I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1994).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1994)."

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernbangunan secara garis besar adalah suatu proses rnultidirnensi yang rnelibatkan perubahan st~ktur sosial, kelernbagaan nasional, percepatan perturnbuhan ekonorni, pernerataan pendapatan, dan pengentasan kerniskinan yang kesernuanya itu bertujuan untuk rneningkatkan kualitas hidup rnasyarakat (Todaro, 2000). Secara filosofis suatu proses pernbangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sisternatis dan berkesinarnbungan untuk rnenciptakan keadaan yang dapat rnenyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling hurnanistik (Rustiadi et a/, 2006). Menurut Jarnli (2003) terdapat tiga tujuan utarna dari pernbangunan ekonorni daerah; pertama, pernbangunan kesernpatan kerja yang berkualitas bagi penduduk;... kedua, rnencapai perekonornian daerah yang stabil; dan ketiga rnernbangun berbagai rnacarn basis ekonorni dan kesernpatan kerja. Untuk rnencapai tujuan di atas, daerah harus rnengenal dengan baik potensi yang dirniliki serta rnernberdayakan berbagai surnber daya tersebut sebagai dasar daiarn rnernbangun daerah, khususnya perekonornian daerah dengan rnernperhatikan antara lain; kondisi ekonorni rnasyarakat, potensi sumber daya alarn dan rnanusia, serta infrastruktur yang tersedia. Dengan rnernpertirnbangkan aspek-aspek tersebut selanjutnya disusun perencanaan pernbangunan daerah dalarn rangka meningkatkan perturnbuhan ekonorni. Penekanannya adalah pernbangunan yang berdasarkan pernanfaatan surnber daya rnanusia dan surnber daya fisik yang potensial untuk rnenciptakan peluang pekerjaan dan rnenstirnulasi aktivitas ekonorni baru berbasis lokal (Blakely, 1994). Daerah dituntut untuk dapat rnengenali setiap potensi yang ada di wilayahnya. Pernbangunan ekonorni daerah yang berdasarkan kekhasan suatu daerah sangat cocok diterapkan pada era otonomi sekarang ini dengan rnenekankan pada pernanfaatan surnber daya rnanusia dan surnber daya alarn yang. potensial. untuk rnenciptkan peluang kerja dan rnenstirnulasi aktivitas ekonorni baru. Narnun dernikian, banyak terjadi di daerah, pernbangunan ekonorni yang dilakukan secara seragarn di setiap wilayahnya rnenjadikan pernbangunan tidak

2 tepat sasaran. Ini karena pembangunan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan karakteristik dan potensi dari wilayah tersebut. Daerah dalam ha1 ini Kabupaten dibagi menjadi wilayah-wilayah yang disebut kecamatan-kecamatan maka seharusnya daerah atau kabupaten mengenali secara detail potensi dari masing- masing kecamatan tersebut. Upaya ini juga dalam rangka mengurangi kesenjangan antar wilayah. Dalam rangka penyelarasan pertumbuhan ekonomi antara wilayah dalam suatu daerah dikemukakan konsep pendekatanya yaitu pengembangan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Pendekatan dengan ruang lingkup kecamatan dimaksudkan agar pemerataan pembangunan antarwilayah dapat lebih merata dengan menemukenali spesialisasi dari masing- masing wilayah sedangkan dari aspek fungsionalnya - karena di kecamatan sudah terjadi variasi kegiatan ekonomi, baik dalam kegiatan sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri dan pengolahan) dan sektor tersier (pelayanan dan jasa). Kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dimaksudkan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas ekonomi yang menjadi keunggulan dari suatu kecamatan, sehingga dapat ditentukan kebijakan pembangunan yang paling sesuai dengan melihat spesialisasi keunggulanya. Pembangunan regional yang berimbang merupakan sebuah pertumbuhan yang merata dari wilayah yang berbeda untuk meningkatkan pengembangan kapabilitas dan kebutuhan mereka. Hal ini tidak selalu berarti bahwa semua wilayah harus mempunyai perkembangan yang sama, atau mempunyai tingkat industrialisasi yang sama, atau mempunyai pola ekonomi yang sama, atau mempunyai kebutuhan pembangunan yang sama. Akan tetapi yang lebih penting adalah adanya pertumbuhan yang seoptirnal mungkin dari potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah sesuai dengan kapasitasnya. Dengan dernlkian diharapkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan merupakan hasil dari sumbangan interaksi yang saling memperkuat diantara semua wilayah yang terlibat (Murty 2000 dalam Rustiadi eta/, 2006). Dalam pengembangan..... produk. unggulan, terkadang. pemerintah. kabupaten tidak fokus karena banyaknya komoditas yang dihasilkan. Penetapan komoditas unggulan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi usaha tani. Selain itu, program pengembangan pun akan terfokus pada beberapa produk unggulan saja yang mempunyai potensi pengembagan dan daya saing tinggi. Sebagai salah satu daerah otonom, Kabupaten Lampung Barat memiliki luas wilayah 4950,4 kmz atau 13,99% luas wilayah Provinsi Lampung (BPS

3 Kabupaten Larnpung Barat, 2007). Dari luas wilayah tersebut berdasarkan Keprnenhutbun No. 256lkpts , tanggal.. 23 Agustus 2000, bahwa luas hutan Kabupaten Larnpung Barat adalah ,37 hektar atau 76,78% dari luas wilayah Lampung Barat sedangkan sisanya sebesar hektar atau 23,22% rnerupakan kawasan yang dapat dibudidayakan. Wilayah Kabupaten Larnpung Barat secara adrninistratif rneliputi 17 kecarnatan dan terdiri dari 194 desa dan 7 kelurahan yang merniliki topografi wilayah berupa daerah pesisir di bagian barat dan pegununganlberbukit di bagian tirnur. Kabupaten Larnpung Barat dibagi rnenjadi tiga daerah berdasarkan topografi yakni: (1) Daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 sarnpai 600 meter dari permukaan laut. (2) Daerah berbukit dengan ketinggian sarnpai meter dari perrnukaan laut. (3) Daerah pegunungan dengan ketinggian sarnpai dengan meter dari permukaan laut). Daerah pesisir di sebelah barat merupakan daerah dataran rendah terbentang di 8 kecamatan yakni Kecarnatan Lernong, Pesisir Utara, Karya Penggawa. Pesisir Tengah. Pesisir Selatan, Ngambur, Bengkunat dan Kecamatan Bengkunat Belirnbing. Sementara di wilayah timur merupakan daerah berbukit dan daerah pegunungan (daratan) yang rneliputi 9 kecamatan, yakni Kecarnatan Sukau, Balik Bukit. Batubrak, Belalau. Suoh, Sekincau, Way Tenong, Sumber Jaya, dan Kecarnatan Gedung Surian. Luas dan jurnlah penduduk per kecarnatan disajikan pada Tabel 1. Perturnbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan dalarn kurun 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut: tahun 2001 sebesar 3,2%, tahun 2002 sebesar 4,1%, tahun 2003 sebesar 5.4 %, pada tahun 2004 sebesar 5.66 % dan tahun 2005 sebesar 4.6 % dan tahun 2006 sebesar 2,5%. Penurunan pertumbuhan PDRB pada tahun 2005 dan 2006 tidak hanya terjadi di Kabupaten Lampung Barat saja tapi hampir merata di seluruh kabupatenlkota se-provinsi Larnpung, perturnbuhan ekonorni Provinsi Larnpung. juga. turun hingga - - 3,76 % dari 5,07 %. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh terjadinya fluktuasi harga kornoditas pertanian dan perkebunan seperti lada, kopi dan sayur-sayuran. Pada tahun 2006 PDRB Lampung Barat mencapai 1,20 trilyun dan pendapatan perkapita rnencapai Rp dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,5 %. (BPS Larnpung Barat,2007)

4 Tabel 1. Jumlah dan Luas Kecarnatan, desalkelurahan, dan Penduduk Kabupaten Lampung Barat 2007 No Kecamatan lbukota Luas (km2) % Jumlah Jumlah desa Penduduk Wilavah Pesisir I. Lemong Lemong 327, Karya Penggawa Kebuayan , Pesisir Utara Kuripan Pesisir Tengah Pasar KN~ , Pesisir Selatan Biha Ngambur Negri Ratu Ngambur Bengkunat Pardasuka Bengkunat Belimbing Kota Jawa , Jumlah Wilavah Peqununaan 9. Sukau Tanjung Raya 218,46 4, Balik Bukit Liwa 195, Batubrak Pekon Balak 189, Belalau Kenali , Sekincau Pampangan SUO~ Sumber Agung Way Tenong Mutar Alam Sumber Jaya Tugu Sari 295,12 5, Gedung Surian Gedung Surian jumlah 2, , ,039 Total 4,490,40 100,oo ,723 umber: BPS Kabupaten Lampung Barat, Lampung Barat Dalam Angka (LBDAJ,2006, 2007 Balam perhitungan PDRB terdapat sembilan sektor yang berperan dimaiia sektor pertanian memiliki andil paling besar dalarn pembentukan nilai pendapatan regional di wilayah Kabupaten Lampung.. Barat yaitu sebesar 66,80 %, sehingga perkernbangan perturnbuhan lapangan usaha ini akan berdampak besar terhadap perekonomian Lampung Barat, secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.

5 Tabel 2. Distribusi PDRB Sektoral atas dasar harga konstan tahun 2000 Kabupaten Lampung Barat Tahun LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan & Penggalian lndustri Peng~lahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan. Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan Dan Jasa Per : Jasa-jasa 3, , Total Somber: BPS Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007, PDRB Larnpung Barat Wilayah Lampung Barat yang terbagi dalam wilayah pesisir dan pegunungan secara tegas dipisahkan oleh kawasan Hutan Taman Nasional Bukii Barisan Selatan (TNBBS). Kedua wilayah ini secara potensi sumber daya alam maupun kultur budaya pun berbeda. Diantara 17 kecamatan pun mempunyai potensi yang berbeda-beda pula demikian pula dengan perkembangan masingmasing kecamatan. Beberapa kecamatan mempunyai kelengkapan fasilitas pelayanan dan sebagian besar kecamatan mempunyai fasilitas pelayanan yang minim. Untuk itu, kiranya perlu untuk mengindentifikasi kecamatan-kecamatan dari fasilitas pelayanan seperti fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan yang ada dimasing-masing kecamatan. ldentifikasi ini diperlukan agar dalam pembangunan terutama dalam pengembangan produk unggulan kabupaten dapat ditentukan dimana lokasi tepat yakni ketersediaan bahan baku dan kelengkapan fasilitas pendukungnya. Potensi daerah yang dapat dikembangkan di wilayah pegunungan adalah luas area padi sawah hektar dengan produksi ton per tahun. Luas areal tanaman kopi ,70 hektar dari total luas areal di Kabupaten Lampung Barat seluas ,85 hektar dengan produksi ,70 per tahun dari total produksi Larnpung Barat ,30 ton pertahun.

6 Wilayah pegunungan Lampung Barat juga merupakan penghasil tanaman holtikultura bewpa sayur mayur yang.. merupakan daerah pokok penghasil sayur mayur di Provinsi Lampung seperti cabai, terung, labu siam, wortel dan kubis. Kemudian potensi energi meliputi potensi panas bumi yang cukup besar di Kecamatan Sekincau dan Kecamatan Suoh. Berdasarkan hasil penelitian beberapa lembaga memiliki daya terduga 430 MWe dengan luas hektar. jika potensi ini dapat dimanfaatkan tentunya akan berdampak positif pada pengembangan ekonomi Lampung Barat. Sementara itu, luas wilayah pesisir Kabupaten Lampung Barat adalah 2.907,23 km2 atau 58,72 % dari luas wilayah kabupaten yang terbentang di 8 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pesisir Selatan, Bengkunat,. Bengkunat Belimbing... Ngambur,. Pesisir Tengah, Karya Penggawa, Pesisir Utara, dan Lemong. Wilayah pesisir mempunyai potensi sektor perikanan dan kelautan cukup potensial untuk dikembangkan. Wilayah pesisir Lampung Barat memiliki garis pantai sepanjang 210 km yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Potensi lestari perikanan tangkap sebesar ton per tahun. Selain itu pantai Lampung Barat juga me~pakan jalur migrasi berbagai jenis ikan tuna. Wilayah laut yang demikian luas membuka peluang untuk budidaya udang dan ikan laut. Jenis-jenis ikan laut yang bemilai ekonomi tinggi dan terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Lampung Barat antara lain lobster, blue marlin, tongkol, cakalang, tuna, kakap dan kerapu. Produksi perikanan pada tahun 2006 yang meliputi kegiatan penangkapan di laut barn mencapai 8.817,l ton. Potensi lain pesisir yang dapat menjadi unggulan adalah produksi damar mata kucing yang me~pakan hasil hutan non kayu yang telah dikembangkan masyarakat pesisir lam pun^ Barat sejak tahun 1885 secara tu~n temurun. Damar pesisir Lampung Barat merupakan yang terbaik di dilnia. Komoditas ini telah menembus pasar internasional diantaranya diekspor ke berbagai negara seperti Belanda, Singapura, Jepang. China dan Dubai. Selain juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Potensi komoditas damar kini dac masa yang akan datang mempunyai prospek yang baik karena banyaknya industri besar yang mengelola produknya dengan mengunakan bahan baku damar. Sektor lain yang menonjol di pesisir Lampung Barat adalah pariwisata. Dengan panjang pantai 210 km, pesisir Lampung Barat mempunyai keindahan laut yang luar biasa dan masih sangat alami. Beberapa pantai di daerah ini yang menjadi favorit turis asing adalah Pantai Karang Ngimbur dan Tanjung Setia.

7 Kedua pantai ini mempunyai ornbak yang bagus untuk olahraga selancar. Tak heran setiap tahun wisatawan di pesisir selalu menunjukan kenaikan yang signifikan. Potensi Lampung Barat baik di wilayah pegunungan maupun wilayah pesisir menimbulkan wilayah-wilayah kecamatan yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan produk unggulan. Pengembangan produk unggulan diharapkan tidak terlalu menekankan pada batas-batas adrninistratif yang sering tidak dapat mengakomodasikan keberagaman potensi, permasalahan lokal, adanya saling keterkaitan antar daerah, serta bentuk dukungan lain yang dibutuhkan. Namun dalam prateknya, pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Larnpung.. Barat masih menekankan pada pendekatan pembangunan dengan batas-batas administratif. Pembangunan belum dilakukan secara sinergis antar kecamatan agar yang dapat mernpercepat pertumbuhan ekonorni di semua kecarnatan sebagai sebuah kesatuan pembangunan yang strategis bagi pembangunan daerah Lampung Barat. Daerahdaerah yang berpotensi untuk dikernbangkan harus diternukenali dan keterkaitan antar daerah haws diperkuat agar dapat mewujudkan mata rantai pembangunan ekonomi, sosial dan budaya secara berkelanjutan dan berkeadilan. 1.2 Perumusan Masalah Pengernbangan.. produk unggulan.. Kabupaten Lampung Barat haws didukung dengan oleh ketersedian falitas-fasilitas pendukung agar program yang dilaksanakan dapat direalisasikan secara efektif dan efisien. Sernentara itu, perkembangan masing- rnasing kecarnatan di Kabupaten Lampung Barat satu sama lain. Ada kecarnatan yang rnemang sudah cukup rnemadai fasilitas pelayanannya publiknya namun disisi lain ada kecamatan yang masih sangat minim fasilitas publiknya. Dalam kajian ini, fasilitas publik dibatasi pada fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan. Ketersedian fasilitas ini sangat penting bagi pengernbangan produk unggulan karena tanpa didukung oleh fasilitas pendukung.. seperti. sarana air bersih dan listrik misalnya pengembangan produk unggulan akan menciptakan biaya yang tinggi karena harus membangun infrastruktur baru yang tentunya akan menelan biaya mahal. Selain itu rnenuwt Hoover (1984) ketersediaan infrastruktur publik yang lengkap akan membuka kesempatan kerja dan membuka peluang suatu wilayahlkecamatan menjadi pusat pertumbuhan. Untuk itu diperlukan analisis fasilitas infrastruktur dan pelayanan kecamatan sebagai upaya mengidentifikasi status (tingkat

8 perkernbangan) masing-masing kecarnatan di Kabupaten Larnpung Barat. Dari uraian tersebut rnaka pertanyaan kajian ini adalah "fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan apa saja di masing-masing kecamatan di Lampung Barat yang dapat mengidentifikasi status (tingkat perkembangan) masing-masing kecamatan di Kabupaten Lampung Barat? Menurut Budiharsono (2001) arah dan perturnbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, terrnasuk tenaga kerja. Akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut seperti berhubungan dengan aspek geografi, iklirn, peninggalan sejarah atau daerah pariwisata. Dengan. dernikian, arah kebijakan pernbangunan yang.. akan diternpuh Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat diharapkan dilakukan dengan rnelihat spesialisasi keunggulan dari tiap kecarnatan agar alokasi dana pernbangunan dapat betul-betul tepat sasaran sehingga ketirnpangan antar kecarnatan dapat di perkecil. Untuk rnelakukannya Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat perlu untuk rnenemukenali kornoditas unggulan dan potensi setiap kecarnatan yang ada. Mernang dalarn pelaksanaanya tidak harus setiap kecarnatan di kernbangkan suatu produk unggulan karena ada kecarnatan yang rnemiliki potensi yang sarna. ldentifikasi produk unggulan tiap kecarnatan ini diperlukan sebagai dasar dalarn. pengernbangan. produk unggulan suatu wilayah. Karena kajian ini rnernbagi wilayah Larnpung Barat rnenjadi dua yakni wilayah pegunungan dan pesisir tentu berbeda potensi unggulannya. Kernudian identifikasi diperlukan sebagai dasar untuk rnencari sentra-sentra produk unggulan. Atas dasar uraian di atas pertanyaan kedua kajian ini adalah "komoditas unggulan apa saja yang dirniliki tiap-tiap kecamatan?" Dalarn rnenciptakan daya saing daerah dalarn rangka rneningkatkan kesejahteraan rnasyarakatnya perlu strategi pengernbangan produk unggulan. Setelah status perkernbangan kecarnatan dan produk unggulan teridentifikasi lankah selanjutnya perlunya Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat rnerurnuskan strategi dan program pengernbangan produk unggulan Kabupaten Larnpung Barat baik di wilayah pegunungan rnaupun wilayah pesisir. Dari berbagai kornoditas yang diteliti diharapkan dipilih produk khas masing-masing wilayah untuk dikernbangkan agar program lebih terfokus. Pertanyaannya adalah "bagaimana strategi pengembangan produk unggulan di Lampung Barat?"

9 1.3 Tujuan dan Manfaat Kajian Tujuan Kajian Kajian strategi pengembangan produk unggulan di Kabupaten Lampung Barat ini adalah untuk merumuskan strategi dan program pengembangan produk unggulan dalam rangka meningkatkan daya saing daerah. Sementara tujuan khusus kajian adalah: 1. Mengindentifikasi status (tingkat perkembangan) masing-masing kecamatan di Kabupaten Lampung Barat dilihat dari kelengkapan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan. 2. Mengidentifikasi komoditas unggulan yang dimiliki kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lampung.. Barat; 3. Merumuskan strategi dan program pengembangan produk unggulan di Kabupaten Lampung Barat Manfaat Kajian Hasil kajian ini diharapkan akan menjadi sumbangan bagi pemerintah -. daerah dalam perencanaan kebijakan pembangunan Kabupaten Lampung Barat, khususnya pengembangan produk unggulan di Kabupaten Lampung Barat.

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESlSlR KABUPATEN LAMPUNG BARAT BASUKI RAHMAT

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESlSlR KABUPATEN LAMPUNG BARAT BASUKI RAHMAT STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESlSlR KABUPATEN LAMPUNG BARAT BASUKI RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN SUMBER

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1 Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa terbentuk pada tanggal 24 September 1991 berdasarkan Undang-undang Nomor 06 tahun 1991. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar negeri rnernpunyai peranan yang sangat penting. Pada periode tahun 1974-1981 surnber utarna pernbangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian terdahulu.

METODE PENELITIAN. yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian terdahulu. 30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Penelitian Kepustakaan Adalah penelitian dengan mengkupas data terbaik dalam penelitian ini yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KOMODITAS KOPI LAMPUNG BARAT

V. GAMBARAN UMUM KOMODITAS KOPI LAMPUNG BARAT V. GMBRN UMUM KOMODITS KOPI LMPUNG BRT 5.1 Perkembangan Komoditas Kopi di Lampung Barat 5.1.1 Luas real Potensi pengembangan usaha perkebunan di suatu daerah sangat tergantung kepada ketersediaan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari yang diperoleh dari website BPS Provinsi Lampung dan Bank Indonesia Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan daerah rnerupakan bagian dari pernbangunan nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT NOMOR 01 TAHUN 1994 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT NOMOR 01 TAHUN 1994 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT NOMOR 01 TAHUN 1994 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebar di muka bumi, serta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud

I. PENDAHULUAN. tersebar di muka bumi, serta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peta merupakan media yang digunakan sebagai sarana memperoleh gambaran fakta di permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai gejala seperti gunung, dan danau.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut lndonesia dan Selat Sunda - Sebelah Barat berbatasan dengan Laut lndonesia

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut lndonesia dan Selat Sunda - Sebelah Barat berbatasan dengan Laut lndonesia IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Larnpung Barat dengan lbukota Liwa adalah satu dari 14 kabupatenlkota di wilayah Provinsi Larnpung. Kabupaten Larnpung Barat dibentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Lampung Barat yang didiikan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1991 memiliki luas wilayah 4.550,4 ~m'. Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut,

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pembangunan ekonomi sentralistik yang telah berlangsung selama lebih dari 32 tahun telah rnernberikan darnpak yang luas bagi pernbangunan ekonomi nasional, khususnya

Lebih terperinci

Ill. METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

Ill. METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Ill. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pernbangunan Larnpung Barat sarnpai saat ini belurn terlalu jelas kernana arahnya. Ini terlihat dari tidak fokusnya kebijakan pernbangunan terutama dalam pengernbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging, V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS 5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak 5.1.1 Jenis dan Populasi Ternak Secara urnum jenisjenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat adalah ternak

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

2 Wilayah Krui sebagai kota tua yang merupakan eks kawedanaan sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Selain itu potensi pariwisata, khususnya o

2 Wilayah Krui sebagai kota tua yang merupakan eks kawedanaan sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Selain itu potensi pariwisata, khususnya o TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAH DAERAH. Wilayah. Pembentukan. Kabupaten. Pesisir Barat. Provinsi Lampung. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 231) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data daerah rawan bencana dan penduduk daerah rawan bencana menurut pekon dan kecamatan di Kabupaten Lampung Barat

Lampiran 1 Data daerah rawan bencana dan penduduk daerah rawan bencana menurut pekon dan kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Lampiran 1 Data daerah rawan bencana dan penduduk daerah rawan bencana menurut pekon dan kecamatan di Kabupaten Lampung Barat No Kecamatan/Pekon Jenis Bencana Penduduk Intensitas Bencana Gempa Banjir Longsor

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Way Kanan 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan Berdasarkan Way Kanan dalam angka (2013), Kabupaten Way Kanan adalah salah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek pariwisata bahari, baik dilihat dari segi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Oleh AGUS RIYANTO JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS BERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR A

Oleh AGUS RIYANTO JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS BERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR A ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH (Studi Kasus di Desa Keboledan, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Dati II Brebes, Propinsi Dati I Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

V. HASlL DAN PEMBAHASAN

V. HASlL DAN PEMBAHASAN V. HASlL DAN PEMBAHASAN 5.1 lndentifikasi Status (Tingkat Perkembangan) Masing-masing Kecamatan di Lampung Barat Ketersedian fasilitas ekonorni, sosial dan pernerintahan antar kecarnatan di Kabupaten Larnpung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2000 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2000 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN 8 (DELAPAN) KECAMATAN PEMBANTU MENJADI KECAMATAN DEFINITIF DALAM KABUPATEN LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi desentralisasi yang ditandai dengan lahirnya undang-undang nomer 22 tahun

Lebih terperinci

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun metropolitan. Krisis ekonorni tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pembangunan harus dilakukan adil dan merata agar setiap masyarakat dapat menikmati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pringsewu sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang dibentuk berdasarkan Surat Keterangan Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI) nomor 48 Tahun 2008,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Kolonial Belanda Kota Sintang (Surnber:

Gambar 5. Peta Kolonial Belanda Kota Sintang (Surnber: Ill. KONDlSl UMUM KOTA SINTANG 3.1. Garnbaran Umurn Kota Sintang Kota Sintang terletak di pinggiran sungai, tepatnya di sebelah utara pertemuan sungai Kapuas dan Melawi. Pada awalnya kota Sintang merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan agama serta pertahanan dan keamanan

Lebih terperinci