HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian awal bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian dilanjutkan dengan uraian tentang karakteristik responden, pengukuran pengetahuan awal (pretest), pengetahuan akhir (posttest) dan peningkatan pengetahuan responden. Pengukuran dianalisis dengan prosedur statistik, menggunakan analisis ragam untuk mengetahui apakah di antara kelompok perlakuan terdapat perbedaan pada pretest, posttest dan peningkatan pengetahuan responden. Untuk melihat perbedaan data pretest dengan posttest sebagai akibat adanya perlakuan dilakukan uji t dua sampel berpasangan (Paired Sample t Test). Pengukuran pengaruh perlakuan pada peningkatan pengetahuan responden dilakukan dengan menguji perbedaan skor posttest dan pretest, yaitu selisih antara skor pengetahuan responden sesudah dan sebelum menyaksikan presentasi video. Untuk mengukur perbedaan pengaruh perlakuan media terhadap peningkatan pengetahuan responden digunakan analisis sidik ragam. Lokasi Penelitian Kota Banjarmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, dengan luas wilayah 72 Km 2 atau 0,19 persen dari luas total Provinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin terletak di ujung selatan Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu di sepanjang Sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura. Kota Banjarmasin terdiri atas 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kecamatan Banjarmasin Tengah dan Kecamatan Banjarmasin Utara. Wilayah Kota Banjarmasin yang dikelilingi air sungai secara geografis terletak pada garis 03 o o 22 LS dan 114 o o 98 BT serta berada pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan laut, berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala di sebelah utara dan barat, serta berbatasan dengan Kabupaten Banjar di bagian selatan dan timur (BPS Kota Banjarmasin, 2006).

2 36 Kota Banjarmasin dipengaruhi dua aliran sungai besar, yaitu Sungai Barito dan Sungai Martapura dengan jarak dari laut ± 23 km. Permukaan air sungai sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sungai Martapura mempunyai anak sungai, yaitu Sungai Kuin (Pangeran), Sungai Awang yang menyatu dengan Sungai Alalak dan merupakan anak Sungai Barito bagian utara. Sedangkan anak sungai yang mengalir di bagian selatan adalah Sungai Basirih, Bagau, Kelayan, Pekapuran dan Gardu. Semua sungai ini berhubungan dengan Sungai Barito dan merupakan bagian dari sistem drainase Kota Banjarmasin. Mayoritas kehidupan masyarakat Banjarmasin secara sosial dan ekonomi dipengaruhi oleh keberadaan air sungai. Sungai yang mengelilingi Kota Banjarmasin selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air keluarga, juga menjadi modal utama dalam pembangunan Kota Banjarmasin. Selain merupakan bagian dari sistem drainase, air sungai juga menjadi modal utama PDAM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih. Gambar 2. Pemanfaatan air sungai bagi aktifitas kehidupan masyarakat Banjarmasin Gambar 2 menggambarkan aktivitas kehidupan masyarakat Banjarmasin yang masih sangat bergantung pada air sungai. Aliran dua sungai besar yaitu Sungai Barito dan Sungai Martapura merupakan penggerak roda perekonomian masyarakat di Banjarmasin. Transportasi air hingga saat ini masih menjadi pilihan utama sebagian masyarakat, karena dapat menempuh tempat tujuan dengan waktu yang relatif lebih singkat dan biaya yang lebih murah dibanding menggunakan transportasi

3 37 darat. Selain itu transportasi air juga digunakan untuk pendistribusian serta pemasaran barang dan jasa. Karakteristik Responden Data karakteristik diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden pada saat pengukuran pengetahuan awal. Karakteristik responden yang diamati meliputi : (1) jenis kelamin, (2) umur, (3) tingkat pendidikan, (4) keterlibatan dalam penggunaan air sungai, (5) akses terhadap informasi air bersih, (6) kebutuhan informasi air bersih, dan (7) kepemilikan media massa. Jenis Kelamin Jumlah responden yang diteliti sebanyak 80 orang pegawai Kecamatan di Kota Banjarmasin, terdiri dari 40 orang pegawai lakilaki dan 40 orang pegawai perempuan. Perbandingan pegawai lakilaki dan pegawai perempuan yang dijadikan sebagai unit penelitian ini seimbang dan memiliki proporsi yang sama pada masingmasing kelompok, yaitu jenis kelamin lakilaki 12,5 persen dan jenis kelamin perempuan 12,5 persen. Hal ini sengaja dilakukan agar unit penelitian pada masingmasing kelompok tidak berbeda, untuk mengendalikan ragam yang timbul karena variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 responden yang dilibatkan, responden paling muda berumur 20 tahun dan paling tua berumur 55 tahun. Pada kelompok MPSL, sebagian besar berumur kurang dari 40 tahun yaitu sebesar 20 persen dan sebanyak 5 persen berusia lebih dari 40 tahun. Sedangkan pada kelompok MPSP dan MLSP sebagian besar berumur lebih dari 40 tahun, yaitu 23,75 persen pada kelompok MPSP dan 13,75 persen pada kelompok MLSP. Pada kelompok MLSL umur responden memiliki proporsi yang sama pada dua kategori, yaitu masingmasing sebesar 12,5 persen pada kategori umur kurang dari 40 tahun dan umur lebih dari 40 tahun.

4 38 Distribusi responden menurut umur pada masingmasing kelompok adalah 56,25 persen berumur 40 tahun ke atas dan 43,75 persen berumur kurang dari 40 tahun. Dengan demikian sebagian besar responden berumur lebih dari 40 tahun, dimana umur ini masuk dalam kategori tua. Pendidikan Tingkat pendidikan responden menyebar relatif merata pada lima kategori tingkat pendidikan. Sebagian besar responden pada masingmasing kelompok perlakuan menyebar pada lulusan SMA, yaitu sebesar 62,5 persen. Responden yang memiliki gelar sarjana sebanyak 26,25 persen, lulusan diploma 6,25 persen, lulusan SMP 3,75 persen dan lulusan SD 1,25 persen. Keterlibatan dalam Penggunaan Air Sungai Hasil penelitian tentang keterlibatan responden dalam penggunaan air sungai menunjukkan bahwa masingmasing responden pada kelompok perlakuan yaitu sebanyak 67,5 persen responden masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan hidupnya dan 32,5 persen responden lainnya sudah tidak lagi menggunakan air sungai. Responden kelompok MPSP dan MLSP memiliki ketergantungan yang tinggi pada keberadaan air sungai dibandingkan responden kelompok MPSL dan MLSL, yaitu sebesar 21,25 persen pada kelompok MPSP dan 22,50 persen pada kelompok MLSP. Dengan demikian kondisi tersebut menunjukkan bahwa air sungai masih menjadi alternatif responden untuk memenuhi kebutuhan air bagi kehidupan keluarganya. Akses dan Kebutuhan Informasi tentang Air Bersih Hasil penelitian tentang akses terhadap informasi tentang air bersih menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 60 persen responden ternyata belum pernah menerima informasi tentang air bersih, khususnya pada responden kelompok MPSL, MLSP dan MLSL yaitu masingmasing sebesar 16,50 persen sedangkan responden kelompok MPSP sebagian besar responden sudah pernah menerima informasi tentang air bersih yaitu sebesar 11,25 persen.

5 39 Responden yang sudah pernah menerima informasi tentang air bersih sebanyak 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa akses terhadap informasi tentang air bersih masih kurang, sehingga seluruh responden atau 100 persen responden mengatakan mereka sangat membutuhkan informasi tentang air bersih. Kepemilikan Media Massa Hasil penelitian tentang kepemilikan media massa menunjukkan bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian ini memiliki lebih dari satu media massa untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka (lihat Tabel 3 dan Lampiran 3). Media televisi dimiliki seluruh responden kelompok penelitian, hal ini berarti bahwa responden menyukai dan tertarik dengan pesanpesan yang mengandung unsur audio dan visual. Akan tetapi unsur visual lebih memiliki daya tarik yang dipilih responden untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Media cetak seperti surat kabar, brosur dan leaflet dipilih 73,75 persen responden sebagai sumber informasinya setelah media televisi. Selanjutnya sumber informasi diperoleh melalui media VCD dan DVD yaitu sebesar 55 persen, media radio 31,25 persen dan internet 7,5 persen. Berkaitan dengan penjelasan di atas, data karakteristik responden menunjukkan bahwa umur responden cenderung menyebar pada kisaran 40 tahun keatas, tingkat pendidikan didominasi tamatan SMA, air sungai masih banyak digunakan responden untuk memenuhi kebutuhan air keluarganya. Akses terhadap informasi air bersih masih kurang, sehingga informasi tentang air bersih dinilai sangat diperlukan. Sumber informasi responden diperoleh melalui media massa yang dimiliki, khususnya televisi merupakan sumber informasi utama, kemudian media cetak (surat kabar,brosur,leaflet), vcd dan dvd, radio dan internet.

6 40 Tabel 3 Sebaran karakteristik responden Responden kelompok perlakuan (%) No Karakteristik responden MPSL MPSP MLSP MLSL 1. Jenis kelamin a. Laki laki b. Perempuan 2. Umur a. Muda (= 40 tahun) b. Tua (< 40 tahun) 3. Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma e. Sarjana 4. Keterlibatan dalam Penggunaan air sungai a. Menggunakan b. Tidak menggunakan 5. Akses pada penerimaan Informasi air bersih a. Pernah b. Belum pernah 6. Kebutuhan informasi tentang air bersih a. Sangat diperlukan b. Cukup diperlukan 7. Kepemilikan media massa : Radio a. memiliki b. tidak memiliki Televisi a. memiliki b. tidak memiliki VCD / DVD a. memiliki b. tidak memiliki Media cetak a. memiliki b. tidak memiliki Internet a. memiliki b. tidak memiliki 20,00 5,00 2,50 17,50 2,50 2,50 11,25 13,75 8,75 16,25 25,00 15,00 10,00 25,00 10,00 15,00 18,75 6,25 2,50 22,50 1,25 23,75 18,75 6,25 21,25 3,75 13,75 11,25 25,00 25,00 25,00 13,75 11,25 20,00 5,00 1,25 23,75 11,25 13,75 1,25 16,25 7,50 22,50 2,50 8,75 16,25 25,00 6,25 18,75 25,00 15,00 10,00 25,00 1,25 10,00 3,75 10,00 8,75 16,25 25,00 10,00 15,00 25,00 18,75 6,25 20,00 5,00 3,75 21,25

7 41 Karakteristik Responden dan Hubungannya dengan Peningkatan Pengetahuan Hasil yang diperoleh dari penelitian eksperimen diharapkan terjadi bila semua hasil pengamatan pada peubah tak bebas disebabkan oleh peubah bebas. Dengan demikian pada penelitian ini, untuk mengetahui apakah ada peubah lain di luar peubah perlakuan yang berkorelasi dengan skor peningkatan pengetahuan, maka dilakukan uji korelasi dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. Karakteristik responden yang diperkirakan dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan dan penerimaan informasi air bersih. Hasil analisis korelasi Pearson dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis korelasi Pearson peningkatan pengetahuan responden kelompok dengan karakteristik responden Karakteristik Jenis kelamin Umur Pendidikan Penerimaan informasi air bersih Keterangan : tn tidak nyata pada p = 0,05 p tn tn tn tn Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa karakteristik responden yang meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan dan penerimaan informasi air bersih tidak ada hubungannya dengan peningkatan pengetahuan. Pada faktor umur diperoleh nilai p = 0,61, tingkat pendidikan p = 0,372 dan informasi tentang air bersih menghasilkan nilai p = 0,092. Sehingga faktor karakteristik responden tidak menunjukkan hubungan nyata dengan peningkatan pengetahuan responden pada p = 0,05. Hal ini berarti bahwa karakteristik responden pada faktor jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan informasi tentang air bersih berada pada keadaan yang sama atau homogen pada masingmasing kelompok perlakuan. Dengan demikian pada penelitian ini, hasil peningkatan pengetahuan yang terjadi benarbenar akibat perlakuan yang diberikan.

8 42 Pengetahuan Awal dan Pengetahuan Akhir Responden Pengukuran pengetahuan awal responden tentang air bersih, dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan awal responden relatif sedang, yaitu ratarata memperoleh skor 5,90 dibanding skor tertinggi yang mungkin tercapai yaitu 12. Gambaran tentang pengetahuan awal responden masingmasing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Rataan skor pengetahuan awal responden menurut kelompok perlakuan Faktor Perlakuan Model LakiLaki (ML) Model Perempuan (MP) Total Suara Narator Perempuan (SP) 5,90 5,75 11,65 Suara Narator LakiLaki (SL) 6,15 5,80 11,95 Total 12,05 11,55 23,60 Tabel 5 memperlihatkan bahwa ada perbedaan rataan skor pengetahuan awal pada tiap kelompok responden. Untuk mengetahui apakah perbedaan pengetahuan awal responden tersebut signifikan atau tidak, dilakukan analisis ragam seperti tertera pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil analisis ragam terhadap skor pengetahuan awal kelompok perlakuan SK df JK KT FHitung p Antar Kelompok tn Dalam Kelompok Total Keterangan : tn tidak berbeda nyata pada p = 0,05 Hasil analisis ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata terhadap rataan skor pengetahuan awal responden pada empat kelompok perlakuan. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan awal responden sama pada tiap perlakuan. Artinya secara umum tingkat pengetahuan awal

9 43 responden tentang air bersih adalah homogen. Informasi tentang pengolahan air bersih sederhana pada empat kelompok perlakuan merupakan suatu hal yang baru, meskipun responden pernah mendengar tentang cara membedakan air yang bersih dan air yang tidak bersih (Gambar 3), serta bahaya mengkonsumsi air yang tidak bersih, namun secara teknis mereka belum mengetahui cara pengujian dan pengolahan air bersih sederhana. Pengukuran pengetahuan akhir responden (posttest) dilakukan setelah memberikan perlakuan per kelompok responden berupa presentasi video instruksional tentang pengolahan air bersih sederhana. Tabel 7 Rataan skor pengetahuan akhir responden menurut kelompok perlakuan Faktor Perlakuan Model LakiLaki (ML) Model Perempuan (MP) Total Suara Narator Perempuan (SP) 9,20 8,50 17,70 Suara Narator LakiLaki (SL) 10,00 8,80 18,80 Total 19,20 17,30 36,50 Tabel 7 menggambarkan rataan skor posttest responden pada tiap kelompok perlakuan berbeda. Kelompok perlakuan MLSL memperoleh rataan skor tertinggi dibandingkan dengan perlakuan MLSP, MPSL dan MPSP. Untuk mengetahui signifikansi beda pengetahuan akhir (posttest) responden pada tiap kelompok perlakuan, dilakukan analisis ragam seperti yang terlihat pada Tabel 8. Air yang Bersih Air yang Tidak Bersih Gambar 3 Perbedaan air yang bersih dan air yang tidak bersih

10 44 Tabel 8 Hasil analisis ragam terhadap skor pengetahuan akhir kelompok perlakuan SK df JK KT FHitung p Antar Kelompok * Dalam Kelompok Total Keterangan : * berbeda nyata pada p = 0,05 Hasil analisis ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada skor pengetahuan akhir (posttest) responden. Artinya pemberian perlakuan video instruksional pada tiap kelompok perlakuan memberikan skor pengetahuan yang berbeda. Dimana penyajian pesan melalui medium video instruksional dengan empat kelompok perlakuan dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada p = 0,05. Pemberian perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh kepada responden untuk menangkap pesan yang disampaikan. Pengujian Hipotesis Penelitian ini menguji sejauh mana pengaruh masingmasing faktor perlakuan pada medium video mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang informasi air bersih. Hasil pengujian terhadap empat hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan perhitungan statistik yaitu analisis uji t dua sampel berpasangan dan analisis sidik ragam dua arah dapat dilihat pada penjelasan berikut ini. 1. Hipotesis pertama (H 1 ) penelitian ini adalah media video mampu meningkatkan pengetahuan tentang air bersih. Berdasarkan hasil uji t dua sampel berpasangan (Paired Sample t test), dimana thitung sebesar 13,476 (p < 0,05 dan p < 0,01) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara rataan skor pretest dan posttes. Dengan demikian hipotesis pertama (H 1 ) penelitian ini diterima. Tabel 9 Hasil ujit rataan skor pretest dan posttest kelompok perlakuan Nilai Ratarata Ttabel Ttabel Postest Pretest Thit p = 0.05 p = ,125 5,900 13,476** 1,96 2,576 Keterangan : berbeda nyata pada p = 0,01

11 45 2. Hipotesis kedua (H 2 ) penelitian ini adalah skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan model perempuan tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan dengan model lakilaki. Hasil analisis ragam pada faktor model menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata skor peningkatan pengetahuan responden kelompok (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis kedua (H 2 ) penelitian ini ditolak. Tabel 10 Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan SK df JK KT FHitung p Faktor Model tn Suara Narator tn Interaksi Model + Suara tn Galat Keterangan : tn tidak nyata pada p = 0,05 3. Hipotesis ketiga (H 3 ) penelitian ini adalah skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan menggunakan penjelasan suara narator lakilaki tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan dengan penjelasan suara narator perempuan. Hasil analisis ragam pada faktor suara narator menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata skor peningkatan pengetahuan responden kelompok (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis ketiga (H 3 ) penelitian ini ditolak. 4. Hipotesis keempat (H 4 ) penelitian ini adalah jenis model lakilaki dan model perempuan berinteraksi secara nyata dengan jenis suara narator lakilaki dan suara narator perempuan dalam mempengaruhi skor peningkatan pengetahuan tentang air bersih. Hasil analisis ragam pada interaksi dua faktor model dan suara narator menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata skor peningkatan pengetahuan responden kelompok (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis keempat (H 4 ) penelitian ini ditolak.

12 46 Peningkatan Pengetahuan Responden Pengaruh penyajian pesan melalui video pada peningkatan pengetahuan responden dapat diketahui dengan melakukan perbandingan hasil pengukuran pretest dan posttest. Nilai pretest, posttest dan peningkatan pengetahuan yang diperoleh responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Skor pretest, posttest dan peningkatan pengetahuan responden per kelompok perlakuan No. Responden PreTest Post Test Peningkatan Pengetahuan Rataan 5,900 9,125 3, Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan skor posttest setelah menyaksikan video adalah 9,125. Skor tersebut lebih tinggi daripada skor rataan pretest sebesar 5,900. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan rataan skor setelah menyaksikan video. Untuk mengetahui apakah skor pretest dan posttest tersebut berbeda nyata maka dilakukan uji dua sampel berpasangan (Paired Sample ttest). Uji ttest menunjukkan thitung sebesar 13,476 dengan nilai p = lebih kecil dari p = 0,05 dan p = 0,01. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara rataan skor pretest dan posttest (p < 0,01). Ini berarti terdapat peningkatan pengetahuan responden yang sangat nyata tentang pengolahan air bersih sederhana setelah mereka menyaksikan tayangan video. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa video dapat meningkatkan pengetahuan responden berarti dapat diterima.

13 47 Pesan tentang pengolahan air bersih sederhana yang disampaikan melalui medium video, ternyata mampu meningkatkan pengetahuan responden. Hal ini menunjukkan penelitian ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Tiffon dan Combes dalam Schramn (1984), yang menyatakan bahwa video mampu menyampaikan pesan dengan caracara yang lebih konkrit dan jelas daripada pesan yang disampaikan melalui katakata yang terucap atau katakata yang tercetak. Lebih lanjut sebuah tulisan Fardiaz dalam Jahi (1988) memperkuat pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, dimana video telah banyak dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi di bidang pendidikan dan kesehatan di negaranegara dunia ketiga. Medium ini juga digunakan secara efektif untuk merangsang motivasi masyarakat agar berpartipasi aktif dalam proses pembangunan. Pembuatan video yang didesain semudah mungkin untuk dicerna merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat mudah dalam penerimaan pesan. Perpaduan unsur audio dan visual, juga memudahkan perancang media video untuk mendesain bentuk pesan yang dapat diterima dengan jelas oleh masyarakat. Penggunaan model sebagai salah satu kekuatan visual pada video instruksional, diiringi penjelasan narator dalam bentuk audio dengan intonasi suara dan bahasa yang mudah dipahami, menimbulkan daya tarik yang menjadi faktor penentu dalam proses penerimaan pesan informasi tentang pengolahan air bersih sederhana. Penelitian Iskandar (2005) membuktikan bahwa medium video yang mengandung unsur suara dan pesan visual dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang pupuk agrodyke di Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Keefektivan medium video juga dibuktikan oleh Alif (2007) yang menunjukkan medium video dengan unsur bahasa dan pesan visual dapat meningkatkan pengetahuan siswa SMA tentang Chikungunya *. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Benunur (2006) terhadap petani Kakao di kecamatan Amahi, Maluku Tengah. * Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albapictus dengan gejala utama demam mendadak, bintikbintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu.

14 48 Penelitian ini dirancang dengan empat kombinasi perlakuan penyajian pesan melalui video, yaitu model perempuan suara perempuan (MPSP), model perempuan suara lakilaki (MPSL), model lakilaki suara lakilaki (MLSL), dan model lakilaki suara perempuan (MLSP). Dari hasil penelitian diketahui bahwa setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan pengetahuan responden ( Tabel 12). Tabel 12 Hasil rataan skor peningkatan pengetahuan responden menurut kelompok perlakuan Faktor Perlakuan Model LakiLaki Model Perempuan (ML) (MP) Total Suara Narator Perempuan (SP) Suara Narator LakiLaki (SL) 3,20 3,85 2,75 3,00 5,95 6,85 Total 7,05 5,75 12,80 Tabel 12 menunjukkan bahwa tiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda pada peningkatan pengetahuan. Pada kelompok perlakuan yang menggunakan penjelasan model lakilaki, baik dengan suara narator perempuan maupun suara narator lakilaki memberikan rataan skor lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan model perempuan. Berarti penjelasan pesan dengan menggunakan model lakilaki lebih dapat diterima responden dalam meningkatkan pengetahuan. Sedangkan penggunaan suara narator lakilaki lebih mudah diterima dibandingkan dengan menggunakan suara narator perempuan yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan rataan skor dalam peningkatan pengetahuan responden. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor model, suara narator dan interaksi kedua faktor tidak berbeda nyata pada peningkatan pengetahuan responden. Artinya pengaruh model dan suara narator memberikan skor peningkatan pengetahuan yang tidak berbeda nyata pada responden.

15 MPSP MPSL MLSL MLSP PRE POST Gambar 4 Diagram batang rataan skor peningkatan pengetahuan responden berdasarkan kelompok perlakuan Gambar 4 menunjukkan bahwa hasil rataan skor empat kombinasi perlakuan menunjukkan bahwa penggunaan model lakilaki dan suara narator lakilaki memperoleh skor peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Berikut ini akan diuraikan bagaimana pengaruh model, suara narator dan interaksi antara dua faktor tersebut. Pengaruh Model Tampilan visual medium video melalui model mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyajian pesan yang bersifat instruksional, dimana model berfungsi menjelaskan tahapan pesan yang kurang tepat jika hanya menggunakan sejumlah kata. Karena itu dalam penelitian ini dibandingkan pengaruh penjelasan pesan dari model lakilaki dan model perempuan untuk melengkapi tampilan visual video dalam menyampaikan pesan tentang air bersih. Tabel 13 Rataan skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan model Faktor Perlakuan Model Laki Laki (ML) Model Perempuan (MP) Rataan Skor 7,05 5,75

16 50 Data penelitian menunjukkan adanya pengaruh penyajian pesan terhadap peningkatan pengetahuan responden, baik dalam penjelasan yang menggunakan model lakilaki maupun model perempuan. Kelompok responden yang menyaksikan video dengan penjelasan model lakilaki memperoleh rataan skor peningkatan pengetahuan lebih tinggi (7,05) dibandingkan. penjelasan model perempuan (5,75). Tabel 14 Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan model SK df JK KT FHitung p Faktor Model 1 9,800 9,800 2,137 tn 0,148 Keterangan : tn tidak nyata pada p = 0,05 Hasil analisis ragam pada faktor model menunjukkan tidak adanya perbedaan skor peningkatan pengetahuan responden yang nyata akibat adanya perbedaan model pada tampilan visual video. Ini berarti bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan responden yang menyaksikan video dengan penjelasan model perempuan tidak berbeda nyata dengan responden yang menyaksikan video dengan penjelasan model lakilaki. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan model perempuan tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan model lakilaki ditolak. Hasil dari pengujian tersebut membuktikan bahwa penyajian pesan video tentang air bersih yang disampaikan dengan menggunakan model lakilaki dan model perempuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan pengetahuan. Dugaan awal model perempuan lebih efektif dalam menyampaikan informasi yang berkaitan dengan air bersih ternyata tidak terbukti. Model perempuan dan model lakilaki yang digunakan pada tayangan pesan air bersih ini merupakan model yang belum dikenal oleh responden kelompok. Model perempuan dalam tayangan video ditampilkan lebih sederhana atau tidak menampilkan kesan sensual yang selama ini identik dengan daya tarik visual yang

17 51 melekat pada diri kaum perempuan. Gerakangerakan tubuh dan mimik wajah yang ditampilkan model, terbatas untuk mengikuti instruksi alur pesan yang disampaikan. Model perempuan pada penelitian ini sangatlah berbeda dengan model perempuan yang digunakan pada tayangantayangan iklan yang bersifat komersil atau menjual suatu produk, dimana model perempuan pada jenis pesan iklan lebih bersifat sebagai simbol yang mewakili produk yang ditawarkan. Sehingga model perempuan biasanya merupakan model yang sudah dikenal masyarakat dan dituntut untuk mengoptimalkan tampilan sensual yang ada pada dirinya seperti gerakangerakan tubuh dan mimik wajah yang dapat menarik perhatian khalayak. Seperti yang diungkapkan Arifin (2001), model perempuan pada media visual seringkali menjadi daya tarik bagi penontonnya, baik kaum lakilaki maupun perempuan yang akhirnya menjadi tindakan eksploitasi bagi para pelaku bisnis. Pendapat tersebut di atas sesuai pada kondisi penggunaan model perempuan untuk sebuah tayangan yang bersifat komersil. Akan tetapi pada pesan yang menjadi kebutuhan informasi masyarakat khususnya pesan instruksional, penelitian ini mengungkapkan model perempuan memiliki kekuatan yang sama dengan model lakilaki. Hal utama yang menyebabkan model perempuan tidak berbeda nyata dengan model lakilaki dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden pada hasil penelitian ini adalah materi pesan yang disampaikan. Materi pesan pada penelitian ini bersifat instruksional dan merupakan informasi baru yang belum pernah diperoleh responden kelompok yang erat kaitannya dengan kebutuhan hidup masyarakat. Sehingga pada saat perlakuan diberikan, responden kelompok lebih tertarik untuk mengetahui isi pesan yang disampaikan. Kondisi ini terlihat saat penelitian dilaksanakan, dimana responden kelompok sangat antusias ketika mengetahui informasi yang akan disampaikan mengenai air bersih dan saat perlakuan diberikan responden kelompok benarbenar berkonsentrasi menyimak alur pesan yang disampaikan. Dengan kata lain, pada penelitian ini kekuatan pesan terletak pada materi pesan yang disampaikan sehingga penggunaan model, baik model lakilaki maupun model perempuan pada medium video lebih berperan untuk mempermudah

18 52 responden kelompok mengikuti dan memahami tahapantahapan pesan yang disampaikan. Pesan tentang air bersih identik dengan kegiatan domestik yang biasa dilakukan kaum perempuan, sehingga dugaan awal model perempuan akan lebih mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden dibandingkan model lakilaki. Akan tetapi, dugaan tersebut tidak terbukti. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara model lakilaki dan model perempuan dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden tentang air bersih, bahkan rataan skor kelompok perlakuan model lakilaki lebih tinggi dibandingkan rataan skor kelompok perlakuan model perempuan. Pada penelitian ini ada kecenderungan terdapat daya tarik pada saat pesan disampaikan dengan menggunakan model lakilaki, yang akhirnya mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden kelompok. Hal ini ditunjukkan oleh pengamatan pada saat penelitian dilaksanakan pada dua kelompok yang menggunakan perlakuan model lakilaki, responden dalam kelompok tersebut membicarakan dan memberikan tanggapan positif terhadap kehadiran model lakilaki yang memperagakan pesan tentang air bersih. Sedangkan pada dua kelompok yang menggunakan perlakuan model perempuan, kondisi seperti yang terjadi pada kelompok perlakuan model lakilaki tidak terjadi. Pembicaraan responden pada kelompok perlakuan model perempuan hanya terbatas pada isi pesan yang disampaikan. Penelitian ini mengungkapkan tidak ada perbedaan yang nyata antara model lakilaki dan model perempuan dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden tentang air bersih. Hal ini berarti bahwa penggunaan model pada medium video, baik model lakilaki dan model perempuan mempunyai kekuatan yang sama dalam mempengaruhi keefektivan suatu pesan, khususnya pesan yang bersifat instruksional dan berkaitan dengan kebutuhan informasi masyarakat. Namun demikian, hasil evaluasi media menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menyatakan setuju model yang memperagakan pesan menarik perhatian dan sangat mendukung isi pesan yang ingin disampaikan, serta memudahkan pemahaman makna pesan. Hal ini sejalan dengan pendapat McQuail (1987) yang

19 53 mengemukakan bahwa model dalam tayangan komunikasi massa merupakan aspek penting dalam membantu khalayak untuk memahami ragam isi pesan yang disampaikan melalui peran yang diberikan, yang diarahkan untuk memperoleh perhatian dari penonton melalui penampilan dan unsur gerakan tubuh sehingga menciptakan perhatian dan persamaan persepsi penontonnya terhadap isi pesan yang disampaikan. Pengaruh Suara Narator Unsur audio sangat penting dalam penyajian pesan terutama dalam mendukung penjelasan pesan visual. Suara narator pada medium video merupakan unsur audio yang berfungsi merangsang indera pendengar, berisi tahapan pesan yang disesuaikan dengan tampilan visualnya. Dalam penelitian ini dibandingkan pengaruh penjelasan suara narator lakilaki dan suara narator perempuan untuk melengkapi tampilan visual video dalam menyampaikan pesan tentang air bersih. Tabel 15 Rataan skor peningkatan pengetahuan kelompok faktor perlakuan suara narator Faktor Perlakuan Suara Narator Laki Laki (SL) Suara Narator Perempuan (MP) Rataan Skor 6,85 5,95 Data penelitian menunjukkan adanya pengaruh penyajian pesan terhadap peningkatan pengetahuan responden, baik dalam penjelasan yang menggunakan suara narator lakilaki maupun suara narator perempuan. Kelompok responden yang menyaksikan video dengan penjelasan suara narator lakilaki memperoleh rataan skor peningkatan pengetahuan lebih tinggi (6,85) dibandingkan penjelasan suara narator perempuan (5,95).

20 54 Tabel 16 Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok faktor perlakuan suara narator SK df JK KT FHitung p Faktor Suara Narator 1 3,200 3,200 0,698 tn 0,406 Keterangan : tn tidak nyata pada p = 0,05 Hasil analisis ragam menunjukkan tidak adanya perbedaan skor peningkatan pengetahuan responden yang nyata akibat adanya perbedaan suara narator pada unsur audio video. Ini berarti bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan responden yang menyaksikan video dengan penjelasan suara narator perempuan tidak berbeda nyata dengan responden yang menyaksikan video dengan penjelasan suara narator lakilaki. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan menggunakan penjelasan suara narator lakilaki tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan dengan suara narator perempuan ditolak. Seluruh responden kelompok pada hasil evaluasi media menyatakan sangat setuju bahwa suara narator cukup jelas terdengar, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Hal ini berarti bahwa persyaratan telah dipenuhi oleh dua suara narator yang diuji. Seperti diungkapkan Maloney (1979) yang menyatakan bahwa narator hendaknya mampu berbicara dalam keadaan normal atau biasa, serta dalam situasi alami. Artinya narator dapat menekankan sesuatu yang penting dalam pesannya dengan lebih mempertegas atau memperlembut ucapannya daripada tingkat suara yang wajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan pada penggunaan suara narator lakilaki lebih tinggi dibandingkan dengan suara narator perempuan, meskipun perbedaan tersebut secara statistik tidak berbeda nyata. Ada kecendrungan suara narator lakilaki lebih mempengaruhi pendengarnya dibandingkan suara narator perempuan, khususnya dalam pesanpesan informatif pada konteks pesan audio. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arliss dalam Aryati (2007) bahwa suara narator lakilaki lebih tegas, jelas dan rasional sehingga

21 55 pendengarnya akan mudah menerima tahapan pesan informatif yang disampaikan, sedangkan suara narator perempuan lebih halus dan lebih emosional. Materi pesan yang disampaikan berkaitan dengan kebutuhan informasi yang benarbenar diperlukan masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi media dimana hampir seluruh responden menyatakan sangat setuju terhadap informasi yang disajikan karena merupakan sesuatu yang baru dan menarik, serta isi informasi yang diberikan sangat bermanfaat. Sehingga suara narator pada medium video dalam penelitian ini berfungsi untuk membantu reponden kelompok untuk lebih jelas memahami isi informasi yang disampaikan. Unsur visual juga turut mempengaruhi tidak adanya perbedaan nyata dari dua jenis suara narator ini, dimana responden menerima pesan dengan dua saluran komunikasi, yaitu melihat dan mendengar. Flemming dan Levie (1978) mengatakan lebih 80 persen dari seluruh informasi kita peroleh melalui mata, karena kita hidup dalam masyarakat yang visually oriented. Akan tetapi informasi yang diterima melalui lebih dari satu saluran akan lebih efektif daripada yang melalui satu saluran saja, dimana informasi akan lebih mudah disimpan dan dipanggil (retrieved) kembali. Dari pendapat tersebut dapat diasumsikan bahwa unsur audio seperti suara narator lebih berfungsi untuk mendukung penjelasan visual agar pesan yang disampaikan lebih efektif diterima khalayaknya.. Penelitian ini mengungkapkan bahwa penggunaan suara narator lakilaki cenderung lebih mempengaruhi peningkatan pengetahuan daripada suara narator perempuan dalam menyampaikan pesan, meskipun tidak terdapat perbedaan yang nyata. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Kemp (1988) yang mengatakan bahwa bila ingin menyampaikan pesanpesan yang bersifat informatif ada baiknya menggunakan suara pria karena suara narator pria umumnya sangat jelas dan mudah diterima. Dengan demikian ada baiknya untuk menggunakan suara narator lakilaki untuk mendukung pesan visual pada medium video, khususnya pesan yang bersifat instruksional.

22 56 Pengaruh Interaksi Model dan Suara Narator Interaksi faktor model dengan suara narator telah dapat menghasilkan empat kelompok perlakuan yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas medium video dalam meningkatkan pengetahuan responden. Data penelitian menunjukkan adanya pengaruh penyajian pesan terhadap peningkatan pengetahuan pada masingmasing kelompok responden. Gambaran rataan skor empat kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17, dan hasil analisis sidik ragam dua arah untuk melihat signifikansi peningkatan pengetahuan pada interaksi faktor model dan suara narator dalam empat kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 17 Rataan skor peningkatan pengetahuan responden kelompok perlakuan Faktor Perlakuan Model Perempuan Suara Narator Perempuan (MPSP) Model Perempuan Suara Narator LakiLaki (MPSL) Model LakiLaki Suara Narator Perempuan (MLSP) Model LakiLaki Suara Narator LakiLaki (MLSL) Rataan Skor 2,75 3,00 3,20 3,85 Tabel 18 Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan pada interaksi faktor model dan suara narator SK df JK KT FHitung p Faktor Interaksi Model + Suara 1 0,450 0,450 0,098 tn 0,755 Keterangan : tn tidak nyata pada p = 0,05 Hasil analisis ragam mengungkapkan bahwa secara statistik interaksi model dan suara narator tidak berbeda nyata (p > 0,05). Hal ini berarti pengaruh jenis model pada peningkatan pengetahuan tidak berkaitan dengan pengaruh jenis suara narator. Sebaliknya, pengaruh jenis suara narator tidak berkaitan dengan pengaruh jenis model. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa jenis model lakilaki dan model perempuan berinteraksi secara nyata dengan jenis suara

23 57 narator lakilaki dan suara narator perempuan dalam mempengaruhi skor peningkatan pengetahuan tentang air bersih ditolak. Rataan skor tertinggi dicapai oleh kelompok responden yang menyaksikan video dengan menggunakan model lakilaki, baik yang dikombinasikan dengan suara narator perempuan maupun suara narator lakilaki. Tetapi apakah nilai tersebut berbeda nyata atau tidak dengan rataan skor kelompok responden yang lain, maka perlu diuji secara statistik dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil uji wilayah berganda Duncan skor peningkatan pengetahuan responden P E R L A K UA N Model Perempuan Suara Perempuan (MPSP) Model Perempuan Suara LakiLaki (MPSL) Model LakiLaki Suara Perempuan (MLSP) Model LakiLaki Suara LakiLaki (MLSL) 2,75 3,00 3,20 3,85 Keterangan : tidak berbeda nyata pada p = 0,05 Hasil uji wilayah berganda Duncan menunjukkan bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan pada perlakuan model lakilaki dengan suara narator perempuan maupun suara narator lakilaki tidak berbeda nyata. Demikian pula dengan perlakuan pada model perempuan dengan suara narator perempuan, maupun suara narator lakilaki yang juga tidak berbeda nyata. Artinya perlakuan pada empat kombinasi memiliki kekuatan yang sama untuk meningkatkan pengetahuan responden, meskipun penggunaan model lakilaki yang dikombinasikan dengan suara narator perempuan maupun suara narator lakilaki memperoleh rataan skor yang lebih tinggi daripada menggunakan model perempuan dengan suara narator perempuan maupun suara narator lakilaki. Untuk melihat lebih jelas pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

24 Peningkatan Pengetahuan (L) 2.75 (P) 0 SL Suara Narator Voice SP Keterangan : = Perlakuan dengan model lakilaki (L) = Perlakuan dengan model perempuan (P) Gambar 5 Pengaruh interaksi suara narator dengan model pada peningkatan pengetahuan responden kelompok perlakuan Gambar 5 menunjukkan bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan yang diberikan perlakuan model lakilaki lebih tinggi, baik dikombinasikan dengan suara narator lakilaki maupun suara narator perempuan. Sebaliknya, rataan skor peningkatan pengetahuan lebih rendah pada perlakuan model perempuan, baik yang dikombinasikan dengan suara narator lakilaki maupun suara narator perempuan. Adanya garis yang hampir sejajar menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis model dan jenis suara narator. Artinya hasil penelitian ini dapat dibuktikan, karena ditelusuri melalui landasan teori yang mendukung kelompok perlakuan dengan jenis model dan kelompok perlakuan dengan jenis suara narator yang tidak saling mempengaruhi tapi saling membantu untuk menjelaskan maksud pesan. Faktor yang menyebabkan masingmasing kelompok perlakuan memiliki kemampuan yang sama terhadap peningkatan pengetahuan adalah faktor narator. Penjelasan pesan oleh narator sangat mendukung presentasi pesan yang disampaikan oleh model lakilaki dan model perempuan, penuturan pesan oleh kedua narator

25 59 adalah sama terutama dari kecepatan, irama dan kejelasan bersuara narator, maupun waktu penjelasan materi. Penggunaan model dan suara narator melalui medium video dengan sajian materi pesan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada penelitian ini, saling menunjang untuk mengefektifkan pesan yang disampaikan. Medium video dengan perpaduan unsur audio dan visual membuat sajian pesan menjadi lebih dinamis dan menarik untuk disimak, dimana terdapat unsur gerakan yang diperagakan seorang model, sehingga mempermudah responden kelompok untuk mengikuti alur pesan yang disampaikan. Materi pesan mengenai pengolahan air bersih sederhana yang disampaikan merupakan suatu hal yang baru dan informasi yang sangat dibutuhkan masyarakat. Penggunaan suara narator untuk menunjang keefektifan pesan memberikan variasi stimuli bagi responden, karena responden menerima informasi dengan menggunakan dua saluran komunikasi yaitu melihat sekaligus mendengar. Selain itu pesan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi kepada penerimaan suatu pesan dan menentukan tingkat pemahaman responden. Penjelasan dari hasil penelitian tersebut, sejalan dengan pendapat Rakhmat (2007) yang mengatakan bahwa faktor yang menentukan minat dan perhatian seseorang terhadap stimuli yang diterimanya adalah unsur gerakan, kebaharuan, perulangan, variasi pada suatu stimuli serta sesuatu yang melibatkan dirinya sendiri karena dianggap penting.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum SMAN 1 Ciampea SMAN 1 Ciampea, merupakan salah satu sekolah negeri yang terdapat di kota Bogor beralamat di Jl Raya Cibadak Km 15 Ciampea Bogor Visi dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi Dan Sampel Penelitian Desain Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi Dan Sampel Penelitian Desain Penelitian 34 METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Riset khalayak ini dilakukan di SMAN 1 Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa SMA tersebut berlokasi di daerah Bogor (Jawa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah, pengembangan kakao yang cukup potensial. Komoditi ini merupakan sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 28 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pesan tentang penyakit Chikungunya yang dikemas dalam bentuk media video, dirancang untuk mengungkapkan berbagai aspek video yang dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menghasilkan begitu banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk mendiseminasikan informasi kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 21 MATERI DAN METODE PENELITIAN Materi Bahan eksperimen untuk video instruksional dan demonstrasi cara berupa materi tentang pesan pengendalian hama Penggerak Buah Kakao (PBK) yang teridiri dari : permasalahan

Lebih terperinci

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 adalah kecenderungan seorang pemilih

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian pengaruh konten media berbasis audio-visual merupakan suatu penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian pengaruh konten media berbasis audio-visual merupakan suatu penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian Penelitian pengaruh konten media berbasis audio-visual merupakan suatu penelitian eksperimen yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Kotabunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang berdomisili di kelurahan Perumnas Way Halim yang berjumlah 96 orang. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan kebutuhan informasi, baik sekedar untuk pengetahuan maupun memenuhi

Lebih terperinci

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DESAIN PESAN VIDEO IPB KARYA UNTUK NEGERI

EFEKTIVITAS DESAIN PESAN VIDEO IPB KARYA UNTUK NEGERI 24 EFEKTIVITAS DESAIN PESAN VIDEO IPB KARYA UNTUK NEGERI Desain pesan adalah rancangan pesan yang ada pada suatu informasi. Video memiliki desain pesan yang berbentuk audio dan visual. Pesan audio merupakan

Lebih terperinci

Latar Belakang PENDAHULUAN

Latar Belakang PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyaksikan kejadian di suatu negara pada waktu bersamaan dengan bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyaksikan kejadian di suatu negara pada waktu bersamaan dengan bantuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dengan perkembangan dunia modern saat ini memungkinkan manusia sudah tidak mengenal waktu, jarak dan batas lagi. Seluruh penduduk di dunia bisa menyaksikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Dusun Grompol, Desa Jembrak terletak di Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Benai terletak antara LS dan BT

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Benai terletak antara LS dan BT BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Benai terletak antara 0000-10 00 LS dan 1010 02-1010 55 BT dengan luas wilayah 249,36 km2 atau sekitar 3,26% dari keseluruhan luas Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Pengujian Kuesioner Penelitian Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian ini. Pengujian ini meliputi analisis

Lebih terperinci

KERANGKA PEMlKlRAN. Jenis Musik Dangdut Versus Jenis Musik Pop

KERANGKA PEMlKlRAN. Jenis Musik Dangdut Versus Jenis Musik Pop KERANGKA PEMlKlRAN Beberapa peubah dalam penelitian media film bingkai bersuara ini ialah jenis musik, penyajian bentuk gambar dan peningkatan pengetahuan. Jenis musik pengiring penyajian film bingkai

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT 55 BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Berdasarkan efek yang ditimbulkannya, efek iklan yang menggunakan media massa terhadap khalayak dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN EFEKTIVITAS IKLAN DI YOUTUBE DAN PERSEPSI MAHASISWA

KUESIONER PENELITIAN EFEKTIVITAS IKLAN DI YOUTUBE DAN PERSEPSI MAHASISWA KUESIONER PENELITIAN EFEKTIVITAS IKLAN DI YOUTUBE DAN PERSEPSI MAHASISWA (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU) Dengan hormat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama bekerja. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN. meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama bekerja. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap perilaku merokok telah menjadi masalah yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Peneliti juga memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Peneliti juga memberikan 89 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti memberikan kesimpulan dan rekomendasi berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. Kesimpulan berikut diambil dari hasil analisis data yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah siswa SUPM Kota Tegal, Jawa Tengah dengan persyaratan, yaitu belum pernah mengetahui tentang transportasi udang hidup sistim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin hari semakin maju, hal ini dikarenakan mutu dari sumber daya manusia (SDM) itu sendiri memiliki tingkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam

Lebih terperinci

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di posyandu Anyelir A dan posyandu Wijaya Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta.

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tinjauan Pustaka

Pendahuluan. Tinjauan Pustaka Pendahuluan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Tuntang Kelas VIII pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih terdapat beberapa kendala yang terjadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Setiadi (2003) Consumer Attitude merupakan makna. objek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Setiadi (2003) Consumer Attitude merupakan makna. objek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Munculnya persaingan dalam dunia bisnis merupakan hal yang tidak dapat dihindari, hal ini disebabkan oleh teknologi yang semakin modern oleh karena itu peran

Lebih terperinci

PENGARUH VISUALISASI GERAK DAN FOTO PADA MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI DESA TANGKIT BARU

PENGARUH VISUALISASI GERAK DAN FOTO PADA MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI DESA TANGKIT BARU Volume 13, Nomor 1, Hal. 43-52 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2011 PENGARUH VISUALISASI GERAK DAN FOTO PADA MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI DESA TANGKIT BARU Pera Nurfathiyah dan Tri

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN ELABORASI DENGAN MEDIA CARD SORT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN ELABORASI DENGAN MEDIA CARD SORT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN ELABORASI DENGAN MEDIA CARD SORT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Febryanti 1, Herlina Ahmad 2, Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Sumba Barat beribukota Waikabubak, mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MEDAN PUTRI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MEDAN PUTRI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MEDAN PUTRI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Ferlianus Telaumbanua Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa bungaraya Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak. Penentuan lokasi ini didasarkan pada beberapa pertimbangan bahwa didaerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN. konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment dan metode deskriptif. Gambaran peningkatan penguasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi, berarti bahasa merupakan alat yang tidak akan pernah lepas dari diri manusia. Dengan kata lain, tidak ada kegiatan manusia yang tidak

Lebih terperinci

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA Unika Atma Jaya, Jakarta Memasarkan sebuah produk di media massa bertujuan untuk mencapai target

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran karakteristik Responden Seluruh personel polisi lalu lintas di Polresta Yogyakarta ditawarkan oleh peneliti untuk mengikuti rangkaian penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK

EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK 25 Media cetak berupa leaflet seringkali digunakan sebagai media penyebaran berbagai infromasi. Informasi tersebut bisa berupa promosi produk, tips-tips,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Sejarah Singkat SMA Muhamadiyah 1 Surakarta SMA Muhammadiyah 1 Surakarta berdiri sejak tanggal 1 September 1946 dan merupakan sekolah swasta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19" '53"

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19 '53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara 110 24'19"-110 28'53" Bujur Timur dan 07 15'24"-07 49'26" Lintang Selatan.

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah semua guru di SMA Negeri 96 Jakarta sebanyak 45 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya adalah data skor pretest, posttest dan skor N-Gain. Adapun data tersebut dapat dilihat pada

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X Man 1 Palu.

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X Man 1 Palu. Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X Man 1 Palu. Puput Istiqomah, I Komang Werdhiana, dan Unggul Wahyono Puputajach23@yahoo.com Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis pretest-postest, uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis pretest-postest, uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis pretest-postest, uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan lokasi penelitian adalah SMKN I Panyingkiran Majalengka, tepatnya di Jln. Kirapandak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian tersebut meliputi:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment, yaitu metode penelitian yang merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan sebagainya. Bahasa dianggap sebagai sarana yang paling utama dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03)

Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03) Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03) Utamy Mauludiyah 1200979713 PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa di indonesia. Dalam kehidupan manusia, informasi menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. massa di indonesia. Dalam kehidupan manusia, informasi menjadi hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini sangat pesat sekali perkembangan dunia informasi dan media massa di indonesia. Dalam kehidupan manusia, informasi menjadi hal yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah banyak memberi pengaruh pada dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VIDEO IPB KARYA UNTUK NEGERI DALAM MERUBAH PERSEPSI SISWA TENTANG PERTANIAN

EFEKTIVITAS VIDEO IPB KARYA UNTUK NEGERI DALAM MERUBAH PERSEPSI SISWA TENTANG PERTANIAN 30 EFEKTIVITAS VIDEO IPB KARYA UNTUK NEGERI DALAM MERUBAH PERSEPSI SISWA TENTANG PERTANIAN Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang memiliki kontribusi dalam pembangunan. Kebutuhan pokok manusia

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan

III.METODE PENELITIAN. atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan III.METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif dengan format eksplanasi. Format eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Negeri Wirosari Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2016/2017 1. Tinjauan Historis Madrasah Tsanawiyah Negeri Wirosari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV 5.1 Profil Khalayak Langsung Acara Musik Derings Khalayak langsung acara musik Derings adalah khalayak yang berada dilokasi penayangan acara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan. 23 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial 2x2 dengan pre test dan post test. Disain penelitian ini melibatkan dua

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Berliana Fenny Gultom Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang perbandingan prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa karena pendidikan sebagai akar pembangunan bangsa dan salah satu aset masa depan yang menentukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrument penelitian dapat

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrument penelitian dapat BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Hasil Pre-Test Pre-test dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian. Jumlah responden yang diambil untuk pre-test sebanyak 30 orang. Pre-test dilakukan dengan

Lebih terperinci

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI 6 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN DAN DESKRIPSI RESPONDEN. telah berdiri sejak tahun 1979, memiliki visi dan misi untuk menjadi yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN DAN DESKRIPSI RESPONDEN. telah berdiri sejak tahun 1979, memiliki visi dan misi untuk menjadi yang BAB II PROFIL PERUSAHAAN DAN DESKRIPSI RESPONDEN 2.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Nutrifood Indonesia (Nutrifood) merupakan sebuah perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1979, memiliki visi dan misi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 26 Bandung yang berlokasi di Jl. Sarimanah Blok 23 Sarijadi kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat atau gerak.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang dipakai perusahaan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang dipakai perusahaan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Iklan merupakan media yang dipakai perusahaan dengan tujuan mengingatkan, membujuk dan memberi informasi (Kotler, 1993). Selain itu iklan sebagai sarana memperkenalkan

Lebih terperinci

: GADING MEGA MAWARTI NIM: A

: GADING MEGA MAWARTI NIM: A PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA Elah Nurlaelah Sari, Reni Bakhraeni, Ade Rokhayati Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya 2014 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN 7.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kesukaan pada

Lebih terperinci

PENDIDIKAN. Siti Asiyah dan Novi Yuni Artika

PENDIDIKAN. Siti Asiyah dan Novi Yuni Artika Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No.2, Agustus 2017 PENDIDIKAN PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN MEDIA PRESENTASI PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Jumlah karyawan operasional Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas pemadam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon 95 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon Kepala Daerah dalam pilkada Sidoarjo 2010 Pemilihan kepala daerah secara langsung

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut sehingga dapat menjawab identifikasi masalah yang terdapat

Lebih terperinci

Nelly Febri Trisna ABSTRAK

Nelly Febri Trisna ABSTRAK PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GUIDED NOTE TAKING DENGAN BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD MARKUS MEDAN Nelly Febri Trisna ABSTRAK

Lebih terperinci