BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan
|
|
- Surya Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan Van der Vleuten, 2011). Bagi institusi, ujian menjadi gambaran kualitas keseluruhan proses pendidikan. Bagi dosen, ujian memberikan gambaran keberhasilan transfer pengetahuan, serta memberikan informasi apakah mahasiswa sudah memiliki pengetahuan yang diharapkan. Bagi mahasiswa, ujian berdampak besar dalam menentukan masa depan mereka. Karena itu pula, ujian berdampak besar dalam mendorong prilaku belajar mahasiswa. Merupakan rahasia umum bahwa ujian adalah hal yang paling mendorong mahasiswa untuk belajar. Masyarakat juga menaruh perhatian terhadap ujian mahasiswa, terlebih pada mahasiswa kedokteran dan ilmu kesehatan. Ujian dalam pendidikan kedokteran berdampak besar pada terjaminnya keselamatan pasien. Oleh karena itu, setiap ujian harus dengan benar memastikan bahwa lulusannya telah memenuhi standar minimum yang diharapkan oleh pasien dan masyarakat pada umumnya.(norcini et al., 2011) Ujian merupakan salah satu dari tiga poin penting dalam pendidikan selain kurikulum dan pengajaran, dimana ketiganya harus selaras (Biggs, 1996). Seiring dengan perubahan paradigma dalam kurikulum pendidikan tinggi saat ini yang semakin berbasis kompetensi, maka ujian juga mengalami perubahan ke arah yang sama. Kebutuhan akan ujian yang dapat dengan tepat menentukan pencapaian
2 2 kompetensi mahasiswa semakin dirasakan (Baartman et al., 2007a). Secara umum, kompetensi merupakan integrasi dari pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang diperlukan untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam dunia kerja (Baartman et al., 2007a). Pendidikan tinggi harus dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang memadai untuk terjun ke dunia kerja. Pendidikan kedokteran di Indonesia menjabarkan ketiga komponen kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan prilaku) dalam tujuh area kompetensi yang terdiri dari profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan (KKI, 2012). Ujian dalam pendidikan kedokteran harus memastikan mahasiswanya menguasai ketujuh area kompetensi sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) agar dapat menjadi dokter yang sesuai dengan harapan masyarakat Indonesia. Selain untuk memastikan pencapaian kompetensi mahasiswa, paradigma baru pendidikan berbasis kompetensi juga mengarahkan ujian sebagai sarana yang membantu memfasilitasi mahasiswa untuk belajar. Adanya mekanisme seperti umpan balik, membuat mahasiswa mengenali kelebihan dan kekurangannya, mengetahui kompetensi mana yang telah ia kuasai dan mana yang belum, sehingga mahasiswa dapat belajar dengan lebih terarah. Bentuk-bentuk ujian tradisional dianggap kurang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuan diatas sehingga banyak bermunculan metode ujian baru. Meski sudah lebih baik dari metode yang ada sebelumnya, namun metode-metode
3 3 baru ini pun bukan tanpa kekurangan ( Baartman, 2007b). Tidak ada satu bentuk ujian pun yang sempurna yang dapat menguji keseluruhan area kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa ( Auewarakul et al., 2005). Satu bentuk ujian hanya cocok untuk menguji beberapa area kompetensi, bentuk ujian yang lain akan dapat menguji area kompetensi yang lain. Karena itu, untuk menguji keseluruhan area kompetensi, tidak cukup hanya menggunakan satu bentuk ujian, melainkan dibutuhkan beberapa metode ujian dalam satu kesatuan program ujian. Hal ini dikenal dengan Competence Assessment Programs (CAPs) (Baartman et al., 2007b). Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) merupakan institusi pendidikan kedokteran yang masih muda. Sejak awal berdiri pada tahun 2002, FK Unila telah menerapkan bukan hanya satu metode ujian untuk menentukan kelulusan mahasiswa, namun menggunakan gabungan beberapa metode ujian. Kelulusan mahasiswa ditentukan oleh gabungan nilai-nilai dari afektif, kognitif dan psikomotor. (FK Unila, 2010) Kelulusan mahasiswa FK Unila dalam setiap blok ditinjau dari nilai tutorial, praktikum, skills lab, serta ujian akhir blok yang berbentuk MCQ Choice Question). Kelulusan pada setiap blok merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran. Syarat lain sebelum mahasiswa melanjutkan kepaniteraan klinis adalah lulus ujian skripsi, ujian tulis serta ujian OSCE (Objective Structured Clinical Examination) komprehensif. (FK Unila, 2010) Mulai tahun ajaran 2011/2012, FK Unila menambahkan ujian SOCA
4 4 (Student Oral Case Analisis) dalam program ujian mahasiswa. SOCA diharapkan dapat menilai kemampuan penalaran klinis mahasiswa, serta menguji kemampuan kognitif dan afektif, yang meliputi ilmu kedokteran dasar dan kasus klinis. Bentuk ujian lisan ini diharapkan dapat melatih kemampuan penalaran klinis, kognitif serta afektif secara terintegrasi. Selain itu juga melatih mental mahasiswa untuk dapat berfikir cepat dan sistimatis serta mampu berargumentasi secara lisan. Ujian ini juga dianggap sesuai dengan paradigma baru bahwa ujian harus juga memfasilitasi belajar mahasiswa. (FK Unila, 2012) Penggunaan ujian lisan semacam SOCA dalam pendidikan kedokteran di seluruh dunia sebenarnya telah mulai ditinggalkan (Norcini dan McKinley, 2007). Ujian lisan mulai banyak ditinggalkan sejak 30 tahun yang lalu di Amerika Serikat karena sifat penilan lisan yang dianggap intutif dan tidak memberikan banyak kontribusi sebagai sebuah proses evaluasi. Meskipn begitu, masih banyak institusi pendidikan kedokteran terutama di negara-negara bekas jajahan Inggris, yang tetap mempertahankan ujian lisan. (Norman, 2000; Davis dan Karunathilake, 2005) Sedangkan di Indonesia, ujian lisan masih banyak digunakan terutama dalam tahap pendidikan profesi (Suhoyo, 2007). Kekeurangan ujian lisan yang utama terletak pada rendahnya validitas dan reliabilitas. Bentuk ujian lisan yang terlalu fleksibel berdampak pada rendahnya reliabilitas. Selain itu, ujian dengan metode tatap muka langsung antara mehasiswa dengan penguji berdampak pada efektivitas waktu dan tenaga yang harus disediakan oleh penguji serta dan biaya yang harus dikeluarkan oleh fakultas juga tidak sedikit. (Davis dan Karunathilake, 2005)
5 5 Beberapa hal dapat dilakukan dengan memodifikasi bentuk ujian lisan tradisional untuk meminimalisir rendahnya validitas dan reliabilitas. Diantaranya adalah menstrukturisasi pertanyaan, menstandarisasi pertanyaan yang sama untuk semua peserta ujian, menggunakan lebih dari satu ujian lisan pada satu mahasiswa, dan menggunakan lebih dari satu penguji, serta penggunaan rubrik atau kriteria penilaian dari setiap jawaban mahasiswa. Selain itu, perlu adanya pelatihan bagi setiap penguji serta panel ahli untuk menentukan validitas soal yang diberikan. (Davis dan Karunathilake, 2005) Ujian SOCA yang dilakukan oleh FK Unila telah mempertimbangkan serta melakukan berbagai hal diatas untuk mencapai validitas serta reliabilitas yang cukup untuk sebuah ujian dengan nilai pertaruhan tinggi seperti ujian blok. Ujian SOCA di FK Unila disusun sedemikian rupa agar dapat memaksimalkan segala potensi kelebihan ujian lisan dengan meminimalisir segala kakurangan. FK Unila menjadikan ujian SOCA menjadi salah satu komponen penilaian kelulusan mahasiswa pada setiap blok. Namun pelaksanaanya dilakukan sesudah semua blok berjalan dalam 1 semester (Susan tiningsih, 2012). FK Unila menyusun SOCA dengan level yang berbeda disesuaikan dengan konten blok yang berlangsung. SOCA level pertama adalah presentasi kasus untuk blok sejenis bioetik dimana mahasiswa diajak untuk melihat langsung kasus-kasus etik yang mungkin terjadi di tataran klinis dan membuat makalah terkait hal itu kemudian mempresentasikannya. SOCA level kedua berkaitan dengan kasus klinis namaun dengan pertanyaan yang lebih terfokus pada ilmu kedokteran dasar seperti patofisiologi. SOCA level ketiga adalah level tertinggi dimana mahasiswa
6 6 dihadapkan dengan managemen pasien. Sejak pelaksanaan SOCA tahun 2011, evaluasi terhadap ujian ini dilaksanakan setiap semester namun hanya berupa monitoring dan evaluasi kinerja tim ujian, bukan evaluasi terhadap ujian itu sendiri. Sebaiknya evaluasi terhadap ujian SOCA ini perlu dilakukan. Salah satu hal yang perlu dievaluasi adalah kesesuaian ujian SOCA terhadap tujuan pembelajaran. (Susantiningsih, 2012) Kesesuaian sebuah ujian dengan tujuan pembelajaran terkait dengan validitas. Selain validitas, terdapat juga reliabilitas yang perlu dievaluasi dari sebuah ujian untuk menentukan apakah ujian yang telah dilaksanakan cukup berkualitas. I.2. Perumusan Masalah Evaluasi sangat penting dalam menentukan keberlangsungan sebuah program. Evaluasi terhadap sebuah program yang penting harus dipastikan dilakukan dengan benar-benar baik, atau akan menimbulkan masalah yang serius bahkan kekacauan. Evaluasi yang baik merupakan bagian penting dari sebuah program yang baik. Evaluasi yang baik memerlukan metode penyelidikan yang baik. Salah satu tahap dalam metode penyelidikan dalam evaluasi adalah menentukan standar untuk menilai kualitas. (Worthen et al., 1997) Miller (2009) menyatakan bahwa apapun bentuk ujian yang digunak an dan bagaimana hasil ujian tersebut akan digunakan, setiap ujian harus memiliki karakteristik valid dan reliabel. Seiring perkembangan pengetahuan dalam ujian mahasiswa, terjadi pergeseran paradigma yang memberikan kesadaran bahwa terdapat aspek selain validitas dan reliabilitas yang juga perlu diperhatikan.
7 7 Namun demikian, validitas dan reliabilias dalam sebuah ujian merupakan kelaziman yang harus ada dalam sebuah ujian Tahun 1996 Van der Vleuten telah merumuskan sebuah persamaan kegunaan ( utility equation) yang mempertimbangkan keseimbangan berbagai aspek dalam ujian, tidak hanya validitas dan reliabilitas. Persamaan kegunaan merupakan pedoman dalam memilih bentuk ujian yang disesuaikan dengan tujuan dan kompetensi yang akan diuji serta ketersediaan sumber daya di masing-masing institusi. Persamaan kegunaan terdiri dari validitas, reliabilitas, feasibilitas, akseptabilitas, dan dampak pendidikan. Persamaan diatas oleh Van der Vleuten tidak dimaksudkan sbagai murni persamaan matematis, namun lebih kepada persamaan secara teoritis. Selain mengingat bahwa tidak semua dari kelima elemen persamaan tersebut dapat dikuantifikasi, Van der Vleuten membuatnya menjadi sebuah persamaan mengingat pentingnya setiap komponen dari kelima komponen tersebut. Seperti sebuah perkalian, jika salah satu komponen nya bernilai nol, maka berapapun besarnya angka yang lain, maka hasil akhir perkalian tersebut adalah nol. Sebuah ujian yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, tidak akan terlaksana jika tidak diterima dan didukung oleh para dosen, mahasiswa, serta pengampu kebijakan. (Van der Vleuten, 1996) Begitu pula apabila sebuah ujian diterima dengan baik oleh seluruh civitas, namun tidak memiliki validitas atau reliabilitas yang diharapkan sesuai dengan tingkat pertaruhannya, maka ujian tersebut bernilai nol. I.3. Tujuan Penelitian
8 Melihat validitas ujian SOCA di FK Unila Melihat reliabilitas ujian SOCA di FK Unila I.4. Manfaat Peneltian Manfaat Teoritis Memberikan contoh evaluasi validitas dan reliabilitas terhadap ujian SOCA Manfaat Praktis Memberikan evaluasi terhadap pelaksanaan ujian SOCA di FK Unila sehingga dapat menjadi masukan bagi para penentu kebijakan. Selain itu, evaluasi ini diharapkan dapat mengidentifikasi apa saja kelebihan yang dapat dimaksimalkan dari ujian SOCA, serta apa saja hal yang memerlukan perbaikan. I.5. Keaslian Penelitian Tidak ditemukan banyak penelitian tentang evaluasi SOCA sebelum ini. Namun cukup banyak ditemukan penelitian mengenai evaluasi pada ujian lisan bentuk lain, diantaranya: Tahun 2003, Wass et al. Meneliti tentang reliabilitas ujian lisan terstruktur yang merupakan salah satu komponen dalam ujian kepesertaan Royal College of General Practitioners (RCGP) di Inggris. Melalui penelitian ini, disimpulkan bahwa penambahan waktu ujian menjadi 4x20 menit dengan dua penguji atau 5x20 menit dengan satu penguji akan dapat meningkatkan reliablitas antarkasus dan reliabilitas lulus/gagal. Ujian lisan terstruktur akan dapat mencapai
9 9 reliabilitas yang cukup tinggi apabila tersedia sumberdaya yang memadai. Tahun 2010, Wardoyo et al. mengeksplorasi jalannya ujian SOCA di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram pada mahasiswa S1 blok metabolisme dan energi. Penelitian ini mengekplorasi tanggapan para mahasiswa terhadap ujian SOCA. Penelitian ini menyatakan bahwa ujian SOCA membantu pemahaman mahasiswa, membantu mahasiswa memahami aplikasi ilmu kedokteran dasar pada seting klinis. Selain itu mahasiswa juga merasakan motivasi belajar yang bertambah dengan adanya ujian SOCA. Tahun 2011, Crisostomo dari Bagian Bedah Rumah Sakit Umum Filipina melakukan sebuah penelitian retrospektif yang menunjukkan bahwa standarisasi terhadap prosedur ujian lisan yang dilakukan oleh Dewan Bedah Filipina (Philippine Board of Surgery) secara signifikan meningkatkan reliabilitas interater ujian tersebut. Penghitungan reliabilitas menggunakan kofisien korelasi dalam kelas ( interclass correlation coefficient) serta persetujuan kappa ( kappa agreement). Tahun 2012 sebuah penelitian yang dilakukan pada mahasiswa rotasi klinik departemen psikiatri di Rumah Sakit Selsus di Afrika Selatan oleh Niehaus et al. menunjukkan bahwa nilai mahasiswa pada ujian lisan tidak jauh berbeda dengan nilai mahasiswa pada ujian bentuk lain. Mahasiswa yang termasuk dengan nilai rendah pada ujian lisan adalah juga yang nilainya rendah pada jenis ujian lain. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa adanya bias gender penguji dalam ujian lisan. Dua penguji wanita dalam satu ruangan dapat membuat mahasiswa mendapat nilai yang lebih rendah dibanding kombinasi dua penguji
10 10 yang terdiri atas minimal satu laki-laki. Tahun 2013, Sari menguji validitas konten, validitas konkuren, serta, reliabilitas inter-rater dari ujian SOCA di Universitas Jendral Ahmad Yani Cimahi. Bukti validitas konten dilakukan melalui tinjauan ahli yang menyatakan bahwa SOCA cukup efektif untuk menilai kemampuan kognitif mahasiswa terutama tingkat analitik. Bukti validitas konkuren dilakukan dengan perhitungan koefisien korelasi antara hasil ujian MCQ ( multiple choice question) dengan hasil ujian SOCA. Bukti reliabilitas inter-rater dilakukan melalui tinjauan konsistensi penilaian dari dua atau lebih penguji dengan menggunakan perhitungan koefisien Kappa.
BAB I PENDAHULUAN I.A.
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Penggunaan multiple choice question (MCQ soal pilihan berganda) sebagai metode untuk menguji pencapaian hasil akhir belajar saat ini sudah sangat luas. Mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat Skills lab) memiliki peran penting untuk melatih mahasiswa S1
Lebih terperinciVALIDITAS DAN RELIABILITAS UJIAN SOCA (STUDENT ORAL CASE ANALYSIS): STUDI DI SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN DI INDONESIA
VALIDITAS DAN RELIABILITAS UJIAN SOCA (STUDENT ORAL CASE ANALYSIS): STUDI DI SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN DI INDONESIA Rizka Aries Putranti*, Ova Emilia**, Efrayim Suryadi** * Mahasiswa Program S2 Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan, latihan-latihan untuk menentukan tingkat pengetahuan, kemampuan, bakat atau kualifikasi seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini, tuntutan masyarakat akan kompetensi dokter semakin berkembang. Masyarakat menuntut institusi pendidikan kedokteran untuk mempersiapkan lulusannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan kedokteran terus berkembang diikuti oleh perkembangan dalam pendidikan kedokteran. Mahasiswa diharapkan mampu memecahkan masalah kesehatan serta
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran sejak berdiri tahun 1993.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran yang berdasarkan pada kompetensi mencakup tiga ranah (domain) yang saling terintegrasi yaitu kognitif, keterampilan, dan afektif. Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu
3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan kateter merupakan salah satu intervensi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu pertahanan alami dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mini clinical evaluation exercise (Mini-CEX) adalah salah satu metode evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik mahasiswa
Lebih terperinciTHE BENEFIT AND WEAKNESS OF ORAL EXAMINATION IN MEDICAL EDUCATION
[ REVIEW ARTICLE ] THE BENEFIT AND WEAKNESS OF ORAL EXAMINATION IN MEDICAL EDUCATION Rika Lisiswanti Department of Medical Education, Faculty of Medicine, Universitas Lampung Abstract Oral examination
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN
BAB V EVALUASI KEBERHASILAN Evaluasi dalam kurikulum berbasis kompetensi dengan metode PBL ini meliputi elemen hasil pembelajaran yaitu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh mahasiswa), proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian merupakan proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang keberhasilan belajar siswa dan bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan profesional termasuk perawat perlu memiliki kemampuan komprehensif yang meliputi tiga ranah, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor (Susanti, 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan penilaian/sikap yang diperlukan dalam melakukan praktik keperawatan yang aman dan etis (College of Nurses
Lebih terperinciPEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra
PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Oentarini Tjandra Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara ABSTRAK Seiring dengan diterapkannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan klinik (clinical skills) pada profesi kedokteran merupakan hal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan klinik (clinical skills) pada profesi kedokteran merupakan hal yang mutlak dibutuhkan. Keterampilan tersebut merupakan kecakapan motorik yang dilandasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan Multiple Choice Question (MCQ) merupakan bentuk ujian pada mahasiswa kedokteran untuk menilai hasil belajar yang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres muncul akibat suatu stresor. Stresor yaitu penghalang, kesukaran, atau aral melintang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan
Lebih terperinciBab II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education (IPE) a. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau
Lebih terperinciProdi kedokteran FK UNS Oktober 2016
Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016 Pimpinan Fakultas Pengelola Program Studi Kedokteran VISI Prodi Kedokteran Menjadi Prodi Kedokteran Sebagai Pusat Pengembangan IPTEK Kedokteran bereputasi Internasional,
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) SISWA SMA PADA PRAKTIKUM HIDROLISIS GARAM
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hakikat ilmu kimia mencakup dua hal yang saling berhubungan satu sama lain yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep dan prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan seperti ekonomi, teknologi, pendidikan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum nya masing-masing. Standar Kompetensi Dokter ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2012) standar Konsil Kedokteran Indonesia adalah standar minimal kompetensi lulusan pendidikan kedokteran yang berlaku secaara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif (Sudaryanto, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, di mana pengetahuan kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Profil Responden Berdasarkan Variabel yang Diteliti. Pada tabel 4.1 terdapat 95 responden achiever dan 97 responden
BAB V PEMBAHASAN A. Profil Responden Berdasarkan Variabel yang Diteliti Pada tabel 4.1 terdapat 95 responden achiever dan 97 responden underachiever. Kriteria underachievement sendiri bukan merupakan suatu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan adanya peningkatan kemampuan kolaboratif (komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang melibatkan transmisi informasi dari satu orang ke orang lain (Groves, 2014), dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Berbagai permasalahan yang bersumber
Lebih terperinciKORELASI NILAI UJIAN KOMPETENSI LOKAL DAN UJIAN KOMPETENSI NASIONAL MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS LAMPUNG
KORELASI NILAI UJIAN KOMPETENSI LOKAL DAN UJIAN KOMPETENSI NASIONAL MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS LAMPUNG Rika Lisiswanti, Asep Sukohar, Merry Indah Sari, Dwita Oktaria, Bagian
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) DENGAN NILAI OSCE MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI Diajukan ke Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penelitian Basic Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur darurat yang digunakan untuk menjaga oksigenasi darah dan perfusi jaringan yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan klinis, salah satunya adalah feedback (Kneebone dan Nestel,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran keterampilan klinis, salah satunya adalah feedback (Kneebone dan Nestel, 2005). Feedback adalah informasi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Meskipun keterampilan ini wajib dikuasai, namun masih ada beberapa
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Keterampilan klinis adalah kemampuan mendasar yang wajib dikuasai oleh perawat yang baru lulus dan dimandatkan di dalam standar kompetensi perawat (Wu et
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penerimaan mahasiswa baru di Indonesia dan jumlah mahasiswa aktif dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, tidak terkecuali di Universitas Gadjah
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan
Lebih terperinciPenilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes. Oleh : Tomoliyus
Penilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes Oleh : Tomoliyus FIK UNY Abstrak Diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) penjasorkes di sekolah hendaknya dipahami tidak hanya sekedar penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan Tinggi (PT) saat ini membawa konsekuensi untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu keperawatan, sangat penting untuk membentuk perawat-perawat yang profesional. Dengan demikian diperlukan suatu sistem pendidikan yang bermutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi lulusan pendidikan ilmu kesehatan termasuk pendidikan ilmu kedokteran gigi meliputi kognitif, skill, dan afektif. Kompetensi kognitif, skill dan afektif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stres disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan respon yang berbeda terhadap stres sehingga menghasilkan adaptasi yang juga berbeda
Lebih terperinciStandard Operating Procedure SOCA. (Student Oral Case Analysis)
Standard Operating Procedure SOCA (Student Oral Case Analysis) PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen : SOCA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pendidikan kedokteran, menyebabkan perlu diadakan perubahan pada kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) merupakan Fakultas Kedokteran tertua di Indonesia yang berdiri pada tanggal 5 maret 1946. Memiliki visi dan misi
Lebih terperinciKata Kunci: diskusi problem-based learning (PBL), multiple choice questions (MCQ), ujian lisan, ujian esai, ujian praktikum
Korelasi Nilai Multiple Choice Questions (MCQ) dengan Nilai Ujian Lisan, Esai dan Diskusi Problem-Based Learning (PBL) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Rika Lisiswanti 1, Merry Indah Sari 1, Dwita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PBL (Problem Based Learning) 1. Definisi PBL PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mahasiswa
Lebih terperinciLAPORAN TENGAH TAHUNAN PROGRAM HIBAH KOMPETISI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DOKTER (PHK-PKPD) Tahun Ringkasan Eksekutif
LAPORAN TENGAH TAHUNAN PROGRAM HIBAH KOMPETISI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DOKTER (PHK-PKPD) Tahun 2011 Ringkasan Eksekutif Dengan adanya titik lemah pada Kurikulum pendidikan KBK-PBL sesuai KIPDI
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di Jl. Ringroad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi yang diperlukan sebagai dokter (Kevin, 2010). Disebutkan dalam Standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
A. Latar Belakang Gangguan kecemasan diperkirakan dialami 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dunia pendidikan adalah dunia yang terus berubah sesuai perkembangan zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan yang terjadi meletakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang penting dalam pendidikan kedokteran. adalah keterlibatan langsung mahasiswa ke dalam situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hal yang penting dalam pendidikan kedokteran adalah keterlibatan langsung mahasiswa ke dalam situasi klinik yang sebenarnya. Hal ini telah diaplikasikan di semua program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered
Lebih terperinciEmpati di mahasiswa kedokteran yang terkait dengan kinerja akademik, kompetensi klinis dan jenis kelamin
Empati di mahasiswa kedokteran yang terkait dengan kinerja akademik, kompetensi klinis dan jenis kelamin Konteks Empati adalah komponen utama dari hubungan dokter-pasien yang memuaskan dan budidaya empati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dokter di Indonesia, dengan urutan sebagai berikut: profesionalitas yang luhur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, seorang dokter dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan pasiennya. Menurut SKDI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat
Lebih terperinciSTANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN
STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Deskripsi Proses pembelajaran adalah kegiatan yang diterima oleh mahasiswa selama menempuh pendidikan, baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) resmi dicanangkan oleh DIKTI tahun 2005. Dengan penerapan KBK diharapkan peserta didik dapat memperoleh seperangkat
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. lebih kompetitif (http://www.depdiknas.go.id). Pemerintah Indonesia khususnya
BAB I Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, maka standarisasi pendidikan nasional menjadi lebih tinggi, mutu dan daya saing bangsa menjadi lebih kompetitif
Lebih terperinciUjian Nasional PPDS Ilmu Kedokteran Forensik
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 Ujian Nasional PPDS Ilmu Kedokteran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Selama berabad-abad lamanya sejarah manusia telah beradaptasi dengan berbagai metode pengobatan dan perkembangannya. Salah satu hal yang konsisten dalam perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan dunia kesehatan di masa kini dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan dunia kesehatan di masa kini dan masa mendatang meningkat dengan pesat. Masalah kesehatan telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian
BAB I PENDAHULUAN E. Latar belakang Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya
Lebih terperinciDEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010)
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Masing-masing profesi kesehatan di pelayanan kesehatan memiliki peran yang berbeda. Namun pada praktiknya, profesional kesehatan tidak akan bekerja sendirian namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan Problem Based Learning (PBL) di perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum perguruan tinggi dan hasil belajar
Lebih terperinciSertifikat Kompetensi diterbitkan oleh Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) melalui Uji Kompetensi
Kolegium Dokter Gigi Indonesia Pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Gigi April 2007 Januari 2010 Undang-Undang RI Nomor: 29 Tahun 2004 BAB I Pasal 1Ayat 13 Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) Badan yang dibentuk
Lebih terperinciPenilaian dalam Wahana Layanan Primer dr. Nur Afrainin Syah, M.Med.Ed, PhD
Penilaian dalam Wahana Layanan Primer dr. Nur Afrainin Syah, M.Med.Ed, PhD Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Outline Fungsi Faskes Wahana Pendidikan Tujuan Asesmen di Faskes primer Programmatic Assessmemt
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam proses pembelajaran. Penilaian juga merupakan ujung tombak dari suatu kegiatan pencapaian taraf berhasil
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan penggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem PBL (Problem Based Learning) merupakan metoda pembelajaran yang meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal berpikir kritis dan memecahkan masalah (problem solving
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dunia pendidikan, dan memicu dunia pendidikan untuk selalu berinovasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat di era globalisasi berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSPDG UMY) telah berdiri sejak tahun 2004. PSPDG UMY merupakan salah satu program studi yang
Lebih terperinciANALISIS VALIDITAS MATERI UJI MULTIPLE CHOISE QUESTION DENGAN LEARNING OBJECTIVES BLOK ENDOKRIN. Irma Suswati*
14 Vol. 7 No. 5 Desember 2011 ANALISIS VALIDITAS MATERI UJI MULTIPLE CHOISE QUESTION DENGAN LEARNING OBJECTIVES BLOK ENDOKRIN Irma Suswati* Abstract The evaluation of block learning process uses multiple
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan permasalahan-permasalahan baru di masyarakat, salah satunya pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini seiring dengan perkembangan jaman di Indonesia maupun dunia, ditemukan permasalahan-permasalahan baru di masyarakat, salah satunya pada bidang kesehatan. Munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diidentifikasi. Umpan balik dapat memberikan informasi kepada mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Umpan balik merupakan dasar dari pengajaran klinik yang efektif. Tanpa umpan balik, performa yang baik tidak akan diberi penguatan, performa yang buruk tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa pendidikan dokter gigi setelah lulus pada tingkat S1, akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap pendidikan profesi dokter gigi,
Lebih terperinciMODUL KETERAMPILAN PENULISAN LEMBAR KONSULTASI PASIEN (menjawab konsul)
MODUL KETERAMPILAN PENULISAN LEMBAR KONSULTASI PASIEN (menjawab konsul) Penyusun Asty Amalia Astrid Pratidina Susilo Kontributor Tim ISLaND Daftar Isi Halaman Sampul Daftar Isi I Ii Pendahuluan 1 Panduan
Lebih terperinciWritten by webmaster Thursday, 12 October :26 - Last Updated Wednesday, 01 October :28
PROFIL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI Pada awalnya Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya merupakan progam studi kedokteran gigi di bawah Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah yang didirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kutowinangun 4 Salatiga Semester 1 Tahun 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memicu perubahan kurikulum dan semua perangkat kerjanya termasuk sistem
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan dokter spesialis mengalami perubahan yang pesat, dimulai dengan munculnya istilah kompetensi dan pengobatan berbasis bukti yang memicu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan Nasogastric tube (NGT) adalah metode pemenuhan nutrisi yang dilakukan dengan menggunakan selang yang dimasukkan melalui hidung melewati esofagus menuju ke
Lebih terperinciStandard Operating Procedure. PELAKSANAAN Objective Structured Clinical Examination (OSCE) NASIONAL
Standard Operating Procedure PELAKSANAAN Objective Structured Clinical Examination (OSCE) NASIONAL PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 0 LEMBAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari pernah mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan hal yang alamiah yang pernah dialami oleh setiap manusia dan sudah dianggap
Lebih terperinciABSTRACT
CORRELATION BETWEEN PROGRESS TESTING SCORE ON PROFESSION STAGE WITH CUMULATIVE GRADE POINT ACADEMIC OF GRADUATED DENTISTRY STUDENT OF UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA NILAI PROGRESS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang menentukan kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ini dilakukan di FK Universitas Lampung. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik.
35 BAB III METODE PENELITIAN 31 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Pendidikan Kedokteran Penelitian ini dilakukan di FK 32 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi potong lintang (cross sectional). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa
162 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Rangkaian proses pengembangan perangkat evaluasi pembelajaran
Lebih terperinciKEMAMPUAN CLINICAL REASONING PADA UJIAN OSCE MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN KETIGA
KEMAMPUAN CLINICAL REASONING PADA UJIAN OSCE MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN KETIGA Diani Puspa Wijaya 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia E-mail: dianipuspa@yahoo.com Abstract Background: Clinical
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran merupakan cabang dari ilmu kesehatan. Pendidikan dokter adalah salah satu program studi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedokteran merupakan cabang dari ilmu kesehatan. Pendidikan dokter adalah salah satu program studi di fakultas kedokteran yang mempelajari tubuh manusia berdasarkan
Lebih terperinciMANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL
MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan
Lebih terperinci