BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) resmi dicanangkan oleh DIKTI tahun Dengan penerapan KBK diharapkan peserta didik dapat memperoleh seperangkat keterampilan, pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan tugas-tugas yang akan dihadapinya kelak. Dengan demikian, penerapan KBK secara benar akan menghasilkan keluaran yang memiliki kompetensi dan daya saing dibidangnya masing-masing. Fakultas Kedokteran UMI (FK UMI) sebagai institusi pendidikan tinggi dan pendidikan kedokteran, telah menjalankan KBK sejak tahun Untuk mencapai standar kompetensi dalam KBK tersebut, maka proses pembelajaran berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Selanjutnya, FKUMI menerapkan problem based learning (PBL), sebagai metode pembelajaran yang dapat membentuk pengetahuan dan kemampuan berpikir mahasiswa kedokteran. Sebagai sebuah metode, PBL dipandang sebagai metode yang tepat dalam pendidikan kedokteran serta pendidikan profesi lainnya. Proses dalam PBL menggabungkan proses kognitif dan interaksi sosial dalam sebuah lingkungan berbasis masalah. Terdapat 2 faktor yang menentukan tercapainya tujuan PBL yaitu dari kasus yang disajikan, serta fokus dari kontrol proses pembelajaran: apakah berfokus pada pengajar, pada peserta, atau campuran keduanya. Menurut Barbara J. Duch, dkk (2001), proses pembelajaran dengan menggunakan metode PBL akan menghasilkan keluaran yang mencerminkan ciri antara lain: 1. Berpikir kritis, mampu menganalisa dan memecahkan masalah kompleks dan nyata. 2. Menemukan, menilai, dan menggunakan sumber belajar dengan tepat.

2 2 3. Bekerjasama dalam sebuah tim dan kelompok kecil. 4. Menunjukkan kemampuan komunikasi baik verbal maupun non verbal yang baik. 5. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sebagai bekal untuk mengembangkan diri. Dengan demikian, kelima hal diatas dapat dijadikan kerangka menilai output dari proses belajar dengan metode PBL. Proses penilaian peserta dalam PBL memang menantang (Mark A. Albanese, 2010). Hal ini karena kita tidak boleh mengabaikan penilaian terhadap proses yang terjadi hingga tercapai solusi dalam kelompok. Oleh karena itu, penilaian terhadap PBL harus melihat 2 (dua) aspek yaitu aspek kognisi (output) dari proses tutorial berupa hasil ujian tulis, dan aspek proses berupa penilaian dari pengamat (observer) terhadap proses interaksi yang terjadi. Penilaian aspek kognisi yang menilai dari tingkat pengetahuan peserta, dapat memberikan gambaran pengetahuan peserta terhadap apa yang seharusnya mereka ketahui secara minimal. Meskipun PBL menekankan pentingnya aspek penilaian dari proses, namun penilaian tingkat pengetahuan peserta tetap dibutuhkan. Pada aspek proses, kita dapat menilai efektivitas dan dinamika kelompok dengan melihat tingkat interaksi dalam kelompok. Tingkat interaksi ini dapat dipetakan kedalam 3 (tiga) indikator yaitu: 1) proses tanya-jawab (asking andanswering process); 2) proses penalaran (reasoning process) yang ditunjukkan dengan penggalian informasi dan pemetaan ide; dan, 3) proses resolusi konflik yang ditunjukkan dengan kemampuan berargumentasi dan pencapaian kesepakatan kelompok. Jika interaksi yang berlangsung dalam kelompok terjadi secara baik, maka akan menghasilkan keluaran yang baik pula. Pada FK UMI, tingkat kelulusan ujian akhir (exit examination) mahasiswa masih rendah.hal ini menjadi pertanyaan besar menyangkut kualitas tutorial dalam PBL. Jika proses tutorial PBL berlangsung dengan baik, maka pengetahuan dasar (prior knowledge) yang menjadi bahan

3 3 pokok ujian sumatif tersebut, seharusnya telah dimiliki. Apalagi jenis soal ujian akhir berupa soal vignette yang mirip dengan kasus pada PBL. Demikian pula dengan kemampuan pemecahan masalah, seharusnya dapat dimiliki dengan proses tutorial yang baik. Berdasarkan hal tersebut diatas,maka penulis ingin meneliti efektivitas interaksi (elaborasi) yang terjadi dalam kelompok tutorial PBL di FKUMI. Selanjutnya, tingkat interaksi tersebut dibandingkan dengan hasil ujian pada akhir tutorial kedua dari mahasiswa. Hal ini dapat memberikan kesimpulan yang lebih kuat menyangkut kualitas proses tutorial serta korelasinya dengan tingkat kelulusan mahasiswa pada ujian akhir. B. Rumusan Permasalahan Untuk melakukan penilaian (assesment) tutorial dalam PBL selain melihat keluaran dari proses tutorial, juga dengan menganalisis proses dan dinamika yang terjadi selama proses tutorial. Tingkat interaksi yang tinggi merupakan faktor penentu kesuksesan kelompok tutorial (Dolmans: 2001). Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan permasalahan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat interaksi antar mahasiswa yang mencerminkan dinamika kelompok itu terjadi dalam proses tutorial? 2. Bagaimanakah proses penalaran (reasoning) dalam tutorial? 3. Bagaimanakah proses tanya jawab dalam tutorial? 4. Bagaimanakah proses resolusi konflik yang terjadi dalam tutorial? 5. Bagaimanakah tingkat pencapaian learning objective setelah tutorial kedua? 6. Bagaimanakah korelasi antara tingkat interaksi jika dikaitkan dengan tingkat pencapaian learning objective?

4 4 C. Tujuan Penelitian 1. Umum: Menilai keefektivitan proses tutorial di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. 2. Khusus: a. Menilai sejauh mana mahasiswa mengeksplorasi konsepkonsep/teori dalam skenario. b. Menilai seberapa banyak alasan/argument yang diberikan berkaitan dengan masalah dalam skenario. c. Menilai sejauh mana mahasiswa menangani perbedaan pendapat yang muncul dalam tutorial. d. Menilai korelasi antara tingkat interaksi dengan pencapaian learning objective. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan mampu membuktikan bahwa interaksi dalam tutorial dapat mengembangkan skill kognitif maupun non kognitif sehingga dapat memicu cara berpikir yang kritis dan mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya yang lebih dalam sehingga kemampuan akademiknya bertambah. 2. Dapat menilai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi keefektifan tutorial, karena bukan hanya dinamika kelompok yang mempengaruhi interaksi tapi kemampuan tutor, ruang yang nyaman, sumber bacaan, motivasi dll. 3. Sebagai dasar bagi institusi untuk mengambil kebijakan dalam hal peningkatan sumber daya,baik sumber daya manusia dalam hal ini tutor maupun fasilitas pendukung.

5 5 E. Keaslian Penelitian 1. Mercer (1996) dan Van Boxtel (2000) kedua peneliti ini telah menganalisa kualitas interaksi dalam lingkungan pembelajaran kolaboratif dengan mengamati pembicaraan mahasiswa. Dalam penelitian ini kami juga mencoba melakukan pengamatan namun dalam bentuk observasi yang dilakukan oleh tutor sendiri. 2. Ade Gafar Abdullah dan Taufik Ridwan (2008) telah meneliti implementasi metode PBL pada proses pembelajaran di BPTP. Dari penelitian keduanya, dikemukakan bahwa terdapat peningkatan terhadap nilai ujian (aspek kognitif) dengan menggunakan metode PBL. Pada aspek psikomotorik tingkat keterampilan siswa meningkat secara umum. Demikian pula pada aspek afektif menunjukkan metode PBL mampu menumbuhkan motivasi dan minat dalam melaksanakan pembelajaran. 3. Tiona Romauli, Gandes Retno Rahayu, dan Yoyo Suhoyo (2009) telah meneliti dan mengusulkan indikator-indikator pelaksanaan penilaian PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif berdasarkan 4 (empat) prinsip pembelajaran modern yaitu pembelajaran konstruktif, mandiri,kolaboratif,dan kontekstual. 4. Sarah Edmunds dan George Brown (2010) telah meneliti tentang efektifitas belajar pada tutorial, dimana salah satu kesimpulan penelitiannya adalah belajar pada kelompok kecil adalah suatu interaksi antara tutor,mahasiswa dan tugas.interaksi ini dapat mengembangkan kemampuan diskusi dan berpikir mahasiswa.