Diagnosis dan Tatalaksana Kolesistitis Akut. dan Kolelitiasis. Di SUSUN OLEH: Vinsensia Dita NIM PEMBIMBING : 1. Dr.Devy J Iskandar SpPD
|
|
- Handoko Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Diagnosis dan Tatalaksana Kolesistitis Akut dan Kolelitiasis Di SUSUN OLEH: Vinsensia Dita NIM PEMBIMBING : 1. Dr.Devy J Iskandar SpPD KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 28 APRIL S/D 4 JUNI 2016 RUMAH SAKIT BHAKTI YUDHA DEPOK Case
2 Kolesistitis dengan Kolelithiasis I. Identitas pasien Nama Alamat TTL Jenis kelamin Status Agama : Ny. Sri Rubiastuti :Pondok Duta I Blok D5 No.13 Depok :Jogja, 15 juli 1955/ 61 tahun :Perempuan : Kawin : Islam II. III. Anamnesis Keluhan utama : nyeri perut kanan atas sejak 6 hari SMRS Riwayat penyakit : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 6 hari SMRS. Nyari dirasakan menjalar sampai ke punggung, muncul tiba-tiba, berlangsung > 20 menit. Keluhan juga disertai nyeri pada ulu hati, kembung, sering sendawa, rasa panas di dada, dan demam terus menerus namun tidak terlalu tinggi, pasien juga mengatakan tiap kali setelah makan, makanan yang dimakan seperti berbalik ke tenggorokan. Keluhan nyeri perut timbul setelah makan makanan berlemak, mual muntah, kuning pada kulit dan mata disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Untuk keluhan ini pasien sudah berobat ke poliklinik dokter dan mendapat obat antibiotik, paracetamol, omeprazole, namun keluhan belum berkurang. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluahan yang sama, pasien memiliki riwayat penyakit maag. Riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis tidak ada. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tanda tanda vital : Tekanan darah : 120/80mmHg Nadi :80x/menit,reguler,equal,isi cukup Pernapasan : 18x/menit Suhu : 36,8 0 C Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
3 Leher Thorax Cor Pulmo Abdomen Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 :JVP 5-1 cmh2o, tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid dan KGB. :bentuk dada normal, gerak simetris, BPH ICS IV peranjakan 2 cm. : Ictus cordis tidak tampak, teraba di ICS IV linea midclav sinsitra, diameter 2 cm. batas kanan jantung pada ICS IV linea sternalis dextra, batas atas jantung pada ICS II linea sternalis sinsitra, batas kiri jantung pada ICS V linea midclav sinistra. Batas pinggang jantung pada ICS III linea parasternal sinstra. BJ I-II regular, murmur -, gallop - : fremitus raba kiri sama dengan kanan, sonor di seluruh lapang paru, vokal resonan kanan sama dengan kiri, vesikuler diseluruh lapang paru, ronki-/-, wheezing -/- : Datar, supel, nyeri tekan epigastrium (+), Murphy sign (+), hepar dan lien tidak teraba, timpani, RT tidak terisi, bising usus (+) normal. Ekstermitas :akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis -/- IV. Diagnosis WD : kolesistitis akut DD : pankreatitis akut, kolelitiasis, ulkus peptic Dasar diagnosis : Pada anmanesis didapatkana danya nyeri pada perut kanan atas yang menjalar sampai punggung dan disertai adanya demam. Pada pemeriksaan fisik : Murphy sign (+)
4 V. Pemeriksaan anjuran Darah rutin, urin lengkap, usg abdomen, fosfatase alkali Hasil pemeriksaan anjuran 1. Darah rutin Hb : 13,1 g/dl Leukosit : /mm3 Trombosit : /mm3 Hematokrit : 39% 2. Urin lengkap Makroskopik Mikroskopis Warna : kuning jernih Eritrosit : 0-1 LPB Reaksi : Asam Leukosit : 2-4 LPB ph : 7 Epitel : (+) Berat jenis : negatif Kristal :Amorf (+) Protein : negatif Silinder : negatif Glukosa : negatif Bakteri : negatif Bilirubin : negatif Candida : negatif Urobilinogen : negatif Keton : negatif Blood : negatif Nitrit : negatif 3. USG abdomen Kolesistitis dengan multiple batu pasir di GB. VI. VII. Diagnosis Pasti Kolesistitis dengan kolelithiasis Tatalaksana Cairan RL Petidine 1 x 50 mg Cefotaksime inj 1 gram VIII. Prognosis Ad vitam Ad fungsionam Ad sanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam
5 BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut,memiliki batu empedu. Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kolesistitis diantarannya: Faktor biologi (jenis kelamin), faktor lingkungan, faktor penyakit. Kolesistitis juga merupakan keadaan yang membuat 10% hingga 25% pasien harus menjalani pembedahan kandung empedu. Bentuk yang akut lebih sering ditemukan di antara wanita yang berusia pertengahan; bentuk kronis di antara manula. Kolesistitis dengan penanganan yang baik mempunyai prognosis yang cukup baik. I.2 Epidemiologi Di Amerika Serikat, insiden kasus batu empedu pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria ( 2,5 : 1 ) dan terjadi peningkatan seiring bertambahnya umur. Di masyarakat barat, komposisi utama batu empedu adalah kolesterol, sedangkan penelitian di Jakarta didapatkan 73% batu pigmen dan 27% batu kolesterol. Faktor resiko terjadinya batu empedu adalah : usia, gender wanita, kehamilan, estrogen, obesitas, etnik, (penduduk asli Amerika), sirosis, anemi hemolitik, nutrisi parenteral total. 1 Balzer dkk, melakukan penelitian epdiemiologi untuk mengetahui seberapa banyak populasi penderita batu empedu di Jerman. Dilaporkan bahwa dari otopsi ditemukan 13,1% pria dan 33,7% wanita menderita batu empedu. Faktor etnis dan genetic berperan penting dalam pembentukan batu empedu. Selain itu, penyakit batu empedu juga relative rendah di Okinawa Jepang. 1
6 BAB II Pembahasan 2.1 Definisi Kolesistitis Kolesistitis merupakan peradangan yang terjadi pada kandung empedu. Kolesistitis terbagi menjadi dua yaitu kolesistitis akut dan kronik. Kolesisttitis akut adalah suatu reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Kolesistitis kronik lebih sering karena batu, dan biasanya disebabkan oleh kolesistitis akut berulang yang menyebabkan penebalan dinding kandung empedu dan lama kelamaan efensiensinya berkurang. 1,2 Kolelithiasis Kolelithiasis adalah keadaan dimana terdapat batu empedu di dalam kandung empedu yang memiliki ukuran, bentuk, dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada 4F yaitu wanita ( female), usia di atas 40 tahun (forty), obese (fat), dan fertile. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur dari cairan empedu yang mengendap dan membentuk suatu material mirip batu di dalam kandung empedu atau saluran empedu. Komponen utama dari cairan empedu adalah bilirubin, garam empedu, fosfolipid dan kolesterol. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu bisa berupa batu kolesterol, batu pigmen yaitu coklat atau pigmen hitam, atau batu campuran Etiologi
7 Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu ( 90% ) yang terletak diduktus sistikus sehingga menyebabkan stasis cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus). Faktor predisposisi terjadinya batu empedu antara lain perubahan komposisi empedu ( sangat jenuh dengan kolesterol), statis empedu ( akibat gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme sfingter oddi), dan infeksi ( bakteri dapat berpean sebagai pusat presipitasi/pengendapan) kandung empedu Patofisiologi Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah : Stasis cairan empedu Infeksi kuman Iskemia dinding kandung empedu Batu empedu yang mengobstruksi duktus sistikus menyebabkan cairan empedu menjadi stasis dan kental, kolesterol dan lesitin menjadi pekat dan seterusnya akan merusak mukosa kandung empedu diikuti reaksi inflamasi dan supurasi. Dinding kandung empedu akan meradang, kasus yang lebih berat akan erjadi nekrosis dan rupture. Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama yang mendapat nutrisi secara parenteral atau dapat juga terjadi sumbatan karena keganasan kandung empedu. 2,3 Faktor resiko kolesistitis adalah faktor yang menyebabkan pembentukan batu empedu, termasuk hiperlipidemia, diet tinggi karbohidrat, obesitas, diabetes mellitus, hemoglobinopati, atau konsumsi alcohol dalam jangkanwaktu yang panjang. Faktor faktor resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia
8 seseorang. Jika dilihat dari sudut jenis kelamin, perempuan lebih beresiko karena pengaruh hormone dan kehamilan. Patofisiologi kolelitiasis a. Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini yaitu: bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu, dengan bantuan enzim glokuroniltransferase.kekurangan enzim ini mengakibatkan presipitasi / pengendapan dari bilirubin tersebut. b. Batu kolesterol, kolesteerol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosflipid). Proses pembentukan batu kolesterol adalah sebagai berikut : Supersaturasi koleterol Nukleasi kolesterol Disfungsi kandung empedu Gejala Klinis a. Kolesistitis Keluhan khas adalah nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan kenaikan suhu tubuh disertai menggigil. Rasa sakit yang menjalar ke pundak atau scapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan bervariasi tergantung dari beratnya inflamasi. Tanda randang peritoneum juga dapat ditemukan pada kolesistitis akut apabila penderita merasa nyeri semakin bertambah pada saat menarik nafas dalam, selain itu terdapat juga anoreksia, mual dan muntah. 1 b. Kolelitiasis Keluhan timbul bila batu bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Gejala klinis dapaat berupa kolik bilier, mual, mutah, dan lain-lain. Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri viseral ini
9 akibat obstruksi transien duktus istikus oleh batu, sehingga menyebabkan peningkatan intralumen an distensi kandung empedu. Kolik biasanya timbul malam atau dini hari, setelah makan berat ataua makanan berlemak malam hari. Nyeri meningkat tajam dalam 15 menit dan menetap selama 3-5 jam, timbul dikuadran kanan atas atau epigastrium, dapat menjalar ke punggung kanan, atau bahu kanan, dan dapat menyerupai angina pectoris. Episode kolik sering disertai mual, muntah Diagnosis a. Kolesistitis Akut Anamnesis : nyeri perut kanan atas yang menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda, kenaikan suhu tubuh disertai menggigil, jaundice, dapat pula disertai anoreksia, mual, muntah. Pemeriksaan fisik : ikterus ringan, teraba massa kandung empedu, nyeri tekan di daerah letak anatomis kandung empedu. Tanda murhpy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandunh empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. 2,3 b. Kolelitiasis Anamnesis : Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simptomatis, pasien biasanya dating dengan keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium atau nyeri/kolik pada perut kanan atas atau perikondrium yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang beberapa jam. Pemeriksaan Fisik : Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan dalam pemeriksaan fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolelitiasis
10 akut, pasien akan mengalami nyeri palpasi/nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneous dan sclera dan bisa teraba hepar. 2,3 Pemeriksaan Penunjang Kolesistitis akut dan kolelithiasis a. Pemeriksaan laboratoriun: leukositosis, peningkatan kadar bilirubin (< 4 mg/dl), peningkatan serum transaminase dan fosfastase alkali. b. Pemeriksaan foto polos abdomen biasanya tidak khas untk melihat adanya batu, karena hanya sekitar % batu kandung empedu berkadar kalsium tinggi sehingga bersifat radioopak. c. USG abdomen sangat bermanfaat untuk melihat besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu, dan saluran empedu ekstrahepatik. d. Kolesistografi, untuk penderita tertentu cukup baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kontraindikasi : ileus paralitik, muntah, kadar bilirubin > 2 mg/dl, obstruksi pylorus, dan hepatitis karena keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati Diferensial Diagnosis Kolesistitis akut : ulkus peptikum akut, pancreatitis akut, hepatitis alkohlik Kolelitiasis : pancreatitis akut, striktur duktus biliaris, karsinoma kandung empedu, ulkus peptic. 2.7 Tatalaksana
11 a. Tindakan umum Tirah baring, cairan intravena, diet ringan tanpa lemak, analgetik petidin dan terapi simptomatik lainnya b. Antibiotik Antibiotik pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis, dan septicemia. Umumnya penyebab infeksi adalah bakteri E. coli, S. faecalis dan Klebsiella. Dapat dipilih golongan sefalosporin dan metronidazol atau golongan ureidopenisilin seperti piperasilin, atau ampisilin sulbaktan, atau sefalosporin generasi ketiga. Penisilin dan kontrimoksazol sama-sama disekresi dalam empedu, namun sepertiga bakteri koliform empedu kini resisten terhadap ampisilin. Sefotaksim mungkin merupakan antibiotic terpilih. c. Terapi operatif Terapi definitif kolesistitis akut adalah kolesistektomi. Terapi operatif ini dapat dilakukan secepatnya yaitu dalam waktu 2-3 hari atau ditunggu 6-10 minggu selepas diterapi dengan pengobatan. Sebagian ahli memilih terapi operatif dini untuk menghindari timbulnya gangrene atau komplikasi kegagalan terapi konservatif. Sebagian lagi memilih dilakukan bila kondisi penderita sudah stabil. Terapi operatif lanjut ini merupakan pilihan terbaik karena operasi dini akan menyebabkan penyebaran infeksi ke rongga peritoneum dan teknik operasi menjadi lebih sulit kaaren aproses inflamasi akut di sekitar dukutus akan mengaburkan gambaran anatomi. 1 Tatalaksana Kolelitiasis Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang timbul bisa dihindari atau mengurangi dengan makanan berlemak. Jika batu empedu menyebabakan serangan nyeri berulang meskipun telah
12 dilakukan perubahan pola makan, makan dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan. 1 Kolesistektomi terbagi dua yaitu operasi secara terbuka dan lapparoskopik a. Kolesistektomi terbuka Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simptomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi dalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2 % pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. 1 b. Kolesistektomi laparoskopi Indikasi awal hanya pada pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa danya kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan koledokolitiasis. Dibandingkan dengan prosedur konvensional, tindakan ini dapat mengurangi lama perawatan di rumah sakit, namun ada penyulit yaitu resiko cedera duktus biliaris. 1 Bila pembedahan tidak dilakukan, dapat dilakukan terapi medikamentosa atau menggunakan metode ESWL. a. Terapi medikamentosa : diberikan pada pasien yang menolaka operasi, atau pasien resiko tinggi untuk kolesistektomi. Zat pelarut batu empedu yang digunakan
13 adalah asam kenodioksikolat (CDCA) dan ursodeoksikolat (UDCA). Keduanya hanya efektif untuk batu kolesterol yang kecil (<10mm) dan tidak dapat melarutkan pigmen. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehingga kejenuhan dalam kandung empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi. UDCA dengan dosis 8-10 mg/kgbb/hari atau 8-12 mg/kgbb/hari merupakan pilihan karena efek samping diare atau rambut rontok lebih kecil. UDCA diberikan selama 6-12 bulan. Sabiston merekomendasikan kombinasi antara UDCA dan CDCA dengan dosis masing-masing 7,5 mg/kgbb/hari. Terapi dengan zat pelarut ini harus diberikan lama yaitu antara 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu tersebut larut. b. ESWL ( Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy) Prosedur noninvasif ini menggunakan gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada batu empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud memecah batu tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen. Pecahnya batu tersebut akan keluar melewati saluran cerna. Namun beberapa komplikasi dapat timbul apabila bpecahnya batu tersebut menyumbat saluran pankreas sehingga menyebabkan pancreatitis, selain itu dapat juga menyumbat saluran cerna yang sempit seperti ileum terminale sehingga menimbulkan gejala ileus obstruktif Komplikasi Kolesistitis akut tidak jarang menjadi kolesistitis rekuren, kadang dapat berkembang dengan cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati, dan peritonitis. Kolelithiasis dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
14 BAB III a. Kolesistitis akut : biasanya dipresipitasi oleh obstruksi duktus sistikus akibat kalkulus. b. Kolesistitis kronik : inflamasi kronis menyebabkan penebalan dan fibrosis kandung empedu, biasanya menjadi menyusut, dan tidak berfungsi c. Obstruksi saluran bilier skunder akibat perjalanan kalkulus ke dalam duktus bilier komunis ( koledokolitiasis) dengan jaundice obstruktif d. Pankreatitis akut : terdapat hubungan yang kuat dengan batu empedu. Batu pada ujung bawah duktus bilier komunis tidak hanya merusak drainase pankreas, namun juga menimbulkan refluks empedu ke dalam duktus pankreas. e. Ileus batu empedu : terjadi ketika batu empedu mengalami ulserasi ke dalam duodenum melalui fistula dan menyebabkan obstruksi usus halus akibat impaksi batu f. Karsinoma kandung empedu : jarang namum biasanya berhubungan dengan kalkulus kandung empedu. g. Empiema : setelah batu empedu terjepit di dalam duktus sistikus akan terjadi distensi dan inflamasi, dengan kandungan purulen pada kandung empedu Prognosis Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu yang menjadi tebal, fibrotic, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tindakan bedah akut pada usia tua (>75 tahun) mempunyai prognosis yang jelek disamping kemungkinan timbul banyak komplikasi pasca bedah. 1 Kebanyakan pasien dengan batu empedu tetap asimtomatik sepanjang hidupnya. Kolik bilier timbul pada 1% pasien, dan pilihan terapi adalah kolesistektomi. Obstruksi duktus sistikus mengakibatkan kolesistitis akut. Terapia dalah antibiotik dan kolesistektomi.
15 Penutup Daftar pustaka 3.1 Kesimpulan Kolesistitis merupakan peradangan yang terjadi pada kandung empedu. Kolelithiasis adalah keadaan dimana terdapat batu empedu di dalam kandung empedu yang memiliki ukuran, bentuk, dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada 4F yaitu wanita ( female), usia di atas 40 tahun (forty), obese (fat), dan fertile. Keluhan khas adalah nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan kenaikan suhu tubuh disertai menggigil. Rasa sakit yang menjalar ke pundak atau scapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Keluhan timbul bila batu bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Gejala klinis dapaat berupa kolik bilier, mual, mutah, dan lain-lain. Pada kolesistitis ditemukan leukositosis, peningkatan kadar bilirubin (< 4 mg/dl), peningkatan serum transaminase dan fosfastase alkali. 1. Suzanna N. Bahan Ajar Gastroenterohepatologi. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Ukrida; hlm Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran Klinis. Ed ke 6. Jakarta: Erlangga Medical Series; hlm Davey P. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga Medical Series; hlm Patel P. Lecture Note Radiologi. Ed ke 2. Jakarta: Erlangga Medical Series; hlm 141-2
16
KOLELITIASIS A. PENGERTIAN
KOLELITIASIS A. PENGERTIAN Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis terutama ditemukan di negara-negara
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BATU EMPEDU Batu empedu atau cholelithiasis adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Batu kandung empedu merupakan gabungan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kolelitiasis Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian
Lebih terperinciPortofolio Kasus 1 SUBJEKTIF OBJEKTIF
Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF Pasien Tn.D, 22 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 3 hari yang lalu, mual dan muntah sebanyak 3 kali sejak 2 malam yang lalu. Selain itu os juga mengeluhkan
Lebih terperinciLAPORAN JAGA 24 Maret 2013
LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pencernaan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada proses pencernaan, makanan yang dimakan oleh manusia dicerna sampai dapat diabsorpsi
Lebih terperinciBED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.
BED SITE TEACHING Dani Dania D - 12100113044 Siti Fatimah - 12100113045 Lisa Valentin S - 12100113001 Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.PD SMF ILMU PENYAKIT DALAM P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA RS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang terletak di persimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainnya, mengemban tugas yang
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR TEORI
BAB I KONSEP DASAR TEORI A. Pengertian Kolelitiasis disebut juga Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi
Lebih terperinciADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u
ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k
Lebih terperinciLAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR
LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciSTATUS PASIEN. Alamat : Jl. Sungai ngirih, Selakau. Status Perkawinan : Menikah Masuk RS tanggal : Senin, 21 Desember 2015 pukul
STATUS PASIEN A. Identitas Nama : Tn. E Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 59 tahun Agama : Islam Alamat : Jl. Sungai ngirih, Selakau Pekerjaan : Buruh Status Perkawinan : Menikah Masuk RS tanggal : Senin,
Lebih terperinciLAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,
Lebih terperinciSTATUS COASS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
STATUS COASS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN Identitas a. Nama : Ny T b. Umur : 37 tahun c. Tanggal lahir : 12/09/2014 d. No. MR : 01213903 e. Alamat : Jl. A RT 01 RW 08 f. Telefon : - g. Nama suami : S h. Umur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., 2002). Kolelitiasis
Lebih terperinciKONSEP TEORI. 1. Pengertian
KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
Lebih terperinciIDENTITAS PASIEN. Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah
ACS STEMI IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.T Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia : 46 tahun Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah Agama : Islam Pekerjaan : Pengendara sepeda Alamat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada saluran empedu atau bisa pada keduanya. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
Lebih terperinciRiwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma
Identitas Pasien Nama: An. J Usia: 5 tahun Alamat: Cikulak, Kab Cirebon Jenis Kelamin: Perempuan Nama Ayah: Tn. T Nama Ibu: Ny. F No RM: 768718 Tanggal Masuk: 12-Mei-2015 Tanggal Periksa: 15-Mei-2015 Anamnesis
Lebih terperinciMata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada
Lebih terperinciCASE REPORT BEDAH KOLELITIASIS
CASE REPORT BEDAH KOLELITIASIS Disusun oleh : Putri Mutiara Sari 1102011212 Pembimbing : Dr. Yeppy AN, Sp.B, FINaCS, MM KEPANITERAAN KLINIK BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI RSUD SOREANG 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini
Lebih terperinciDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak
Lebih terperinciKolangitis et causa Koledokolitiasis
Kolangitis et causa Koledokolitiasis Debora Semeia Takaliuang 102011304 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : deboratakaliuang@ymail.com
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciLAPORAN KASUS / RESUME DIARE
LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan
Lebih terperinciAPPENDICITIS (ICD X : K35.0)
RUMAH SAKIT RISA SENTRA MEDIKA MATARAM PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU BEDAH TAHUN 2017 APPENDICITIS (ICD X : K35.0) 1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis
Lebih terperinciKEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING
KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING Pasaribu AS 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Kejang adalah peristiwa yang
Lebih terperinciPROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB) ANTENATAL CARE (ANC) IBU HAMIL DI POLIKLINIK KIA PUSKESMAS KALITIDU
Lebih terperinciLAPORAN JAGA. 26/1/ 2010 pukul WITA 21-22/6/2014 pukul WITA. Jaga : Ludi Dokter Jaga : dr. Fahroni Dokter Jaga : dr.
LAPORAN JAGA 26/1/ 2010 pukul 21.00-07.00 WITA 21-22/6/2014 pukul 22.00-06.30 WITA DM Jaga DM : Singgih Jaga : Ludi & Nurul Dokter Jaga : dr. Fahroni Dokter Jaga : dr. Dodi Identitas Pasien 1. Nama : An.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciKasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan:
Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga
Lebih terperinci3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)
Lampiran : Surat No. 224/DL.004/V/AMG-2012 Tanggal 15 Mei 2012 Hal : Pemeriksaan Kesehatan MACAM DAN JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit (Anamnesis) 2. Pemeriksaan Fisik (Physical Test) 3.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Bab ini penulis akan menerangkan proses keperawatan yang telah dilakukan
BAB III TINJAUAN KASUS Bab ini penulis akan menerangkan proses keperawatan yang telah dilakukan pada klien Ny. H dengan nefrolithiasis selama 3 hari di R. Kutilang RSDK Semarang antara lain: A. PENGKAJIAN
Lebih terperinciLAPORAN KASUS ACUTE CORONARY SYNDROME. PEMBIMBING: dr. H. Syahrir Nurdin, Sp.JP. DISUSUN OLEH: Bellinda Paterasari
LAPORAN KASUS ACUTE CORONARY SYNDROME PEMBIMBING: dr. H. Syahrir Nurdin, Sp.JP DISUSUN OLEH: Bellinda Paterasari 030.09.046 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI FAKULTAS
Lebih terperinciLAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK ANASTESI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG
LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK ANASTESI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG Nama : Goei,Deo Putra Lukmana Tanda Tangan No NIM : 11.2012.124... Topik : Anestesi Spinal Dokter Pembimbing
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan
Lebih terperinciMODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT
TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli
Lebih terperinciM/ WITA/ P4A0
RESUME 1.Ny. E/35 tahun/mrs 7 Juni 2015 jam 05.15 WITA/ G 3 P 2 A 0 Aterm Inpartu Kala I Fase Aktif, PER 2.Ny. M/17 tahun/mrs 6 Juni 2015 jam 15.30 WITA/ G 1 P 0 A 0 gravid 40 minggu, janin tunggal hidup,
Lebih terperinciSIROSIS HEPATIS R E J O
SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA CHOLELITHIASIS. Dikenal dengan istilah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Kolelitiasis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA CHOLELITHIASIS I. DEFINISI Dikenal dengan istilah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) JL. Terusan Arjuna No. 16 Kebon Jeruk - Jakarta Barat
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) JL. Terusan Arjuna No. 16 Kebon Jeruk - Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolelitiasis atau batu saluran empedu merupakan penyakit yang umumnya lebih sering ditemukan di negara maju dan jarang ditemukan di negara-negara berkembang. Namun,
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FK UNSYIAH/RSUDZA DARUSSALAM BANDA ACEH
-inistras Stase di Bagian Penyakit Dalam Wanita Tanggal Stase 9 Maret 2014-17 Maret 2014 Pertanyaan Pilihan jawaban Seorang wanita berusia 30 tahun, sejak 6 bulan yang lalu mengeluh nyeri dan bengkak di
Lebih terperinciApa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?
Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta
Lebih terperinciTUTORIAL SKENARIO B BLOK X 1.1 Data Tutorial : dr. Nia Ayu Saraswati
TUTORIAL SKENARIO B BLOK X 1.1 Data Tutorial Tutor : dr. Nia Ayu Saraswati Moderator : M. Apriliandy Sharif Sekretaris meja : Utin Karmila Sekretaris papan : Anisa Penidaria Hari, Tanggal : Senin, 07 Januari
Lebih terperinciHEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL
HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL PENDAHULUAN VARIASI HEP.VIRUS TERGANTUNG JENIS A,B.C KLINIS TERGANTUNG RINGAN-BERAT DARI TIPIKAL S/D ATIPIK HEPATITIS VIRAL AKUT : 1. BENTUK KHAS / SIMPTOMATIK
Lebih terperinciSAKIT PERUT PADA ANAK
SAKIT PERUT PADA ANAK Oleh dr Ruankha Bilommi Spesialis Bedah Anak Lebih dari 1/3 anak mengeluh sakit perut dan ini menyebabkan orang tua membawa ke dokter. Sakit perut pada anak bisa bersifat akut dan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciDiagnosis dan Tata Laksana Kolesistitis Akalkulus Akut
CASE REPORT Diagnosis dan Tata Laksana Kolesistitis Akalkulus Akut M. Adi Firmansyah SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Tangerang ABSTRAK Kolesistitis akalkulus akut adalah inflamasi akut dari kandung empedu
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,
Lebih terperinciPENGKAJIAN PNC. kelami
PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal di dalam
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna
Lebih terperinciKASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya,
KASUS GIZI BURUK 1. Identitas a. Identitas Balita Nama : Yuni Rastiani Umur : 40 bln (29-06-2009) Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 29-06-2009 Alamat Agama Suku : Bojong Kaum
Lebih terperinciCASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean
CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan 1301-1210-0072 Abednego Panggabean 1301-1210-0080 Pembimbing: Vitriana, dr., SpKFR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
Lebih terperinciTATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :
Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,
Lebih terperinciENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP)
ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP) PENDAHULUAN Pemeriksaan penunjang dilakukan dalam rangka penegakan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan salah satunya adalah pemeriksaan
Lebih terperinciKEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA STATUS ANESTESIOLOGI SPINAL SMF ILMU ANASTESI RS BAYUKARTA. NIM : Tanda tangan :
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Terusan Arjuna No 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA STATUS ANESTESIOLOGI SPINAL SMF ILMU ANASTESI
Lebih terperinciHepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini
Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) F6. Upaya Pengobatan Dasar HIPERTENSI STAGE II. Disusun Oleh: dr. Deanita Puspitasari
Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) F6. Upaya Pengobatan Dasar HIPERTENSI STAGE II Disusun Oleh: dr. Deanita Puspitasari PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH 2014 A. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulkus Peptikum 2.1.1 Definisi Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi
Lebih terperinciLAPORAN KASUS. Disusun oleh: Puspita Sari Dokter Pembimbing: dr. Arief Suseno, Sp.PD
LAPORAN KASUS Disusun oleh: Puspita Sari 102011101050 Dokter Pembimbing: dr. Arief Suseno, Sp.PD Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya SMF Ilmu Penyakit Dalam di RSUD dr.soebandi Jember
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi
Lebih terperinciSEORANG LAKI-LAKI 68 TAHUN DENGAN SIROSIS HEPATIS DECOMPENSATA CHILD PUGH C ET CAUSA HEPATITIS B DENGAN ASCITES PERMAGNA. Oleh: Winda Aisyah Panjaitan
KASUS KECIL SEORANG LAKI-LAKI 68 TAHUN DENGAN SIROSIS HEPATIS DECOMPENSATA CHILD PUGH C ET CAUSA HEPATITIS B DENGAN ASCITES PERMAGNA Oleh: Jeanne Fransisca Winda Aisyah Panjaitan G99141106 G99141107 Residen
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun
Lebih terperinciaureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus
Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah
Lebih terperinciLAPORAN KASUS UVEITIS ANTERIOR OD
LAPORAN KASUS UVEITIS ANTERIOR OD Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagia Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Diajukan kepada : Pembimbing : dr. Retno
Lebih terperinciAPPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.
APPENDISITIS I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) II. ETIOLOGI Appendisitis
Lebih terperinciPenatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :
1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut
Lebih terperinciBAB I LAPORAN KASUS. Jenis Kelamin : Perempuan : Tempuksari 20/7 candisari secang
BAB I LAPORAN KASUS I IDENTITAS PENDERITA Nama : Ny. dartiyah Umur : 56 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Tempuksari 20/7 candisari secang Pekerjaan : tidak bekerja Status : Menikah Suku : Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens apendisitis akut di Negara
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat
Lebih terperinciSTATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat SMF OBSTETRI RS RAJAWALI - BANDUNG
STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat SMF OBSTETRI RS RAJAWALI - BANDUNG Anamnesis Dilakukan autoanamnesis tanggal 16 Juni 2015 Pukul 20.15 WIB Keluhan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari
BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2010 A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Biodata Pasien Nama : An. A Tanggal lahir : 21 Agustus 2009 Umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI
Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis.
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciDEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya
ASKEP CA. HEPAR DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya sebagian besar fungsi hepar. Kanker
Lebih terperinciHIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:
HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.
Lebih terperinciAPPENDICITIS AKUT (ICD 10: K35.9)
CLINICAL PATHWAYS APPENDICITIS AKUT (ICD 10: K35.9) Nama Pasien: Umur: Berat Badan:..kg Tinggi Badan: cm Diagnosis Awal: APPENDICITIS AKUT Kode ICD 10: K35.9 Rencana rawat : 3 hari R. Rawat Tgl/Jam masuk:
Lebih terperinci