DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI TATANIAGA BENIH IKAN GURAME MELALUI DAN TANPA MELALUI KELOMPOK TANI DI DESA SUKAMAJU KIDUL KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA TAUFIK ARIFIN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Tataniaga Benih Ikan Gurame Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok Tani di Desa Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Taufik Arifin NIM H

4 ABSTRAK TAUFIK ARIFIN. Analisis Perbandingan Efisiensi Tataniaga Benih Ikan Gurame Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok Tani di Desa Sukamaju Kidul, Indihiang, Tasikmalaya. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN. Ikan gurame merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang menghasilkan nilai ekonomis. Lamanya waktu dan besarnya resiko produksi yang dihadapi menjadi beberapa hal yang harus diperhatikan dan berpengaruh terhadap besarnya penerimaan yang diterima pembudidaya ikan gurame. Selain itu, adanya supply dari daerah lain yang memiliki keunggulan dalam produksi menimbulkan persaingan harga jual minimal di tingkat pembudidaya. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian mengenai efisiensi tataniaga ikan gurame untuk mengetahui gambaran tataniaganya secara komprehensif. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis saluran, lembaga, struktur pasar fungsi, dan sistem tataniaga. Serta menganalisis efisiensi operasional tataniaga dengan pendekatan marjin tataniaga, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Selain itu juga untuk mengetahui dampak yang dihasilkan dengan adanya sebuah kelompok tani dalam kegiatan pemasaran. Pengamatan dan wawancara langsung dilakukan kepada pembudidaya ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul dengan metode purposive sampling, sedangkan metode snowball sampling dilakukan kepada lembaga tataniaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 saluran tataniaga dengan lembaga, struktur pasar, dan fungsi yang berbeda pada setiap salurannya. Secara umum, analisis efisiensi operasional menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada tataniaga yang dilakukan kelompok tani dan juga lebih efisien. Kata kunci: Desa Sukamaju, efisiensi, kelompok, perbandingan, tataniaga gurame ABSTRACT TAUFIK ARIFIN. A Comparative Analysis of Marketing System Efficiency of Gurame With and Without The Involvement of Farmer s Group in Sukamaju Kidul Village, Indihiang, Tasikmalaya.Supervised by AMZUL RIFIN. Gurame fish is one of the commodities in Indonesia which has economic value. Length of time and risks in production became important thing to be considered and would affected the amount of carp farmers revenue. In addition, supply from other areas which had better production caused competitive minimum selling price at farmers level. Therefore, the research of efficiency in gurame fish marketing is needed in order to provide gurame fish marketing comprehensively. The objectives of this research were to identify the marketing channels, institutions, functions and market structure of gurame fish marketing, and to analyze the operational efficiency of gurame fish marketing with marketing marjin approach, farmer s share, and benefit-cost ratio. Besides that, it also determine presence impact of a farmers group in marketing activities. The observations and interviews were conducted to farmers in Sukamaju kidul village by purposive sampling method, while the method of snowball sampling was conducted to marketing institutions. The result showed that there were 5 marketing channels with different institutions, functions, and market structure on every channel. Operational efficiency analysis showed that there was difference in farmer groups business administration and it was also more efficient. Keywords: comparison, efficiency, farmers group, gurame marketing, Sukamaju village

5 ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI TATANIAGA BENIH IKAN GURAME MELALUI DAN TANPA MELALUI KELOMPOK TANI DI DESA SUKAMAJU KIDUL KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA TAUFIK ARIFIN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi Nama NIM Analisis Perbandingan Efisiensi Tataniaga Benih Ikan Gurame Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok Tani di Desa Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Taufik Arifin H Disetujui oleh Dr Amzul Rifin, Sp, MA Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 hingga Agustus 2013 ini adalah tataniaga, dengan judul Analisis Perbandingan Efisiensi Tataniaga Benih Ikan Gurame Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok Tani di Desa Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul Rifin, Sp, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan selama pengerjaan skripsi. Serta tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, Sp, M.Agribuss selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji Departemen Agribisnis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ade Mulyadi selaku ketua Kelompok Tani Sukarame dan bapak Asep Rahmat selaku sekretaris Kelompok Tani Sukarame di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Rohimat dan Ibu Euis Ara selaku orang tua penulis, kakak, adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen dan rekan-rekan mahasiswa di Agribisnis 46 atas segala bantuanya. Semoga skripsi ini bermanfaat Bogor, 18 Februari 2014 Taufik Arifin

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 8 Ruang Lingkup Penelitian 8 TINJAUAN PUSTAKA 9 Kajian Usaha dan Pemasaran Ikan Gurame 9 Kajian Peran Kelompok Tani Dalam Penelitian Terdahulu 9 Kajian Struktur Pasar Dalam Penelitian Terdahulu 10 Kajian Fungsi Tataniaga Dalam Penelitian Terdahulu 10 Kajian Perilaku Pasar Dalam Penelitian Terdahulu 11 Keterkaitan Kajian Empiris terhadap Penelitian 12 KERANGKA PEMIKIRAN 12 Kerangka Pemikiran Teoritis 12 Kerangka Pemikiran Oprasional 18 METODE PENELITIAN 21 Lokasi dan Waktu Penelitian 21 Jenis Data dan Sumber Data 21 Metode Pengambilan Responden 21 Metode Analisis Data 22 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 Kondisi Wilayah dan Penduduk Lokasi Penelitian 27 Karakteristik Responden 33 HASIL DAN PEMBAHASAN 39 Analisis Saluran dan Lembaga Tataniaga 39 Analisis Struktur Pasar 47 Analisis Fungsi Tataniaga 50 Analisis Perilaku Pasar 58 Analisis Marjin Tataniaga 61 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya 63 Analisis Farmer s Share 65 Analisis Efisiensi Tataniaga 66 Analisis Perbandingan Tataniaga 68 SIMPULAN DAN SARAN 73 Simpulan 73 Saran 74

10 DAFTAR PUSTAKA 74 LAMPIRAN 76 DATAR RIWAYAT HIDUP 79 DAFTAR TABEL 1 Kontribusi PDB sektor perikanan terhadap sektor pertanian dan neraca perdagangan sektor perikanan berdasarkan harga konstan tahun (dalam miliar rupiah) 1 2 Produksi beberapa komoditas perikanan budi daya Indonesia tahun Volume produksi ikan gurame Indonesia dan beberapa provinsi di Pulau Jawa tahun Volume produksi beberapa komoditas unggulan subsektor perikanan budi daya Indonesia Dan Kota Tasikmalaya (dalam ton), tahun Potensi produksi dan pemanfaatan usaha kolam air tenang perikanan budi daya Kota Tasikmalaya tahun Segmentasi dan harga benih ikan gurame berdasarkan klasifikasi ukuran di Kota Tasikmalaya, tahun Jenis pemasaran komoditas hasil sektor perikanan beberapa provinsi di Pulau Jawa tahun 2011 (dalam ton) 6 8 Karakteristik Struktur Pasar Dari Sudut Penjual dan Pembeli 15 9 Fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh petani (pembudidaya ikan gurame) dan lembaga tataniaga Kriteria penentuan jenis struktur pasar berdasarkan karakteristik pasar Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Tasikmalaya tahun Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Tasikmalaya tahun Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tasikmalaya atas harga konstan menurut lapangan usaha tahun PDRB kota tasikmalaya sektor pertanian atas harga konstan tahun Luas wilayah dan persebaran penduduk di Kecamatan Indihiang pada masing-masing desa/kelurahan, tahun Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Indihiang dan Desa Sukamaju Kidul, tahun Sebaran Penduduk berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Indihiang dan Desa Sukamaju Kidul, tahun Sebaran mata pencaharian penduduk Kecamatan Indihiang dan Desa Suka Maju kidul tahun Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan selang umur di Desa Sukamaju Kidul tahun Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukamaju Kidul tahun Perbandingan luas lahan kepemilikan pribadi dan sewa responden pembudidaya ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul tahun

11 22 Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan luas lahan di Desa Sukamaju Kidul tahun Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan pengalaman usaha di Desa Sukamaju Kidul tahun Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan selang umur Sukamaju Kidul tahun Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukamaju Kidul tahun Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan pengalaman usaha di Desa Sukamaju Kidul tahun Fungsi tataniaga lembaga tataniaga benih ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya Marjin, biaya, keuntungan, dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga benih ikan gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di Desa Sukamaju Kidul tahun Farmer s share pembudidaya dan lembaga tataniaga benih ikan gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di Desa Sukamaju Kidul tahun Analisis tingkat efisiensi tataniaga benih ikan gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di Desa Sukamaju Kidul tahun Hasil perbandingan secara deskriptif antara pembudidaya yang menggunakan dan tanpa menggunakan kelompok tani sebagai media pemasaran benih ikan gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di Desa Sukamaju Kidul tahun Output SPSS (Ranks) Uji Kruskal Wallis dalam melihat perbedaan saluran I, IIa, IIb, dan IIc Output SPSS (Test Statisticsa) Uji Kruskal Wallis dalam melihat perbedaan saluran I, IIa, IIb, dan IIc Output SPSS uji Mann-whitney saluran I dengan IIc, I dengan IIb, dan I dengan IIc (Ranks) Output SPSS uji Mann-whitney saluran I dengan IIc, I dengan IIb, dan I dengan IIc (Test Statistics) 72 DAFTAR GAMBAR 1 Kurva marjin tataniaga 17 2 Skema kerangka pemikiran operasional penelitian 20 3 Peta wilayah administratif Kota Tasikmalaya 27 4 Bak oven sebagai tempat pemeliharaan banih setelah penetasan dan kolam usaha pembenihan ikan gurame dari salah satu responden pembudidaya non anggota 40 5 Kolam indukan ikan gurame milik ketua Kelompok Tani Sukarame 41 6 Kios penjualan salah satu pedagang ikan gurame pada di Pasar Pagendingan dan kolam penampungan benih pada pengumpul benih di Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya 42

12 7 Saluran tataniaga benih ikan gurame dengan ukuran 5-7 cm melalui dan tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran di Desa Sukamaju Kidul tahun Media atau alat bantu penyortiran pada salah satu pembudidaya anggota dan salah satu contoh kegiatan penyortiran yang dilakukan pembudidaya 51 9 Kolam penanpungan benih sebelum pengiriman di tingkat kelompok tani dan media pengemasan benih ikan gurame ketika pengangkutan pedagang pengumpul Alat transportasi pengangkut benih ikan gurame pedagang besar dan salah satu kegiatan penyortiran di tingkat pedagang 56 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data produksi hasil perikanan perkecamatan di Kota Tasikmalaya tahun 2009 a 76 2 Data responden pedagang benih ikan gurame Desa Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya tahun 2013 a 76 3 Data responden pembudidaya ikan gurame Desa Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya tahun Rincian biaya tataniaga pada pembudidaya dan lembaga tataniaga benih ikan gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013 a 78

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang konsisten memberikan kontribusi nyata dalam perekonomian. Hal ini terlihat dari besarnya persentase PDB yang dihasilkan sektor perikanan terhadap PDB sektor pertanian. Pada periode tahun 2007 hingga tahun 2011 persentase kontribusi PDB dari sektor perikanan terhadap PDB pertanian adalah rata-rata sebesar 16.6 persen pertahun (Tabel 1). Pada tahun 2007 PDB yang dihasilkan sektor perikanan mencapai Rp triliun. Jumlah ini terus meningkat hingga pada tahun 2011 mencapai Rp triliun (Tabel 1). PDB yang dihasilkan sektor perikanan ini rata-rata memiliki kontribusi sebesar 16 persen terhadap PDB sektor pertanian selama tahun 2007 sampai Besarnya PDB yang dihasilkan sektor perikanan ini tidak terlepas dari meningkatnya produksi dan volume ekspor sektor perikanan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Total nilai ekspor sektor perikanan Indonesia tahun 2007 adalah sebesar Rp triliun dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga pada tahun 2011 mencapai Rp triliun. Tabel 1 Kontribusi PDB sektor perikanan terhadap sektor pertanian dan neraca perdagangan sektor perikanan berdasarkan harga konstan tahun (dalam miliar rupiah) a Tahun Nilai PDB (miliar rupiah) Neraca perdagangan Pertanian Perikanan Persentase Ekspor Impor Surplus a Sumber : Badan Pusat Statistik (2013) Sektor perikanan sendiri terbagi menjadi 2 subsektor usaha, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budi daya. Pada subsektor perikanan budi daya Indonesia sendiri memiliki 10 komoditas unggulan, yaitu rumput laut, udang, kerapu, kakap, bandeng, ikan mas, ikan nila, ikan lele, ikan patin, dan ikan gurame. Komoditas rumput laut memiliki volume produksi terbesar dibandingkan komoditas subsektor perikanan budi daya lainnya. Secara keseluruhan produksi masing-masing komoditas subsektor perikanan budi daya ini mengalami peningkatan antara tahun 2009 hingga tahun 2011 (Tabel 2). Nilai rata-rata peningkatan yang bernilai negatif antara tahun 2009 hingga tahun 2011 hanya terjadi pada komoditas ikan kerapu dan ikan patin saja. Meningkatnya volume produksi komoditas subsektor perikanan budidaya ini tidak terlepas dari adanya upaya dan dukungan dari pemerintah. Hal ini terlihat dari kebijakan yang telah

14 2 ditetapkan oleh Kementrian Perikanann dan Kelautan Indonesia No. 32/MEN/2010 mengenai kawasan minapolitan 1. Tabel 2 Produksi beberapa komoditas perikanan budi daya Indonesia tahun a Jenis ikan Jumlah produksi/tahun (ton) Kenaikan rata-rata (%) Rumput laut Udang Kerapu Kakap Bandeng Ikan mas Ikan nila Ikan lele Ikan patin Ikan gurame Lainnya a Sumber : Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (2012) Tabel 3 Volume produksi ikan gurame Indonesia dan beberapa provinsi di Pulau Jawa tahun a Lokasi Jumlah produksi/tahun (ton) DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa Tengah DKI Jakarta Banten Jawa Barat Pulau Jawa Persentase kontribusi (%) a Sumber : Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (2011) Salah satu komoditas unggulan subsektor perikanan budi daya Indonesia adalah ikan gurame. Selama periode tahun 2009 hingga tahun 2011, total produksi ikan gurame Indonesia selalu mengalami peningkatan (Tabel 2). Pada tahun 2009 total produksi ikan gurame Indonesia adalah sebesar ton. Jumlah ini 1 [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia Info Hukum. [internet]. [diacu 2013 Maret 25]. Tersedia dari:

15 3 mengalami peningkatan yang signifikan selama 5 tahun, hingga total produksi ikan gurame nasional mencapai ton pada tahun Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu daerah penghasil ikan gurame dengan jumlah terbesar dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Pulau Jawa. Sebesar persen dari total produksi ikan gurame di Pulau Jawa adalah berasal dari Provinsi Jawa Barat (Tabel 3). Untuk total produksi ikan gurame dari Provinsi Jawa Barat sendiri pada tahun 2007 mencapai ton dan berfluktuasi setiap tahunnya hingga mencapai ton tahun Produksi ikan gurame Provinsi Jawa Barat ini adalah yang terbesar dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Rata-rata kontribusi yang diberikan Provinsi Jawa Barat terhadap total produksi ikan gurame di Pulau Jawa adalah sebesar 39.9 persen selama tahun 2007 hingga Salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi cukup besar untuk subsektor perikanan budi daya, khususnya pada komoditas ikan gurame, adalah Kota Tasikmalaya. Komoditas ikan gurame di Tasikmalaya sendiri telah menjadi salah satu komoditas unggulan daerah. Jenis ikan gurame yang dikembangkan di Kota Tasikmalaya adalah jenis ikan gurame soang. Ikan gurame soang adalah satu dari tujuh ikan gurame yang dikembangbiakan di Indonesia yang diklaim sebagai ikan asli rawa-rawa sekitar Gunung Galunggung, Kota Tasikmalaya. Hal itu dikuatkan oleh surat keputusan Bupati Tasikmalaya Nomor 522.4/189/1994 yang menetapkan ikan gurame soang sebagai fauna khas Tasikmalaya2. Tabel 4 Volume produksi beberapa komoditas unggulan subsektor perikanan budi daya Indonesia Dan Kota Tasikmalaya (dalam ton), tahun 2009 a Komoditas Indonesia (ton) Kota Tasikmalaya (ton) Persentase (%) Udang Ikan mas Ikan nila Ikan lele Ikan gurame Lainnya Total a Sumber : Kementrian Perikanan Kelautan Indonesia (2012) dan Dinas Perikanan Peternakan Kelautan Kota Tasikmalaya (2010) Potensi yang dimiliki subsektor perikanan budi daya di Kota Tasikmalaya terlihat dari total produksi beberapa komoditas perikanan budi daya dari Kota Tasikmalaya. Pada tahun 2009 total produksi perikanan budi daya Kota Tasikmalaya tercatat sebanyak ton atau sebesar persen dari total produksi nasional. Untuk komoditas ikan gurame sendiri total produksi yang tercatat pada tahun 2009 adalah sebanyak ton atau sebesar persen 2 [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia [internet]. [diacu 2013 Maret 25]. Tersedia dari:

16 4 dari produksi ikan gurame nasional (Tabel 4). Nilai persentase dari total produksi ikan gurame di Kota Tasikmalaya terhadap produksi secara nasional ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan komoditas perikanan budi daya lainnya dari Kota Tasikmalaya. Potensi untuk pengembangan komoditas ikan gurame di Kota Tasikmalaya juga sangat didukung dengan adanya potensi dari lahan usaha. Berdasarkan data tahun 2009, potensi luas kolam yang dapat digunakan untuk mengembangkan komoditas ikan gurame adalah berupa kolam pembenihan seluas Ha dan pembesaran seluas Ha (Tabel 5). Tabel 5 Potensi produksi dan pemanfaatan usaha kolam air tenang perikanan budi daya Kota Tasikmalaya tahun 2011 a Cabang usaha Potensi (Ha) Pemanfaatan (Ha) Persentase (%) Kolam air tenang Pembesaran : Pembenihan : a Sumber : Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan Kota Tasikmalaya (2012) Adanya potensi dan pemanfaatan pada sektor usaha yang terdapat di suatu daerah haruslah pula memberikan dampak positif pada daerah tersebut. Salah satu dampak positif yang dimaksud adalah berpengaruh pada peningkatan tingkat kesejahterahan dari para pelaku usaha yang ada di dalamnya. Tingkat kesejahterahan yang diterima para pelaku usaha yang ada di dalam suatu sektor usaha akan sangat bergantung pada tingkat keuntungan dari harga yang diterima dalam proses penjualan. Proses tataniaga yang efisien dapat memberikan dampak pada tingkat harga yang diterima. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pula tingkat keuntungan yang akan berdampak pada tingkat kesejahterahan para pelaku usaha yang ada di dalam sektor usaha tersebut. Mahyuddin (2009) menjelaskan bahwa, pemasaran pada budidaya ikan gurame dapat berupa hasil kegiatan pembenihan (telur dan larva), benih hasil kegiatan pendederan, dan gurame konsumsi hasil pembesaran. Adapun untuk usaha pembenihan ikan gurame output produksi yang dihasilkan dapat terbagi menjadi beberapa segmentasi berdasarkan ukuran (Tabel 6). Adanya segmentasi berdasarkan ukuran ini juga berdampak pada perbedaan harga pada masing-masing segmentasi ukuran. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan ditemukan adanya sebuah kelembagaan atau kelompok tani. Adanya keberadaan Kelompok Tani Sukarame dirasakan sangat membantu para pembudidaya anggota dalam menjalankan usahanya. Hal ini dikarenakan dengan adanya keberadaan Kelompok Tani Sukarame kekuatan tawar-menawar para anggota menjadi lebih kuat dibandingkan tanpa bergabung dengan sebuah kelompok tani. Pembudidaya mempunyai posisi yang lebih kuat dalam posisi tawar, karena dapat memilih alternatif yang menguntungkan serta dapat mengakses pasar yang lebih baik. Di sisi lain menguatnya posisi tawar dari para pembudidaya dengan adanya keberadaan Kelompok Tani Sukarame juga dikarenakan adanya upaya dari kelompok untuk meningkatkan dan menyeragam kualitas benih yang nantinya akan dipasarkan, yaitu dengan memberikan pelatihan yang sesuai dengan

17 5 kebutuhan anggota. Adanya keberadaan Kelompok Tani Sukarame juga dapat membantu para anggotanya dalam hal pemberian bantuan usaha, baik berupa bantuan yang berasal dari dalam kelompok maupun bantuan berupa akses untuk mendapatkan bantuan dari pihak luar. Tabel 6 Segmentasi dan harga benih ikan gurame berdasarkan klasifikasi ukuran di Kota Tasikmalaya, tahun 2013 a Jenis ukuran benih Klasifikasi ukuran (cm) Harga jual (Rp/ekor) b Larva (biji mentimun) Larva ukuran lepas Ukuran kuku Ukuran silet Ukuran korek Ukuran garfit Ukuran kaset a Sumber : Data Primer; b Harga rata-rata yang berlaku di pasar bulan Juni-Juli tahun 2013 Secara umum dengan adanya Kelompok Tani Sukarame diharapkan juga dapat tercipta beberapa kondisi sebagai berikut : (1) Jumlah produksi yang dihasilkan dapat terkumpul lebih banyak, karena setiap anggota mengumpulkannya untuk kepentingan bersama. (2) Kontinuitas hasil akan lebih mudah diatur. (3) Petani menjadi subyek, karena kelompok tani diharapkan dapat bernegosiasi dengan pihak mitra usaha sesuai dengan kebutuhan anggotanya. (4) Dapat menjalin kerjasama usaha yang saling menguntungkan dengan koperasi, baik sebagai anggota maupun sebagai mitra usaha. Perumusan Masalah Subsektor usaha pembenihan pada sektor usaha budi daya ikan gurame memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan selama ini ketersediaan benih siap tebar masih belum dapat mengimbangi permintaan benih untuk usaha pembesaran (Senjaya, 2002). Komoditas ikan gurame sendiri memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan komoditas perikanan budi daya lainnya. Salah satunya adalah tingkat toleransi jenis gurame terhadap kondisi lingkungan yang cukup rendah dibandingkan dengan komoditas perikanan budi daya lainnya. Hal ini berindikasi pada resiko usaha yang cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas perikanan budi daya lainnya. Selain itu, waktu produksi yang dibutuhkan hingga panen pun memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan komoditas perikanan budi daya lainnya. Lamanya waktu yang dibutuhkan para pembudidaya ikan gurame dan biaya yang besar pada proses produksi harus menjadi salah satu pertimbangan ketika menentukan harga jual dari hasil panen ikan gurame. Kondisi di lapangan juga memperlihatkan bahwa komoditas ikan gurame hasil dari produsen Kota Tasikmalaya saat ini haruslah dapat bersaing dengan

18 6 produk serupa dari luar wilayah. Hadirnya pasokan benih ikan gurame dari luar wilayah Tasikmalaya berdampak pada persaingan harga yang diterima oleh pembudidaya ikan gurame di Kota Tasikmalaya. Karena kondisi yang terjadi di lapangan, bahwa para produsen yang berasal dari luar wilayah Tasikmalaya cenderung memiliki keunggulan dalam hal waktu produksi. Dengan waktu produksi yang relatif lebih singkat ini, para produsen ikan gurame dari luar Kota Tasikmalaya akan memiliki keunggulan dalam hal harga jual minimal hingga kepada konsumen. Kondisi tersebut memaksa pembudidaya ikan gurame di Kota Tasikmalaya untuk memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam setiap kegiatan transaksi penjualan yang dilakukannya. Sehingga harga yang diterima oleh pembudidaya merupakan harga yang dapat memberikan keuntungan dan peningkatan kesejahterahan. Disisi lain lemahnya posisi tawar yang dimiliki oleh pembudidaya salah satunya juga dikarenakan penetapan waktu menjual yang ditentukan oleh kebutuhan keuangan dari pembudidaya ikan gurame. Karena kebutuhan yang mendesak akan memperlemah posisi tawar menawar mereka dengan pembeli. Oleh sebab itu hal ini dapat mengakibatkan tingkat harga yang lebih rendah ketika penjualan. Selain itu, pemasaran hasil panen yang dilakukan pembudidaya secara sendiri-sendiri turut memperburuk posisi tawar para pembudidaya. Tabel 7 Jenis pemasaran komoditas hasil sektor perikanan beberapa provinsi di Pulau Jawa tahun 2011 (dalam ton) a Jenis pemasaran Pengumpul Pedagang besar Pengecer Restoran Catering Hotel Jawa Timur Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat Banten Jakarta Total a Sumber : Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2012) Pemasaran benih ikan gurame dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pemasaran tidak langsung dilakukan melaui lembaga perantara dan bervariasi dapat menggunakan 1 sampai 4 lembaga perantara. Karena pada setiap cabang pemasaran pelaku mengambil keuntungan, maka dengan semakin panjangnya jalur distribusi mengakibatkan harga ikan gurame yang diterima konsumen akhir akan semakin tinggi (Mahyudin,2009). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan menunjukan bahwa pemasaran untuk komoditas dari subsektor perikanan cenderung dipasarkan dengan pedagang pengecer sebagai lembaga tataniaga akhir. Tercatat pada tahun 2011 sebanyak ton atau sebesar persen dipasarkan oleh pedagang pengecer (Tabel 7). Sebagai alternative untuk meningkatkan posisi tawar, pembudidaya hendaknya bergabung pada satu wadah kelompok tani atau koperasi yang

19 7 berfungsi sebagai lembaga pemasaran. Adanya kelompok tani sebagai wadah dalam melakukan pemasaran ini diharapkan dapat membantu dalam memilih saluran tataniaga yang akan memberikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan kegiatan pemasaran tanpa melalui sebuah kelompok tani. Hal ini dikarenakan proses tataniaga yang efisien menjadi salah satu hal yang harus selalu diperhatikan agar suatu sektor usaha dapat memberikan manfaat berupa peningkatan kesejahterahan bagi para pelaku usahanya. Panjangnnya alur tataniaga dan banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat di dalamnya akan menyebabkan perbedaan harga (marjin tataniaga) yang cukup signifikan antara harga yang diterima pembudidaya ikan gurame dan harga yang diterima konsumen. Perbedaan antara harga yang diterima pembudidaya ikan gurame dan harga yang diterima konsumen akhir yang terbentuk akan mempengaruhi keuntungan pembudidaya ikan gurame (farmer s share). Jika semakin besar nilai marjin tataniaganya, bagian keuntungan yang diperoleh pembudidaya ikan gurame akan semakin kecil. Tingkat keuntungan yang diperoleh para pembudidaya ikan gurame (farmer s share) ini akan berdampak pada tingkat kesejahterahan para pembudidaya ikan gurame. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk menganalisis tingkat efisien dari suatu sistem tataniaga yang ada. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lembaga-lembaga serta saluran tataniaga yang dapat meningkatkan kesejahterahan para pelaku yang terlibat, khususnya bagi para pelaku produksi, dengan memberikan tingkat keuntungan yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah pada penelitian ini akan mencakup pada : 1. Bagaimana saluran, lembaga, struktur pasar, fungsi, dan perilaku pasar dalam tataniaga benih ikan gurame yang dilakukan melalui maupun tanpa melalui kelompok sebagai media pemasaran tani di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya? 2. Bagaimana marjin tataniaga, farmer s share, serta rasio keuntungan terhadap biaya pada efisiensi operasional tataniaga benih ikan gurame yang dilakukan melalui maupun tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya? 3. Bagaimana perbandingan antara tataniaga yang dilakukan melalui dengan tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran pada tataniaga benih ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya? Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pemikiran awal yang telah dipaparkan dibagian latar belakang maupun perumusan masalah, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis saluran, lembaga, struktur pasar, fungsi, dan perilaku pasar pada tataniaga benih ikan gurame yang dilakukan melalui maupun tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya

20 8 2. Menganalisis efisiensi tataniaga benih ikan gurame yang dilakukan pembudidaya melalui dengan tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya melalui pendekatan marjin tataniaga, farmer s share, serta rasio keuntungan terhadap biaya. 3. Menganalisis dan membandingkan perbedaan antara tataniaga benih ikan gurame melalui dan tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya? Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini kedepannya diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sumber informasi bagi beberapa pihak terkait, di antaranya : 1. Sumber informasi dan referensi bagi para pembudidaya ikan gurame dalam menentukan saluran tataniaga yang tepat dalam menjalankan proses tataniaga dari hasil produksi usaha. 2. Bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam memberikan kebijakan yang terkait dengan proses pemasaran benih ikan gurame. 3. Bagi penulis menjadi wadah atau media untuk mennerapkan ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh selama masa perkuliahan dan juga sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan baru selama proses penelitian. 4. Sebagai bahan informasi bagi pembaca hasil penelitian ini mengenai gambaran usaha terutama dalam hal proses pemasaran benih ikan gurame di lokasi penelitian serta sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya dengan komoditas pertanian yang diteliti adalah berupa benih ikan gurame. Objek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah meliputi beberapa responden pembudidaya serta lembaga tataniaga ikan gurame, saluran-saluran tataniaga, dan pasar yang digunakan sebagai tempat pemasaran hasil panen pembudidaya ikan gurame di lokasi penelitian. Pada objek penelitian responden pembudidaya ikan gurame dibedakan menjadi responden pembudidaya ikan gurame anggota dan non anggota berkelompok kelompok tani. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah analisis pada proses atau kegiatan tataniaga dari benih ikan gurame di lokasi penelitian. Kegiatan atau proses tataniaga dari benih ikan gurame ini ditinjau dari kondisi serta tingkat efisiensi dari tataniaga benih ikan gurame. Adapun kondisi tataniaga yang dimaksud adalah jumlah serta kondisi saluran tataniaga yang ada di lokasi penelitian, fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, struktur pasar, dan juga perilaku pasar di lokasi penelitian. Kemudian untuk menganalisis tingkat efisiensi adalah dengan melihat marjin tataniga, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Selain itu, penelitian ini juga akan membandingkan analisis tataniaga antara dua jenis responden pembudidaya ikan gurame, yaitu antara pembudidaya yang menggunakan kelompok sebagai media pemasaran dengan yang tidak menggunakan kelompok sebagai media pemasaran.

21 9 TINJAUAN PUSTAKA Kajian Usaha dan Pemasaran Ikan Gurame Ikan gurame adalah jenis ikan air tawar yang lambat dalam hal pertumbuhannya dibandingkan dengan jenis ikan air tawar yang lainnya. Terdapat beberapa jenis ikan gurame, antara lain: angsa, jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Ikan gurame umumnya mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Untuk ikan yang sudah dewasa lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau 3/4 kali panjang tubuhnya. Ketinggian lokasi yang cocok untuk budi daya ikan gurame adalah antara 0 sampai 800 m dpl dan suhu celcius. Ikan gurame tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah, oleh sebab itu tidak akan produktif jika suhu tempat hidupnya lebih rendah dari kisaran suhu optimal (Mahyuddin, 2009). Teknik budi daya ikan gurame terdiri atas kegiatan pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Oleh sebab itu hasil produksi ikan gurame terbagi atas 3 jenis yakni telur atau larva ikan gurame dari hasil pembenihan, benih ikan gurame dari hasil pendederan, dan ikan gurame pedaging dari hasil pembesaran. Kegiatan pembenihan dilakukan terdiri atas tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi larva dengan ukuran 0.5 cm selama 1 bulan (Mahyuddin, 2009). Kegiatan pendederan sendiri dapat dibagi atas 6 segmentasi benih yang dihasilkan. Pertama adalah segmentasi benih larva ukuran lepas bak dengan ukuran benih cm. Kedua adalah segmentasi benih ukuran kuku dengan ukuran benih cm. Ketiga adalah segmentasi benih ukuran silet dengan ukuran benih 4-5 cm. Keempat adalah segmentasi benih ukuran korek dengan ukuran 5-7 cm. Kelima adalah segmentasi ukuran garfit dengan ukuran cm. Terakhir adalah segmentasi benih ukuran kaset dengan ukuran cm. Kajian Peran Kelompok Tani Dalam Penelitian Terdahulu Peran sebuah kelompok tani dapat menimbulkan dampak positif di tingkat petani atau produsen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Devy (2010) dari hasil analisis pendapatan usahatani yang dilakukannya menujukkan bahwa keberadaan kelompok tani memberikan pengaruh yang positif terhadap produksi dan pendapatan petani. Hal ini terlihat pada pendapatan atas biaya tunai dan biaya total per hektar yang lebih tinggi antara petani anggota dibandingkan dengan petani non anggota. Selain itu adanya kelompok tani juga dapat berperan positif untuk kegiatan pemasaran yang dilakukan petani atau produsen. Hal ini terkait dengan adanya peningkatan kekuatan tawar menawar petani jika melakukan penjualan dengan kelompok tani. Ni Putu (2012) menyataan bahwa akibat dari karakteristik lembaga yang terlibat, seperti kelompok tani yang tidak mengejar keuntungan dan pihak agen perantara yang menjadikan aktivitas tataniaga yang dijalankan sebagai usaha sampingan menyebabkan lembaga tidak memperhitungkan tingkat keuntungan yang diperoleh dengan menjalankan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, pelaksanaan aktivitas tataniaga dengan memberdayakan peranan kelompok tani merupakan salah satu alternatif saluran

22 10 tataniaga yang dapat digunakan oleh petani sebagai upaya peningkatan posisi tawar petani. Kajian Struktur Pasar Dalam Penelitian Terdahulu Analisis struktur pasar dilakukan dengan mengamati beberapa faktor antara lain adalah jumlah dan ukuran perusahaan, sifat produk (dari sudut pandang pembeli), hambatan keluar masuk pasar, informasi pasar mengenai biaya, harga dan kondisi pasar (Dahl dan Hammond, 1977). Pada penentuan struktur pasar terdapat dua sudut pandang yang dapat digunakan yaitu berdasarkan sudut pandang penjual atau pembeli. Penelitian Mahreni (2011) menyatakan struktur pasar pada tingkat petani atau produsen umumnya lebih mengarah struktur pasar persaingan tidak sempurna karena hanya ada satu pembeli. Selain itu, di tingkat petani atau produsen juga dapat ditemukan struktur pasar persaingan sempurna. Sama halnya dengan struktur pasar di tingkat petani atau produsen komoditas pertanian, pada tingkat lembaga tataniaga dalam beberapa penelitian terdahulu juga ditemukan beberapa struktur pasar. Struktur pasar yang mengarah pada struktur pasar persaingan sempurna dapat ditemukan di tingkat pedagang pengumpul (Mahreni, 2011). Struktur pasar lain yang dapat ditemukan di tingkat lembaga tataniaga adalah oligopoli. Euis (2010) menyatakan struktur pasar yang terbentuk antara pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer juga pedagang pengecer dengan pedagang warung tenda pecel lele adalah struktur pasar oligopoli. Kajian Fungsi Tataniaga Dalam Penelitian Terdahulu Lembaga tataniaga dalam suatu sistem tataniaga menjalankan beberapa fungsi tataniaga untuk memperlancar proses penyampaian produk hingga ketangan konsumen. Pada hasil penelitian terdahulu menunjukan terdapat beberapa fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga. Fungsi tataniaga tersebut adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Namun tidak semua lembaga pemasaran tersebut melakukan seluruh fungsi tataniaga. Hal ini bergantung pada situasi dan kondisi masing-masing lembaga tataniaga. Fungsi pertukaran yang dilakukan lembaga tataniaga pada beberapa penelitian terdahulu terdiri atas aktivitas pembelian dan penjualan. Perbedaan pada aktivitas penjualan dan pembelian yang dilakukan masing-masing lembaga hanya berdasarkan atas pihak yang menjadi pembeli maupun penjual dari aktivitas jual-beli yang dilakukan. Ditingkat petani fungsi pertukaran hanya pada aktivitas penjualan saja tanpa adanya aktivitas pembelian (Euis 2010; Didik 2011; Mahreni 2011). Fungsi fisik yang dilakukan di tingkat petani maupun lembaga tataniaga terdiri atas fungsi pengangkutan, pengemasan, dan penyimpanan. Meskipun demikian tidak semua fungsi fisik ini dilakukan secara menyeluruh oleh petani atau lembaga tataniaga. Fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan tidak dilakukan oleh pembudidaya dalam tataniaga ikan gurame benih maupun konsumsi dikarenakan yang melakukan pemanenan adalah para pedagang pengumpul (Mahreni, 2011). Sama halnya dengan pernyataan yang

23 11 dikemukakan oleh Euis (2010) dalam penelitiannya, fungsi penyimpanan tidak selalu dilakukan oleh pembudidaya ketika panen ikan lele secara bersamaan (panen raya). Untuk fungsi fasilitas yang dilakukan di tingkat petani dan lembaga terdiri atas fungsi permodalan, penanggungan risiko, standardisasi maupun grading, dan informasi pasar (Euis, 2010; Mahreni, 2011). Pada penelitian terdahulu fungsi pembiayaan di tingkat petani dan pedagang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usaha. Modal ini digunakan untuk pembelian produk, biaya transportasi, biaya tempat usaha, dan biaya penyusutan bobot. Fungsi penanggungan risiko berupa penyusutan bobot saat penyimpanan, dan pengangkutan ke tempat pembeli. Fungsi standardisasi dan grading yang dilaksanakan adalah memilih produk sesuai dengan permintaan pasar berdasarkan ukuran maupun kualitas. Fungsi informasi pasar dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai harga yang sedang berlaku, ketersediaan stok produk yang terdapat di pasar, maupun waktu panen di tingkat petani. Kajian Perilaku Pasar Dalam Penelitian Terdahulu Penjualan dan pembelian dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses kegiatan pemasaran produk, tetapi untuk kegiatan pembelian hanya tidak dilakukan oleh petani (Mahreni, 2011; Euis, 2010). Aktivitas penjualan di tingkat petani dapat dilakukan oleh beberapa pihak. Mahreni (2011) dan Euis (2010) menyatakan bahwa pembudidaya atau petani melakukan penjulan hanya dengan pedagang pengumpul yang bertindak sebagai lembaga perantara. Kemudian untuk sistem penetapan harga dalam beberapa penelitian terdahulu di setiap tingkat lembaga tataniaga pada umumnya adalah hasil tawar-menawar. Umumnya pembudidaya atau petani memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lemah pada praktek penentuan harga yang disebabkan oleh keterbatasan modal pembudidaya dan lemahnya akses pasar yang dimiliki dan bertindak sebagai penerima harga (Euis 2010; Mahreni 2011). Selain itu, kondisi permintaan dan penawaran dapat juga menjadi hal memengaruhi. Mahreni (2011) menyatakan harga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di lokasi Pasar Laladon dan Pasar Anyar. Pada beberapa penelitian terdahulu analisis mengenai perilaku pasar juga dilakukan dengan memerhatikan sistem pembayaran dan pola kerja sama yang dilakukan oleh lembaga tataniaga. Sistem pembayaran yang berlangsung bergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak. Mahreni (2011) dan Euis (2010) dalam penelitiannya menemukan 2 sistem pembayaran, yaitu sistem pembayaran tunai dan kemudian. Euis (2010) menyatakan pembayaran dengan sistem kredit yang dibayarkan satu minggu setelah pembelian biasanya terjadi karena pembudidaya sudah percaya kepada pedagang pengumpul. Pola kerja sama sangat dibutuhkan oleh setiap pihak yang terlibat dalam saluran tataniaga untuk menunjang kelancaran dan kemudahan dalam tataniaga. Pola kerja sama yang terjadi lebih didasarkan pada lamanya hubungan dagang, rasa saling percaya, dan hubungan kekeluargaan. Permainan spekulasi harga untuk menguntungkan sepihak sangat jarang terjadi karena hubungan yang dibina seperti hubungan kekeluargaan yang sangat erat antar pihak

24 12 (Mahreni, 2011). Bentuk kerja sama lain yang dilakukan antar lembaga tataniaga adalah dengan pemberian tempo waktu pembayaran yang terjadi antara petani dengan pedagang maupun antara pedagang dengan pedagang (Euis, 2010). Selain itu, bentuk kerja sama ini juga dapat terlihat dalam pemberian bantuan pinjaman modal kepada para petani (Ni Putu, 2012). Keterkaitan Kajian Empiris terhadap Penelitian Berdasarkan hasil studi pustaka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa kesamaan antara penelitian yang terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan ini. Kesamaan ini antara lain adalah sebagai berikut : dari beberapa penelitian terdahulu penelitian yang dilakukan berkisar pada kondisi lembaga, saluran, fungsi, dan tingkat efisiensi tataniaga yang dianalisis berdasarkan nilai marjin, farmer s share, dan rasio antara keuntungan terhadap biaya. Namun demikian, ada hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian yang dilakukan ini berbeda dalam hal sumber atau objek penelitiannya. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sebagai objek penelitian di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiyang, Kota Tasikmalaya tahun 2013 dengan komoditas benih ikan gurame. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakuakan analisis mengenai perbandingan antar 2 jenis kegiatan tataniaga benih ikan gurame. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Tataniaga Menurut Kotler (2002) tataniaga dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang didalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Tataniaga juga bisa diartikan sebagai rangkaian tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk mengubah atau membentuk input produk mulai dari titik produsen sampai konsumen akhir. Serangkaian fungsi tersebut terdiri atas proses produksi, pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran oleh grosir, pedagang pegecer sampai konsumen (Dahl dan Hammond, 1977). Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya proses tataniaga adalah untuk menciptakan, menjaga, dan meningkatkan nilai serta kegunaan dari barang dan jasa. Analisis pada sistem tataniaga sendiri dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Menurut Kohls dan Uhl (1985) pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisis sistem tataniaga, yaitu pendekatan fungsi, kelembagaan, dan sistem : 1. Pendekatan fungsi merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi tataniaga apa saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan

25 13 penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, dan pengolahan) dan fungsi fasilitas (standarisasi, resiko, pembiayaan, dan informasi pasar). 2. Pendekatan kelembagaan merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui beberapa macam lembaga atau pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Pelaku yang terlibat ini adalah pedagang perantara (menchant middleman) yang terdiri atas pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang spekulatif, agen, manufaktur dan organisasi lainnya yang terlibat. 3. Pendekatan sistem merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas dalam proses tataniaga, seperti perilaku lembaga yang terlibat dalam tataniaga dan kombinasi dari fungsi tataniaga. Pendekatan ini terdiri atas the input-output system, the power system dan the communication system. Lembaga-lembaga tataniaga Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dan adanya aktivitas pergerakan barang dari produsen sampai konsumen. Lembaga tataniaga ini dapat termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa (Hanafiah dan Saefudin,1983). Menurut Limbong dan Sitorus (1987) lembaga tataniaga dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Penggolongan lembaga tataniaga berdasarkan fungsinya sebagai suatu lembaga yang menjalankan kegiatan tataniaga, yaitu : lembaga fisik tataniaga adalah lembaga yang menjalankan fungsi fisik (seperti transportasi), lembaga perantara adalah lembaga yang mengadakan fungsi pertukaran, lembaga fasilitas adalah lembaga yang menjalankan fungsi-fungsi fasilitas. 1. Lembaga tataniaga dibedakan berdasarkan pengelolaan menurut kedudukannya dalam struktur pasar, yaitu : lembaga tataniaga yang bersaing sempurna dan lembaga tataniaga yang bersaing monopolistik. 2. Lembaga tataniaga dibedakan berdasarkan bentuk usahanya kedalam lembaga tataniaga berbadan hukum dan lembaga tataniaga tidak berbadan hukum. 3. Terakhir, lembaga tataniaga berdasarkan penguasaan terhadap barang dan jasa yang terdiri atas : lembaga tataniaga yang tidak memiliki akan tetapi menguasai barang (seperti agen dan broker) dan lembaga tataniaga yang memiliki dan menguasai barang (seperti pedagang pengumpul, pengecer, eksportir, dan importir). Saluran tataniaga Saluran tataniaga memiliki pengertian sebagai suatu himpunan perusahaan, perorangan, atau serangkaian lembaga-lembaga tataniaga yang mengambil alih hak maupun membantu dalam pengalihan hak atas barang dan jasa tertentu selama barang dan jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen (Limbong dan Sitorus,1987). Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987), yaitu : 1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan, dan kebiasaan pembeli. 2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar.

26 14 3. Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, kemampuan, dan pengalaman penjualan. 4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen, dan pertimbangan biaya. Fungsi tataniaga Berdasarkan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa tataniaga merupakan sebuah proses untuk menyampaikan barang dari produsen ke tangan para konsumen, dapat disimpulkan suatu proses tataniaga haruslah memiliki fungsi sebagai kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa tersebut. Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisikan fungsi tataniaga sebagai kegiatan atau tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa. Kohls dan Uhl (1985) mengklasifikasikan fungsi tataniaga menjadi 3 kelompok utama, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. 1. Fungsi pertukaran merupakan aktivitas yang melibatkan pertukaran kepemilikan dari barang yang diperjual-belikan antara penjual dan pembeli. Fungsi pertukaran terdiri atas aktivitas penjualan dan pembelian. a. Pembelian adalah kegiatan mencari barang atau jasa yang digunakan sebagai bahan baku atau dengan mengalihkan kepemilikan. b. Penjualan adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran yang berusaha menciptakan permintaan dengan melakukan strategi promosi dan periklanan serta strategi pemasaran lainnya untuk dapat menarik minat pembeli. 2. Fungsi fisik adalah aktivitas-aktivitas yang melibatkan penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik atas produk. Fungsi fisik membantu menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan kapan, apa, dan dimana tataniaga tersebut terjadi. Fungsi fisik ini terdiri atas aktivitas penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan. a. Penyimpanan memiliki fungsi dalam membantu menyelesaikan permasalahan produk yang berhubungan dengan waktu. Penyimpanan membuat produk tersedia pada waktu yang diinginkan. b. Pengangkutan berfungsi dalam menyelesaikan permasalahan produk yang berhubungan dengan tempat. Pengangkutan membuat produk tersedia pada tempat yang tepat. c. Pengolahan merupakan kegiatan merubah bentuk produk untuk meningkatkan nilai tambah produk tersebut. Pengolahan kadang tidak termasuk dalam kegiatan pemasaran karena pada dasarnya kegiatan pengolahan adalah kegiatan merubah bentuk produk, bukan kegiatan memasarkan produk. 3. Fungsi fasilitas merupakan aktivitas-aktivitas yang secara tidak langsung terlibat dalam proses pemasaran produk karena membutuhkan teknologi dan pengetahuan khusus dalam penanganannya. Adanya fungsi fasilitas akan memperlancar fungsi pertukaran dan fisik sehingga kinerjanya akan menjadi lebih baik. Fungsi fasilitas terdiri atas aktivitas pembiayaan, sortasi, penanggungan resiko, dan informasi pasar.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP , ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN)

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN) Analisis Pemasaran Nenas Palembang ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN) Herawati 1) dan Amzul Rifin 2) 1,2) Departemen

Lebih terperinci

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN Lina Humaeroh 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi linaanimania@yahoo.com Riantin Hikmah Widi 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi riantinhikmahwidi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame 2.1.1 Budidaya Ikan Gurame Menurut Senjaya (2002), pembudidayaan gurame pada usaha pembenihan memegang peranan penting karena selama ini ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI

TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI Tataniaga Rumput Laut TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI Ni Putu Ayuning Wulan Pradnyani Mahayana 1) dan Ratna Winandi 2) 1,2)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA LELE SANGKURIANG DI KABUPATEN TEGAL RISNANDA PATRIA PERDANA

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA LELE SANGKURIANG DI KABUPATEN TEGAL RISNANDA PATRIA PERDANA ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA LELE SANGKURIANG DI KABUPATEN TEGAL RISNANDA PATRIA PERDANA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 ii iii PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR Faisol Mas ud dan Slamet Hariyanto Fakultas Perikanan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

TATANIAGA TOMAT DI DESA GEKBRONG, KECAMATAN GEKBRONG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT WIGGO WINDI RISWANDY

TATANIAGA TOMAT DI DESA GEKBRONG, KECAMATAN GEKBRONG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT WIGGO WINDI RISWANDY TATANIAGA TOMAT DI DESA GEKBRONG, KECAMATAN GEKBRONG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT WIGGO WINDI RISWANDY DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 29-36 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA Dani Apriono 1),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal.63-70 ISSN 2302-1713 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN Cindy Dwi Hartitianingtias, Joko Sutrisno, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw) DI DESA SIGEBLOG, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI.

ANALISIS TATANIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw) DI DESA SIGEBLOG, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI. ANALISIS TATANIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw) DI DESA SIGEBLOG, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI Oleh: AGIT DWI CAHYO 1204010006 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG 131 Buana Sains Vol 8 No 2: 131-136, 2008 ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG Ahmad Zubaidi PS Agribisnis Fak. Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Tataniaga Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen (petani) sampai ke konsumen akhir. Tataniaga erat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Joko Purwono 1) / Sri Sugyaningsih 2) / Nada Fajriah 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, 2) Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN 06114023 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ANALISIS TATANIAGA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH (Capsicum annuum SP.) (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) Masyuliana*), Kelin Tarigan **) dan Salmiah **)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pupuk Bersubsidi Pupuk bersubsidi ialah pupuk yang pengadaanya dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebtuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI Oleh: NOVRIANTO GINTING 120306033 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 69-73 ISSN : 2088-3137 ANALISIS PEMASARAN IKAN MAS KOKI (Carassius auratus) DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN KALAPA CIUNG KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc.,

Lebih terperinci

SKRIPSI SNIS BOGOR 20111

SKRIPSI SNIS BOGOR 20111 ANALISIS TATANIAGA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor SKRIPSI MAHRENI HARAHAP H34070106 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTT

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi KERAGAAN PEMASARAN IKAN GURAMI (Osphrounemus gouramy) PADA KELOMPOK MINA BERKAH JAYA Irni Rahmi Zulfiyyah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Irnirahmi18@gmail.com Dedi Darusman,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Joko Purwono 1) / Sri Sugyaningsih 2) / Nada Fajriah 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009: 25-29 ISSN 1693-8828 Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman F.X. Suwarta dan G. Harmoko Jurusan Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan² ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAWI MANIS DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE, CONDUCT, AND PERFORMANCE (SCP) DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km 1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan mendominasi

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3) EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi (1) (ndaabbo@yahoo.com) Fakultas

Lebih terperinci