Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur"

Transkripsi

1 Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding dan lantai bangunan, bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan atap baja ringan dan asesorisnya adalah zincalume. Zincalum merupakan sejenis seng yang dilapisi almunium agar tahan karat atau tahan dari korosi. menjual prouk ke industri unuk pembuatan gudang pabrik atau bangunan. Saat pajak terutang adalah saat penyerahan Barang Kena Pajak, sedangkan untuk tempat terutang adalah sesuai dengan tempat dimana perusahaan dikukuhkan sebagai berikut : 1. Memungut Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%(sepuluh persen) atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). 2. Membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). 3. Melakukan setoran pajak yang terutang pada akhir bulan berikut setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. 4. Menyampaikan laporan perhitungan pajak dengan Surat Pemberitahuan Masa pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. 5. Menyimpan Faktur Pajak dengan rapih dan tertib. 6. Menyelenggarakan pencatatan dalam pembukuan perusahaan mengenai perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). 7. Melampirkan Daftar Ringkasan Pembelian dan Daftar Ringkasan Penjualan pada Surat Pemberitahuan Masa jika diminta. 37

2 4.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas pembelian Barang Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Masukan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak masukan atas perolehan BKP/JKP yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dari BKP/JKP yang dijual. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan memiiki syarat yaitu : Syarat formal : 1. Tercantum dalam faktur pajak dan dalam dokumen yang dilakukan sebagai faktur pajak dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Belum dilakukan pemeriksaan. Syarat material : 1. Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. 2. Belum dibebankan sebagai biaya. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan Pasal 9 ayat (8) Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai ditegaskan bahwa Pengkreditan Pajak Masukan sebagai mana yang dimaksut pada Pasal 9 ayat (2) tidak dapat dikreditkan bagi pengeluaran untuk : 1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 38

3 2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha. 3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan. 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 5. Memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan. 6. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. 7. Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas ketetapan pajak tersebut tidak merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. 8. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan. Pembelian yang dilakukan oleh menghasilkan Pajak Masukan pada Januari Desember tahun 2010 sebesar Rp ,- pada tahun 2011 sebesar Rp ,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp ,- 39

4 Tabel 4.1 Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak DPP Pajak Masukan Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Dari tabel 4.1 diatas,dapat dilihat besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh dari pembelian kepada supplier sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,- dengan total pembelian pada tahun 2010 sebesar Rp ,- Pada bulan Oktober perusahaan melakukan pembelian yang cukup banyak yaitu sebesar Rp ,- dan menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,- jadi total pembelian dibulan Oktober sebesar Rp ,- 40

5 Tabel 4.2 Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak DPP Pajak Masukan Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan Perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar Rp ,- dan menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,- maka kas yang harus dibayarkan oleh perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp ,- dengan total pembelian ditahun 2011 sebesar Rp ,- termasuk dengan Pajak Pertambahan Nilai. Di bulan Agustus 2011 melakukan pembelian yang cukup banyak dikarenakan untuk mencukupi persediaan barang yang akan dijual dengan total pada bulan Agustus sebesar Rp ,- sudah termasuk Pajak Masukan sebesar 41

6 10%. Dan dibulan Agustus membeli kembali dengan jumlah yang lebih besar Rp ,- termasuk dengan Pajak Masukan. Dibulan berikutnya yaitu dibulan September perusahaan melakukan pembelian kembali dalam jumlah yang cukup banyak yaitu sebesar Rp ,- dengan menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,- dan total pembelian pada bulan September sebesar Rp ,- Tabel 4.3 Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak DPP Pajak Masukan Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh Perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar 42

7 Rp ,- dan menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,- dengan total pembelian dalam tahun 2012 sebesar Rp ,- termasuk dengan Pajak Pertambahan Nilai. Dalam tahun 2012 terlihat ada 3 bulan yang melakukan pembelian dalam jumlah besar yaitu bulan Januari, April adn November. Pada bulan Januari jumlah pembelian sebesar Rp ,- dengan Pajak Masukan sebesar Rp , dan total pembelian sebesar Rp ,- Pada bulan April pembeliannya sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan sebesar Rp ,- total pembelian bulan April sebesar Rp ,- Untuk bulan November pembelian sebesar Rp ,-menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,- dengan total pembelian di bulan November sebesar Rp ,- Dari penjabaran diatasa, bahwa terjadi penurunan pembelian pada di tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar hampir 24%, dikarenakan masih banyaknya persediaan bahan yang belum digunakan sebelumnya. Untuk mengetahui besarnya Pajak Masukan yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak terhadap Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yaitu menggunakan Faktur Pajak Standar. Untuk setiap transaksi pembelian Perusahaan harus menerima bukti penerimaan atau invoice dan Faktur Pajak Standar dari perusahaan yang menyerahkan Barang Kena Pajak. Faktur Pajak akan menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Faktur pajak Masukan yang nantinya akan di kreditkan dengan Pajak Keluaran perusahaan dan menentukan besarnya Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar, Lebih Bayar atau Nihil. Faktur Pajak Standar harus memenuhi sebagai berikut : 43

8 1. Nama, Alamat dan NPWP yang melakukan penyerahan atau pembelian BKP/JKP 2. Jenis barang / jasa, jumlah harga jual atau penggantian dan potongan harga 3. PPN yang dipungut 4. PPnBM yang dipungut 5. Kode, no seri, tanggal pembuatan Faktur Pajak 6. Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak Berdasarkan hasil penelitian pada dokumen berupa SPT Masa tahun 2010, 2011, 2012, Faktur Pajak Masukan. Hasil wawancara penulis untuk faktur pajak tidak ditemukan masalah dikarenakan perusahaan sudah mengikuti Undang-Undang nomor 42 tahun Perusahaan mengakui sebelum diberlakukannya Undang-Undang no 42 tahun 2009, Faktur Pajak sering tidak diisi dengan lengkap dan jelas, hanya ada nama perusahaan dan NPWP tapi dikarenakan penulis menganalisis perusahaan XYZ mulai dari tahun 2010 jadi tidak membahas Faktur Pajak cacat di tahun Perusahaan harus tetap teliti saat menerima Faktur Pajak dan jika Perusahaan menerima Faktur Pajak yang tidak lengkap perusahaan harus langsung meminta Faktur pajak pengganti pada Perusahaan Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut Analisis Penyerahan Barang Kena Pajak (Pajak Keluaran) Pada tahun 2010, 2011, 2012, telah melakukan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan yang dilakukan kepada pelanggan. Pemungutan yang dilakukan oleh perusahaan dengan mengalikan tarif Pajak Pertambahan Nilai yang diterapkan dengan besarnya Dasar Pengenaan Pajak atas transaksi penyerahan. Perusahaan yang bertugas 44

9 sebagai pemungut wajib membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan yang dilakukan atas penyerahan Barang Kena Pajak. Pembuatan Faktur Pajak yang dilakukan adalah saat pembayaran atau paling lambat satu bulan setelah berakhirnya Masa Pajak. Dilihat dari segi tanggal pembuatan, Faktur Pajak Keluaran yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Masa Pajak Pertambahan Nilai sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. menerbitkan Faktur Pajak ketika terjadi pembayaran uang muka yang diterima dan membuka Faktur Pajak lagi saat pelunasan. juga menerbitkan Faktur Pajak saat barang dikirimkan. Pajak Keluaran yang berasal dari penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp ,- tahun 2011 sebesar Rp ,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp ,- 45

10 Tabel 4.4 Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui besarnya Pajak Keluaran yang diterima oleh perusahaan atas penjualan pada konsumen sebesar Rp ,- dengan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan total penjualan tahun 2010 sebesar Rp ,- Penjualan terbesar di tahun 2010 ini terlihat pada bulan Februari dengan total penjualan pada konsumen sebesar Rp ,- sudah termasuk Pajak Keluaran. Dan pada bulan Oktober Penjualan perusahaan sebesar 46

11 Rp ,- dengan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan total penjualan pada bulan Oktober sebesar Rp ,- Tabel 4.5 Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Dari tabel 4.5 diatas, dapat dilihat besarnya Pajak keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan total penjualan pada tahun 2011 sebesar Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada 47

12 tahun 2011 diantara bulan-bulan lain bulan Juni 2011 penjualannya tidak begitu besar jika dibandingkan dengan bulan berikutnya atau bulan sebelumnya, melakukan penjualan sebesar Rp ,- dan menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan total penjualannya sebesar Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Dan pada tahun 2011 ada 3 bulan yang penjualannya paling tinggi yaitu bulan Maret, Agustus dan September. Pada bulan Maret penjualan perusahaan sebesar Rp ,- dan menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- total penjualan dibulan maret sebesar Rp ,- pada bulan Agustus adalah puncak tertinggi penjualan perusahaan pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp ,- dengan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan total penjualan sebesar Rp ,- diikuti dibulan September penjualan masih tergolong tinggi sebesar Rp dengan Pajak Keluaran sebesar Rp dan total penjualan bulan September sebesar Rp ,- Tabel 4.6 Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

13 September Oktober November Desember Total Dari tabel 4.6 diatas, dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan total penjualan pada tahun 2012 sebesar Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada bulan November melakukan penjualan yang cukup besar yaitu sebesar Rp ,- dengan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan total penjualan pada bulan November 2012 adalah sebesar Rp ,- 4.2 Analisis Perhitungan Besarnya Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar/Lebih Bayar Perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Bayar atau Lebih Bayar dapat dilihat dari data-data Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang ditampilkan pada tabel diatas. Jika Pajak Masukan lebih kecil dari Pajak Keluaran maka Kurang Bayar dimana perusahaan wajib membayar kekurangannya kepada kas negara. Dan jika Pajak Masukan Lebih Besar dari Pajak Keluaran berarti Lebih Bayar, dimana Perusahaan berhak memilih apakah Lebih bayar tersebut akan direstitusikan atau dikompensasi untuk Masa Pajak berikutya. 49

14 Tabel 4.7 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2010 Kurang/ Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan kompensasi (Lebih)Bayar Januari Februari Maret April Mei ( ) Juni ( ) Juli Agustus September ( ) Oktober November Desember Total Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran pada tahun 2010 sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan pada tahun 2010 sebesar Rp ,- dan adanya kompensasi atas Lebih Bayar pada bulan Juni sebesar Rp ,- dan pada bulan Juli juga mengalami Lebih Bayar sebesar Rp ,- dan juga pada bulan Oktober sebesar Rp ,- 50

15 Tabel 4.8 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan Kompensasi Kurang/(Lebih)Bayar Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Dari data di tabel 4.8 dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan perusahaan tahun 2011 sebesar Rp ,- pada Tahun 2011 ini tidak ada kompensasi karena setiap bulannya perusahaan mengalami Kurang Bayar. 51

16 Tabel 4.9 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan kompensasi Kurang/(Lebih)Bayar Januari Februari ( ) Maret ( ) ( ) April ( ) Mei ( ) ( ) Juni ( ) Juli Agustus September Oktober November Desember Total Berdasarkan tabel 4.9 diketahui besarnya Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan sebesar Rp ,- dan,- Dilakukan kompensasi atas Lebih Bayar pada bulan April sebesar Rp ,- bulan Juni sebesar Rp ,- dan pada bulan Juli sebesar Rp ,- 52

17 4.3 Analisis Ketepatan atau Keterlambatan Dalam Melakukan Setor Pajak Tabel 4.10 Keterlambatan Setor Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak Tanggal Setor Keterlambatan Januari 01 Februari Februari 16 April bulan Maret 16 April April 17 Mei Mei 18 Juni Juni 20 Juli Juli 18 Agustus Agustus 27 September September 14 Oktober Oktober 24 November November 26 Januari bulan Desember 31 Januari Berdasarkan Tabel 4.10 diatas perusahaan seharusnya melakukan setor pajak paling lambat di akhir bulan berikutnya, jika perusahaan melakukan keterlambatan pembayaran tentu akan dikenakan denda sesuai dengan peraturan Undang-Undang no 42 tahun Pada bulan Februari perusahaan terlambat setor. Seharusnya perusahaan setor paling lambat tanggal 31 Maret 2010 tapi perusahaan baru setor tanggal 16 April 2010 maka perusahaan terlambat setor 1 bulan. Dan pada bulan November perusahaan terlambat lagi seharusnya perusahaan menyetorkan pajak 53

18 paling lambat 31 Desember namun perusahaan baru setor tanggal 26 Januari 2011 maka terlambat 1 bulan. Tabel 4.11 Keterlambatan Setor Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak Tanggal Setor Keterlambatan Januari 28 Februari Februari 01 Maret Maret 29 April April 19 Mei Mei 15 Juli bulan Juni 15 Juli Juli 19 September bulan Agustus 19 September September 18 Oktober Oktober 29 Nopember November 22 Desember Desember 18 Januari Pada Tabel 4.11 perusahaan melakukan keterlambatan setor di bulan Mei dan Juli Perusahaan terlambat menyetorkan pajak 1 bulan. Masa Mei seharusnya dibayarkan paling akhir bulan Juni tapi baru disetorkan pada bulan Juli. 54

19 Tabel 4.12 Keterlambatan Setor Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Tanggal Setor Keterlambatan Januari 20 Februari Februari 18 Maret Maret 18 April April 18 Mei Mei 18 Juni Juni 10 Juli Juli 10 Agustus Agustus 03 Oktober bulan September 15 Oktober Oktober 19 Nopember November 10 Desember Desember 11 Januari Dilihat dari Tabel 4.12 Perusahaan terlambat menyetorkan pajaknya untuk Masa Pajak bulan Agustus. Perusahaan baru menyetorkan kekurangan pajaknya pada 3 Oktober 2012 yang seharusnya disetorkan paling lambat 30 September 2012 maka dari itu perusahaan terlambar 1bulan 55

20 4.4 Analisis Ketepatan atau Keterlambatan Dalam Melakukan Pelaporan SPT Masa Tabel 4.13 Keterlambatan Pelaporan Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak Tanggal Lapor Keterlambatan Januari 19 Maret bulan Februari 19 April bulan Maret 19 April April 20 Mei Mei 18 Juni Juni 20 Juli Juli 18 Agustus Agustus 20 September September 20 Oktober Oktober 29 Nopember November 31 Januari bulan Desember 31 Januari Pada Tabel 4.13 terlihat keterlambatan perusahaan dalam melakukan pelaporan pajak yang sebelumnya telah disetorkan. batas akhir untuk pelaporan sama seperti setor yaitu akhir bulan berikutnya. Jadi bisa dilihat perusahaan terlambat melaporkan pajaknya pada bulan Januari, Februari dan November. Seharusnya untuk Masa Pajak Januari Pelaporan dilakukan paling akhir tanggal 28 Februari 2010 dan perusahaan baru melaporkan SPT pada 19 Maret 2010, perusahaan terlambat 1 bulan. 56

21 Dan Masa Pajak Februari perusahaan baru melaporkan SPT pada 19 April 2010 yang seharusnya dilaporkan pada akhir bilan Maret. Terjadi kembali keterlambatan lapor dibulan November, perusahaan terlambat 1 bulan dalam pelapora SPT Masa. Tabel 4.14 Keterlambatan Pelaporan Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak Tanggal Lapor Keterlambatan Januari 13 April bulan Februari 19 April bulan Maret 19 Mei bulan April 19 Mei Mei 22 Agustus bulan Juni 22 Agustus bulan Juli 13 Oktober bulan Agustus 13 Oktober bulan September 25 Nopember bulan Oktober 27 Januari bulan November 27 Januari bulan Desember 27 Januari Dapat dilihat dari tabel 4.14 hampir di setiap bulannya perusahaan mengalami keterlambatan pelaporan SPT Masa. Pada Januari perusahaan terlambat 2 bulan yang seharusnya dilaporkan paling lambat tanggal 28 Februari 2011 tapi SPT baru dilapokan pada 13 April Hanya untuk SPT Masa bulan April dan Desember saja yang tidak terlambat dalam pelaporannya. 57

22 Tabel 4.15 Keterlambatan Pelaporan Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Tanggal Lapor Keterlambatan Januari 12 Maret bulan Februari 18 April bulan Maret 18 April April 18 Juni bulan Mei 18 Juni Juni 30 Juli Juli 07 Agustus Agustus 15 Oktober bulan September 15 Oktober Oktober 19 Nopember November 12 Desember Desember 30 Januari Terlihat 4 bulan yang terlambat dalam Pelaporan SPT Masanya yaitu bulan Januari, Februari, April, dan Agustus. Pada 4 bulan ini perusahaan terlambat masingmasing 1 bulan dalam melaporkan SPT Masanya. 58

23 4.5 Analisis Denda Pajak Akibat Keterlambatan Setor Pajak Tabel 4.16 Denda Terlambat Setor Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak Denda Januari - Februari Maret - April - Mei - Juni - Juli - Agustus - September - Oktober - November Desember - Dilihat dari Tabel 4.16 berisikan kolom pengenaan denda. Berdasarkan Undang-Undang no 42 tahun 2009 batas akhir untuk Setor adalah akhir bulan berikutnya. Dan setiap keterlambatan ada denda yang dikenakan. Denda tersebut dikenakan 2% dikalikan dengan lamanya bulan terlambat setor dikali dengan pajaknya. Pada bulan Februari dikenakan denda karena terlambat setor sebesar Rp ,- dari hasil perhitungan 2% X 1(bulan) X Rp ,- dan pada 59

24 bulan November dikenakan denda sebesar Rp ,- dari hasil 2% X 1(bulan) X Rp ,- Tabel 4.17 Denda Terlambat Setor Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak denda Januari - Februari - Maret - April - Mei Juni - Juli Agustus - September - Oktober - November - Desember - Dari Tabel 4.17 perusahaan dikenakan denda pada bulai Mei sebesar Rp ,- dari perhitungan 2% X 1(bulan) X Rp ,- dan bulan Juli sebesar Rp ,- terlambat 1 bulan. Perhitunganya adalah 2% X 1(bulan) X Rp ,- 60

25 Tabel 4.18 Denda Terlambat Setor Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Denda Januari - Februari - Maret - April - Mei - Juni - Juli - Agustus 815,802 September - Oktober - November - Desember - Dalam Tabel 4.18 terlihat perusahaan terlambat setor untuk bulan Agustus dan dikenakan denda untuk bulan Agustus denda 2% X 1(bulan) X Rp ,- maka yang harus dibayar oleh perusahaan sebesar Rp ,- 61

26 4.6 Analisis Denda Pajak Akibat Keterlambatan Pelaporan Tabel 4.19 Denda Terlambat Lapor Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak Denda Januari Februari Maret - April - Mei - Juni - Juli - Agustus - September - Oktober - November Desember - Berdasarkan Tabel 4.19 diatas dapat dilihat perusahaan dikenakan denda akibat keterlambatan pelaporan SPT Masa untuk tiap keterlambatan masa dikenakan denda sebesar Rp ,- perusahaan terlambat lapor dibulan Januari, Februari dan November. Maka di tahun 2010 perusahaan harus membayar denda dengan total Rp ,- 62

27 Tabel 4.20 Denda Terlambat Lapor Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak Denda Januari Februari Maret April - Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember - Dari Tabel 4.20 diketahui hampir setiap bulan perusahaan dikenakan denda karena terlambat lapor. Jika perusahaan tidak memperbaiki ketaatan dalam pelaporan tentu perusahaan akan dikenakan denda terus menerus, tentu merugikan perusahaan. Dalam tahun 2011 hanya bulan April dan Desember saja yang pelaporannya tepat waktu maka jika dijumlah perusahaan harus membayar denda sebesar Rp ,- tentu pembayaran tidak digabungkan tapi dibayarkan tiap Masanya. 63

28 Tabel 4.21 Denda Terlambat Lapor Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Denda Januari Februari Maret - April Mei - Juni - Juli - Agustus September - Oktober - November - Desember - Keterlambatan pelaporan terjadi kembali di tahun Dilihat dari Table 4.21 perusahaan terlambat melaporkan SPT Masa pada bulan Januari, Februari, April dan Agustus. Denda yang dikenakan sebesar Rp ,- meskipun seandainya bulan Januari perusahaan baru melaporkan dibulan April, berarti perusahaan terlambat 2 bulan, maka denda yang dikenakan sebesar Rp ,- 64

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Limanindo Kawan Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

Lebih terperinci

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Faktur Pajak Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester BAB IV PEMBAHASAN PT. TEIJIN INDONESIA FIBER, Tbk merupakan sebuah perusahaan PMA bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester Chips, Filament Yarn dan Staple Fibre.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA TAHUN 2010-2012 Christa Suwandi, Gen Norman T Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB I PENAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPN DAN PPnBM PAJAK ATAS NILAI TAMBAH PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Faktur a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c. ekspor BKP

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI IV.1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai CV.Graha Alfa Sakti adalah sebuah perusahaan penjualan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

Struktur Organisasi PT. Kidung Agung Jaya Perkasa

Struktur Organisasi PT. Kidung Agung Jaya Perkasa L A M P I R A N Struktur Organisasi PT. Kidung Agung Jaya Perkasa Kepala Administrasi Administrasi Penjualan Administrasi Perpajakan Departemen Keuangan Manajer Keuangan Kasir Kepala Kasir Pengendali Piutang

Lebih terperinci

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENERBITAN DAN PEROLEHAN FAKTUR PAJAK SERTA PENGAKUAN ATAS PENYERAHAN DAN PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK PADA PT UNITEX TBK TAHUN 2014 PAPER Dibuat Oleh: Annisa Pradita 0221

Lebih terperinci

AKUNTANSI PPN & PPnBM

AKUNTANSI PPN & PPnBM AKUNTANSI PPN & PPnBM Catatan PPN Sistem Kredit PPN Pasal 9 Ayat (2), (3), (4), (4a) UU PPN PPN Keluaran Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan kepada PKP Pembeli. PPN Masukan Merupakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Riwayat Perusahaan Tahun 1890 berdiri PT X sebagai importir di Kyoto, Jepang dan kantor perwakilan di Tokyo, dan pada tahun 1991 berdirilah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kebijakan Akuntansi Perusahaan. Dalam pelaksanaan kebijakan akuntansi yang mana diterapkan oleh perusahaan untuk mengetahui penentuan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT Healthy World adalah perusahaan distributor berupa alat-alat kesehatan untuk keperluan tumah tangga berupa kursi pijat, pijat

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK STANDAR

FAKTUR PAJAK STANDAR FAKTUR PAJAK STANDAR Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak : Alamat : NPWP : Tanggal Pengukuhan PKP : Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak : Alamat : NPWP : NPPKP : No.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Perencanaan pajak dilakukan sebagai usaha perusahaan didalam memenuhi peraturan yang berlaku atas Pajak Pertambahan Nilai. Setelah penulis melakukan evaluasi terhadap

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 9 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak Pertambahan Nilai normal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi Barang atau jasa yang dikonsumsi di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini

Lebih terperinci

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Perpajakan 2 PPN & PPnBM Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OBJEK PPN a. PENYERAHAN BKP DAN JKP DI DALAM DAERAH PABEAN YANG DILAKUKAN OLEH PENGUSAHA; b. IMPOR BKP; c. PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DALAM

Lebih terperinci

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) UU PPnBM UU No. 8/1983 UU No. 11/1994 UU No. 18/2000 Meningkatkan kepastian hukum & keadilan Menciptakan sistem perpajakan yang sederhana tanpa mengabaikan pengawasan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU IV.1 Evaluasi atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengelompokkan penjualan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ. Putusan : Put-87868/PP/M.VA/99/2017 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust : Put. 43692/PP/M.XV/16/2013 Mahkamaa Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000

BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000 BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000 disebutkan bahwa Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Nilai PT TCI. Maka penulis memberi simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Nilai PT TCI. Maka penulis memberi simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.I Simpulan Setelah membahas hasil dari analisis dan menguji kepatuhan kewajiban Perpajakan perusahaan, khususnya penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT TCI. Maka

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional saat ini adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

LAMPIRAN S.E. DJP NO.: SE-32/PJ.3/1988 TANGGAL 28 JULI 1988 CONTOH PENGHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI DAN KENAIKAN

LAMPIRAN S.E. DJP NO.: SE-32/PJ.3/1988 TANGGAL 28 JULI 1988 CONTOH PENGHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI DAN KENAIKAN LAMPIRAN S.E. DJP NO.: SE32/PJ.3/1988 TANGGAL 28 JULI 1988 CONTOH PENGHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI DAN KENAIKAN Contoh No.1 Pengusaha sebenarnya adalah Pabrikan per 1 April 1987. Melaporkan usahanya untuk

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan gas. Perusahaan mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang

Lebih terperinci

Prinsip Umum. Pengkreditan Pajak Masukan. PajakMasukanTidakDapat Dikreditkan. Prinsip Umum

Prinsip Umum. Pengkreditan Pajak Masukan. PajakMasukanTidakDapat Dikreditkan. Prinsip Umum Prinsip Umum Pengkreditan Pajak Masukan Pajak Masukan (PM) dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran (PK) dalam Masa Pajak yang sama Bagi PKP yang belum berproduksi, PM atas perolehan/impor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Karya Sejahtera Pratama Cabang Surabaya, berdiri pada bulan Oktober 2012 yang merupakan perluasan dari PT. Karya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. With Holding System a. Pengertian With Holding System Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus mengetahui bahwa with holding system

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beragam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan oleh negara melalui pembangunan nasional.pembangunan nasional merupakan kegiatan yang terus

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM UU No.18 Tahun 2000 => 42 Th 2009 Tentang Pengenaan PPN dan PPnBM atas BKP dan JKP yang dikonsumsi di dalam negeri Definisi Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis akan mengamati kasus yang penulis dapatkan selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan di KKP Anton dan Rekan yaitu tentang pemeriksaan pajak

Lebih terperinci

PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY

PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY Contributed by Administrator Thursday, 11 February 2010 Pusat Peraturan Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

Penggantian ke 2 (dua) :

Penggantian ke 2 (dua) : Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.38645/PP/M.XIII/16/2012 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari penghasilan masyarakat, dalam proses pemungutan perlu diatur dalam undang-undang agar dapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai PT. MPK merupakan sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang pengembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 PT.KAJ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan di kota Semarang yang berdiri sejak tahun 2009.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &

Lebih terperinci

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK P2.1 Teori Faktur Pajak A. Definisi Pasal 1 huruf t UU PPN 1984 yang dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 menjadi Pasal 1 angka 23 merumuskan : Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Lebih terperinci

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM :

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM : Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN Dengan ini saya, Nama : Dwi Larasati Putri NIM : 120095091 Judul skripsi : Evaluasi Penerapan dan Perbandingan

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Jika kita membahas pengertian dari pajak, banyak ahli yang memiliki pengertian yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak Pertambahan Nilai merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan yang kegiatan operasionalnya melakukan transaksi jual beli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Perencanaan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

Sistem Kredit PPN. PPN Keluaran. Ketika PPN Keluaran. Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan

Sistem Kredit PPN. PPN Keluaran. Ketika PPN Keluaran. Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan 1 Sistem Kredit PPN Pasal 9 Ayat (2), (3), (4), (4a) UU PPN PPN Keluaran PPN Masukan PPN Kurang Bayar PPN Lebih Bayar Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan kepada PKP Pembeli. Merupakan

Lebih terperinci