MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-XI/2013

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Djawa Tengah [Pasal 1 ayat (1) dan Bagian Memutuskan angka 1] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Gray Koes Isbandiyah 2. Kp. Eddy S. Wirabhumi ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Rabu, 26 Juni 2013, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Arief Hidayat (Ketua) 2) Maria Farida Indrati (Anggota) 3) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota) Dewi Nurul Savitri Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Gusti Raden Ayu Koes Isbandiyah 2. Eddy S. Wirabhumi B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Zairin Harahap 2. Ahmad Khairun 3. Abdul Jamil 4. Arif Setiawan

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, sidang Panel kita mulai. Sidang Panel Perkara Nomor 63/PUU-XI/2013 kita mulai, dengan ini saya nyatakan sidang dibuka dan terbuka untuk umum. Pertama, saya persilakan Saudara Pemohon untuk memperkenalkan diri. Saya persilakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang. Majelis Yang Terhormat, pada kesempatan ini yang hadir adalah dari Pemohon secara berturutturut saya perkenalkan. Paling kiri adalah Gusti Raden Ayu Koes Isbandiyah sebagai Pemohon I. Kemudian, yang kedua adalah Kanjeng Pangeran Dr. Eddy S. Wirabhumi sebagai Pemohon II. Kemudian, dari Kuasa Hukum berturut-turut saya perkenalkan, saya sendiri Zairin Harahap. Kemudian, yang kedua Ahmad Khairun. Kemudian, yang ketiga Dr. Abdul Jamil. Dan yang keempat adalah Dr. Arif Setiawan. Kemudian, di belakang kami hadir dari kerabat Keraton Surakarta. Kemudian, dari Pokoso (Paguyuban Kawula Keraton Surakarta). Demikian, Yang Mulia. Terima kasih. 3. KETUA: ARIEF HIDAYAT KETUK PALU 3X Terima kasih, Saudara Pemohon. Agenda kita pada Sidang Panel yang pertama ini adalah sidang akan mendengarkan permohonan yang sudah Saudara ajukan. Dan karena Mahkamah Panel sudah membaca permohonan Saudara, maka Saudara saya persilakan untuk mengemukakan permohonan Saudara secara garis besar, pokok-pokok penting yang dikemukakan. Kemudian, nanti Hakim Mahkamah akan memberikan komentar dan nasihat dalam rangka perbaikan permohonan ini. Saya persilakan dengan menggunakan waktu yang tidak terlalu lama, 10 menit maksimal, Saudara bisa mengemukakan pokok-pokok permohonan Saudara. Saya persilakan.

5 4. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Ya. Terima kasih, Yang Mulia. Bahwa yang menjadi pokok permohonan pengujian materiil ini adalah bagian Memutuskan angka I dan Pasal 1 ayat (1) Undang -Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah terhadap Undang-Undang Dasar Tahun Oleh karena itu, berdasarkan Undang-Undang Mahkamah Agung, sebagaimana tersebut dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2003 dan seterusnya, maka dengan demikian bahwa Mahkamah Agung berwenang untuk Mahkamah Konstitusi, maaf, Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara ini. Majelis yang kami muliakan. Bahwa ketentuan bagian Memutuskan angka I Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 dan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 itu bertentangan dengan khususnya Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kemudian Pasal 18B ayat (1) Undang -Undang Dasar Tahun 1945, kemudian Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Saya kira itu mengenai kewenangan dari Mahkamah Konstitusi. Kemudian, mengenai Pemohon dan kepentingan hukum. Pemohon I adalah Gusti Raden Ayu Koes Isbandiyah adalah Putrid Kandung dari Susuhunan Pakubuwono XII ( ) 5. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terbaca oleh Mahkamah. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Sudah terbaca, ya? 7. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya. Silakan alasan-alasan Pemohon. 8. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Baik, Yang Mulia. Pertama, konstitusionalitas Daerah Istimewa Surakarta. Bahwa Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah dikecualikan di Daerah Istimewa Surakarta dan Yogyakarta. Dalam penjelasan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1945 disebutkan, Pemerintah akan mengatur dengan aturan yang berlainan dengan daerah lain menyangkut kedua daerah istimewa. Jadi, ini Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 ini

6 jelas sekali menyebutkan tentang konstitusionalitas Daerah Istimewa Surakarta. Kemudian, yang kedua. Bahwa pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan suatu penetapan yang kemudiannya dikenal dengan sebutan Piagam Kedudukan, yang isinya adalah berupa penetapan dan pengakuan bahwa kedudukan Sinuhun Kanjeng Suhunan Pakubuwono XII tetap seperti semula sebelum Surakarta Hadiningrat menjadi bagian dari NKRI. Kemudian berdasarkan Piagam Kedudukan tersebut, selanjutnya Sinuhun Kanjeng Suhunan Pakubuwono XII pada tanggal 1 September 1945 mengeluarkan maklumat yang pada intinya menegaskan bahwa Negeri Surakarta Hadiningrat adalah daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia. Kemudian selanjutnya, pada tanggal 15 Juli 1946, Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Pemerintah Nomor 16/SD Tahun 1946 tentang Pemerintahan di Daerah Istimewa Surakarta dan Yogyakarta, yang antara lain isinya menjanjikan ditetapkannya undang-undang keistimewaan untuk kedua daerah tersebut. Bahwa tidak berhenti sampai di situ, pada tanggal 12 September 1949 dari Den Haag, wakil presiden mengirim surat yang ditujukan kepada JMFG Minister President dan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Yogyakarta yang isinya secara tegas menyebutkan bahwa Surakarta dan Mangkunegara mempunyai kedudukan daerah istimewa menurut Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Bahwa pencaplokan Keresidenan Surakarta sebagai bagian dari Provinsi Jawa Tengah sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun Namun, apabila dicermati materi muatan dari Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1948 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 maupun dalam peraturan perundang-undangan lainnya sampai saat ini, belum ada suatu peraturan perundang-undangan pun, baik yang secara eksplisit maupun implisit yang mencabut atau menyatakan tidak berlakunya lagi Penetapan Pemerintah Nomor 16/SD Tahun Oleh karena itu, penetapan pemerintah a quo sampai sekarang adalah sah menurut hukum. Bahwa oleh karena itu, permohonan ini bukanlah untuk menuntut pembentukan Daerah Istimewa Surakarta. Kami ulangi sekali lagi, Yang Mulia. Bahwa oleh karena itu, permohonan ini bukanlah untuk menuntut pembentukan Daerah Istimewa Surakarta, tetapi yang tepat adalah untuk menuntut pemulihan atau pengembalian status Surakarta sebagai daerah istimewa. Bahwa dengan demikian, bagian Memutuskan angka I dan Pasal 1 ayat (1) Undang -Undang Nomor 10 Tahun 1950 adalah bertentangan dengan Pasal 18B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

7 9. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Sekarang petitumnya. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Baik, Yang Mulia. Mengenai petitum, berdasarkan hal tersebut, mohon kiranya Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk memberikan putusan sebagai berikut. 1. Mengabulan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menyatakan bagian Memutuskan angka I Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Djawa Tengah sepanjang mengenai kata-kata dan Surakarta dan seterusnya. Kemudian Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah sepanjang mengenai kata-kata dan Surakarta adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Nengara Republik Indonesia 1945, khususnya Pasal 1 ayat (3), Pasal 18B, dan Pasal 28D ayat (1). 3. Menyatakan bagian Memutuskan angka I Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembetukan Provinsi Djawa Tengah sepanjang mengenai kata-kata dan Surakarta. Kemudian Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembetukan Provinsi Jawa Tengah sepanjang mengenai kata-kata dan Surakarta tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat lagi. Demikian, Yang Mulia. Terima kasih, assalamualaikum wr. wb. 11. KETUA: ARIEF HIDAYAT Begitu juga Saudara mengatakan bahwa Majelis kalau berpendapat lain ya maka Majelis bisa memutuskan seadil-adilnya, begitu ya? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Ya. 13. KETUA: ARIEF HIDAYAT Sekarang tiba saatnya Saudara Pemohon dan Prinsipal untuk mendengarkan nasihat dan komentar dari Yang Mulia Hakim dalam rangka untuk perbaikan dari permohonan ini. Saya persilakan Prof. Maria.

8 14. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih, Pak ketua. Dalam permohonan ini, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki ya. Kalau kita melihat di sini identitas Pemohon dan Kuasanya sudah jelas, kewenangan Mahkamah juga. Kemudian mengenai Pemohon dan kepentingan hukum, biasanya ini dikatakan sebagai kedudukan hukum dan legal standing Para Pemohon ya, baru kemudian apa yang dimohonkan pokok persoalannya. Kalau kita melihat di sini, maka kepentingan Para Pemohon di sini agak jumbuh dengan pokok perkara. Jadikan satu, alasannya apa. Nah, jadi pada dasarnya tadi dikatakan bahwa permohonan ini tidak meminta sebagai Surakarta sebagai daerah istimewa, seperti itu. Saya mendengarkan seperti itu, itu yang dijelaskan apa ya? Karena di sini kita bisa melihat bahwa Mahkamah Konstitusi itu tidak melihat pada halhal yang faktual, apa yang terjadi, tetapi Mahkamah Konstitusi itu menguji ketentuan-ketentuan dalam undang-undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Jadi, di sini dalam pokok permohonan atau posita ini harus dijelaskan apa pertentangan antara pasal-pasal yang ada atau apa yang dimohonkan oleh Pemohoh dengan konstitusi itu sendiri? Misalnya di sini bagian Memutuskan angka I berbunyi, Menghapuskan pemeritahan daerah Keresidenan Semarang, Pati, Pekalongan, Banyumas, Kedu, Surakarta, serta membubarkan dewan perwakilan rakyat daerah keresidenan-keresidenan tersebut. Kalau ini kita uji dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Indonesia adalah negara hukum, di mana pertentangannya itu? Nah, itu yang harus dijelaskan di sana. Kemudian juga kalau dikatakan, Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Pertentangannya di mana dengan angka 1 tadi? Dalam di sini mengenai memutuskan. Dan juga dengan ayat (1) Pasal 1 ayat (1) ini kalau Undang -Undang Dasar Pasal 1 ayat (3) kalau undang-undang biasanya Pasal 1 angka 1, tapi di sini kita bisa melihat kalau ini ada pertentangan, pertentangannya di mana? Itu yang harus dijelaskan. Nah, mungkin menjelaskan ini bisa dengan bagaimana secara historis secara sejarah pembentukan daerah Surakarta ini. Dan ini perlu dijelaskan di sini, memang di sini sudah ada sejarahnya, ada tentang di sini dalam kepentingan Pemohon di sini sebetulnya ini bisa digabung lebih lengkap sehingga bisa menjelaskan bahwa ini lho hak kami, ini kewenangan konstitusional kami yang ada di dalam konstitusi tapi dengan adanya undang-undang ini, maka hak dan kewenangan konstitusional kami itu tercederai. Nah, itu yang harus disatukan. Jadi, di sini perlu diperbaiki kembali permohonan ini khususnya dalam posita. Sedangkan di dalam petitum nantinya ini dimohonkan petitumnya bahwa Memutuskan angka I Undang-Undang Nomor 10 Tahun

9 1950 tentang Pembentukan Provinsi Djawa Tengah sepanjang mengenai kata dan Surakarta. Nah, di sini diulangi menghapuskan pemerintahan daerah Keresidenan Semarang, Pati, Pekalongan, Banyumas, Kedu, dan Surakarta, kalau ini kemudian dihilangkan kemudian Surakarta itu jadi apa? Gitu ya kan. Jadi, kalau menghapuskan saja mudah kita bisa menghapuskan itu, tapi dengan menghapuskan kata Surakarta itu terus Surakarta itu jadi masuk Provinsi Jawa Tengah, atau berdiri sendiri, atau menjadi keresidenan lagi gitu? Itu yang perlu dilihat kembali karena menghilangkan satu kata ini, ini sangat bermakna ya. Bagi orang Surakarta, orang Solo, saya sendiri orang sana, jadi mengatakan kalau ini hilang terus mau jadi apa gitu? Jadi, ini harus dilihat kembali apakah betul? Mungkin kalau permohonan ini menghilangkan kata Surakarta mungkin harus dikatakan ini harusnya dimaknai seperti apa? Surakarta itu harus dilihat sebagai apa? Gitu. Itu yang perlu dimohonkan untuk. Kalau untuk menghilangkan itu mudah tapi akibat dari penghilangan kata Surakarta ini, ini yang menjadi permasalahan nantinya. Jadi, ini juga dalam petitum 1 kata menerima dan mengabulkan menerimanya dihilangkan, tadi sudah tidak diucapkan karena ini sudah kita terima tapi untuk mengabulkannya yang belum, kita akan melihat nantinya. Dan penghilangan kata Surakarta di petitum nomor 2 dan nomor 3 ini perlu dilihat kembali. Oleh karena kemudian kalau ini dikatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar maka otomatis itu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat lagi dan kalau enggak mempunyai kekuatan hukum mengikat bagaimana eksistensi Surakarta nantinya? Itu yang perlu dipikirkan. Nah itu yang perlu dibahas dibuat argumentasi yang betul-betul baik di dalam posita Para Pemohon. Saya rasa untuk saya itu. 15. KETUA: ARIEF HIDAYAT Saya persilakan Yang Mulia Dr. Ahmad fadlil. 16. HAKIM ANGGOTA: AHMAD FADLIL SUMADI Baik. Kepada Saudara Kuasa Pemohon dan berikut Prinsipalnya, struktur dari permohonan itu berawal dari identitas dan untuk identitas sudah selesai enggak ada masalah tadi sudah disebutkan. Cuma ketika masuk ke soal kewenangan, Mahkamah Konstitusi itu yang paling utama dasar kewenangannya itu adalah Undang-Undang Dasar 1945, kemudian turun lagi ke dalam bentuk undang-undang adalah Undang-Undang Mahkamah itu, konstitusi itu sendiri, dan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman. Jadi undang-undang pembentukan peraturan perundangundangan itu menjadi tidak perlu di sini, itu yang satu hal yang perlu dicatat. Termasuk juga di dalamnya adalah Peraturan Mahkamah Konstitusi. Soal kewenangan, saya ingin mengingatkan bahwa kewenangan yang menjadi ruang bagi Pemohon untuk meminta

10 Mahkamah Konstitusi mengadili adalah kewenangan pengujian konstitusionalitas undang-undang atau bahasa undang-undangnya adalah pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun Oleh karena itu, ketika memasuki legal standing itu mula-mula memang harus diuraikan kerugian konstitusional yang dialami oleh Pemohon. Tadi sudah dikemukakan oleh rekan saya, Yang Mulia Hakim Maria. Kerugian itu sekali lagi adalah kerugian konstitusional. Di sini lebih banyak kerugian yang kemudian dikaitkan dengan sejarah. Oleh karena dikaitkan dengan sejarah, maka lalu akhirnya lupa tidak menyebutkan dengan kerugian itu, lalu posisi Pemohon menjadi seperti apa? Nah, itu di sini ndak ada. Kan urutannya itu ada premis mayor, premis mayornya itu tersebut di dalam Pasal 51. Bahwa untuk mengajukan permohonan, seorang itu harus mengalami kerugian. Dan dengan mengalami kerugian itu dia mohon nanti pada saatnya minta untuk dibolehkan kerugian itu, ya. Tapi jangan lupa, kerugian yang dialami itu adalah kerugian konstitusional. Nah, kerugian konstitusionalnya apa? Itu premis mayornya sudah ada. Pemohon dikategorisasi sebagai apa di sini? Di sini tidak dijelaskan apa kaitannya kerugian itu dengan posisi Pemohon. Misalnya di sini, Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia, hak konstitusinalnya apa? Tapi, dia mohon mengenai posisi Kraton Surakarta. Ini tidak, lalu menjadi tidak tidak ada, tidak relevan. Oleh karena itu, pastikan Pemohon itu akan bertindak sebagai apa namanya bagian dari Pemerintahan Kraton Surakarta atau perorangan, pastikan. Lalu, pastikan pula kerugiannya itu apa? Kalau dia bertindak sebagai perorangan. Kerugian konstitusionalnya itu apa? Sesudah itu, lalu baru tadi ada premis mayor, premis minornya itu adalah Pemohon sebagai apa yang mengalami kerugian, kemudian lalu ada simpul. Simpulnya enggak ada, simpulnya di sini, di kerugian itu. Saya bolak-balik baca itu, di sini angka 20-nya itu bahwa kerugian konstitusional dari Pemohon II tidak akan terjadi apabila ada Undang- Undang Daerah Istimewah Surakarta, sebagaimana yang dijanjikan oleh penetapan pemerintah, menjadi tidak macth gitu ya. Oleh karena itu, pastikan, mestinya konklusinya itu berupa begini, berdasarkan premis pertama dan premis kedua itu maka Pemohon punya standing, punya legal standing. Punya standing secara hukum untuk mengajukan permohonan ini. Bahwa Mahkamah ini berwenang ya, tadi sudah ada simpulnya. Tapi bahwa Pemohon ini punya standing untuk maju sebagai Pemohon itu harus jelas, dia perorangan apa bagian dari pemerintahan kraton? Ini yang tidak ada. Oleh karena itu, simpulnya menjadi Pemohon II tidak akan terjadi mengalami kerugian kalau ini menjadi Daerah Istimewah Surakarta. Bukan itu yang dimaksud. Jadi, kalau perlu ini judulnya ini diubah saja pada angka II itu. Judulnya kan Pemohon dan kepentingan hukumnya, diubah

11 saja legal standing Pemohon gitu saja, supaya enak jadinya. Nanti ujungnya itu legal standing atau apa namanya standing hukumnya dia bahwa dia punya hak untuk menjadi Pemohon di sini. Lalu yang terakhir mengenai pokok-pokok permohonan. Sekali lagi di dalam pokok permohonan ini argumentasinya masih berkutat pada soal aspek kesejarahan yang oleh karena sangat kental kesejarahan itu lalu lupa menguraikan aspek-aspek konstitusionalitasnya. Katakan saja misalnya Pemohon itu mendalilkan pasal itu, khusus mengenai kata Surakarta, itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Yang digunakan dasar pengujian itu adalah Pasal 1 ayat (3), Pasal 1 ayat (3) itu bunyinya adalah Indonesia adalah negara hukum. Dengan ketentuan Indonesia negara hukum itu pertentangannya kata itu dengan ini apa? Tadi ada pasal berapa lagi tadi, Pasal 18B, Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Ini artinya poinnya itu adalah negara mengakui, lalu apakah Surakarta ini secara konstitusional tidak diakui atau pengakuannya tidak pas secara konstitusional enggak ada di sini, enggak diuraikan. Oleh karena itu, mesti dipaparkan karena persoalan di pengadilan itu adalah persoalan bagaimana dengan bukti-bukti nanti yang akan Saudara kemukakan melalui argumentasi Saudara, pembentuk undangundang yakin, Hakim juga yakin kalau Anda memang beralasan di dalam mengajukan permohonan ini. Berikutnya lagi misalnya Pasal 28D ayat (1) itu intinya adalah bahwa Anda sebagai warga negara itu punya hak untuk diakui, dijamin, dilindungi, kepastian hukum yang adil, perlakuan hukum yang sama di hadapan hukum, apa yang tidak sama? Apa yang tidak adil? Apa yang tidak pasti dengan undang-undang tadi? Tidak dijelaskan di sini. Itulah yang saya sebutkan permohonan itu sebenarnya bukan persoalan narasi, tapi persoalan argumentasi bahwa harus dibuangnya kata Surakarta itu mempunyai alasan konstitusional, gitu. Intinya di situ, ini yang belum terbaca oleh saya. Terima kasih, Yang Mulia Ketua. 17. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya, Yang Mulia. Saudara Pemohon sudah banyak yang disampaikan oleh Yang Mulia Hakim Mahkamah. Saya hanya mencoba untuk menambahi, kalau kita lihat konstruksi hukumnya itu pada awal kemerdekaan memang pada tataran legal policy, itu Surakarta akan atau mau salah satunya dijadikan daerah istimewa, tapi kemudian pada waktu tahun 1950, pada waktu pemerintah Provinsi Jawa Tengah mau didirikan dan dibentuk Provinsi Jawa Tengah ternyata ada perubahan politik hukum atau legal policy dari pemerintah pusat. Daerah istimewa waktu itu kemudian oleh pemerintah pusat, legal policy-nya tidak dimasukkan ke

12 dalam daerah yang bisa digolongkan sebagai daerah istimewa, sehingga waktu pembentukan Jawa Tengah pada tahun 1950 itu dimasukkan menjadi salah satu bagian dari Provinsi Jawa Tengah, sehingga legal policy itu dimasukkan di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun Itu nampak sekali muncul pada kata yang terakhir, pada waktu mengatakan, Daerah yang meliputi, jadi, pembentukan Provinsi Jawa Tengah yang terakhir itu, Daerah yang meliputi daerah Semarang, Pati, Pekalongan, Banyumas, Kedu, dan sebagainya termasuk, kemudian dan Surakarta. Jadi, ini adalah masalah legal policy yang berubah. Nah, kalau misalnya Pemohon bisa menunjukkan kepada kita bahwa perubahan legal policy itu bertentangan dengan konstitusi, artinya ada yang tidak match, tidak konsisten, koheren, dan berkorespondensi antara konstitusi, dan kemudian dimasukkannya dan Surakarta menjadi bagian dari Jawa Tengah, jadi legal policy yang berada pada tataran undang-undang itu bertentangan dengan politik hukum dasar yang ada di dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, maka silakan itu di jadi, argumentasi hukumnya tolong dapat dijelaskan di permohonan ini. Itu yang pertama. Kemudian yang kedua, yang saya tambahkan itu berkenaan dengan Saudara di dalam permohonan juga mengatakan bahwa pembentukan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2000 Tahun 1950 adalah cacat hukum karena ini berdasar pada Konstitusi RIS. Coba, konstruksi hukum bisa ditunjukkan, kalau selama ini menurut pemahaman saya, menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada waktu pertama kali berlaku pada tanggal 18 Agustus itu juga disebutkan ada aturan peralihan. Badan-badan hukum dan sebagainya yang masih ada menurut yang lama, masih berlaku setelah Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ini berlaku sebelum ada undang-undang dasar belum dibentuk yang baru menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ini. Begitu juga pada waktu Konstitusi RIS, itu ada aturan-aturan hukum, badan-badan yang ada menurut Konstitusi RIS berlaku pada waktu UUDS Tahun 1950 itu ditentukan sebelum diadakan yang baru. Kan berarti itu juga tidak cacat hukum karena ada aturan peralihan yang mengatakan bahwa Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1950 itu masih berlaku. Begitu juga pada waktu Dekrit Presiden, itu ada aturan peralihan yang mengatakan bahwa badanbadan atau institusi-institusi yang ada menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 lama masih berlaku selama itu belum diadakan yang baru. Nah, apakah kalau Anda berpendapat lain, bisa ditunjukkan? Karena uraian argumentasi di sini yang mengatakan bahwa Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1950 itu cacat hukum dari segi prosedur karena dibuat berdasarkan Konsitusi RIS. Itu tambahan dari saya, tapi yang sangat penting tadi sudah disampaikan oleh Para Yang Mulia. Itu saya tidak juga sama, tidak melihat kerugian konstitusionalitas apa yang dialami oleh Pemohon I dan Pemohon II karena argumentasi dari apa yang disebutkan di sini, yang

13 secara ringkas itu bisa kita lihat bahwa itu tidak menyangkut kerugian yang bersifat konstitusionalitas. Karena kalau kita baca yang dimaksud kerugian konstitusionalitas yang menjadi yurisprudensi dari Mahkamah Konstitusi adalah ada 5 syarat yang harus dipenuhi, yaitu adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu terabaikan. Hak dan anu sebagainya itu sampai i nanti tolong bisa dibaca pada Putusan Mahkamah Nomor 006/PUU-III/2005 tertanggal 31 Mei Tahun Itu yang bisa disampaikan oleh Mahkamah kepada Pemohon untuk memperbaiki permohonan ini. Waktu yang diberikan kepada Saudara Pemohon itu 14 hari untuk memperbaiki permohonan ini, tapi kalau bisa lebih cepat segera saja disusun kembali dan disampaikan kepada Kepaniteraan untuk segera kita tindaklanjuti melalui sidang-sidang yang berikutnya. Sebelum saya tutup persidangan pendahuluan ini, kalau ada yang akan dikemukakan, saya persilakan. Atau sudah cukup? Sudah cukup? Ya, kalau dianggap sudah cukup, maka sekali lagi saya ingatkan pada Pemohon ada waktu sekitar 14 hari untuk memperbaiki permohonan. Kalau dalam waktu 14 hari tidak dilakukan perbaikan permohonan, maka permohonan yang sudah disampaikan kepada Mahkamah ini dianggap itulah dasar yang akan dipakai oleh Mahkamah untuk mengadilinya, begitu. Baik, kalau sudah tidak ada, maka dengan ini Persidangan Panel saya nyatakan sudah cukup, dan selesai, dan kita tutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 26 Juni 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.