METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja dipilih dengan tujuan tertentu. Alasan pemilihan daerah ini berdasarkan informasi dari PPL di Kecamatan Pancur Batu, kecamatan ini merupakan daerah sentra penghasil buah belimbing terbesar di Kabupaten Deli Serdang. Metode Penentuan Sampel 1. Petani produsen Populasi dalam penelitian ini adalah petani belimbing di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, yang berjumlah 304 KK. Dengan besarnya sampel sebanyak 15 sampel dari masing masing desa. Penentuan besarnya sampel ini dianggap sudah mencukupi karena sampel petani homogen. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode accidental yaitu petani sampel adalah petani yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap cocok sebagai sumber data. 2. Pedagang perantara Adapun pedagang perantara yang akan diwawancara ditentukan dengan menggunakan pendekatan snowbowling sampling, yaitu penarikan sampel dimana

2 sampel pedagang perantara ditentukan dengan mengikuti arus pergerakan komoditi tersebut mulai dari produsen hingga sampai ke konsumen. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan petani dan pedagang sampel yang berpedoman pada daftar kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga, instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan literatur yang mendukung penelitian. Metode Analisis Data Untuk identifikasi masalah (1), (2) dan (4) dianalisis dengan metode analisis deskriptif berdasarkan survei di daerah penelitian dengan melihat dan menganalisis : a. Jenis jenis saluran pemasaran serta volume pemasaran pada masing masing saluran pemasaran yang terdapat di daerah penelitian. b. Fungsi fungsi pemasaran yang digunakan oleh pedagang. c. Kendala kendala yang dihadapi oleh petani dan pedagang dalam pemasaran di daerah penelitian. d. Upaya upaya yang telah dilakukan petani dalam menyelesaikan masalah dan kendala dalam pemasaran belimbing.

3 Untuk identifikasi masalah (3) digunakan metode analisis : a. Untuk menganalisis biaya pemasaran, margin pemasaran, price spread dan share margin yang diterima oleh produsen dan pedagang pada setiap saluran digunakan rumus : - Untuk analisis biaya pemasaran dihitung dengan perhitungan sederhana dengan menghitung besarnya biaya pemasaran pada setiap saluran pemasaran - Untuk analisis marjin pemasaran digunakan rumus : Keterangan : M = Marjin pemasaran C ij = Biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke j. = Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-j m = Jumlah jenis biaya pemasaran n = Jumlah lembaga pemasaran

4 - Untuk menghitung share margin digunakan rumus : Keterangan : S m = Share marjin dihitung dalam % P p = Harga yang diterima petani, pedagang ke-i dan harga pada setiap komponen biaya tataniaga P k = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir - Price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya biaya tataniaga menurut komponen biaya yang sama. b. Untuk menghitung tingkat efisiensi pemasaran yang diperoleh oleh masing masing saluran pemasaran dengan menggunakan rumus efisiensi pemasaran : Berdasarkan keterangan yang dibuat oleh Gultom (1996), pada umumnya suatu sistem tataniaga untuk (sebagian) produk hasil pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila share margin petani berada di atas 50%.

5 Defenisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, maka dibuatlah beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi 1. Petani belimbing adalah petani yang mengusahakan tanaman belimbing baik secara komersial maupun sebagai sampingan. 2. Pemasaran belimbing adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan produksi fisik komoditi belimbing dari produsen / petani kepada konsumen akhir. 3. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. 4. Biaya pemasaran adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran (dalam hal ini pedagang) dalam menyalurkan belimbing dari petani ke konsumen akhir. 5. Price spread adalah sebaran harga yang dikelompokkan berdasar atas komponen biaya yang sama. 6. Margin pemasaran adalah selisih antara harga beli konsumen dengan harga jual pedagang. 7. Share margin adalah bagian harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen.

6 8. Fungsi fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh setiap lembaga pemasaran belimbing akan menimbulkan biaya biaya pemasaran. 9. Masalah adalah faktor-faktor yang dapat menghalangi/mengurangi kelancaran sistem pemasaran belimbing. 10. Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dan akan dilakukan guna mengatasi permasalahan yang ada dalam pemasaran belimbing. Batasan Operasional 1. Sampel adalah petani belimbing dan pedagang yang berperan menyampaikan hasil produksi kepada konsumen akhir. 2. Buah belimbing yang diteliti merupakan buah belimbing manis. 3. Waktu penelitian adalah bulan Oktober dan November tahun Lokasi penelitian adalah di Desa Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

7 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Gambaran Umum Daerah penelitian a. Luas dan letak geografis daerah penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, dilakukan di dua desa yaitu Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang. Desa Namoriam berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 23 0 C 27 0 C. Luas wilayah 660 ha dan keadaan topografi datar, jarak desa dengan pusat kecamatan 3,5 km dan dari ibukota kecamatan 23,5 km. Adapun batas-batas wilayah Desa Namoriam adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tiang Layar - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Durin Simbelang - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tiang layar dan Desa Durin Simbelang - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Durin Tonggal Desa Durin Simbelang merupakan salah satu desa swakarya, yang berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut. Desa ini memiliki temperatur 23 0 C 27 0 C. Luas wilayah 389,42 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Durin Simbelang adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pertampilen dan Desa Namoriam - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tiang Layar - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Durin Tonggal dan Desa Sugau - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tiang Layar dan Desa Namoriam

8 b. Keadaan penduduk Jumlah penduduk Desa Namoriam sebanyak jiwa. Di desa ini jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibanding jumlah penduduk perempuan dengan total kepala keluarga 409 KK. Di Desa Durin Simbelang terdapat jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 627 RT. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang tahun 2009 No. Jenis Kelamin Desa Namoriam Jumlah Persentase (%) (orang) Desa Durin Simbelang Jumlah Persentase (orang) (%) 1 Laki - laki , Perempuan , Total 1, , Sumber : kantor kepala desa setempat. Pada umumnya, penduduk di kedua desa merupakan petani, yaitu lebih dari 90 % dari jumlah total penduduk yang ada. Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Komposisi penduduk menurut pekerjaan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang tahun 2009 No. Pekerjaan Desa Namoriam Jumlah (orang) Persentase (%) Desa Durin Simbelang Jumlah Persentase (orang) (%) 1 Petani 1, , Pegawai Negeri ABRI Wiraswasta Total 1, , Sumber : kantor kepala desa setempat

9 c. Penggunaan lahan Sebagian besar lahan Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang digunakan untuk areal perladangan/tanah kering. Sebagian kecil digunakan untuk pekarangan rumah dan kebutuhan lainnya. Pola penggunaan lahan untuk kedua desa ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Komposisi penggunaan lahan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang tahun 2009 No Jenis Penggunaan Desa Namoriam Desa Durin Simbelang Lahan Luas (ha) Persentase (%) Luas (ha) Persentase (%) 1 Bangunan Lahan Pertanian Sawah Ladang Tegalan Kolam Lain-lainnya Total Sumber : kantor kepala desa setempat Pada Desa Naoriam penggunaan lahan pertanian untuk perladangan lebih banyak digunakan yaitu sebesar 325 ha. Sedangkan pada Desa Durin Simbelang sebesar 133 ha. d. Sarana dan prasarana Sarana dan Prasarana sangat menunjang pembangunan masyarakat desa. Bila sarana dan prasarana baik, maka pembangunan desa dan masyarakat akan semakin baik pula. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis fasilitas umum yang telah tersedia baik fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, maupun fasilitas peribadatan. Kedua desa ini telah dapat dicapai dengan kendaraan umum

10 karena letaknya yang berada di pinggir jalan besar. Secara umum sarana dan prasarana Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang tahun 2009 No. Sarana Desa Namoriam Desa Durin Simbelang 1 Sarana Ibadah Mesjid (unit) 1 1 Gereja (unit) Sarana Kesehatan Rumah Sakit (unit) 0 1 Posyandu (unit) Sarana Pendidikan SD (unit) 0 1 SMP (unit) 0 0 SMA (unit) 0 0 Sumber : kantor kepala desa setempat Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana ibadah telah dapat dikatakan baik pada kedua desa ini, dimana pada setiap desa setidaknya telah tersedia mesjid dan gereja. Sarana pendidikan dan kesehatan yang ada di kedua desa tersebut kurang untuk mendukung kesejahteraan penduduk. Terutama sarana pendidikan untuk anak anak yang ada di desa tersebut. Karakteristik sampel a. Petani Petani sampel merupakan petani yang mengusahakan belimbing di lahan pertaniannya. Petani sampel yang diteliti di daerah penelitan diperoleh sebanyak 30 orang. Adapun karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi umur, pengalaman, pendidikan dan jumlah tanggungan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

11 Tabel 7. Karakteristik petani sampel di daerah penelitian tahun 2009 Desa Durin Desa Namoriam No. Uraian Satuan Simbelang Range Rataan Range Rataan 1 Umur Tahun Pengalaman Tahun Pendidikan Tahun Jumlah tanggungan Jiwa Luas lahan ha Sumber : analisis data primer (lampiran 1) Rataan petani sampel Desa Namoriam berumur 42,53 tahun, sedangkan di Desa Durin Simbelang 43,07 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel pada kedua desa rata rata berusia produktif untuk melakukan usaha tani. Rata rata pengalaman sebesar 14,00 tahun di Desa Namoriam dan 14,87 tahun di Desa Durin Simbelang. Tingkat pendidikan petani Desa Namoriam senilai 10,40 namun di Desa Durin Simbelang 8,80. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di Desa Namoriam telah menempuh pendidikan rata rata hingga selesai SMP. Petani Desa Durin Simbelang rata rata mencapai pendidikan selesai SD. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi cara berpikir dan berusaha tani. Dengan rataan jumlah tanggungan sebanyak 2 orang di Desa Namoriam dan 3 orang di Desa Durin Simbelang. b. Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang membeli langsung belimbing ke petani dan menjualnya kepada pedagang besar. Pedagang sampel yang diteliti diperoleh dengan bertanya pada petani kemana belimbing tersebut dijual. Adapun karakteristik pedagang pengumpul dalam penelitian ini meliputi

12 umur, pengalaman, dan pendidikan. Karakteristik sampel pedagang pengumpul dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 8. Sampel pedagang pengumpul di daerah penelitian tahun 2009 No. Uraian Satuan Range Rataan 1. Umur Tahun ,8 2. Pengalaman Tahun Pendidikan Tahun ,6 Sumber : analisis data primer (lampiran 2) Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan umur pedagang pengumpul adalah 42,8 tahun, yang berarti pedagang berada di usia produktif. Dan pengalaman berdagang selama rataan 16 tahun, dengan rataan pendidikan 9,6 yang menunjukkan pedagang pengumpul telah menempuh pendidikan SMP. c. Pedagang besar Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli belimbing dari pedagang pengumpul dalam jumlah yang relatif lebih banyak, dan menjualnya kepada pedagang pengecer. Adapun karakteristik pedagang besar dalam penelitian ini meliputi umur, pengalaman, dan pendidikan. Karakteristik sampel pedagang besar dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 9. Karakteristik pedagang besar di daerah penelitian tahun 2009 No. Uraian Satuan Range Rataan 1. Umur Tahun Pengalaman Tahun Pendidikan Tahun ,5 Sumber : analisis data primer (lampiran 3) Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan umur pedagang besar adalah 51 tahun, yang berarti pedagang berada di usia produktif. Dan pengalaman berdagang selama rataan 21 tahun, dengan rataan pendidikan 10,5 yang menunjukkan pedagang besar telah menempuh pendidikan SMP.

13 d. Pedagang pengecer Pedagang pengecer merupakan pedagang yang membeli belimbing dari pedagang besar dalam jumlah yang relatif sedikit, dan menjualnya kepada konsumen. Adapun karakteristik pedagang pengecer dalam penelitian ini meliputi umur, pengalaman, dan pendidikan. Karakteristik sampel pedagang besar dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini. Tabel 10. Karakteristik pedagang pengecer di daerah penelitian tahun 2009 No. Uraian Satuan Range Rataan 1. Umur Tahun ,85 2. Pengalaman Tahun ,65 3. Pendidikan Tahun ,36 Sumber : analisis data primer (lampiran 4) Dari tabel dapat dilihat bahwa rata rata pedagang pengecer berusia 46,85 tahun, yang berarti pedagang berada di usia produktif. Dan pengalaman berdagang selama rataan 15,65 tahun, dengan rataan pendidikan 9,36 yang menunjukkan rataan pendidikan pedagang pengecer menempuh pendidikan SMP.

14 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Saluran Pemasaran Belimbing Di Daerah Penelitian Petani belimbing di daerah penelitian dalam memasarkan belimbing yang dihasilkan melewati beberapa saluran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 30 orang petani sampel, 5 orang pedagang pengumpul, 2 orang pedagang besar dan 4 orang pedagang pengecer, diperoleh tiga tipe saluran pemasaran yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Distribusi petani berdasarkan saluran pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Distribusi petani dalam saluran pemasaran belimbing di daerah penelitian tahun 2009 Desa Desa Durin Total Namoriam Simbelang No. Jenis Saluran Jlh Jlh Jlh Petani % Petani % Petani % 1 Saluran I Saluran II Saluran III Total Sumber : analisis data primer (lampiran 1, 2, 3, 4) Pada saluran I, setelah panen petani langsung menjual hasil panennya kepada konsumen. Petani pada saluran ini melakukan penjualan karena menganggap saluran ini lebih menguntungkan. Pada saluran II, petani menjual belimbing ke padagang pengecer. Biasanya pedagang pengecer yang membeli kepada petani adalah pedagang yang berasal dari desa tersebut. Secara umum petani menjual belimbing kepada pedagang pengumpul (saluran III). Petani lebih memilih saluran ini karena petani lebih sering

15 berinteraksi dengan pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul membeli belimbing langsung dari lahan petani, tetapi ada juga pedagang pengumpul yang melakukan transaksi di rumah petani. Saluran pemasaran yang berbeda ini dapat digambarkan dengan skema dibawah. ` Petani 13,3 % 20 % 66,67 % Pedagang pengumpul Pedagang besar Pedagang pengecer Pedagang pengecer Konsumen Gambar 2. Skema saluran pemasaran di dearah penelitian Secara rinci skema di atas dijelaskan sebagai berikut : a. Saluran I Petani desa Namoriam Petani desa Durin Simbelang K o n s u m e n Gambar 3. Skema pemasaran saluran I

16 Pada saluran pertama ini, petani langsung menjual buah belimbing kepada konsumen. Penjualan belimbing dilakukan di tepi jalan besar. Pada saluran pemasaran ini petani bertindak sebagai pedagang. Sebanyak 13,3 % petani belimbing dari 30 orang petani sampel yang terlibat dalam saluran ini. Di Desa Namoriam ada 1 orang (6,67%) dan di Desa Durin Simbelang ada 3 orang (20%). b. Saluran II Petani desa Namoriam Petani desa Durin Simbelang Pedagang pengecer Konsumen Gambar 4. Skema pemasaran saluran II Pada saluran ini diantara petani dengan konsumen sudah terdapat pedagang pengecer. Pedagang pengecer membeli langsung kepada petani dan menjualnya kepada konsumen. Pada saluran ini pedagang pengecer membeli belimbing dari petani dan menjual ke pasar terdekat yaitu Pajak Pancur Batu. Pada penelitian, secara keseluruhan terdapat 20 % atau 6 orang petani melakukan penjualan kepada pedagang pengecer dari 30 orang petani sampel. Pada Desa Namoriam terdapat 5 orang petani (33,33%) yang melakukan fungsi ini dan 1 orang (6,67%) di Desa Durin Simbelang. c. Saluran III Pada saluran III terdapat 66,67 % sampel dari seluruh petani yang diteliti melakukannya. Petani di Desa Namoriam yang melakukan pemasaran belimbing

17 melalui saluran ini ada 9 orang (60%) dan di Desa Durin Simbelang sebanyak 11 orang (73,33%). Saluran pemasaran pada saluran ini dimulai dari petani menjual belimbing kepada pedagang pengumpul dan kemudian didistribusikan ke pedagang besar. Pedagang besar akan menyalurkan belimbing ke pedagang pengecer. Kemudian dari pedagang pengecer, belimbing tersebut sampai ke tangan konsumen. Saluran ini digambarkan sebagai berikut: Petani desa Namoriam Petani desa Durin Simbelang Pedagang pengumpul Pedagang besar Pedagang pengecer Konsumen Gambar 5. Skema pemasaran saluran III Perbedaan saluran dan panjang pendeknya saluran pemasaran ini akan mempengaruhi tingkat harga, keuntungan, biaya serta marjin pemasaran yang diterima oleh tiap tiap lembaga pemasaran. Berdasarkan penjelasan diatas maka identifikasi masalah 1 telah terjawab.

18 2. Fungsi - Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Lembaga Pemasaran Pemasaran produk pertanian disertai dengan fungsi fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing masing lembaga pemasaran berfungsi untuk memperlancar proses penyampaian hasil produksi belimbing hingga pada akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Pada lembaga pemasaran tidak semua fungsi pemasaran dilakukan. Fungsi fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dan pedagang berbeda beda. Fungsi pemasaran yang dilakukan pada lembaga pemasaran yang diteliti dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Fungsi fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing masing lembaga pemasaran belimbing tahun 2009 Fungsi Pemasaran Petani Pedagang Pedagang Pedagang pengumpul besar pengecer Penjualan Pembelian X Penyimpanan X 0 Pengangkutan X 0 Pemrosesan X X X X Standarisasi X X X Pembiayaan X Resiko X X Informasi pasar Sumber : analisis data primer (lampiran 16, 17, 18, 19, 20, 21) Keterangan : X = melaksanakan fungsi tersebut = tidak melaksanakan fungsi tersebut 0 = kadang kadang melaksanakan Ada dua fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani sampel. Yaitu fungsi penjualan dan informasi pasar. Fungsi penjualan pada saluran I, dilakukan di tepi jalan besar. Petani menjual belimbing langsung ke konsumen yang

19 melewati jalan tersebut. Petani memajang belimbing di tempat penjualan yang dibuat menyerupai kios. Belimbing yang dijual ada yang digantung dan ada juga yang disusun. Pada saluran II dan saluran III, petani menjual belimbing ke pedagang pengecer dan pedagang pengumpul. Penjualan ini dapat berlangsung di ladang petani maupun di rumah petani, apabila belimbing tersebut sudah dibawa pulang ke rumah oleh petani. Gambar 6. Penjualan belimbing pada saluran I Informasi pasar yaitu berupa harga belimbing diperoleh petani dari sesama petani juga. Pada setiap saluran petani bertanya kepada petani lain yang telah terlebih dahulu menjual belimbing kepada pedagang pengecer maupun ke pedagang pengumpul. Informasi harga ini menjadi dasar bagi petani pada saluran I untuk menjual belimbingnya kepada konsumen. Pada saluran II dan III, petani memperoleh informasi pasar dari pedagang. Pedagang pengumpul melakukan fungsi penjualan, pembelian, pembiayaan dan informasi pasar. Sebagian pedagang pengumpul melakukan fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan. Pedagang pengumpul membeli belimbing yang dijual petani di ladang maupun di rumah. Pembelian dilakukan

20 dengan sistem tunai, yaitu pedagang langsung membayar belimbing yang dibeli kepada petani. Apabila pedagang pengumpul membeli belimbing di ladang petani, pedagang tersebut akan membawa belimbing tersebut untuk dikumpulkan dengan yang belimbing lain yang telah dibeli. Namun apabila pedagang pengumpul membeli belimbing di rumah petani maka belimbing akan diangkut sewaktu pedagang besar datang ke desa tersebut. Penyimpanan dilakukan oleh pedagang pengumpul apabila belimbing yang dibeli tidak dijual pada hari tersebut. Pedagang pengumpul menyimpan belimbing yang dibelinya di rumah maupun di tempat pengumpulannya. Pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berasal dari biaya sendiri. Apabila meminjam pun, pedagang pengumpul meminjam kepada saudara saja. Informasi harga belimbing diperoleh dari pedagang besar yang membeli belimbing tersebut. Pedagang besar melakukan hampir semua fungsi fungsi pemasaran, kecuali fungsi pemrosesan karena belimbing yang dijual tidak diproses lagi untuk mendapatkan nilai tambah. Pedagang besar membeli belimbing yang berasal dari pedagang pengumpul. Pedagang besar mengambil belimbing dari rumah pedagang pengumpul maupun dari tempat yang telah disepakati. Belimbing yang dibeli dibawa ke tempat lain untuk disortasi oleh pedagang besar. Sortasi ini dilakukan oleh pedagang sendiri maupun diupahkan kepada orang lain.

21 Gambar 7. Kegiatan sortasi pada saluran III Pedagang besar akan mengangkut belimbing yang sudah disortasi ke pasar Central yang berada di jalan Bintang. Pedagang besar menjual belimbing tersebut kepada konsumen maupun ke pedagang pengecer. Pembayaran belimbing dilakukan dengan tunai. Artinya pembeli langsung membayar harga belimbing yang dibeli. Gambar 8. Belimbing yang telah disortasi dan siap dibawa untuk dijual Apabila belimbing tersebut tidak habis dijual, maka disimpan di gudang yang juga berada di pasar tersebut. Penyimpanan ini dikenakan biaya tersendiri berdasarkan jumlah keranjang dan lama penyimpanan. Terkadang belimbing tersebut juga ada yang rusak karena benturan maupun busuk sehingga pedagang melakukan fungsi penanggungan resiko. Modal untuk melakukan pembelian belimbing berasal dari modal sendiri. Pedagang besar tidak meminjam baik kepada bank maupun saudara. Informasi harga belimbing berasal dari sesama pedagang belimbing yang ada di pasar.

22 g Gambar 9. Bongkar muat di jalan Bintang Pedagang pengecer melakukan fungsi penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Pada saluran II, pedagang pengecer yang membeli langsung belimbing ke petani akan membawa belimbing tersebut ke pasar Pancur Batu. Pedagang pengecer membawa belimbing tersebut dengan mobil angkutan umum maupun menggunakan becak barang. Apabila belimbing tidak habis terjual, maka akan dibawa pulang maupun dititipkan di gudang yang ada di pasar tersebut. Modal pembelian belimbing berasal dari modal sendiri. Dan harga penjualan belimbing berdasarkan informasi pasar. Pada saluran III, pedagang pengecer membeli belimbing di pasar Central. Belimbing yang dibeli dibawa ke tempat penjualan masing masing dengan angkutan becak. Pedagang pengecer menjual belimbing di tempat masing masing. Apabila belimbing tidak habis maka pedagang menyimpan belimbing tersebut. Biaya untuk modal penjualan merupakan modal sendiri. Informasi pasar mengenai harga diperoleh dari sesama pedagang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi fungsi pemasaran yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut maka identifikasi masalah 2 terjawab.

23 3. Biaya Pemasaran, Price Spread, share margin dan efisiensi pada setiap saluran pemasaran Análisis pemasaran dapat digunakan untuk melihat distribusi marjin pemasaran yang terdiri dari biaya dan keuntungan. Untuk menganalisa biaya pemasaran, price spread dan marjin pemasaran maka perlu dihitung biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Hal tersebut dapat diperoleh dengan memperhatikan setiap saluran pemasaran belimbing yang ada di daerah penelitian. a. Saluran I Petani bertindak langsung sebagai pedagang. Biasanya yang menjadi pedagang adalah istri petani. Volume penjualan belimbing pada saluran ini tidak tetap. Dalam sehari, berdasarkan keterangan petani sampel, belimbing yang terjual sekitar 3 kg. Sebaran harga belimbing untuk saluran I dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Sebaran harga dan share margin harga belimbing pada saluran I, tahun 2009 Desa Namoriam Desa Durin Simbelang No. Komponen Biaya Price Spread(Rp.) Share margin(%) Price Spread(Rp.) Share margin (%) 1 Harga jual petani 4, , Biaya produksi Biaya Plastik Keamanan Total Biaya Harga beli Konsumen 4, , Marjin Pemasaran 3, , Sumber : analisis data primer (lampiran 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 25a, 25b) Dari tabel 12, biaya produksi di Desa Namoriam terlihat lebih banyak daripada di Desa Durin Simbelang. Besarnya biaya produksi ini berasal dari biaya perawatan, seperti pupuk dan obat obatan, biaya sewa tanah, dan biaya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi belimbing. Selain itu, perbedaan

24 besarnya biaya produksi karena jumlah petani sampel untuk saluran ini tidak sama banyak. b. Saluran II Pola saluran pemasaran ini memasarkan buah belimbing dari produsen ke pedagang pengecer kemudian diteruskan ke konsumen. Saluran ini relatif pendek karena lembaga pemasaran yang ikut dalam pemasaran belimbing cuma satu, yaitu pedagang pengecer. Panjang pendeknya saluran pemasaran ini akan mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Marjin pemasaran untuk saluran ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 13. Sebaran harga dan share margin belimbing pada saluran II, tahun 2009 Desa Namoriam Desa Durin Simbelang No. Komponen Biaya Price Spread(Rp.) Share margin(%) Price Spread(Rp.) Share margin(%) 1 Harga jual petani 2, , Biaya produksi Keranjang Koran Tali plastik Total biaya Marjin pemasaran 1, , Harga beli pengecer 2, , Pengangkutan Pengemasan Biaya timbang Keamanan Marketing loss Total biaya Marjin pemasaran 1, , Profit pengecer 1, , Harga beli konsumen 4, , Total marjin pemasaran 1, , Sumber : analisis data primer (lampiran 3, 4, 11, 12, 24, 26a, 26b, 28a, 29a) Dari penelitian yang dilakukan, pedagang pengecer di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang adalah orang yang sama. Biaya yang paling besar adalah biaya produksi petani. Tidak ada perbedaan marjin pemasaran pada penjual. Yang

25 berbeda hanya pada biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi belimbing. Di Desa Namoriam lebih banyak mengeluarkan biaya produksi daripada Desa Durin Simbelang. Perbedaan biaya produksi ini karena luas lahan di Desa Namoriam lebih luas daripada di Desa Durin Simbelang. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yang paling besar adalah biaya pengangkutan. Pedagang pengecer biasa menggunakan angkutan umum maupun becak barang untuk membawa belimbing ke pasar. c. Saluran III Pola pemasaran ini merupakan pola pemasaran yang paling banyak terjadi di daerah penelitian. Adapun analisis marjin pemasaran dan share margin yang dikeluarkan oleh masing masing lembaga pemasaran untuk pola pemasaran saluran ini dapat dilihat pada tabel 14. Pada saluran III ini, terlihat perbedaan harga jual petani pada kedua desa. Hal ini memberi perbedaan pada total marjinnya, walaupun tidak terlalu besar. Sedangkan besarnya biaya untuk yang dikeluarkan oleh pedagang adalah sama besar karena pedagang adalah orang yang sama. Komponen biaya paling besar yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya petik dan pengangkutan. Biaya petik ini berasal dari biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk memetik belimbing di lahan petani. Pedagang besar dan pedagang pengecer banyak mengeluarkan biaya pengangkutan. Besarnya biaya ini karena jarak yang ditempuh oleh pedagang besar lumayan jauh.

26 Tabel 14. Marjin pemasaran dan share margin belimbing saluran III, tahun 2009 No. Komponen Biaya Desa Namoriam Price Spread(Rp.) Share margin(%) Desa Durin Simbelang Price Share Spread(Rp.) margin(%) 1 Harga jual petani 2, , Biaya produksi Keranjang Koran Tali plastik Total biaya Marjin pemasaran 1, , Harga beli pengumpul 2, , Pengangkutan Pengemasan Penyimpanan Keamanan Biaya timbang Biaya petik Total biaya Profit pengumpul Marjin pemasaran 1, , Harga beli pedagang besar 3, , Pengangkutan Pengemasan Sortasi Penyimpanan Sampah Biaya timbang Bongkar muat Marketing loss Total biaya Profit pedagang besar 1, , Marjin pemasaran 1, , Harga beli pengecer 5, , Pengangkutan Pengemasan Penyimpanan Keamanan Marketing loss Total biaya Profit pengecer 1, , Marjin pemasaran 1, , Harga beli konsumen 6, , Total marjin pemasaran 4, , Sumber : analisis data primer (lampiran 3, 4, 11, 12, 22, 23, 24, 27a, 27b, 28b, 29b)

27 Pedagang yang paling banyak mengeluarkan biaya adalah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya petik yang memperbesar biaya pemasarannya. Keuntungan terbanyak diterima oleh pedagang besar. Dengan uraian diatas maka identifikasi masalah 3 telah terjawab. Selanjutnya rekapitulasi marjin pemasaran dan share margin belimbing saluran II dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 15. Rekapitulasi share margin dan distribusi marjin pemasaran belimbing pada saluran II tahun 2009 Desa Namoriam Desa Durin Simbelang No Komponen biaya share margin distribusi margin(%) share margin distribusi margin(%) 1 Pengangkutan Pengemasan Sortasi Penyimpanan Sampah dan keamanan Biaya timbang Bongkar muat Marketing loss Biaya petik Profit 1, , Total marjin pemasaran 1, , Sumber : analisis data tabel 13 Dari tabel 15 diatas diperoleh bahwa pada saluran II, marjin yang paling besar adalah keuntungan pedagang, yaitu sebesar Rp 1.540/kg. Biaya yang paling banyak mempengaruhi harga pada saluran ini adalah biaya pengangkutan Rp 76,67/kg belimbing. Rekapitulasi marjin pemasaran dan share margin belimbing saluran III dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.

28 Tabel 16. Rekapitulasi share margin dan distribusi marjin pemasaran belimbing pada saluran III tahun 2009 No Komponen biaya Desa Namoriam share margin distribusi margin(%) Desa Durin Simbelang share distribusi margin margin(%) 1 Pengangkutan Pengemasan Sortasi Penyimpanan Sampah dan keamanan Biaya timbang Bongkar muat Marketing loss Biaya petik Profit 3, , Total marjin pemasaran 4, , Sumber : analisis data tabel 14 Pada tabel 14 diperoleh perbedaan marjin pemasaran dari saluran III. Perbedaan marjin ini diperoleh dari perbedaan harga jual pada tingkat petani. Biaya yang memperoleh marjin paling besar adalah keuntungan. Berdasarkan uraian-uraian biaya pemasaran dan margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran belimbing diatas, maka dapat dihitung besarnya efisiensi pemasaran (EP) belimbing dari setiap saluran pemasaran yang ada. Dari nilai EP yang diperoleh akan dilihat efisiensi pemasaran belimbing dengan menggunakan kriteria yang dijelaskan oleh Gultom (1996), yaitu : apabila Ep > 50% maka pemasaran tidak efisien, apabila Ep < 50% maka pemasaran efisien. Untuk saluran I, tidak dihitung nilai efisiensi pemasaran yang dilakukan. Hal ini dikarenakan dari rumus pemasaran yang ada, petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran.

29 Untuk saluran II di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang diperoleh : Sehingga bahwa pada saluran II pola pemasaran saluran II adalah efisien karena bernilai 41,17% < 50% untuk kedua daerah penelitian. Pada saluran ini tidak ada perbedaan efisiensi dari kedua desa. Berdasarkan penjelasan di atas hipotesis 1 telah terjawab. Untuk saluran III pada kedua desa penelitian diperoleh : di Desa Namoriam di Desa Durin Simbelang Sedangkan pada pola pemasaran saluran III tidak efisien karena nilai EP lebih besar lebih besar 50%. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai efisiensi pemasaran di Desa Durin Simbelang sedikit lebih efisien daripada di Desa Namoriam. Berdasarkan penjelasan di atas hipotesis 2 telah terjawab. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa makin pendek saluran pemasaran maka makin efisien pula nilainya. Karena makin panhang saluran pemasaran semakin banyak biaya yang dikeluarkan.

30 4. Kendala Kendala yang Dihadapi dalam Pemasaran Belimbing di Daerah Penelitian Masalah yang umum terjadi ada pemasaran belimbing ini hampir sama dengan masalah pemasaran produk pertanian pada umumnya. Masalah yang sering terjadi adalah rendahnya harga jual pada saat panen besar. Panen biasanya dilakukan 3 kali dalam 1 tahun, yaitu pada bulan Juli sampai Oktober, Oktober sampai Desember dan Desember sampai Februari. Dari 30 sampel yang diteliti diperoleh sebanyak 22 sampel yang menyatakan bahwa harga saat panen menjadi kendala pada pemasaran belimbing, sedangkan yang lain menganggap hal tersebut sebagai kejadian biasa saja.

31 b. Pembahasan Saluran pemasaran belimbing di daerah penelitian ada tiga saluran. Saluran I melibatkan petani dan konsumen. Saluran II melibatkan petani, pedagang pengecer dan konsumen. Dan pada saluran III melibatkan petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Volume saluran pemasaran yang paling banyak terdapat di daerah penelitian adalah saluran III. Dan paling sedikit pada saluran I. Secara simbolis dapat dituliskan bahwa: pola pemasaran saluran I < pola pemasaran saluran II < pola pemasaran saluran III. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran berbeda untuk setiap pola pemasaran. Saluran pemasaran yang paling banyak melakukan fungsi pemasaran adalah saluran III. Hamppir semua fungsi fungsi pemasaran dilakukan pada saluran III. Dan ada terdapat empat fungsi pemasaran yang dilakukan pada saluran II dan saluran III, yaitu penjualan, pembelian, pembiayaan dan informasi pasar. Pada saluran I, petani memperoleh semua bagian yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Kelebihan saluran ini adalah petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi. Pembeli langsung datang ke tempat penjualan petani, yang rata rata terletak di depan rumah petani. Apabila jumlah permintaan belimbing yang dibutuhkan oleh pembeli, petani dapat mengambil lagi belimbing ke lahan yang letaknya dekat dengan rumah petani. Saluran ini memiliki kelemahan juga. Kelemahannya adalah jumlah belimbing yang dijual tergantung pada jumlah pembeli yang lewat. Sehingga petani menjadi tidak mampu memperkirakan berapa banyak belimbing yang harus disediakan untuk penjualan harian.

32 Pada saluran II dan saluran III, petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga jual belimbing. Pada saluran II, lebih sedikit lembaga yang terlibat. Hal ini mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran. Pada saluran III, lembaga yang terlibat lebih banyak. Efisiensi pemasaran digunakan untuk memperkirakan apakah saluran suatu komoditas sudah tergolong efisien atau tidak. Efisiensi pemasaran diperoleh dengan membandingkan marjin pemasaran dengan nilai yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Pada daerah penelitian, saluran II lebih efisien daripada saluran III. Dan Saluran III di Desa Durin Simbelang lebih efisien dari saluran III di Desa Namoriam. Hal ini karena banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dan banyaknya biaya pemasaran pada saluran tersebut. Kendala yang dialami pemasaran ini terlihat pada harga belimbing pada panen raya. Tidak sedikit kerugian petani yang terjadi pada kondisi ini. Dalam hal ini amat dibutuhkan lembaga pemasaran maupun organisasi petani yang mendukung petani dalam memasarkan belimbingnya. Sehingga petani memiliki jaminan harga pada saat tersebt. Selain dengan adanya lembaga pemasaran, pada saat panen raya juga belimbing dapat diolah menjadi berbagai olahan. Dengan demikian tidak hanya menambah harga jual tetapi juga ada nilai tambah.

33 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pola pemasaran di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang ada tiga jenis saluran pemasaran. Yaitu, saluran I petani - konsumen sebanyak 13,33%; saluran II sebanyak 20% petani --- pedagang pengecer --- konsumen, dan saluran III petani --- pedagang pengumpul --- pedagang besar --- pedagang pengecer --- konsumen, yang berjumlah 66,67% dari keseluruhan pemasaran. 2. Setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada pemasaran belimbing ini melakukan fungsi pemasaran yang berbeda. Perbedaan fungsi - fungsi ini membuat biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran juga berbeda. Panjang pendeknya saluran pemasaran belimbing mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan dan efisiensi pemasaran belimbing. 3. Pada saluran II, pemasaran belimbing di kedua daerah penelitian telah efisien. Pada saluran III, pemasaran belimbing tidak efisien dan Desa Durin Simbelang lebih efisien dibandingkan dengan desa Namoriam. 4. Kendala pemasaran yang dihadapi oleh petani belimbing pada masalah harga belimbing yang jatuh pada saat musim panen raya. Saran - Kepada Petani Agar petani memperoleh harga yang layak, sebaiknya petani membuat wadah pemasaran. Disarankan bagi petani untuk membuat suatu wadah berupa koperasi, terutama Koperasi Unit Desa. Koperasi ini bertujuan untuk memasarkan

34 belimbing. Sehingga petani dapat memasarkan belimbing langsung ke Jalan Bintang. Koperasi ini akan mengorganisir petani untuk mengumpulkan belimbing yang dihasilkan petani. Kemudian koperasi ini akan mengorganisir pemasaran belimbing, mulai dari pengangkutan, sortasi dan pengemasan. Sehingga pemasarannya dikelola sendiri oleh petani. Koperasi ini diharapkan menambah untung yang diperoleh oleh petani. - Kepada Pemerintah Diharapkan pemerintah semakin memberdayakan koperasi terutama KUD. Dimana koperasi ini sebagai salah satu wadah petani untuk memasarkan belimbing. Bantuan pemerintah kepada petani dapat berupa : a. Dana bagi koperasi untuk membeli kendaraan yang digunakan, modal awal petani untuk melakukan pemasaran. b. Penyuluh yang membantu memanajemen petani untuk melakukan pemasaran

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster 43 Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Klaster 44 Lampiran 1 Usahatani Jahe Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Non Klater 45 Lampiran 2. Output Karakteristik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN KELAPA (Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara) MARIA NANDA SINAGA

SISTEM PEMASARAN KELAPA (Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara) MARIA NANDA SINAGA SISTEM PEMASARAN KELAPA (Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara) MARIA NANDA SINAGA 050304004 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 SISTEM PEMASARAN

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP , ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU,

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini secara garis besar merupakan kegiatan penelitian yang hendak membuat gambaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Pemasaran melinjo di Desa Kepek Kecamatan Saptosari menerapkan sistem kiloan yaitu melinjo dibeli oleh pedagang dari petani dengan satuan rupiah per kilogram.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam memasarkan suatu produk diperlukan peran lembaga pemasaran yang akan membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Untuk mengetahui saluran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analisis Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analysis of Green Mustard Marketing in Balun Ijuk Village, Merawang, Bangka (A case Study of Farmer

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis A. Karakteristik Petani V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan pengalaman bertani. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE Leni saleh Dosen Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lakidende Email : Cici_raslin@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung, 59 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Dan Luas Daerah Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung, Beranti Raya, Bumi Sari, Candi Mas, Haduyang, Haji Menna, Karang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, mengingat bahwa mayoritas masyarakat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban 55 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Sukajawa Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban yang mulai diresmikan pada tahun 1951. Pada awalnya merupakan bagian

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK (Annona muricata) (Suatu Kasus pada Pengusaha Pengolahan Dodol Sirsak di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Angga Lenggana 1, Soetoro 2, Tito

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal 28 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016.

BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016. Penelitian ini dilakukan di Desa Serdang, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

: Saluran, Pemasaran, Buah, Duku, Kabupaten Ciamis

: Saluran, Pemasaran, Buah, Duku, Kabupaten Ciamis ANALISIS SALURAN PEMASARAN BUAH DUKU (Suatu Kasus di Desa Karanganyar Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Eman Badruzaman, 2 Soetoro, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bunga krisan dengan nama latin Chrysanthemum sp berasal dari dataran Cina. Bunga potong ini cukup populer dan menduduki

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penetapan Daerah Penelitian Penetapan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling), purposive maksudnya dalam hal ini pengambilan daerah penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, komoditas ini juga memberikan

Lebih terperinci

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Kopra Di Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmehara Utara Stefen Popoko * Abstrak Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG BUPATEN LOMBOK BARAT 1) TRIANA LIDONA APRILANI, 2) AZRUL FAHMI Fakultas Pertanian Universitas Islam AlAzhar email : 1) lidona 2) lanoy3_kim98@yahoo.com

Lebih terperinci