BAB 5 STABILITAS BENDA TERAPUNG
|
|
- Yanti Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 5 STABIITAS BENDA TERAPUNG 5. STABIITAS AWA Sebagai dasar pemahaman mengenai struktur terapung maka diperlukan studi mengenai stabilitas benda terapung. Kestabilan sangat diperlukan suatu struktur terapung agar dapat tetap berada pada posisi yang seharusnya. Kondisi suatu perairan akan mempengaruhi keberadaan dari struktur terapung, salah satu dampaknya adalah pergerakan struktur dari posisi keseimbangan ke suatu posisi baru. Suatu benda dikatakan berada dalam keadaan seimbang (equilibrium) apabila resultan gaya dan resultan momen yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Jika benda tersebut dipengaruhi oleh gaya luar sehingga bergeser dari keadaan seimbangnya kemudian kembali lagi ke posisi awal maka struktur terapung tersebut berada dalam keseimbangan stabil (stable equilibrium) dan konsidisi tersebut disebut stabilitas positif. Sedangkan apabila suatu benda digeser dari posisi keseimbangannya ke suatu posisi baru dan kemudian tetap pada posisi baru tersebut, maka keseimbangan benda tersebut dikatakan keseimbangan netral (neutral equilibrium). Tetapi apabila suatu benda digerakan ke suatu posisi baru kemudian benda tersebut bergerak semakin menjauhi posisi awalnya maka keseimbangan benda tersebut dikatakan keseimbangan labil (unstable equilibrium) dan kondisi ini disebut stabilitas negatif terhadap acuan posisi awalnya. Pada suatu struktur terapung akan terdapat dua buah gaya vetikal yang bekerja, yakni gaya apung (bouyancy) yang mengarah ke atas dan berat struktur itu sendiri yang mengarah ke bawah. Resultan dari gaya tekan air keatas dapat digambarkan sebagai satu gaya yang bekerja pada titik pusat gaya apung (center of buoyancy) yang mengarah keatas. Sedangkan resultan dari gaya berat dapat digambarkan sebagai satu gaya yang bekerja pada titik pusat massa benda (center of gravity) yang mengarah ke bawah. Suatu struktur dikatakan berada dalam keseimbangan apabila resultan dari gaya gaya tersebut harus sama besarnya tetapi berlawanan arah dan berada pada satu garis vertikal. Gambar 5. Momen positif. aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5
2 Gambar 5. Momen negatif. Pada gambar 5. dan gambar 5. terdapat tiga buah titik yakni titik pusat berat (center of gravity) (G), titik metacenter (M), dan titik pusat gaya apung (center of buoyancy) (B). 5.. Titik Pusat Berat Titik pusat berat struktur didapat dengan membagi jumlah total dari momen pertama setiap komponen dengan berat total struktur. Proyeksi dari titik pusat berat yang menggambarkan jarak dari titik berat dalam arah memanjang terhadap suatu garis referensi disebut longitudinal center of gravity (CG). Sedangkan jarak dari titik berat dalam arah melintang terhadap suatu garis referensi disebut transverse center of gravity (TCG). CG dari sumbu y = x dw W Gambar 5. Proyeksi titik pusat berat. (5.) aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5
3 VCG dari keel = z dw W (5.) TCG dari sumbu x = y dw W (5.) Dimana: W dw x,y,z : berat total struktur : berat komponen struktur : koordinat komponen terhadap sumbu referensi 5.. Titik Metacenter Perhatikan gambar berikut ini, suatu benda yang terapung tegak dimana posisi garis air pada benda yang terapung tegak tersebut adalah W. Titik pusat gaya apung saat benda terapung tegak adalah titik B. Garis air W adalah posisi ketika benda tersebut diputar dengan sudut (sudut kecil) tanpa merubah volume benda yang terendam (displacement). Titik pusat gaya apung setelah benda diputar adalah B. Garis yang melalui B dan tegak lurus W akan berpotongan dengan garis yang melalui B dan tegak lurus W di titik M. Titik M disebut sebagai titik metacenter. Gambar 5. 4 Titik metacenter. Apabila benda yang terapung diputar tanpa merubah displacement, maka volume bagian benda yang tenggelam harus sama dengan volume bagian benda yang timbul. Adanya bagian benda yang tenggelam dan bagian benda yang timbul akan menyebabkan berpindahnya titik pusat gaya apung dari titik B ke titik B. aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5
4 5.. Titik Gaya Apung Titik pusat gaya apung (center of buoyancy) dari suatu struktur terapung berada pada titik pusat dari volume fluida yang dipindahkan. Jarak proyeksi titik pusat gaya apung terhadap suatu sumbu referensi dalam memanjang disebut CB (longitudinal center of buoyancy), sedangkan jarak proyeksi titik pusat gaya apung terhadap sumbu referensi dalam arah vertikal disebut VCB (vertical center of buoyancy). ( ) z = T VCB = Aw z dz Dimana : z= 0 Gambar 5. 5 CB dan VCB. (5.4) A w : volume air yang dipindahkan : luas bidang air ( ) x= xr CB = SA x dx x= x (5.5) Dimana : S A : volume air yang dipindahkan : luas penampang lintang aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 4
5 5. KARAKTERISTIK BENTUK Bidang air (waterplane), penampang melintang (transverse section), gelagar (bulkhead) merupakan bentuk bidang ( D) yang karakteristiknya perlu diketahui dalam mendesain suatu kapal atau benda terapung lainnya. Bentuk bidang tersebut tidak dapat ditentukan dengan eksak, oleh karena itu perlu dilakukan metode pendekatan, salah satunya adalah dengan metode intergrasi numerik. Momen pertama M dan momen kedua I (momen inersia) merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu bidang ( D), sebagai contoh adalah irisan bidang air. M 5.. Momen Pertama Momen sekitar sumbu y = x.y.dx yy Momen sekitar sumbu y untuk sebuah daerah yang simetris terhadap sumbu x dirumuskan sebagai berikut: M =. x.y.dx yy Momen sekitar sumbu x (5.6) (5.7) M y = 0 y.dy.dx Atau M = y.dx Momen sekitar sumbu x untuk sebuah daerah yang simetris terhadap sumbu x dirumuskan sebagai berikut: (5.8) (5.9) aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 5
6 y y M = y. dy. dx + ( y). dy. dx 0 0 (5.0) M = y.dx y.dx = 0 (5.) I yy 5.. Momen Inersia Momen inersia sekitar sumbu y = x.y.dx (5.) Momen inersia sekitar sumbu y untuk sebuah daerah yang simetris dirumuskan sebagai berikut: terhadap sumbu x I yy = x.y.dx (5.) Pada kasus sebuah bidang air I yy merupakan momen inersia longitudinal sekitar sumbu y. Momen inersia sekitar sumbu x I = y y.dy.dx 0 (5.4) I = y.dx (5.5) Momen inersia sekitar sumbu x untuk sebuah daerah yang simetris dirumuskan sebagai berikut: terhadap sumbu x y y I = y.dy.dx + ( y).dy.dx 0 0 (5.6) aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 6
7 I = y.dx (5.7) Pada kasus sebuah bidang air I merupakan momen inersia transversal sekitar sumbu x. 5. INTEGRASI NUMERIK 5.. Hukum Trapezoid Suatu trapesium yang memiliki panjang sisi yang berhadapan yakni y, y dan tinggi h maka luas dari trapesium tersebut dirumuskan menjadi: A= h(y + y ) (5.8) Gambar 5. 6 Trapesium. Untuk suatu bentuk curvilinier dapat ditentukan luasannya dengan membagi bentuk tersebut kedalam beberapa trapesium. Gambar 5. 7 aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 7
8 x x f(x).d(x) (h/).(y + y ) (5.9) Dimana untuk lebih dari dua ordinat yang sama dan memiliki jarak yang sama berlaku: n f(x).d(x) h.( y+ y + y+ K + yn + y n) x (5.0) 5.. Hukum pertama simpson (simpson s first rule) Untuk menentukan luas dibawah kurva maka perlu dirumuskan terlebih dahulu persamaan dari kurva tersebut. Persamaan dari kurva dinyatakan dalam persamaan orde, yaitu: y= a + a x+ a x + a x 0 h h (5.) uas daerah dibawah kurva dinyatakan dengan persamaan: h ( 0 ) A= ydx= a + a x+ a x + a x dx h (5.) + h h A= a x+ a x + a x + a x = a h+ a h Diasumsikan luas dibawah kurva sebagai persamaan: A= y+ My+ Ny Dengan melihat gambar berikut ini: (5.) (5.4) aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 8
9 Gambar 5. 8 Dengan memasukan nilai batas ( h),0 dan (h) ke persamaan 5.9 maka didapatkan persamaan persamaan berikut: y = a ah+ ah ah y 0 = a 0 y = a + ah+ ah + ah 0 (5.5) (5.6) (5.7) Dengan mensubsitusikan 5., 5.4, 5.5 ke persamaan 5. maka didapatkan persamaan: A = (+ M+ N)a ( N)ah + (+ N)ah ( N)ah + M+ N= h N= 0 + N= h 0 (5.8) Berdasarkan persamaan 5. dan persamaan 5.6 maka didapatkan rumusan berikut: Dari persamaan 5.7, 5.8, 5.9 maka didapatkan nilai M, N, dan sebagai berikut: (5.9) (5.0) (5.) aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 9
10 = N= h (5.) M= 4 h Maka didapatkan persamaan untuk mencari luas di bawah kurva sebagai berikut: (5.) A= 4 hy + hy + hy = h(y + 4y + y ) (5.4) Persamaan 5. dikenal sebagai simpson s first rule atau ordinate rule. Untuk kasus dimana luas dibawah kurva dapat dibagi menjadi dalam jumlah yang ganjil dan berjarak sama maka luas dibawah kurva tersebut dapat ditentukan dengan rumusan berikut ini: A = h(y + 4y + y ) A = h(y + 4y4 + y 5) A = h(y5 + 4y6 + y 7) Gambar 5. 9 (5.5) (5.6) aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 0
11 (5.7) Dengan menjumlahkan rumusan 5.5, 5.6, 5.7 didapatkan suatu pola rumusan, sehingga untuk menghitung luas di bawah kurva dengan jumlah yang ganjil dan berjarak sama digunakan rumusan sebagai berikut: A = h(y + 4y + y + 4y4 + y5 + 4y6 + y7 + K+ y n) 5.. Kasus khusus hukum pertama simpson (5.8) Untuk menentukan luas dibawah kurva diantara dua ordinat jika diketahui tiga ordinatnya: Gambar 5. 0 Rumusannya adalah sebagai berikut: A = h(5y+ 8y y ) (5.9) A = h( y+ 8y + 5y ) (5.40) Dimana jumlah dari persamaan 5.9 dan 5.40 sama memenuhi hukum pertama simpson. A= A+ A = h(y+ 4y + y ) (5.4) 5..4 Hukum kedua simpson Untuk menentukan luas dibawah kurva dimana diketahui 4 ordinanya: aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5
12 Gambar 5. x4 x f (x)dx = h y + y + y + y 8 ( ) 4 (5.4) 5..5 Hukum Tschebycheff (Tschebycheff s rule) Gambar 5. Hukum tschebycheff digunakan untuk menghitung luas dibawah kurva dimana luas tersebut sebanding dengan jumlah dari ordinat ordinat yang berjarak tertentu. + / / f(x)dx= y + y + y + + y + y n ( K ) 5.4 KOEFISIEN BENTUK n n (5.4) Pada suatu struktur terapung perlu diketahui bagian struktur yang terendam (hull geometry), dimana dengan diketahui hull geomerty maka dapat ditentukan koefisien koefisien yang menentukan struktur tersebut lebar atau tipis. Koefisien koefisien tersebut adalah sebagai berikut: 5.4. Koefisien Bentuk Bidang Air (C wp ) Koefisien bentuk bidang air (coefficient of fineness of waterplane) merupakan perbandingan antara luas bidang air tehadap luas bentuk persegi empat dengan panjang W dan lebar B. Rumusannya adalah sebagai berikut: aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5
13 C WP AW =. B W (5.44) Dimana: A W : uas bidang air W : Panjang persegi empat B : ebar persegi empat Gambar 5. Waterplane coefficient Koefisien Bidang Tengah Kapal (C M ) Koefisien bidang tengah kapal (midship section coefficient) merupakan perbandingan antara luas bidang tengah kapal tehadap luas persegi panjang dengan sisi sarat (draft) T dan lebar B pada bidang tengah kapal. Rumusannya adalah sebagai berikut: C M AM = BT. (5.45) Dimana: A M T B : uas bidang tengah kapal : Sarat (draft) : ebar bidang tengah kapal Gambar 5. 4 Midship coefficient. aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5
14 5.4. Koefisien Balok (C B ) Koefisien balok (block coefficient) merupakan perbandingan antara volume displacement tehadap volume balok dengan sarat (draft) T, lebar sisi B dan panjang antara perpendiculars PP. Rumusannya adalah sebagai berikut: C B = B. T. Dimana: PP (5.46) T B : Volume displacement : Sarat (draft) : ebar maksimum kapal PP : Panjang antara perpendicular Gambar 5. 5 Block coefficient Koefisien Prismatik Memanjang (C P ) Koefisien prismartik memanjang (longitudinal prismatic coefficient) merupakan perbandingan antara volume displacement tehadap volume bentuk prisma dengan panjang PP dan luas bidang tengah kapal. Rumusannya adalah sebagai berikut: aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 4
15 C P = A. M PP (5.47) Dimana: : Volume displacement A M : uas bidang tengah kapal PP : Panjang antara perpendicular Koefisien Prismatik Vertikal (C VP ) Koefisien prismartik vertikal (vertical prismatic coefficient) merupakan perbandingan antara volume displacement tehadap volume bentuk prisma dengan panjang T dan luas bidang transversal sama dengan luas bidang air. Rumusannya adalah sebagai berikut: C P = A. T W (5.48) Dimana: : Volume displacement A W : uas bidang air T : Sarat (draft) Gambar 5. 6 ongitudinal prismatic cofficient. aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 5
16 Contents BAB 5... STABIITAS BENDA TERAPUNG STABIITAS AWA Titik Pusat Berat Titik Metacenter Titik Gaya Apung KARAKTERISTIK BENTUK Momen Pertama Momen Inersia INTEGRASI NUMERIK Hukum Trapezoid Hukum pertama simpson (simpson s first rule) Kasus khusus hukum pertama simpson Hukum kedua simpson Hukum Tschebycheff (Tschebycheff s rule) KOEFISIEN BENTUK Koefisien Bentuk Bidang Air (C wp ) Koefisien Bidang Tengah Kapal (C M ) Koefisien Balok (C B ) Koefisien Prismatik Memanjang (C P ) Koefisien Prismatik Vertikal (C VP )... 5 Gambar 5. Momen positif.... Gambar 5. Momen negatif... Gambar 5. Proyeksi titik pusat berat... Gambar 5. 4 Titik metacenter.... Gambar 5. 5 CB dan VCB... 4 Gambar 5. 6 Trapesium... 7 Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar 5. Waterplane coefficient... Gambar 5. 4 Midship coefficient.... aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 6
17 Gambar 5. 5 Block coefficient... 4 Gambar 5. 6 ongitudinal prismatic cofficient aporan Tugas Akhir Respon Dinamik Struktur Terapung 5 7
RESPON DINAMIK STRUKTUR TERAPUNG
RESPON DINAMIK STRUKTUR TERAPUNG TUGAS AKHIR Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh Rudi Asnan Nasution NIM 15503021 PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan didalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas dalam usaha menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal cumi-cumi (squid jigging) merupakan kapal penangkap ikan yang memiliki tujuan penangkapan yaitu cumi-cumi. Kapal yang sebagai objek penelitian
Lebih terperinciBentuk dari badan kapal umumnya ditentukan oleh: Ukuran utama Koefisien bentuk Perbandingan ukuran kapal. A.A. B. Dinariyana
A.A. B. Dinariyana Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2011 Bentuk dari badan kapal umumnya ditentukan oleh: Ukuran utama Koefisien bentuk Perbandingan ukuran kapal.
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian
13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek Penelitian dalam penelitian ini adalah Kapal Penangkap Cumi- Cumi yang terdapat di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. 3.2
Lebih terperinciPENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG
PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG Mata Kuliah Mekanika Fluida Oleh: 1. Annida Unnatiq Ulya 21080110120028 2. Pratiwi Listyaningrum 21080110120030 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal merupakan suatu bangunan terapung yang berfungsi sebagai wadah, tempat bekerja (working area) serta sarana transportasi, dan kapal ikan termasuk didalamnya
Lebih terperincijuga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.
3 STABILITAS KAPAL Stabilitas sebuah kapal mengacu pada kemampuan kapal untuk tetap mengapung tegak di air. Berbagai penyebab dapat mempengaruhi stabilitas sebuah kapal dan menyebabkan kapal terbalik.
Lebih terperinciSoal :Stabilitas Benda Terapung
TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75
Lebih terperinci3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2009. Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat untuk pengukuran
Lebih terperinciKapal juga harus memenuhi kondisi keseimbangan statis (static equilibrium condition) selain gaya apung oleh air.
A.A. B. Dinariyana Jurusan Teknik istem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan IT urabaya 2011 Kapal/bangunan apung memerlukan gaya apung (buoyancy) untuk melawan berat dari kapal/bangunan apung itu sendiri.
Lebih terperinciKeseimbangan benda terapung
Keseimbangan benda terapung Pendahuluan Benda yang terendam di dalam air akan mengalami gaya gaya sbb: a. Berat sendiri benda atau gaya gravity ( Fg )=m.g dengan arah vertikal ke bawah di titik berat benda
Lebih terperinciBAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG
A IV UOYANCY DAN STAIITAS ENDA ENAPUN Tujuan Pembelajaran Umum :. ahasiswa memahami konsep kesetimbangan statis untuk menyelesaikan gaya-gaya yang bekerja pada kasus benda yang mengapung, 2. ahasiswa mampu
Lebih terperinciSTABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT
STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT Oleh: Wide Veronica C54102019 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia tidak terpisahkan dengan adanya penerapan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat menunjang dan mempermudah kegiatan yang dilakukan. Seperti
Lebih terperinci3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan
Lebih terperinciKajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 87-92, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi
Lebih terperinciThis watermark does not appear in the registered version - 2 TINJAUAN PUSTAKA
22 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Longline Nomura dan Yamazaki (1975) mengemukakan beberapa persyaratan teknis minimal dari kapal ikan yang berfungsi untuk operasi penangkapan, yakni : 1. Memiliki struktur
Lebih terperinciDesain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 81-86, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara
Lebih terperinciKeseimbangan benda terapung
Keseimbangan benda terapung Pendahuluan Benda yang terendam di dalam air akan mengalami gaya berat sendiri benda atau gaya gravity ( Fg ) dengan arah vertikal ke bawah dan gaya tekanan air dengan arah
Lebih terperinciStabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung
3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://jurnalmaspari.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka
Lebih terperinci5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)
5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran 5.1.1 General arrangement (GA) Pembuatan desain perahu katamaran disesuaikan berdasarkan fungsi yang diinginkan yaitu digunakan sebagai perahu pancing untuk wisata
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas Nomura dan Yamazaki (1977) menjelaskan bahwa stabilitas merupakan kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula setelah miring akibat pengaruh gaya dari dalam maupun
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan
Lebih terperinciStabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung
3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://masparijournal.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat
Lebih terperinciKAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT
KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT SHANTY L. MANULLANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan
Lebih terperinciPUNTIRAN. A. pengertian
PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)
Lebih terperinci5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama
5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin kapal tradisional menyebabkan proses pembuatan kapal dilakukan tanpa mengindahkan kaidahkaidah arsitek perkapalan. Dasar
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila
II. KAJIAN PUSTAKA A. Balok dan Gaya Balok (beam) adalah suatu batang struktural yang didesain untuk menahan gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila beban yang dialami pada
Lebih terperinciMetacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal
Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Alokasi waktu penelitian mulai dari kegiatan survei, proses konversi, modifikasi dan rekondisi hingga pengujian di lapangan berlangsung selama tujuh
Lebih terperinciUPN "VETERAN" JAKARTA
UPN "ETERAN" JAKARTA METODE SEDERHANA UNTUK MEMILIH JENIS LAMBUNG KAPAL KECIL (BOAT) SESUAI DENGAN FUNGSINYA BERDASARKAN PERTIMBANGAN STABILITAS YANG COCOK AGAR DAPAT MENGHINDARI KECELAKAAN DI LAUT Iswadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kapal Perikanan Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu kapal akan diperlukan juga oleh kapal ikan, akan
Lebih terperinciSTABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI
STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS
Lebih terperinci2 KAPAL POLE AND LINE
2 KAPAL POLE AND LINE Kapal merupakan kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengukuran dimensi dan geometri bentuk kapal longline yang diteliti dilakukan di Cilacap pada bulan November. Setelah pengukuran dimensi dan geometri
Lebih terperinciBentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT
Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang
Lebih terperinciHidrostatika. Civil Engineering Department University of Brawijaya. Kesetimbangan Benda Terapung. TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / 2 sks
TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / 2 sks Hidrostatika Kesetimbangan Benda Terapung Ir. Suroso, M.Eng., Dipl.HE Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo Department University of Brawijaya Statika Fluida Membahas sistem yang
Lebih terperinciKHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13
Fakultas Perikanan - KESETIMBANGAN Kondisi benda setelah menerima gaya-gaya luar SEIMBANG : Bila memenuhi HUKUM NEWTON I Resultan Gaya yang bekerja pada benda besarnya sama dengan nol sehingga benda tersebut
Lebih terperinciBab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada
Bab 3 Sifat Penampang Datar 3.1. Umum Didalam mekanika bahan, diperlukan operasi-operasi yang melihatkan sifatsifat geometrik penampang batang yang berupa permukaan datar. Sebagai contoh, untuk mengetahui
Lebih terperinciBentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...II pendahuluan...iii 1 Ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontruksi struktur merupakan sarana yang dirancang, dibangun serta dipelihara untuk memfasilitasi interaksi antara manusia. Dari sedemikian banyak macam struktur yang
Lebih terperinciTITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY)
TITIK BERAT TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY) Definisi titik berat Lokasi titik berat pada manusia STABILITAS DAN EQUILIBRIUM Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas Prinsip-prinsip
Lebih terperinci3 HASIL DAN PEMBAHASAN
32 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis pada Potensi Operasional Mesin Pengujian teknis pada potensi operasional mesin yang dilakukan pada mesin Dong Feng ZS 1100 terbagi menjadi dua bagian, yaitu saat
Lebih terperinciKONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL
KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL RULLY INDRA TARUNA 230110060005 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012 0 PENDAHULUAN
Lebih terperinciStudi pengaruh bentuk kasko pada tahanan kapal pukat cincin di Tumumpa, Bitung, dan Molibagu (Provinsi Sulawesi Utara)
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(2): 63-68, Desember 2012 Studi pengaruh bentuk kasko pada tahanan kapal pukat cincin di Tumumpa, Bitung, dan Molibagu (Provinsi Sulawesi Utara) Study on the
Lebih terperinciDINAMIKA KAPAL. SEA KEEPING Kemampuan unjuk kerja kapal dalam menghadapi gangguan-gangguan disaat beroperasi di laut
DINAMIKA KAPAL Istilah-istilah penting dalam dinamika kapal : Seakeeping Unjuk kerja kapal pada saat beroperasi di laut Manouveribility Kemampuan kapal untuk mempertahankan posisinya dibawah kendali operator
Lebih terperinciANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA
ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun oleh: SURYADI
Lebih terperinciTeori Bangunan Kapal Nama bagian badan kapal (hull) Buku acuan:
Teori Bangunan Kapal Buku acuan: V. V. Semyonov-Tyan-Shansky, Statics and Dynamics of the Ship, Peace Publishers, Moscow, 96? R. F. Scheltema de Heere, A. R. Bakker, Bouyancy and Stability of Ships, George
Lebih terperinciTEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA
TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika
Lebih terperinciBAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)
BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 99,5 +,98, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x (Lwl + Lpp),5 x (, + 99,5),5
Lebih terperinci5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)
Pengertian Balok 5- STRUKTUR LENTUR (BALOK) Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang menerima beban tegak lurus ( ) sumbu memanjang batang (beban lateral beban lentur) Beberapa jenis balok pada
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka
Lebih terperinci2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN
2.1 Pendahuluan 2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN Desain merupakan hal yang penting dalam pembangunan kapal ikan. Sesuai dengan perbedaan jenis kapal ikan, maka desain dan konstruksi kapal
Lebih terperinciLembar Pengesahan Laporan Tugas Gambar Kurva Hidrostatik & Bonjean (Hydrostatic & Bonjean Curves)
Lembar Pengesahan Laporan Tugas Gambar Kurva Hidrostatik & Bonjean (Hydrostatic & Bonjean Curves) Menyetujui, Dosen Pembimbing. Ir.Bmbang Teguh S. 195802261987011001 Mahasiswa : Dwiky Syamcahyadi Rahman
Lebih terperinci4 HASIL PENELITIAN. Tabel 6 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01
4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Kapal PSP 01 4.1.1 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01 merupakan kapal penangkap ikan yang dibangun dalam rangka pengembangan kompetensi Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN UTAMA KAPAL TERHADAP DISPLACEMENT KAPAL. Budi Utomo *)
PENGARUH UKURAN UTAMA KAPAL TERHADAP DISPLACEMENT KAPAL Budi Utomo *) Abstract Displacement is weight water which is replaced ship hull. The displacement influenced by dimension of in merchant ship. The
Lebih terperinciBesarnya defleksi ditunjukan oleh pergeseran jarak y. Besarnya defleksi y pada setiap nilai x sepanjang balok disebut persamaan kurva defleksi balok
Hasil dan Pembahasan A. Defleksi pada Balok Metode Integrasi Ganda 1. Defleksi Balok Sumbu sebuah balok akan berdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya semula apabila berada di bawah pengaruh gaya terpakai.
Lebih terperinciIntegral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan
BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f
Lebih terperinciALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal Disetujui: 19 September 2017
ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal 265-276 Disetujui: 19 September 2017 BENTUK KASKO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS VOLUME RUANG MUAT DAN TAHANAN KASKO
Lebih terperinciA. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :
BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep
Lebih terperinciBAB IV KESEIMBANGAN BENDA TERAPUNG
BAB I KESEIMBANGAN BENDA TERAPUNG Tujuan Intruksinal Umum (TIU) Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan knsep mekanika fluida, teri hidrstatika dan hidrdinamika. Tujuan Intruksinal
Lebih terperinciBab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran
Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,
Lebih terperinciANALISA HIDROSTATIS DAN STABILITAS PADA KAPAL MOTOR CAKALANG DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN KAPAL PANCING.
ANALISA HIDROSTATIS DAN STABILITAS PADA KAPAL MOTOR CAKALANG DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN KAPAL PANCING Kiryanto, Samuel 1 1) Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciSKRIPSII FAKULTAS INSTITUT 2008
1 DESAIN KAPAL IKAN FIBREGLASS BANTUAN KORBAN TSUNAMI DI PERAIRAN PANGANDARAN, JAWA BARAT IPAN MUHAMMAD SUPANJI SKRIPSII DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANANN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Lebih terperinciKalkulus II. Institut Teknologi Kalimantan
Tim Dosen Kalkulus II Tahun Persiapan Bersama Institut Kalkulus Teknologi II Kalimantan January 31, () 2018 1 / 71 Kalkulus II Tim Dosen Kalkulus II Tahun Persiapan Bersama Institut Teknologi Kalimantan
Lebih terperinciBAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )
BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) C.. PERHITUNGAN DASAR A. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 5.54 + % x 5.54 7.65 m B. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp
Lebih terperinciKONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02
KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIIDIIKAN
Lebih terperinciAnalisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column
Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column P.C.Pamungkas a, I.Rochani b, J.J.Soedjono b a Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan ITS, b Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan ITS
Lebih terperinciK.J. Rawson and E.C. Tupper, Basic Ship Theory, 5 th Edition, Volume 1 Hydrostatics and Strength, Butterworth-Heinemann, Oxford, 2001.
ITEM CAKUPAN MATERI 1 Pengertian kura hidrostatik & bonjean 2 Tabulasi kalkulasi kura hidrostatik & bonjean 3 Pengukuran dan pemasukan data setengah lebar kapal 4 Pengukuran dan pemasukan data setengah
Lebih terperinciGAYA HIDROSTATIK DALAM FLUIDA BERLAPIS
GAYA HIDROSTATIK DALAM FLUIDA BERLAPIS Kemiringan distribusi tekanan linier berubah di perbatasan lapisan yang satu dan lapisan berikutnya. Rumus-rumus terdahulu berlaku hanya pada masing-masing lapisan
Lebih terperinciMAKALAH PRESENTASI DEFORMASI LENTUR BALOK. Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mekanika Bahan Yang Dibina Oleh Bapak Tri Kuncoro ST.MT
MAKALAH PRESENTASI DEFORMASI LENTUR BALOK Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mekanika Bahan Yang Dibina Oleh Bapak Tri Kuncoro ST.MT Oleh : M. Rifqi Abdillah (150560609) PROGRAM STUDI SI TEKNIK SIPIL JURUSAN
Lebih terperinciJenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.
gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Kapal Pancing Tonda Desain kapal merupakan proses penentuan spesifikasi yang menghasilkan gambar suatu obyek untuk keperluan pembuatan dan pengoperasian kapal. Berbeda
Lebih terperinci4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN
4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN 4.1 Pendahuluan Masalah teknis yang perlu diperhatikan dalam penentuan perencanaan pembangunan kapal ikan, adalah agar hasil dari pembangunan kapal
Lebih terperinciMeka k nika k a F l F uida
Mekanika Fluida Sifat-sifat Fluida1 Gaya Hidrostatika Sifat-sifat Fluida1 y z p 3 sinθ P 3 P3 x P2 P 2 dz dy dx dw ds P 1 θ P1 { p dxdz p p 1 1 p 3 w 3 dxdz w(1 dx. dy. dz)}/ dx. dz 2 1 2 dy 0 0 Jika ukuran
Lebih terperinciAplikasi Matematika Dalam Dunia Teknik Sipil
Aplikasi Matematika Dalam Dunia Teknik Sipil Oleh : 1.Adieq Irma.T.Agnestya.L 3.Irfan Hermawan 4.M.Mughny Halim 311110010 1 sipil 1 sore Program studi Teknik Konstruksi Sipil Politeknik Negeri Jakarta
Lebih terperinciPERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)
PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 9,5 + % x 9,5 5, m A.. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp ),5 x (5, +
Lebih terperinciGAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN
GY GESER, MOMEN LENTUR, DN TEGNGN bstrak: Mekanika bahan merupakan ilmu yang mempelajari aturan fisika tentang perilaku-perilaku suatu bahan apabila dibebani, terutama yang berkaitan dengan masalah gaya-gaya
Lebih terperinciBab 6 Defleksi Elastik Balok
Bab 6 Defleksi Elastik Balok 6.1. Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang
Lebih terperinciBAB 3 DINAMIKA STRUKTUR
BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR Gerakan dari struktur terapung akan dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, dimana terdapat gaya gaya luar yang bekerja pada struktur dan akan menimbulkan gerakan pada struktur. Untuk
Lebih terperinciBAB VI INTEGRAL LIPAT
BAB VI INTEGRAL LIPAT 6.1 Pendahuluan Pada kalkulus dan fisika dasar, kita melihat sejumlah pemakaian integral misal untuk mencari luasan, volume, massa, momen inersia, dsb.nya. Dalam bab ini kita ingin
Lebih terperinciTegangan Dalam Balok
Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : SKS Tegangan Dalam Balok Pertemuan 9, 0, TIU : Mahasiswa dapat menghitung tegangan yang timbul pada elemen balok akibat momen lentur, gaya normal, gaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum. 2.1.1 Defenisi Stabilitas Stabilitas adalah merupakan masalah yang sangat penting bagi sebuah kapal yang terapung dilaut untuk apapun jenis penggunaannya, untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin
Lebih terperinciKAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT
KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT SHANTY L. MANULLANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan
Lebih terperinciBAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)
BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + ( % x Lpp) 6, + ( % x,6) 8,8 m A.. Panjang Displacement (L Displ) untuk kapal berbaling-baling
Lebih terperinciRespect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7
Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Torsi Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat menghitung besar tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu penampang TIK : Mahasiswa dapat menghitung
Lebih terperinci2 Mekanika Rekayasa 1
BAB 1 PENDAHULUAN S ebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi
Lebih terperinciKajian Kecepatan Dan Kestabilan Pada Beberapa Bentuk Kapal Pukat Cincin (Small Purse-Seiner) Di Sulawesi Utara
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(5): 165-170, Juni 2017 ISSN 2337-4306 Kajian Kecepatan Dan Kestabilan Pada Beberapa Bentuk Kapal Pukat Cincin (Small Purse-Seiner) Di Sulawesi Utara Study
Lebih terperinciBentuk Volumetric Irisan Kerucut (Persiapan Modul Cara Menghitung Volume Irisan Kerucut)
Bentuk Volumetric Irisan Kerucut (Persiapan Modul Cara Menghitung Volume Irisan Kerucut) izky Maiza,a), Triati Dewi Kencana Wungu,b), Lilik endrajaya 3,c) Magister Pengajaran Fisika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciPLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder
PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.
BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,
Lebih terperinciMacam-macam Tegangan dan Lambangnya
Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,
Lebih terperinciAnalisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)
Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo
Lebih terperinciDesign of purse seine-type steel vessels in PT. Crystal Cahaya Totabuan, North Sulawesi
Aquatic Science & Management, Vol. 3, No. 1, 19-25 (April 2015) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT Asosiasi Pengelola Sumber Daya Perairan Indonesia (Online submissions http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index)
Lebih terperinciBAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )
MT LINUS 90 BRT LINES PLAN BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ). PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 07,0 + % x 07,0 09, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ
Lebih terperinciKuliah ke-5 TEGANGAN PADA BALOK. 2 m 2 m 2 m. Bidang momen. Bidang lintang A B B C D D
Jalan Sudirman No. 69 Palembang 0 Telp: 07-70,706 Fax: 07-77 Kulia ke- TEGNGN PD BOK Pada bab ini dibaas ubungan antara momen lentur dan tegangan lentur ang terjadi, dan ubungan antara gaa geser dan tegangan
Lebih terperinciRizqi An Naafi Dosen Pembimbing: Ir. J. Lubi
Analisa Perilaku Arah Mobil GEA pada Jalan Belok Menurun dengan Variasi Kecepatan, Berat Muatan, Sudut Kemiringan Melintang, Sudut Turunan Jalan dan Radius Belok Jalan Rizqi An Naafi 2109 100 035 Dosen
Lebih terperinci