BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom memiliki 3 lantai yang terdiri atas 262 unit kios dan unit lapak/los. Pengelolaan Pasar Ciroyom difungsikan 1 x 24 jam, yaitu : 1. Pada malam hari (pukul ) sebagai Pasar Grosir (Induk) yang melayani 42 pasar lainnya yang ada di wilayah Jawa Barat. 2. Pada siang hari (pukul ) sebagai pasar eceran yang melayani kebutuhan masyarakat sehari-hari Sejarah dan Perkembangan Keberadaan Pasar Ciroyom di Kota Bandung sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, khususnya oleh masyarakat Jawa Barat. Pasar Ciroyom dibangun oleh Pengembang PT. Anugrah Parahyangan Jaya diatas tanah seluas m 2, bersetifikat Hak Guna Bangun diatas Hak Pengelolaan atas nama Pemerintah Kota Bandung dengan sistem Build Operate and Transfer (BOT) selama 20 tahun. Pada saat ini Pasar Ciroyom telah menampung kurang lebih orang pedagang tradisional yang telah menekuni usahanya rata-rata diatas 10 tahun Sarana dan Prasarana Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian, prasarana dan sarana untuk pemasaran ikan di Pasar Ciroyom belum memenuhi persyaratan kebersihan dan kesehatan, sebagai contoh bangunan los pasar yang sangat kotor dan becek serta fasilitas-fasilitas untuk menyimpan ikan tidak cukup bersih dan tidak memenuhi standar kebersihan yang juga akan berpengaruh terhadap mutu 23

2 24 ikan. Selain itu para pedagang juga kurang memperhatikan kelancaran sanitasi aliran pembuangan. Seperti diketahui, ikan mempunyai sifat mudah rusak (perishable) yang memerlukan penanganan khusus untuk menjaga mutu dan kesegaran sampai di tangan konsumen. Namun cara pengawetan ikan pedagang Pasar Ciroyom masih dilakukan secara tradisional seperti penggunaan es balok bukan es curai maupun cold storage dalam mempertahankan kesegaran ikan. 4.2 Karakteristik Responden Pedagang Besar Jumlah total keseluruhan pedagang ikan di Pasar Ciroyom adalah sebanyak 180 orang, dari jumlah tersebut diambil sampel respoden sebanyak 10% dari jumlah populasi maka didapat 18 sampel. Karakteristik pedagang besar yang diamati dari penelitian ini diantaranya adalah pengalaman bekerja dan umur pedagang Karakteristik Pedagang Besar Berdasarkan Pengalaman Bekerja Berdasarkan data responden yang didapat dari kegiatan wawancara, maka didapat presentase pengalaman bekerja pedagang sebagai berikut : Tabel 2. Pengalaman Bekerja Pedagang Besar Pengalaman Bekerja Jumlah Presentase 2 8 tahun 3 orang 16,67 % 9 14 tahun 5 orang 27,77 % tahun 3 orang 16,67 % tahun 3 orang 16,67 % tahun 4 orang 22,22 % Pengalaman bekerja pedagang ikan Pasar Ciroyom ini sangat bervariasi mulai dari 2 sampai 33 tahun dan yang terbanyak mempunyai pengalaman bekerja

3 25 antara 9 sampai 14 tahun sebanyak 27,77%, kemudian sebanyak 22,22% adalah pedagang ikan yang mempunyai pengalaman antara 27 sampai 33 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa pengalaman merupakan hal yang cukup penting untuk bertahan dalam kegiatan persaingan antar sesama pedagang di Pasar Ciroyom Karakteristik Pedagang Besar Berdasarkan Usia Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi para pedagang dalam mengambil keputusan. Usia juga mempengaruhi kemampuan fisik dalam melakukan aktifitas dan cara berpikir seseorang serta merespon terhadap teknologi baru dan menjamin mutu keterampilan pedagang dalam mengelola usahanya. Tabel 3. memperlihatkan usia pada responden pedagang besar. Tabel 3. Usia Pedagang besar Umur Jumlah Presentase tahun 1 orang 5,56 % tahun 4 orang 22,22 % tahun 11 orang 61,11 % tahun 2 orang 11,11 % Sebanyak 11 orang (61,11%) pedagang dari total sampel responden pedagang besar berusia antara 36 sampai 43 tahun. Selanjutnya sebanyak 4 orang pedagang berusia antara 28 sampai 35 tahun (22%), kemudian sebanyak 2 orang berusia antara 44 sampai 50 tahun dan sisanya berusia antara 21 sampai 27 tahun (5,56%). Dari data tersebut terlihat bahwa pedagang yang produktif adalah pedagang yang berusia antara 21 sampai 35 tahun. Pedagang dengan usia produktif akan lebih cepat menerima atau merespon hal-hal baru dan lebih berani dalam mengambil resiko kegagalan dalam berusaha dan kurang memiliki pengalaman. Sedangkan pedagang yang berusia berkisar antara 44 sampai 50

4 26 tahun atau lebih tua usianya akan lebih matang dalam mengelola usaha dan lebih berhati-hati dalam menentukan suatu pilihan. Apabila dilihat dari segi fisik, pedagang dengan usia lebih tua cenderung mengurangi kegiatan yang berhubungan dengan fisik karena aktifitas yang dilakukan sudah lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang masih produktif Konsumen Pada penelitian ini jumlah responden pada tingkat konsumen yang diwawancarai adalah sebanyak 18 orang. Jenis pembeli atau konsumen ikan laut di Pasar Ciroyom didominasi oleh pedagang pengecer yang menjual kembali ikannya di pasar-pasar tradisional yakni sebanyak 3 orang, pedagang pengecer yang menjual kembali ikan laut dalam bentuk olahan sebanyak 4 orang dan sisanya sebanyak 11 orang merupakan konsumen yang membeli ikan untuk dikonsumsi sendiri. Tabel 4 memperlihatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 15 orang (83,33%) dan selebihnya pria sebanyak 3 orang (16,67%). Hal ini sangat beralasan karena biasanya wanita lebih sering berbelanja atau karena di dalam suatu keluarga, ibu atau seorang istri yang menyiapkan makanan bagi seluruh anggota keluarga serta sebagai pengambil keputusan dalam pembelian bahan makanan. Tabel 4. Jenis Kelamin Konsumen Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase Wanita 15 orang 83,33 % Pria 3 orang 16, 67 % Jumlah 18 orang 100,00 % Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan gizi dan preferensi masyarakat terhadap ikan laut.

5 Karakteristik Konsumen Bersdasarkan Pendidikan Tabel 5 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan formal responden konsumen Pasar Ciroyom cukup bervariasi mulai dari tamat pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan menamatkan kuliah hingga menjadi sarjana. Tabel 5. Tingkat Pendidikan Konsumen Pendidikan Jumlah Presentase SD dan SMP 8 orang 44,44 % SMA/sederajat 5 orang 27,78 % Diploma dan S1 5 orang 27,78 % Tingkat pendidikan umumnya yang dicapai responden adalah SD dan SMP yaitu sebanyak 8 orang (44,44%) dari total keseluruhan responden, kemudian dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat sebanyak 5 orang (27,78%) dan selebihnya adalah berpendidikan Diploma-S1 sebanyak 5 orang (27,78%). Dari pemaparan diatas terlihat jelas bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden penentu pola konsumsi dalam rumah tangga mempunyai pendidikan yang rendah yang akan mengakibatkan tingkat konsumsi ikan laut menjadi rendah dikarenakan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang maka orang tersebut akan lebih memperhatikan manfaat dari mengkonsumsi ikan laut dikarenakan pengetahuan yang dimilikinya Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan Pendapatan suatu keluarga akan menentukan daya beli keluarga tersebut baik untuk pangan maupun non pangan. Semakin besar pendapatan, berarti semakin tinggi daya beli keluarga tersebut. Tingkat pendidikan yang telah ditamatkan seseorang biasanya akan berpengaruh terhadap pekerjaan dan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh orang tersebut. Tabel 6 memperlihatkan tingkat pendapatan konsumen Pasar Ciroyom.

6 28 Tabel 6. Tingkat Pendapatan Konsumen Pendapatan Jumlah Presentase Rp orang 50 % Rp Rp orang 16,67 % Rp orang 33,33 % Sumber : Data primer Diolah (2013) Dari hasil wawancara dengan responden maka didapat data mengenai pendapatan konsumen yang sangat bervariasi, maka penulis menggolongkan pendapatan menjadi tiga tingkatan yaitu pendapatan rendah (< Rp ), pendapatan sedang (Rp Rp ), pendapatan tinggi ( Rp ). Dari tabel 6 terlihat umumnya pendapatan konsumen adalah kurang dari Rp yaitu sebanyak 9 orang (50 %) dari total keseluruhan responden. Selanjutnya diikuti pendapatan lebih dari Rp sebanyak 6 orang (33,33%) dan yang sisanya sebanyak 3 orang (16,67%) mempunyai pendapatan antara Rp sampai Rp Berdasarkan data diatas menunjukan umumnya konsumen ikan laut yang ditemui termasuk kelas sosial kebawah Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Dari hasil wawancara dengan konsumen yang membeli ikan laut di Pasar Ciroyom, maka diketahui tingkat pengetahuan gizi responden adalah sebagai berikut : Tabel 7. Tingkat Pengetahuan Gizi Konsumen Tingkat Pengetahuan Gizi Jumlah Presentase Rendah 7 orang 38,89 % Sedang 7 orang 38,89 % Tinggi 4 orang 22,22 % Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa konsumen dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah berjumlah 7 orang (38,89%), konsumen dengan

7 29 tingkat pengetahuan gizi sedang sebanyak 7 orang (38,89%) dan konsumen dengan tingkat pengetahuan gizi tinggi sebanyak 4 orang (22,22%). Hal ini menunjukan bahwa konsumen yang membeli ikan laut adalah konsumen dengan tingkat pengetahuan gizi rendah sampai sedang Karakteristik Konsumen Berdasarkan Preferensi Berdasarkan wawancara dengan responden, diketahui bahwa mayoritas konsumen menyukai ikan laut yakni sebanyak 16 orang (88,89%) dari jumlah responden keseluruhan dan selebihnya tidak menyukai ikan laut sebanyak 2 orang (11,11%) karena ikan laut menyebabkan alergi. Untuk lebih jelasnya informasi dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Laut Preferensi Jumlah Presentase Suka 16 orang 88,89 % Tidak Suka 2 orang 11,11 % 4.3 Keragaan Pemasaran Ikan Laut di Pasar Ciroyom Pola Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah sebuah sistem yang terbentuk dari sejumlah lembaga-lembaga pemasaran yang dilalui suatu barang dari daerah produsen sampai ke konsumen. Dalam melakukan aktifitas, lembaga-lembaga tersebut melaksanakan sejumlah fungsi-fungsi pemasaran. Saluran pemasaran ikan laut yang terbentuk di Pasar Ciroyom Bandung terdiri dari 2 saluran, yaitu : 1. Saluran pemasaran I : Nelayan supplier pedagang besar pedagang pengecer konsumen. 2. Saluran pemasaran II : Nelayan supplier pedagang besar konsumen Dalam sistem pemasaran ikan laut di Kota Bandung yang dipasarkan berasal dari nelayan luar daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur dikarenakan

8 30 wilayah Kota Bandung merupakan dataran tinggi dan bukan sebagai wilayah produsen hasil laut. Ikan luar daerah adalah ikan yang didatangkan oleh para pedagang dari daerah produsen ikan melalui jalan darat untuk dijual di Pasar Ciroyom Bandung. Skema alur perdagangan ikan laut menunjukan jalur distribusi seperti yang terlihat pada gambar 5. nelayan Supplier Pedagang besar Pasar Ciroyom Bandung Pedagang Pengecer Konsumen Konsumen Gambar 5. Jalur Distribusi Ikan Laut dari Luar Bandung Sumber : Data Primer Fungsi-fungsi Pemasaran dan Pelaku Pemasaran Terdapat beberapa fungsi pemasaran dalam kegiatan pendistribusian komoditi pemasaran hasil laut kepada konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran yang terlibat meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi pelancar seperti yang terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pelaksanaan Fungsi-fungsi Pemasaran oleh Lembaga Pemasaran Ikan Laut di Kota Bandung

9 31 Fungsi Pemasaran Supplier Lembaga Pemasaran Pedagang Besar Pedagang Pengecer Pertukaran - Pembelian Penjualan Pengadaan secara fisik - Pengangkutan Penyimpanan Pelancar - Permodalan Penanggulangan Resiko Sortasi Informasi pasar Keterangan : + = melakukan fungsi pemasaran Sumber :Data Primer = tidak melakukan fungsi pemasaran Kegiatan pemasaran memerlukan pelaku pemasaran sebagai media untuk menyalurkan produk kepada konsumen akhir. Pelaku pemasaran ikan laut di Kota Bandung terdiri dari : 1. Nelayan Nelayan yang menyalurkan hasil tangkapannya sampai ke Kota Bandung berasal dari berbagai daerah seperti Tegal, Pekalongan, Pemalang dan Indramayu. Nelayan dalam melaksanakan fungsi pemasaran hanya terdiri dari satu jenis, yaitu menjual ikan hasil tangkapan ke supplier dan tengkulak maka nelayan hanya melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan saja. Perbedaannya adalah apabila nelayan menjual kepada supplier lewat TPI dengan sistem lelang sedangkan apabila nelayan menjual hasil tangkapan kepada tengkulak tidak lewat TPI melainkan nelayan yang mendatangi tengkulak dengan harga yang ditentukan oleh tengkulak. 2. Supplier Supplier merupakan lembaga pemasaran yang berhubungan langsung dengan nelayan. Supplier membeli ikan dari nelayan melalui TPI daerah setempat dengan sistem lelang. Adanya kesepakatan harga pada kegiatan pelelangan

10 32 menunjukan fungsi penjualan ketikan supplier datang untuk membeli ikan laut. Supplier juga melakukan fungsi informasi dengan mengamati perkembangan harga yang terjadi untuk menentukan harga jual dan harga beli dimana harga erat sekali kaitannta dengan ketersediaan produk. Dalam kegiatannya menyalurkan ikan laut ke pedagang besar, supplier melakukan aktivitas pengangkutan yang selama proses tersebut supplier menghadapi resiko penyusutan dan kerusakan pada ikan. Resiko kerusakan yang ditanggung supplier menunjukan fungsi penanggungan resiko. Terdapat hubungan kerjasama yang baik antara pihak supplier dan pedagang besar, dimana satu sama lain sering mengadakan hubungan lewat telepon. Apabila masing-masing pihak membutuhkan jenis ikan laut dalam jumlah tertentu dapat saling menghubungi untuk mempermudah dan memperlancar pembelian. Selain itu dalam kegiatan pembayaran terdapat sistem kepercayaan yaitu dengan cara membayar ikan setelah pedagang besar selesai memasarkan produk yang telah disalurkan oleh supplier. 3. Pedagang Besar Pedagang besar adalah pedagang yang membeli ikan laut dalam jumlah besar yang dalam satu kali pembeliannya mencapai nominal satu kuintal bahkan terkadang lebih. Pedagang besar biasanya telah mempunyai supplier tetap yang setiap hari menyalurkan ikan yang berasal dari tempat pelelangan. Biasanya pedagang besar ini mengambil ikan dari daerah sekitar Jawa Tengah seperti Tegal, Pekalongan, Lamongan, Pemalang, Batang dan Jawa Barat seperti Indramayu. Pedagang besar fungsinya hampir menyerupai supplier, perbedaannya pedagang besar tidak melakukan fungsi pengangkutan dikarenakan kegiatan pengangkutan telah ditanggung oleh pihak supplier. Pedagang besar menyalurkan produknya kepada pedagang pengecer dan konsumen. Sedangkan informasi pasar dilakukan oleh pedagang besar dengan mengikuti dan mengetahui informasi pasar terbaru baik itu dari sesama pedagang besar, supplier ataupun pedagang pengecer. 4. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer adalah lembaga pemasaran yang umumnya menjual produk langsung kepada konsumen dan biasanya mendapatkan produk hanya dari

11 33 salah satu lembaga pemasaran saja. Pedagang pengecer ikan laut mengambil produk dari pedagang besar dalam jumlah relatif kecil untuk kemudian dijual kembali ke konsumen. Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian dan penjualan. Kegiatan pembelian dilakukan pedagang pengecer kepada pedagang besar. Kegiatan penjualan dilakukan pedagang pengecer kepada konsumen akhir. Terdapat dua jenis pedagang pengecer yang ditemui di lokasi penelitian yaitu pedagang pengecer yang menjual ikan segar kepada konsumen dan pedagang pengecer yang menjual ikan yang sudah diolah kepada konsumen. Pelaksanaan fungsi pemasaran yang dilakukan diantaranya adalah fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan dan fungsi pelancar berupa penanggulangan resiko, informasi, permodalan dan sortasi. Proses pengangkutan ikan laut dilakukan oleh pedagang pengecer. Pedagang pengecer hanya berfungsi untuk menyalurkan ikan laut kepada konsumen (end user). Dalam penentuan harga, pengecer harus mengetahui dan mengikuti informasi pasar. Harga pasar biasanya dipengaruhi oleh volume ketersediaan ikan laut di pasaran dan biaya operasional yang telah dikeluarkan Volume Produksi Volume produksi yang dihasilkan oleh nelayan sangat bervariasi. Pada musim penangkapan umumnya nelayan selalu memperoleh ikan setiap kali penangkapan. Hal sebaliknya terjadi pada saat musim paceklik, terkadang nelayan tidak memperoleh hasil sama sekali. Pada bulan Juni sampai bulan Agustus volume ikan meningkat drastis. Hal tersebut menyebabkan harga ikan laut di pasaran menjadi jatuh. Berlimpahnya jumlah ikan dikarenakan terjadinya angin musim timur dengan keadaan perairan yang tenang, hujan jarang terjadi dan ombak relatif kecil. Pada bulan Desember sampai bulan Febuari terjadi angin musim barat, ombak sangat besar disertai dengan angin dan hujan yang sangat kencang yang mengakibatkan para nelayan enggan untuk melaut. Hal tersebut mengakibatkan kelangkaan ikan laut di pasaran yang menyebabkan harga ikan laut menjadi mahal.

12 Analisis Struktur Pasar Struktur pasar adalah sifat-sifat atau karakteristik pasar. Analisis struktur pasar dilihat dengan mengetahui sifat produk, kondisi keluar masuk pasar serta informasi pasar Sifat Produk Produk ikan laut di Pasar Ciroyom mulai dari nelayan sampai ke tangan pedagang pengecer bersifat heterogen. Perbedaannya meliputi jenis ikan, ukuran ikan yang dijual dan perlakuan terhadap ikan itu sendiri, contohnya adalah terdapat pedagang yang menjual ikan segar dan juga terdapat pedagang yang menjual ikan laut beku. Dalam penentuan pembeliannya, konsumen tidak tergantung kepada siapa yang menjual ikan laut melainkan pada tingkat harga komoditas tersebut Kemudahan Keluar Masuk Pasar Kondisi keluar masuk pasar berkaitan dengan kemampuan lembaga pemasaran untuk memasuki dan meninggalkan pasar. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya hambatan untuk memasuki pasar diantaranya adalah tinggi rendahnya modal yang dimiliki untuk bertindak sebagai pesaing dalam rangka memasuki pasar dan keterikatan antara lembaga pemasaran atau hubungan dengan lembaga pemasaran. Tanpa adanya modal yang memadai maka keberlanjutan usaha pemasaran ikan laut akan berakhir. Hambatan yang dirasakan oleh supplier untuk memasuki pasar adalah persaingan antar sesama supplier untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan nelayan. Para supplier juga harus bersaing dengan cara berani menawar lebih tinggi pada saat pelalangan ikan berlangsung. Disamping itu supplier harus menanggung biaya transportasi serta penyediaan oksigen dikarenakan jarak dari supplier ke pedagang besar yang cukup jauh. Hambatan yang dialami oleh pedagang besar diantaranya adalah ketersediaan modal yang cukup besar karena pembelian ikan yang dilakukan biasanya dengan jumlah yang cukup besar. Disamping itu untuk menjaga

13 35 hubungan baik kepada supplier maka pedagang besar harus siap memasarkan ikan walaupun jumlahnya sedang melimpah di pasaran. Sedangkan pada tingkat pedagang pengecer tidak terdapat hambatan yang begitu berarti dalam memasuki pasar. Hambatan yang paling besar adalah modal namun jumlahnya relatif kecil karena pembelian ikan laut yang dilakukan dalam jumlah kecil Informasi Pasar Infomasi pasar menjadi hal yang sangat penting bagi lembaga-lembaga pemasaran jika menginginkan terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. Informasi pasar yang diidentifikasi berupa informasi harga pasar ikan laut. Informasi pasar membantu terciptanya kondisi keseimbangan permintaan dan penawaran untuk menghindari terjadinya kelebihan komoditi di pasar yang akan mengakibatkan fluktuasi harga komoditi tersebut. Supplier memerlukan informasi tentang kemungkinan jumlah permintaan dan harga dari produk sebagai dasar untuk membuat keputusan tentang harga jual yang ditetapkan. Informasi harga bagi pedagang besar diperoleh secara langsung dari supplier yang berada diatasnya maupun dari sesama pedagang besar. Supplier ikan laut biasanya menjual ikan laut hasil lelang dengan nelayan kepada pedagang besar langganan yang berjumlah lebih dari satu. Pedagang besar yang berani untuk membayar ikan dengan harga yang lebih tinggi akan mendapatkan stok ikan yang lebih banyak dari pedagang yang membeli ikan dengan harga lebih murah dari supplier yang sama. Selain itu apabila saat volume ikan laut sedang melimpah maka pedagang besar langganan harus siap menerima dan menjual ikan dari supplier tersebut, yang apabila hal tersebut tidak dilakukan maka supplier tidak mau lagi untuk menyalurkan ikan laut ke pedagang besar tersebut. Bentuk kerjasama yang telah dipaparkan diatas akan membuat ruang gerak bagi pedagang besar menjadi sempit. Berdasarkan hasil analisis sifat produk, kemudahan keluar masuk pasar dan informasi pasar maka dapat disimpulkan bahwa struktur pasar ikan laut Ciroyom bersifat oligopoli. Struktur pasar bersifat oligopoli atau pasar yang tidak

14 36 bersaing sempurna karena berdasarkan ciri-ciri yaitu, keadaan produk yang heterogen dan terdapat hambatan yang kuat untuk memasuki pasar Perilaku Pasar Prilaku pasar menunjukan tingkah laku lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Prilaku pasar dalam penelitian ini ditinjau dari praktek pembelian dan penjualan, proses penentuan atau pembentukan harga, praktek dalam pembayaran harga serta kerjasama antar lembaga pemasaran Praktek Penentuan Harga Penentuan harga jual ikan laut di tingkat nelayan ditentukan dari kesepakatan hasil lelang di TPI setempat. Hal ini menunjukan bahwa nelayan merupakan pihak yang paling lemah diantara mata rantai pemasaran ikan laut karena nelayan merupakan pihak penerima harga (price taker) dan tidak memiliki kekuatan dalam tawar menawar. Kekuatan pembentukan harga berada pada pelaku pemasaran yang berada diatasnya pada setiap tingkat pemasaran. Penentuan harga di tingkat supplier dilakukan bersama-sama pedagang besar melalui proses tawar menawar. Demikian pula penentuan harga ikan laut pada tingkat pedagang pengecer merupakan hasil dari kegiatan tawar menawar dengan pedagang besar atas dasar permintaan dan penawaran pasar. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa praktek penentuan harga yang terjadi pada kegiatan pemasaran ikan laut ini mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition). Pada pasar persaingan tidak sempurna, pedagang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga yang terjadi Praktek Pembayaran Harga Sistem pembayaran harga ikan laut yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sangat tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara

15 37 kedua belah pihak. Adapun sistem pembayaran yang dilakukan dibagi menjadi dua cara yaitu : 1. Sistem Pembayaran Tunai Sistem pembayaran tunai artinya begitu ikan laut diterima, langsung dibayarkan sesuai dengan harga yang telah disepakati bersama. Sistem pembayaran jenis ini biasa terjadi pada pedagang besar yang terdapat di Pasar Ciroyom kepada supplier, pedagang pengecer kepada pedagang besar serta oleh konsumen kepada pedagang pengecer. 2. Sistem Pembayaran Konsinyasi Sistem pembayaran konsinyasi biasanya dilakukan pedangang besar yang terdapat di Pasar Ciroyom kepada supplier. Pada sistem ini, pedagang besar yang membeli ikan dari supplier akan membayar setelah ikan tersebut dipasarkan. Hal tersebut terjadi karena telah dilandasi saling percaya dan pedagang tersebut merupakan pelanggan tetap yang membeli ikan dengan jumlah besar kepada supplier Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran Kerjasama dalam pendistribusian ikan laut dari produsen sampai ke konsumen telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses tersebut. Kerjasama didasarkan pada lamanya mereka melakukan hubungan dagang dan rasa saling percaya yang terbentuk diantara berbagai lembaga pemasaran tersebut. Kerjasama antara supplier dan pedagang besar bersifat saling menguntungkan, dimana satu sama lain sering mengadakan hubungan komunikasi lewat telepon. Apabila pedagang besar membutuhkan jenis ikan laut dalam jumlah tertentu dapat saling menghubungi untuk memperlancar dan mempermudah pembelian. Selain itu supplier juga menyediakan sarana penunjang yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelian seperti kotak atau tong tempat penyimpanan ikan. Pedagang besar yang membutuhkan sarana penunjang tersebut diwajibkan membayar dengan ketentuan yang ada.

16 Analisis Efisiensi Pemasaran Suatu kegiatan pemasaran dikatakan efisien apabila pihak-pihak yang terlibat dalam aktifitas pemasaran memperoleh kepuasan akibat aktivitas yang dilakukan. Cara untuk mengetahui efisiensi pemasaran adalah dengan menggunakan analisis margin pemasaran dan indikator berupa fisherman s share. Margin pemasaran adalah selisih harga antara harga yang dibayar oleh konsumen akhir dengan harga yang diteruma oleh produsen (nelayan). Dengan demikian, margin pemasaran dapat memberikan gambaran mengenai jumlah penerimaan yang diperoleh lembaga pemasaran. Terdapat 2 pola saluran pemasaran ikan laut yaitu : 1. Saluran pemasaran I : Nelayan supplier pedagang besar pedagang pengecer konsumen. 2. Saluran pemasaran II : Nelayan supplier pedagang besar konsumen Analisis margin pemasaran menekankan keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran tiap saluran. Margin pemasaran pada setiap pelaku pemasaran dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Analisis Margin Pemasaran tiap Saluran Uraian Saluran I Saluran II Supplier Harga jual per-kg Pedagang Besar Harga jual per-kg Harga beli per-kg Margin pemasaran Biaya pemasaran Keuntungan pemasaran Pedagang Pengecer Harga jual per-kg Harga beli per-kg Margin pemasaran Fisherman s share 70,83% 83,33%

17 39 Saluran pemasaran I terdiri atas supplier, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen akhir. Margin pemasaran antara supplier dan pedagang besar adalah Rp 5.000/kg. Hal ini menunjukan harga jual antara supplier dan pedagang besar cukup tinggi mengingat dalam satu kali pembelian ikan jumlahnya sampai 3 kuintal. Sedangkan pada tingkat pedagang pengecer margin pemasaran hanya sebesar Rp 2.000/kg. hal tersebut menunjukan bahwa pedagang pengecer tidak terlalu besar mendapatkan keuntungan sebab volume pembelian ikan dari pedagang besar tidak terlalu banyak. Saluran pemasaran II terdiri atas supplier, pedagang besar dan konsumen akhir. Margin pemasaran antara supplier dan pedagang besar adalah Rp 4.000/kg, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan saluran I. Konsumen akhir mendapatkan harga yang lebih murah karena membeli ikan laut langsung dari pedagang besar. Lebih besarnya margin pemasaran pada saluran pemasaran I disebabkan karena lebih panjangnya rantai pemasaran atau semakin banyaknya pihak yang terlibat dalam penyaluran produk dari produsen ke pedagang pengecer. Kondisi ini mengakibatkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi dan keuntungan yang diambil oleh pelaku-pelaku pasar juga akan semakin besar. Keadaan ini pada akhirnya mengakibatkan semakin besarnya margin pemasaran. Fisherman s share, bagian yang diterima nelayan pada saluran pertama adalah sebesar 70,83% sedangkan pada saluran kedua sebesar 83,33%. Besarnya bagian yang diterima oleh nelayan karena panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui. Hal ini senada dengan pendapat Limbong dan Panggabean (1988), yaitu bagian yang diterima oleh nelayan (fisherman s share) akan lebih sedikit bila jumlah pedagang perantara bertambah banyak.

18 40 Berdasarkan analisis margin pemasaran, fisherman s share, struktur pasar dan perilaku pasar maka saluran pemasaran ikan laut di Pasar Ciroyom belum efisien. Hal ini terjadi karena penyebaran margin pemasaran, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh tidak merata. Belum efisiennya pemasaran yang terjadi juga disebabkan karena banyaknya hambatan dalam memasuki pasar. Hambatan tersebut berupa kebutuhan modal yang cukup besar. Kebutuhan modal yang harus selalu ada sulit dipenuhi karena fluktuasi hasil tangkapan sehingga akan berpengaruh pada hasil pendapatan. Hal tersebut menyebabkan posisi tawar pedagang menjadi lemah yang berarti berbeda dengan syarat berlangsungnya sistem pemasaran yang efisien berdasarkan asumsi pasar persaingan sempurna adalah setiap pelaku pemasaran memiliki kesetaraan dalam posisi tawar dan kemudahan dalam membuat keputusan dalam kegiatan pemasaran Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Pedagang besar memulai usahanya dengan membeli ikan kepada supplier yang kemudian akan dikirim menggunakan ekspedisi setiap harinya. Akan tetapi pedagang tidak berjualan setiap hari sepanjang tahun dikarenakan terdapat musim paceklik yang berlangsung selama bulan Desember sampai bulan Febuari, disamping itu pedagang juga tidak berjualan pada hari besar seperti Hari Kemerdekaan, Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru. Pedagang besar biasanya mempekerjakan tenaga kerja namun kadang dikerjakan sendiri. Tenaga kerja yang digunakan biasanya berjumlah 1 atau 2 orang dengan biaya sebesar Rp /orang setiap harinya. Usaha pemasaran tidak terlepas dari biaya. Perhitungan biaya yang dikeluarkan merupakan acuan dalam menentukan harga pokok penjualan dan indikator kelayakan usaha. Biaya meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya transportasi pengangkutan ikan dan es balok, sedangkan biaya tidak tetap meliputi upah tenaga kerja dan modal untuk membeli ikan (Tabel 11).

19 41 Tabel 11. Biaya Usaha Pemasaran Ikan Laut pada Tingkat Pedagang Besar dalam Waktu 1 Tahun No. Uraian Nilai 1 Biaya 1.1 Biaya Investasi Sewa tempat (1 tahun) Retribusi Rp 9000 x 365hari Biaya Tetap Transportasi Rp x 285hari Es balok Rp x 285hari Biaya Tidak Tetap Tenaga kerja Rp x 285hari Ikan Tongkol : 300kg Rp hari Cumi : 100kg Rp hari Bawal : 60kg Rp hari Bentong : 300kg Rp hari Tenggiri : 100kg Rp hari Total Biaya Penjualan Tongkol : 300kg Rp hari Cumi : 100kg Rp hari Bawal : 60kg Rp hari Bentong : 300kg Rp hari Tenggiri : 100kg Rp hari Total Penerimaan Kriteria Finansial Keuntungan bersih B/C Ratio 1.19 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa keuntungan kegiatan usaha pemasaran ikan laut selama 1 tahun di tingkat pedagang besar yaitu sebesar Rp dan dengan B/C Ratio sebesar Hasil rata-rata analisis B/C

20 42 Ratio dari responden pedagang besar sebanyak 18 orang adalah sebesar 1,22 (lampiran 7). Hal tersebut menunjukan bahwa usaha pemasaran ikan laut layak untuk diusahakan. 4.4 Pola Konsumsi Ikan Laut Jenis Ikan yang Dijual dan Dikonsumsi Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pedagang besar ikan laut Pasar Ciroyom, jenis ikan yang paling banyak dijual oleh pedagang dan laris di pasaran adalah jenis ikan tongkol (19,58%). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Jenis Ikan yang Paling Banyak Terjual No. Jenis Ikan Volume Penjualan/hari Presentase 1 Tongkol 2030 kg 19,58 % 2 Udang 1450 kg 13,98 % 3 Cumi 1320 kg 12,73 % 4 Kembung 1140 kg 10,99 % 5 Bentong 1060 kg 10,22 % 6 Bandeng 900 kg 8,68 % 7 Tuna 500 kg 4,82 % 8 Tenggiri 390 kg 3,76 % 9 Bawal 330 kg 3,18 % 10 Layur 290 kg 2,79 % 11 Kerapu 260 kg 2,51 % 12 Kakap 250 kg 2,41 % 13 Balakutak 200 kg 1,92 % 14 Teri 100 kg 0,96 % 15 Hiu 100 kg 0,96 % 16 Gurita 50 kg 0,48 %

21 Frekuensi Pembelian dan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi pembelian dan frekuensi konsumsi ikan laut merupakan hal yang saling berhubungan. Frekuemsi konsumsi ikan di Kota Bandung pada tahun 2012 adalah 1398 ton pertahun. Besarnya jumlah konsumsi ikan laut dipengaruhi oleh seberapa sering konsumen melakukan pembelian terhadap ikan laut. Gambar 6 menunjukan frekuensi pembelian konsumen dalam waktu satu minggu. 28% 11% 11% 50% tidak pernah 1-2x seminggu 3-4x seminggu 5-7x seminggu Gambar 6. Frekuensi Konsumen Membeli Ikan Laut Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Ikan Laut Pola konsumsi terbentuk akibat dari konsumsi terhadap pangan yang terjadi secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang. Pola konsumsi pada masing-masing individu berbeda antara satu dengan lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik yang berbeda-beda pada setiap individu. Pada penelitian kali ini akan dianalisis mengenai hubungan antara tingkat konsumsi ikan laut dengan karakteristik pada konsumen seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan gizi dan preferensi terhadap ikan laut. Berdasarkan uji statistik menggunakan metode analisis chi-square seperti yang terlihat pada tabel 10 Pada tabel tersebut tampak terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik responden dengan tingkat konsumsi ikan laut dengan derajat kepercayaan 5 persen (α 0.05). hasil output analisis chi-square dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

22 44 Tabel 13. Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Konsumsi Ikan Laut Karakteristik Responden Hitung Tabel df Keterangan Pendidikan 6,86 5,99 2 Berhubungan Pendapatan 10,25 5,99 2 Berhubungan Pengetahuan Gizi 4,34 5,99 2 Tidak berhubungan Preferensi 0,07 3,84 1 Tidak berhubungan Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd dan Sparks dalam Suparman 2003). Responden dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi biasanya memiliki beberapa pertimbangan untuk mengkonsumsi suatu produk. Hal tersebut biasanya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki responden tersebut terhadap produk tertentu. Tabel 14. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi Konsumsi Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Tinggi Jarang Sering hitung = 6,86 ; tabel = 5,99 ; df = 2 Berdasarkan hasil analisis uji chi-square, diketahui bahwa tingkat pendidikan merupakan hal yang berhubungan dengan tingkat konsumsi terhadap ikan laut karena hasil dari nilai hitung lebih besar dari tabel. Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan oleh seseorang maka tingkat pengetahuannya terhadap gizi juga semakin tinggi, hal tersebut mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi ikan laut.

23 Pendapatan Berikut adalah data frekuensi konsumsi terhadap ikan laut berdasarkan tingkat pendapatan yang dimiliki (Tabel 15). Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dengan semakin bertambah besar tingkat pendapatan maka frekuensi konsumsi untuk kategori sering juga semakin bertambah besar, begitu pula sebaliknya. Tabel 15. Hubungan Pendapatan dengan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi Konsumsi Pendapatan Rendah Sedang Tinggi Jarang Sering hitung = 10,25 ; tabel = 5,99 ; df = 2 Pendapatan berdasarkan analisis Chi-square berkaitan dengan konsumsi konsumsi ikan laut dimana didapatkan hasil hitung sebesar 10,25 sedangkan ; tabel sebesar 5,99 dengan df = 2. Hal ini berarti semakin bertambah besar pendapatan rumah tangga konsumen maka tingkat frekuensi konsumsi terhadap ikan laut juga semakin bertambah besar. Semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen akan memotivasi konsumen tersebut untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat ilmunya. Dengan demikian hal tersebut akan berimplementasi terhadap pendapatan yang dihasilkan.

24 Tingkat Pengetahuan Gizi Tingkat pengetahuan gizi digolongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi, sedangkan frekuensi konsumsi digolongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi terhadap ikan laut dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi Konsumsi Tingkat Pengetahuan Gizi Rendah Sedang Tinggi Jarang Sering hitung = 4,34 ; tabel = 5,99 ; df = 2 Dari data yang telah diolah maka hasil hitung yang didapat adalah 4,34 sedangkan tabel adalah 5,99. Nilai hitung yang lebih kecil dari nilai tabel menunjukan bahwa tingkat pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan frekuensi konsumen dalam mengkonsumsi ikan laut. Hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan karena masih banyak variabel-variabel lain yang berhubungan dengan tingkat konsumsi ikan laut tidak dimasukan. Ikan laut dipandang sebagai bahan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, hal ini berkaitan dengan pendidikan konsumen, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan yang pernah ditamatkan maka tingkat pengetahuan terhadap gizi juga menjadi semakin tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan konsumen yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terhadap ikan laut karena adanya pengaruh lingkungan.

25 Preferensi Hasil perhitungan Chi-square antara preferensi atau tingkat kesukaan masyarakat Kota Bandung terhadap ikan laut dengan frekuensi konsumsi ikan laut dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Hubungan Preferensi dengan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi Konsumsi Preferensi Suka Tidak Suka Jarang 10 2 Sering 6 0 hitung = 0,07 ; tabel = 3,84 ; df = 1 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan data diatas maka didapat hasil dari hitung adalah 0,07 dan tabel adalah 3,84 dengan df = 1. Hasil hitung yang lebih kecil dibandingkan dengan tabel menunjukan bahwa preferensi tidak berhubungan dengan frekuensi konsumsi. Hal ini bisa terjadi karena mayoritas responden yang diwawancarai adalah mempunyai tingkat pendapatan yang rendah sehingga konsumen lebih memilih mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung protein dengan harga lebih terjangkau seperti telur.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 53 Lampiran 2. Surat Izin Penelitian 54 Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian 55 56 Lampiran 4. Kuesioner Untuk Pedagang Besar KUESIONER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Febuari- Mei 2013. Lokasi penelitian bertempat di Pasar Ciroyom Bandung dengan alamat di Jalan Ciroyom-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2013 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. PPN Pekalongan berada dipantai utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

ICASEPS WORKING PAPER No. 72

ICASEPS WORKING PAPER No. 72 ICASEPS WORKING PAPER No. 72 PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA Tjetjep Nurasa Pebruari 2005 Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Indonesian Center for Agricultural

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya kelautan dan perikanan menyebabkan munculnya suatu aktivitas atau usaha di bidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasi dan fisiknya. Banyak penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 59 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Karakteristik konsumen di RW 11 Muara Angke Penjelasan tentang karakteristik individu konsumen yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 44 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon

Lebih terperinci

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA 1 ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA (Wholesaler Receiver) DARI DAERAH SENTRA PRODUKSI BOGOR KE PASAR INDUK RAMAYANA BOGOR Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan tataniaga ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin Karakteristik responden usaha pengolahan ikan asin memberikan gambaran mengenai responden atau pemilih usaha ikan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster 43 Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Klaster 44 Lampiran 1 Usahatani Jahe Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Non Klater 45 Lampiran 2. Output Karakteristik

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH Boks.2 PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH Pengendalian inflasi merupakan faktor kunci dalam menstimulasi kegiatan ekonomi riil yang berkembang sekaligus

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional setelah nelayan memperoleh hasil ikan tangkapan, mereka lalu mencoba menjual sendiri kepada konsumen setempat melalui cara barter atau dengan nilai

Lebih terperinci

7. KINERJA RANTAI PASOK

7. KINERJA RANTAI PASOK 64 Resiko dan trust building Penyaluran jagung didalam rantai pasok dibangun bertahun-tahun sehingga tercipta distribusi sekarang ini. Setiap anggota rantai pasok memiliki resiko masing-masing dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen mencangkup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan tindakan yang telah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu Lampiran 2. Kegiatan Wawancara dan Lokasi Penelitian Wawancara dengan Pemilik Usaha Lokasi Usaha Gebyar Cakalang Lampiran 3. Kegiatan pemindangan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan

Lebih terperinci

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Pendahuluan Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA), diperoleh temuan bahwa kelompok komoditas yang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading

Lebih terperinci

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR 6.1. Sistem Tataniaga Sistem Tataniaga nenas Bogor di Desa Cipelang yang dimulai dari petani sebagai penghasil (produsen) hingga konsumen akhir, melibatkan beberapa lembaga

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 Pemasaran Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selain sebagai negara maritim juga sekaligus sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Artinya bahwa Indonesia merupakan negara yang paling

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci