana, rnernbantu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga

PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga akhir 1998, masih bertumpu kepada pertumbuhan ekonomi, dan belum memperhatikan aspek pemerataan pendapatan.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian nasional. Sektor tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam ha1 peningkatan produksi bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016 BUPATI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan PENDAHULUAN Latar Belakanq Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Karena kebutuhan semakin beragarn dan saling rnendesak untuk didahulukan, rnaka individu

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia. Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997

PENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia. Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997 L PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997 telah memporak-porandakan fondasi

Lebih terperinci

MENGHADAPI A MH PERSAlNGAM lnternaslonal

MENGHADAPI A MH PERSAlNGAM lnternaslonal PENIiNGKATAN KUALITAS BERAS TAlVVAfd UNTUK MENGHADAPI A MH PERSAlNGAM lnternaslonal Prof. Yang Ghia Ling Badan Perbaikan Kualitas lndustri Pertanian Taichung, Changhua, Taiwan Lokasi geografi Taiwan terletak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

3.2. Metode pengambilan data

3.2. Metode pengambilan data !!I. METODE PENELlTlAN 3.1. Lokasi Penelitian Objek penelitian dan pengambilan data dilaksanakan di Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara yang lokasi penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 3 yang disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis X yang kuat dalam UUD 1945, dan dalam

Lebih terperinci

VI. PERUMUSAN STRATEGI

VI. PERUMUSAN STRATEGI VI. PERUMUSAN STRATEGI 6.1. Analisis Lingkungan Dalam menentukan alternatif tindakan atau kebijakan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang logis. Analisis

Lebih terperinci

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak pengusahaan hutan tanaman industri adalah hak yang diberikan oleh Pemerintah, dalam ha1 ini Menteri Kehutanan, kepada Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyokong utama perekonomian rakyat. Sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga

BAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga sekunder. Tercatat dalarn abad terakhir,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perbankan Indonesia Indonesia Pasca Krisis Kondisi perekonornian Indonesia pasca krisis ekonorni rnasih belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis

Lebih terperinci

V. HASlL DAN PEMBAHASAN

V. HASlL DAN PEMBAHASAN V. HASlL DAN PEMBAHASAN 5.1 lndentifikasi Status (Tingkat Perkembangan) Masing-masing Kecamatan di Lampung Barat Ketersedian fasilitas ekonorni, sosial dan pernerintahan antar kecarnatan di Kabupaten Larnpung

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY 7.1. Tahapan Masukan Tahapan masukan terdiri dari matriks EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejak krisis ekonorni rnelanda ndonesia tahun 1997 yang darnpaknya sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasamasa sangat sulit dan industri perbankan

Lebih terperinci

Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui

Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui rnigrasi swakarsa, dimana struktur agraria terbentuk bersamaan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN (Studi Kasus Pad* Industri Kecll Rotan, Desa Curug Kulon, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang) Duma Netty Simanjuntak A. 280948

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang rnenarik untuk diamati rneskipun dalam kondisi krisis beberapa tanun terakhir ini. Tingginya populasi masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator) antara lain dalam memperjuangkan terbitnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL

ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL Hana Mareta Rachmawati 1*, Ahmad Juang Pratama 1 1 Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP WM SURABAYA, JAWA TlMUR ,p PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR Oleh : Maria Imelda Melina A. 29.0842 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP WM SURABAYA, JAWA TlMUR ,p PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR Oleh : Maria Imelda Melina A. 29.0842 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1 (Malus sylvestris Mill.) di Indonesia. Pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mernasuki abad 21, aparatur Pernerintah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta rnenghadapi banyak tantangan yang tidak dapat dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71

Lebih terperinci

IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah

IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA 5.1. Analisis Faktor Lingkungan Strategis Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Purwakarta

Lebih terperinci