6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS"

Transkripsi

1 6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS 6.1 Keragaan Kapal Bentuk dan jenis kapal ikan berbeda-beda bergantung dari tujuan usaha penangkapan. Setiap jenis alat penangkapan ikan memiliki metode tersendiri dalam pengoperasiannya, sehingga desain dan konstruksi kapalnya cukup bervariasi. Salah satu jenis kapal ikan yang tergolong kedalam kelompok static gear adalah kapal pole and line. Kapal pole and line di Sulawesi Selatan sampai saat ini masih dibangun di galangan kapal rakyat dengan mengandalkan pengetahuan secara turun temurun. Hal tersebut menyebabkan karakteristik teknis dan bentuk badan kapal pole and line di Sulawesi Selatan tidak berbeda berdasarkan daerah pembangunan dan pengoperasian kapal tersebut, yang ditunjukkan oleh nilai probabilitas kapal sampel. Seluruh nilai rasio ukuran utama kapal pole and line sampel berdistribusi normal pada garis probabilitas dengan nilai P-Value >0.05. Kenormalan distribusi nilai rasio dimensi utama ini mengindikasikan bahwa dimensi kapal pole and line sampel pada ketiga daerah pembangunan kapal cukup homogen. Keseragaman nilai dan rasio dimensi utama kapal pole and line sampel disebabkan proses pembangunan kapal pole and line di Sulawesi Selatan masih dilakukan berdasarkan pengetahuan secara turun temurun tanpa perhitungan dan gambar naval architect. Penentuan dimensi utama dan pola dalam pembangunan kapal umumnya didasarkan pada kapal yang telah dibuat terdahulu. Keseragaman ini juga dimungkinkan karena pembangunan kapal pole and line di ketiga lokasi masing-masing Kabupaten Luwu, Kabupaten Sinjai dan Kotamadya Pare Pare dilakukan oleh pembuat kapal yang berasal dari daerah yang sama, sehingga pembangunan kapal pole and line di Sulawesi Selatan memiliki pola yang sama. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan melihat spesifikasi kapal pole and line yang dijadikan sampel di ketiga lokasi penelitian yang memperlihatkan suatu nilai keseragaman rasio dimensi utama kapal sampel yang cukup tinggi atau homogen.

2 Sesuai karakter penciri dimensi utama dan coefficient of fineness, kapal pole and line di Sulawesi Selatan terdiri dari empat kelompok dengan bentuk badan kapal masing-masing: K-A dengan bentuk round-sharp botttom, K-B dengan bentuk round-flat bottom, K-C berbentuk U-V bottom dan K-D dengan bentuk badan round bottom. Berdasarkan nilai rasio dimensi utama dan coefficient of fineness kapal pole and line sampel yang berada dalam kisaran nilai pembanding yang digunakan (Iskandar dan Pujiyati, 1995), dapat dikatakan bahwa kapal pole and line Sulawesi Selatan memiliki nilai kriteria teknis kapal yang sesuai untuk kapal perikanan static gear. Stabilitas merupakan hal terpenting bagi pelayaran kapal sewaktu digunakan untuk operasi penangkapan ikan, karena pada kapal ikan dilakukan kerja operasi pada berbagai kondisi cuaca dalam batas-batas kemampuan kapal tersebut. Stabilitas kapal ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya, dimensi kapal, bentuk badan kapal yang berada di dalam air, distribusi benda-benda di atas kapal dan sudut kemiringan kapal terhadap bidang horizontal serta faktor eksternal lain seperti gelombang. Dalam batas-batas kemampuannya, pengoperasian kapal pole and line di laut diharapkan dapat terjamin stabilitasnya pada berbagai kondisi cuaca karena stabilitas merupakan hal terpenting bagi pelayaran kapal sewaktu digunakan untuk operasi penangkapan ikan. Secara umum kapal pole and line sampel yang terdiri dari empat bentuk badan kapal memiliki nilai stabilitas yang sesuai dengan kriteria standar minimum yang disyaratkan oleh International Maritime Organization (). Dari kajian yang dilakukan terhadap empat bentuk badan kapal pada empat kondisi distribusi muatan diketahui bahwa, pada empat bentuk badan kapal masing-masing, round sharp bottom, round flat bottom, U-V bottom dan round bottom memiliki nilai KG yang tinggi pada saat kondisi kapal berangkat dan pulang. Tingginya nilai KG pada saat kondisi kapal berangkat dan pulang disebabkan bertambahnya muatan di atas dek oleh hasil tangkapan sedangkan muatan di bawah dek seperti bahan bakar dan umpan hidup menjadi berkurang, sehingga titik G bergerak ke atas. 6-2

3 Penilaian stabilitas statis kapal pole and line sampel melalui perhitungan nilai lengan penegak GZ (Hind, 1982) menunjukkan bahwa lengan penegak GZ yang dibentuk oleh kapal seluruhnya bernilai positif yang berarti bahwa kapal dapat kembali ke posisi semula setelah mengalami keolengan. Nilai stabilitas dinamis yang diperoleh dengan menghitung luas area dibawah kurva GZ stabilitas statis menunjukkan bahwa kapal pole and line sampel telah memenuhi nilai standar minimum stabilitas yang disyaratkan. Dari empat bentuk badan kapal yang ada, bentuk badan round-sharp bottom memiliki nilai stabilitas statis dan dinamis yang lebih baik dibandingkan tiga bentuk badan kapal lainnya. 6.2 Keselamatan Operasional Kapal Pole and Line Kapal pole and line di Sulawesi Selatan yang menyumbangkan lebih dari 50% / tahun (12.869,6 ton) dari total ( ton) produksi hasil tangkapan ikan cakalang (Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan, 2004) umumnya melakukan operasi penangkapan pada perairan Selat Makassar, Teluk Bone dan Laut Flores. Ketiga perairan ini memiliki karakteristik masing-masing yang dapat mempengaruhi tingkah laku kapal pole and line saat melakukan operasi penangkapan. Selat Makassar memiliki peluang terjadinya gelombang dengan kisaran tinggi m adalah 0-59% dimana peluang tertinggi (59%) terjadi pada kisaran tinggi gelombang m dan peluang terjadinya tinggi gelombang tertinggi ( m) adalah (0.3%). Pada perairan Selat Makassar musim peralihan I dan musim barat dianggap kondisi yang berbahaya bagi pengoperasian kapal di perairan, sedangkan pada musim timur dan peralihan II dapat dianggap aman karena pada kedua musim ini tinggi gelombang tertinggi ( m) tidak terjadi. Kisaran nilai tinggi gelombang perairan Teluk Bone adalah m, dengan peluang kejadian %, sedangkan panjang gelombangnya berkisar antara m. Dari kisaran nilai tinggi gelombang tersebut, peluang terbesar (79%) dapat terjadi pada nilai kisaran tinggi gelombang m. Gelombang yang terbentuk umumnya terjadi pada saat angin bertiup dari arah tenggara (angin pasat tenggara) dan angin timur yang terjadi pada musim timur dan peralihan II. 6-3

4 Pada waktu tersebut, gelombang yang terbentuk lebih tinggi dibandingkan dua musim lainnya sehingga tidak aman untuk pengoperasian kapal. Perairan Laut Flores memiliki tinggi gelombang yang berkisar antara m, dan panjang gelombang m, dengan kisaran peluang kejadian antara %. Gelombang dengan ketinggian m peluang kejadiannya pada musim barat dan musim timur lebih besar dibandingkan musim peralihan I dan II. Dengan demikian perairan Laut Flores pada musim peralihan I dan II lebih aman untuk pengoperasian kapal dibandingkan musim timur dan musim barat. Gambar kriteria kelayakan kondisi perairan bagi pengoperasian kapal pole and line disajikan pada Gambar 6.1. Gambar 6.1 memperlihatkan grafik peluang distribusi kejadian gelombang dengan tinggi dan periode tertentu. Pada perairan Selat Makassar, gelombang dengan tinggi m dan periode dt memiliki peluang kejadian terbesar (15-20%), demikian juga dengan perairan Teluk Bone. Peluang kejadian terbesar (20-25%) terjadi pada gelombang dengan tinggi m dan periode dt. Sedangkan pada perairan Laut Flores, peluang kejadian terbesar (15-20%) terjadi pada gelombang dengan kisaran tinggi m dan periode dt. Pada grafik tersebut diplotkan nilai periode oleng kapal pole and line sampel, sehingga dapat diketahui kriteria kelayakan daerah pengoperasian bagi kapal pole and line. Pada area dengan tinggi gelombang yang tinggi dan periode gelombang yang lebih cepat dibandingkan periode oleng kapal dikategorikan sebagai area yang berbahaya, yang berada pada sebelah kiri area yang diarsir. Pada perairan Selat Makassar, ini dapat terjadi pada musim peralihan I dan musim barat, karena pada kedua musim ini tinggi gelombang tertinggi ( m) berpeluang untuk terjadi. Pada area dimana terdapat gelombang dengan tinggi >2.0m dan periode <5.0dt dianggap berbahaya bagi pengoperasian kapal pole and line. Untuk perairan Teluk Bone, terjadi pada musim timur dan peralihan II dimana gelombang tertinggi 2.0m berpeluang untuk terjadi, sehingga pengoperasian kapal pole and line pada area dengan tinggi gelombang >2.0m dan periode <4.9dt dapat dianggap berbahaya. Pada perairan Laut Flores terjadi pada 6-4

5 TT Selat Makassar Hs (m) T (sec) Teluk Bone Hs (m) T(sec) Laut Flores Hs (m) T (sec) Keterangan: : area aman ; : area berbahaya ; : daerah resonansi ; T Φ =T ω Gambar 6.1 Kriteria kondisi kelayakan perairan bagi pengoperasian kapal 6-5

6 musim timur dan musim barat. Pengoperasian kapal pole and line pada perairan ini dianggap berbahaya pada area dengan tinggi gelombang >2.0m danperiode <4.7dt. Area sebelah kanan arsiran, merupakan area yang aman bagi pengoperasian kapal pole and line. Area ini memiliki periode gelombang yang lebih lambat dibandingkan peiode oleng kapal. Pengoperasian kapal pole and line dianggap aman pada perairan Selat Makassar pada area dengan tinggi gelombang <2.5m dan periode >5.0dt, perairan Teluk Bone pada area dengan tinggi gelombang<2.0m dan periode 5.2dt, sedangkan untuk perairan Laut Flores, pada area dengan tinggi gelombang <2.0m dan periode >7.0dt. Area arsiran merupakan daerah dengan kondisi ekstrim yang memungkinkan terjadinya capsize pada kapal. Pada area ini terjadi sinkronisasi dimana periode gelombang sama dengan periode oleng kapal, sehingga sangat berbahaya bagi pengoperasian kapal. Dinamika kapal di laut dapat dilihat dari kualitas seakeeping kapal di atas gelombang laut yang mencakup keragaan dan reaksi kapal di laut. Kapal pole and line dalam melakukan operasi penangkapan memungkinkan untuk berhadapan pada situasi lingkungan yang kurang menguntungkan karena sifat operasinya yang oseanik. Pada saat melakukan kegiatan pemancingan, kecepatan kapal pole and line adalah nol sehingga sangat riskan terhadap pengaruh gelombang yang dapat mengakibatkan terjadinya keolengan (rolling motion) kapal. Gerakan rolling yang merupakan gerakan rotasi adalah gerakan angular kapal yang memutar ke kiri dan ke kanan terhadap sumbu longitudinal kapal, sepanjang sumbu X (Bhattacharya, 1978; Gillmer dan Johnson, 1982; Rawson dan Tupper, 1984 ; Lloyd, 1989). Penilaian terhadap rolling motion kapal pole and line sampel dilakukan dengan menghitung periode oleng kapal pada berbagai nilai tinggi metacentre (GM) dan analisis terhadap pola gerakan rolling pada gelombang beam seas. Nilai periode oleng sebuah kapal amat bergantung dari nilai tinggi metacentre (GM) dan radius gyrasi (radius of gyration) dari kapal tersebut. Semakin besar GM dengan lebar kapal yang tetap, periode oleng akan semakin 6-6

7 kecil dan sebaliknya semakin kecil nilai GM maka nilai periode oleng akan semakin besar. Pada kapal pole and line sampel, nilai periode oleng yang terbaik diperoleh pada kapal sampel K-B dengan bentuk badan kapal round flat bottom karena memiliki nilai yang berada dalam kisaran nilai standar yang digunakan (Bhattacharya, 1978), tetapi nilai kriteria stabilitasnya lebih kecil dibandingkan kapal K-A yang berbentuk round sharp bottom. Perbaikan nilai kriteria stabilitas dapat dilakukan dengan perbaikan distribusi muatan di atas kapal, penambahan palka dan penambahan sekat membujur pada palka dan bak umpan hidup, yang akan dijelaskan lebih lanjut pada Bagian Rekondisi Kapal Kapal pole and line Sulawesi Selatan yang terdiri dari empat bentuk badan kapal (hull form) yaitu round-sharp bottom, round flat bottom, U-V bottom dan round bottom memiliki nilai stabilitas statis dan dinamis yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan lengan penegak (righting arm) yang bernilai positif, yang berarti bahwa lengan penegak yang terbentuk pada saat kapal mengalami keolengan dapat mengembalikan kapal ke posisi semula. Demikian pula dengan nilai kriteria stabilitas yang berada di atas nilai standar minimum yang ditetapkan oleh. Pada umumnya, kapal pole and line Sulawesi Selatan tidak memiliki ruang untuk palkah ikan. Hal ini disebabkan hari operasi kapal pole and line di Sulawesi Selatan umumnya terdiri dari satu hari operasi. Untuk memperbaiki kualitas stabilitas dilakukan rekondisi kapal sampel agar kenyamanan dan keamanan pengoperasian kapal lebih terjamin. Rekondisi pada kapal untuk memperbaiki kualitas stabilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya 1) perubahan dimensi utama kapal, 2) penambahan anti roll devices, misalnya bilge keel dan sekat pada ruang bak umpan dan palkah ikan 3) pengaturan distribusi muatan yang baik dan 4) pembuatan palkah ikan. Pada kajian ini dilakukan rekondisi kapal sampel berupa perubahan fungsi salah satu ruang bak umpan hidup menjadi palkah ikan, 6-7

8 sehingga muatan di atas dek dapat disdistribusikan ke bawah dek dan penambahan antiroll devices berupa sekat membujur pada ruang bak umpan hidup dan palkah ikan Perubahan Dimensi Utama Setiap jenis kapal memiliki karakteristik kapal yang berbeda-beda bergantung pada harga perbandingan ukuran utama kapal dan koefisien bentuk kapal yang berpengaruh terhadap sifat dan bentuk kapal. Pada umumnya harga perbandingan ukuran utama kapal yang berpengaruh terhadap sifat dan bentuk lambung kapal, antara lain: 1) Panjang dan lebar ; L/B, 2) Lebar dan draft; B/d, 3) Tinggi dan draft; D/d, 4) Panjang dan Tinggi.; L/D. Nilai perbandingan L/B mempunyai pengaruh terhadap kecepatan, stabilitas dan kekuatan memanjang kapal. Jika nilainya besar, akan menambah kecepatan kapal, menambah nilai perbandingan ruangan kapal yang lebih baik, mengurangi kemampuan olah gerak kapal dan mengurangi stabilitas kapal. Apabila nilai perbandingan L/B kecil, akan menambah kemampuan stabilitas kapal yang lebih baik dan menambah tahanan kapal. Perbandingan L/D memiliki pengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Jika nilainya besar akan mengurangi kekuatan memanjang kapal dan jika nilainya kecil akan menambah kekuatan memanjang kapal. Perbandingan antara lebar dan draft kapal berpengaruh terhadap stabilitas kapal. Apabila nilai perbandingan B/d kecil, akan mengurangi stabilitas kapal dan jika nilai perbandingannya besar maka akan menambah stabilitas kapal. Nilai perbandingan anatara dalam dam draft kapal D/d mempunyai pengaruh terhadap daya apung cadangan. Jika nilainya kecil, akan mengurangi daya apung cadangan dan mengurangi daya muat serta menambah stabilitas kapal, sebaliknya jika nilainya besar akan menambah daya apung cadangan atau menambah daya muat dan mengurangi stabilitas. Pada kapal sampel, nilai-nilai perbandingan ukuran utama dianggap baik karena nilai-nilai tersebut berada pada kisaran nilai rasio dimensi utama untuk kapal-kapal static gear. 6-8

9 6.3.2 Bilge Keel Pada saat kapal berada di perairan, berbagai gerakan akan terjadi padanya akibat pengaruh lingkungan laut. Gerakan-gerakan tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan bekerja di atas kapal bahkan dapat mengancam keselamatan pengoperasian kapal. Untuk meredam gerakan-gerakan pada kapal biasanya ditambahkan antiroll devices seperti bilge keel, controllable fins, antirolling tanks dan sebagainya. Penambahan bangunan pada bagian lambung kapal seperti bilge keel atau antirolling keel diharapkan dapat mengurangi gerakan oleng pada kapal. Bilge keel umumnya merupakan tambahan pada badan kapal berupa struktur steel-plate yang ditempatkan pada permukaan lambung kapal. Pada kapal-kapal yang besar, bentuk bilge keel dapat berupa V-shaped cross section. Untuk kapal yang lebih kecil, bilge keel dapat berupa steel plate ringan. Penempatan struktur spesifik dan detail pada badan kapal seperti bilge keel bekerja berdasarkan teori sederhana, yaitu (Gillmer and Johnson, 1982): 1.108k T = GM dimana k merupakan radius mass gyration rolling kapal. Tambahan bilge keel pada badan kapal, dapat meningkatkan massa air terhadap gerakan oleng kapal, sehingga nilai k akan meningkat. Peningkatan nilai k akan menambah periode oleng kapal. Pada saat kondisi gerakan rolling di laut, dengan peningkatan periode natural, nilai amplitudo rolling akan menurun. Pengaruh utama pada penambahan bilge keel adalah menambah resistensi roll terhadap efek viscous-eddy perairan, sehingga bilge keel lebih efektif pada kapal yang bekerja pada kondisi perairan bergelombang Rekondisi Kapal Pole and Line Sampel Rekondisi pada kapal sampel pole and line dilakukan dengan memperbaiki pendistribusian muatan di atas kapal dengan jalan mengganti fungsi salah satu ruang bak umpan hidup menjadi ruang untuk palkah hasil tangkapan dan penambahan konstruksi sekat membujur pada ruang bak umpan hidup dan palkah 6-9

10 ikan. General arrangement kapal sampel sebelum dan setelah rekondisi disajikan pada Gambar 6.1 dan 6.2. Perubahan fungsi salah satu ruang bak umpan hidup yang terletak di bawah dek kapal menjadi ruang untuk palkah ikan dimaksudkan untuk mendistribusikan muatan yang ada di atas dek ke bagian bawah dek, sehingga titik berat kapal (titik G) akan bergerak ke bawah, disamping untuk menjaga mutu hasil tangkapan. Palkah pada sebuah kapal ikan merupakan sebuah kelengkapan yang penting untuk menjaga mutu hasil tangkapan tetap baik sampai ke tangan konsumen. Keberadaan palkah ikan yang terletak di bawah dek selain berfungsi untuk menjaga mutu hasil tangkapan juga dapat menurunkan nilai KG kapal karena adanya pendistribusian muatan ke bagian bawah dek sehingga titik berat G kapal bergerak kebawah. Penurunan nilai KG dapat meningkatkan tinggi metacentre (GM) kapal, dengan demikian periode oleng kapal dapat diperkecil. Penambahan sekat membujur pada ruang bak umpan hidup dan palkah ikan dimaksudkan sebagai antiroll device. Penambahan sekat ini juga berfungsi memperbaiki nilai momen muatan pada bak umpan hidup dan palkah ikan, sehingga nilai KG kapal pada setiap kondisi muatan dapat terkoreksi menjadi lebih baik. Perbaikan nilai KG pada setiap kondisi muatan akibat pendistribusian muatan ke bagian bawah dek dan penambahan sekat membujur pada ruang bak umpan hidup dan palkah ikan, membuat nilai stabilitas kapal pole and line sampel menjadi lebih baik. Perbandingan nilai stabilitas kapal sebelum dan setelah rekondisi diterakan pada Tabel Tabel 6.1 Nilai kriteria stabilitas kapal K-A sebelum rekondisi dan nilai standar A ( ) m-rad B ( ) m-rad C ( ) m-rad D (sudut GZ max ) 30 deg E (GZ min ) 0.2 m F (GM) 0.15 m

11 Bak umpan hidup Bak umpan hidup Gambar 7.1 General arrangement kapal sampel sebelum rekondisi

12 Keterangan: 1. Palkah Ikan 2. Bak umpan hidup Gambar 7.2 General arrangement kapal sampel setelah rekondisi 6-2

13 Tabel 6.2 Nilai kriteria stabilitas kapal K-A setelah rekondisi dan nilai standar A ( ) m-rad B ( ) m-rad C ( ) m-rad D (sudut GZ max ) 30 deg E (GZ min ) 0.2 m F (GM) 0.15 m Tabel 6.3 Nilai kriteria stabilitas kapal K-B sebelum rekondisi dan nilai standar A ( ) m-rad B ( ) m-rad C ( ) m-rad D (sudut GZ max ) 30 deg E (GZ min ) 0.2 m F (GM) 0.15 m Tabel 6.4 Nilai kriteria stabilitas kapal K-B setelah rekondisi dan nilai standar A ( ) m-rad B ( ) m-rad C ( ) m-rad D (sudut GZ max ) 30 deg E (GZ min ) 0.2 m F (GM) 0.15 m Tabel 6.5 Nilai kriteria stabilitas kapal K-C sebelum rekondisi dan nilai standar A ( ) m-rad B ( ) m-rad C ( ) m-rad D (sudut GZ max ) 30 deg E (GZ min ) 0.2 m F (GM) 0.15 m

14 Tabel 6.6 Nilai kriteria stabilitas kapal K-C setelah rekondisi dan nilai standar A ( ) m-rad B ( ) m-rad C ( ) m-rad D (sudut GZ max ) 30 deg E (GZ min ) 0.2 m F (GM) 0.15 m Tabel 6.7 Nilai kriteria stabilitas kapal K-D sebelum rekondisi dan nilai standar A ( ) m-rad B ( ) m-rad C ( ) m-rad D (sudut GZ max ) 30 deg E (GZ min ) 0.2 m F (GM) 0.15 m Tabel 6.8 Nilai kriteria stabilitas kapal K-D setelah rekondisi dan nilai standar A ( ) m-rad B ( ) m-rad C ( ) m-rad D (sudut GZ max ) 30 deg E (GZ min ) 0.2 m F (GM) 0.15 m Berdasarkan nilai kriteria stabilitas yang diterakan pada Tabel , stabilitas kapal sampel setelah rekondisi terlihat menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan rekondisi yang mengindikasikan bahwa kriteria stabilitas kapal sampel menjadi lebih baik. Penambahan palkah dan sekat membujur pada kapal sampel membuat stabilitas kapal menjadi semakin baik Hal ini dimungkinkan karena adanya pendistribusian muatan ke bagian bawah, dengan menempatkan hasil tangkapan di dalam palkah ikan yang terletak di bagian bawah dek. Dengan demikian letak 6-2

15 titik berat akan bergerak ke bawah sehingga meningkatkan nilai tinggi metacentre (GM). Penambahan nilai GM akibat perubahan pendistribusian muatan danpenambahan sekat membujur dapat memperkecil nilai periode oleng kapal, dimana periode oleng kapal K-A dari dt menjadi dt; kapal K-B dari dt menjadi dt; kapal K-C dari dt menjadi dt. Bagi kapal pole and line di Sulawesi Selatan sebaiknya memasukkan palkah dalam perencanaan pembangunan kapal. Pengadaan palkah ikan pada kapal sampel selain memperbaiki nilai kriteria stabilitas dan periode oleng kapal juga dapat menjaga mutu hasil tangkapan agar tetap segar sampai ketangan konsumen. Keberadaan palkah ikan dengan sistem insulasi yang baik seperti yang dijelaskan pada Bagian 2 tulisan dapat menjadi alternatif bagi perluasan daerah penangkapan dan penambahan hari operasi bagi kapal pole and line sesuai dengan kapasitas atau daya tampung palkah ikan. Penambahan hari operasi kapal pole and line dari satu hari operasi per trip menjadi beberapa hari per trip diharapkan dapat menjadi alternatif untuk menghemat bahan bakar, karena kapal tidak perlu kembali ke fishing base setiap hari. Penghematan bahan bakar pada pengoperasian kapal pole and line juga dapat dilakukan dengan mengubah sistem pencarian sumberdaya ikan, dari sistem hunting menjadi harvesting, misalnya dengan memakai rumpon. Dengan adanya rumpon, maka kapal pole and line tidak perlu mencari dan mengejar sumberdaya ikan sehingga sistem pengoperasian dapat menjadi lebih efektif. Introduksi terhadap perbaikan desain dan sistem pengoperasian kapal pole and line di Sulawesi Selatan dengan berbagai metode diharapkan dapat meningkatkan jaminan keselamatan dan keberhasilan operasi penangkapan. 6-3

3 KAJIAN DESAIN KAPAL

3 KAJIAN DESAIN KAPAL 3 KAJIAN DESAIN KAPAL 53 3.1. Pendahuluan 3.1.1. Latar Belakang. Schmid (196) mengatakan bahwa untuk mendesain sebuah kapal pukat cincin haruslah mempertemukan kebutuhan-kebutuhan umum sebagai berikut

Lebih terperinci

4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN 4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN 4.1 Pendahuluan Masalah teknis yang perlu diperhatikan dalam penentuan perencanaan pembangunan kapal ikan, adalah agar hasil dari pembangunan kapal

Lebih terperinci

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif. 3 STABILITAS KAPAL Stabilitas sebuah kapal mengacu pada kemampuan kapal untuk tetap mengapung tegak di air. Berbagai penyebab dapat mempengaruhi stabilitas sebuah kapal dan menyebabkan kapal terbalik.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan didalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas dalam usaha menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS EMPAT TIPE KASKO KAPAL POLE AND LINE STABILITY ANALYSIS OF FOUR TYPES OF POLE AND LINER

KAJIAN STABILITAS EMPAT TIPE KASKO KAPAL POLE AND LINE STABILITY ANALYSIS OF FOUR TYPES OF POLE AND LINER Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 2, Hal. 53-61, Desember 2010 KAJIAN STABILITAS EMPAT TIPE KASKO KAPAL POLE AND LINE STABILITY ANALYSIS OF FOUR TYPES OF POLE AND LINER St. Aisyah

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama 5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin kapal tradisional menyebabkan proses pembuatan kapal dilakukan tanpa mengindahkan kaidahkaidah arsitek perkapalan. Dasar

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek Penelitian dalam penelitian ini adalah Kapal Penangkap Cumi- Cumi yang terdapat di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. 3.2

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapal ikan adalah kapal yang digunakan dalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktifitas menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut

3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2009. Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat untuk pengukuran

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS DAN KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN PADA GELOMBANG BEAM SEAS SITI AISYAH FARHUM

KAJIAN STABILITAS DAN KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN PADA GELOMBANG BEAM SEAS SITI AISYAH FARHUM KAJIAN STABILITAS DAN KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN PADA GELOMBANG BEAM SEAS SITI AISYAH FARHUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal cumi-cumi (squid jigging) merupakan kapal penangkap ikan yang memiliki tujuan penangkapan yaitu cumi-cumi. Kapal yang sebagai objek penelitian

Lebih terperinci

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA III - 555 STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA Yopi Novita 1* dan Budhi Hascaryo Iskandar 1 * yopi1516@gmail.com / 0812 8182 6194 1 Departemen PSP FPIK IPB ABSTRAK Kapal merupakan bagian

Lebih terperinci

2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN 2.1 Pendahuluan 2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN Desain merupakan hal yang penting dalam pembangunan kapal ikan. Sesuai dengan perbedaan jenis kapal ikan, maka desain dan konstruksi kapal

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Kapal Pancing Tonda Desain kapal merupakan proses penentuan spesifikasi yang menghasilkan gambar suatu obyek untuk keperluan pembuatan dan pengoperasian kapal. Berbeda

Lebih terperinci

Aulia Azhar Wahab, dkk :Rolling Kapal Pancng Tonda di Kabupaten Sinjai...

Aulia Azhar Wahab, dkk :Rolling Kapal Pancng Tonda di Kabupaten Sinjai... ROLLING KAPAL PANCING TONDA DI KABUPATEN SINJAI ROLLING OF TROLLING LINER ON SINJAI REGENCY 1) Aulia Azhar Wahab, 2) St. Aisjah Farhum, 2) Faisal Amir 1 Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Alokasi waktu penelitian mulai dari kegiatan survei, proses konversi, modifikasi dan rekondisi hingga pengujian di lapangan berlangsung selama tujuh

Lebih terperinci

This watermark does not appear in the registered version - 2 TINJAUAN PUSTAKA

This watermark does not appear in the registered version -  2 TINJAUAN PUSTAKA 22 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Longline Nomura dan Yamazaki (1975) mengemukakan beberapa persyaratan teknis minimal dari kapal ikan yang berfungsi untuk operasi penangkapan, yakni : 1. Memiliki struktur

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. Tabel 6 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01

4 HASIL PENELITIAN. Tabel 6 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Kapal PSP 01 4.1.1 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01 merupakan kapal penangkap ikan yang dibangun dalam rangka pengembangan kompetensi Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Lebih terperinci

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1*

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1* BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 2 Edisi Juli 2011 Hal 35-43 PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP Oleh: Yopi Novita 1* ABSTRAK Muatan utama kapal pengangkut ikan

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA) 5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran 5.1.1 General arrangement (GA) Pembuatan desain perahu katamaran disesuaikan berdasarkan fungsi yang diinginkan yaitu digunakan sebagai perahu pancing untuk wisata

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas Nomura dan Yamazaki (1977) menjelaskan bahwa stabilitas merupakan kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula setelah miring akibat pengaruh gaya dari dalam maupun

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh KARTINL C05497008. Pengaruh Pemindahan Berat pada Stabilitas Kapal Rawai di Kecamatan Juana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dibawah bimbingan JAMES P. PANJAITAN dan MOHAMMAD IMRON. Kapal rawai merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal merupakan suatu bangunan terapung yang berfungsi sebagai wadah, tempat bekerja (working area) serta sarana transportasi, dan kapal ikan termasuk didalamnya

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT

STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT Oleh: Wide Veronica C54102019 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER

ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER Parlindungan Manik Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Ada enam macam gerakan kapal dilaut yaitu tiga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA

PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20 No. 1 Edisi Maret 2012 Hal. 71-80 PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA Oleh: La Anadi 1*, Budhi

Lebih terperinci

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung 3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://jurnalmaspari.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka

Lebih terperinci

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung 3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://masparijournal.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat

Lebih terperinci

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 87-92, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance Oleh: Yopi Novita 1 *, Budhi H. Iskandar 1 Diterima: 14 Februari

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm. 19-28, Juni 2017 RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG RATIO OF THE MAIN DIMENSIONS

Lebih terperinci

Marine Fisheries ISSN: Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 65 73

Marine Fisheries ISSN: Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 65 73 Marine Fisheries ISSN: 2087-4235 Vol. 2, No., Mei 20 Hal: 65 73 STABILITAS STATIS KAPAL STATIC GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KM PSP 0) The Static Stability of Static Gear Fishing Boat in Palabuhanratu

Lebih terperinci

Analisa Stabilitas Akibat Konversi Motor Tanker (MT). Niria Menjadi Mooring Storage Tanker

Analisa Stabilitas Akibat Konversi Motor Tanker (MT). Niria Menjadi Mooring Storage Tanker Analisa Stabilitas Akibat Konversi Motor Tanker (MT). Niria Menjadi Mooring Storage Tanker Moch. Arief M. (1), Eko B. D. (2), Mas Murtedjo (2) (1) Mahasiswa S1 Jurusan Tekinik Kelautan FTK-ITS (2) Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengukuran dimensi dan geometri bentuk kapal longline yang diteliti dilakukan di Cilacap pada bulan November. Setelah pengukuran dimensi dan geometri

Lebih terperinci

Marine Fisheries ISSN: Vol. 2, No. 2, November 2011 Hal:

Marine Fisheries ISSN: Vol. 2, No. 2, November 2011 Hal: Marine Fisheries ISSN: 2087-4235 Vol. 2, No. 2, November 2011 Hal: 213-221 EVALUASI DESAIN DAN STABILITAS KAPAL PENANGKAP IKAN DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) Fishing Vessel Design and Stability

Lebih terperinci

Kondisi Kapal Muatan Penuh:

Kondisi Kapal Muatan Penuh: Kondisi Kapal Muatan Penuh: 2.4 Max GZ = 2.316 m at 17.4 deg. 2 1.6 GZ m 1.2 0.8 0.4 0-0.4 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Heel to Starboard deg. Seakeeping adalah perilaku bangunan apung di atas gelombang.

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C

KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C54101029 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH LETAK LUNAS BILGA TERHADAP PERFORMA KAPAL IKAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KAPAL TIPE KRAGAN)

ANALISA PENGARUH LETAK LUNAS BILGA TERHADAP PERFORMA KAPAL IKAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KAPAL TIPE KRAGAN) ANALISA PENGARUH LETAK LUNAS BILGA TERHADAP PERFORMA KAPAL IKAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KAPAL TIPE KRAGAN) Burhannudin Senoaji, Parlindungan Manik, Eko Sasmito Hadi ) Program Studi S Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis pada Potensi Operasional Mesin Pengujian teknis pada potensi operasional mesin yang dilakukan pada mesin Dong Feng ZS 1100 terbagi menjadi dua bagian, yaitu saat

Lebih terperinci

PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG

PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG Mata Kuliah Mekanika Fluida Oleh: 1. Annida Unnatiq Ulya 21080110120028 2. Pratiwi Listyaningrum 21080110120030 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI PADA TIGA KONDISI MUATAN KAPAL DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ (LANJUTAN)

KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI PADA TIGA KONDISI MUATAN KAPAL DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ (LANJUTAN) KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI PADA TIGA KONDISI MUATAN KAPAL DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ (LANJUTAN) ABSTRAK Shanty Manullang, Moch.Ricky Dariansyah*) * Dosen pada Program Studi

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : stability, long line, righting arm, and draught 1. PENDAHULUAN

Abstract. Keywords : stability, long line, righting arm, and draught 1. PENDAHULUAN KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT DI PALABUHAN RATU, SUKABUMI (A STUDY ON THE OPERATIONAL STABILITY OF A LONGLINE FISHING VESSEL 60 GT AT PALABUHAN RATU) T.D. Novita, Shanty Manullang

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS TERHADAP OPERASIONAL DESAIN KAPAL IKAN 20 GT DI PALABUHANRATU

ANALISIS STABILITAS TERHADAP OPERASIONAL DESAIN KAPAL IKAN 20 GT DI PALABUHANRATU Vol. 8, No. 3, Desember 23 ANALISIS STABILITAS TERHADAP OPERASIONAL DESAIN KAPAL IKAN 2 GT DI PALABUHANRATU STABILITY ANALYSIS FOR 2 GT FISHING VESSEL OPERATIONAL DESIGN IN PALABUHANRATU Daud S.A. Sianturi

Lebih terperinci

Simulasi pengaruh trim terhadap stabilitas kapal pukat cincin

Simulasi pengaruh trim terhadap stabilitas kapal pukat cincin Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(Edisi Khusus): 13-18, Januari 2015 ISSN 2337-4306 Simulasi pengaruh trim terhadap stabilitas kapal pukat cincin Simulation of trim effect on the stability

Lebih terperinci

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM Daeng PAROKA 1 dan Ariyanto IDRUS 1 1 Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan

Lebih terperinci

Marine Fisheries ISSN: Vol. 1, No. 2, November 2010 Hal:

Marine Fisheries ISSN: Vol. 1, No. 2, November 2010 Hal: Marine Fisheries ISSN: 2087-4235 Vol. 1, No. 2, November 2010 Hal: 113 122 STABILITAS STATIS DAN DINAMIS KAPAL PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO KOTA BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Di awal eksperimen dilakukan penimbangan berat model kapal berikut model palka dan muatannya. Penimbangan berat ini dilakukan terhadap setiap perlakuan. Berdasarkan

Lebih terperinci

2 KAPAL POLE AND LINE

2 KAPAL POLE AND LINE 2 KAPAL POLE AND LINE Kapal merupakan kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan

Lebih terperinci

DINAMIKA KAPAL. SEA KEEPING Kemampuan unjuk kerja kapal dalam menghadapi gangguan-gangguan disaat beroperasi di laut

DINAMIKA KAPAL. SEA KEEPING Kemampuan unjuk kerja kapal dalam menghadapi gangguan-gangguan disaat beroperasi di laut DINAMIKA KAPAL Istilah-istilah penting dalam dinamika kapal : Seakeeping Unjuk kerja kapal pada saat beroperasi di laut Manouveribility Kemampuan kapal untuk mempertahankan posisinya dibawah kendali operator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum. 2.1.1 Defenisi Stabilitas Stabilitas adalah merupakan masalah yang sangat penting bagi sebuah kapal yang terapung dilaut untuk apapun jenis penggunaannya, untuk

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ

KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ Shanty Manullang *) Ramot Siburian **) * Dosen ** mahasiswa Program Studi Teknik Perkapalan - Fakultas Teknologi Kelautan

Lebih terperinci

Prediksi Gerak Terhadap Desain Awal Ferry 600, 500 dan 300 GRT Untuk Pelayaran Antar Pulau

Prediksi Gerak Terhadap Desain Awal Ferry 600, 500 dan 300 GRT Untuk Pelayaran Antar Pulau Jurnal Wave, UPT. BPPH BPPT Vol. 3, No., 9 Prediksi Gerak Terhadap Desain Awal Ferry 6, 5 dan 3 GRT Untuk Pelayaran Antar Pulau Baharuddin Ali 1, Cahyadi Sugeng Jati Mintarso 1 Abstrak Kapal ferry merupakan

Lebih terperinci

TATA MUATAN DAN VARIASI MUSIM PENANGKAPAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PURSESEINER BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

TATA MUATAN DAN VARIASI MUSIM PENANGKAPAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PURSESEINER BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 4, No. 2, November 2013 Hal: 183-193 TATA MUATAN DAN VARIASI MUSIM PENANGKAPAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PURSESEINER BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN Influence of

Lebih terperinci

STAB1 LITAS KAPAL POLE AND LINE PADA KONDISI MUATAN UANG BERBEDA (Stability of Pole and Liner at Differeat Loading Levels) Oleh: Siti Aisyah ~arhum')

STAB1 LITAS KAPAL POLE AND LINE PADA KONDISI MUATAN UANG BERBEDA (Stability of Pole and Liner at Differeat Loading Levels) Oleh: Siti Aisyah ~arhum') STAB1 LITAS KAPAL POLE AND LINE PADA KONDISI MUATAN UANG BERBEDA (Stability of Pole and Liner at Differeat Loading Levels) Oleh: Siti Aisyah ~arhum') ABSTWK Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

ANALISA HIDROSTATIS DAN STABILITAS PADA KAPAL MOTOR CAKALANG DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN KAPAL PANCING.

ANALISA HIDROSTATIS DAN STABILITAS PADA KAPAL MOTOR CAKALANG DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN KAPAL PANCING. ANALISA HIDROSTATIS DAN STABILITAS PADA KAPAL MOTOR CAKALANG DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN KAPAL PANCING Kiryanto, Samuel 1 1) Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT Marcel Winfred Yonatan 1 Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Ricky Lukman Tawekal 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG

BAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG A IV UOYANCY DAN STAIITAS ENDA ENAPUN Tujuan Pembelajaran Umum :. ahasiswa memahami konsep kesetimbangan statis untuk menyelesaikan gaya-gaya yang bekerja pada kasus benda yang mengapung, 2. ahasiswa mampu

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012 di Laboratorium Desain dan Dinamika Kapal, Bagian Kapal dan Transportasi Perikanan, Departemen Pemanfaatan

Lebih terperinci

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 81-86, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND LINE DI BITUNG, SULAWESI UTARA YULI PURWANTO

ASPEK KESELAMATAN DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND LINE DI BITUNG, SULAWESI UTARA YULI PURWANTO ASPEK KESELAMATAN DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND LINE DI BITUNG, SULAWESI UTARA YULI PURWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume I, No 1, Februari 2017 Hal 013-021 STABILITAS KAPAL IKAN KATAMARAN SEBAGAI PENGGANTI KAPAL PURSE SEINE DI KABUPATEN PAMEKASAN MADURA JAWA TIMUR Stability Of Catamaran Fishing

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT Abstrak ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT GT Budhi Santoso 1), Naufal Abdurrahman ), Sarwoko 3) 1) Jurusan Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis ) Program Studi Teknik Perencanaan dan Konstruksi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN

KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN Samuel 1, Eko Sasmito Hadi 1, Ario Restu Sratudaku 1, 1) Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia Email

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN

KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN Samuel, Eko Sasmito Hadi, Ario Restu Sratudaku Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia Abstrak KM. Zaisan

Lebih terperinci

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL Sidang Tugas Akhir (MN 091382) DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL Oleh : Galih Andanniyo 4110100065 Dosen Pembimbing : Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

6 RANCANGAN UMUM KPIH CLOSED HULL

6 RANCANGAN UMUM KPIH CLOSED HULL 211 6 RANCANGAN UMUM KPIH CLOSED HULL Berdasarkan hasil kajian dan uji coba hasil kajian mitigasi risiko, maka KPIH yang direkomendasikan untuk mengangkut benih ikan kerapu adalah KPIH Closed hull. Dimana

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA

KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Study on hydrodynamics of fiberglass purse seiners made in several shipyards in North Sulawesi

Study on hydrodynamics of fiberglass purse seiners made in several shipyards in North Sulawesi Aquatic Science & Management, Vol. 2, No. 2, 48-53 (Oktober 2014) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00056

Lebih terperinci

Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column

Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column P.C.Pamungkas a, I.Rochani b, J.J.Soedjono b a Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan ITS, b Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan ITS

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA HULL FORM METODE FORMDATA KAPAL IKAN TRADISIONAL 28 GT KM. SIDO SEJATI

ANALISA KINERJA HULL FORM METODE FORMDATA KAPAL IKAN TRADISIONAL 28 GT KM. SIDO SEJATI ANALISA KINERJA HULL FORM METODE FORMDATA KAPAL IKAN TRADISIONAL 28 GT KM. SIDO SEJATI Berlian Arswendo A, Wempi Abstrak Pada saat ini sebagian besar nelayan di Indonesia masih menggunakan kapal ikan tradisional.

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kapal Perikanan Kapal perikanan menurut Undang-Undang RI No. 31 tahun 2004 tentang perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Stabilitas Dinamis Barge Menggunakan Flounder Plate dengan Single Lead Pendant Pada Operasi Towing

Analisis Perbandingan Stabilitas Dinamis Barge Menggunakan Flounder Plate dengan Single Lead Pendant Pada Operasi Towing JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) G-61 Analisis Perbandingan Stabilitas Dinamis Barge Menggunakan Flounder Plate dengan Single Lead Pendant Pada Operasi Towing

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi

Lebih terperinci

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN Izza Mahdiana Apriliani, Lantun Paradhita Dewanti dan Irfan Zidni Program Studi Perikanan, FPIK Unpad Korespondensi:

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU

KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU Shanty Manullang *) T.D. Novita *) * Dosen pada Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan laborashanty@yahoo.com

Lebih terperinci

Bentuk dari badan kapal umumnya ditentukan oleh: Ukuran utama Koefisien bentuk Perbandingan ukuran kapal. A.A. B. Dinariyana

Bentuk dari badan kapal umumnya ditentukan oleh: Ukuran utama Koefisien bentuk Perbandingan ukuran kapal. A.A. B. Dinariyana A.A. B. Dinariyana Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2011 Bentuk dari badan kapal umumnya ditentukan oleh: Ukuran utama Koefisien bentuk Perbandingan ukuran kapal.

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE KM ALDEIS DI PELABUHAN PERIKANAN AERTEMBAGA BITUNG SULAWESI UTARA. Fransisco P.T. Pangalila ABSTRACT

STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE KM ALDEIS DI PELABUHAN PERIKANAN AERTEMBAGA BITUNG SULAWESI UTARA. Fransisco P.T. Pangalila ABSTRACT Vol. VII-1, April 2011 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE KM ALDEIS DI PELABUHAN PERIKANAN AERTEMBAGA BITUNG SULAWESI UTARA Fransisco P.T. Pangalila Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas

Lebih terperinci

A.A. B. Dinariyana. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2010

A.A. B. Dinariyana. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2010 A.A. B. Dinariyana Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2010 Apabila kapal oleng oleh gayagaya dari luar kapal, seperti angin dan gelombang, titik pusat gaya apung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN Izza Mahdiana Apriliani, Lantun Paradhita Dewanti dan Irfan Zidni Program Studi Perikanan, FPIK Unpad Korespondensi:

Lebih terperinci

Kajian Kecepatan Dan Kestabilan Pada Beberapa Bentuk Kapal Pukat Cincin (Small Purse-Seiner) Di Sulawesi Utara

Kajian Kecepatan Dan Kestabilan Pada Beberapa Bentuk Kapal Pukat Cincin (Small Purse-Seiner) Di Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(5): 165-170, Juni 2017 ISSN 2337-4306 Kajian Kecepatan Dan Kestabilan Pada Beberapa Bentuk Kapal Pukat Cincin (Small Purse-Seiner) Di Sulawesi Utara Study

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT

KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT SHANTY L. MANULLANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

Estimasi Kebutuhan BBM

Estimasi Kebutuhan BBM Estimasi Kebutuhan BBM Hasil Estimasi Tahun Kunsumsi Total (Liter) Gayam Nonggunong Ra as Arjasa Kangayan Sapeken Masalembu Total 2013 1.985.587 228.971 2.180.642 4.367.677 365.931 3.394.745 3.462.689

Lebih terperinci

PENGARUH SIRIP PEREDAM TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Departemen PSP FPIK IPB 2. BPPT

PENGARUH SIRIP PEREDAM TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Departemen PSP FPIK IPB 2. BPPT 27 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (1): 27-34 ISSN: 0853-6384 Full Paper PENGARUH SIRIP PEREDAM TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP Yopi Novita *1, Budhi H Iskandar 1, Bambang Murdiyanto

Lebih terperinci

5 KAJIAN MITIGASI RISIKO (BERDASARKAN SUMBER RISIKO)

5 KAJIAN MITIGASI RISIKO (BERDASARKAN SUMBER RISIKO) 5 KAJIAN MITIGASI RISIKO (BERDASARKAN SUMBER RISIKO) 5.1 Desain Palka Sebagaimana telah dipaparkan pada bab 4, muatan kapal terbesar pada KPIH adalah berupa muatan berbentuk liquid, yaitu air laut dan

Lebih terperinci

3. KARAKTERISTIK PERAIRAN DAERAH PENGOPERASIAN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

3. KARAKTERISTIK PERAIRAN DAERAH PENGOPERASIAN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN 3.1 Pendahuluan 3. KARAKTERISTIK PERAIRAN DAERAH PENGOPERASIAN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN Cakalang, Katsuwonus pelamis adalah salah satu jenis komoditi yang menjadi tujuan utama penangkapan dengan

Lebih terperinci

Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Pelabuhan Indonesia III

Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Pelabuhan Indonesia III G130 Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Indonesia III Muhammad Sayful Anam, dan Hesty Anita Kurniawati Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT Nurhasanah Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis, Indonesia Email: nurhasanah@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Evaluasi Unjuk Kerja Crane Barge KGM-23 Pada Saat Operasi Pengangkatan dan Pemasangan Boom Burner di Lokasi Peciko Field Platform MWP-B Total E&P Indonesié

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: G-118

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: G-118 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-118 Evaluasi Unjuk Kerja Crane Barge KGM-23 pada Saat Operasi Pengangkatan dan Pemasangan Boom Burner di Lokasi Peciko Field Platform MWP-B

Lebih terperinci

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume I, No 1, Februari 2017 Hal 069-076 KAJIAN DESAIN KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG (STUDY KASUS KM. CAHAYA ARAFAH) Design Studies Traditional Purse Seiner

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAPAL CATAMARAN MULTI PURPOSE UNTUK PELAYARAN BAWEAN GRESIK PADA CUACA EKSTRIM

PERANCANGAN KAPAL CATAMARAN MULTI PURPOSE UNTUK PELAYARAN BAWEAN GRESIK PADA CUACA EKSTRIM PERANCANGAN KAPAL CATAMARAN MULTI PURPOSE UNTUK PELAYARAN BAWEAN GRESIK PADA CUACA EKSTRIM Nama Mahasiswa: I Kadek Yasa Permana Putra NRP: 4208 100 501 Jurusan : Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS Dosen

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci