BAB I. PENDAHULUAN. Meskipun keterampilan ini wajib dikuasai, namun masih ada beberapa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN. Meskipun keterampilan ini wajib dikuasai, namun masih ada beberapa"

Transkripsi

1 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Keterampilan klinis adalah kemampuan mendasar yang wajib dikuasai oleh perawat yang baru lulus dan dimandatkan di dalam standar kompetensi perawat (Wu et al, 2014; PPNI, 2005). Keterampilan klinis yang baik akan menjamin kualitas praktik keperawatan (Carr, 2004) dan menjamin keselamatan pasien (Sargeant, 2011; Wu et al, 2014; Roghieh et al, 2013) serta membuat perawatan pasien menjadi lebih efisien (Lesa & Dixon, 2007). Meskipun keterampilan ini wajib dikuasai, namun masih ada beberapa keterampilan klinis yang kurang dikuasai oleh perawat baru lulus. Keterampilan tersebut adalah (1) kemampuan melakukan pengkajian pasien (khususnya pemeriksaan fisik) (Giddens, 2007; Douglas et al, 2015), (2) kemampuan membuat keputusan klinis (diagnosis keperawatan pasien) (Burn & Poster, 2008), (3) kemampuan mengatur waktu, serta (4) kemampuan berkomunikasi dengan pasien (Hickey, 2009). Beberapa faktor berkontribusi terhadap kurangnya kemampuan pemeriksaan fisik dan pembuatan keputusan klinis. Faktor tersebut adalah kurangnya kesempatan melakukan keterampilan klinis, kurangnya rasa percaya diri (takut membuat kesalahan), dan minimnya role model (Douglas et al, 2014). Faktor tersebut dapat diperbaiki dengan meningkatkan frekuensi berlatih dengan pendampingan oleh pembimbing yang berpengalaman (Lesa 1

2 2 & Dixon, 2007). Proses berlatih akan memberikan dampak pembelajaran saat proses tersebut dinilai dan diberi umpan balik oleh pembimbing. Prinsip tersebut yang kemudian sering disebut dengan assessment drive learning (Gibbs dalam Bryan & Clegg, 2006) dan prinsip tersebut yang kemudian dipakai dalam sistem penilaian yang bersifat formatif. Metode penilaian formatif disertai dengan pemberian umpan balik atau feedback mampu mendorong peserta didik di klinik untuk belajar terus menerus (longlife learning) (Norcini & Burch, 2007). Melalui pemberian feedback, peserta didik mampu mengidentifikasi kekurangannya, sehingga peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperbaiki dan mengubah perilaku mereka (Norcini & Burch, 2007). Feedback merupakan unsur penting yang harus ada dalam penilaian jika kita menginginkan peserta didik melakukan perbaikan. Salah satu metode penilaian yang mampu mendorong belajar melalui pemberian feedback dapat dilakukan dengan metode Mini Clinical Examination (CEx). Berdasarkan beberapa studi yang telah dilakukan, mini CEx merupakan salah satu metode penilaian keterampilan klinik yang bersifat formatif maupun sumatif, yang menilai keterampilan pengkajian riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, komunikasi, pembuatan keputusan klinis, profesionalisme, organisasi/efisiensi dan keseluruhan tindakan keterampilan klinis clinical (Norcini et al, 1995) dan terbukti valid dan terpercaya (Durning, et al, 2002; De lima et al, 2007; Kogan et al, 2003; Holmboe, 2003; Hatala et al, 2006; Nair et al, 2008). Selain terbukti valid dan reliabel, mini

3 3 CEx memiliki keunggulan untuk meningkatkan keterampilan klinik peserta didik (Holmboe, 2003; Suhoyo, 2014). Keunggulan tersebut adalah, secara konseptual mini CEx wajib dilakukan secara longitudinal (berulang kali), melalui observasi secara langsung sehingga kelemahan dan kelebihan peserta didik terlihat jelas, dan selalu disertai pemberian feedback (Norcini & Burch, 2007). Feedback dalam mini Cex terbukti mampu meningkatkan learning (Frederiksen 1984; Crooks 1988; Swanson et al. 1995; Shepard 2000 dalam Suhoyo, 2014) dan motivasi peserta didik (Hill & Kendall, 2007), sedangkan pelaksanaannya yang longitudinal (berulang-ulang) akan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan improvement pada proses mini CEx berikutnya (Norcini & Burch, Banyak penelitian tentang keunggulan mini CEx telah dibahas dalam pendidikan kedokteran, tetapi penelitian mengenai mini CEx dalam pendidikan keperawatan belum banyak dilakukan. Studi mengenai penilaian keterampilan klinik keperawatan yang sudah dipublikasi adalah, antara lain, studi mengenai DOPS (Roghieh et al, 2013), handoff CEx (Horwitz, 2013), Structured Observation and Assessment of Practice (SOAP), dan metode penilaian yang lain (Wu et al, 2014). Berdasarkan sistematic review oleh Wu et al (2014), disimpulkan bahwa metode-metode tersebut lebih banyak menggunakan self-assessment mahasiswa dan belum mencantumkan bukti reliabilitas dan validitas. Metode penilaian yang memiliki reliabilitas dan validitas yang tinggi dan berbasis observasi adalah metode SOAP, namun pelaksanaannya memerlukan waktu 6 jam untuk satu kali proses penilaian,

4 4 sehingga fisibilitasnya masih dipertanyakan. Dibandingkan dengan beberapa metode tersebut, mini CEX dinilai lebih fisibel karena dapat dilakukan selama menit (Norcini, 1995) atau menit (Accreditation Council for Graduate Medical Education dalam Boursicot, 2011) dan diikuti pemberian feedback selama 5 menit (Norcini, 2003 dalam Boursicot, 2011) sampai dengan 17 menit (De Lima et al, 2007 dalam Boursicot, 2011). Meski keunggulan mini CEx telah banyak dibuktikan di konteks pendidikan klinik kedokteran, dan lebih fisibel dibandingkan metode penilaian lain, namun terdapat beberapa alasan yang mempertanyakan kesesuaian penggunaan mini CEx di pendidikan klinik keperawatan. Alasan tersebut adalah kesesuaian kompetensi klinis yang dinilai dalam mini CEx dengan kompetensi klinis perawat. Mini CEx pertama kali dikembangkan di pendidikan klinik kedokteran (Norcini, 1995), sehingga kompetensi yang dinilai adalah kompetensi klinis kedokteran. Kompetensi klinis dokter tentu saja sedikit berbeda dengan kompetensi klinis perawat. Hal ini disebabkan saat berinteraksi dengan pasien, perawat memiliki pendekatan yang berbeda dibanding dokter (Felton & Royal, 2015). Selain masalah kesesuaian kompetensi, di dalam lembar skoring mini CEx yang berupa rating scale, belum terdapat deskriptor performa yang jelas (Swanwick & Chana, 2005). Hal ini membuat penguji tidak yakin dalam memberikan nilai (Weller et al, 2009; Fernando et al, 2008). Ketidakyakinan akan mengakibatkan pemberian feedback yang kurang spesifik. Feedback yang kurang spesifik kurang mengarahkan mahasiswa untuk merencanakan improvement (Sargeant, 2011).

5 5 Selain beberapa alasan di atas, di STIKES A.Yani, penilaian keterampilan di klinik dilakukan oleh dua orang penguji (dosen program studi dan clinical instructor) yang berlainan dan bergantian. Observasi dan penilaian oleh penguji yang berlainan dan bergantian akan meningkatkan objektivitas penilaian, namun di sisi lain membuat penilaian bersifat cross sectional dan mempersulit penelusuranprogres mahasiswa (Watson et al, 2002). Selain itu, nilai akhir di sebuah stase klinik ditentukan melalui satu kali observasi penilaian di akhir stase (OSLER). Mengacu pada prinsip reliability, maka penilaian yang didasarkan hanya pada satu kali proses observasi, hasilnya kurang reliabel untuk menggambarkan keterampilan mahasiswa secara utuh (Van der Vluten, 2005). Berdasarkan latar belakang di atas, diperlukan pengembangan instrumen penilaian keterampilan klinis keperawatan yang mengacu pada instrumen mini CEx namun mampu menilai kompetensi klinis perawat, memfasilitasi penelusuran kemajuan keterampilan klinis mahasiswa meskipun penguji berlainan, memiliki reliabilitas karena berdasarkan multiple observasi, dan mampu mempermudah pemberian feedback yang spesifik dan tertulis. Selain mampu menilai kompetensi klinis perawat, instumen juga berusaha memperbaiki kekurangan yang terdapat pada instrumen yang sebelumnya. Perbaikan berupa penetapan skoring yang berbentuk rubrik yang berisi deskriptor kompetensi klinis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi perawat dan penelusuran literatur. Mengapa rubrik dipilih, karena rubrik memiliki deskriptor yang akan memudahkan

6 6 pemberian corrective feddback (Weller, 2009; Bourgault et al, 2013). Deskriptor dalam rubrik memberikan gambaran mengenai kriteria yang diharapkan, memudahkan identifikasi area spesifik yang kurang dan harus diimprove, sehingga memudahkan pemberian feedback yang spesifik bagi peserta didik (Cyr et al, 2014; Rochford & Borchet, 2011; Hung, 2013). Pada akhirnya, feedback yang detail dan spesifik akan meningkatkan progres keterampilan di klinik (Holmboe, 2004; Glover, 2000; Day et al, 2009). Dengan mempertimbangkan kelebihan rubrik maka pengembangan instrumen dengan skoring rubrik dirasa lebih tepat untuk memfasilitasi feedback yang lebih spesifik sehingga improvement kompetensi mahasiswa lebih optimal. Untuk memastikan bahwa instrument yangakan dikembangkan sesuai untuk mengukur kompetensi klinis perawat, akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas. I.2. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah pengembangan instrumen penilaian kompetensi klinis perawat yang valid, reliable, acceptable dan feasible untuk menilai kompetensi klinis keperawatan di pendidikan klinik. I.3. TUJUAN PENELITIAN 1. Melakukan pengembangan instrumen penilaian kompetensi klinis yang disesuaikan dengan keterampilan klinis perawat dengan merode skoring berbentuk rubrik.

7 7 2. Melakukan uji content validity, construct validity, inter-rater reliability, acceptability dan educational impact instrumen penilaian kompetensi klinis perawat yang dikembangkan. I.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Hasil dari penelitian ini yang berupa lembar penilaian kompetensi perawatan diharapkan mampu diterapkan di pendidikan klinik perawat secara menyeluruh. 2. Penerapan penilaian dengan instrument penilaian yang baru diharapkan mampu memudahkan penguji dalam menilai, mengamati progres peserta didik dan memberikan feedback yang konstruktif sehingga kualitas kompetensi klinis keperawatan akan meningkat. I.5. KEASLIAN PENELITIAN Beberapa penelitian pengembangan instrument yang mengacu pada mini CEx yang telah dilakukan adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Behere tahun 2014 yang mengembangkan instrument penialain di pendidikan klinik kedokteran gigi. Instrument ini dikembangkan dengan menyesuaikan unsur kompetensi agar sesuai dengan kompetensi dokter gigi dan menetapkan metode skoring berbentuk rubrik. Unsur kompetensi yang dinilai dalam pengembangan instrument ini adalah : Medical interviewing skills, physical examination skills, humanistic qualities/ professionalism, clinical judgment, counseling skills, organization/efficiency dan overall clinical competence. Pilot study kemudian dilakukan untuk menguji instrumen ini menilai persepsi penguji

8 8 serta mahasiswa. Hasilnya adalah mahasiswa merasakan efek positif dari feedback yang diberikan selama proses, dan penguji merasakan dampak kehadiran mereka terhadap performa mahasiswa 2. Penelitian yang dilakukan oleh Weller tahun et al tahun 2009 yang mengembangan instrument berbasis mini CEx di unit training anastesia. Modifikasi mini CEx dalam penelitian ini terletak pada unsur kompetensi dan penambahan kolom untuk menuliskan what did the trainee do well dan areas for improvement dalam lembar mini CEx. Modifikasi unsur kompetensi yang dinilai dalam penelitian ini adalah patient assessment and preparation, preparation for anesthesia, management plan, communication skills with patient, ommunication skills with staff technical skills, clinical judgment, organization/efficiency, professionalism Overall clinical care. Penelitian ini kemudian menerapkan modifikasi mini CEx dan melakukan survey, focus grup dan interview pada peserta training dan penguji. Hasilnya adalah mini CEx membuat interkasi antara penguji dan peserta training menjadi terstrukutr dan formal serta meningkatkan educational interaction. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Djuria & Affandi tahun 2013 di PSIK UMY Yogyakarta yang mengembangan isntrumen mini CEx CEx untuk pendidikan klinik keperawatan. Perubahan unsur mini CEx dalam penelitian ini terletak pada unsur kompetensi yang dinilai yang dimodifikasi berdasarkan instrumen dari Britis Dermatological Nursing Group. Modifikasi unsur kompetensi yang dinilai dalam penelitian ini

9 9 adalah keterampilan komunikasi, keterampilan pemeriksaan fisik, profesionalisme dalam melakukan intervensi keperawatan, kemampuan merumuskan diagnosa keperawatan, kemampuan membuat rencana perawatan, kemampuan melakukan pendidikan kesehatan dan keseluruhan performa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yakni review oleh expert dan uji coba instrumen untuk reliabilitas dengan menilai alpha cronbach. Hasilnya adalah 4 orang expert menyatakan bahwa instrumen ini valid, dan uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha cronbach 0,988. Dibandingkan dengan penelitian di atas, persamaan penelitian ini adalah melakukan pengembangan instrumen penilaian kompetensi klinis perawat yang mengacu pada mini CEX. Perbedaan dengan penelitian di atas adalah, penelitian merumuskan kompetensi klinis perawat yang akan dinilai dan merumuskan skoring rubruk beserta deskriptornya yang disesuaikan dengan capaian yang diharapkan dari kompetensi klinik keperawatan. Penelitian ini juga akan melihat validitas konten, validitas konstruk dan inter rater dari isntrumen yang dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mini clinical evaluation exercise (Mini-CEX) adalah salah satu metode evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik mahasiswa

Lebih terperinci

RUBRIK NURSING CLINICAL EXERCISE

RUBRIK NURSING CLINICAL EXERCISE Kompetensi Klinis Pada Pendidikan Klinik Keperawatan RUBRIK NURSING CLINICAL EXERCISE: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KLINIS PADA PENDIDIKAN KLINIK KEPERAWATAN Retno Sumiyarrini*, Gandes Retno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diidentifikasi. Umpan balik dapat memberikan informasi kepada mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. diidentifikasi. Umpan balik dapat memberikan informasi kepada mahasiswa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Umpan balik merupakan dasar dari pengajaran klinik yang efektif. Tanpa umpan balik, performa yang baik tidak akan diberi penguatan, performa yang buruk tidak

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure. Mini-CEX. (Mini Clinical Evaluation Exercise)

Standard Operating Procedure. Mini-CEX. (Mini Clinical Evaluation Exercise) Standard Operating Procedure Mini-CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise) PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mini clinical evaluation exercise (Mini-CEX) merupakan suatu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mini clinical evaluation exercise (Mini-CEX) merupakan suatu cara untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mini clinical evaluation exercise (Mini-CEX) merupakan suatu cara untuk menilai performa klinik (Norcini, 2005). Mini-CEX memerlukan tiga unsur dasar yaitu:

Lebih terperinci

MINI CEX : METODE PENILAIAN PERFORMA PADA PENDIDIKAN TAHAP KLINIK

MINI CEX : METODE PENILAIAN PERFORMA PADA PENDIDIKAN TAHAP KLINIK MINI CEX : METODE PENILAIAN PERFORMA PADA PENDIDIKAN TAHAP KLINIK Detty Iryani TINJAUAN PUSTAKA Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memicu perubahan kurikulum dan semua perangkat kerjanya termasuk sistem

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memicu perubahan kurikulum dan semua perangkat kerjanya termasuk sistem 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan dokter spesialis mengalami perubahan yang pesat, dimulai dengan munculnya istilah kompetensi dan pengobatan berbasis bukti yang memicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Umpan balik yang diberikan kepada siswa didik merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Umpan balik yang diberikan kepada siswa didik merupakan salah satu hal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Umpan balik yang diberikan kepada siswa didik merupakan salah satu hal yang penting di dalam pendidikan klinik, karena umpan balik tersebut akan berpengaruh

Lebih terperinci

Abstract. Abstrak. Gusti Raditya K. *, Yoyo Suhoyo **, Tridjoko Hadianto ** * Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta **

Abstract. Abstrak. Gusti Raditya K. *, Yoyo Suhoyo **, Tridjoko Hadianto ** * Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ** Persepsi Mahasiswa Terhadap Pelaksanaan Mini Clinical Evaluation Exercise (Mini-CEX) Pada Program Pendidikan Kepaniteraan Klinik Gusti Raditya K. *, Yoyo Suhoyo **, Tridjoko Hadianto ** * Mahasiswa S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan klinis, salah satunya adalah feedback (Kneebone dan Nestel,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan klinis, salah satunya adalah feedback (Kneebone dan Nestel, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran keterampilan klinis, salah satunya adalah feedback (Kneebone dan Nestel, 2005). Feedback adalah informasi

Lebih terperinci

kedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam

kedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari tiga dekade terakhir ini, model pendekatan secara biopsikososial oleh dokter terhadap pasien telah menjadi suatu hal yang dianggap penting dan efektif dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan Van der Vleuten, 2011). Bagi institusi, ujian menjadi gambaran kualitas keseluruhan

Lebih terperinci

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN Lampiran SK Direktur Utama RSI Garam Kalianget No.... tentang Panduan Evaluasi Praktek Dokter PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini yang paling dibutuhkan dalam dunia kesehatan adalah kerja sama tim antar sesama profesi kesehatan. Keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan bergantung

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TAHUN II DAN TAHUN IV DI SKILLS LABORATORY PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TAHUN II DAN TAHUN IV DI SKILLS LABORATORY PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TAHUN II DAN TAHUN IV DI SKILLS LABORATORY PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO Indah Puspasari Kiay Demak* * Dosen pada Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Umpan Balik pada Mini-CEX Sulistiawati Unit Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. Feedback in Mini-CEX

Umpan Balik pada Mini-CEX Sulistiawati Unit Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. Feedback in Mini-CEX Umpan Balik pada Mini-CEX Sulistiawati Unit Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Abstrak Umpan balik merupakan dasar dari pengajaran klinik yang efektif. Tanpa umpan balik,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan adanya peningkatan kemampuan kolaboratif (komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan Multiple Choice Question (MCQ) merupakan bentuk ujian pada mahasiswa kedokteran untuk menilai hasil belajar yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pengukuran kognitif mahasiswa merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang mengujicobakan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan penggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, 2008).

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Pada penelitian ini, telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner nyeri leher aksial. Pengujian dilakukan dengan uji Cronbach s

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif meningkat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif meningkat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan a. Pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif meningkat secara bermakna setelah mengikuti pelatihan pemberian feedback konstruktif (t (18) = -3,491,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran (Reghuram & Caroline, 2014). Menurut Canadian

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran (Reghuram & Caroline, 2014). Menurut Canadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas lulusan pendidikan keperawatan dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran klinis yang didapatkan oleh mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran (Reghuram &

Lebih terperinci

Validitas, Reliabilatas dan Dampak Pembelajaran terhadap Tes Objective Structured Clinical Examintaion (OSCE)

Validitas, Reliabilatas dan Dampak Pembelajaran terhadap Tes Objective Structured Clinical Examintaion (OSCE) Validitas, Reliabilatas dan Dampak Pembelajaran terhadap Tes Objective Structured Clinical Examintaion (OSCE) Ashaeryanto Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo Email: ashaeryanto@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

Fatikhu Yatuni Asmara* *Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang

Fatikhu Yatuni Asmara* *Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENILAIAN PROFESIONAL BEHAVIOUR MAHASISWA KEPERAWATAN (Validity and Reliability Assessment Tool of Nursing Students Professional Behavior) Fatikhu Yatuni Asmara*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang melibatkan transmisi informasi dari satu orang ke orang lain (Groves, 2014), dan merupakan

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education (IPE) a. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang mendasar dalam keperawatan, bahkan efektivitas pelayanan pasien dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi yang dibangun perawat selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilatih untuk mengajar, penilaian, tujuan evaluasi dan secara konsisten

BAB I PENDAHULUAN. dilatih untuk mengajar, penilaian, tujuan evaluasi dan secara konsisten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai penentuan kelulusan pada perkuliahan keperawatan, salah satu ujian yang wajib di ikuti olah mahasiswa keperawatan yaitu mengikuti ujian OSCA (Objective Structured

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan profesional termasuk perawat perlu memiliki kemampuan komprehensif yang meliputi tiga ranah, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor (Susanti, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan penilaian/sikap yang diperlukan dalam melakukan praktik keperawatan yang aman dan etis (College of Nurses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan kateter merupakan salah satu intervensi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu pertahanan alami dari

Lebih terperinci

Penilaian dalam Wahana Layanan Primer dr. Nur Afrainin Syah, M.Med.Ed, PhD

Penilaian dalam Wahana Layanan Primer dr. Nur Afrainin Syah, M.Med.Ed, PhD Penilaian dalam Wahana Layanan Primer dr. Nur Afrainin Syah, M.Med.Ed, PhD Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Outline Fungsi Faskes Wahana Pendidikan Tujuan Asesmen di Faskes primer Programmatic Assessmemt

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan pendekatan pretest-posttest

Lebih terperinci

24/02/2011. Psikologi Klinis. Dr. Sofia Retnowati. Measurement issues. Measurements Source of variation Classification Health measurements

24/02/2011. Psikologi Klinis. Dr. Sofia Retnowati. Measurement issues. Measurements Source of variation Classification Health measurements Pengukuran dalam Psikologi Klinis Dr. Sofia Retnowati Measurement issues Measurements Source of variation Classification Health measurements Measurement e e properties es 1 Pengertian Umum dalam Pengukuran

Lebih terperinci

Keterampilan Komunikasi dalam Pendidikan Kedokteran

Keterampilan Komunikasi dalam Pendidikan Kedokteran Keterampilan Komunikasi dalam Pendidikan Kedokteran Dr. dr. Herqutanto MPH, MARS Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI HP: 08161803969 Email: marsha_ap@yahoo.com Tujuan Sesi Membahas pentingnya keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional yaitu dengan mengkaji hubungan kesiapan IPE dan kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional yaitu dengan mengkaji hubungan kesiapan IPE dan kemampuan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu dengan mengkaji hubungan kesiapan IPE dan kemampuan SDM dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran, khususnya pembelajaran di klinik (Mohammed, 2015),

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran, khususnya pembelajaran di klinik (Mohammed, 2015), 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran di klinik (Mohammed, 2015), akan tetapi kenyataan yang terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu 38 BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Oentarini Tjandra Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara ABSTRAK Seiring dengan diterapkannya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran sejak berdiri tahun 1993.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita meninggal selama persalinan atau melahirkan. Nour (2008) dalam jurnal Review in Obstetric and

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen penilaian kinerja yang valid dan reliabel dalam menilai kinerja siswa pada praktikum identifikasi keberadaan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan utama residen pendidikan dokter spesialis radiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan utama residen pendidikan dokter spesialis radiologi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan utama residen pendidikan dokter spesialis radiologi adalah akuisisi terus menerus secara berkelanjutan dua domain kompetensi inti, kemampuan persepsi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSPDG UMY) telah berdiri sejak tahun 2004. PSPDG UMY merupakan salah satu program studi yang

Lebih terperinci

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN 2014-2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah lembaga yang memberikan pelayanan klinik dengan badan dan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dimensi mutu telah dipelajari sejak lama, yaitu dimulai tahun 1966 saat Avedis Donabedian mengembangkan kerangka evaluasi mutu yang terdiri dari struktur, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen penilaian otentik yang valid dan reliabel dalam menilai pengetahuan dan keterampilan praktikum siswa SMK. Setelah itu,

Lebih terperinci

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD (Mengembangkan Tes sebagai Instrumen Asesmen) Selamat bertemu kembali dengan saya Yuni Pantiwati sebagai tutor dalam mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD. Kali ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional education a. Definisi interprofessional education Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 2002) menyebutkan, IPE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel hanya

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel hanya 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel hanya dilakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PERILAKU PROFESIONAL MAHASISWA KEDOKTERAN. Uswatun Khasanah

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PERILAKU PROFESIONAL MAHASISWA KEDOKTERAN. Uswatun Khasanah PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PERILAKU PROFESIONAL MAHASISWA KEDOKTERAN (Studi Kasus di Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon) Uswatun Khasanah Pengembangan Instrumen Penilaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif menggunakan desain cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan Nasogastric tube (NGT) adalah metode pemenuhan nutrisi yang dilakukan dengan menggunakan selang yang dimasukkan melalui hidung melewati esofagus menuju ke

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA Herry Prasetyo 1, Petrus Nugroho D.S 2 1,2 Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Purwokerto Poltekkes Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu keperawatan, sangat penting untuk membentuk perawat-perawat yang profesional. Dengan demikian diperlukan suatu sistem pendidikan yang bermutu

Lebih terperinci

VâÜ ÜvâÄâÅ i àtx 15/10/2015. Peran Kolegium dalam Pengembangan Program Spesialis Keperawatan Intensif. Oleh:

VâÜ ÜvâÄâÅ i àtx 15/10/2015. Peran Kolegium dalam Pengembangan Program Spesialis Keperawatan Intensif. Oleh: Peran Kolegium dalam Pengembangan Program Spesialis Keperawatan Intensif Oleh: Tiengartinah, MN Kolegium Keperawatan Kritis VâÜ ÜvâÄâÅ i àtx Nama : Tien Gartinah, M.N Tanggal Lahir : 25 Mei 1949 Pendidikan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, masalah yang diteliti secara konseptual dan operasional, penjabaran variabel-variabel yang terkait, dan beberapa hal berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Selama berabad-abad lamanya sejarah manusia telah beradaptasi dengan berbagai metode pengobatan dan perkembangannya. Salah satu hal yang konsisten dalam perjalanan

Lebih terperinci

Penerapan Clinical Governance di Rumah Sakit melalui Sistem Manajemen Mutu ISO 9000

Penerapan Clinical Governance di Rumah Sakit melalui Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Penerapan Clinical Governance di Rumah Sakit melalui Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Hanevi Djasri Divisi Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM Latar-belakang Clinical

Lebih terperinci

Peran MCQ Sebagai Instrumen Evaluasi Dalam Pendidikan Kedokteran

Peran MCQ Sebagai Instrumen Evaluasi Dalam Pendidikan Kedokteran Peran MCQ Sebagai Instrumen Evaluasi Dalam Pendidikan Kedokteran Nyimas Natasha Ayu Shafira 1 1 Bagian Pendidikan Kedokteran, Bioetika dan Humaniora Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Lebih terperinci

Persepsi Dokter Terhadap Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya

Persepsi Dokter Terhadap Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya Persepsi Dokter Terhadap Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya Lina Oktavia Santoso Fakultas Farmasi Email : Lin_o89@ymail.com Abstrak - Telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang 205 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang dapat digunakan oleh dosen sebagai salah satu metode dalam memfasilitasi pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjabaran rinci mengenai metode penelitian pengembangan instrumen penilaian otentik untuk mengukur keterampilan proses sains pada pembelajaran reaksi eksoterm

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen penilaian otentik yang valid dan reliabel dalam pengetahuan dan keterampilan praktikum siswa SMK. Setelah itu, instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi diskriptif frekuentif untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I I. PENDAHULUAN

BAB I I. PENDAHULUAN BAB I I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada tahap pendidikan klinik merupakan pembelajaran yang berfokus pada keterlibatan langsung dengan pasien dan berbagai macam masalahnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional. Cross sectional adalah penelitian non. data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional. Cross sectional adalah penelitian non. data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survey deskriptif observasional/ non eksperimental. Desain yang digunakan adalah cross sectional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.A.

BAB I PENDAHULUAN I.A. BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Penggunaan multiple choice question (MCQ soal pilihan berganda) sebagai metode untuk menguji pencapaian hasil akhir belajar saat ini sudah sangat luas. Mulai

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 4 METODE PENELITIAN. analitik yang terdiri dari 2 tahap pelaksanaan.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 4 METODE PENELITIAN. analitik yang terdiri dari 2 tahap pelaksanaan. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik yang terdiri dari 2 tahap pelaksanaan. 4.1.1 Tahap 1 Tahap pertama penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan data pada penelitian

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PELATIH PASIEN STANDAR

MODUL PELATIHAN PELATIH PASIEN STANDAR MODUL PELATIHAN PELATIH PASIEN STANDAR A. LATAR BELAKANG Dasar hukum kegiatan ini adalah : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode deskriptif digunakan dalam meneliti status suatu objek, kondisi, atau kejadian untuk memberikan gambaran atau lukisan mengenai fakta-fakta secara akurat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

Lebih terperinci

Journal of Educational Research and Evaluation

Journal of Educational Research and Evaluation JERE 4 (2) (2015) Journal of Educational Research and Evaluation http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN UNJUK KERJA PRAKTIK PERAWATAN KULIT WAJAH BERBASIS KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penelitian Basic Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur darurat yang digunakan untuk menjaga oksigenasi darah dan perfusi jaringan yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Profil Rumah Sakit Baptis Kediri. Baptis Kediri didirikan pada tahun 1957 oleh misionaris Amerika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Profil Rumah Sakit Baptis Kediri. Baptis Kediri didirikan pada tahun 1957 oleh misionaris Amerika 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian a. Profil Rumah Sakit Baptis Kediri Penelitian tahap kualitatif ini dilaksanakan di Rumah Sakit Baptis Kediri didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang efektif dalam pendidikan klinik (Hesketh & Laidlaw, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. utama yang efektif dalam pendidikan klinik (Hesketh & Laidlaw, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Umpan balik untuk mahasiswa telah lama diakui sebagai komponen utama yang efektif dalam pendidikan klinik (Hesketh & Laidlaw, 2002). Tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI

MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI Tim Penyusun: Dr. Warih Andan Puspita, Sp.KJ Drg. Indri Kurniasih, M.Med.Ed Indriastuti Cahyaningsih, S.Fam. Apt. Romdzati, S.Kep, Ns. MNS Dr. Oryzati Hilman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi lulusan pendidikan ilmu kesehatan termasuk pendidikan ilmu kedokteran gigi meliputi kognitif, skill, dan afektif. Kompetensi kognitif, skill dan afektif

Lebih terperinci

PENILAIAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG STANDARDIZED PATIENT DALAM UJIAN OSCA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

PENILAIAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG STANDARDIZED PATIENT DALAM UJIAN OSCA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI PENILAIAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG STANDARDIZED PATIENT DALAM UJIAN OSCA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Oleh:

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 169 174 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN

Lebih terperinci

Clinical Indicators, Bagaimana Proses Pengembangannya di RS?

Clinical Indicators, Bagaimana Proses Pengembangannya di RS? Clinical Indicators, Bagaimana Proses Pengembangannya di RS? Hanevi Djasri dan Devi Tandra Sari Indikator Klinis Menurut ACHS (2001), indikator klinis adalah suatu alat ukur atau pengukuran untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif (Sudaryanto, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif (Sudaryanto, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, di mana pengetahuan kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar, et al., 1998; Steinert, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar, et al., 1998; Steinert, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kompleksitas permasalahan dan kemajuan teknologi di bidang kesehatan menyebabkan diversifikasi profesi kesehatan (Hall dan Waver, 2001). Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Tahap pendidikan profesi dokter merupakan elemen penting dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan

Lebih terperinci

I Made Kariasa, SKp.,MM.,Mkep.,Sp.KMB.,PG.Cert

I Made Kariasa, SKp.,MM.,Mkep.,Sp.KMB.,PG.Cert I Made Kariasa, SKp.,MM.,Mkep.,Sp.KMB.,PG.Cert Persiapan uji kompetensi Manejemen soal Manejemen ujian Analisis soal Standard setting untuk menentukan kelulusan Workflow of Item Bank Administration Item

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga pada ibu hamil dengan Hiperemesis

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rencangan deskriptif,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rencangan deskriptif, BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rencangan deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat data faktual tanpa melihat mengapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Ners yang diterapkan PSIK FK UGM merupakan proses pendidikan yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari evaluasi hasil belajar yang

Lebih terperinci