PERANCANGAN KAPAL SELAM BERDASARKAN KAJIAN BERAT, DAYA APUNG & STABILITAS STATISNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN KAPAL SELAM BERDASARKAN KAJIAN BERAT, DAYA APUNG & STABILITAS STATISNYA"

Transkripsi

1 PERANCANGAN KAPAL SELAM BERDASARKAN KAJIAN BERAT, DAYA APUNG & STABILITAS STATISNYA Wibowo H Nugroho Marine Structural Monitoring/Hydroelasticity Group Indonesian Hydrodynamics Laboratory UPT- BPPH, BPPT Surabaya Indonesia Abstract This written work is a naval architectural assessment for designing a submarine to determine her weight, buoyancy and static stability. In addition of these an important function of weight margin is also described due to a well known fact that weight estimates cannot possibly be accurate until construction is complete. Kata kunci : submarine weight & buoyancy, equilibrium polygon, static stability, Weight margin kapal selam yang sudah beroperasi di dalam PENDAHULUAN air dapat menembakkan torpedonya, untuk kembali ke permukaan tangki tangki Pada kapal selam, berat keseluruhan dari kapal harus sama dengan berat dari air yang ballast diisi udara dan air dipompa keluar pada kondisi 4 ini hydroplane mengarah ke dipindahkan. Karena isi dari air yang atas.pada kapal selam modern jaman dipindahkan saat di permukaan kurang sekarang ada beberapa jenis tangki yang daripada saat menyelam, maka diperlukan ballast dalam bentuk air yang dihisap ke dalam kapal selam untuk menenggelamkan kapal selam ini dari kondisi permukaan. dipakai untuk membenamkan kapal selam dan mempertahankan kondisi trim saat menyelam. Kegunaan dari tangki tangki ballast utama, tangki tangki penyeimbang Dalam kondisi dipermukaan, menyelam (compensating), tangki tangki minyak ataupun berlayar di dalam air, stabilitas statis diesel dan tangki tangki kosong(negative) dari kapal selam haruslah baik untuk semuanya ditunjukkan pada Gambar. 2 dan mencegah kapal tidak terbalik saat 3. beroperasi. Pada makalah ini, secara prinsip teknik perkapalan akan dijelaskan bagaimana suatu kapal selam dirancang untuk melakukan kinerja menyelam dan mengapung. Dimana hal ini harus dilakukan dengan menganalisa/mengkaji berat, daya apung dan stabilitas statisnya. PRINSIP DASAR OPERASI KAPAL SELAM Secara mudahnya kapal selam menyelam dan muncul ke permukaan laut dengan cara mengontrol masuk keluarnya air ke dalam tangki tangki ballast hal ini diperlihatkan pada Gambar 1. Tangki tangki yang digunakan untuk maksud ini adalah ciri khas dari kapal selam. Dimana pada kondisi 1 tangki ballast mulai terisi dengan air selanjutnya kapal selam akan menyelam dengan hydroplane mengarah ke bawah pada kondisi 2 sedangkan pada kondisi 3 32 Gambar 1. Bagaimana Kapal Selam Menyelam Dan Muncul Ke Permukaan Tangki utama ballast yang membungkus melingkar badan kapal selam dimana ditunjukkan pada Gambar. 2 telah menjadi standar bagi semua kapal selam baru masa kini. Dibanding dengan tangki ballast yang dipakai pada masa lampau ( dimana meliputi sekitar 300 derajat dari badan bertekanan dan menyisakan daerah sekitar antara jam 10 sampai dengan jam 2 terbuka dibawah

2 Perancangan Kapal Selam Berdasarkan Kajian Berat, Daya Apung & Stabilitas Statisnya (Wibowo H Nugroho) struktur dek bangunan atas) cara bungkus melingkar mempunyai beberapa keunggulan antara lain: (1) memberikan cadangan daya apung lebih tanpa merubah ukuran badan kapal atau koefisiennya (2) memberikan peralihan struktur yang lebih baik dari struktur bertekanan badan kapal (3) mengurangi struktur yang menghasilkan kebisingan saat beroperasi (4) memperbaiki kemampuan kapal untuk menahan kerusakan dari perubahan kedalaman. Penyeimbangan dari berbagai berat dikapal dilakukan dengan mengatur muatan cairan pada tangki perubah: yakni tangki tangki bantu dan tangki trim depan dan belakang.tangki Bantu dibagi dua yaitu sebelah kiri dan kanan untuk mengatur kemiringan.tangki trim dapat mempertahankan kapal dalam kondisi lunas rata depan dan belakang pada kondisi menyelam. Tangki tangki perubah dapat digunakan secara sendiri atau berkelompok untuk membawa kapal ke kondisi daya apung netral saat menyelam. Tangki perubah berupa sejenis kotak dimana bagian badan kapal yang bertekanan merupakan dinding sebagiannya. Gambar 3. Tangki Minyak Diesel Dan Negatip pada Kapal Selam Tangki negatif merupakan metoda peninggalan kapal selam masa lalu, dimana dia digunakan untuk membantu menukik selam lebih cepat dan menerima aliran air masuk secara berkala saat melakukan snorkeling( persis dibawah garis permukaan laut). Pada banyak kapal selam, terutama yang telah mengalami perubahan yang besar, tangki ini sangat diperlukan sebagai tangki bantu dengan beberapa kemungkinan kondisi muatan. RANCANG BANGUN KAPAL SELAM BERAT dan DAYA APUNG Gambar 2. Tangki, Ballast Utama Dan Penyeimbang (Compensating) Pada Kapal Selam Tangki ini dirancang untuk mampu menahan tekanan penuh di dalam laut saat menyelam dengan kedalaman maksimum. Bahkan dengan kondisi operasi kedalaman saat ini jenis konstruksi dari tangki perubah memerlukan struktur lantai dan penguat memanjang yang berat dan lembar lembar plat yang berukuran kecil. Bobot normal permukaan, surf adalah bobot saat menyelam subm dikurangi bobot dari tangki tangki ballast utama W bt. Pada kondisi ini kapal selam dalam keadaan Trim Selam Normal (Normal Diving Trim/ NDT) dan selalu mengapung pada garis air yang sama untuk semua kerapatan air. Lebih jauh lagi titik pusat isi dari cadangan daya apung berhimpit dengan posisi memanjang dari titik pusat isi tangki ballast utama. Mengacu pada Gambar. 4 pernyataan di atas dengan mudah dapat dibuktikan sebagai berikut: Isi daya apung cadangan RB = tangki ballast BT Dalam kondisi keseimbangan : 1 + RB = 2 = subm = surf + W bt )Dan momen terhadap titik B2: Isi dari ( 1 (- RB ) ( c ) + ( 1 ) ( d ) ( surf ) ( b ) + (W bt ) ( a ) = 0 ( 2 ) 33

3 Dimana: 1 = surf Subkrip 1 mengacu pada kondisi permukaan 2 = subm menyelam 34 Subkrip 2 mengacu pada kondisi Untuk kondisi keseimbangan di permukaan d harus sama dengan b. Kemudian ( RB )(c) = (W bt )(a) dan c = a. Dalam menggunakan persamaan ( 1 ) dan ( 2 ) harus diperhatikan satuan yang dipakai untuk perhitungan isi dan berat. Apapun bentuk dari bagian atas dari kapal atau letak titik pusat berat dari tangki ballast utama, kapal selam harus melakukan trim kebawah di permukaan laut baik depan atau belakang sehingga vektor ( RB ) dan (W bt ) terletak pada garis vertikal yang sama. Trim di permukaan dirubah melalui pergeseran isi, daripada pergeseran berat. Karena itu pada kapal selam trim di permukaan dapat dikontrol hanya dengan mengatur bentuk dari pengapung bagian atas dari kapal dan bentuk dan posisi depan belakang dari tangki utama ballast. Untuk kapal selam berjenis benda bersumbu putar, bagian atas dari kapal perubahannya sangat kecil. Untuk sebuah bentuk tertentu bagian atas dari kapal pergeseran dari titik pusat isi dari tangki ballast utama ke depan akan mengakibatkan haluan ke atas pada kondisi di permukaan. Sebaliknya pergeseran titik pusat isi tangki ballast utama ke buritan akan mendorong haluan ke bawah pada kondisi di permukaan. Polygon Keseimbangan Polygon keseimbangan adalah alat perancangan yang mana memberikan tampilan gambar dari perubahan dalam berat dan momen yang mungkin terjadi dengan merubah rubah jumlah cairan pada tangki ballast perubah. Pemaparan yang singkat pada tulisan ini untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang batas dari polygon tersebut akan dibahas pada bagian ini. Gambar. 5 menunjukkan polygon kesimbangan yang biasanya terdapat pada sebuah kapal selam bertenaga nuklir. Sumbu mendatar adalah momen dari air ballast yang berubah terhadap titik acuan di tengah tangki bantu dekat dari titik tengah kapal, dan sumbu tegak adalah berat dari air yang berubah. Dimulai dengan seluruh tangki kosong, jika tangki trim depan, tangki tangki bantu, dan tangki trim belakang di isi sesuai dengan urutan absis dan ordinatnya, garis dari momen dan berat akan bergerak dari A ke B ke C ke D. Seperti juga bila air pertamakali ditambahkan ke tangki trim belakang dan kemudian bergerak ke depan, garis momen dan berat akan berjalan melalui A F E D. Jadi polygon ini menentukan dan membatasi seluruh kemungkinan kondisi dari berat dan momen yang dapat dibuat oleh tangki ballast perubah. Pengalaman telah membuktikan bahwa jika setiap kondisi operasi dari kapal selam dapat dibuat polygonnya, maka kapal selam tersebut akan dapat meluncur selam secara baik di setiap kondisi muatan atau kerapatan air. Kondisi kondisi ini digambarkan dalam Gambar. 5 untuk kondisi sembarang dari muatan yaitu : dua kondisi kosong ( L 1 dan L 2), dua kondisi berat ( H 1, H 2 ), dua kondisi berat ke depan ( HF 1, HF 2) dan satu kondisi berat buritan (HA) dan dua kondisi kerapatan air yang berbeda ( 64,3 lb/ft 3 dan 64,3 lb/ft 3 ). Kondisi kondisi muatan ini diturunkan dari pengalaman operasi dari kapal selam bermesin listrik diesel. Untuk kapal selam bertenaga nuklir, pengaturan kembali mungkin dibutuhkan pada kondisi muatan yang sembarang. Cara untuk menentukan titik titik dari sumbu tegak dan mendatar dapat dikurangi dengan penggunaan persamaan kalimat yang mudah yakni (1) berat dari ballast perubah (Variable ballasts) yang ditambahkan pada kondisi awal yang sembarang sama dengan bobot tenggelam di air dengan kerapatan tertentu dikurangi dengan kondisi kapal dengan berat - A ( kapal lengkap, benar benar siap untuk berlayar, termasuk ballast timah hitam, permukaan cairan pada permesinan saat bekerja, udara di tangki cadangan pada kondisi penuh, permukaan cairan elektrolit pada batterai penyimpan pada kerja minimal, dengan kebutuhan untuk darurat dan air tetapi tanpa barang barang habis pakai atau muatan yang berubah), Berat dari muatan perubah(variable loads) untuk kondisi awal sembarang dan berat dari air di tangki ballast utama (2) Momen dari ballast perubah yang ditambahkan pada sembaran kondisi awal sama dengan momen dari bobot yang tenggelam terhadap titik acuan yang telah ditentukan dikurangi dengan momen dari kapal dengan kondisi berat - A, momen dari berat karena muatan perubah yang telah diatas kapal saat kondisi sembarang awal dan momen dari berat karena air pada tangki utama ballast.

4 Perancangan Kapal Selam Berdasarkan Kajian Berat, Daya Apung & Stabilitas Statisnya (Wibowo H Nugroho) Gambar 4. Keseimbangan Moment Jika perubahan pada ballast timah diperlukan pada seluruh kondisi titik di dalam polygon, ini dapat dilihat dari persamaan kata kata yang mudah sebelumnya yang mana titik titik tersebut diturunkan dengan menambahkan ballast timah ke kapal menggerakkan seluruh titik kebawah polygon dan mengangkat kembali ballast timah tersebut dari kapal maka titik titik tersebut kembali ke atas. Seperti juag menggerakkan ballast timah ke depan dari kapal menggerakkan semua titik tersebut ke kiri dari polygon dan menggerakkan ballast timah tersebut ke arah buritan menyebabkan seluruh titik tik tersebut bergerak ke kanan. Gambar 5. Polygon Keseimbangan Pada Gambar. 5 plot seluruh kondisi sembarang di dalam polygon dan karena itu kapal selam harus sanggup meluncur selam dalam seluruh kondisi yang dianggap mewakili kondisi ekstrim. Tetapi, jika polygon ini berdasar pada perhitungan yang diselesaikan pada suatu tahap perancangan, kesalahan akan pasti muncul pada lokasi muatan perubah dan perubahan akan dilakukan selama perioda pembangunan kapal selam tersebut. Karena itu lebih diinginkan untuk memperbesar sedikit ukuran dari tangki perubah pada tahap perancangan dan juga memperbesar lebar dan kedalaman dari polygon untuk keperluan kondisi darurat. Perubahan pada posisi dan jumlah dari ballast tetap timah hitam di kapal juga mengakibatkan beberapa pengaturan dalam titik titik di dalam polygon. Pada penyelesaian dari kapal, uji kemiringan (inclining test) dan trim selam dalam keadaan diam memberikan cukup informasi untuk menentukan bobot kapal yang pasti dan tempat dari pusat gaya apung dan dengannya dapat ditentukan perlu tidaknya pergeseran jumlah dan ballast timah hitam. STABILITAS STATIS Stabilitas statis dari kapal selam dapat dibahas dalam tiga bidang yang umum: yaitu, di permukaan air, saat menyelam ke air dan muncul dari dalam air, dan di bawah air. Di jaman kapal selam bermesin diesel listrik perhatian sangat besar dilakukan pada kondisi di permukaan. Hal ini wajar karena pada jaman itu kapal selam menghabiskan waktunya lebih banyak di permukaan dan secara umum stabilitas dii permukaan juga lebih penting. Bentuk kapal selam yang biasanya dengan lebar garis air yang sempit dan tonjolan kedalam tidak baik untuk tinggi metacentra yang besar. Tetapi kapal selam yang beroperasi di permukaan mempunyai tinggi pusat berat tegak (VCG) yang relatif rendah dalam hubungannya dengan posisi tegak dari pusat gaya apung. Sebagai tambahan saat kapal selam berada di laut bagian atasnya tertutup dan kedap air kecuali untuk bukaan kecil yang diperlukan untuk induksi udara dan jembatan masuk yang mana bertempat di atas garis air. Sebagai hasilnya kapal selam mempunyai cakupan stabilitas yang besar. Pada kapal selam berbentuk benda bersumbu putar dengan tangki yang berbungkus lingkar, metasentranya berada pada sumbu simetrinya, dan dengan pusat gaya beratnya di bawah sumbu simetri cakupan stabilitasnya sampai 180 derajat pada kondisi permukaan. Pada Perang Dunia I sampai ke era kapal selam Barbel ( SS580) seluruh kapal selam bermesin diesel listrik AS dibangun dengan struktur badan ganda, bagian dalam dirancang untuk menahan tekanan air laut saat menyelam penuh dan bagian luar untuk menyimpan minyak diesel dan ballast air. Pada jaman sebelum kapal selam Barbel bagian struktur badan terluar 35

5 dirancang untuk memberikan tahanan kapal yang rendah dalam kondisi permukaan dalam cakupan rasio operasi kecepatan panjang. Lebar tangki - ballast juga sangat membesar pada garis air permukaan untuk menambah kelebaman pada bidang air dan dengannya memperbesar tinggi metasentra awal. Bentuk ini juga menunjukkan kehilangan yang banyak dari lengan momen (righting momen) saat tangki atas tenggelam tetapi cakupan stabilitas masih di atas 90 derajat. Tinggi metasentra dari kondisi permukaan diperlukan saat mulainya perancangan kapal selam baru oleh Angkatan laut AS, walau tidak besar tetapi sangat besar dibanding nilai yang dapat diterima oleh angkatan laut negara lain. Pertumbuhan berat walaupun tidak segencar di kapal permukan tetap merupakan masalah yang besar di kapal selam. Pada kapal permukaan tambahan berat dalam jumlah besar pada pusat gaya berat mempunyai pengaruh yang kecil pada stabilitas. Pada kapal selam sejumlah tambahan tersebut akan menyebabkan kehilangan pada stabilitas karena ballast timah sebesar itu sekitar 2 ft di atas lunas akan dihilangkan. Pada sebuah kapal selam hanya tambahan berat di sekitar 2 ft dari lunas yang diterima tanpa kehilangan stabilitas. Karena itu tinggi metasentra yang besar diperlukan oleh kapal selam angkatan laut AS masa lalu untuk sanggup mengoperasikan kapal selam selama bertahun tahun tanpa adanya perubahan besar seperti yang dilakukan oleh bangsa bangsa lain yang menerima nilai lebih rendah. Tinggi metasentra yang diterima oleh Angkatan Laut AS juga menyebabkan kapal selam jenis Fleet untuk tetap beroperasi pada permukaan bahkan dalam kondisi angin hingga badai tanpa harus mengalami kemiringan yang berbahaya. Walaupun dibawah kondisi tersebut kapal selam dapat menyelam untuk menghindarinya, tetapi hal ini masih merupakan nilai yang berarti untuk kapal selam diesel listrik yang harus ke permukaan laut saat tegangan baterai rendah pada kondisi angin ribut. Untuk kapal selam saat ini yang berbentuk benda bersumbu putar pada kondisi di permukaan mempunyai tinggi metasentranya mendekati sumbu dari kapal selam pada kondisi sudut kemiringan apapun. Karena itu kurva lengan momen dalam bentuk GM sin dan adalah positip sampai = Oleh karena itu dengan tinggi metasentra GM lebih rendah, masih dapat diterima jika dibanding dengan kapal selam berangka ganda dan bertangki atas yang mana tidak mempunyai cakupan 36 stabilitas ini. Penerimaan pengurangan 25 persen dari GM menghasilkan pengurangan stabilitas metasentra pada sudut kemiringan 15 derajat atau kurang tetapi diluar dari sudut kemiringan ini perbedaan stabilitas lebih baik pada jenis kapal selam yang terbaru. Adalah mungkin diharapkan pengalaman lebih banyak dengan kapal selam ini yang menunjukkan kelayakan untuk menerima tinggi metasentra yang lebih rendah. Gambar. 6 menunjukkan posisi tegak dari titik pusat gaya apung, B, pusat gaya berat untuk stabilitas melintang, G t, dan metasentra melintang, M t, dari sebuah kapal selam berbentuk benda bersumbu putar sebagai fungsi dari sarat. Selama kondisi transisi dari tenggelam dan di permukaan terjadi permukaan bebas yang besar pada tangki ballast. Jika pengaruh ini diabaikan saat perancangan, GM t negatif dapat terjadi selama masa transisi tersebut. Pada penyelaman hal ini bisa menjadi masalah kecil karena peristiwa tersebut sangat cepat sehingga stabilitas negatif berlangsung singkat sehingga tak menimbulkan pengaruh yang berbahaya. Tetapi saat menuju permukaan kondisi ini dapat berlangsung beberapa menit dan dibawah kondisi tertentu bisa berbahaya. Oleh karena itu Biro Klasifikasi Kapal mensyaratkan minimal GM t positip sebesar ¼ ft selama melakukan trimdari/ke bawah air. Saat kapal selam tenggelam keseluruhannya, bidang air menghilang, dan jari jari metasentra melintang BM t dan jari jari metasentra memanjang BM l keduanya menjadi nol. Selama proses penenggelaman B naik di atas G. Gambar 6. Kurva M T, B Dan G T Untuk Kapal Selam Berbentuk Benda Bersumbu Putar Saat tangki ballast penuh, permukaan bebas berkurang dan BG sin menjadi lengan momen pembalik bawah air untuk arah melintang dan memanjang walaupun

6 Perancangan Kapal Selam Berdasarkan Kajian Berat, Daya Apung & Stabilitas Statisnya (Wibowo H Nugroho) perbedaan kecil pada koreksi permukaan bebas akan menyebabkan perubahan kecil antara BG t dan BG l. Nilai keduanya BG t dan BG l relatif kecil maka setiap kemungkinan untuk meminimalkan permukaan bebas harus dilakukan. Hal ini adalah benar sepanjang tentang BG l karena tangki tangki dan bilga hampir semuanya lebih panjang dibanding lebarnya. Peralatan harus ditambahkan untuk menjaga permesinan bilga kering atau hampir kering selalu untuk mempertahankan nilai positip dari BG l. Penetapan yang kaku dari batas bawah tinggi metasentra saat tenggelam yang diterima (BG t dan BG l ) adalah tugas yang sulit. Kapal kapal selam telah beroperasi dengan ketinggian metasentra serendah 3 inch dalam kondisi tenggelam. Seperti juga saat ini kriteria yang pasti untuk tinggi metasentra saat tenggelam belum ditetapkan. Untuk membatasi kemiringan saat membelok mempunyai ketinggian metasentra yang besar sangat menolong bahkan yang lebih tinggi dari yang sering dipraktekkan. Nilai yang besar tersebut juga menyebabkan stabilitas gerak yang baik pada bidang tegak terutama pada kecepatan rendah. Tetapi nilai besar tersebut juga dapat menyebabkan masalah pada pengendaliannya pada kecepatan rendah saat kendali permukaan tak mampu untuk menahan stabilitas metasentra kapal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan analisa yang lebih masuk akal untuk menyelesaikan kebutuhan yang bertentangan tersebut dan untuk menghasilkan criteria yang jelas bagi ketinggian metasentra. Untuk saat ini nilai minimal untuk GM di permukaan disyaratkan. Nilai nilai ini biasanya dianggap sebagai tinggi metasentra saat tenggelam dan paling tidak telah cukup baik dari segi pengoperasian kapal selam saat ini. Ballast timah tetap selalu diperlukan untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Balast ini dipasang sedekat mungkin ke garis dasar kapal untuk mendapakan pengaruh yang maksimal dalam merendahkan titik pusat berat. Pada sebuah kasus dimana perubahan yang besar dilakukan pada kapal selam Barbaro untuk membawa Regulus I dimana ballast timah tersebut dipasang dibawah lunas kapal dalam bentuk batang lunas untuk merendahkan titik pusat berat ke yang disyaratkan. Pada kapal selam bermesin diesel listrik masa lalu baterai penyimpan mempunyai berat lebih dari setengah dari berat permesinannya dan ditempatkan di posisi paling bawah dari kapal agar mengurangi kebutuhan akan ballast tetap untuk keperluan stabilitas kapal. Pada kapal selam nuklir kapasitas baterai telah banyak terkurangi. Sebagai hasilnya berat dari baterai pada semua kasus hanya sepuluh persen dari berat mesin keseluruhan, sehingga tidak begitu besar pengaruhnya untuk merendahkan titik beratnya. Beberapa kapal selam nuklir memerlukan sebanyak 7,2 persen dari bobot di permukaannya untuk ballast timah agar criteria stabilitas terpenuhi. Tetapi pada kapal selam serang terbaru, Thresher, pengurangan yang besar pada tinggi pusat berat tegak dari struktur badan kapal dapat dicapai dengan penghilangan seluruh bangunan atas ditambah dengan pengurangan ukuran dari tonjolan atas. Sebagai hasilnya hanya diperlukan sedikit jumlah ballast timah yang diperlukan yaitu sekitar 1,25 persen dari bobot di permukaan untuk memenuhi kriteria stabilitas yang sama. Gambar 7. Diagram Distribusi Cadangan Timah (Margin Lead) Cadangan Berat (Weight Margin) Pada bagian terdahulu telah diketahui bahwa kapal selam militer umumnya mempunyai isi terbatas. Pada kondisi ini ballast timah harus ditambahkan untuk membuat kapal selam tenggelam. Pada keadaan ini sepertinya tidak konsisten untuk memerlukan cadangan berat dari rancangan baru kapal selam. Lebih cocok kiranya memasukkan isi tambahan. Akan tetapi tidak ada cara yang praktis untuk memberikan isi tambahan yang dapat ditempatkan di berbagai lokasi di kapal selam. Lebih jauh lagi pada kapal selam pengaturan ruangnya sangat sulit dibanding dengan kapal di permukaan sehingga tambahan isi yang kecil akan cepat terpakai dan hilang selamanya. Sedangkan cadangan berat dapat 37

7 didistribusikan dengan batasan yang ada berbagai bagian dari kapal. Fakta yang sudah diketahui bahwa perkiraan berat kapal selam tak pernah tepat sebelum konstruksi kapal selam telah lengkap dan oleh karena itu biasanya cadangan berat dilakukan pada akhir perencanaan. Jumlah dari cadangan berat jarang dilakukan berdasarkan kenyataan dilapangan tetapi lebih ke pertimbangan kerekayasaan. Jika ada perencanaan kapal selam baru yang berbeda hanya beberapa item dibanding dengan pendahulunya dimana dapat diperhitungkan dengan tepat maka cadangan berat yang sedikit masih diperbolehkan. Pada kasus yang lebih umum dimana perencanaan kapal selam sangat berbeda cadangan berat yang lebih besar dapat dipakai karena kapal selam yang dilengkapi dengan ballast yang berlebih masih dapat melakukan semua fungsinya dimana dia dengan berat berlebih saat penyelesaian tidak dapat menyelam tanpa melakukan perubahan yang besar. Kapal selam USS Tang (SS563) adalah pelajaran bagi hal ini. Kapal tersebut diperpanjang di galangan untuk mendapatkan daya apung saat menyelam dan kemudian dua tangki ballastnya dirubah menjadi struktur tekan badan kapal untuk maksud yang sama sebelum kapal selam ini bisa beroperasi di lautan lepas. Disamping sebuah cadangan untuk mengijinkan perubahan selama masa detail perencanaan dan pembangunan kapal juga disukai untuk mempunyai cadangan sisa saat kapal selam telah selesai untuk mengijinkan tambahan wajib ke kapal selama masa dinas kapal yang lama. Biro Klasifikasi kapal sekarang tekah menentukan bahwa kapal selam yang telah selesai tak hanya mempunyai ballast timah yang cukup untuk memenuhi kriteria stabilitas tetapi juga harus mempunyai minimum 20 ton untuk keperluan timah masa datang yang dapat dihilangkan jika ada perubahan dengan titik berat kumulatif terleltak pada sumbu kapal. Dalam prakteknya seluruh sisa cadangan berat saat kapal telah selesai harus dipasang sebagai ballast timah bersama dengan ballast timah yang diperlukan untuk stabilitas untuk mendapatkan berat kapal pada kondisi berat A dan sehingga kapal dapat menyelam saat beban tak tetap, ballast tak tetap dan ballat utama ditambahakan. Pemballastan ulang biasanya diperlukan setelah test kemiringan dan trim selam dilakukan dan hasilnya dianalisa. Pemballastan ulang mungkin memerlukan pengurangan atau penambahan beberapa ballasat timah begitu juga penempatan ulang secara longitudinal pada kapal agar poligon keseimbangan 38 masih melingkupi titik titik yang menunjukkan kondisi berbagai muatan. Cadangan untuk mengkompensasi dari pertumbuhan berat selama masa pembangunan dan untuk pengembangan penting masa datang adalah kunci dari perencanaan yang sukses; tetapi penentuan jumlah dari cadangan dan titik pusat berat vertikal belum memadai, karena jumlah yang dapat dihilangkan hanya pada posisi longitudinalnya. Pada lokasi depan atau belakang jumlah lebih sedikit dari cadangan juga tersedia. Adalah sangat mungkin untuk mendapatkan cadangan sebesar 180 ton dari kapal selam seberat 3000 ton akan tetapi adalah tidak mungkin untuk menambahkan berat pada item seperti pada main reduction gear yang bertempat pada belakang kapal walau dengan sejumlah 10 ton karena ketidakmampuan untuk menyeimbangkan kapal secara longitudinal. Karena itu adalah perlu untuk tidak hanya menentukan maksimum cadangan yang tersedia dan posisi vertikalnya tetapi juga menentukan jumlah dari cadangan yang dapat dihilangkan pada setiap lokasi memanjang kapal. Informasi ini diperlukan selama fase perencanaan awal saat outline dari struktur tekan badan kapal dibuat sehingga perubahan dari outline ini dapat dimuat untuk memastikan cadangan yang cukup akan tersedia pada lokasi depan dan belakang kapal dimana terjadi keraguan yang besar pada berat akhir kapal selam. Sebuah diagram yang menggambarkan secara grafis cadangan yang tersedia pada setiap posisi memanjang di kapal. Gambar 7 menunjukkan bagaimana diagram tersebut dibuat. Dari laporan akhir distribusi berat jumlah keseluruhan timah (TL) yang diperlukan untuk mencapai kondisi berat A bersama dengan lokasi memanjangnya berkembang. Juga dari mempelajari beratnya jumlah dari timah yang diperlukan untuk maksud stabilitas (SL) ditentukan. Perbedaan antara kedua nilai diatas disebut dengan cadangan timah ( ML). Dari pengamatan pada pengaturan kapal seseorang dapat membuat perencanaan penyimpanan timah yang menunjukkan maksimum jumlah timah yang dapat disimpan pada berbagai lokasi longitudinal sepanjang kapal dan cukup dekat dengan lunas kapal. Kurva bagian atas pada Gambar 6 menunjukkan data yang sebelumnya dihitung dari rencana penyimpanan timah. Perhatikan bahwa kurva ini tidak menunjukkan jumlah keseluruhan timah di kapal tetapi menunjukkan jumlah maksimum timah yang dapat disimpan pada lokasi sekitar 2ft di atas lunas kapal. Kurva

8 Perancangan Kapal Selam Berdasarkan Kajian Berat, Daya Apung & Stabilitas Statisnya (Wibowo H Nugroho) bertulisan dapat dipakai buritan dan dapat dipakai haluan menunjukkan penambahan berat maksimum yang dapat terjadi pada lokasi longitudinal tetentu dan masih memperbolehkan kapal selam untuk mencapai keseimbangan selam secara logitudinal. Untuk mendapatkan maksimum jumlah dari cadangan timah yang dapat dihilangkan di jarak b ke buritan dari posisi memanjang keseluruhan timah, diperlukan peletakan timah stabilitas sejauh mungkin ke depan. Lebih jauh lagi untuk dapat memhilangkan X ton sejauh mungkin ke buritan bagian yang tersisa dari cadangan timah, (ML X) juga harus diletakan sejauh mungkin ke depan untuk mencapai kesetimbangan longitudinal i.e. bx SL. aml x c. ( 3 ) Dari persamaan moment ini jarak maksimum ke buritan, b, dimana X ton cadangan timah yang dapat dihilangkan bisa ditentukan. Hal yang sama juga dilakukan untuk lokasi lainnya dengan berbagai cadangan timah yang dapat dihilangkan dapat ditentukan dan diagram lengkap di tunjukkan pada Gambar 7. Diagram yang baru harus dibuat jika perubahan besar terjadi pada laporan akhir distribusi berat kapal selam. KESIMPULAN Pembuatan polygon keseimbangan kapal selam untuk sembarang kondisi setelah perhitungan berat dan daya apung sangat diperlukan untuk mengoperasikan kapal pada segala kondisi pelayaran. Perhitungan stabilitas statis seperti penentuan tinggi metasentra kapal selam perlu hati hati dilakukan untuk mendapatkan kinerja kapal selam yang baik dan aman. Untuk mengantisipasi perubahan perubahan yang terjadi saat kapal selam mulai perancangan hingga selesai pembangunannya dapat merubah juga sifat sifat stabilitasnya harus diperhitungkan juga cadangan berat dan distribusinya yang nantinya dapat dihilangkan apabila diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Arentzen E. S, Mandel P, Naval Architectural Aspects of Submarine Design, Presented at Annual Meeting of THE SOCIETY OF NAVAL ARCHITECT AND MARINE ENGINEERS, New York, NY November 17-18, 1960, Chant C, An Illustrated Data Guide to SUBMARINES of WORLD WAR II, Tiger books International London (1997) Fuller G. H, S.W.O.T. That Submarine, International Symposium WARSHIP 2002 NAVAL SUBMARINES 7, 19-20, London, UK The Royal Institution of Naval Architects Lewis VE, Principle of Naval Architecture Vol I Strength and Stability, SNAME 1988 Wood T, Spotlight on Submarines, Franklin Watts London (1989) RIWAYAT PENULIS Wibowo H. Nugroho, lahir di Jakarta, tahun 1967, lulus Sarjana Teknik Perkapalan (Ir/1990) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Msc (1994) di bidang Engineering Mathematics, dari University of Newcastle, Newcastle Upon Tyne, The United Kingdom. Dan PhD (2002) di bidang Smart Structure / Mechanical Engineering, Monash University,Melbourne, Australia. Saat ini bekerja sebagai Perekayasa pada divisi Penelitian dan Pengembangan untuk Hidroelastisitas/Marine Structural Monitoring pada UPT Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika, BPP Teknologi Surabaya. Penulis juga menjadi staf pengajar Teknik Mesin pada Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan pasca sarjana F.T kelautan ITS, Surabaya 39

9 40

PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG

PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG Mata Kuliah Mekanika Fluida Oleh: 1. Annida Unnatiq Ulya 21080110120028 2. Pratiwi Listyaningrum 21080110120030 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu alutsista laut yang strategis dan sarat dengan muatan teknologi tinggi, serta mempunyai efek psikologis yang tinggi terhadap lawan adalah kapal selam. Telah

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan didalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas dalam usaha menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum. 2.1.1 Defenisi Stabilitas Stabilitas adalah merupakan masalah yang sangat penting bagi sebuah kapal yang terapung dilaut untuk apapun jenis penggunaannya, untuk

Lebih terperinci

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas Nomura dan Yamazaki (1977) menjelaskan bahwa stabilitas merupakan kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula setelah miring akibat pengaruh gaya dari dalam maupun

Lebih terperinci

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif. 3 STABILITAS KAPAL Stabilitas sebuah kapal mengacu pada kemampuan kapal untuk tetap mengapung tegak di air. Berbagai penyebab dapat mempengaruhi stabilitas sebuah kapal dan menyebabkan kapal terbalik.

Lebih terperinci

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL Sidang Tugas Akhir (MN 091382) DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL Oleh : Galih Andanniyo 4110100065 Dosen Pembimbing : Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT Marcel Winfred Yonatan 1 Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Ricky Lukman Tawekal 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN 4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN 4.1 Pendahuluan Masalah teknis yang perlu diperhatikan dalam penentuan perencanaan pembangunan kapal ikan, adalah agar hasil dari pembangunan kapal

Lebih terperinci

14/12/2012. Metoda penyelesaian :

14/12/2012. Metoda penyelesaian : Sebuah benda berada dalam keseimbangan di bawah pengaruh gaya-gaya yang berpotongan jika : 1. Benda itu diam dan tetap diam (static equilibrium). 2. Benda itu bergerak dengan vektor kecepatan yang tetap

Lebih terperinci

Analisa Stabilitas Akibat Konversi Motor Tanker (MT). Niria Menjadi Mooring Storage Tanker

Analisa Stabilitas Akibat Konversi Motor Tanker (MT). Niria Menjadi Mooring Storage Tanker Analisa Stabilitas Akibat Konversi Motor Tanker (MT). Niria Menjadi Mooring Storage Tanker Moch. Arief M. (1), Eko B. D. (2), Mas Murtedjo (2) (1) Mahasiswa S1 Jurusan Tekinik Kelautan FTK-ITS (2) Dosen

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut

3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2009. Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat untuk pengukuran

Lebih terperinci

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS 6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS 6.1 Keragaan Kapal Bentuk dan jenis kapal ikan berbeda-beda bergantung dari tujuan usaha penangkapan. Setiap jenis alat penangkapan

Lebih terperinci

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU Jurnal Wave, UPT. BPPH BPPT Vol. XX,No. XX, 20XX WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU Daeng Paroka 1, Muh. Zulkifli 1, Syamsul Asri 1 1 Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal cumi-cumi (squid jigging) merupakan kapal penangkap ikan yang memiliki tujuan penangkapan yaitu cumi-cumi. Kapal yang sebagai objek penelitian

Lebih terperinci

TOPIC. 10. ShippingEducationEbooks www.ebokship.plusadvisor.com SumberEbookShippingTerlengkap DiIndonesia Youneedgoodadvisor www.plusadvisor.com PERCOBAAN STABILITAS INCLINING EXPERIMENT Tujuan percobaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column

Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column P.C.Pamungkas a, I.Rochani b, J.J.Soedjono b a Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan ITS, b Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan ITS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama 5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin kapal tradisional menyebabkan proses pembuatan kapal dilakukan tanpa mengindahkan kaidahkaidah arsitek perkapalan. Dasar

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS PENENTUAN SPESIFIKASI KANTUNG UDARA (AIRBAG) SEBAGAI SARANA UNTUK PELUNCURAN TONGKANG

ANALISA TEKNIS PENENTUAN SPESIFIKASI KANTUNG UDARA (AIRBAG) SEBAGAI SARANA UNTUK PELUNCURAN TONGKANG ANALISA TEKNIS PENENTUAN SPESIFIKASI KANTUNG UDARA (AIRBAG) SEBAGAI SARANA UNTUK PELUNCURAN TONGKANG Alex Prastyawan*, Ir Heri Supomo, M.Sc** *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan **Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT Abstrak ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT GT Budhi Santoso 1), Naufal Abdurrahman ), Sarwoko 3) 1) Jurusan Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis ) Program Studi Teknik Perencanaan dan Konstruksi

Lebih terperinci

ISTA RICKY SURYOPUTRANTO ( ) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D

ISTA RICKY SURYOPUTRANTO ( ) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D ISTA RICKY SURYOPUTRANTO (4108100093) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D Lahan semakin sempit Lahan semakin mahal Industri sepakbola semakin berkembang Pontensi besar Stadion apung lebih murah dari

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-13 Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar Prasetyo Adi dan

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

Bab 6 Defleksi Elastik Balok Bab 6 Defleksi Elastik Balok 6.1. Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR Prasetyo Adi Dosen Pembimbing : Ir. Amiadji

Lebih terperinci

CARA KERJA KAPAL SELAM Oleh: Pandapotan Harahap, M.Pd., M.P.Fis. Guru Fisika MAN 2 MODEL MEDAN

CARA KERJA KAPAL SELAM Oleh: Pandapotan Harahap, M.Pd., M.P.Fis. Guru Fisika MAN 2 MODEL MEDAN CARA KERJA KAPAL SELAM Oleh: Pandapotan Harahap, M.Pd., M.P.Fis. Guru Fisika MAN 2 MODEL MEDAN A. Kapal Selam Kapal selam adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air, umumnya digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.17.03.05.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tenggelamnya KM. Sweet Istanbul (IMO No. 9015993) Area Labuh Jangkar Pelabuhan Tanjung Priok, DKI Jakarta Republik Indonesia

Lebih terperinci

Apabila tangki terisi penuh oleh fluida cair, maka fluidatersebutcenderungtidakakanberpindah/ bergerak pada tangki apabila kapal mengalami

Apabila tangki terisi penuh oleh fluida cair, maka fluidatersebutcenderungtidakakanberpindah/ bergerak pada tangki apabila kapal mengalami A.A. B. Dinariyana Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2011 Apabila tangki terisi penuh oleh fluida cair, maka fluidatersebutcenderungtidakakanberpindah/ bergerak

Lebih terperinci

BAB 5 STABILITAS BENDA TERAPUNG

BAB 5 STABILITAS BENDA TERAPUNG BAB 5 STABIITAS BENDA TERAPUNG 5. STABIITAS AWA Sebagai dasar pemahaman mengenai struktur terapung maka diperlukan studi mengenai stabilitas benda terapung. Kestabilan sangat diperlukan suatu struktur

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM Daeng PAROKA 1 dan Ariyanto IDRUS 1 1 Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

BAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG

BAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG A IV UOYANCY DAN STAIITAS ENDA ENAPUN Tujuan Pembelajaran Umum :. ahasiswa memahami konsep kesetimbangan statis untuk menyelesaikan gaya-gaya yang bekerja pada kasus benda yang mengapung, 2. ahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Ukuran utama ( Principal Dimension) * Panjang seluruh (Length Over All), adalah

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT Nurhasanah Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis, Indonesia Email: nurhasanah@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

Pengembangan Alat Ukur Berbasis Loadcell Untuk Pengujian Tahanan Model Kendaraan Tempur Amphibi

Pengembangan Alat Ukur Berbasis Loadcell Untuk Pengujian Tahanan Model Kendaraan Tempur Amphibi Jurnal Wave, UPT. BPPH BPPT Vol. 4, No. 2, 2010 Pengembangan Alat Ukur Berbasis Loadcell Untuk Pengujian Tahanan Model Kendaraan Tempur Amphibi Teddy S. Setiahardja 1 Abstrak Pengujian tahanan kapal yang

Lebih terperinci

BAB V PONDASI DANGKAL

BAB V PONDASI DANGKAL BAB V PONDASI DANGKAL Pendahuluan Pondasi adalah sesuatu yang menyongkong suatu bangunan seperti kolom atau dinding yang membawa beban bangunan tersebut. Pondasi Dangkal pondasi yang diletakan tepat dibawah

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA

KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STATIKA I MODUL 1 PENGETIAN DASA STATIKA Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Dasar Statika. Gaya. Pembagian Gaya Menurut Macamnya. Gaya terpusat. Gaya terbagi rata. Gaya Momen, Torsi.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek Penelitian dalam penelitian ini adalah Kapal Penangkap Cumi- Cumi yang terdapat di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. 3.2

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pembinaan Olimpiade Fisika di SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP

Laporan Kegiatan Pembinaan Olimpiade Fisika di SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP Laporan Kegiatan Pembinaan Olimpiade Fisika di SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun 2012 Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP. 19800129200501 1 003 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir Surabaya, 25 Januari 2012 Jurusan Teknik Kelautan FTK - ITS

Presentasi Tugas Akhir Surabaya, 25 Januari 2012 Jurusan Teknik Kelautan FTK - ITS Oleh : Ahmad Agus Salim Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D., MRINA Prof. Ir. Mukhtasor,M.Eng.,Ph.D Presentasi Tugas Akhir Surabaya, 25 Januari 2012 Jurusan Teknik Kelautan FTK - ITS 1

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT

Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan 17500 DWT Oleh : NUR RIDWAN RULIANTO 4106100064 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Djauhar Manfaat M. Sc., Ph.D JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN

Lebih terperinci

A.A. B. Dinariyana. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2010

A.A. B. Dinariyana. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2010 A.A. B. Dinariyana Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2010 Apabila kapal oleng oleh gayagaya dari luar kapal, seperti angin dan gelombang, titik pusat gaya apung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

Laporan kegiatan Pembinaan Olimpiade Sains Nasional di SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP

Laporan kegiatan Pembinaan Olimpiade Sains Nasional di SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP Laporan kegiatan Pembinaan Olimpiade Sains Nasional di SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun 2012 Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP. 19800129200501 1 003 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 87-92, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi

Lebih terperinci

2 Mekanika Rekayasa 1

2 Mekanika Rekayasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN S ebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

M E K A N I K A R E K A Y A S A I KODE MK : SEMESTER : I / 3 SKS

M E K A N I K A R E K A Y A S A I KODE MK : SEMESTER : I / 3 SKS M E K A N I K A R E K A Y A S A I KODE MK : SEMESTER : I / 3 SKS Tujuan : Memahami & menganalisa berbagai persoalan gaya, momen pada benda masif dalam bidang datar Materi : 1. Pengertian gaya 2. Pengertian

Lebih terperinci

Pengembangan Software Loading Manual Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT

Pengembangan Software Loading Manual Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Software Loading Manual Tanker Ukuran Sampai Dengan 17.500 DWT Nur Ridwan Rulianto dan Djauhar Manfaat Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Geometrik Lalu Lintas Perencanan geometrik lalu lintas merupakan salah satu hal penting dalam perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan geometrik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan program Maxshurft, besarnya power

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

OPTIMISASI UKURAN UTAMA BULK CARRIER UNTUK PERAIRAN SUNGAI DENGAN MUATAN BERSIH MAKSIMAL TON

OPTIMISASI UKURAN UTAMA BULK CARRIER UNTUK PERAIRAN SUNGAI DENGAN MUATAN BERSIH MAKSIMAL TON OPTIMISASI UKURAN UTAMA BULK CARRIER UNTUK PERAIRAN SUNGAI DENGAN MUATAN BERSIH MAKSIMAL 10000 TON Yopi Priyo Utomo (1), Wasis Dwi Aryawan (2). Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi

Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi Oleh Tenes Widoyo M.Pd. Paket 01 1. Besaran yang dimensinya ML 2 L -2 adalah. A. Tekanan B. Usaha C. Impuls D. Momentum E. Kecepatan 2. Dua buah vektor A dan B besarnya

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis pada Potensi Operasional Mesin Pengujian teknis pada potensi operasional mesin yang dilakukan pada mesin Dong Feng ZS 1100 terbagi menjadi dua bagian, yaitu saat

Lebih terperinci

ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER

ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER Parlindungan Manik Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Ada enam macam gerakan kapal dilaut yaitu tiga

Lebih terperinci

Hidrostatika. Civil Engineering Department University of Brawijaya. Kesetimbangan Benda Terapung. TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / 2 sks

Hidrostatika. Civil Engineering Department University of Brawijaya. Kesetimbangan Benda Terapung. TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / 2 sks TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / 2 sks Hidrostatika Kesetimbangan Benda Terapung Ir. Suroso, M.Eng., Dipl.HE Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo Department University of Brawijaya Statika Fluida Membahas sistem yang

Lebih terperinci

Pengkajian Industri No. 28 Tahun XI Gerakan Non-linier Rolling Kapal di Gelombang Beraturan

Pengkajian Industri No. 28 Tahun XI Gerakan Non-linier Rolling Kapal di Gelombang Beraturan Pengkajian Industri No. 8 Tahun XI 006 Gerakan Non-linier Rolling Kapal di Gelombang Beraturan (Kajian Numerik) Wibowo. Harso. Nugroho Marine Structural Monitoring / Hydroelasticity Group UPT - Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB VIII LISTRIK STATIS

BAB VIII LISTRIK STATIS BAB VIII LISTRIK STATIS 1. Bagaimana caranya agar suatu benda bermuatan listrik?. Apa jenis-jenis muatan listrik? 3. Bagaimana sifat-sifat muatan listrik? 4. Mengapa benda dapat bermuatan listrik? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia tidak terpisahkan dengan adanya penerapan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat menunjang dan mempermudah kegiatan yang dilakukan. Seperti

Lebih terperinci

STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL

STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL Dosen Pembimbing: Endah Wahyuni, ST, MT, Ph.D. Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL Syayhuddin Sholeh 3107100088 Latar Belakang Pendahuluan Submerged Floating

Lebih terperinci

Keseimbangan benda terapung

Keseimbangan benda terapung Keseimbangan benda terapung Pendahuluan Benda yang terendam di dalam air akan mengalami gaya berat sendiri benda atau gaya gravity ( Fg ) dengan arah vertikal ke bawah dan gaya tekanan air dengan arah

Lebih terperinci

Mahasiwa: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS ABSTRAK

Mahasiwa: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS ABSTRAK PERANCANGAN ALAT UKUR STABILITS KAPAL PADA MODEL KAPAL DENGAN MATLAB BERBASIS PCI 1710 UNTUK KESELAMATAN Oleh AA.Masroeri, Ir,MASc, Ph.D 2), Khairul Mustofa 1) 1) Mahasiwa: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan,

Lebih terperinci

MODIFIKASI ARMOURED PERSONNEL CARRIER (APC) TIPE BTR-50P UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS

MODIFIKASI ARMOURED PERSONNEL CARRIER (APC) TIPE BTR-50P UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MODIFIKASI ARMOURED PERSONNEL CARRIER (APC) TIPE BTR-50P UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS NAMA : Mahesa

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. USAHA DAN ENERGI Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. SOAL - SOAL : 1. Pada gambar, kita anggap bahwa benda ditarik sepanjang jalan oleh sebuah gaya 75

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 10 A. Fluida Statis Fluida statis membahas tentang gaya dan tekanan pada zat alir yang tidak bergerak. Zat yang termasuk zat alir adalah zat cair dan gas. Setiap zat baik padat, cair maupun gas

Lebih terperinci

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB MOMENTUM DAN IMPULS BAB MOMENTUM DAN IMPULS I. SOAL PILIHAN GANDA 0. Dalam sistem SI, satuan momentum adalah..... A. N s - B. J s - C. W s - D. N s E. J s 02. Momentum adalah.... A. Besaran vektor dengan satuan kg m B. Besaran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang NASKAH SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL 014 CALON PESERTA INTERNATIONAL PHYSICS OLYMPIAD (IPhO) 015 FISIKA Teori Waktu: 5 jam KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada Bab 3 Sifat Penampang Datar 3.1. Umum Didalam mekanika bahan, diperlukan operasi-operasi yang melihatkan sifatsifat geometrik penampang batang yang berupa permukaan datar. Sebagai contoh, untuk mengetahui

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382)

PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382) PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382) Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember KONSEP DESAIN KAPAL PEMBERSIH SUNGAI : Studi Kasus Sungai Kepetingan Sidoarjo

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN III.1 ALUR PELABUHAN Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke dalam kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan. VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 EVALUASI KELAYAKAN BANGUNAN BERTINGKAT PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 SUMATERA BARAT ( Studi Kasus : Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN PADA APLIKASI KOMPONEN BETON BERTULANG

METODE PEMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN PADA APLIKASI KOMPONEN BETON BERTULANG METODE EMBELAJARAN MEKANIKA BAHAN ADA ALIKASI KOMONEN BETON BERTULANG Oleh: Antonius rabowo Setiyawan ABSTRAK Ilmu Mekanika Bahan merupakan salah satu cabang dari ilmu Mekanika Rekayasa, yang mempunyai

Lebih terperinci