BAB V PENUTUP. perkawinannya di Indonesia ada 2 (dua), yaitu : nikah pasangan beda agama. dispensasi perkawinan beda agama.

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hambatan yang dihadapi oleh pasangan beda agama dalam pelaksanaan perkawinannya di Indonesia ada 2 (dua), yaitu : a. Penolakan oleh Lembaga Catatan Sipil atas pemberitahuan kehendak nikah pasangan beda agama. b. Sulitnya mendapatkan Penetapan Pengadilan mengenai permohonan dispensasi perkawinan beda agama. 2. Alasan dalam Penetapan No.191/Pdt/P/1990/PN.YK maupun Penetapan No.25/Pdt/P/1986/PN.YK memiliki hasil akhir yang berbeda dapat dilihat dari 2 (dua) faktor, yaitu : a. Faktor hakim Hakim harus berpikir apakah hukum itu ditujukan untuk orang atau orang untuk berhukum. Faktor ini berkaitan dengan pandangan hukum mana yang digunakan oleh hakim yang ditunjuk. Terdapat 2 (dua) macam pandangan hakim dalam memeriksa dan memutus suatu perkara dalam Penetapan No.25/Pdt/P/1986/PN.YK dan Penetapan No. 191/Pdt/P/1990/PN.YK, yaitu:

2 1) Pandangan terhadap hukum perdata formil. Pandangan digunakan dalam Penetapan No.25/Pdt/P/1986/PN.YK yang menitikberatkan pada telah terpenuhinya syarat persidangan yang telah diajukan Pemohon seperti telah diajukannya alat bukti tertulis maupun saksi yang dapat menguatkan permohonan Pemohon. Permohonan yang telah dianggap lengkap dan sudah memenuhi persyaratan persidangan ini sudah cukup memberikan pertimbangan pada hakim, sehingga permohonan dispensasi perkawinan beda agama yang diajukan oleh Pemohon dapat dikabulkan. 2) Pandangan terhadap hukum perdata materil. Pertimbangan Hakim dalam Penetapan No. 191/Pdt/P/1990/PN.YK ini lebih menggunakan pandangan terhadap hukum perdata materil, karena dalam pertimbangannya Hakim lebih menitikberatkan pada isi peraturan yang ada dan dikaitkan dengan permohonan yang diajukan. Pertimbangan Hakim disini selain melihat pada keseluruhan alat bukti yang diajukan oleh Pemohon baik itu alat bukti tertulis dan alat bukti saksi juga melihat pada

3 kesesuaian antara pokok permohonan dengan peraturan yang ada. Hakim menimbang bahwa perkawinan beda agama sebagai pokok permohonan yang diajukan oleh Pemohon ini belum memiliki pengaturan yang jelas dalam peraturan perundang-undangan sehingga Hakim dalam putusannya menolak Permohonan Pemohon. Jika membicarakan keyakinan hakim dalam suatu pertimbangan, terdapat 5 (lima) faktor yang mempengaruhi keyakinan hakim, antara lain : 1) Latar belakang agama. 2) Latar belakang pendidikan. 3) Latar belakang lingkungan. 4) Latar belakang budaya. 5) Latar belakang keluarga. Penemuan hukum heteronom terdapat dalam sistem peradilan negara-negara Kontinental termasuk Indonesia yaitu Hakim bebas, tidak terikat pada putusan Hakim lain yang pernah dijatuhkan mengenai perkara yang sejenis. Asas yang dianut adalah The persuacive force of precedent yaitu Hakim tidak terikat pada putusan Hakim lain dalam perkara yang sejenis melainkan

4 mendasarkan pada hati nuraninya. Penemuan hukum otonom terdapat dalam system peradilan Anglo Saks yang menganut asas The binding force of precedent yaitu Hakim terikat pada putusan Hakim yang telah dijatuhkan mengenai perkara sejenis dengan yang akan diputus Hakim yang bersangkutan, sehingga disini putusan Hakim terdahulu yang mengikatnya merupakan faktor di luar diri Hakim yang akan memutuskan b. Faktor Pemohon Faktor ini menitikberatkan pada sikap batin si Pemohon. Sikap batin ini yang menetukan akan tetap dilaksanakan atau tidak perkawinan beda agama. Pelaksanaan perkawinan beda agama dikembalikan pada Pemohon tersebut dan dapat di pengaruhi pula dengan taat atau tidaknya pada hukum agama. 3. Suatu Putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan memiliki beberapa bagian didalamnya. Salah satu adalah bagian considerans atau yang dikenal sebagai suatu pertimbangan. Pertimbangan dalam hal ini penting karena memuat dasar-dasar atau alasan-alasan yang digunakan oleh Hakim untuk memutus suatu perkara. Pertimbangan dalam putusan perdata dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pertimbangan tentang duduk perkara atau peristiwanya dan pertimbangan tentang hukumnya. Dasar pertimbangan Hakim Pengadilan

5 Negeri Yogyakarta dalam memberikan penetapan dispensasi perkawinan beda agama No.25/Pdt/P/1986/PN.YK. Penetapan ini belum memberikan kepastian hukum karena dalam pertimbangan hakim tidak secara jelas menyebutkan dasar hukum mana yang digunakan Hakim untuk memperkuat keputusannya dalam hal mengabulkan permohonan tersebut. Dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam memberikan penetapan dispensasi perkawinan beda agama No.191/Pdt/P/1990/PN.YK. Pertimbangan hakim dalam penetapan ini dapat dikatakan sesuai dengan Pasal 53 Undang-Undang No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan menurut penulis sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada karena Hakim disini menggunakan pandangan normatif yang mendasarkan pada UUP. B. Saran 1. Pemerintah seharusnya peka terhadap permasalahan yang muncul dalam masyarakat, dalam hal ini mengenai maraknya perkawinan beda agama yang belum memiliki aturan yang jelas. Pemerintah diharapkan segera membentuk suatu peraturan perundang-undangan yang baru atau menguji kembali Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Peraturan diharapkan yang baru dapat melindungi hak-hak dari pasangan beda agama yang akan melangsungkan perkawinan.

6 2. Bagi penegak keadilan yaitu Hakim dalam memeriksa dan memutus permohonan dispensasi perkawinan beda agama, diharapkan dapat memberikan suatu kepastian hukum dan keadilan bagi para pihak yang mengajukan permohonan ini. Penetapan Pengadilan yang dikeluarkan diharapkan tidak menimbulkan kerugian terhadap pihak manapun.