BAB V PEMBAHASAN. A. Profil Responden Berdasarkan Variabel yang Diteliti. Pada tabel 4.1 terdapat 95 responden achiever dan 97 responden
|
|
- Benny Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PEMBAHASAN A. Profil Responden Berdasarkan Variabel yang Diteliti Pada tabel 4.1 terdapat 95 responden achiever dan 97 responden underachiever. Kriteria underachievement sendiri bukan merupakan suatu hal yang mudah dan terdapat berbagai argumentasi mengenai hal ini. Dalam Reis dan McCoach (2010), penentuan oleh beberapa ahli dapat dengan menggunakan skor kecerdasan intelektual (IQ), Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), ataupun skor persentil prestasi. Satu hal yang pasti adalah penentuan underachievement harus mengacu pada definisi kata tersebut, yaitu kesenjangan antara kemampuan (ability) dan prestasi (achievement). Sampai sekarang, para peneliti yang menilai persepsi mahasiswa kedokteran menggunakan nilai ujian ataupun IPK sebagai acuan prestasi/performa akademis. Oleh karena penentuan achievement pada penelitian yang mengevaluasi lingkungan belajar pendidikan dokter mengacu pada nilai, penting untuk mengevaluasi apakah ujian yang dilakukan benar-benar mengevaluasi belajar mahasiswa. Nilai ujian bertujuan untuk memprediksi apakah mahasiswa kompeten dalam suatu bidang dan oleh karenanya harus dapat menghilangkan hasil negatif palsu atau positif palsu. Dengan kata lain, ujian yang diberikan harus valid dan reliabel. Selain commit itu, to kompetensi user terutama untuk mahasiswa 53
2 54 kedokteran sangatlah spesifik. Mahasiswa yang berhasil pada suatu area belum tentu kompeten pada area lain karena konten ilmu kedokteran sangat luas dan beragam. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan ujian tertulis dengan pilihan ganda, namun kenyataan ini menjadi kendala pada metode simulasi atau Objective Structured Clinical Examinations (OSCE). Pada metode ini, skenario kasus pendek tidak efisien dalam menilai luas pengetahuan mahasiswa. Selain itu, faktor lain (misalnya penguji OSCE) juga memengaruhi nilai akademis mahasiswa (Van der Vleuten, 2000). Terlepas dari penentuan underachievement, adanya kelompok mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah di Program Studi Kedokteran FK UNS menjadi tantangan bagi program studi untuk meningkatkan mutu akademis mahasiswa. Ada banyak faktor yang memengaruhi performa akademis seorang mahasiswa. Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor eksternal yaitu faktor lingkungan sosial. Faktor internal (fisik dan psikis), faktor pendekatan belajar, dan faktor eksternal lainnya (lingkungan sosial dan non sosial) perlu dipertimbangkan dalam membentuk performa akademis mahasiswa (Walgito, 2004). Ali et al. (2013) menemukan bahwa umur, tingkat sosial-ekonomi, dan jam belajar berpengaruh signifikan terhadap nilai mahasiswa. Sementara itu, dengan menyadur penelitian Hassan et al. (2012), ada setidaknya tujuh faktor yang memengaruhi pendekatan belajar yang pada akhirnya menentukan nilai mahasiswa: 1) sikap sebelum dan sesudah pembelajaran, 2) strategi yang digunakan untuk memahami materi pembelajaran, 3) seberapa penting materi
3 55 pembelajaran 4) ukuran kelas dan kondisinya, 5) usaha di luar kelas, 6) kenyamanan kelas, dan 7) seberapa penting untuk menyimak materi yang disampaikan. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada masing-masing kelompok performa akademis, jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki (70,63% pada kelompok achiever dan 65,98% pada kelompok underachiever). Pada populasi target yaitu mahasiswa Program Studi Kedokteran semester tujuh, jumlah perempuan memang lebih banyak daripada laki-laki (143 orang dari total 214 mahasiswa). Penelitian yang dilakukan Abraham et al. (2008) juga menemukan bahwa jumlah perempuan pada masing-masing kelompok sedikit lebih banyak. Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya masih memperdebatkan apakah jenis kelamin memengaruhi performa akademis (Dayioğlu dan Türüt-Aşik, 2007). Menurut Ghazvini dan Khajehpou (2011) perempuan mengungguli laki-laki dalam fungsi kognitif-motivasional sehingga lebih adaptif dalam melakukan pendekatan belajar. Namun studi meta-analisis yang dilakukan Irwing dan Lynn (2005) mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan. B. Persepsi Lingkungan Belajar Achiever dan Underachiever Perhatian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada institusi pendidikan kesehatan saat ini mengarah pada persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar (Roff, 2005). Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM) merupakan instrumen yang dikembangkan untuk
4 56 menganalisis lingkungan belajar mahasiswa profesi kesehatan (Kohli dan Dhaliwal, 2013). DREEM dinyatakan tidak spesifik terhadap budaya tertentu dan telah dialihbahasakan ke lebih dari 20 negara (Miles et al., 2012; Jakobsson et al., 2011). Pada penelitian ini, peneliti mengalihbahasakan 50 item DREEM ke dalam bahasa Indonesia untuk mengukur lingkungan belajar program studi kedokteran. Dari lima puluh item DREEM, terdapat tujuh belas item yang tidak valid. Penelitian Khan et al. (2011) juga memodifikasi DREEM dan menemukan bahwa perbedaan kultural memengaruhi penerimaan responden terhadap item-item DREEM. Kenyataan ini kurang sesuai dengan penelitianpenelitian sebelumnya dan menjadi tantangan terhadap pernyataan bahwa DREEM merupakan instrumen yang secara umum non kultural (Roff, 2005; Varma et al., 2005; Ayed dan Sheik, 2008). Persepsi kedua kelompok mengenai lingkungan belajar adalah cenderung positif. Sedangkan jika dilihat per item DREEM, kedua kelompok reponden menilai item-item yang akan dijelaskan berikut ini sebagai area bermasalah (skor rata-rata kurang dari dua) dan karenanya memerlukan perbaikan segera. Pada aspek kegiatan belajar, kedua kelompok merasa waktu pembelajaran kurang efektif. Menurut Kaufman (2010), pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mengidentifikasi pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa sebelumnya (prior knowledge) kemudian memberikan kesempatan atau tantangan untuk mengembangkannya lebih jauh lagi, misalnya memberikan tugas yang tidak dapat diselesaikan sendirian. Dengan demikian,
5 57 mahasiswa yang telah memiliki pengetahuan yang mumpuni dan lebih aktif (experts) akan menemukan pendekatan baru untuk memecahkan masalah tersebut dan memacu mahasiswa lain yang pengetahuannya kurang dan lebih pasif (novices) untuk mengambil peran dalam tugas tersebut. Maka, mahasiswa dengan pengetahuan kurang akan mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya lalu lama-kelamaan akan mampu memecahkan masalah sendiri dengan bimbingan minimal. Sementara itu, pada aspek persepsi akademis diri -kedua kelompok merasa tidak dapat mengingat semua yang dibutuhkan. Menurut Davis dan Harden (1999), salah satu kriteria kurikulum yang baik untuk pendidikan kedokteran adalah keterkaitan (relevansi) konten pembelajaran dengan masalah-masalah klinis yang umum. Materi yang terlalu luas akan membuat mahasiswa kewalahan atau bahkan tidak memahami inti dari materi tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan mengembangkan materi yang berhubungan dengan masalahmasalah klinis umum yang sering dihadapi ketika mahasiswa menjadi dokter, menghilangkan materi yang tidak berhubungan (irrelevant) dan ketinggalan jaman (outdated). Selain itu, menurut Cruess dan Cruess (2010) pendidikan dokter harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua mahasiswa memiliki kesempatan mendapatkan pengalaman sungguhan dan/atau simulasi untuk mengasah nilai-nilai profesionalisme. Dengan pengalaman yang banyak dan simulasi yang terus-menerus, mahasiswa akan lebih mudah mengingat hal-hal penting yang menyangkut profesinya sebagai dokter (Newble dan Cannon, 2002).
6 58 Lingkungan atmosfir belajar masih bermasalah dalam hal perilaku mencontek. Kedua kelompok responden menilai mencontek masih merupakan masalah dalam kegiatan belajar. Mencontek yang dimaksud tidak hanya pada saat ujian, namun juga pada saat menyelesaikan tugas harian, misalnya tugas diskusi tutorial ataupun praktikum. Menurut Halonen dan Santrock (2012), perilaku mencontek sering ditemukan pada level pendidikan tinggi. Sering perilaku ini disebabkan oleh perasaan ingin sukses. Mahasiswa sering kewalahan dengan tugas-tugas sehingga tidak menemukan jalan lain selain mencontek. Upaya mencontek yang berhasil memberikan nilai yang lebih baik dengan usaha yang sedikit dan pada akhirnya akan membuat mahasiswa cenderung mengulang upaya tersebut. Gaya mencontek dapat dipengaruhi oleh karakteristik pengawas ujian/dosen. Apabila pengawas ujian/dosen dinilai tidak memahami teknologi maka penggunaan teknologi komunikasi (ponsel) dan internet dipilih mahasiswa untuk mengurangi kemungkinan ketahuan. Karakter lain yang memengaruhi adalah bagaimana sikap pengawas ujian/dosen dalam menangani kejadian mencontek. Pengawas ujian/dosen yang gagal menghukum perilaku mencontek dapat berperan dalam mengembangkan perilaku ini sebagai perilaku normatif (Anderman dan Murdock, 2011). Mengetahui gaya mencontek mahasiswa menjadi dasar untuk mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk melawan perilaku ini. Untuk menghilangkan perilaku mencontek lewat internet misalnya, dosen sebaiknya memberikan tugas yang tidak klise sehingga kemungkinan kecil terdapat di internet. Hal ini dapat dilakukan misalnya
7 59 dengan membuat skenario blok yang berbeda-beda tiap tahun untuk diskusi tutorial. Selain itu, penting untuk menunjukkan kepada mahasiswa bahwa perilaku mencontek tidak dapat diterima, perilaku tersebut memberikan konsekuensi hukuman, dan hal yang paling utama adalah proses belajar, bukan nilai pada suatu tugas. Aspek sosial yang bermasalah adalah ketiadaan sistem pendukung untuk mahasiswa dengan hambatan belajar dan perkuliahan yang membosankan. Sistem pendukung untuk mahasiswa dengan hambatan belajar penting untuk membantu mengembangkan kedewasaan dan kebiasaan belajar efektif mahasiswa yang dapat bertahan sampai tahap kehidupan karir mahasiswa tersebut (Evans dan Brown, 2010). Juga menurut Evans dan Brown (2010), masing-masing mahasiswa pada umumnya memiliki lebih dari satu masalah dan hubungan antara masalah-masalah tersebut biasanya kompleks dan interdependen. Oleh karena itu, penting untuk memberikan dukungan yang bersifat individual dan holistik. Identifikasi mahasiswa yang terhambat belajarnya dapat dengan cara wawancara atau diskusi. Teknik ini sebaiknya dilakukan secara formal dan terfokus, namun santai. Teknik tersebut dapat menjadi kesempatan awal bagi mahasiswa untuk membicarakan masalahmasalah yang dihadapinya dalam pembelajaran. Wawancara atau diskusi yang dilakukan malahan sering menjadi intervensi itu sendiri, yaitu dengan membantu mahasiswa mencari penyebab performa akademis yang buruk dan strategi untuk mengatasinya.
8 60 Kebosanan selama perkuliahan dapat disebabkan kurangnya perhatian mahasiswa terhadap materi yang disampaikan. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi pada awal perkuliahan, memberikan stimulan audiovisual (misalnya video yang berhubungan dengan materi), atau memberikan kuis pada awal dan akhir perkuliahan untuk mengetahui seberapa jauh mahasiswa menyerap materi (Cantillon, 2010). Kelompok underachiever menilai satu item lagi sebagai area bermasalah. Kelompok ini merasa kegiatan pembelajaran tidak dijadwalkan dengan baik. Penjadwalan kegiatan pembelajaran yang baik dapat diawali dengan melakukan apa yang disebut Steinert (2010) sebagai pengembangan fakultas. Pengembangan fakultas, disebut juga pengembangan staf (staff development), adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan institusi untuk memperbaharui atau membimbing staf-staf institusi tersebut sesuai dengan peran masingmasing. Terkait dengan pengaturan jadwal, maka yan paling berperan adalah staf KBK, Skills Lab, dan Field Lab. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan pendekatan individual atau grup. Pendekatan individual dengan cara evaluasi berdasarkan pengalaman dan belajar dari rekan seprofesi dan mahasiswa. Sedangkan pendekatan kelompok dengan cara aktivitas pengembangan fakultas yang terstruktur (misalnya dengan workshop atau seminar rutin). Perbedaan signifikan antara kedua kelompok terdapat pada item 28. Kelompok achiever merasa kemampuan pemecahan masalah (problem
9 61 solving) berkembang baik dibandingkan kelompok underachiever. Problem solving merupakan inti dari kurikulum pendidikan kedokteran yaitu Problem Based Learning (PBL). Penilaian prestasi mahasiswa dalam kurikulum PBL dilakukan pada saat bersamaan dengan penggunaan kurikulum tersebut sebagai strategi belajar (Davis dan Harden, 1999). Artinya, mahasiswa dinilai ketika proses belajar di mana mahasiswa tersebut menggunakan kemampuan problem solving, misalnya pada diskusi tutorial. Ujian tertulis dengan Multiple Choice Questions (MCQ) juga dibuat sebisa mungkin untuk menilai pengetahuan sekaligus kemampuan problem solving mahasiswa, sehingga yang sering digunakan adalah skenario kasus (vignette). Mahasiswa dengan kemampuan problem solving yang baik akan mendapat nilai yang baik pula dan pada akhirnya berpengaruh pada nilai ujian akhir dan performa akademis (Wood, 2010). Pada penelitian-penelitian sebelumnya, item-item yang memiliki perbedaan bermakna berbeda antara satu penelitian dengan yang lain. Hal ini didasari oleh lingkungan belajar yang yang menjadi lokasi penelitian berbeda serta faktor-faktor yang memengaruhi persepsi mahasiswa, yaitu kondisi fisik dan perhatian (Walgito, 2004; Mayya dan Roff, 2004; Abraham et al., 2008; Nahar et al, 2010; Dashputra et al., 2014). Selain itu, persepsi yang berbedabeda dapat dipengaruhi oleh dasar pengalaman masing-masing individu. Menurut Boud dan Waker (1990) dasar pengalaman bersifat personal dan merupakan kumulasi dari pengalaman sebelumnya. Hal ini sebagian didapat dari faktor eksternal (lingkungan sosial dan kurtural), dan sebagian lagi dari
10 62 faktor internal (kesadaran dan usaha belajar). Dasar pengalaman ini terdiri dari prasangka (presuppositions) dan anggapan (assumptions) yang telah dikembangkan oleh mahasiswa pada masa lalu dan menuntun mahasiswa tersebut kepada pengalaman-pengalaman di masa datang. Reaksi berbeda yang diperlihatkan beberapa individu pada suatu kejadian sering memiliki latar belakang kultural dan personal dan, oleh sebab itu, tidak ada suatu kejadianpun yang dipersepsi sama oleh semua orang. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan yang perlu diketahui, antara lain: 1. Variabel tidak terkontrol yang memengaruhi persepsi resonden, yaitu kondisi fisik dan gangguan perhatian, tidak diteliti. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu penelitian. Selain itu terdapat juga variabel perancu berupa budaya yang memengaruhi dasar pengalaman responden (Boud dan Walker, 1990). 2. Kuesioner bersifat self administrated. Hal ini menyebabkan tidak adanya kontrol terhadap kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan. Pengisian identitas menjadikan responden tidak berani menjawab pertanyaan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Namun, hal ini telah diminimalisasi dengan menyertakan penjelasan akan kerahasiaan identitas responden. Selain itu, pengisian tanpa didampingi oleh peneliti menyebabkan responden tidak dapat menanyakan pertanyaan yang
11 63 dianggap membingungkan sehingga menjawab pertanyaan tersebut dengan asal-asalan (Kasnodiharjo, 1993). Hal ini diatasi dengan penyusunan kalimat-kalimat pertanyaan yang diusahakan semudah mungkin setelah konsultasi dengan pakar dan pemberian waktu yang cukup lama.
BAB IV HASIL PENELITIAN. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah 214 orang.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Data populasi diambil dari sistem data mahasiswa Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah 214 orang. Pengambilan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Persepsi Responden terhadap Lingkungan Pembelajaran. dan nilai konsistensi menggunakan rumus Alpha Cronbach adalah 0,735 yang
BAB V PEMBAHASAN A. Persepsi Responden terhadap Lingkungan Pembelajaran Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner DREEM yang telah teruji validitas dan reabilitasnya dari penelitian sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan Multiple Choice Question (MCQ) merupakan bentuk ujian pada mahasiswa kedokteran untuk menilai hasil belajar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan globalisasi, lulusan pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem Kesehatan Nasional dan mengikuti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Mahasiswa Achiever dan Underachiever a. Definisi Behrend (2012) berpendapat bahwa achiever adalah mahasiswa yang menunjukkan performa akademis yang sepadan
Lebih terperinciProdi kedokteran FK UNS Oktober 2016
Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016 Pimpinan Fakultas Pengelola Program Studi Kedokteran VISI Prodi Kedokteran Menjadi Prodi Kedokteran Sebagai Pusat Pengembangan IPTEK Kedokteran bereputasi Internasional,
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.A.
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Penggunaan multiple choice question (MCQ soal pilihan berganda) sebagai metode untuk menguji pencapaian hasil akhir belajar saat ini sudah sangat luas. Mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan, latihan-latihan untuk menentukan tingkat pengetahuan, kemampuan, bakat atau kualifikasi seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lainlain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lainlain (Sardiman, 2003).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk memperoleh perubahan dengan tujuan, dimana setiap manusia memiliki cara yang berbeda. Kesulitan belajar yang dihadapi mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian mutu pendidikan yang baik. Proses belajar yang kondusif menyebabkan
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN
BAB V EVALUASI KEBERHASILAN Evaluasi dalam kurikulum berbasis kompetensi dengan metode PBL ini meliputi elemen hasil pembelajaran yaitu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh mahasiswa), proses
Lebih terperinciBab II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education (IPE) a. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. aktif dalam proses pembelajaran. Metode PBL adalah salah satu dari beberapa
BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Diskusi tutorial yang merupakan implementasi dari metode pembelajaran Problem Based Learning dapat memberikan mahasiswa kesempatan untuk aktif dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian
BAB I PENDAHULUAN E. Latar belakang Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang telah digunakan oleh pendidik selama lebih dari 50 tahun. Pembelajaran berbasis masalah ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran untuk melakukan pembaharuan dan memajukan kualitas sebagai institusi pendidikan dengan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan formal atau sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan jadwal mata kuliah Universitas Sebelas Maret selama ini dilakukan dengan Sistem Generate Jadwal UNS, namun berdasarkan surat keputusan konsil kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif jika berakumulasi dalam kehidupan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini zaman semakin berkembang, khususnya pada dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut, individu mengembangkan ilmunya dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan Van der Vleuten, 2011). Bagi institusi, ujian menjadi gambaran kualitas keseluruhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran sejak berdiri tahun 1993.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) resmi dicanangkan oleh DIKTI tahun 2005. Dengan penerapan KBK diharapkan peserta didik dapat memperoleh seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Persaingan hidup yang semakin tinggi menyebabkan setiap individu perlu bersaing dengan individu lainnya. Agar individu dapat bersaing di dunia kerja, individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Problem Based Learning (PBL) telah populer di pendidikan kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah kasus (Barral dan Buck, 2013). Problem
Lebih terperinciKomentar dan Rekomendasi
Komentar dan Rekomendasi Nama Perguruan Tinggi Skema Reviewer : FK Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) :.Non Grantee : 1. Pratiwi Sudarmono 2. Hemma Yulfi 1. Komentar Umum Pada tanggal 2-3 Juni 2014 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan Tinggi (PT) saat ini membawa konsekuensi untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciLAPORAN TENGAH TAHUNAN PROGRAM HIBAH KOMPETISI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DOKTER (PHK-PKPD) Tahun Ringkasan Eksekutif
LAPORAN TENGAH TAHUNAN PROGRAM HIBAH KOMPETISI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DOKTER (PHK-PKPD) Tahun 2011 Ringkasan Eksekutif Dengan adanya titik lemah pada Kurikulum pendidikan KBK-PBL sesuai KIPDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum nya masing-masing. Standar Kompetensi Dokter ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2012) standar Konsil Kedokteran Indonesia adalah standar minimal kompetensi lulusan pendidikan kedokteran yang berlaku secaara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pendidikan kedokteran, menyebabkan perlu diadakan perubahan pada kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional
Lebih terperinciLAMPIRAN I KATA PENGANTAR
LAMPIRAN I KATA PENGANTAR Dengan hormat, Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. September Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program
55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) pada
Lebih terperinciHUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL
HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL Imelda Martina GS STIK Immanuel Abstrak Keefektifan kelompok
Lebih terperinciPROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT Zulharman Staf Pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM PENDAHULUAN Para mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini, tuntutan masyarakat akan kompetensi dokter semakin berkembang. Masyarakat menuntut institusi pendidikan kedokteran untuk mempersiapkan lulusannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan seperti ekonomi, teknologi, pendidikan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Untuk dapat
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih
digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Pada tabel 4.1 terlihat bahwa karakteristik dari setiap angkatan menurut jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah individu yang memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir, serta kerencanaan dalam bertindak dan sedang menuntut ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditetapkannya Standar Pendidikan Dokter Indonesia dan Standar Kompetensi Dokter Indonesia oleh Konsil kedokteran Indonesia sebagai amanah dari Undang Undang Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Underachiever adalah sebuah fenomena murid yang mencapai prestasi di bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal untuk menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan yang teratas dan juga terakhir adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan pendidikan wajib yang tentunya harus kita jalankan sebagai pendidikan utama. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan Problem Based Learning (PBL) di perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum perguruan tinggi dan hasil belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma
Lebih terperincikurikulum yang baik adalah FLO himpunan dari SLO dan FLO sama evaluasi kurikulum yang berjalan diinstitusi terkait.
56 hanya sebagian yang dirumuskan mahasiswa, sedangkan kongruensi kurikulum yang baik adalah FLO himpunan dari SLO dan FLO sama dengan SLO. Sehingga penelitian ini dapat menjadi masukan evaluasi kurikulum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti
70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti PAL. 2. Mahasiswa yang mengikuti PAL mempunyai persepsi yang baik tentang PAL. 3.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji validasi dan reliabilitas 1. Hasil Uji Validasi Uji validasi pada penelitian dilakukan dengan uji korelasi yaitu melalui korelasi setiap item pernyataan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. prodi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta, pembelajaran dilakukan pada
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa semester IV prodi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta, pembelajaran dilakukan pada mata kuliah asuhan kebidanan kegawatdaruratan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR TAHUN I PROGRAM HIBAH KOMPETISI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DOKTER (PHK-PKPD) Tahun 2011 Di FK UNIVERSITAS HANG TUAH
LAPORAN AKHIR TAHUN I PROGRAM HIBAH KOMPETISI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DOKTER (PHK-PKPD) Tahun 2011 Di FK UNIVERSITAS HANG TUAH Ringkasan Eksekutif Mengacu pada RIP 2011 yang telah disusun berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu model yang sering digunakan untuk menjelaskan proses belajar adalah model
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi lingkungan. pengertian persepsi lainnya: menerima dan menganalisis informasi (Brian Fellows)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Secara umum, persepsi adalah proses internal kita untuk mengevaluasi lingkungan. pengertian persepsi lainnya: 1) Persepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif (Sudaryanto, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, di mana pengetahuan kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang merupakan perguruan tinggi swasta yang mempunyai berbagai fakultas,
Lebih terperinciKUESIONER. Bagian ini menyatakan tentang identitas responden Nama : Jenis Kelamin : Asal Universitas : Jurusan : Semester : No Mata Kuliah Sudah Belum
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER Bagian A Bagian ini menyatakan tentang identitas responden Nama : Jenis Kelamin : Asal Universitas : Jurusan : Semester : No Mata Kuliah Sudah Belum 1 Pemeriksaan
Lebih terperinciKomentar dan RekomendasiHasil Visitasi PSPD FKK UMJ
Komentar dan RekomendasiHasil Visitasi PSPD FKK UMJ Nama Perguruan Tinggi Skema Reviewer : Universitas Muhammadiyah Jakarta : Non grantee : 1. Erma Sulistyaningsih 2.Febri Endra B.S 1. Komentar Umum Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSPDG UMY) telah berdiri sejak tahun 2004. PSPDG UMY merupakan salah satu program studi yang
Lebih terperinciGambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Anggia Rohdila Sari 1, Nyimas Natasha Ayu Shafira 2 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran yang berdasarkan pada kompetensi mencakup tiga ranah (domain) yang saling terintegrasi yaitu kognitif, keterampilan, dan afektif. Kompetensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran dalam suatu pendidikan. Dalam arti lain, penilaian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Evaluasi akademik merupakan penilaian terhadap pelaksanaan dan keberhasilan pembelajaran dalam suatu pendidikan. Dalam arti lain, penilaian akademik merupakan penghubung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di Jl. Ringroad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan kedokteran terus berkembang diikuti oleh perkembangan dalam pendidikan kedokteran. Mahasiswa diharapkan mampu memecahkan masalah kesehatan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCEDURE PEMBIMBINGAN AKADEMIK
JUDUL PEMBIMBINGAN 01 Agustus PEMBIMBINGAN JUDUL PEMBIMBINGAN 01 Agustus A. TUJUAN 1. Menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan pembimbingan akademik oleh dosen Pembimbing Akademik kepada sejumlah mahasiswa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student
130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student engagement, dibuktikan dengan nilai rata-rata student engagement di tiap minggu pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan kedokteran terdiri dua tahap, yaitu pendidikan tahap sarjana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran terdiri dua tahap, yaitu pendidikan tahap sarjana kedokteran dan profesi dokter (klinik). Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter (PSPD),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1
Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 PENINGKATAN MOTIVASI, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING KELAS VIIF SMP NEGERI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pengukuran kognitif mahasiswa merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang mengujicobakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.
DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) No. Responden :... Petunjuk pengisian : a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya. b. Pilihlah jawaban yang sesuai atau yang paling mendekati dengan
Lebih terperinci5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor- Faktor Strategi Bauran Pemasaran Jasa yang Memengaruhi Mahasiswa Memilih Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi yang diperlukan sebagai dokter (Kevin, 2010). Disebutkan dalam Standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini, teknologi dan informasi semakin berkembang sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para mahasiswa telah
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Uji Korelasi Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara self-efficacy
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kegiatan Asistensi Seperti yang telah disebut di atas, asistensi istilah lainnya yaitu Peer Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses memperoleh
Lebih terperinciPENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Amelia Dwi Fitri Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Email: dwifitri.amelia@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PBL (Problem Based Learning) 1. Definisi PBL PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dunia pendidikan adalah dunia yang terus berubah sesuai perkembangan zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan yang terjadi meletakkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengangguran lulusan pendidikan tinggi di Indonesia semakin hari semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai 626.600 orang.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Zulharman Staf pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pendidikan suatu negara adalah terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pendidikan suatu negara adalah terbentuknya individu yang cakap dan mandiri melalui suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan individu yang menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tinggi lainnya karena
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 2013, 2014 dan 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 87
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan angkatan 2012, 2013, 2014 dan 2015 yang memenuhi kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa untuk mendapatkan ilmu dari berbagai macam bidang serta membentuk karakter dan kepribadian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika perusahaan semakin menuntut kemampuan dan kompetensi karyawan. Salah satu kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan
Lebih terperinci