HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 702 Ha, ketinggian diatas permukaan laut yaitu 0.20 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan curah hujan sebesar mm. Desa Cikahuripan terbagi dalam 3 Dusun, 15 Rukun Warga (RW) dan 38 Rukun Tetangga (RT). Batas wilayah Desa Cikahuripan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Gunung Tanjung Sebelah Timur : Desa Cisolok Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Desa Pasir Baru Adapun jarak Kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat dan ke Ibu Kota Negara adalah sebagai berikut: Ibu Kota Kecamatan : 1 Km Ibu Kota Kabupaten Sukabumi : 15 Km Ibu Kota Propinsi Jawa Barat : 170 Km Desa Cikahuripan memiliki beberapa sarana dan prasarana yang mendukung kagiatan pemerintahan maupun kemasyarakatan seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Sarana tersebut berupa satu buah kantor desa dimana seluruh kegiatan pemerintahan di Desa Cikahuripan berlangsung. Kondisi kantor Desa Cikahuripan sangat baik, dilengkapi dengan sebuah ruang rapat yang cukup besar dengan kapasitas lebih dari 50 orang. Dalam bidang kesehatan, Desa Cikahuripan memiliki empat buah posyandu yang tersebar di tiga dusun. Hanya saja, baru satu posyandu yang memiliki bangunan tetap, sedangkan tiga posyandu lainnya dilakukan di rumah kader. Alat timbang yang dipergunakan masih sederhana, hanya satu posyandu yang sudah menggunakan timbangan digital untuk mengukur berat badan balita. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki pengetahuan agama yang baik, Desa Cikahuripan memiliki tiga buah sekolah dasar, tiga buah PAUD dan 3 buah Lembaga Pendidikan Agama. Khusus untuk PAUD, satu buah PAUD belum memiliki bangunan tetap. Untuk melaksanakan

2 26 kegiatan belajar, PAUD ini masih menumpang di bangunan Posyandu. PAUD ini belum memiliki fasilitas seperti bangku, meja, alat permainan edukatif (APE) dan papan tulis. Hal ini berbeda dengan PAUD lainnya yang memiliki fasilitas sudah lengkap, hanya saja tidak memiliki lapangan yang cukup luas untuk bermain anak, karena PAUD ini diapit dengan Masjid dan rumah warga. Untuk memfasilitasi kegiatan keagamaan bagi masyarakat desa Cikahuripan, desa ini memiliki dua belas buah masjid dan lima belas buah mushola. Untuk menyalurkan hobi dan keinginan berolahraga masyarakat, Desa Cikahuripan memfasilitasi kegiatan tersebut. Desa ini memiliki dua buah lapangan badminton dan dua buah meja pingpong. Jumlah penduduk Desa Cikahuripan berdasarkan data laporan tahunan desa tahun 2007 adalah jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 2866 jiwa dan perempuan 3003 jiwa. Mata pencaharian penduduk Desa Cikahuripan cukup beragam. Sebagian besar penduduk Desa Cikahuripan bermata pencaharian sebagai nelayan. Mata pencaharian penduduk Desa Cikahuripan meliputi petani, buruh migran, pedagang keliling, artis, dosen, dan lain-lain. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencahariannya dengan lengkap ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Sebaran Penduduk Desa Cikahuripan menurut Jenis Mata Pencaharian No Pekerjaan n % 1. Petani 126 5,0 2. Buruh Tani ,9 3. Buruh Migran 28 1,1 4. Pedagang Keliling 25 1,0 5. Nelayan ,8 6. Montir 16 0,6 7. Pegawai Negri 41 1,6 8. Pembantu Rumah Tangga 152 6,1 9. Pengusaha Kecil dan Menengah 21 0,8 10. Peternak 13 0,5 11. Guru Swasta 18 0,7 12. Lainnya 42 1,7 Total Sebagian besar penduduk Desa Cikahuripan memiliki tingkat pendidikan tamat SD/Sederajat, penduduk lainnya memiliki tingkat pendidikan tamat

3 27 SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, dan taman perguruan tinggi. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran Penduduk Desa Cikahuripan menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan n % Buta Aksara dan Huruf/Angka Latin 84 1,9 Tidak Tamat SD 106 2,4 Tamat SD/Sederajat ,6 Tamat SMP/Sederajat ,5 Tamat SMA/Sederajat 408 9,4 Tamat Perguruan Tinggi 224 5,1 Total Umur Karakteristik Keluarga Umur suami berkisar antara 22 tahun hingga 65 tahun dengan rata- rata 42,34 tahun, sedangkan umur istri tahun dengan rata- rata 37,35 tahun. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa persentase terbesar umur suami termasuk dalam kategori umur dewasa madya (52,83%), dan proporsi terbesar umur istri termasuk dalam kategori dewasa awal (71,15%). Hal ini menunjukkan proporsi terbesar keluarga contoh termasuk dalam usia produktif. Tabel 4 Sebaran Contoh menurut Kategori Umur Suami dan Isteri Suami Istri Kategori umur (tahun) n % n % Dewasa awal(18-40) 24 45, ,15 Dewasa madya (41-60) 28 52, ,85 Dewasa lanjut (> 60) 1 1, Total Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar, berlangsung terus menerus, sistematis dan terarah, yang bertujuan mendorong terjadinya perubahan-perubahan pada setiap individu yang terlibat di dalamnya. Pendidikan formal merupakan segala sesuatu (proses belajar mengajar) yang diupayakan untuk mengubah segenap perilaku seseorang (Gunarsa & Gunarsa 2004 diacu dalam Nuryani 2007).

4 28 Tingkat pendidikan suami bervariasi mulai dari tidak pernah sekolah hingga tamat dari Sekolah Menengah Atas (SMA), sedangkan tingkat pendidikan formal istri berkisar mulai dari tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase terbesar tingkat pendidikan suami (73,58%) dan istri (84,62%) adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Mengacu pada batas tingkat pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah, maka lama pendidikan yang ditempuh oleh sebagian besar suami dan istri adalah kurang dari 9 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata pendidikan yang ditempuh suami dan istri termasuk dalam pendidikan tergolong rendah. Tabel 5 Sebaran Contoh berdasarkan Tingkat Pendidikan Suami dan Istri Tingkat Pendidikan Suami Istri n % n % Tidak Sekolah 1 1, Tidak Tamat SD 9 16,98 4 7,69 Tamat SD 39 73, ,62 Tamat SMP 3 5,66 4 7,69 Tamat SMA 1 1, Total Jenis Pekerjaan Persentase terbesar suami contoh memiliki pekerjaan sebagai nelayan juragan (52,83%) dan sisanya bekerja sebagai nelayan buruh (47,17%). Selain itu, sebagian besar istri contoh (82, 69%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Istri yang memutuskan tidak bekerja biasanya lebih memfokuskan diri terhadap keluarga dan untuk mengurus rumah tangga di bidang domestik dan kegiatan mencari nafkah diserahkan sepenuhnya kepada suami/kepala rumah tangga. Pada istri yang bekerja, mereka bekerja sebagai pedagang (7,69%), wiraswasta (5,77%) dan pekerjaan lainnya (3,85%) seperti petani, buruh, dan karyawan. Tabel 6 Sebaran Contoh berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami dan Istri Pekerjaan Suami n % Nelayan Buruh 25 47,17 Nelayan Juragan 28 52,83 Total

5 29 Tabel 7 Sebaran Contoh berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami dan Istri (lanjutan) Pekerjaan Istri n % Tidak Bekerja/ Ibu Rumah Tangga 43 82,69 Pedagang 4 7,69 Wiraswasta 3 5,77 Lainnya 2 3,85 Total Keterangan : 1 orang istri sudah meninggal Besar Keluarga Besar keluarga ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota keluarga. Hatmadji dan Anwar (1993) diacu dalam Rambe (2004) juga menjelaskan bahwa jumlah anggota keluarga sedikit akan menyebabkan beban keluarga berkurang sehingga tanggungan keluarga menjadi kecil. Jumlah anggota keluarga contoh berkisar antara 2 sampai 8 orang dengan rata-rata 4,62 orang. Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa lebih dari separuh (54,72%) keluarga contoh memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh termasuk dalam keluarga kecil. Tabel 8 Sebaran Contoh berdasarkan Besar Keluarga Kategori besar keluarga n % Kecil ( 4 orang) 29 54,72 Sedang (5-6 orang) 16 30,19 Besar ( 7 orang) 8 15,09 Total Rata- rata+ SD 4,62+1,47 Min- Maks 2-8 Keterangan: Klasifikasi menurut BKKBN (1996) Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita merupakan indikator yang baik bukan saja pada tingkat kesejahteraan jasmaniah yang dapat dicapai seseorang, tetapi juga terhadap kedudukan sosial seseorang dalam masyarakat (Ginting & Penny 1984 diacu dalam Nuryani 2007). Pendapatan per kapita pada penelitian ini merupakan rata-rata pendapatan per bulan dibagi banyaknya anggota keluarga. Peneliti menggambarkan pendapatan per kapita pada tiga musim yang berbeda, yaitu musim biasa (2 bulan), musim panen (4bulan) dan musim paceklik (6 bulan) dan rata- rata pendapatan per kapita dari ketiga musim.

6 30 Tabel 9 Sebaran Contoh berdasarkan Kategori Pendapatan Perkapita Per untuk Tiap Musim Pendapatan (per Kapita/bulan) Bulan Biasa Panen Paceklik Rata- rata n % n % n % n % ,30 0 0, , , , , , , ,09 4 7,55 3 5, , , ,87 1 1,89 2 3, < 6 11, ,38 2 3, ,19 Total , , , Rata- rata (Rp) , , , ,57 Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 8), terdapat perbedaan yang cukup mencolok dalam pendapatan perkapita pada tiga musim yang yang berbeda. Ratarata pendapatan per kapita terbesar berada dalam musim panen sebesar Rp ,47 dan rata- rata pendapatan per kapita terkecil berada pada musim paceklik, yaitu sebesar Rp ,13, sedangkan pendapatan per kapita rata- rata untuk keseluruhan musim sebesar Rp ,57. Pengeluaran Per Kapita Pengeluaran per kapita dikelompokkan berdasarkan pengeluaran pangan dan non pangan, sehingga selain dapat menggambarkan pengeluaran secara keseluruhan, juga dapat menggambarkan perbedaan porsi antara pengeluaran pangan dan non pangan. Rata- rata alokasi pengeluaran pangan per kapita/bulan untuk keseluruhan keluarga nelayan contoh adalah Rp ,5 (60,25%) dan pengeluaran non pangan per kapita/bulan adalah Rp ,3 (39,75%). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga nelayan contoh mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi pengeluaran pangan lebih besar daripada alokasi pengeluaran untuk kebutuhan non pangan. Tinggi rendahnya alokasi pengeluaran pangan adalah indikasi tingkat kesejahteraan keluarga. Pada masyarakat yang lebih sejahtera, kebutuhan akan pangan tetap penting, namun pendapatan yang dialokasikan untuk belanja pangan umumnya semakin mengecil. Menurut hukum Engel, pada saat terjadi peningkatan pendapatan, keluarga (rumahtangga) akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan persentase yang semakin mengecil. Sebaliknya bila pendapatan menurun,

7 31 persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan pangan akan meningkat (BPS 2007; Sunarti 2008). Tabel 10 Rata-Rata, Standar Deviasi dan Persentase Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Pengeluaran Rata-rata Std % (per kapita/ bulan) (Rp) (Rp) Pengeluaran Pangan , ,25 Pengeluaran Non Pangan , ,75 Pengeluaran Total , ,8 100 Teori hierarki kebutuhan Maslow mengemukakan bahwa manusia akan mengutamakan kebutuhan fisiologisnya sebelum memenuhi kebutuhan yang lain (seperti kebutuhan akan rasa aman, cinta, dan harga diri). Pemenuhan akan pangan termasuk dalam kebutuhan fisiologis. Oleh karena itu, dalam kondisi kurang sejahtera, maka kebutuhan pangan harus terpenuhi meski harus membelanjakan sebagian besar penghasilannya. Menurut Roedjito diacu oleh Sunarti (2008) tingkat pendapatan yang lebih tinggi akan memberi peluang yang lebih besar bagi keluarga untuk memilih pangan dalam jumlah banyak dan beragam jenisnya. Kepemilikan Aset Aset merupakan apapun yang dimiliki maupun diakses, yang dapat memberikan nilai tukar untuk mencapai tujuan. Menurut Guhardja et. al. (1992) aset keluarga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu aset lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar merupakan barang-barang kekayaan yang relatif cepat dapat diuangkan, seperti emas, perhiasan, dan uang tunai. Aset tidak lancar merupakan barang-barang kekayaan yang relatif agak lama jika diuangkan, misalnya tanah, rumah, kendaraan, dan kebun. Aset pada penelitian ini adalah kekayaan yang dimiliki keluarga berupa kepemilikan rumah, kendaraan, barang elektronik, perhiasan, tabungan, aset perikanan, pertanian dan ternak, dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar (88,7%) keluarga contoh menempati rumah milik sendiri. Selain tanah dan rumah sebagai tempat tinggal, sebagian kecil keluarga contoh juga memiliki sawah (5,7%) dan ladang/kebun (17,0%). Sawah dan ladang ini umumnya ditanami tanaman untuk kebutuhan sehari-hari atau juga sebagai pekerjaan sampingan di saat tidak melaut.

8 32 Hanya sebagian kecil keluarga contoh yang memiliki kendaraan berupa motor (13,2%) dan sepeda (17,0%). Barang-barang elektronik yang dimiliki keluarga contoh cukup bervariasi, antara lain televisi (88,7%), radio (26,4%), Tape/compo (20,8%), dan VCD player (56,6%). Sebagian besar barang-barang elektronik ini, dimiliki oleh keluarga contoh dengan membeli secara kredit. Perhiasan emas hanya dimiliki oleh sebagian kecil keluarga contoh (34, 0%). Untuk menjalankan pekerjaan utama sebagai nelayan, tidak semua nelayan yang menjadi keluarga contoh memiliki kapal/perahu sendiri. Nelayan yang sudah memiliki kapal/perahu sendiri sebesar 52,8 persen dari keseluruhan contoh. Contoh yang tidak memiliki kapal umumnya menjadi nelayan buruh atau menyewa kapal saat akan pergi melaut. Selain tidak memiliki kapal, nelayan dari keluarga contoh juga tidak semua memiliki peralatan melaut, hampir separuh contoh (45,3%) memiliki jaring sendiri. Tabel 10 menunjukkan kepemilikan aset yang dimiliki oleh keluarga contoh. Sebagian besar keluarga contoh memiliki asset dalam kategori sedikit sebesar 84,91 persen. Tabel 11 Sebaran Contoh berdasarkan Kepemilikan Aset Kepemilikan Aset n % Banyak (66,8-100) 0 0,00 Sedang (33,4-66,7) 8 15,09 Sedikit (0-33,33) 45 84,91 Total Manajemen Keuangan Keluarga Manajemen keuangan keluarga terdiri dari kebiasaan contoh dalam merencanakan, menggunakan uang sesuai perencanaan dan mengevaluasi keuangan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan keluarga. Sebuah rencana keuangan merupakan sebuah rencana bagi pengeluaran yang akan datang dan mencerminkan langkah pertama dalam suatu proses manajemen keuangan, suatu rencana keuangan dapat berhasil maka harus realistis dan fleksibel. Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa sebagian besar contoh membuat rencana keluarga (73,58%) dan menghitung perkiraan biaya keperluan keluarga (64,15%). Perencanaan juga dilakukan sebagian besar keluarga contoh untuk memenuhi kebutuhan pangan (84,91%), pendidikan anak (75,47%), peralatan

9 33 dapur (64,15%) dan tempat berobat (83,02%). Merencanakan meminjam uang/hutang juga dilakukan oleh sebagian besar keluarga contoh (73,58%) dengan tujuan untuk menanggulangi kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga contoh. Tabel 12 Sebaran Contoh berdasarkan Perencanaan Manajemen Keuangan Pernyataan Ya Tidak n % n % Membuat rencana keuangan keluarga 39 73, ,42 Menghitung perkiraan biaya keperluan keluarga 34 64, ,85 Melakukan pengaturan pengeluaran untuk pangan 45 84, ,09 Membuat rencana pendidikan anak 40 75, ,53 Menentukan tempat berobat 44 83, ,98 Merencanakan membeli pakaian santai keluarga 19 35, ,15 Merencanakan membeli peralatan dapur 34 64, ,85 Merencanakan membeli perhiasan 19 35, ,15 Rencana Hutang/meminjam uang 39 73, ,42 Memiliki kebiasaan menabung 26 49, ,94 Menabung adalah investasi di masa yang akan datang, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masa yang akan datang atau kebutuhan mendadak yang tidak terduga. Hampir separuh (49,06%) keluarga contoh memiliki kebiasaan menabung. Kebiasaan menabung keluarga contoh umumnya tidak dilakukan di bank, tapi dilakukan di sekolah putra- putrinya, selain itu ada juga yang menabung dengan jalan menitipkan di warung sebagai uang cadangan. Merencanakan membeli baju santai keluarga dan merencanakan membeli perhiasan tidak banyak dilakukan oleh keluarga, hal ini karena kedua barang tersebut tidak dianggap sebagai kebutuhan pokok yang harus dibeli. Praktek manajemen keuangan keluarga lainnya tergambar dalam kegiatan penggunaan uang yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 12, hampir sebagian besar (92,45%) keluarga contoh memiliki prioritas dalam pengeluaran keuangan yang dimiliki diantaranya menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhan pangan seperti membeli beras atau makanan pokok dan lauk untuk makan, membayar hutang, membiayai sekolah anak, menabung dan membayar listrik. Separuh (50,94%) keluarga contoh melaksanakan penggunaan keuangan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, namun separuh lainnya tidak sesuai dengan

10 34 perencanaan yang dibuat, hal ini diduga karena penghasilan mereka yang kecil dan tidak tetap, sehingga sering mengalami kesulitan dalam pembagian penggunaan uang yang mereka miliki. Tabel 13 Sebaran Contoh berdasarkan Pelaksanaan Manajemen Keuangan Pertanyaan Ya Tidak n % n % Memiliki prioritas dalam pengeluaran keuangan 49 92,45 4 7,55 Melaksanakan penggunaan keuangan sesuai rencana 27 50, ,06 Memanfaatkan pekarangan dengan tanaman pangan 3 5, ,34 Memiliki kebiasaan makan di luar rumah 3 5, ,34 Menyuruh anak membantu pekerjaan 26 49, ,94 Mengambil tabungan 16 30, ,81 Berdasarkan Tabel 13, hampir seluruh (94,34%) keluarga contoh tidak memanfaatkan pekarangan rumah dengan tanaman pangan, karena sebagian besar rumah keluarga contoh tidak memiliki pekarangan atau halaman yang luas. Hampir seluruh (94,34%) keluarga contoh juga tidak memiliki kebiasaan makan di luar mengingat keterbatasan uang yang mereka miliki, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan hal ini. Tabel 14 Sebaran Contoh berdasarkan Evaluasi Manajemen Keuangan Pertanyaan Ya Tidak n % n % Mencatat setiap pengeluaran 4 7, ,45 Mengevaluasi manajemen keuangan yang dilakukan 18 33, ,04 Mencari tambahan pekerjaan 27 50, ,06 Mengurangi konsumsi pangan 33 62, ,74 Mengurangi biaya kesehatan 12 22, ,36 Menjual aset / menggadaikan barang 24 45, ,72 Mengurangi biaya pendidikan anak (anak putus sekolah/sering bolos) 9 16, ,02 Mencatat pengeluaran akan membantu memahami apa yang sudah dilakukan terhadap uang yang dimiliki dan membantu mengontrol pengeluaran keuangan keluarga. Hampir seluruh keluarga contoh (92,45%) tidak mencatat setiap pengeluaran atau penggunaan uang yang mereka miliki. Tindakan evaluasi atas pengelolaan atau manajemen keuangan keluarga juga tidak dilakukan oleh dua pertiga keluarga contoh (66,04%) seperti yang terlihat dalam Tabel 13 di atas.

11 35 Kegiatan lain terkait evaluasi manajemen keuangan keluarga dilakukan dengan mengurangi konsumsi pangan yang dilakukan oleh sebanyak 62,26 persen keluarga contoh dan berusaha mencari pekerjaan tambahan yang dilakukan oleh 50,94 persen keluarga contoh. Sedangkan kegiatan mengurangi biaya kesehatan dan mengurangi biaya pendidikan anak dilakukan oleh sebagian kecil keluarga contoh. Kegiatan menjual aset/ menggadaikan barang dilakukan oleh separuh keluarga contoh (54,72%) untuk memenuhi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Tabel 14 menujukkan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori manajeman keuangan keluarga. Sebagian besar keluarga contoh berada pada kategori cukup baik (81,13%) dan sebagian kecil lainnya berada pada kategori kurang baik (15,09%) dan hanya 3,77 persen keluarga contoh yang berada dalam kategori baik. Tabel 15 Sebaran Contoh berdasarkan Manajemen Keuangan Keluarga Manajemen Keuangan Keluarga n % Baik ( 66,8-100) 2 3,77 Cukup Baik (33,4-66,7) 43 81,13 Kurang Baik (0-33,33) 8 15,09 Total ,00 Tekanan Ekonomi Tekanan ekonomi pada penelitian ini, dilihat dari permasalahan keuangan, kepemilikan hutang, rasio pendapatan dan pengeluaran serta tekanan ekonomi subjektif. Permasalahan keuangan, kepemilikan hutang, rasio pendapatan dan pengeluaran merupakan keadaan tekanan ekonomi keluarga secara objektif. Permasalahan Keuangan Berdasarkan Tabel 15, sebagian besar (73,58%) contoh memiliki permasalahan keuangan. Permasalahan keuangan tersebut paling banyak (33,96 %) dialami oleh keluarga contoh terjadi pada bulan- bulan tertentu, khususnya bulan dimana terjadi musim paceklik, sedangkan 24,53 persen keluarga contoh lainnya merasakan permasalahan ekonomi setiap bulannya. Permasalahan terbesar yang dialami oleh hampir semua keluarga contoh yang memiliki masalah keuangan adalah permasalahan pendapatan. Pendapatan

12 36 yang diterima oleh keluarga contoh umumnya tidak tetap dan tidak pasti, karena pekerjaan nelayan sangat tergantung musim dan kondisi laut. Selain itu, biaya atau kebutuhan hidup yang semakin meningkat juga dialami oleh 23,08 persen keluarga contoh. Permasalahan ekonomi lainnya yang dialami keluarga contoh antara lain biaya sekolah putra-putrinya yang mahal, kekurangan modal untuk usaha, kepemilikan hutang, kepala keluarga yang sakit, serta ketidakmampuan mengelola keuangan. Berhutang merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh keluarga contoh ketika pendapatan tidak mencukupi kebutuhannya. Lebih dari separuh contoh (50,94%) memiliki hutang. Jumlah hutang yang dimiliki keluarga contoh bervariasi dari sepuluh ribu rupiah hingga jutaan rupiah. Tabel 16 Sebaran Permasalahan Keuangan dan Kepemilikan Hutang Keluarga Contoh (n=53) Memiliki Masalah Keuangan n % Ya 39 73,58 Tidak 14 26,42 Total ,00 Waktu Masalah n % Setiap waktu 13 33,33 Setiap awal/akhir bulan 5 12,82 Setiap bulan tertentu 18 46,15 Lainnya 3 7,69 Total ,00 Masalah Yang Dihadapi n % Biaya Sekolah 4 10,26 Kekurangan Modal 2 5,13 Biaya/Kebutuhan Hidup 9 23,08 Pendapatan 38 97,44 Lainnya 3 7,68 Kepemilikan Hutang n % Ya 27 50,94 Tidak 26 49,06 Total ,00 Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Besarnya pengeluaran seseorang tergantung pada pendapatan keluarga. Keluarga contoh dinilai memiliki masalah jika pendapatan lebih kecil dari pengeluaran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan

13 37 Tabel 16 terlihat bahwa lebih dari separuh contoh (64,15%) memiliki pendapatan per kapita yang lebih besar daripada pengeluaran per kapita keluarga. Tabel 17 Sebaran Perbandingan Pengeluaran dan Pendapat Keluarga Contoh Perbandingan n % Pengeluaran > Pendapatan 19 35,85 Pengeluaran < Pendapatan 34 64,15 Total ,00 Tekanan Ekonomi Subjektif Tekanan ekonomi subjektif merupakan cara pandang seseorang terhadap keadaan ekonomi yang mereka rasakan. Tekanan ekonomi subjektif diukur dengan menanyakan hal yang dirasakan contoh mengenai keadaan kondisi perekonomian keluarga contoh. Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa keluarga contoh sering merasakan kecukupan uang dalam membayar listrik (49,06%) dan untuk pengeluaran non makanan (58,49%), serta lebih dari separuh keluarga contoh tidak saling bertengkar soal kecukupan uang keluarga contoh (60,38%). Kecukupan ekonomi terbanyak yang kadang-kadang dirasakan oleh keluarga contoh adalah kecukupan untuk membeli pakaian (71,70%), membeli pakaian sehari- hari (52,83%) dan membeli input usaha/produksi (45,28%). Tabel 18 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Tekanan Ekonomi Subjektif Pernyataan Ayah dan Ibu tidak saling bertengkar soal kecukupan uang keluarga 60,38 33,96 5,66 Mempunyai cukup uang untuk pakaian 7,55 71,70 20,75 Mempunyai cukup uang untuk bayar keperluan sekolah anak 32,08 39,62 24,53 Mempunyai cukup uang untuk beli makanan sehari-hari 41,51 52,83 5,66 Mempunyai cukup uang untuk beli input produksi/ usaha 15,09 45,28 39,62 Mempunyai cukup uang untuk bayar listrik 49,06 33,96 16,98 Mempunyai cukup uang untuk non makanan 58,49 32,08 9,43 Keterangan 1=Sering, 2= kadang-kadang, 3= tidak pernah Secara umum, hasil pengukuran tekanan ekonomi subjektif menunjukkan lebih dari separuh (67,92%) keluarga contoh berada dalam tekanan ekonomi subjektif kategori sedang. Kondisi tekanan ekonomi subjektif sedang ini dapat

14 38 disebabkan karena keluarga contoh kadang-kadang merasakan ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Tabel 19 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Tekanan Ekonomi Subjektif Tekanan Ekonomi Subjektif n % Rendah (0-33,33) 2 3,77 Sedang (33,4-66,7) 36 67,92 Tinggi (66,8-100) 15 28,30 Total ,00 Tingkat Tekanan Ekonomi Tingkat tekanan ekonomi keluarga pada penelitian ini diperoleh dari rata- rata skor permasalahan keuangan, kepemilikan hutang, rasio pendapatan dan pengeluaran serta tekanan ekonomi subjektif. Tabel 19 menunjukkan lebih dari separuh contoh (75,47%) berada dalam kategori tekanan ekonomi sedang, dan satu perlima contoh (20,75%) berada dalam kategori tekanan ekonomi yang besar. Tabel 20 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Tingkat Tekanan Ekonomi Tingkat Tekanan Ekonomi n % Kecil (0-33,33) 2 3,77 Sedang (33,4-66,7) 40 75,47 Besar (66,8-100) 11 20,75 Total ,00 Strategi Koping Strategi koping dapat diartikan suatu hal yang merujuk pada adaptasi individu terhadap kondisi yang relatif sulit dan tidak menyenangkan (Lazarus 1991 diacu dalam Goldsmith 1996). Strategi koping yang diteliti dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu masalah pangan, kesehatan, pendidikan dan keuangan. Permasalahan pangan diduga timbul karena keterbatasan pendapatan dan tidak menentunya pendapatan yang didapat oleh nelayan yang disebabkan pekerjaan sebagai nelayan sangat bergantung kepada cuaca dan kondisi alam. Bentuk strategi koping yang dilakukan dalam permasalahan pangan dilakukan dengan beberapa cara diantaranya mengurangi pembelian kebutuhan pangan,

15 39 mengganti bahan pokok (beras), mengurangi frekuensi makan, mengurangi uang jajan anak dan membawa bekal ke tempat kerja. Tabel 21 Sebaran Contoh berdasarkan Strategi Koping Menghadapi Permasalahan Pangan Strategi Koping Sering Kadang-kadang Tidak n % n % n % Mengurangi pembelian kebutuhan pangan 22 41, , ,75 Mengganti makanan pokok (beras) dg makanan pokok lain 3 5,66 5,00 9,43 45,00 84,91 Mengurangi frekuensi makan 11 20,75 12,00 22,64 30,00 56,60 Mengurangi penggunaan teh/kopi/gula 14 26, , ,51 Mengurangi jajan anak 13 24, , ,06 Membawa bekal saat bekerja 37 69,81 3 5, ,53 Menyimpan makanan yang tidak habis 24 45, , ,96 Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian makanan pokok (beras) dengan makanan pokok lain tidak dilakukan oleh sebagian besar keluarga contoh (84, 91%). Hal ini diduga karena pada umumnya keluarga contoh tidak terbiasa makan makanan pokok selain beras. Lebih dari separuh contoh contoh (56,60%) tidak mengurangi frekuensi makan. Berdasarkan Tabel 20 keluarga contoh sering melakukan strategi koping dengan cara mengurangi pembelian kebutuhan pangan (41,51%), membawa bekal saat bekerja (69,81%), menyimpan makanan yang tidak habis (45,28%) dan tidak mengurangi uang jajan anak (24,53%). Tabel 22 Sebaran Contoh berdasarkan Strategi Koping Menghadapi Permasalahan Kesehatan Strategi Koping Sering Kadang-kadang Tidak n % n % n % Mengganti obat mahal dg yg harganya murah 8 15, , ,49 Menggunakan jamu/obat tradisional daripada obat modern 2 3, , ,70 Mengurangi pembelian rokok 17 32, , ,08 Tindakan strategi koping yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan kesahatan ada tiga, yaitu mengganti obat mahal dengan yang murah sering (58,49%), mengurangi pembelian rokok (32,08%) dan sebagian besar (71,70%) contoh tidak menggunakan jamu/obat tradisional daripada obat modern.

16 40 Tabel 23 Sebaran Contoh berdasarkan Strategi Koping Menghadapi Permasalahan Pendidikan Strategi Koping Sering Kadang-kadang Tidak n % n % n % Mengurangi uang saku anak sehari-hari 12 22, , ,83 Anak berhenti sekolah saat ada masalah keuangan keluarga 5 9,43 3 5, ,47 Membeli seragam bekas untuk sekolah anak 1 1,89 1 1, ,79 Strategi koping dalam permasalahan pendidikan hanya dilakukan oleh contoh yang memiliki anak yang masih bersekolah, yang berjumlah 48 responden. Keluarga contoh yang sering mengurangi uang saku anak sehari-hari sebesar 22,64 persen dan anak berhenti sekolah saat ada masalah keuangan keluarga hanya 9,43 persen dari keseluruhan keluarga contoh. Membeli seragam bekas dan sepatu bekas untuk anak sekolah hanya sering dilakukan sebagian kecil (1,89%) contoh. Tabel 24 Sebaran Contoh berdasarkan Strategi Koping Menghadapi Permasalahan Keuangan Strategi Koping Sering Kadang-kadang Tidak n % n % n % Mengurangi penggunaan air/listrik/telepon 11 20, , ,83 Mengurangi pembelian pakaian 22 41, , ,53 Mengurangi pembelian perabot rumah tangga 19 35, , ,08 Mengurangi pembelian peralatan dapur 19 35, , ,96 Meminjam uang kepada Keluarga 19 35, , ,74 Tetangga 6 11, , ,04 Teman 1 1, , ,79 Bank 0 0,00 2 3, ,23 Lainnya 6 11, , ,92 Menjual aset/barang berharga 9 16, , ,74 Tabel 24 menunjukkan kategori strategi koping yang dilakukan keluarga contoh dalam menghadapi permasalahan pangan, kesehatan, pendidikan dan keuangan. Hampir dua per tiga (64,15%) keluarga contoh berada dalam kategori sedikit. Sebagian kecil keluarga contoh (32,08%) berada dalam kategori sedang dan hanya 3,77 persen keluarga contoh berada dalam kategori banyak.

17 41 Tindakan mengurangi penggunaan air/listrik/telepon hanya dilakukan oleh sebagian kecil contoh (20,75%). Hampir sebagian kecil contoh sering mengurangi pembelian pakaian, mengurangi pembelian perabot rumah tangga, dan mengurangi pembelian peralatan dapur. Meminjam uang kepada keluarga menjadi pilihan lebih dari sepertiga keluarga contoh (35,85%). Sebagian kecil contoh sering meminjam uang kepada keluarga (35,85%), tetangga (11,32%), dan lainnya (11,32%) seperti kepada teman, tukang kredit, juragan atau atasan. Hampir separuh responden (45,28%) kadang-kadang menjual aset/barang berharga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tabel 25 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Strategi Koping Strategi Koping n % Sedikit (0-33,33) 34 64,15 Sedang (33,4-66,7) 17 32,08 Banyak (66,8-100) 2 3,77 Total Kesejahteraan Objektif Tingkat Kesejahteraan Kesejahteraan objektif didefinisikan sebagai pengukuran tingkat kesejahteraan keluarga yang diukur dengan rata- rata patokan tertentu baik ukuran ekonomi, sosial maupun ukuran lainnya, sementara kesejahteraan subjektif diukur dengan tingkat kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat sendiri bukan oleh orang lain (Suandi 2007). Kesejahteraan atau pendekatan objektif diturunkan dari data kuantitatif yang diperoleh dari angka-angka yang langsung dihitung dari aspek yang ditelaah pada keluarga (Raharto & Romdiati 2000 diacu Nuryani 2007). Kesejahteraan objektif diukur berdasarkan indikator pendapatan. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach) untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga. Sebaliknya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dengan menggunakan garis kemiskinan. Garis kemiskinan di setiap daerah berbeda berdasarkan lokasi dan indeks harga konsumen yang berlaku di daerah tersebut. Garis kemiskinan Kabupaten Sukabumi menurut BPS tahun 2007 sebesar Rp ,00 per kapita per bulan. Keluarga dikatakan sejahtera

18 42 jika pendapatan per kapitanya diatas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Tabel 25 memperlihatkan kondisi kesejahteraan keluarga nelayan contoh berdasarkan garis kemiskinan BPS Kabupaten Sukabumi. Tabel 26 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Objektif Biasa Panen Paceklik Rata- rata Tingkat Kesejahteraan n % n % n % n % Miskin 15 28, , ,21 Tidak Miskin 38 71, , ,79 Total , , , ,00 Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 25), terdapat perbedaan terdapat perbedaan yang cukup mencolok dalam tingkat kesejahteraan pada tiga musim yang berbeda, yaitu musim panen tidak terdapat keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, pada musim biasa terdapat 28,30 persen yang berada dalam kategori miskin dan pada musim paceklik terdapat 67,92 persen yang berada dalam kategori miskin. Namun berdasarkan rata-rata, terlihat bahwa hampir sebagian besar (86,79%) keluarga contoh berada dalam kondisi tidak miskin atau sejahtera. Gambaran pendapatan tersebut menunjukkan bahwa pada musim paceklik nelayan akan berada pada kondisi kemiskinan yang sangat memprihatinkan. Pada kondisi ini, diperlukan upaya untuk menjaga agar nelayan tetap dapat memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Kesejahteraan Subjektif Kesejahteraan dengan pendekatan subjektif diukur dari tingkat kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat sendiri, bukan oleh orang lain. Pendekatan subjektif mendefinisikan kesejahteraan berdasarkan pemahaman penduduk mengenai standar hidup dan bagaimana mendefinisikannya (Milligan et. al. 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh (54,72%) tidak merasa puas dengan kondisi keuangan keluarga yang sekarang. Hal ini diduga karena pada umumnya nelayan tidak memiliki penghasilan tetap dan adanya peningkatan kebutuhan hidup, sehingga diperlukan pendapatan yang besar juga. Lebih dari separuh contoh (60,38%) merasa cukup puas dengan keadaan makanan keluarga.

19 43 Pemenuhan kebutuhan kesehatan terbagi menjadi dua aspek, yaitu kesehatan fisik dan spiritual/mental. Hampir separuh contoh (43,40%) merasa cukup puas dengan keadaan spiritual/mental keluarga mereka saat ini, sedangkan dalam aspek kesehatan fisik, 32,08% keluarga contoh merasa tidak puas. Tabel 27 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Kesejahteraan Subjektif Tingkat Kepuasan Keadaan keuangan keluarga 54,72 33,96 11,32 Keadaan makanan keluarga 24,53 60,38 15,09 Keadaan tempat tinggal keluarga 43,40 37,74 18,87 Keadaan materi/aset keluarga 54,72 32,08 13,21 Keadaan spiritual/mental keluarga 28,30 43,40 28,30 Keadaan kesehatan fisik keluarga 32,08 33,96 33,96 Survival strategi yang dilaksanakan keluarga anda 39,62 50,94 9,43 Gaya manajemen keuangan keluarga 47,17 35,85 16,98 Gaya manajemen pekerjaan anda 28,30 52,83 18,87 Hubungan/komunikasi dengan orang tua/ mertua 15,09 22,64 54,72 Hubungan/komunikasi dengan saudara/ kerabat 11,32 28,30 60,38 Hubungan/komunikasi dengan tetangga 13,21 32,08 54,72 Keterlibatan istri dalam kegiatan sosial 22,64 49,06 24,53 Pengetahuan dan keterampilan istri yang dimiliki 41,51 32,08 22,64 Perasaan istri terhadap kebersihan rumah 32,08 30,19 33,96 Perasaan istri terhadap sekolah anak 35,85 33,96 22,64 Perasaan istri terhadap perilaku anak 22,64 37,74 33,96 Perasaan istri terhadap penghasilan suami anda 41,51 28,30 26,42 Perasaan istri terhadap komunikasi dengan suami 5,66 41,51 49,06 Perasaan istri terhadap perilaku suami dalam membantu pekerjaan di rumah tangga 32,08 43,40 20,75 Kepuasan hubungan perkawinan dengan suami? (6 bulan terakhir) 1,89 33,96 60,38 Kebahagiaan hubungan perkawinan (6 bulan terakhir) 5,66 24,53 66,04 Keterangan 1=Tidak Puas, 2=Cukup Puas, 3=Puas Sekali Kepuasan hubungan/ komunikasi dengan orang lain terbagi menjadi tiga, yaitu hubungan/ komunikasi dengan orang tua/ mertua, saudara/ kerabat dan tetangga. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari separuh contoh merasa puas sekali dengan hubungan/ komunikasi mereka, baik itu dengan orang tua/ mertua (54,72%), saudara/ kerabat (60,38%) maupun tetangga (54,72%). Berkaitan dengan hubungan suami istri atau perkawinan, lebih dari separuh contoh merasa puas sekali (60,38%) dengan hubungan perkawinan mereka dan merasakan bahagia dengan hubungan perkawinan mereka (66,04%).

20 44 Tabel 28 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Subjektif Kesejahteraan Subjektif n % Sejahtera 45 84,91 Tidak Sejahtera 8 15,09 Total ,00 Secara umum, hasil pengukuran kesejahteraan subjektif menunjukkan sebagian besar keluarga contoh (84,91%) berada dalam kondisi sejahtera. Kondisi kesejahteraan yang secara subjektif baik ini dapat disebabkan karena tingginya perasaan menerima keadaan dan kehidupan yang dialami keluarga contoh. Hubungan Antar Variabel Hubungan antara Karaktaristik Keluarga dengan Manajemen Keuangan Keluarga, Tekanan Ekonomi dan Strategi Koping Tabel 28 menunjukkan koefisien korelasi Pearson yang menghubungkan karakteristik keluarga dengan manajemen keuangan, tekanan ekonomi dan strategi koping. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pendidikan istri (r=0,341, p<0.05) dengan manajemen keuangan keluarga, hal ini sejalan dengan penelitian Firdaus (2008) dan Rusydi (2011). Lama pendidikan mengindikasikan tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Semakin lama pendidikan seseorang, maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, semakin lama pendidikan isteri maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan karena semakin memahami bagaimana melakukan aktivitas manajemen yang baik. Tidak terdapat hubungan antara umur suami dan umur istri dengan manajemen keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Firdaus (2008) yang menyatakan terdapat tidak terdapat hubungan antara umur suami dan umur istri dengan manajemen keluarga. Pekerjaan suami (r=-0,290, p<0,05) memiliki hubungan yang nyata negatif dengan tekanan ekonomi, dimana semakin tinggi pekerjaan suami, maka akan semakin rendah tekanan ekonomi yang dirasakan oleh keluarga contoh. Tingginya pekerjaan suami dalam penelitian ini dapat dimaknai dengan pekerjaan suami sebagai nelayan juragan, sedangkan rendahnya pekerjaan suami dapat dimaknai dengan pekerjaan sebagai nelayan buruh.

21 45 Tabel 29 Sebaran Koefisien Korelasi Spearman antara Karaktaristik Keluarga dengan Manajemen Keuangan Keluarga, Tekanan Ekonomi dan Strategi Koping Variabel Manajemen Keuangan Tekanan Ekonomi Strategi Koping Umur Suami -0,030-0,147 0,027 Pendidikan Suami 0,198-0,270-0,182 Pekerjaan Suami 0,066-0,290 * 0,005 Umur Istri -0,026-0,159 0,013 Pendidikan Istri 0,341 * -0,107-0,092 Pekerjaaan Istri 0,147-0,300 * -0,255 Besar Keluarga 0,244 0,048 0,093 Pendapatan per kapita 0,061-0,331 * -0,197 Pengeluaran per kapita 0,141-0,399 ** -0,297 * Keterangan: * : korelasi signifikan pada p<0.05 ** : korelasi signifikan pada p<0.01 Pekerjaan istri (r=-0,300, p<0,05) juga memiliki hubungan yang nyata negatif dengan tekanan ekonomi, dimana semakin tinggi pekerjaan istri, maka akan semakin rendah tekanan ekonomi yang dirasakan oleh keluarga contoh. Tingginya pekerjaan istri dalam penelitian ini dapat dimaknai dengan istri memiliki pekerjaan sedangkan rendahnya pekerjaan istri dapat dimaknai dengan istri tidak bekerja. Pendapatan per kapita (r=-0,331, p<0,05) memiliki hubungan nyata negatif dengan tekanan ekonomi. Semakin tinggi pendapatan per kapita yang didapat, maka akan semakin rendah tekanan ekonomi yang dirasakan. Hal ini diduga karena dengan semakin besarnya pendapatan yang keluarga contoh terima, maka keluarga contoh akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak mengalami permasalahan keuangan. Pengeluaran per kapita keluarga contoh (r= -0,399, p<0.01) juga memiliki hubungan nyata negatif dengan tekanan ekonomi. Semakin tinggi pengeluaran yang dilakukan oleh keluarga contoh, makan tekanan ekonomi yang dirasakan akan semakin rendah. Hal ini diduga karena pengeluaran per kapita erat kaitannya dengan pendapatan per kapita yang nelayan terima. Pengeluaran per kapita (r=-0,297,p<0,05) memiliki hubungan nyata negatif dengan strategi koping yang dilakukan oleh keluarga contoh, yang artinya

22 46 semakin besar pengeluaran maka akan semakin rendah strategi koping yang dilakukan oleh keluarga contoh. Hal ini diduga karena dapat terpenuhinya kebutuhan keluarga contoh, sehingga tidak perlu melakukan usaha penyesuaian. Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Tingkat Kesejahteraan Hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat kesejahteraan dapat dilihat dalam tabel 29. Kesejahteraan terbagi menjadi dua pendekatan, yaitu kesejahteraan subjektif dan objektif. Pendekatan subjektif diperoleh dari persepsi masyarakat tentang aspek kesejahteraan, sedangkan pendekatan objektif menggunakan pendekatan garis kemiskinan BPS, yang kemudian dilihat berdasarkan berdasarkan rata- rata pendapatan per kapita dari tiap musim. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya variabel yang berhubungan dengan kesejahteraan subjektif yang dirasakan oleh keluarga contoh. Hal ini diduga keluarga contoh menerima kondisi yang dialami saat ini. Pekerjaan suami memiliki hubungan nyata positif dengan kesejahteraan objektif yang artinya, semakin tinggi pekerjaan suami maka akan semakin tinggi juga kesejahteraan objektifnya. Hal ini diduga karena dengan tingginya pekerjaan suami, akan memungkinkan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar, sehingga mampu menjadikan keluarganya sejahtera. Tingginya pekerjaan suami dalam penelitian ini dapat dimaknai dengan pekerjaan suami sebagai nelayan juragan, sedangkan rendahnya pekerjaan suami dapat dimaknai dengan pekerjaan sebagai nelayan buruh. Tabel 30 Sebaran Koefisien Korelasi Pearson Antara Karaktaristik Keluarga dengan Tingkat Kesejahteraan Variabel Kesejahteraan Kesejahteraan Subjektif Objektif Umur Suami -0,084-0,041 Pendidikan Suami -0,035 0,097 Pekerjaan Suami 0,203 0,281 * Umur Istri 0,016-0,122 Pendidikan Istri -0,138 0,175 Pekerjaaan Istri 0,068 0,130 Besar Keluarga 0,053-0,216 Pendapatan Per Kapita 0,185 0,294 * Pengeluaran Per Kapita 0,254 0,218 Keterangan: * : korelasi signifikan pada p<0.05 ** : korelasi signifikan pada p<0.01

23 47 Penentuan kesejahteraan objektif menggunakan pendekatan garis kemiskinan erat kaitannya dengan faktor pendapatan yang dimiliki oleh keluarga contoh, karena pendapatan menjadi salah satu sumber utama dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Hal ini didukung dengan adanya hubungan nyata positif variabel pendapatan per kapita dengan kesejahteraan objektif, seperti terlihat pada Tabel 29 di atas. Hubungan Manajemen Keuangan Keluarga, Tekanan Ekonomi Keluarga dan Strategi Koping dengan Tingkat Kesejahteraan Strategi koping (r=-0,315, p<0.05) memiliki hubungan yang nyata negatif dengan kesejahteraan subjektif. Semakin tinggi tinggi strategi koping yang dilakukan, maka semakin rendah kesejahteraan subjektif yang dirasakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Simanjuntak (2010) yang menyatakan bahwa strategi koping yang sedikit akan memberikan pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan subjektif keluarga. Semakin banyak strategi koping yang dilakukan berarti semakin banyak juga usaha-usaha penyesuaian yang dilakukan, sehingga diduga membuat keluarga contoh kurang merasa nyaman dengan kondisi seperti ini. Tabel 31 Sebaran Koefisien Korelasi Pearson antara Manajemen Keuangan Keluarga, Tekanan Ekonomi dan Strategi Koping dengan Tingkat Kesejahteraan Variabel Kesejahteraan Kesejahteraan Subjektif Objektif Manajemen Keuangan -0,068 0,175 Tekanan Ekonomi -0,172-0,470 ** Strategi Koping -0,315 * -0,218 Keterangan: * : korelasi signifikan pada p<0.05 ** : korelasi signifikan pada p<0.01 Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan nyata negatif antara tekanan ekonomi dengan kesejahteraan objektif. Artinya semakin besar tekanan ekonomi yang dirasakan keluarga contoh akan semakin rendah kesejahteraan objektif yang diperoleh keluarga contoh, begitu juga sebaliknya. Hal ini diduga karena dengan semakin tingginya kesejahteraan objektif yang diterima oleh keluarga contoh, maka kebutuhan hidup keluarga contoh dapat

24 48 terpenuhi, sehingga tidak timbul permasalahan-permasalahan yang dapat menjadi sumber tekanan ekonomi. Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kesejahteraan Objektif Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga objektif diketahui dari hasil uji regresi linier berganda, dengan variabel dependen kesejahteraan objektif dan variabel independennya pekerjaan suami, pendidikan suami, umur istri, besar keluarga, pendapatan per kapita rata-rata, pengeluaran per kapita, manajemen keuangan keluarga, tekanan ekonomi dan strategi koping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga objektif dipengaruhi sebesar 23,1 persen oleh variabel- variabel independen yang diujikan dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa tekanan ekonomi keluarga (β=-0,438, p=0,005) berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga objektif. Hal ini menunjukkan bahwa jika tekanan ekonomi meningkat satu satuan, maka akan mempengaruhi kesejahteraan objektif menurun sebesar 0,438. Semakin besar tekanan ekonomi keluarga maka kesejahteraan keluarga objektif semakin kecil. Hal ini diduga karena besarnya tekanan ekonomi keluarga, menunjukkan besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarga contoh. Hasil uji regresi linier berganda secara lengkap terlihat dalam Tabel 31 berikut : Tabel 32 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kesejahteraan Objektif Variabel Tingkat Kesejahteraan Objektif Beta t Sig. X1 Pendidikan Suami -0,074-0,543 0,590 X2 Pekerjaan Suami 0,172 10,232 0,225 X3 Umur Istri -0,170-10,274 0,210 X5 Besar Keluarga -0,252-10,589 0,120 X7 Pendapatan Per Kapita Rata-rata 0,023 0,155 0,878 X8 Pengeluaran Per Kapita -0,104-0,662 0,512 X9 Tekanan Ekonomi -0,438-20,782 0,008 X10 Manajemen Keuangan 0,213 10,603 0,116 X11 Strategi Koping -0,080-0,581 0,564 Keterangan : *siginifikan pada taraf 0,05 Muflikhati (2010) dalam penelitiannya tentang analisis dan pengembangan model peningkatan kualitas sumberdaya manusia di wilayah pesisir, mengungkapkan bahwa kesejahteraan keluarga kondisi ekonomi.

25 49 Kondisi ekonomi mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Semakin baik kondisi ekonomi keluarga, maka kesejahteraan keluarga cenderung lebih tinggi. Pembahasan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari manajemen keuangan, tekanan ekonomi, strategi koping dan tingkat kesejahteraan keluarga nelayan. Penelitian dilakukan di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa di kawasan pesisir Kabupaten Sukabumi yang memiliki sumberdaya alam potensial, namun dinilai tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa faktor tekanan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan objektif keluarga contoh, artinya semakin tinggi tekanan ekonomi maka akan semakin rendah tingkat kesejahteraan objektif yang dialami keluarga nelayan. Tekanan ekonomi ini besumber dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh keluarga contoh, yang utamanya adalah permasalahan pendapatan nelayan yang tidak tetap atau tidak menentu. Pendapatan nelayan yang sangat bergantung kepada musim atau jumlah mengakibatkan terdapat perbedaan yang mencolok antara pendapatan per kapita di musim panen dengan pendapatan per kapita di musim paceklik, dimana ketika musim paceklik tiba, banyak keluarga contoh yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya atau dengan kata lain berada di bawah garis kemiskinan. Pada kondisi ini, diperlukan upaya dan strategi untuk menjaga agar nelayan tetap dapat memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan mendorong keluarga nelayan untuk menabung uang hasil penjualan yang didapat ketika hasil tangkapan melimpah dan mendorong nelayan untuk mampu membuka atau melakukan usaha produktif lain di saat tidak berangkat ke mencari ikan. Manajemen keuangan keluarga yang telah dilakukan oleh keluarga contoh saat ini masih tergolong kurang baik, sehingga diperlukan peningkatan keterampilan dalam melakukan pengelolaan keuangan, sehingga pendapatan yang didapat mampu mencukupi kebutuhan hidupnya baik itu di musim panen, biasa

26 50 maupun paceklik. Dengan pengelolaan keuangan yang baik ini akan dapat memperkecil besarnya tekanan ekonomi yang dirasakan oleh keluarga contoh. Keterbatasan Peneitian Penelitian ini diakui memikili beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan perbaikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu: 1. Ketiadaan data populasi yang jelas, mengakibatkan kesulitan dalam menentukan contoh, sehingga menggunakan teknik pengambilan contoh dengan metode snowball yang menjadikan kesimpulan dari penelitian ini tidak dapat mewakili populasi nelayan di di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. 2. Jumlah contoh yang terbatas dan tidak dibedakan antara keluarga contoh yang bekerja sebagai nelayan juragan dan nelayan buruh ataupun dengan keluarga yang bukan nelayan. 3. Instrumen yang digunakan ada yang mengukur data retrospektif, sehingga ada kemungkinan bias recall (ingatan)

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Propinsi Banten terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yang diantaranya Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon, dan Kota Serang.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL Pendapatan rumahtangga nelayan tradisional terdiri dari pendapatan di dalam sektor perikanan dan pendapatan di luar

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kertamaya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan, Provinsi Jawa Barat. Luas Kelurahan Kertamaya ialah 360 ha/m 2. Secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian

Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian LAMPIRAN 83 84 85 Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian V. X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X1 1 X2-1.406 ** X3 -.133 -.171

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian. BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan pembahasan tentang pengaruh biaya sewa tempat terhadap minat nasabah dalam memilih produk gadai emas syariah di BRI Syariah Kantor Cabang Gubeng

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis Wilayah Kecamatan Dramaga berada pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut dan merupakan kawasan yang berbukit dengan suhu rata-rata

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran umum Desa Weru 1. Letak Geografis Desa Weru merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu Berdasarkan hasil pendataan sosial ekonomi penduduk (PSEP) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2005 diketahui jumlah keluarga miskin di Desa Sitemu 340 KK. Kriteria

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

P R O F I L DESA DANUREJO

P R O F I L DESA DANUREJO P R O F I L DESA DANUREJO PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN MERTOYUDAN DESA DANUREJO ALAMAT :DANUREJO MERTOYUDAN MAGELANG TELP (0293) 325590 Website : danurejomty.wordpress.com Email : desadanurejo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu terentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI 4.1 Profil Desa Tanjungsari 4.1.1 Letak Geografis Desa Tanjungsari Desa Tanjungsari merupakan salah satu dari delapan Desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).

Lebih terperinci

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP), PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PESERTA PROGRAM DI KELURAHAN KERTASARI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2012 Oleh : Teguh Setiadi Abstrak : Penelitian ini ingin mengkaji

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Rimbo Kedui 4.1.1 Letak dan Batas Kelurahan Rimbo Kedui Daerah penelitian ini adalah Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia dituntut untuk bekerja. Mencari penghasilan merupakan salah satu tujuan orang tua kita bekerja. Manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kecamatan Kretek Kecamatan Kretek merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul. Gambar 5. Peta Administrasi Kecamatan Kretek 17 18 Secara geografis Kecamatan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI DAN MEKANISME KOPING DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI DAN MEKANISME KOPING DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH Jur. Ilm. Kel. dan Kons., Januari 2009, p : 21-31 Vol. 2, No. 1 ISSN : 1907-6037 HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI DAN MEKANISME KOPING DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH Correlation between

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah 52 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah Ripah Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Desa Pagelaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Gelang termasuk dalam wilayah Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Luas Desa Gelang adalah 187.800

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci