HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan luas seluruh Desa yaitu ha/m 2. Jumlah kepala keluarga yaitu 2490 KK dan berjumlah orang, terdapat 568 orang yang bekerja di sektor pertanian. Luas tanaman padi, jagung, dan umbi-umbian masing-masing adalah 15 ha, 5 ha, dan 25 ha. Hasil tanaman pangan umumnya dipasarkan atau dijual ke pasar, tengkulak, pengecer, atau tidak dijual. Saat penelitian dilakukan kondisi pertanian masyarakat Desa Cihideung Ilir dalam kondisi baik dan tidak terjadi paceklik atau serangan hama. Karakteristik Petani Responden Metode pengambilan data dilakukan secara sengaja yaitu petani yang sedang melakukan usahatani padi, jagung, ubi jalar, ketela pohon, bengkuang, dan mentimun. Serta pada pembudidaya ikan mas, ikan mujair, dan ikan bawal. Petani/pembudidaya responden dipilih sebanyak 11 orang dengan masingmasing komoditas minimal terdapat 5 petani yang sedang bertani atau sedang membudidayakan ikan. Petani responden tidak hanya menanam padi atau jagung saja, tetapi juga pernah atau sedang menanam tanaman lain atau juga merangkap sebagai pembudidaya. Dari 11 petani/pembudidaya responden, terdapat 7 orang yang menanam padi, 6 orang menanam jagung, 8 orang menanam ubi jalar, 7 orang menanam ketela pohon, 7 orang menanam bengkuang, 5 orang menanam mentimun, 5 orang membudidaya ikan mas, 5 orang membudidaya ikan mujair, dan 5 orang membudidaya ikan bawal. Umur termuda petani/pembudidaya responden adalah 28 tahun dan umur tertua adalah 56 tahun. Seluruh responden berjenis kelamin laki-laki. Umur petani responden yang berusia tahun sebanyak 1 orang atau 9.09 persen. Umur petani yang berusia tahun sebanyak 2 orang atau persen. Data mengenai umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi umur petani/pembudidaya responden di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) Total

2 22 Tingkat pendidikan petani/pembudidaya responden masih tergolong rendah karena persentase terbesar yaitu persen tamat SD. Petani/pembudidaya responden yang tamat SMP sebanyak 2 orang atau persen dan petani/pembudidaya yang tamat SMA sebanyak 4 orang atau persen. Data mengenai tingkat pendidikan responden di desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Tingkat pendidikan petani/pembudidaya responden di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) SD SMP SMA Total Petani responden yang memiliki luas lahan kurang dari 1000 m 2 sebanyak 1 orang atau persen dan petani yang memiliki lahan m 2 sebanyak 5 orang atau persen. Luas lahan sangat menentukan efisiensi produksi dan keuntungan yang diterima petani dari komoditi pangan yang ditanam. Luas lahan yang dimiliki petani responden adalah sawah irigasi dengan status kepemilikan sendiri, sewa, ataupun bagi hasil. Data mengenai struktur luas lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Luas Sawah Irigasi Petani Responden di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Luas Sawah Irigasi (m 2 ) Jumlah (Orang) Persentase (%) > Total Pembudidaya responden yang memiliki luas kolam m 2 sebanyak 4 orang atau 80 persen dan pembudidaya yang memiliki kolam lebih dari 1000 m 2 sebanyak 1 orang atau 20 persen. Luas kolam sangat menentukan efisiensi produksi dan keuntungan yang diterima pembudidaya dari ikan yang dibudidayakan. Luas kolam yang dimiliki pembudidaya responden status kepemilikannya adalah sendiri dan bagi hasil. Data mengenai struktur luas kolam petani responden dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Luas Kolam Pembudidaya Responden di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Luas Kolam (m 2 ) Jumlah (Orang) Persentase (%) > Total 5 100

3 23 Karakteristik Pedagang Responden Pedagang responden yang dipilih pada penelitian ini sebanyak 29 orang, yang terdiri dari 3 tengkulak, 5 penggilingan, 12 pedagang besar, 6 pedagang kecil, dan 3 pedagang pengecer. Dari 29 pedagang responden, terdapat 13 orang yang berdagang padi/beras, 8 orang berdagang jagung, 12 orang berdagang ubi jalar, 12 orang berdagang ketela pohon, 9 orang berdagang bengkuang, 9 orang berdagang mentimun, 13 orang berdagang ikan mas, 12 orang berdagang ikan mujair, dan 8 orang berdagang ikan bawal. Pedagang responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang atau persen, sedangkan pedagang responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang atau persen. Umur termuda pedagang responden adalah 17 tahun dan tertua adalah 60 tahun. Komposisi umur pedagang responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi Umur Pedagang Responden di Desa Cihideung Ilir, Pasar Anyar, dan Pasar Induk Bogor Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) Total Tingkat pendidikan pedagang responden sebagian besar tamat SMP. Pedagang responden yang tamat perguruan tinggi hanya 1 orang, hal tersebut dikarenakan responden sudah pensiun dari pekerjaannya dan menjalani masa pensiunnya dengan menjadi pedagang pengecer. Data mengenai tingkat pendidikan pedagang responden ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7 Tingkat pedagang responden di Desa Cihideung Ilir, Pasar Anyar, dan Pasar Induk Bogor Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total

4 24 Beras Saluran tataniaga Saluran tataniaga beras di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yang terdiri dari tengkulak dan penggilingan, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Jenis padi yang ditanam oleh petani Cihideung Ilir salah satunya adalah jenis IR 64 dan merupakan jenis padi yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis IR 64. Sistem tataniaga beras di desa Cihideung Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda. Saluran tataniaga beras di desa Cihideung Ilir terdapat beberapa saluran tataniaga, yaitu: Saluran tataniaga 1 : petani-tengkulak-penggilingan-pedagang besar-pedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 2 : petani-penggilingan-pedagang besar-pedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 3 : petani-penggilingan-pedagang besar-konsumen Saluran tataniaga 4 : petani-penggilingan-konsumen Saluran tataniaga 5 : petani-pedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 6 : petani-konsumen Saluran distribusi beras pada berbagai lembaga tataniaga dapat dilihat pada Gambar 4. Saluran Tataniaga 1 Saluran tataniaga satu merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani-tengkulak-penggilingan-pedagang besar-pedagang pengecer-konsumen. Petani menjual padi kepada tengkulak masih dalam bentuk gabah basah. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa petani yang menjual gabahnya melalui tengkulak terdapat 1 dari 7 orang petani yang diwawancarai. Alasan petani menjual gabahnya kepada tengkulak dalam bentuk gabah adalah karena petani tidak perlu menjemur atau menggiling gabahnya, karena umumnya yang dijual petani adalah gabah basah. Harga jual gabah basah dari petani ke tengkulak antara Rp 2000,- sampai Rp 2200,- per Kg gabah basah atau Rp 3333,- sampai Rp 3667,- per Kg beras. Umumnya dari 100% gabah beras yang dihasilkan adalah 60% nya (Nursalim & Yetti 2007).

5 Gambar 4 Saluran distribusi komoditas beras 25

6 26 Umumnya petani yang menjual gabahnya ke tengkulak karena lokasi sawah atau rumahnya jauh dari penggilingan, sehingga jika menjual ke penggilingan diperlukan biaya tambahan berupa biaya transportasi untuk mengangkut gabah petani ke penggilingan padi. Tengkulak kemudian menjual gabah dari peteni ke penggilingan dan masih dalam bentuk gabah basah, gabah dari tengkulak ini dijual dengan harga Rp 2200,- sampai Rp 2500,- per Kg gabah atau setara dengan Rp 3667,- sampai Rp 4167,- per Kg beras. Dari penggilingan dijual kepada pedagang besar dalam bentuk beras dengan harga Rp 5600,- sampai Rp 6500,- per Kg beras. Pedagang.besar menjual beras yang telah dibelinya dari tengkulak kepada pedagang pengecer dengan harga Rp 5400,- sampai Rp 5800,- per Kg beras. Perbedaan harga jual yang lebih murah atau lebih rendah dari harga beli disebabkan karena pedang besar tidak membeli beras dari penggilingan yang diteliti namun membeli berasnya dari luar kota dengan alasan harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan jika membeli dari pengilingan di Bogor. Kemudian pedagang pengecer menjual beras kepada konsumen dengan harga Rp 7000,- per Kg. Saluran tataniaga 2 Saluran tataniaga dua merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani-penggilingan-pedagang besar-pedagang pengecer-konsumen. Petani menjual padi kepada penggilingan masih dalam bentuk gabah basah. Jenis tataniaga ini dilakukan oleh 1 dari 7 orang petani padi yang diwawancarai. Petani umumnya menjual langsung gabah basahnya pada penggilingan karena petani tidak perlu menjemur atau menambah biaya untuk penggilingan. Jika petani menggilingkan padi di penggilingan, maka petani akan dikenakan biaya 10% dari beras yang dihasilkan atau petani harus membayar Rp 6000,- /10 Kg beras yang dihasilkan. Harga jual gabah basah dari petani ke penggilingan antara Rp 2300,- sampai Rp 2500,- per Kg gabah basah atau Rp 3833,- sampai Rp 4167,- beras (setelah dikonversi dengan membagi 0.6). Sedangkan harga jual beras dari penggilingan ke pedagang besar adalah Rp 5600,- sampai Rp 6500,- per Kg beras. Saluran tataniaga 3 Saluran tataniaga tiga merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani-penggilingan-pedagang besar-konsumen. Saluran tataniaga tiga ini hamper sama dengan saluran tataniaga dua yaitu petani menjual gabahnya ke

7 27 penggilingan, dan dari penggilingan dijual kepada pedagang besar dalam bentuk beras. Pedagang besar menjual berasnya kepada pedagang pengecer atau langsung menjualnya kepada konsumen. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti, harga jual beras dari pedagang besar ke pedagang pengecer atau langsung kepaa konsumen tidak ada perbedaan harga, yaitu Rp 5400,- sampai Rp 5800,- per Kg beras. Saluran tataniaga 4 Saluran tataniaga empat merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani-penggilingan-konsumen, menurut Limbong dan Sitorus (1985) disebut dengan saluran satu tingkat (one level channel) yaitu saluran yang menggunakan perantara. Dari petani ke konsumen hanya terdapat satu perantara yaitu penggilingan. Saluran tataniaga empat ini jarang terjadi, biasanya konsumen yang membeli beras langsung ke penggilingan adalah tetangga atau penduduk di Desa Cihideung Ilir yang dekat dengan penggilingan. Harga jual beras dari penggilingan ke konsumen adalah Rp 6500 Rp 7000,- per Kg beras. Saluran tataniaga 5 Saluran tataniaga lima merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani-pedagang pengecer-konsumen, menurut Limbong dan Sitorus (1985) disebut dengan saluran satu tingkat (one level channel) yaitu saluran yang menggunakan perantara yang biasanya dalam pasar konsumsi disebut pengecer. Jenis saluran tataniaga ini dilakukan oleh 4 dari 7 orang petani padi yang diwawancarai. Petani setelah panen tidak langsung menjual gabahnya kepada tengkulak atau penggilingan, namun menggilingkan gabahnya ke penggilingan dengan biaya 10% dari beras yang dihasilkan. Petani akan menyimpan berasnya di lumbung untuk kebutuhan sehari-hari dan jika petani merasa berasnya berlebih, maka kelebihan berasnya akan dijual. Biasanya kelebihan beras ini oleh petani akan dijual kepada pedagang pengecer atau warung yang terdapat di Desa Cihideung Ilir, yang umumnya adalah tetangga, saudara, atau istri petani itu sendiri. Petani menjual berasnya kepada pedagang pengecer dengan harga Rp 6500,- per Kg dan dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan Harga Rp 7000,- per Kg beras. Saluran tataniaga 6 Saluran tataniaga enam adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanikonsumen, menurut Limbong dan Sitorus (1985) disebut dengan saluran nol tingkat (zero level channel) atau dinamakan juga saluran pesaran langsung.

8 28 Terdapat tiga cara utama dalam penjualan langsung yaitu door-to-door, mail order, dan toko milik pabrikan sendiri. Jenis saluran tataniaga ini dilakukan oleh 1 dari 7 orang petani padi yang diwawancarai. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa cara penjualan yang paling banyak adalah melalui toko milik pabrikan sendiri, yaitu pada tetangga atau kerabat petani yang ingin membeli langsung dari petani dengan harga Rp 7000,- per Kg beras. Tabel 8 menyajikan harga komoditas beras diberbagai tingkat distribusi. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa harga yang paling beragam adalah harga dari penggilingan ke pedagang besar dengan nilai coefficient of variance sebesar 0.08, Standar deviasi Rp /Kg, dan selisih antara minimum dam maksimal sebesar Rp 900,- per Kg beras, keberagaman harga ini diduga karena perbedaan kualitas beras yang dihasilkan dari gabah yang telah digiling dan perbedaan tempat pembelian atau perbedaan tempat penggilingan. Sedangkan harga dari petani ke pedagang kecil, petani ke konsumen, dan pedagang kecil ke konsumen sama atau tidak terdapat perbedaan, dengan coefficient of variance sama dengan 0 (nol). Tidak adanya perbedaan harga di tingkat konsumen dan pedagang kecil disebabkan karena saat wawancara terjadi tidak terdapat pergolakan harga. Tabel 8 Harga beras (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Penjual Pembeli n mean SD CV min max Petani Tengkulak Petani Penggilingan Petani Pedagang Kecil Petani Konsumen Tengkulak Penggilingan Penggilingan Pedagang Besar Penggilingan Konsumen Pedagang Besar Pedagang pengecer Pedagang Besar Konsumen Pedagang Kecil Konsumen Harga Zat Gizi Beras Harga energi beras tertinggi terdapat pada tingkat konsumen sebesar Rp 196.1,- per 100 Kal, sedangkan harga energi terendah sebesar Rp 96.5,- per 100 Kal terdapat pada tingkat tengkulak. Harga protein beras yang tertinggi sebesar Rp 83.3,- per g terdapat pada tingkat konsumen dan harga protein beras yang terendah sebesar Rp 41,- per g terdapat pada tingkat tengkulak. Harga zat gizi beras secara rinci disajikan pada Tabel 9.

9 29 Tabel 9 Harga zat gizi beras di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Harga Penjual Pembeli Harga (Rp/Kg) Energi (Rp/100Kal) Protein (Rp/g) Petani Tengkulak Petani Penggilingan Petani Pedagang Kecil Petani Konsumen Tengkulak Penggilingan Penggilingan Pedagang Besar Penggilingan Konsumen Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Besar Konsumen Pedagang Kecil Konsumen Saluran tataniaga Jagung Manis Jagung yang tanam oleh petani di desa Cihideung ilir merupakan jenis jagung manis atau sweet corn. Saluran tataniaga jagung di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yaitu tengkulak, pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga jagung di desa Cihideung Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda.saluran tataniaga jagung di desa Cihideung Ilir, yaitu: Saluran tataniaga 1 : petani-tengkulak -pedagang besar-pedagang kecilpedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 2 : petani-tengkulak-pedagang besar-pedagang kecilkonsumen Saluran distribusi jagung pada berbagai lembaga tataniaga dapat dilihat pada Gambar 5. Saluran tataniaga 1 Saluran tataniaga satu adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-pedagang pengecer-konsumen. Petani jagung tidak dapat menjual hasil panennya langsung kepada konsumen karena hasil panen jagung yang terlalu banyak serta petani tidak biasa menyimpan hasil panen. Setelah petani jagung panen, umumnya langsung dijual ke tengkulak dengan harga Rp 1000,- sampai Rp 2500,- per Kg jagung. Harga ini tergantung oleh harga yang berlaku saat panen dan tergantung pada jenis jagung yang ditanam, semakin bagus jenis jagung yang ditanam, maka semakin tinggi harganya.

10 Gambar 5 Saluran distribusi komoditas jagung manis 30

11 31 Setelah itu tengkulak menjual lagi jagung tersebut kepada pedagang besar di pasar atau biasa disebut tengkulak pasar dengan harga Rp 1500,- sampai Rp 3000,- per Kg jagung. Lalu didiversikan pada pedagang kecil dengan harga Rp 2500,- per Kg. Saat jagung berada pada pedagang besar, jagung tidak di sortir atau dipilih-pilih. Pembelian jagung masih dalam bentuk karungan dan belum dibersihkan atau masih kotor, pensortiran terjadi pada pedagang kecil. Pedagang kecil dapat menjual jagung baik yang sudah dibersihkan atau belum dibersihkan kepada pedagang pengecer dengan harga Rp 4000,- sampai Rp 6500,-. Harga Rp 4000 jika tidak dibersihkan dan harga Rp 6500,- jika jagung sudah dibersihkan. Biasanya pedagang pengecer membeli jagung yang sudah dibersihkan dengan harga Rp 6500,- per Kg jagung dan menjualnya ke konsumen dengan harga Rp 7000,- per Kg Jagung. Saluran tataniaga 2 Saluran tataniaga dua adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-konsumen. Petani jagung menjual hasil panennya kepada tengkulak dan dijual kembali oleh tengkulak kepada pedagang besar. Pedagang besar kemudian menjualnya kepada pedagang kecil di pasar. Pada saluran tataniaga ini konsumen dapat membeli langsung jagung kepada pedagang kecil di pasar dengan harga Rp Rp 4000,- per Kg jagung. Pada pedagang kecil jagung dibersihkan dari kulit yang tidak perlu dan dijual kepada konsumen dengan harga Rp 4000,- dan bila jagung sudah dibersihkan dapat dijual dengan harga mencapai Rp 6500,- per Kg. Menurut hasil wawancara, konsumen membeli jagung manis di pasar dengan keadaan masih belum dibersihkan dengan tujuan harga yang ditawarkan relatif murah. Berdasarkan data harga jagung pada berbagai tingkat distribusi diketahui bahwa harga yang paling bervariasi adalah harga dari petani kepada tengkulak dengan nilai coefficient of variance sebesar 0.32, hal ini disebabkan karena perbedaan kualitas dan perbedaan tengkulak yang membeli hasil panen jagung. Sedangkan harga relatif sama terdapat pada harga pedagang besar ke pedagang kecil dengan nilai coefficient of variance sama dengan 0 (nol). Tidak adanya perbedaan ini diduga karena pedagang besar yang menjadi responden hanya dua orang sehingga di duga terdapat pedagang besar lain yang membeli jagung dari tengkulak dengan harga yang berbeda. Berdasarkan nilai standar deviasi yang tertinggi yaitu harga dari pedagang kecil ke pedagang pengecer

12 32 dengan nilai Rp /Kg, hal ini diduga karena selisih minimum dan maksimum penjualan yang tinggi yaitu Rp 2500,- per Kg. Harga jual dan harga beli jagung dari petani sampai ke konsumen melalui lembaga tataniaga secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Harga komoditas jagung di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Penjual Pembeli n mean SD CV min max Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Harga Zat Gizi Jagung Manis Harga energi tertinggi jagung manis berada pada tingkat pedagang pengecer kepada konsumen sebesar Rp 464.8,- per 100 Kal, sedangkan harga energi terendah berada di tingkat tengkulak dengan harga Rp 123.6,- per 100 Kal. Harga protein tertinggi terdapat pada tingkat pedagang pengecer kepada konsumen dengan harga Rp 134,- per g dan harga protein terendah terdapat pada tingkat tengkulak dengan harga Rp 35.6,- per g. Harga zat gizi jagung manis secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Harga zat gizi jagung (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Harga Zat Gizi Penjual Pembeli Harga (Rp/Kg) Energi (Rp/100Kal) Protein (Rp/g) Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Ubi Jalar Saluran tataniaga Ubi jalar mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan sepanjang tahun. Varietas ubi jalar sangat beragam. Dua kelompok ubi jalar yang umum dibudidayakan adalah jenis ubi jalar yang memiliki daging ubi keras (padat), kering dan berwarna putih dan jenis ubi jalar dengan daging umbi lunak, kadar air tinggi dan warnanya kuning oranye.

13 33 Ubi jalar yang tanam oleh petani di desa Cihideung ilir merupakan ubi jalar putih. Saluran tataniaga ubi jalar di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yaitu tengkulak, pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga jagung di desa Cihideung Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda. Saluran tataniaga ubi jalar di desa Cihideung Ilir terdapat beberapa saluran tataniaga, yaitu: Saluran tataniaga 1 : petani-tengkulak -pedagang besar-pedagang kecilpedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 2 : petani-tengkulak-pedagang besar-pedagang kecilkonsumen Saluran tataniaga 3 : petani-tengkulak-pedagang besar -konsumen Saluran distribusi ubi jalar di berbagai lembaga tataniaga dapat dilihat pada Gambar 6. Saluran tataniaga 1 Saluran tataniaga satu yaitu saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-pedagang pengecer-konsumen. Seperti halnya dengan jagung, para petani ubi tidak langsung menjual hasil panennya kepada konsumen. Biasanya para petani ubi setelah memasuki masa panen, akan menghubungi tengkulak untuk menjual hasil panennya. Kemudian tengkulak menyiapkan pegawai untuk mencabuti ubi dan ditimbang di rumah tengkulak, sehingga petani ubi tidak menanggung biaya untuk mencabuti ubi dan menerima laba bersih Rp 800,- Kg ubi jalar. Harga ini tergantung dari harga ubi yang berlaku saat panen. Desa cihideung Ilir merupakan desa penghasil ubi yang cukup besar karena hampir seluruh petani menanam ubi, hal ini dikarenakan menanam ubi lebih sedikit biaya perawatan dan ubi jalar mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering sehingga laba yang diperoleh lebih besar daripada jika menanam sayuran. Dari tengkulak kemudian dibawa dengan truk ke pedagang besar. Terdapat dua tempat yang dipilih tengkulak untuk menjual bahan pangan yang dibeli dari petani, yaitu pertama Pasar Anyar dan kedua Pasar Induk Salabenda Bogor.

14 Gambar 6 Saluran distribusi komoditas ubi jalar 34

15 35 Pilihan tempat penjualan ini didasarkan oleh langganan tengkulak sehingga mernurut Limbong dan Sitorus (1985) berlaku the law of market yang artinya yaitu : kalau petani bebas memilih pasar, dan petani tersebut memilih harga yang lebih tinggi daripada harga yang rendah, maka batas antara dua pasar yang bersaing akan berada pada suatu titik batas, dimana harga dikurangi ongkos transfer akan sama pada dua pasar yang bersaing tersebut. Dari Tengkulak dijual dengan harga Rp 1200,- sampai Rp 1400,- per Kg ubi kepada pedagang besar. Tengkulak menjual ubi jalar dengan harga Rp 1200,- kepada pedagang besar di Pasar Induk Salabenda Bogor dan menjual ubi jalar dengan harga Rp 1400,- per Kg ubi kepada pedagang besar di Pasar Anyar. Perbedaan harga ini disebabkan karena adanya jarak pasar yang berbeda, menurut Limbong dan Sitorus (1985) harga ditingkat petani akan jatuh bersamaan dengan bertambahnya jarak dari pasar. Pembeli pada pedagang besar di Pasar Induk Salabenda umumnya adalah tengkulak pasar, namun peneliti tidak sampai membahas kearah tersebut. Biasanya pedagang besar menjual ubi dengan harga Rp 1500,- sampai Rp 1800,- per Kg ubi. Harga ini berbeda antara pedagang besar satu dengan pedagang besar lain. Sedangkan jika dari pedagang besar di Pasar Anyar, langsung di jual kepada pedagang kecil yang ada di pasar dengan harga Rp 1300,- sampai Rp 1400,- per Kg ubi. Dari pedagang kecil kemudian di jual kepada pedagang pengecer dengan harga Rp 2500,- per Kg ubi jalar, dan dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan harga Rp 3000,- per Kg ubi jalar. Saluran tataniaga 2 Saluran tataniaga dua adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-konsumen. Jenis saluran ini umumnya dipakai jika konsumen datang langsung ke pasar untuk membeli ubi. Biasanya harga yang ditawarkan berwariasi mulai dari Rp 2500,- sampai Rp 3000,- per Kg ubi, tergantung dari besar kecilnya ubi. Pada pedangang kecil dilakukan pensortiran atau memilih antara ubi jalar yang besar atau yang kecil. Pemilihan ini dilakukan karena ubi jalar yang besar di hargai dengan harga yang tinggi yaitu mencapai Rp 3000,- per Kg ubi. Dari pengolahan harga ubi jalar di berbagai tingkat distribusi diketahui bahwa harga yang beragam yaitu mempunyai nilai coefficient of variance sebesar 0.13 adalah harga dari pedagang besar ke pedagang kecil dan dari pedagang kecil ke konsumen. Perbedaan harga ini disebabkan karena

16 36 perbedaan tempat menjual ubi, yaitu di Pasar Induk Salabenda dan Pasar Anyar, serta pada pedagang kecil dilakukan pensortiran sehingga harga dapat berbeda. Harga jual dan harga beli ubi dari petani sampai ke konsumen melalui lembaga tataniaga secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12. Saluran tataniaga 3 Saluran tataniaga tiga adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-konsumen. Pada saluran tataniaga ini terjadi pada pedagang besar di pasar Anyar. 1 dari 3 orang pedagang besar di pasar Anyar membuka warung untuk menjual langsung kepada konsumen, harga jualnya langsung kepada konsumen juga sama dengan pedagang kecil yaitu Rp 3000,- per Kg Ubi jalar. Harga yang ditetapkan merupakan harga pasar yang berlaku saat itu, sehingga umumnya baik pedagang besar atau pedagang kecil menggunakan harga yang sama untuk menjual kepada konsumen. Berdasarkan data harga ubi jalar di berbagai tingkat distribusi diketahui bahwa harga yang paling beragam adalah pada pedagang besar kepada pedagang kecil dan dari pedagang kecil kepada konsumen dengan nilai coefficient of variance Sedangkan tidak ada perbedaan harga di tingkat petani, pedagang besar kepada konsumen, pedagang kecil ke pedagang pengecer, dan dari pedagang pengecer ke konsumen dengan nilai coefficient of variance sama dengan 0 (nol). Berdasarkan nilai standar deviasi yang tertinggi yaitu dari pedagang kecil ke konsumen dengan nilai Rp /Kg, hal ini diduga karena selisih minimum dan maksimum mencapai Rp 500/Kg. Harga jual dan harga beli ubi dari petani sampai ke konsumen melalui lembaga tataniaga secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Harga komoditas ubi jalar (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Penjual Pembeli n mean SD CV min max Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Besar konsumen Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Harga Zat Gizi Ubi Jalar Harga energi ubi jalar tertinggi sebesar Rp 340.9,- per 100 Kal berada pada tingkat konsumen, sedangkan yang terendah sebesar Rp 90.9,- per 100 Kal berada pada tingkat tengkulak. Harga protein ubi jalar yang tertinggi terdapat

17 37 pada tingkat konsumen dengan harga Rp 750,- per g dan terendah pada tingkat tengkulak dengan harga Rp 200,- per g. Harga energi dan protein ubi jalar sebanding dengan harga per Kg ubi jalar, semakin tinggi harga ubi jalar maka semakin tinggi pula harga energi dan protein ubi jalar. Secara lengkap harga energi dan protein ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Harga zat gizi ubi jalar di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Harga Penjual Pembeli Harga (Rp/Kg) Energi (Rp/100Kal) Protein (Rp/g) Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Besar konsumen Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Ketela Pohon Saluran tataniaga Indonesia merupakan penghasil ketela pohon keempat terbesar di dunia pada tahun 2008 setelah Niger, Thailand, dan Brazil (Wikipedia 2011). Saluran tataniaga ketela pohon di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yaitu tengkulak, pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga ketela pohon di desa Cihideung Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda. Saluran tataniaga ketela pohon di desa Cihideung Ilir terdapat beberapa saluran tataniaga, yaitu: Saluran tataniaga 1 : petani-tengkulak -pedagang besar-pedagang kecilpedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 2 : petani-tengkulak-pedagang besar-pedagang kecilkonsumen Saluran tataniaga 3 : petani-tengkulak-pedagang besar -konsumen Saluran distribusi ketela pohon pada berbagai lembaga tataniaga dapat dilihat pada Gambar 7.

18 Gambar 7 Saluran distribusi komoditas ketela pohon 38

19 39 Saluran tataniaga 1 Saluran tataniaga satu adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak -pedagang besar-pedagang kecil-pedagang pengecer-konsumen. Seperti halnya dengan ubi jalar, ketala pohon juga biasa dijual kepada tengkulak dengan harga bervariasi dari Rp 300,- sampai Ro 600,- per Kg ketela pohon. Perbedaan harga ini disebabkan oleh perbedaan kualitas dan jenis ketela pohon dan jarak antara petani dengan tempat penjualan, namun paling banyak biasanya dengan harga Rp 500,- per Kg ketela pohon. Menurut Limbong dan Sitorus (1985) semakin jauh jarak dari pusat pasar maka harga yang diteriama petani akan semakin kecil. Hanya 1 dari 7 orang petani yang mengaku menjual dengan harga Rp 300,- per Kg ketela pohon, dan hanya 1 dari 7 orang petani pula yang mengaku menjualnya dengan harga Rp 600,- per Kg ketela pohon, ini diduga petani menjual kepada tengkulak yang berbeda. Setelah dari tengkulak ketela pohon di jual kepada pedagang besar. Pedagang besar pada ketela pohon juga terdapat dua tempat yang berbeda yaitu Pasar Induk Salabenda Bogor dan Pasar Anyar. Sebanyak 6 dari 9 tengkulak menjualnya dengan harga Rp 700,- per Kg ketela pohon, sedangkan 2 dari 9 tengkulak menjualnya dengan harga Rp 800,- per kg, dan 1 dari 9 orang tengkulak menjualnya dengan harga Rp 500,- per Kg. Pedagang besar menjual kembali ketela pohon dengan harga Rp 700,- sampai Rp 1000,- per Kg ketela pohon kepada pedagang kecil. Pedagang kecil menjual dengan harga Rp 1500,- per Kg kepada pedagang pengecer, kemudian oleh pedagang pengecer dijual kepada konsumen dengan harga Rp 2000,- per Kg ketela pohon. Saluran tataniaga 2 Saluran tataniaga dua adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-konsumen. Pada saluran tataniaga ini terjadi jika konsumen datang langsung ke Pasar Anyar dan membeli ketela pohon dengan harga Rp 1500 per Kg. Saluran tataniaga 3 Saluran tataniaga tiga adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar konsumen. Sebanyak 1 dari 5 pedagang besar yang membuka warung atau tempat yang dapat dibeli langsung oleh konsumen. Umumnya jika konsumen membeli dalam jumlah sedikit harga ketela pohon sama yaitu sekitar Rp 1500 per Kg.

20 40 Berdasarkan data harga ketela pohon di setiap distribusi diketahui bahwa harga yang paling beragam adalah harga dari petani ke tengkulak dengan nilai nilai coefficient of variance hal ini disebabkan karena perbedaan jenis serta kualitas ketela pohon. Sedangkan harga yang cenderung stabil atau tidak terjadi perbedaan harga adalah pada tingkat pedagang besar ke konsumen, pedagang kecil dan pedagang pengecer ke konsumen dengan nilai coefficient of variance sama dengan 0 (nol). Berdasarkan data standar deviasi yang paling tinggi yaitu dari pedagang besar ke pedagang kecil dengan nilai Rp /Kg diduga karena nilai selisih minimum dan maksimum mencapai Rp 300/Kg dan nilai rata-rata atau mean tinggi atau lebih tinggi dari tengkulak ke pedagang besar, walaupun dari tengkulak ke pedagang besar dan dari pedagang besar ke pedagang kecil mempunyai nilai coefficient of variance yang sama. Harga jual dan harga beli ketela pohon dari petani sampai ke konsumen melalui lembaga tataniaga ditunjukkan Tabel 14. Tabel 14 Harga komoditas ketela pohon di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Penjual Pembeli n mean SD CV min max Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Besar Konsumen Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Harga Zat Gizi Ketela Pohon Harga energi ketela pohon berkisar antara Rp 31.6,- sampai Rp 129.9,- per 100 Kal, harga energi ketela pohon merupakan harga energi yang paling murah bila dibandingkan dengan harga energi pangan yang lain, yaitu beras, jagung, ubi jalar, bengkuang, mentimun, ikan mas, ikan mujair, dan ikan bawal. Hal ini disebabkan karena harga ketela pohon yang lebih rendah dari pada pangan lainnya, namun energi yang dikandung ubi jalar cukup tinggi yaitu 154 Kal per 100 gram BDD (berat dapat dimakan) (Persagi 2005). Harga energi ketela pohon yang tertinggi berada di tingkat konsumen, dan harga energi yang paling rendah berada di tingkat tengkulak. Harga protein ketela pohon yang tertinggi berada di tingkat konsumen dengan harga Rp 200,- per g, sedangkan harga protein yang paling rendah berada di tingkat tengkulak dengan harga Rp 48.6,- per g. Harga energi dan protein ketela pohon secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 15.

21 41 Tabel 15 Harga zat gizi ketela pohon (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Harga Penjual Pembeli Harga (Rp/Kg) Energi (Rp/100Kal) Protein (Rp/g) Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Besar Konsumen Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Bengkuang Saluran tataniaga Saluran tataniaga bengkuang di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yaitu tengkulak, pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga bengkuang di desa Cihideung Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda. Saluran tataniaga bengkuang di desa Cihideung Ilir terdapat beberapa saluran tataniaga, yaitu: Saluran tataniaga 1 : petani-tengkulak -pedagang besar-pedagang kecilpedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 2 : petani-tengkulak-pedagang besar-pedagang kecilkonsumen Saluran distribusi bengkuang pada berbagai lembaga tataniaga dapat dilihat pada Gambar 8. Saluran tataniaga 1 Saluran tataniaga satu yaitu saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak -pedagang besar-pedagang kecil-pedagang pengecer-konsumen. Harga bengkuang di tingkat petani berkisar antara Rp 1700,- sampai Rp 2000,- per Kg. Perbedaan ini karena perbedaan tengkulak yang membelinya, sebanyak 4 dari 7 petani menjual dengan harga Rp 1700,- per kg bengkuang dan 2 dari 7 petani menjual dengan harga Rp 2000,- per Kg dan hanya 1 orang yang menjual dengan harga Rp 1800,- per Kg bengkuang. Tengkulak kemudian menjual bengkuang kepada pedagang besar dengan harga Rp 2000,- sampai Rp 2300,- per Kg bengkuang.

22 Gambar 8 Saluran distribusi komoditas bengkuang 42

23 43 Harga Rp 2300,- per Kg jika tengkulak menjual ke pasar Induk Jakarta dan harga Rp 2000,- per Kg dan jika dijual ke pedagang besar di pasar Anyar. Umumnya tengkulak lebih suka menjual di pasar Induk Jakarta dengan alasan berapapun jumlah yang dijual tidak masalah dan lebih cepat laku jika dijual ke Pasar Induk Jakarta. Pedagang besar menjual ke pedagang kecil dengan harga Rp 2400,- per Kg sampai Rp 2500,- per Kg bengkuang. Pedagang kecil kemudian menjual kepada pedagang pengecer dengan harga Rp 3000,- per Kg. Pedagang pengecer menjual kembali dengan harga Rp 3500,- sampai Rp 4000,- per Kg bengkuang. Saluran tataniaga 2 Saluran tataniaga dua adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-konsumen. Jenis saluran ini umumnya dipakai jika konsumen datang langsung ke pasar untuk membeli bengkuang. Biasanya harga yang ditawarkan berwariasi mulai dari Rp 3500,- sampai Rp 8000,- per Kg bengkuang, tergantung dari besar kecilnya bengkuang. Berdasarkan harga bengkuang di berbagai tingkat distribusi diketahui bahwa harga yang paling beragam adalah harga dari pedagang kecil ke konsumen dengan nilai coefficient of variance 0.48 dan nilai standar deviasi yang tinggi yaitu Rp /Kg. Perbedaan ini disebabkan karena pedagang kecil melakukan pensortiran untuk memilih bengkuang yang kecil atau besar dan juga disebabkan oleh harga yang diminta pedagang secara subjektif sehingga konsumen dapat mendapatkan harga lebih murah atau lebih mahal tergantung dari kemampuan konsumen untuk menawar. Harga yang tidak ada perbedaan adalah harga dari pedagang besar ke pedagang kecil dengan nilai coefficient of variance sama dengan 0 (nol). Hal ini disebabkan karena peneliti hanya melakukan wawancara kepada dua orang pedagang besar di Pasar Anyar, dan untuk pedagang besar di Pasar Induk Jakarta peneliti tidak melakukan wawancara. Harga jual dan harga beli bengkuang dari petani sampai ke konsumen melalui lembaga tataniaga secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Harga komoditas bengkuang (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Penjual Pembeli n mean SD CV min max Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen

24 44 Harga Zat Gizi Bengkuang Harga energi bengkuang berkisar antara Rp 305.1,- sampai Rp 649.7,- per 100 Kal. Perbedaan harga yang cukup tinggi disebabkan karena adanya pensortiran pada pedagang, hal tersebut membuat harga lebih tinggi dibandingkan harga dari petani. Pensortiran yang dilakukan seperti pembersihan bengkuang sehingga bengkuang tampak lebih menarik serta memilih antara bengkuang yang lebih besar dan bengkuang yang kecil-kecil. Harga energi bengkuang tertinggi berada pada tingkat pedagang kecil ke konsumen dengan harga Rp 649.7,- per 100 Kal. Hal ini umumnya memang terjadi pada konsumen yang membeli kepada pedagang kecil di pasar, karena pedagang kecil dapat menentukan harga setinggi-tingginya kepada konsumen yang tidak tahu harga bengkuang yang sedang berlaku. Harga protein tertinggi sebesar Rp 273.8,- per g berada di tingkat konsumen, sedangkan harga protein terendah berada di tingkat tengkulak sebesar Rp 128.6,- per g. Harga energi dan protein bengkuang secara lengkap terdapat pada Tabel 17. Tabel 17 Harga zat gizi bengkuang (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Harga Penjual Pembeli Harga (Rp/Kg) Energi (Rp/100Kal) Protein (Rp/g) Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Mentimun Saluran tataniaga Saluran tataniaga mentimun di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yaitu tengkulak, pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga mentimun di desa Cihideung Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda. Saluran tataniaga ketela pohon di desa Cihideung Ilir terdapat beberapa saluran tataniaga, yaitu: Saluran tataniaga 1 : petani-tengkulak -pedagang besar-pedagang kecilpedagang pengecer-konsumen

25 45 Saluran tataniaga 2 : petani-tengkulak-pedagang besar-pedagang kecilkonsumen Saluran distribusi mentimun pada berbagai lembaga tataniaga dapat dilihat pada Gambar 9. Saluran tataniaga 1 Saluran tataniaga satu adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-pedagang pengecer-konsumen. Harga jual mentimun di tingkat petani berkisar antara Rp 1000,- sampai Rp 1200,- per Kg. Perbedaan harga ini disebabkan karena petani menjual mentimun kepada tengkulak yang berbeda. Dari tengkulak ke pedagang besar antara Rp 1400,- sampai Rp 2000,- per Kg mentimun. Dari pedagang besar ke pedagang kecil seharga Rp 3000,- per Kg mentimun. Harga dari pedagang kecil ke pedagang pengecer sebesar Rp Rp 4000,- sampai 4500,- per Kg. Pedagang pengecer kemudian menjual mentimun kepada konsumen dengan harga Rp 5000,- sampai Rp 5500,- per Kg. Biasanya pedagang pengecer menjual mentimun perbuah yaitu dengan harga Rp 500 per buah mentimun, sedangkan berat satu buah mentimun sekitar 0.1 Kg. Saluran tataniaga 2 Saluran tataniaga dua adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-konsumen. Petani setelah panen menjual mentimun kepada tengkulak dan dari tengkulak dijual kepada pedagang besar. Dari pedagang besar dijual ke pedagang kecil dan dijual langsung ke konsumen. Saluran tataniaga ini terjadi jika konsumen datang langsung ke pasar dan membeli langsung dari pedagang kecil dengan harga Rp 3500,- sampai Rp 4000,- per Kg mentimun.

26 Gambar 9 Saluran distribusi komoditas mentimun 46

27 47 Berdasarkan data harga mentimun di berbagai tingkat distribusi diketahui bahwa harga yang paling beragam adalah pada tingkat tengkulak ke pedagang besar yaitu dengan nilai coefficient of variance 0.19 dan nilai standar deviasi yang tinggi yaitu Rp /Kg.. Hal ini disebabkan karena perbedaan harga beli di tingkat pedagang besar, 3 dari 6 pedagang besar menbeli denga harga Rp 1400,- per Kg mentimun sedangkan sisanya menbeli dengan harga Rp 2000,- per Kg mentimun. Harga jual dan harga beli mentimun dari petani sampai ke konsumen melalui lembaga tataniaga secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Harga komoditas mentimun (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Penjual Pembeli n mean SD CV min max Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Harga Zat Gizi Mentimun Harga energi mentimun berkisar antara Rp 1400,- sampai Rp ,- per 100 Kal. Harga energi mentimun berada di tingkat konsumen dan merupakan harga energi tertinggi dibandingkan dengan pangan lain yang diteliti, hal ini dikarenakan mentimun bukan merupakan sumber energi. Harga energi mentimun yang paling rendah berada di tingkat tengkulak. Harga Fosfor mentimun terendah sebesar Rp 1.2,- per mg dan berada di tingkat tengkulak, sedangkan harga fosfor tertinggi berada di tingkat konsumen dengan harga Rp 5.4,- per mg, harga tertinggi fosfor di tingkat konsumen ini merupakan harga fosfor termurah jika dibandingkan komoditas lain karena mentimun merupakan sumber fosfor. Harga energi dan fosfor mentimun secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 19. Tabel 19 Harga zat gizi mentimun di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Harga Zat Gizi Penjual Pembeli Harga (Rp/Kg) Energi (Rp/100Kal) Fosfor (Rp/mg) Petani Tengkulak Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen

28 48 Ikan Mas Saluran tataniaga Saluran tataniaga ikan mas di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yaitu tengkulak, pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga ikan mas di desa Cihideung Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda. Saluran tataniaga ikan mas di desa Cihideung Ilir terdapat beberapa saluran tataniaga, yaitu: Saluran tataniaga 1 : petani-tengkulak -pedagang besar-pedagang kecilpedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 2 : petani-pedagang besar-pedagang kecil-pedagang pengecer-konsumen Saluran tataniaga 3 : petani-pedagang besar-pedagang kecil -konsumen Saluran tataniaga 4 : petani-pedagang besar -konsumen Saluran distribusi ikan mas pada berbagai lembaga tataniaga dapat dilihat pada Gambar 10. Saluran tataniaga 1 Saluran tataniaga satu adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanitengkulak-pedagang besar-pedagang kecil-pedagang pengecer-konsumen. Harga jualikan mas di tingkat petani berkisar antara Rp 16000,- sampai Rp 16500,- per Kg. Perbedaan harga ini disebabkan karena petani menjual ikan mas kepada tengkulak yang berbeda. Harga jual ikan mas dari tengkulak ke pedagang besar antara Rp 16500,- sampai Rp 18000,- per Kg ikan mas. Harga dari pedagang besar ke pedagang kecil seharga Rp 18000,- sampai 22000,- per Kg ikan mas. Harga dari pedagang kecil ke pedagang pengecer sebesar Rp Rp 21000,- per Kg ikan mas. Pedagang pengecer kemudian menjual ikan mas kepada konsumen dengan harga Rp 22000,- per Kg.

29 Gambar 11 Saluran distribusi komoditas ikan mas 49

30 50 Saluran tataniaga 2 Saluran tataniaga dua adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanipedagang besar-pedagang kecil- pedagang pengecer-konsumen. Saluran tataniaga dua ini dilakukan oleh 2 dari 6 orang petani ikan mas. Saluran tataniga dua dipilih karena harga yang ditawarkan lebih tinggi Rp 2000,- per Kg jika dibandingkan jika petani menjual kepada tengkulak, namun konsekuensi yang ditanggung oleh petani adalah petani mengeluarkan biaya untuk biaya transportasi ikan mas ke pedagang besar. Dari pedagang besar ikan mas dijual ke pedagang kecil dan dijual kembali ke pedagang pengecer. Dari pedagang pengecer dijual kepada konsumen akhir. Saluran tataniaga 3 Saluran tataniaga tiga adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanipedagang besar-pedagang kecil-konsumen. Saluran tataniaga ini terjadi jika konsumen datang langsung ke pasar untuk membeli ikan yaitu dengan harga Rp 20000,- sampai 24000,- per Kg ikan mas. Perbedaan harga ini dapat disebabkan karena perbedaan harga yang ditawarkan oleh pedagang kecil secara subjektif. Hal menarik yang peneliti ketahui dari hasil wawancara adalah bahwa pedagang kecil dapat membeli ikan mas yang tidak lagi segar kepada pedagang besar dengan setengah harga yaitu dengan harga Rp 9000,- sampai Rp 10000,- per Kg ikan Mas, sehingga pedagang kecil tidak akan rugi jika menjual harga ikan mas yang tidak lagi segar dengan harga yang sedikit lebih murah. Saluran tataniaga 4 Saluran tataniaga empat adalah saluran tataniaga yang terdiri dari petanipedagang besar-konsumen. Saluran tataniaga ini terjadi jika konsumen membeli langsung ke pedagang besar yaitu dengan harga 18000,- sampai Rp 22000,- per Kg ikan mas. Perbedaan harga ini disebabkan karena perbedaan waktu peneliti melakukan wawancara, yaitu berjarak satu bulan, sehingga harga menjadi Rp 22000,- per Kg di tingkat pedagang besar. Berdasarkan data harga ikan mas di berbagai tingkat distribusi diketahui bahwa harga yang paling beragam adalah pada pedagang besar kepada konsumen dengan nilai coefficient of variance 0.10 dan ditunjukkan pula dengan nilai standar deviasi yang tinggi yaitu Rp 2000/Kg. Perbedaan harga ini disebabkan karena perbedaan waktu wawancara yang dilakukan peneliti, sehingga harga jauh berbeda. Sedangkan tidak ada perbedaan harga di tingkat petani ke pedagang besar, pedagang keci ke pedagang pengecer, dan dari

31 51 pedagang pengecer ke konsumen dengan nilai coefficient of variance sama dengan 0 (nol). Harga jual dan harga ikan mas dari petani sampai ke konsumen melalui lembaga tataniaga secara rinci dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Harga komoditas ikan mas (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Penjual Pembeli n mean SD CV min max Petani Tengkulak Petani Pedagang Besar Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang kecil Pedagang Besar Konsumen Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Harga Zat Gizi Ikan Mas Harga energi ikan mas berkisar antara Rp 1875,- sampai Rp ,- per 100 Kal, harga energi ikan mas cukup mahal karena ikan mas bukan merupakan sumber energi. Harga protein ikan mas berkisar antara Rp 100.8,- sampai Rp per g, harga protein ikan mas menduduki lima komoditas pangan termurah di tingkat konsumen setelah ikan mujair, ikan bawal, beras, dan jagung. Harga energi dan protein tertinggi berada ditingkat pedagang pengecer kepada konsumen, sedangkan harga energi dan protein terendah berada pada tingkat tengkulak. Harga energi dan protein ikan mas dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Harga zat gizi ikan mas (Rp/Kg) di berbagai tingkat distribusi Harga Dari Harga Harga Energi Protein (Rp/Kg) Penjual Pembeli (Rp/100Kal) (Rp/g) Petani Tengkulak Petani Pedagang Besar Tengkulak Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang kecil Pedagang Besar Konsumen Pedagang Kecil Pedagang pengecer Pedagang Kecil Konsumen Pedagang pengecer Konsumen Ikan Mujair Saluran tataniaga Saluran tataniaga ikan mujair di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yaitu tengkulak, pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga ikan mujair di desa Cihideung Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

HARGA PANGAN DAN ZAT GIZI

HARGA PANGAN DAN ZAT GIZI HARGA PANGAN DAN ZAT GIZI By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915 Pendahuluan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA 1 ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA (Wholesaler Receiver) DARI DAERAH SENTRA PRODUKSI BOGOR KE PASAR INDUK RAMAYANA BOGOR Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan tataniaga ikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 49/12/51/Th.III, 1 Desember 2009 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. OKTOBER 2009 NILAI TUKAR PETANI BALI MENINGKAT 0,29 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 14/03/Th.XIX. 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2015 SEBESAR 2.331.046 TON

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 14/03/Th.XIX. 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2015 SEBESAR 2.331.046 TON

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pangan merupakan salah satu masalah nasional yang sangat penting dari keseluruhan proses pembangunan dan ketahanan nasional suatu bangsa. Pangan menyangkut kesejahteraan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017 No. 51/09/36/ Th.XI, 4 September 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) AGUSTUS 2017 SEBESAR 99,83

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di wilayah tropis. Sehingga berbagai jenis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan merupakan negara yang komoditas utama nya adalah beras. Beras merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017 No.19/04/36/ Th.XI, 3 April 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MARET 2017 SEBESAR 98,19 ATAU NAIK

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 40/11/34/Th. X, 03 November 2008 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) Berdasarkan ATAP 2007 dan Angka Ramalan III (ARAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/33 Th.IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 diperkirakan 9,65 juta ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017 No.23/05/36/ Th.XI, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) APRIL 2017 SEBESAR 98,69 ATAU NAIK 0,51

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis A. Karakteristik Petani V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan pengalaman bertani. Jumlah responden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN

Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN BISNIS Bersama ini saya meminta kesediaan bapak/ibu untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 237 Desa, dan 6 Kelurahan definitif. Wilayah Serdang Bedagai di sebelah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Profil Responden Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, statuss pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan diluar usahatani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS 86 BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan perilaku konsumsi dengan sikap terhadap singkong, jagung, dan ubi.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA PANGAN DAN ZAT GIZI PADA TINGKAT PRODUSEN SAMPAI KONSUMEN DI DESA CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR FIBRY RETNANINGSIH

ANALISIS HARGA PANGAN DAN ZAT GIZI PADA TINGKAT PRODUSEN SAMPAI KONSUMEN DI DESA CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR FIBRY RETNANINGSIH ANALISIS HARGA PANGAN DAN ZAT GIZI PADA TINGKAT PRODUSEN SAMPAI KONSUMEN DI DESA CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR FIBRY RETNANINGSIH DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 No.02/01/36/ Th.X, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2015 SEBESAR 107,45 ATAU

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU Jurnal AgribiSains ISSN 2442-5982 Volume 1 Nomor 2, Desember 2015 27 ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kelompok Tani Nanggeleng Jaya Desa Songgom

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut secara tidak langsung dapat. yang disusun berdasarkan status kepemilikan lahan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut secara tidak langsung dapat. yang disusun berdasarkan status kepemilikan lahan. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Pada penelitian ini, karakteristik petani yang menjadi responden yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman bertani organik dan status kepemilikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013 No. 15/02/63/Th.XVII, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI ( NTP) BULAN FEBRUARI 2013 NAIK 0,35

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, mengingat bahwa mayoritas masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 16/03/Th.VIII. 02 Maret 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2014 SEESAR 1.820.112 TON

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG BUPATEN LOMBOK BARAT 1) TRIANA LIDONA APRILANI, 2) AZRUL FAHMI Fakultas Pertanian Universitas Islam AlAzhar email : 1) lidona 2) lanoy3_kim98@yahoo.com

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Desa Penelitian Pada bagian ini diuraikan profil Desa Sambirejo, yaitu meliputi letak geografis, keadaan tanah, luas penggunaan lahan dan keadaan pertanian. Pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tataniaga Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA Tataniaga Pertanian TINJAUAN PUSTAKA Tataniaga Pertanian Menurut Sudiyono (2002), tataniaga pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN Nenny Wahyuni, SP. 1 (nennywahyuni@ymail.com) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR F No. 49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR 102.87 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) NTP Daerah Istimewa

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 09/02/51/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2014, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,23 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR .36 POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS EFISIENSI TATANIAGA BROKOLI DI LEMBANG JAWA BARAT Hesti. K 1), Marlinda Apriyani 2), Luluk Irawati 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Politeknik Negeri Lampung 2) Dosen Program Studi Agribisnis Politeknik

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2015, NTP

Lebih terperinci