VI. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHTANGGA PETANI. sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHTANGGA PETANI. sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai"

Transkripsi

1 VI. PENGEMANGAN SUMERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHANGGA PEANI Pengembangan sumberdaya manusia merupakan investasi di bidang sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan seluruh potensi yang dimiliki petani dan keluarganya. Pengembangan sumberdaya manusia (PSDM) dapat dilakukan oleh siapa saja yang akan mengembangkan kualitas hidupnya, agar meningkat kondisi kehidupannya. Seluruh anggota dalam rumahtangga berhak memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak, pelatihan yang bermanfaat guna menambah keterampilan diri dan berhak memiliki kondisi kesehatan yang baik, sehingga dapat mendukung agar selalu bisa beraktivitas mencari nafkah bagi anggota keluarganya Menurut teori human capital, kualitas sumberdaya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan formal (pendidikan), pendidikan non formal (pelatihan/kursus) dan tingkat kesehatan. dipandang tidak hanya untuk menambah pengetahuan, tetapi dapat juga meningkatkan keterampilan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas kerja akan meningkatkan penghasilan serta kesejahteraan manusia. erarti terjadi korelasi positif antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja. ingkat pendidikan berkaitan erat dengan lapangan pekerjaan dan jabatan yang disandangnya. Semakin baik lapangan pekerjaan dan jabatan yang dimiliki ada kecenderungan maka tingkat pendapatan yang diperoleh akan meningkat begitu juga sebaliknya.

2 140 Sebagian besar tingkat pendidikan formal kepala keluarga di wilayah penelitian berada pada kelompok berpendidikan Sekolah Dasar (SD) baik tamat maupun tidak tamat, mencapai persen. Artinya sebagian besar petani belum mencapai tingkat pendidikan dasar yang digariskan oleh pemerintah yaitu pendidikan 9 tahun. Padahal tingkat pendidikan berperan dalam kelancaran penerimaan dan menjalankan teknologi baru termasuk tehnologi pertanian. Ratarata tingkat pendidikan petani terendah (SD) di wilayah pantai persen, angka ini lebih tinggi dibanding wilayah pegunungan (45.21 persen). Hal ini dikuatirkan dalam pengembangan sumberdaya manusia dan pembangunan daerah ke depan, karena tingkat pendidikan yang rendah ini menjadi beban pemerintah kalau tidak diantisipasi dengan melakukan berbagai terobosan pembangunan demi kemajuan masyarakat. Sebaran rumahtangga petani sampel berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga dapat dilihat pada abel 32. abel 32. Sebaran Petani Sampel Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No. ingkat Kepala Keluarga Jumlah Petani Sampel per Kabupaten antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Jumlah otal Petani Sampel 1 SD (amat 36 dan idak (54.55) amat) 2 SLP 14 ( SLA 16 Keatas (24.24) o t a l 66 (100) 124 ( ( (30.75) 270 (100) 33 (55.00) 12 (20.00) 15 (25.00) 60 (100) 99 (53.00) 32 (17.39) 53 ( (100) 292 (50.34) 121 (20.86) 167 (28.80) 580 (100) Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase

3 Pandangan Petani terhadap Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengembangan sumberdaya manusia merupakan investasi yang dapat dilakukan oleh petani dan anggota keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya manusia ini dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan, pelatihan dan dengan cara memperhatikan kondisi kesehatan agar tetap bisa bekerja dan berprestasi dengan baik. Dalam penelitian dibahas bagaimana pandangan petani dan anggota keluarganya terhadap makna dan tujuan pengembangan sumberdaya manusia yang dilakukan dalam rumahtangga petani. Pandangan rumahtangga petani (kepala keluarga dan anggota keluarganya) terhadap pendidikan, pelatihan dan kesehatan mempunyai skor yang bervariasi. Rata-rata skor pandangan rumahtangga petani terhadap kegiatan pendidikan 3.37 dan untuk kegiatan pelatihan Rata-rata skor pandangan rumahtangga petani terhadap kegiatan kesehatan Dengan rentang kriteria dapat dijelaskan bahwa rumahtangga petani yang berpendidikan SD dan SLP mengatakan pendidikan, pelatihan dan kesehatan kurang bermanfaat. Petani yang berpendidikan SLA mengatakan pendidikan dan kesehatan bermanfaat sedangkan pelatihan tidak bermanfaat. Kegiatan pelatihan bagi petani yang berpendidikan SD dan SLP kurang bermanfaat, bahkan petani yang berpendidikan SLA mengatakan tidak bermanfaat. Hal ini dikarenakan pelatihan merupakan kegiatan yang bukan prioritas, untuk pelatihan yang formalpun masih dirasakan terlalu mahal biayanya. Skor pandangan rumahtangga petani berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga dapat dilihat pada abel 33.

4 abel 33. Rata-Rata Skor Pandangan Petani Propvinsi DIY terhadap Pengembangan Sumberdaya Manusia Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 ingkat Kepala Keluarga Skor Pandangan Petani erhadap Pengembangan Sumberdaya Manusia per Desa (skor) Pelatihan Kesehatan antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Rata- Rata SD (amat dan idak amat) SLP 3.58 SLA Keatas antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Rata- Rata antul irtohargo Giripen Kebunrejo Rata- Rata Rata-Rata Keterangan : :sangat bermanfaat; :bermanfaat; :kurang bermanfaat; :tidak bermanfaat; :sangat tidak bermanfaat

5 143 Di wilayah pantai rumahtangga petani mengatakan kegiatan pendidikan dan kesehatan bermanfaat, sedangkan pelatihan kurang bermanfaat. erbeda dengan wilayah pegunungan pandangan rumahtangga petani terhadap kegiatan pendidikan dan pelatihan kurang bermanfaat, sedangkan kesehatan bermanfaat, seperti terlihat pada abel 34. abel 34. Rata-Rata Skor Pandangan Petani terhadap Pengembangan Sumberdaya Manusia Wilayah Pantai dan Pegunungan Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No ingkat Kepala Keluarga Wilayah Pantai 1 SD (amat dan idak amat) Skor Pandangan Petani erhadap Pengembangan Sumberdaya Manusia (skor) Pelatihan Kesehatan Skor Ket Skor Ket Skor Ket SLP SLA Keatas Rata-Rata Wilayah Pegunungan 1 SD (amat dan idak amat) 2 SLP SLA Keatas Rata-Rata Keterangan : :sangat bermanfaat; :bermanfaat; :kurang bermanfaat; :tidak bermanfaat; :sangat tidak bermanfaat 6.3. Hubungan Petani Dengan Lembaga Petani sebagai kepala keluarga bersama anggota keluarganya merupakan mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain, baik yang hubungannya bersifat formal (dalam organisasi) maupun non formal. Keterlibatan anggota rumahtangga petani dalam suatu lembaga merupakan modal sosial. Dengan seringnya terlibat dalam lembaga yang ada, maka secara tidak langsung

6 144 wawasan petani dan keluarganya akan bertambah dengan berbagai informasi/ materi yang bermacam-macam, baik pengetahuan tentang pertanian maupun pengetahuan lainnya. Seperti dikatakan Coleman (1998) dalam Suandi (2007) dan Hasbullah (2006) bahwa modal sosial sebagai sumberdaya yang dapat memberi kontribusi terhadap kesejahteraan individu dan masyarakat seperti halnya dengan sumberdaya yang lain (sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi dan sumberdaya manusia). Struktur sosial memiliki berbagai bentuk tindakan dan aturan yang dapat dimanfaatkan oleh individu dan masyarakat, yaitu harapan, informasi dan norma-norma yang dapat menghambat ataupun mendorong perilaku manusia. Dari data lapang diperoleh, bahwa petani dan keluarganya melakukan kegiatan sosial yang ada hubungannya dengan pihak lain. Petani dan sebagian anggota keluarganya terlibat dalam organisasi, yaitu menjadi anggota biasa ataupun sebagai pengurus. Sebagian petani dan keluarganya juga hadir dalam kegiatan penyuluhan dengan materi penyuluhan bermacam-macam yaitu tentang pertanian dan topik lainnya. Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi rumahtangga petani. Lembaga yang ada di desa diantaranya adalah kelompok tani, koperasi dan kelompok-kelompok lainnya baik formal maupun non formal. Semua lembaga tersebut mempunyai tujuan untuk melatih kerjasama antar anggota dalam kegiatan sehari-hari, yaitu kegiatan usahatani dan kegiatan sosial lainnya. erdasarkan strata pendidikan kepala keluarga, diperoleh hasil bahwa rumahtangga petani yang berpendidikan SD dan SLP rata-rata terlibat sebagai anggota biasa, sedangkan yang berpendidikan SLA rata-rata berpartisipasi sebagai pengurus yang mengkoordinir dan memimpin organisasi.

7 145 Penyuluhan dilakukan secara rutin minimal satu kali dalam satu bulan dengan materi penyuluhan yang berhubungan dengan pertanian dan topik lainnya. Diantaranya topik cara pengelolaan ekonomi rumahtangga, kebersamaan ekonomi dalam kelompok dan lainnya. Kelompok wanita tani dan kelompok ibu-ibu PKK juga secara periodik mengadakan pertemuan yang diisi dengan penyuluhan yang bermanfaat bagi ibu-ibu dan keluarganya. Diantaranya pengetahuan kesehatan, kebersihan lingkungan dan keterampilan yang berguna untuk mendorong pembentukan industri rumahtangga seperti membuat kue, ceriping, membuat anyaman, tanaman hias. Semua kegiatan tersebut mempunyai tujuan memberdayakan masyarakat di wilayah pedesaan untuk meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat membantu menambah penghasilan keluarga. Kegiatan penyuluhan yang ada dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhan ini beragam. Ada petani yang mengatakan jarang dan bahkan tidak pernah hadir pada kegiatan penyuluhan. erdasar strata pendidikan kepala keluarga, tingkat kehadiran anggota rumahtangga petani dalam kegiatan penyuluhan tertinggi terjadi pada kelompok kepala keluarga yang berpendidikan SLA (1.35 kali/bulan), disusul tingkat SLP (1.27 kali/bulan) kemudian tingkat SD (1.11 kali/bulan). ingkat kehadiran di lokasi penelitian ini masih dikatakan kurang aktif, karena tidak semua petani hadir dalam setiap penyuluhan yang ada. Materi yang diperoleh petani dalam kegiatan penyuluhan adalah bidang pertanian (budidaya komoditas, cara pemupukan, membuat pupuk, proteksi tanaman, pengolahan hasil, pemasaran hasil, kesehatan ternak), bidang industri rumahtangga (kerajinan anyaman, membuat makanan) dan bagaimana cara mengatur ekonomi dalam rumahtangga.

8 146 Suatu lembaga selalu mempunyai tujuan, agar dapat berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Diperlukan suatu kemampuan bekerja sama, kemampuan membina hubungan, adanya integritas pribadi dan kemampuan untuk beradaptasi dalam situasi yang berbeda. anpa ada kemampuan tersebut suatu lembaga tidak bisa berfungsi secara optimal. Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, petani dan keluarganya selalu berhubungan dengan suatu lembaga, baik yang ada di wilayah desa maupun di luar wilayah desa, seperti kantor desa, alai Pertanian, perbankan, koperasi dan lainnya, yang semuanya menunjang kelancaran kegiatan dan usaha rumahtangga petani. Hubungan dengan lembaga tersebut merupakan kebutuhan petani untuk mendapatkan informasi ataupun menyalurkan aspirasi. Seperti dikatakan Harianto (2007) ada tiga elemen kunci keberhasilan strategi pembangunan pertanian yaitu : ( investasi yang besar di pembangunan sumberdaya manusia terutama di pedesaan, ( penciptaan struktur organisasi pedesaan yang mampu memberikan layanan pada petani sekaligus sebagai sarana penyampaian aspirasi petani, dan ( investasi yang besar pada perubahan teknologi yang sesuai bagi petani skala kecil, sehingga mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan masyarakat desa secara simultan. Rata-rata jumlah lembaga yang dihubungi baik lembaga pertanian maupun lembaga lainnya paling tinggi dijumpai di wilayah desa antul, disusul desa Kebunrejo, desa irtohargo dan desa Giripeni. Dilihat berdasar strata pendidikan kepala keluarga, jumlah lembaga yang dihubungi terbanyak adalah pada strata pendidikan kepala keluarga SLA, disusul tingkat SLP kemudian tingkat SD.

9 abel 35. Hubungan Petani Dengan Lembaga erkait Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 ingkat Kepala Keluarga SD (amat dan idak amat) Hubungan Petani Dengan Lembaga erkait per Desa (skor) Keterlibatan Dalam Organisasi ingkat Kehadiran Dalam Penyuluhan Jumlah Lembaga yang Dihubungi antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Rata- Rata antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Rata- Rata antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Rata- Rata A A A A A PD PD PD PD PD KA KA KA KA KA SLP 1.40 A SLA 2.25 Keatas P 1.15 A 1.92 P 1.71 P 2.27 P 1.98 P 2.35 K 1.56 A 2.45 K 1.07 PD 1.37 PD 1.29 PD 1.21 PD 1.04 PD 1.00 PD 1.12 PD 1.07 PD 1.13 PD 1.16 PD 1.05 KA 1.13 KA 1.07 KA 1.05 KA 1.06 KA 1.17 KA 1.08 KA 1.06 KA 1.06 KA 1.10 KA Rata-Rata 1.86 P 1.41 A 1.69 P 1.93 P 1.72 P 1.22 PD 1.21 PD Keterangan : A: anggota biasa; P: pengurus; K= ketua SD:selalu datang; KD:kadang datang; PD:pernah datang SA:sangat aktif; A:aktif; KA:kurang aktif 1.01 PD 1.08 PD 1.13 PD 1.08 KA 1.07 KA 1.08 KA 1.06 KA 1.07 KA

10 148 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai korelasi positif dengan aktivitas petani dalam organisasi. Anggota rumahtangga masih kurang aktif dalam mencari informasi kepada lembaga yang ada di sekitar wilayahnya. Sudah menjadi fenomena masyarakat pedesaan, bahwa petani hanya menunggu saja, kurang melakukan kegiatan yang lebih kreatif dalam mencari informasi atau pengetahuan yang diperlukan. abel 36. Hubungan Petani Dengan Lembaga erkait Wilayah Pantai dan Pegunungan Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No ingkat Kepala Keluarga Hubungan Petani Dengan Lembaga (skor) Keterlibatan Dalam Organisasi ingkat Kehadiran Dalam Penyuluhan Jumlah Lembaga yang Dihubungi Wilayah Pantai Skor Ket Skor Ket Skor Ket 1 SD (amat dan 1.28 A 1.14 PD 1,07 KA idak amat) 2 SLP 1.20 A 1.25 PD 1.10 KA 3 SLA Keatas 2.02 P 1.24 PD 1.06 KA Rata-Rata 1.50 A 1.21 PD 1.07 KA Wilayah Pegunungan 1 SD (amat dan idak amat) 1.37 A 1.04 PD 1.03 KA 2 SLP 1.91 P 1.10 PD 1.08 KA 3 SLA Keatas 2.33 P 1.06 PD 1.09 KA Rata-Rata 1.87 P 1.07 PD 1.07 KA Keterangan : A: anggota biasa; P: pengurus; K= ketua SD:selalu datang; KD:kadang datang; PD:pernah datang SA:sangat aktif; A:aktif; KA:kurang aktif Di wilayah pantai keterlibatan anggota rumahtangga dalam organisasi ratarata sebagai anggota biasa. Jumlah tertinggi kehadiran anggota rumahtangga pada kegiatan penyuluhan terjadi pada strata SLA, demikian juga jumlah tertinggi lembaga yang dihubungi terjadi pada strata pendidikan SLA. Sedangkan juga di wilayah pegunungan keterlibatan anggota rumahtangga dalam organisasi rata-rata

11 149 berpartisipasi membantu mengkoordinir kegiatan. Jumlah tertinggi kehadiran anggota rumahtangga pada kegiatan penyuluhan terjadi pada strata pendidikan SLP, sedangkan jumlah tertinggi lembaga yang dihubungi terjadi pada strata pendidikan SLA. Hal ini berarti dengan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi aktivitas hubungan rumahtangga petani dengan suatu lembaga Motivasi Kepala Keluarga Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang dan dengan kesadaran penuh mau melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dikatakan juga bahwa motivasi adalah segala usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau untuk mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya (Kamus esar ahasa Indonesia,1998). Kegiatan yang dilakukan dalam rumahtangga petani tidak terlepas dari faktor motivasi petani sebagai kepala keluarga. Petani sebagai pimpinan dalam keluarga mempunyai peran yang besar dalam pengambilan keputusan, baik keputusan pada kegiatan produksi usahatani maupun kegiatan di luar usahatani, termasuk kegiatan yang tidak memberikan penghasilan. Pengembangan sumberdaya manusia termasuk kegiatan yang dapat dikonsumsi, namun untuk melakukannya rumahtangga petani dihadapkan berbagai kendala. Kegiatan tersebut bisa dilakukan atas dasar seberapa besar motivasi petani sebagai kepala keluarga untuk melakukan kegiatan investasi pendidikan, pelatihan dan kesehatan dalam rumahtangganya. Menurut penelitian Atmosoeprapto (2000) seseorang bekerja hanya menggunakan sekitar persen kemampuannya. Apabila seseorang tersebut

12 150 mendapatkan dorongan untuk bekerja lebih dengan semangat, artinya bekerja karena mempunyai motivasi maka seseorang akan bekerja menggunakan sekitar persen kemampuan yang dimilikinya. Motivasi ini digunakan seseorang untuk menambah semangat melakukan sesuatu, untuk mencapai prestasi harus ada kemampuan dan motivasi. Jadi motivasi merupakan faktor penting bagi petani dalam memutuskan kegiatan usaha yang akan dilakukan dalam rumahtangga petani. Petani yang berpendidikan SD termotivasi untuk melakukan investasi pendidikan, sedangkan yang berpendidikan SLP dan SLA sangat termotivasi, hal ini dikarenakan investasi pendidikan merupakan kegiatan prioritas dalam rumahtangga petani. egitu juga terhadap investasi kesehatan, rata-rata petani termotivasi untuk melakukannya. erbeda dengan investasi pelatihan, yang dianggap kegiatan yang belum prioritas, sehingga petani kurang termotivasi untuk melakukannya. Investasi pendidikan, pelatihan dan kesehatan merupakan suatu kebutuhan bagi rumahtangga. Untuk melaksanakannya banyak dijumpai pertimbangan dan kendala yang bersifat internal dan eksternal. Yang bersifat internal adalah pandangan terhadap kegiatan dan motivasi petani untuk melakukan kegiatan pengembangan sumberdaya manusia. Seperti dikatakan Simarmata (200 motivasi adalah faktor-faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Hal ini merupakan motivasi positif yaitu proses untuk mempengaruhi diri sendiri maupun anggota keluarganya dengan tujuan mendapatkan tambahan penghasilan. Rata-rata skor motivasi kepala keluarga menurut tingkat pendidikan kepala keluarga dapat dilihat pada abel 37.

13 abel 37. Rata-Rata Skor Motivasi Kepala Keluarga Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 ingkat Kepala Keluarga Skor Motivasi Kepala Keluarga untuk Melakukan Kegiatan Pengembangan Sumberdaya Manusia per Desa (skor) Pelatihan Kesehatan antul irto hargo Giripeni Kebunrejo Rata- Rata antul irto hargo Giripeni Kebunrejo Rata- Rata antul irto hargo Giripeni Kebunrejo Rata- Rata SD (amat dan idak amat) S K K 3.04 K 3.27 K SLP 4.21 S SLA 4.25 Keatas S S 4.42 S 4.27 S S 4.25 S 3.36 K K 2.98 K Rata-Rata S K Keterangan : S:sangat termotivasi; :termotivasi; K:kurang termotivasi; :tidak termotivasi; S:sangat tidak termotivasi 3.76

14 152 Di wilayah pantai skor motivasi tertinggi melakukan kegiatan pendidikan, pelatihan dan kesehatan terjadi pada strata pendidikan SLA. Demikian pula di wilayah pegunungan skor tertinggi untuk melakukan kegiatan pendidikan dan kesehatan terjadi pada strata pendidikan SLA, sedangkan skor tertinggi untuk melakukan kegiatan pelatihan adalah pada strata pendidikan SLP, sperti terlihat pada abel 38. abel 38. Rata-Rata Skor Motivasi Kepala Keluarga Wilayah Pantai dan Pegunungan Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No ingkat Kepala Keluarga Wilayah Pantai 1 SD (amat dan idak amat) Skor Motivasi Kepala Keluarga untuk Melakukan Kegiatan Pengembangan Sumberdaya Manusia (skor) Pelatihan Kesehatan Skor Ket Skor Ket Skor Ket SLP SLA Keatas 4.41 S Rata-Rata Wilayah Pegunungan 1 SD (amat dan idak K 3.69 amat) 2 SLP 4.32 S 3.29 K SLA Keatas K 3.85 Rata-Rata K 3.78 Keterangan : S:sangat termotivasi; :termotivasi; K:kurang termotivasi; :tidak termotivasi; S:sangat tidak termotivasi 6.5. Kualitas Sumberdaya Manusia Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, keahlian dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam suatu masyarakat. Untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam pembangunan agar mempunyai kualitas baik adalah dengan cara mengikuti pendidikan formal dan pelatihan atau kurus-kursus. dan

15 153 pelatihan ini merupakan investasi sumberdaya manusia yang paling berharga yang sangat menentukan keberhasilan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Mangkuprawira (2007) mutu sumberdaya manusia dapat ditinjau dari mutu potensi yaitu tingkat pengetahuan, sikap, keterampilan, kesehatan dan lainnya. Kemudian mutu proses yaitu komitmen dan mutu hasil (output) yaitu produktivitas kerja dan kesejahteraan. Ciri-ciri manusia berkualitas adalah suka bekerja keras, memiliki inisiatif yang tinggi, selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah dan selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin. Dalam penelitian kualitas sumberdaya manusia ini mencakup sikap bekerja, rasa keterlibatan sosial, respon terhadap masalah yang dihadapi, kondisi kesehatan dan keterampilan yang dimiliki anggota rumahtangga petani. Sikap dan perilaku seseorang akan ada dampaknya bagi masyarakat di sekitarnya. Sikap yang baik dan positif akan mendapatkan hasil yang baik yaitu bagaimana mendapatkan nafkah bagi keluarganya. Usaha yang dilakukan dengan semangat dan sungguh-sungguh akan mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Sikap adalah cara seseorang memandang sesuatu dengan mental atau cara seseorang mengkomunikasikan perasaan pada orang lain (Atmosoeprapto, 2000). Kegiatan sosial yang dilakukan di desa merupakan kegiatan yang bermanfaat. Petani dan keluarganya mempunyai kebebasan memilih untuk terlibat ataupun tidak terlibat pada kegiatan yang ada di wilayahnya. Dengan mengikuti kegiatan sosial diharapkan semakin mendapat wawasan tentang kehidupan di masa yang akan datang. Pada kehidupan rumahtangga mengalami berbagai permasalahan, yang bisa segera diselesaikan dan diperoleh solusinya. Ada juga dijumpai keluarga yang sulit menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hal ini

16 154 tergantung bagaimana petani sebagai kepala keluarga menanggapi permasalahan dalam keluarga. erbagai masalah yang dihadapi keluarga petani diantaranya masalah usahatani, produksi pertanian, pemenuhan biaya sehari-hari, biaya sekolah dan kursus yang diikuti, masalah kesehatan keluarga, konflik dalam keluarga, konflik dengan tetangga dan lainnya. Menurut ryant (1990), walaupun seseorang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi apabila mengesampingkan kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan jumlah waktu untuk bekerja. Kesehatan akan meningkatkan tingkat harapan hidup, sedangkan pendidikan tidak menjamin meningkatkan harapan hidup. Dengan kondisi sehat seseorang dapat tetap mempunyai harapan hidup dan mempunyai kesempatan untuk bekerja, mencari nafkah dan melakukan kegiatan lainnya. Jadi semakin baik kondisi kesehatan, semakin mempunyai tingkat kualitas hidup yang lebih baik. Menurut penelitian yang dilakukan Hufman (2000), pendidikan berpengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani, tetapi pelatihan dan pengalaman berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani. Hal ini dijelaskan Hufman karena tingkat pendidikan yang diperoleh belum bersifat operasional, jadi masih perlu pelatihan untuk memperoleh keterampilan yang sesuai. Semakin banyak keterampilan yang dimiliki, semakin tinggi kualitasnya, karena dengan memiliki banyak keterampilan, maka petani bisa melakukan kegiatan yang sesuai dengan keahliannya. Rata-rata skor kualitas sumberdaya manusia desa antul menurut tingkat pendidikan kepala keluarga dapat dilihat pada abel 39.

17 155 abel 39. Rata-Rata Skor Kualitas Sumberdaya Manusia Desa antul Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No. ingkat Kepala Keluarga 1 SD (amat dan idak amat) Sikap ekerja SLP SLA Keatas 2.79 Keterlibatan Sosial Skor Kualitas Sumberdaya Manusia (skor) 2.31 K 2.83 S 2.59 S Respon terhadap Masalah Kondisi Kesehatan 2.72 S 2.91 S ) S Keterampilan yang Dimiliki 1.31 K 1.23 K 1.22 K KSDM A Rata-Rata S ) S K Keterangan : I. Hasil uji Duncan s dengan α = 5%, Kualitas sumberdaya manusia (KSDM) berbeda antara SD (b) dan SLP (a), SLP (a) dan SLA (b) II. :selalu semangat; KS:kurang semangat; S: tidak semangat S:selalu terlibat; K:kurang terlibat; : tidak terlibat S:selalu sehat; L: kurang sehat/lemah; K: tidak sehat/sakit 4) K: banyak keterampilan; AK: ada keterampilan; K: tidak/sedikit keterampilan 5) :sangat berkualitas; :kurang berkualitas; : tidak berkualitas erdasarkan rentang kriteria anggota rumahtangga desa antul mempunyai kriteria sangat berkualitas (2.4. Dilihat dari masing-masing indikator pengukuran kualitas sumberdaya manusia, terlihat anggota rumahtangga selalu semangat dalam bekerja, selalu terlihat dalam kegiatan sosial, selalu berusaha menyelesikan masalah yang dihadapi rumahtangga dan dalam kondisi sehat. Untuk keterampilan yang dimiliki anggota rumahtangga masih kurang dan yang memiliki keterampilanpun kurang dimanfaatkan untuk hal-hal yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

18 156 abel 40. Rata-Rata Skor Kualitas Sumberdaya Manusia Desa irtohargo Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No. ingkat Kepala Keluarga Sikap ekerja Keterlibatan Sosial Skor Kualitas Sumberdaya Manusia (skor) Respon terhadap Masalah Kondisi Kesehatan Keterampilan yang Dimiliki 1 SD (amat dan idak amat) S 2.66 S 1.37 K 2 SLP S S K 3 SLA Keatas S S K Rata-Rata S S K Keterangan : KSDM = Kualitas sumberdaya manusia :selalu semangat; KS:kurang semangat; S: tidak semangat S:selalu terlibat; K:kurang terlibat; : tidak terlibat S:selalu sehat; L: kurang sehat/lemah; K: tidak sehat/sakit 4) K: banyak keterampilan; AK: ada keterampilan; K: tidak/sedikit keterampilan 5) :sangat berkualitas; :kurang berkualitas; : tidak berkualitas KSDM Rata-rata skor kualitas anggota rumahtangga desa irtohargo adalah 2.36 (sangat berkualitas). Anggota rumahtangga selalu semangat dalam bekerja, selalu berusaha menyelesikan masalah yang dihadapi rumahtangga, selalu terlibat dalam kegiatan sosial dan dalam kondisi sehat. erdasarkan strata pendidikan kepala keluarga, semakin tinggi pendidikan semakin terlibat dalam kegiatan sosial dan semakin tinggi upaya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam rumahtangga. Anggota rumahtangga desa Giripeni termasuk kriteria sangat berkualitas (2.46). erlihat bahwa semakin tinggi pendidikan kepala keluarga, semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia. erdasarkan indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas sumberdaya manusia, semakin tinggi pendidikan kepala keluarga semakin meningkatkan semangat bekerja dan keterlibatan dalam masyarakat semakin baik.

19 157 abel 41. Rata-Rata Skor Kualitas Sumberdaya Manusia Desa Giripeni Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No. ingkat Kepala Keluarga Sikap ekerja Keterlibatan Sosial Skor Kualitas Sumberdaya Manusia (skor) Respon terhadap Masalah Kondisi Kesehatan Keterampilan yang Dimiliki 1 SD (amat dan idak amat) S 2.86 S 1.26 K 2 SLP S S K 3 SLA Keatas S S K Rata-Rata , S S K Keterangan : KSDM = Kualitas sumberdaya manusia :selalu semangat; KS:kurang semangat; S: tidak semangat S:selalu terlibat; K:kurang terlibat; : tidak terlibat S:selalu sehat; L: kurang sehat/lemah; K: tidak sehat/sakit 4) K: banyak keterampilan; AK: ada keterampilan; K: tidak/sedikit keterampilan 5) :sangat berkualitas; :kurang berkualitas; : tidak berkualitas KSDM Rata-rata kualitas anggota rumahtangga petani di desa Giripeni (kriteria kota) dan desa Kebunrejo (kriteria desa) nampak berbeda. Di desa Giripeni kualitas sumberdaya manusia termasuk dalam kriteria sangat berkualitas, sedangkan di desa Kebunrejo termasuk dalam kriteria kurang berkualitas. Seperti dikatakan Soekanto (1994) bahwa masyarakat yang jauh dari perkotaan, cenderung mengisolasi diri. Kurang terlibat dalam kegiatan sosial dan kurang memiliki inisiatif untuk mencari keterampilan yang bermanfaat dalam rumahtangga. Kualitas anggota rumahtangga desa Kebunrejo mempunyai skor 2.33, artinya anggota rumahtangga petani kurang berkualitas. Apabila dilihat dari masing-masing indikator pengukuran kualitas sumberdaya manusia semakin tinggi seiring dengan meningkatnya pendidikan kepala keluarga.

20 158 abel 42. Rata-Rata Skor Kualitas Sumberdaya Manusia Desa Kebunrejo Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No. ingkat Kepala Keluarga Sikap ekerja Keterlibatan Sosial Skor Kualitas Sumberdaya Manusia (skor) Respon Kondisi terhadap Kesehatan Masalah Keterampilan yang Dimiliki 1 SD (amat dan idak amat) K S 1.20 K 2 SLP S S K 3 SLA Keatas S S K Rata-Rata S S K Keterangan : KSDM = Kualitas sumberdaya manusia :selalu semangat; KS:kurang semangat; S: tidak semangat S:selalu terlibat; K:kurang terlibat; : tidak terlibat S:selalu sehat; L: kurang sehat/lemah; K: tidak sehat/sakit 4) K: banyak keterampilan; AK: ada keterampilan; K: tidak/sedikit keterampilan 5) :sangat berkualitas; :kurang berkualitas; : tidak berkualitas KSDM Rata-rata kualitas sumberdaya manusia di wilayah pantai dan pegunungan mempunyai kriteria sangat berkualitas. Dilihat dari strata pendidikan kepala keluarga, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula kualitas sumberdaya manusia. Pada aspek keterampilan yang dimiliki anggota keluarga masih dianggap tidak ada atau tidak termanfaatkan dengan baik. Hanya sebagian saja dari sampel yang memiliki keterampilan dan yang memanfaatkannya. Apabila dilihat dari aspek pengukuran kualitas sumberdaya manusia, walaupun skornya meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan, tetapi tetap dalam rentang kriteria yang sama di wilayah pantai. Sedangkan di wilayah pegunungan, berbeda pada aspek keterlibatan sosial. Semakin tinggi strara pendidikan kepala keluarga semakin sering terlibat dalam kegiatan sosial. Masyarakat pegunungan mempunyai keterikatan kekerabatan yang sangat kuat seperti dikatakan Scott (1976) yaitu komunitas yang berbasis ikatan keluarga atau

21 159 kekerabatan dan masyarakat pegunungan juga mengandalkan pada sumberdaya alam yang ada. abel 43. Rata-Rata Skor Kualitas Sumberdaya Manusia Wilayah Pantai dan Pegunungan Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 No. ingkat Kepala Keluarga Sikap ekerja Wilayah Pantai 1 SD (amat dan idak amat) SLP SLA Keatas 2.72 Rata-Rata 2.69 Wilayah Pegunungan 1 SD (amat dan dak amat) SLP SLA Keatas 2.75 Rata-Rata 2.73 Keterlibatan Sosial Skor Kualitas Sumberdaya Manusia (skor) Respon Kondisi terhadap Kesehatan Masalah 2.36 S 2.52 S 2.42 S 2.43 S S 2.84 S 2.77 S 2.76 S Keterampilan yang Dimiliki 1.36 K 1.29 K 1.29 K 1.31 K KSDM K S 1.22 K S S K S S K S S K Keterangan : KSDM = Kualitas sumberdaya manusia :selalu semangat; KS:kurang semangat; S: tidak semangat S:selalu terlibat; K:kurang terlibat; : tidak terlibat S:selalu sehat; L: kurang sehat/lemah; K: tidak sehat/sakit 4) K: banyak keterampilan; AK: ada keterampilan; K: tidak/sedikit keterampilan 5) :sangat berkualitas; :kurang berkualitas; : tidak berkualitas Kualitas anggota rumahtangga di wilayah pantai bagi petani yang berpendidikan SD, SLP dan SLP termasuk dalam rentang kriteria sangat berkualitas. erbeda untuk wilayah pegunungan, bagi petani yang berpendidikan SD dikatakan kurang berkualitas, karena kurang terlibat dalam kegiatan sosial dan tidak memiliki keterampilan selain pengalaman bertani.

22 Investasi Sumberdaya Manusia Investasi Yang dimaksud dengan investasi pendidikan adalah seluruh kegiatan rumahtangga yang bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan yang hasilnya berdampak pada produktivitas kerja. Dalam penelitian investasi pendidikan diukur dengan pendekatan pengeluaran rumahtangga petani yang digunakan untuk kegiatan belajar di sekolah formal. erdasarkan hasil pengujian hipotesis beberapa peneliti (Welch, 1970; Collins and Meyer, 197 membuktikan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap produktivitas seseorang. petani di wilayah penelitian tidak semua melakukan investasi pendidikan, di desa antul hanya persen, irtohargo persen, Giripeni persen dan Kebunrejo persen. Kondisi lingkungan seperti pendidikan tetangga dan penghasilan tetangga akan berpengaruh terhadap perilaku petani lainnya dan petani akan selalu melihat dan mempelajari keputusan kegiatan yang dipilih dan dilakukan oleh orang lain (Knight, 2003 dalam Asadullah, 2005). Pengaruh lingkungan sekitarnya seperti ini dikatakan pengaruh ekternalitas dan hal ini dapat berdampak kepada petani lainnya, sehingga tergerak untuk mengakses kemampuan/keterampilan tetangga. Hummel (1977) menyatakan bahwa pendidikan sebagai suatu investasi sumberdaya manusia hari ini diperuntukkan untuk hari esok. merupakan investasi yang penting dalam rumahtangga, walaupun hal tersebut sudah dipahami namun tidak semua rumahtangga melakukannya. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi rumahtangga masing-masing. Petani tidak

23 161 mampu dihadapkan pada biaya pendidikan yang tinggi. Menurut petani sebagai kepala keluarga masih ada prioritas pengeluaran yang lebih penting dibanding pendidikan. Ada yang berpendapat bahwa tidak perlu mengikuti pendidikan formal, cukup dengan pengalaman dan keterampilan yang dimiliki. Dari data lapang diperoleh juga bahwa petani sudah melakukan kegiatan pendidikan formal beberapa tahun yang lalu, dan rata-rata hanya mengeluarkan biaya pendidikan formal sekolah dasar dan paling tinggi sampai tingkat pendidikan sekolah menengah atas. Penyebab rendahnya investasi pendidikan harus dicermati, sehingga kebijakan yang akan dilakukan sesuai dengan pemecahan permasalahan yang ada. Sesuai program yang dilakukan appenas (2007) perlu upaya meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan pendidikan dan berkurangnya beban pengeluaran rumahtangga petani untuk pendidikan. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki rumahtangga petani saat ini merupakan hasil investasi pendidikan yang sudah dilakukan sejak lama. iaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai pendidikan anggota keluarganya yang saat ini sudah tidak tinggal satu rumah merupakan suatu investasi pendidikan dalam rumahtangga petani. Petani mempunyai kewajiban membiayai anggota keluarganya, tetapi belum tentu secara fisik menerima hasil dan manfaat dari korbanan biaya yang telah dikeluarkan. Ada hasil dan manfaat lain yang diterima oleh petani, seperti misalnya suatu kebanggaan bahwa ada anggota keluarga yang memiliki pendidikan tinggi atau memiliki kedudukan sosial yang terpandang dan yang dirasakan rumahtangga petani adalah berkurangnya pengeluaran konsumsi, karena anggota keluarganya telah memiliki penghasilan sendiri.

24 162 abel 44. Jumlah Pengeluaran Investasi Petani Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 ingkat Kepala Keluarga Jumlah Pengeluaran Investasi Petani per Desa antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Jumlah Rata-Rata Rata-Rata per per yang Melakukan Investasi Jumlah Rata-Rata Rata-Rata per per yang Melakukan Investasi Jumlah Rata-Rata Rata-Rata per per yang Melakukan Investasi Jumlah Rata-Rata Rata-Rata per per yang Melakukan Investasi SD (amat 13 dan idak (36.1 tamat) SLP 3 (21.4 4,684,615 1,691, (30.65) 12,953,333 2,775, (55.56) 2,442, ,597 b 2,531,086 1,406,159 ab 16 (48.48) 6 (50.00) 3,421,500 1,658, (30.30) 2,478,167 1,239, (71.87) 3,192, ,434 2,647,565 1,902,937 SLA Keatas 8 (50.00) 4,786,875 2,393, (69.88) 2,655,931 1,855,952 a 8 (53.3 1,769, , (54.7 2,441,661 1,428,141 o t a l 24 (40.00) 7,474,941 2,286, (48.5 2,543,269 1,336, (50) 2,556,472 1,280, (45.65) 2,760,586 1,432,837 Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase dari keseluruhan sampel per strata Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; Investasi pendidikan (INVPEN) irtohargo berbeda antara SD (b) dan SLP (a)

25 Investasi Pelatihan Yang dimaksud dengan investasi pelatihan adalah seluruh kegiatan rumahtangga yang bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan. Dalam penelitian investasi pelatihan diukur dengan pendekatan pengeluaran rumahtangga petani yang digunakan untuk kegiatan pelatihan/kursus bagi anggota keluarganya. Menurut Collins dan Meyer (1977) orang yang berpendidikan rendah tetapi mendapat pelatihan akan memiliki produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi dan formal. petani tidak semua melakukan investasi pelatihan, di desa antul hanya persen, irtohargo persen, Giripeni persen dan Kebunrejo persen. Petani kurang memahami bahwa pelatihan adalah upaya yang penting. Oleh sebagian petani pelatihan merupakan kegiatan tambahan yang tidak memberikan manfaat, sehingga jumlah petani yang mengikuti pelatihan di desa hanya kecil. Hal ini merupakan masukan bagi pembuat kebijakan agar menyusun program pelatihan yang dibutuhkan masyarakat desa. Seperti dikatakan Hummel (1977) setelah memperoleh pendidikan formal apabila tidak dilanjutkan dengan pendidikan secara informal dan non formal, maka manfaat dari pendidikan formal yang diperoleh belum optimal. anpa pengalaman dan keterampilan tertentu pengetahuan yang dimiliki akan memudar. Dengan tingkat pendidikan yang sangat minim tidak mungkin seseorang dapat melaksanakan tugas secara optimal. Pelatihan bertujuan untuk memperbaiki performa seseorang pada pekerjaan tertentu untuk lebih menekankan pada pengembangan keterampilan.

26 164 Sebagian besar keterampilan dan keahlian yang dimiliki petani beserta anggota keluarganya merupakan keterampilan yang dimiliki tanpa belajar formal. Semua itu diperoleh dari sejak lahir, pengalaman atau bimbingan dari orang tua. Pelatihan atau kursus-kursus yang ada merupakan kegiatan tambahan yang masih dianggap tidak prioritas untuk dilakukan dalam rumahtangga. agi orang tua pelatihan merupakan kegiatan yang harus menyisihkan waktu kerja pokoknya, sehingga ada biaya kesempatan (opportunity cost) yang hilang apabila petani mengikuti pelatihan. agi anggota rumahtangga yang masih usia muda, pelatihan merupakan kegiatan tambahan yang tidak pokok dan bukan prioritas dibanding kegiatan pendidikan. Untuk mengikuti pelatihan yang ada di desa ada rasa enggan, sedangan untuk jenis pelatihan formal merupakan kegiatan yang mahal karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Alokasi biaya investasi dalam rumahtangga ini lebih difokuskan pada kegiatan pendidikan formal. Dengan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usahatani), belum bisa mencukupi kebutuhan biaya pelatihan formal dalam rumahtangga. Dengan demikian upaya rumahtangga untuk melakukan investasi pelatihan masih sangat kurang. Selama ini yang dibutuhkan petani adalah jenis keterampilan yang cepat dan dapat diaplikasikan agar bisa cepat mendapat pekerjaan. agi beberapa rumahtangga petani yang memiliki tabungan cukup (yang sudah dimiliki jauh sebelumnya), akan mengikuti kursus-kursus keterampilan yang bermanfaat sebagai modal kerja untuk mencari pekerjaan di luar sektor pertanian. Jumlah pengeluaran investasi pelatihan rumahtangga petani di 4 desa dapat dilihat pada abel 45.

27 165 abel 45. Jumlah Pengeluaran Investasi Pelatihan Petani Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 ingkat Kepala Keluarga Jumlah Rata-Rata per Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Pelatihan Jumlah Pengeluaran Investasi Pelatihan Petani per Desa antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Jumlah Jumlah Jumlah Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Pelatihan Rata-Rata per Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Pelatihan Rata-Rata per Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Pelatihan Rata-Rata per SD (amat 21 dan idak (58.3 amat) SLP 9 (64.28) SLA 13 Keatas (81.25) 561, , (23.39) 631, , (38.10) 479, , (63.86) 616, , (36.36) 560, ,119 8 (66.66) 580, ,321 8 ( , , (27.27) 500, , ( , , (47.17) 342,858 93,507 b 279, ,562 b 468, ,943 a o t a l 43 (65.15) 557, , (39.26) 586, , (46.67) 569, , ( , ,671 Keterangan : Jumlah pengeluaran investasi pelatihan total (sumber dana dari rumahtangga petani sendiri dan dari sumber lainnya) Angka dalam kurung adalah persentase dati keseluruhan sampel per strata Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; Investasi pelatihan (INVPEL) Kebunrejo berbeda antara SD (b) dan SLA (a), SLP (b) dan SLA (a)

28 Investasi Kesehatan Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan dibutuhkan strategi untuk mengatasi masalah kesehatan, diantaraya adalah memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Yang dimaksud dengan investasi kesehatan adalah seluruh kegiatan rumahtangga yang bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kesehatan yang hasilnya berdampak pada produktivitas kerja. Dalam penelitian investasi kesehatan diukur dengan pendekatan pengeluaran rumahtangga petani yang digunakan untuk seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan bagi anggota keluarganya. Schult (196 mengatakan bahwa walaupun memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi apabila mengesampingkan kesehatan akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, investasi kesehatan akan meningkatkan tingkat harapan hidup. petani tidak semua melakukan investasi kesehatan. Di desa antul hanya persen, irtohargo persen, Giripeni persen dan Kebunrejo persen. Fenomena yang terjadi di pedesaan dengan tingkat penghasilan dari lahan yang sempit tidak banyak kegiatan kesehatan yang bisa dilakukan rumahtangga petani. Petani mempunyai kebiasaan bahwa mereka akan berobat apabila sudah ada keluhan sakit, itupun berobat di tempat pengobatan lokal di desa. iaya pengobatan bagi sebagian besar rumahtangga petani masih dirasakan mahal, sehingga yang menjadi pemahaman masyarakat desa adalah,

29 167 bahwa mereka akan sehat apabila sudah makan banyak dan kenyang, tanpa memperhatikan menu makanan yang sehat. Upaya yang harus dilakukan masyarakat dalam kesehatan adalah menjaga kondisi fisik dengan konsumsi makanan yang sehat dan menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal. Setelah dicermati beberapa hal penyebab belum dialokasikannya pengeluaran kesehatan adalah biaya kesehatan yang masih belum terjangkau oleh masyarakat, pelayanan kesehatan yang belum optimal. Kesadaran petani dalam hal kesehatan lingkungan belum dipahami sepenuhnya dan petani berpendapat bahwa dengan mengkonsumsi makanan sudah merupakan upaya menjaga kesehatan. Memeriksakan kesehatan pada saat kondisi sedang tidak ada keluhan merupakan kebiasaan yang belum dilakukan masyarakat desa, terlihat dari biaya pengeluaran untuk kesehatan preventif yang sangat kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat bukan hanya hasil pelayanan medis saja, tetapi seperti lingkungan, perilaku dan genetika juga menentukan status kesehatan penduduk. Pertimbangan yang diambil untuk dapat melakukan kegiatan investasi kesehatan adalah berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk kesehatan. Hasil penelitian Huffman (2000) menunjukkan bahwa investasi sumberdaya manusia seperti pendidikan, pelatihan dan kesehatan tidak berpengaruh terhadap produktivitas. Hal ini bisa saja terjadi karena petani tidak memahami pengetahuan yang diterimanya, atau petani sudah memahami tetapi petani tidak cukup modal untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh.

30 168 abel 46. Jumlah Pengeluaran Investasi Kesehatan Petani Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 ingkat Kepala Keluarga Jumlah Pengeluaran Investasi Kesehatan Petani per Desa antul irtohargo Giripeni Kebunrejo Jumlah Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Kesehatan Rata-Rata per Jumlah Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Kesehatan Rata-Rata Jumlah per Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Kesehatan Rata-Rata per Jumlah Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Kesehatan Rata-Rata per Rumahtang ga (rupiah/ tahun) SD (amat dan idak amat) 30 (83.3 1,090, , ( , ,073 b 31 (93.94) 787, , (79.80) 1,018, ,101 SLP 13 (92.86) 1,460,769 1,356, (80.95) 675, ,127 a 9 (75.00) 1,644,444 1,233, ( , ,969 SLA Keatas 13 (81.25) 1,609,231 1,307, (74.70) 959, ,843 a 12 (80.00) 1,667,833 1,334, (70.70) 743, ,755 o t a l 56 (84.85) 1,386,778 1,190, ( , , (86.67) 4,100,212 1,102, (77.17) 857, ,942 Keterangan : Jumlah pengeluaran investasi kesehatan total (Sumber dana dari rumahtangga petani sendiri dari sumber lainnya/askes) Angka dalam kurung adalah persentase dari keseluruhan sampel per strata Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; Investasi kesehatan (INVKES) irtohargo berbeda antara SD (b) dan SLP (a), SD (b) dan SLA (a)

31 169 abel 47. Jumlah Pengeluaran Investasi Sumberdaya Manusia Petani Wilayah Pantai dan Pegunungan Provinsi DIY Menurut ingkat Kepala Keluarga ahun 2009 ingkat Jumlah Pengeluaran Investasi Sumberdaya Manusia Wilayah Pantai dan Pegunungan Kepala Keluarga Pelatihan Kesehatan Jumlah Jumlah Jumlah Wilayah Pantai SD (amat dan 51 idak tamat) (31.87) SLP 38 (49.35) SLA Keatas 66 (66.66) Rata-Rata 155 (46.1 Wilayah Pegunungan SD (amat dan 46 idak tamat) (34.85) SLP 29 (65.9 SLA Keatas 39 (57.35) Rata-Rata 114 (46.7 Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Rata-Rata Per (rupiah/ ahun) 3,014, , (31.25) 3,353,895 1,655, (42.86) 2,914,227 1,942, (66.66) 3,054,923 1,519, (44.34) 3,272,174 1,140, (29.54) 2,612,517 1,721, (47.7 2,303,833 1,321, (48.5 2,773,092 1,394, (38.1 Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Rata-Rata per (rupiah/ tahun) 599, , ( , , ( , , (75.75) 596, , ( , , ( , , (77.27) 470, , ( , , (79.5 Rata-Rata per yang Melakukan Investasi Rata-Rata per (rupiah/ tahun) 924, , , ,273 1,072, , , , , ,871 1,031, , , , , ,287 Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase dari keseluruhan sampel per strata Hasil uji Duncan s dengan α = 5% ; Investasi pendidikan (INVPEN) pantai berbeda antara SD (b) dan SLA (a), Investasi kesehatan (INVKES) pantai SD (b) dan SLA (a)

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA

VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA FaktorFaktor yang Berpengaruh terhadap Keputusan Rumahtangga Petani Untuk Melakukan Pengembangan Sumberdaya Manusia Untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program pemberdayaan petani. Secara purposive dipilih satu provinsi di Jawa yaitu Daerah Istimewa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teori 3.1.1. Pengembangan Sumberdaya Manusia Upaya mengembangkan sumberdaya manusia dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi CSR pada Bank Syariah di Indonesia Bank syariah yang menjadi sampel penelitian ini menghimpun dana untuk aktivitas CSR yang bersumber dari dua dana,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian yang merupakan pekerjaan bercocok tanam, dalam kehidupan petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di Indonesia merupakan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi 153 V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi rumahtangga pertanian yang menjadi objek penelitian ini. Variabel-variabel yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 231 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual (IQ), status gizi (IMT/U), dan kecerdasan emosi. a) Analisis deskriptif terhadap kecerdasan intelektual menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 5.1 Pengorganisasian Kegiatan Produksi Kelembagaan Kelompok Tani Peran produksi kelembagaan Kelompok Tani yang dikaji dalam penelitian ini ialah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

Alang-alang dan Manusia

Alang-alang dan Manusia Alang-alang dan Manusia Bab 1 Alang-alang dan Manusia 1.1 Mengapa padang alang-alang perlu direhabilitasi? Alasan yang paling bisa diterima untuk merehabilitasi padang alang-alang adalah agar lahan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut rancangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi, 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk terbesar di dunia. Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan secara nasional di

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN

PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN Studi Kasus Industti Kecil Kue Simping di Kelorahaa Cipaisan, Kecarnatan Purwakarte, Kabupaten DT 11 Purwakarta, Jawa Barat Olch BUD1 UTAMl A 22 0332

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 )

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 ) 97 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL 5.1. Hasil Estimasi Model Persentase Penduduk Miskin Absolut (P 0 ) Head count index (P 0 ) merupakan jumlah persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENGEMBANGAN MULTI USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENGEMBANGAN MULTI USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENGEMBANGAN MULTI USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM Oleh : Dewa K. S. Swastika Herman Supriadi Kurnia Suci Indraningsih Juni Hestina Roosgandha

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Melati di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten) Oleh: DIAN ANGGRAENI Fakultas Pertanian UNTIRTA Email: dian.1452yahoo.c.id

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 25/05/73/Th. XI, 2 Mei 5 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN APRIL SEBESAR 100,11 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan April sebesar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION 7.1 Analisis Tingkat Kepuasan 7.1.1 Indeks Kepuasan Konsumen Pengukuran terhadap kepuasan konsumen

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 257 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Menindaklanjuti ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu PENDAHULUAN Latar Belakang Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu mengembangkan kompetensinya. Kompetensi merupakan karakteristik mendalam dan terukur pada diri seseorang, dan dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Industri Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua kegiatan produksi yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN

PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN Studi Kasus Industti Kecil Kue Simping di Kelorahaa Cipaisan, Kecarnatan Purwakarte, Kabupaten DT 11 Purwakarta, Jawa Barat Olch BUD1 UTAMl A 22 0332

Lebih terperinci

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK Penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kelembagaan Pertanian Kelembagaan merupakan terjemahan langsung dari istilah socialinstitution. Dimana banyak pula yang menggunakan istilah pranata

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Menghadapi tantangan globalisasi yang sangat berat, masyarakat di negara berkembang harus menyiapkan diri baik secara fisik, mental, sosial, emosional maupun spiritual. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Landasan berpikir penelitian ini dimulai dari pemikiran bahwa setiap insan manusia termasuk petani memiliki kemampuan dalam melaksanakan suatu tindakan/perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan

Lebih terperinci