Koneksi fisik ke inherent dapat dilakukan sesuai dengan lokasi perguruan tinggi yang akan bergabung, yaitu satu kota dengan simpul lokal dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Koneksi fisik ke inherent dapat dilakukan sesuai dengan lokasi perguruan tinggi yang akan bergabung, yaitu satu kota dengan simpul lokal dan"

Transkripsi

1 7 TI JAUA PUSTAKA Jaringan Perguruan Tinggi Indonesia (Inherent) Sejalan dengan kebijakan pengembangan pendidikan tinggi yang tertuang dalam dokumen Higher Education Long Term Strategy , pada tahun 2006 Ditjen Dikti meluncurkan program pengembangan sistem dan jaringan informasi pendidikan tinggi yang direncanakan secara bertahap akan menghubungkan seluruh perguruan tinggi di Indonesia, yaitu dengan pengembangan inherent (Ditjen Dikti 2006). Inherent dirancang untuk menghubungkan seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia pada masa yang akan datang. Pada awalnya, jaringan ini dimulai dengan menghubungkan tiga puluh dua perguruan tinggi yang berlokasi di setiap provinsi di Indonesia dan Ditjen Dikti Jakarta. Tiga puluh tiga simpul tersebut berfungsi sebagai simpul lokal pada tingkat provinsi. Simpul-simpul lokal tersebut diharapkan dapat memfasilitasi sambungan untuk universitas-universitas di sekitar lokasi dalam daerahnya masing-masing (Ditjen Dikti 2006). Simpul lokal sebagai tahap pengembangan inherent yang dilakukan Ditjen Dikti terbagi menjadi tiga kategori, yaitu advanced networks, medium networks dan basic networks. Advanced etwork mengelola IP address sebesar 384 Kelas C dan 128 kelas C untuk cadangan. Advanced network terdiri atas delapan simpul, yaitu Ditjen Dikti, UI, ITB, UNDIP, UGM, UNIBRAW, ITS dan UT. Medium etwork mengelola IP Address sebesar dua puluh empat Kelas C. Medium etwork ini terdiri atas dua puluh satu simpul, yaitu Universitas Syiahkuala, Universitas Sumatera Utara, Universitas Andalas, Universitas Jambi, Universitas Bengkulu, Universitas Sriwijaya, Universitas Riau, Universitas Lampung, Untirta, Untan, Unmul, Unpar, Unlam, Unhas, Univ Taduloko, Univ Haluoleo, Unsrat, Univ Negeri Gorontalo, Unud, Unram dan Undana. Basic etwork mengelola IP address sebesar delapan kelas C. Basic network ini terdiri atas empat simpul, yaitu Uncen, Unpatti, UnKhair dan Unipa. Koneksi ke inherent dapat dilakukan dengan menghubungkan perguruan tinggi asal (kota/provinsi) ke simpul lokal terdekat, yaitu dekat secara geografis. Koneksi ke inherent dilakukan melalui tiga tahapan yaitu koneksi fisik (layer satu dan layer dua), koneksi logik (layer tiga dan empat) dan layer lima (aplikasi).

2 8 Koneksi fisik ke inherent dapat dilakukan sesuai dengan lokasi perguruan tinggi yang akan bergabung, yaitu satu kota dengan simpul lokal dan antarkota dengan simpul lokal. Koneksi ke inherent bagi perguruan tinggi yang terletak satu kota dengan simpul lokal dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu wireless, multi protocol layer switch (MPLS), leased line atau fiber optics. Koneksi bagi perguruan tinggi yang terletak di luar kota dengan simpul lokal dapat dilakukan dengan cara wireless, MPLS, leased line, fiber optic atau satelit (Dirjen Dikti 2008b). Setelah terhubungkan secara fisik dengan jaringan inherent, maka dibuat penyesuaian untuk interkoneksi antara jaringan perguruan tinggi yang akan menyambung ke inherent dengan jaringan di dalam inherent yang akan mengalokasikan IP address dan membuat kebijakan routing (routing policy). Alokasi masing masing perguruan tinggi yang terhubung ke inherent sangat bergantung dengan kondisi jaringan setempat. Inherent dibuat untuk dapat mengakomodasi keperluan dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Transaksi elektronik seperti , web dan aplikasi lainnya yang berbasis IP (IP based application) bagi perguruan tinggi yang telah terhubung dengan inherent dapat dan harus dilakukan melalui inherent (tidak melalui internet). Ditjen Dikti (2006) menyatakan bahwa dalam pengembangan inherent tidak hanya perguruan tinggi saja yang dapat bergabung dan memanfaatkan jaringan inherent. Pihak yang dapat bergabung dengan inherent tersebut terbagi menjadi dua, yaitu pihak internal (Perguruan Tinggi dan Ditjen Dikti/Depdiknas) dan pihak eksternal (pemkab/pemkot/pemprov, internet atau lembaga pemerintah lainnya). Ditjen Dikti/Depdiknas dan Perguruan Tinggi baik PTN maupun PTS sebagai pihak internal dapat memanfaatkan jaringan inherent ini untuk keperluan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Simpul lokal ataupun simpul lain yang terhubung melalui simpul lokal dilarang menjual koneksi inherent kepada institusi yang bukan lembaga pendidikan. Pihak eksternal yang terdiri dari pemkab/pemkot/pemprov, internet atau lembaga pemerintah lainnya di luar perguruan tinggi dapat memanfaatkan bandwidth inherent untuk tujuan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

3 9 Selain kedua pihak tersebut, lembaga penelitian khususnya yang berada di dalam Kementerian Riset dan Teknologi atau lembaga penelitian yang berada pada sekretariat negara dapat juga tergabung dan memanfaatkan inherent. Lembaga penelitian yang dimaksud, misalnya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa), Lembaga Eikman dan lembaga-lembaga penelitian lainnya yang sejenis. Ditjen Dikti menerapkan empat kebijakan routing IP (IP Routing Policy) dalam inherent, yaitu routing antar inherent, routing antar inherent dengan NREN (National Research and Education Network) di luar negeri, routing antara inherent dengan internet, dan routing antara inherent dengan ISP Indonesia (Ditjen Dikti 2006). Routing antar anggota inherent terbuka tidak ada filter, kecuali ada satu network yang membebani jalur, misalnya karena ada virus atau worm. Routing antar inherent dengan NREN di luar negeri dimungkinkan apabila ada salah satu anggota inherent mempunyai kerjasama dengan NREN di luar negeri, misalnya Internet2 (jaringan antar universitas di Amerika), GEANT (jaringan antar universitas di Eropa), Singaren (jaringan antar universitas di Singapore) dan AARnet (jaringan antar universitas di Australia). Routing inherent dengan internet tidak diperkenankan secara langsung, akan tetapi perguruan tinggi dapat menggunakan jalur internetnya sendiri atau sharing dengan yang lain melalui sharing bandwidth via proxy server. Routing antara inherent dengan ISP Indonesia dapat dilakukan melalui IIX (Indonesia Internet exchange). Teori Adopsi Inovasi Inovasi adalah sebuah ide, hal yang praktis, atau obyek yang dipersepsikan sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau unit adopsi lainnya. Persepsi mengenai kebaharuan dari ide tersebut ditentukan oleh reaksi individu atau unit adopsi lainnya terhadap ide tersebut. Sebuah ide yang terlihat baru bagi seseorang, maka ide tersebut merupakan sebuah inovasi (Rogers 2003). Tingkat kebaharuan dari sebuah inovasi (innovativeness) tersebut diekspresikan dalam beberapa hal, yaitu pengetahuan (knowledge), persuasi (persuation) dan keputusan untuk mengadopsi (a decision to adopt).

4 10 Perbedaan kecepatan adopsi seseorang terhadap sebuah inovasi dapat dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap karakteristik dari inovasi tersebut. Rogers (2003) menyatakan bahwa terdapat lima karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi kecepatan adopsi seseorang terhadap suatu inovasi. Lima karakteristik tersebut adalah keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan untuk dicoba, dan kemudahan dilihat hasilnya. Sebuah inovasi yang dipersepsikan seseorang memiliki kelebihan dalam hal relative advantage, compatibility, trialability, observability serta lebih sederhana (less complexity) akan diadopsi lebih cepat dibandingkan dengan inovasi lainnya. Definisi lima karakteristik inovasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Keuntungan relatif (Relative Advantage) adalah derajat dimana inovasi dirasakan lebih baik dari pada ide lain yang menggantikannya. Derajat keuntungan tersebut dapat diukur secara ekonomis, tetapi faktor prestise sosial, kenyamanan dan kepuasan juga merupakan faktor penting. Semakin besar keuntungan relatif inovasi yang dapat dirasakan, tingkat adopsi inovasi juga akan menjadi lebih cepat. 2. Kesesuaian (Compatibility) adalah derajat dimana inovasi dirasakan sebagai sesuatu yang konsisten dengan nilai nilai yang berlaku, pengalamanpengalaman terakhir dan kebutuhan adopter. Ide yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sistem sosial tidak akan diadopsi secara cepat sebagaimana inovasi yang sesuai. 3. Kerumitan (Complexity) adalah derajat kerumitan inovasi untuk dipahami dan digunakan. Ide-ide baru yang lebih sederhana untuk dipahami akan lebih cepat diadopsi daripada inovasi yang mengharuskan adopter mengembangkan keahlian dan pemahaman baru. 4. Kemudahan untuk dicoba (Trialability) adalah derajat kemudahan inovasi untuk dicoba pada keadaan sumberdaya yang terbatas. Ide-ide baru yang dapat dicoba pada sebagian tahapan penanaman secara umum akan lebih mudah dan cepat diadopsi daripada inovasi yang tidak dapat diujicobakan dalam skala yang lebih kecil.

5 11 5. Kemudahan untuk dilihat (Observability) adalah derajat kemudahan inovasi untuk dilihat dan disaksikan hasilnya oleh orang lain. Kemudahan dalam melihat hasil inovasi oleh seseorang akan memudahkannya dalam mengadopsi inovasi. Sistem sosial belum memiliki pengaruh penting lainnya dalam difusi ideide baru. Inovasi dapat diadopsi (adopted) atau ditolak (rejected) oleh seseorang sebagai anggota dari sebuah sistem atau keseluruhan sistem sosial, dimana keputusan adopsi ditentukan oleh keputusan bersama atau oleh kekuasaan. Dari dua hal tersebut, Rogers (2003) membagi keputusan inovasi menjadi tiga jenis, yaitu optional innovation-decisions, collective innovation-decisions dan authority innovation-decisions (Tabel 1). Tabel 1 Jenis keputusan adopsi inovasi Keputusan Adopsi Inovasi Optional innovationdecisions Collective innovationdecisions Authority innovationdecisions Sumber: Rogers (2003) Keterangan Pilihan untuk mengadopsi atau menolak sebuah inovasi yang dilakukan oleh seseorang secara bebas terhadap keputusan anggota lainnya dalam sebuah sistem sosial. Keputusan individu kemungkinan dipengaruhi oleh norma dan jaringan komunikasi antar individu. Pilihan untuk mengadopsi atau menolak sebuah inovasi yang dilakukan oleh konsensus antara anggota sebuah sistem sosial. Seluruh unit dalam sistem sosial biasanya harus mengkonfirmasi terhadap keputusan yang dibuat oleh sistem sosial tersebut. Pilihan untuk mengadopsi atau menolak sebuah inovasi yang dilakukan oleh beberapa orang yang relatif sedikit dari sebuah sistem yang memiliki kekuasaan, status atau keahlian teknik. Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilakukan oleh seseorang atau unit pengambil keputusan lainnya mulai dari pencarian informasi awal dari sebuah inovasi, penentuan sikap terhadap inovasi, pembuatan keputusan untuk mengadopsi atau menolak, penerapan ide baru, dan pengkonfirmation keputusan. Rogers (2003) menggambarkan bahwa proses keputusan inovasi terjadi dalam lima tahapan (Gambar 1).

6 12 Kondisi Awal: 1. Kegiatan sebelumnya 2. Kebutuhan yang dirasakan/masalah 3. Kebaharuan ide (innovativeness) 4. Norma sistem sosial I. KNOW- LEDGE Karakteristik Pengambil Keputusan: 1. Karakteristik sosial ekonomi 2. Variabel individu 3. Perilaku komunikasi II. PERSUA- TION Saluran-Saluran Komunikasi Persepsi mengenai karakteristik inovasi: 1. Relative advantage 2. Complexity 3. Compatibility 4. Trialability 5. Observability III. DECISION 1. Mengadopsi 2. Menolak IV. IMPLEMEN- TATION V. CONFIR- MATION Melanjutkan adopsi Mengadopsi kemudian Tidak melanjutkan Melanjutkan menolak Gambar 1 Tahapan proses keputusan inovasi Kelima tahapan proses keputusan inovasi seperti tersaji pada Gambar 1 memiliki ciri yang khusus. Tahap pertama, Pengetahuan-Knowledge terjadi pada saat seseorang atau pengambil keputusan lainnya diterpa informasi mengenai keberadaan sebuah inovasi dan memperoleh pemahaman mengenai bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Tahap kedua, Bujukan-Persuation terjadi pada saat seseorang atau pengambil keputusan lainnya merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap inovasi. Tahap ketiga, Keputusan-Decisions terjadi pada saat seseorang atau pengambil keputusan lainnya melakukan kegiatan yang mengarah pada sebuah pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi. Tahap keempat, Penggunaan-Implementation terjadi pada saat seseorang atau pengambil keputusan lainnya menentukan untuk menggunakan ide baru tersebut. Tahap yang kelima, Konfirmasi-Confirmation terjadi pada saat seseorang atau pengambil keputusan mencari penegasan kembali terhadap keputusan inovasi yang telah dibuat yang kemungkinannya dapat mengubah keputusan yang telah dibuat jika diterpa informasi yang berlawanan terhadap inovasi.

7 13 Hasil review teori difusi inovasi yang dilakukan Straub (2009) mengatakan bahwa dalam proses introduksi teknologi, teori difusi inovasi secara khusus dapat mempengaruhinya dalam tiga proses. Pertama, mengingat adopsi merupakan hal yang kompleks, maka proses pembangunan sosial merupakan hal yang pertama harus dilakukan. Kedua, setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda berkaitan dengan teknologi yang dapat mempengaruhi proses adopsi. Ketiga/terakhir, keberhasilan pelaksanaan adopsi teknologi harus memperhatikan dengan serius berbagai hal yang berkaitan dengan aspek kognitif, emosi dan konteks. Inherent dan Inovasi Pendidikan Tinggi Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan jarak jauh sebagai pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lain. Pembelajaran jarak jauh adalah proses pendidikan formal dimana mayoritas proses pembelajaran yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa terjadi pada tempat yang berbeda. Proses pembelajaran dalam hal ini dapat terjadi secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous). Pertukaran informasi dan proses komunikasi melalui berbagai media (Proctor 2005). Pembelajaran jarah jauh adalah proses pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan teknologi dimana pengajar dan yang diajar tidak perlu pergi ke suatu tempat untuk melaksanakan proses pembelajaran. Pengertian ini meliputi proses pembelajaran tidak bersamaan antara pengajar dan yang diajar baik tempat maupun waktu (asynchronous learning) dan pembelajaran yang terjadi pada waktu yang bersamaan namun pada tempat yang berbeda (synchronous learning) (Negash et al. 2008). Perkembangan teknologi internet telah mengakibatkan perubahan yang sangat besar dalam metode pembelajaran khususnya dalam penyampaian materi dengan memanfaatkan teknologi internet. Pemanfaatan teknologi internet dalam proses pembelajaran telah memunculkan model baru proses pembelajaran yang berbentuk pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan teknologi yang digunakan dalam

8 14 pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, Singh (2008) mengklasifikasi dua model pembelajaran jarah jauh yang dilakukan di India, yakni pembelajaran jarah jauh tradisional (Gambar 2) dan pembelajaran jarak jauh berbasis internet (Gambar 3). Pelajaran (Materi pembelajaran dicetak terlebih dahulu) Akses utama melalui Pos Kebebasan dari konvensional Interaksi terbatas pada pusat studi atau pusat pembelajaran jarak jauh Pelajar pasif mempelajari materi yang diterima Gambar 2 Pembelajaran jarak jauh tradisional Pelajaran (Materi pembelajaran yang dihasilkan dihubungkan melalui hyper links) Gambar 3 Akses utama melalui Internet Fleksibilitas waktu, tempat, dan frekwensi dalam belajar Interaksi tidak terbatas pada isi, pengajar, maupun kelompok pelajar Pembelajaran jarak jauh berbasis internet Pembelajaran oleh pelajar aktif Wilcox (2008) mengklasifikasikan model pembelajaran jarak jauh berdasarkan dua faktor, yaitu kehadiran (presence) dan proses komunikasi elektronik (e-communication) yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Kehadiran menerangkan bahwa antara dosen dan mahasiswa hadir secara fisik maupun maya (virtual) dalam suatu proses pembelajaran dalam waktu yang bersamaan. Komunikasi elektronik merupakan proses komunikasi antara dosen dan mahasiswa dalam suatu proses pembelajaran yang menggunakan media komunikasi elektronik atau tidak. Berdasarkan dua faktor tersebut, Negash dan Wilcox (2008) mengklasifikasikan pembelajaran jarak jauh menjadi enam tipe (Tabel 2).

9 15 Tabel 2 Klasifikasi pembelajaran jarak jauh Tipe Kehadiran Komunikasi Elektronik Nama I Ya Tidak Tatap muka (Face to face) II Tidak Tidak Belajar sendiri (Self- Learning) III Tidak Ya Pembelajaran dalam waktu yang tidak sama (Asynchronous) IV Ya Ya Pembelajaran dalam waktu yang sama (Synchronous) V Kadangkadang Ya Campuran/Turunan dari Tipe III (Blended/Hybridasynchronous) VI Ya Ya Campuran/Turunan dari Tipe IV (Blended/Hybridsynchronous) Sumber: Negash dan Wilcox (2008) Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 31 ayat 3) menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Bentuk pendidikan jarak jauh yang dimaksud mencakup program pendidikan tertulis (korespondensi), radio, audio/video, TV dan/atau berbasis jaringan komputer. Perkembangan pemanfaatan ICT dalam pendidikan tinggi di Indonesia telah menimbulkan berbagai tantangan dan persoalan dalam pendidikan tinggi di Indonesia. Pemecahan berbagai tantangan dan persoalan pendidikan tinggi memerlukan pemikiran yang mendalam dan pendekatan baru yang progresif. Gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan hanya dengan cara yang tradisional atau komersial. Gagasan dan pendekatan baru yang memenuhi ketentuan inilah yang dinamakan dengan inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan baru, dan secara kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya, serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan (Sa ud 2008).

10 16 Merujuk pemikiran Rogers (2003) dan Sa ud (2008), meskipun teknologi pembelajaran berbasis ICT sejenis inherent telah lama dikembangkan di negara lain, namun bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia inherent dapat dianggap suatu inovasi karena merupakan suatu hal yang baru dikembangkan, khususnya dalam kegiatan pendidikan tinggi. Inherent merupakan suatu inovasi pendidikan tinggi berbasis ICT yang sengaja diciptakan untuk mengatasi berbagai persoalan guna meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia. Inovasi inherent di UBL yang menjadi kajian penelitian ini apabila dilihat dari keputusan adopsi inovasi (Rogers 2003) merupakan inovasi yang diputuskan atau diadopsi tidak secara langsung oleh individu dosen UBL (optional innovation-decisions), namun keputusan adopsi inovasi inherent ini pertama kali dibuat berdasarkan otoritas dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (authority innovation-decisions) yang berlanjut pada keputusan adopsi inovasi oleh pimpinan UBL (collective innovation-decisions) (Tabel 3). Tabel 3 Pengambil keputusan adopsi inovasi inherent Keputusan Adopsi Inovasi Authority innovation-decisions Collective innovation-decisions Optional innovation-decisions Pengambil Keputusan Adopsi Inovasi Inherent Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pimpinan Universitas Bandar Lampung Dosen Universitas Bandar Lampung Hasil Penelitian yang Relevan dan State of the Art Berkaitan dengan pemanfaatan ICT dalam pendidikan tinggi, secara umum dosen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dosen yang memanfaatkan ICT dan dosen yang belum memanfaatkan ICT dalam proses pendidikan tinggi. Marwan (2008) mengungkapkan bahwa kasus dosen di Politeknik Negeri Pontianak yang memanfaatkan ICT dalam proses pembelajaran karena berbagai alasan, di antaranya adalah ketersediaan fasilitas ICT, dapat mengakses bahan ajar online secara lebih mudah, dapat meningkatkan kualitas komunikasi dengan mahasiswa dan dapat mengembangkan jejaring dengan rekan sejawat. Dosen yang belum memanfaatkan ICT memiliki berbagai alasan, yaitu kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan ICT, kurangnya tenaga

11 17 teknis ICT di perguruan tinggi, kurangnya insentif yang diberikan oleh perguruan tinggi apabila memanfaatkan ICT dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa belum semua dosen (100%) dapat mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi untuk keperluan proses pembelajaran di perguruan tinggi. Dosen yang mengadopsi teknologi informasi secara umum melakukan hal tersebut karena dorongan pribadi (faktor internal dosen), sedangkan dosen yang tidak mengadopsi disebabkan karena kebijakan lembaga pendidikan tinggi yang tidak mendukung (faktor eksternal dosen). Universitas Terbuka di Hongkong telah mengembangkan proses pembelajaran online (Online Learning Environment OLE) untuk menyampaikan berbagai mata kuliah kepada mahasiswa secara online dengan sistem asynchrounously. Sistem pembelajaran online ini memuat lima bidang utama yang disampaikan dalam berbagai mata kuliah, yaitu berita, jadwal, alat interaksi, bahan ajar dan tugas. Hasil penelitian mengenai persepsi mahasiswa terhadap keberadaan pembelajaran online (OLE) di Universitas Terbuka di Hongkong (Yang & Lau 2006) menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa menerima secara positif dan dapat menggunakan secara nyaman sistem pembelajaran online (OLE) yang dilakukan oleh Universitas Terbuka di Hongkong. Pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu alternatif proses pembelajaran yang sangat menarik dan dapat menggantikan proses pembelajaran yang ada saat ini (traditional face-to-face instruction). Hasil penelitian terkait transformasi model pembelajaran yang dilakukan Holbein (2008) mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran jarak jauh kemungkinan tidak diperlukan oleh semua mahasiswa. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang efektif memerlukan tahapan pemikiran antara dosen dan mahasiswa. Bagi mahasiswa yang masih memerlukan pertemuan tatap muka, struktur dan model pembelajaran yang disertai dengan interaksi baik verbal maupun nonverbal kemungkinan tidak nyaman dengan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran jarak jauh belum sepenuhnya (100%) dapat menggantikan model pembelajaran yang ada saat ini (traditional face-to-face instruction). Kompromi antara dosen dan mahasiswa

12 18 merupakan hal yang sangat penting untuk dapat diterapkannya proses pembelajaran jarak jauh di suatu perguruan tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sooknanan et al. (2002) mengenai difusi inovasi dalam bidang pendidikan yang dilakukan di Trinidad dan Tobago menjelaskan bahwa pendidik (guru) yang memiliki kompetensi secara teknologi dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya dalam pembuatan keputusan pemerintah. Faktor kunci yang dapat dilakukan untuk mempercepat implementasi atau proses adopsi teknologi komputer dalam kegiatan pendidikan adalah dengan mengikutsertakan guru yang berkompeten dalam proses perencanaan pendidikan. Hodge et al. (2006) mengatakan bahwa faktor yang berperan penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh adalah mahasiswa dan lingkungan sosial. Berkaitan dengan hal ini maka terdapat komponen penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, yaitu konsep kepercayaan, pengembangan kelompok masyarakat, kemahasiswaan dan sosialisasi. Hasil penelitian mengenai adopsi dan difusi sistem informasi sumberdaya manusia di Singapura yang dilakukan Teo et al. (2007) mengatakan bahwa karakteristik organisasi memiliki peranan yang relatif penting dalam keputusan adopsi dibandingkan dengan dua variabel lainnya. Salah satu karakteristik organisasi yang paling dominan adalah dukungan pimpinan puncak (top management). Dua variabel selain karakteristik organisasi adalah karakteristik inovasi dan karakteristik lingkungan. Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut maka secara garis besar inisiatif organisasi merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mempercepat proses adopsi teknologi baru. Berkaitan dengan adopsi pembelajaran jarak jauh dalam kegiatan pendidikan tinggi, Godschalk dan Lacey (2001) mengatakan bahwa mayoritas responden yakin bahwa pembelajaran jarak jauh akan menjadi suatu hal yang penting, namun hanya sedikit mata kuliah yang dapat dijalankannya. Hambatan penting yang terjadi dalam adopsi pembelajaran jarak jauh adalah kebutuhan fakultas yang sangat tinggi, kurangnya kompensasi untuk pengembangan mata kuliah, rendahnya daya tarik fakultas, ketidaksesuaian dengan isi mata kuliah dan kurang memadainya dukungan teknik yang diberikan. Peningkatan tingkat adopsi

13 19 pembelajaran jarak jauh perlu memperhatikan empat faktor, yaitu perubahan kepemimpinan (generational change), program survival, penyesuaian kelembagaan (institutional conformity) dan tuntutan kepraktisan (practice demand). Berkaitan dengan hasil penelitian ini, Godschalk dan Lacey (2001) mengatakan bahwa penerapan teknologi untuk memperbaiki pendidikan harus dimulai dan direncanakan oleh profesional yang berorietasi pada masa depan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor kepemimpinan yang profesional dari sebuah lembaga merupakan suatu faktor yang sangat menentukan kecepatan adopsi teknologi pembelajaran dalam sebuah perguruan tinggi. Berdasarkan analisis berbagai hasil penelitian yang terkait dengan adopsi inovasi dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh, dapat disimpulkan bahwa dalam membuat keputusan mengenai adopsi suatu inovasi (mengadopsi atau tidak) banyak faktor yang menjadi pertimbangan oleh pengambil keputusan. Berdasarkan hasil telaah berbagai hasil penelitian diketahui bahwa secara umum keputusan adopsi inovasi oleh individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal (Marwan 2008, Chitanana et al. 2008) dan eksternal (Teo et al. 2007, Marwan 2008, Godschalk & Lacey 2001). Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam adopsi inovasi pada umumnya diteliti sendiri-sendiri baik faktor internal maupun eksternal sehingga sangat sulit untuk menentukan faktor manakah sebenarnya yang menjadi kunci utama yang dapat mempengaruhi adopsi inovasi. Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini menganalisis secara simultan faktor internal dan eksternal dosen sebagai pengambil keputusan adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran. Hubungan berbagai faktor dan dominasi setiap faktor dalam mempengaruhi keputusan adopsi inovasi diharapkan dapat ditemukan dalam penelitian ini sehingga memudahkan dalam perumusan kebijakan guna meningkatkan dan mempercepat adopsi inovasi, khususnya adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran.

ADOPSI I OVASI I HERE T DI U IVERSITAS BA DAR LAMPU G BUDHI WASKITO

ADOPSI I OVASI I HERE T DI U IVERSITAS BA DAR LAMPU G BUDHI WASKITO ADOPSI I OVASI I HERE T DI U IVERSITAS BA DAR LAMPU G BUDHI WASKITO SEKOLAH PASCASARJA A I STITUT PERTA IA BOGOR BOGOR 2010 PER YATAA ME GE AI TESIS DA SUMBER I FORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Pengembangan inovasi inherent yang dilakukan oleh Ditjen Dikti hingga tahun 2008 belum sepenuhnya menyentuh seluruh perguruan tinggi yang ada di

Pengembangan inovasi inherent yang dilakukan oleh Ditjen Dikti hingga tahun 2008 belum sepenuhnya menyentuh seluruh perguruan tinggi yang ada di 1 PE DAHULUA Latar Belakang Indonesian Higher Education etwork (Inherent) merupakan inovasi teknologi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi atau information and communication technology

Lebih terperinci

KO DISI U IVERSITAS BA DAR LAMPU G

KO DISI U IVERSITAS BA DAR LAMPU G 31 KO DISI U IVERSITAS BA DAR LAMPU G Sejarah dan Letak Kampus Universitas Bandar Lampung (UBL) merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi di Provinsi Lampung yang didirikan oleh Yayasan Administrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

KERA GKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS

KERA GKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS 21 KERA GKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Hasil penelitian Marwan (2008) dan Sooknanan et al. (2002) menunjukkan bahwa dosen perguruan tinggi merupakan aktor (pengambil keputusan) utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering muncul ketika pertama kali mengkaji inovasi adalah masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering muncul ketika pertama kali mengkaji inovasi adalah masalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Inovasi pengertian inovasi telah ditelaah dari berbagai sudut pandang dan disiplin ilmu, seperti manajemen bisnis, sosiologi, antropologi dan psikologi.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN. Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP

PENDIDIKAN. Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP PENDIDIKAN Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP DEFINISI Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah sebuah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di tingkat sekolah.

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH Teori Komunikasi-1, Sesi 14 Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH: Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld

Lebih terperinci

Praktikum Perilaku Konsumen

Praktikum Perilaku Konsumen Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi

Lebih terperinci

Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) IBRD Loan No IND (USD 50 juta) IDA Loan No IND (USD 30 juta)

Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) IBRD Loan No IND (USD 50 juta) IDA Loan No IND (USD 30 juta) I-MHESRE Directorate General of Higher Education Ministry of National Education Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Workshop Sosialisasi Program B.1. Tanggal 15 Agustus

Lebih terperinci

PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006

PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006 PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006 Panduan Penyusunan Proposal Pengembangan Kapasitas Institusi dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi K-3 JULI 2006 DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang

Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett M Rogers dikenal luas sebagai teori yang membahas keputusan inovasi. Melalui buku Diffusion of Innovation (DOI), Rogers

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

Perluasan Akses INHERENT

Perluasan Akses INHERENT PROGRAM HIBAH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2007 Panduan Penyusunan Proposal Perluasan Akses INHERENT K-0 JUNI 2007 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada dasarnya merupakan suatu wadah terjadinya bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada dasarnya merupakan suatu wadah terjadinya bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara pada dasarnya merupakan suatu wadah terjadinya bentuk komunikasi sosial serta aturan-aturan yang mengikat didalamnya. Masyarakat di suatu negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakan

Lebih terperinci

PANITIA TETAP PUSAT SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (SPMB)

PANITIA TETAP PUSAT SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (SPMB) PANITIA TETAP PUSAT SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (SPMB) Sekretariat : Jl. Salemba Raya 4, Jakarta 10430, telp : 3101906, Fax : 31930328 PERUBAHAN TANGGAL-TANGGAL PENTING SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN BEASISWA PENDIDIKAN PASCASARJANA ( BPPS ) TAHUN AKADEMIK 2011/2012

FORMULIR PERMOHONAN BEASISWA PENDIDIKAN PASCASARJANA ( BPPS ) TAHUN AKADEMIK 2011/2012 FORMULIR PERMOHONAN BEASISWA PENDIDIKAN PASCASARJANA ( BPPS ) TAHUN AKADEMIK 2011/2012 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Jl. Bandung No. 1 Malang 65144 Telepon 0341-551253 Fax 0341-562124

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Difusi Inovasi Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker (1971) dan Rogers (1995) yang dikemukakan dalam subbab ini

Lebih terperinci

PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006

PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006 PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006 Panduan Penyusunan Proposal Pengembangan Kapasitas Institusi dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi K-2 MEI 2006 DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

ALOKASI BANTUAN OPERASIONAL PTN (BOPTN)

ALOKASI BANTUAN OPERASIONAL PTN (BOPTN) ALOKASI BANTUAN OPERASIONAL PTN (BOPTN) 26 April 2013 1 PENGGUNAAN BOPTN Pasal 2 Permendikbud RI Nomor 4 Tahun 2013 Rp. 12,5 T PNBP 2013 Rp. 2,7T BOPTN No KOMPONEN BIAYA a. Pelaksanaan penelitian dan pengabdian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada layer Network, layer ketiga dari tujuh OSI (Open System Interconnection)

BAB I PENDAHULUAN. pada layer Network, layer ketiga dari tujuh OSI (Open System Interconnection) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah router merupakan sebuah perangkat keras yang bekerja pada layer Network, layer ketiga dari tujuh OSI (Open System Interconnection) layer yang ada. Fungsi router

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di bidang kehutanan berbentuk

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di bidang kehutanan berbentuk BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Departemen Kehutanan Pada PELITA I, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu, kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sistem perdagangan dan transaksi di dunia. Salah satu perkembangan teknologi

Lebih terperinci

TOPIK SEMBILAN. Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI

TOPIK SEMBILAN. Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI TOPIK SEMBILAN TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan konsep divusi dan inovasi Mengidentifikasi ciri-ciri inovasi Mendeskripsikan masing-masing komponen inovasi Menganalisis sifat-sifat inovasi Menjelaskan inovasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bong-Keun Jeong & Tom E Yoon (2013) mobile banking. Berdasarkan Technology Acceptance Model (TAM),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bong-Keun Jeong & Tom E Yoon (2013) mobile banking. Berdasarkan Technology Acceptance Model (TAM), 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang mengambil topik yang sama : 2.1.1 Bong-Keun Jeong & Tom E Yoon (2013) Penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 INFORMASI UMUM

PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 INFORMASI UMUM PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 I INFORMASI UMUM Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2003 I. PENGANTAR Disadari bahwa paradigma pengembangan pendidikan tinggi di masa depan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : 170/D/T/2010 Tanggal : 17 Februari Hal : Perubahan perguruan tinggi menjadi Badan Hukum Pendidikan

SURAT EDARAN Nomor : 170/D/T/2010 Tanggal : 17 Februari Hal : Perubahan perguruan tinggi menjadi Badan Hukum Pendidikan KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Jl. Jenderal Sudirman, Pintu I Senayan Jakarta 10270 Telepon No. (021) 57946063 Faks. 57946062 SURAT EDARAN Nomor : 170/D/T/2010 Tanggal

Lebih terperinci

IONAL AL PT P N (TRANSISI ME

IONAL AL PT P N (TRANSISI ME BANTUAN OPERASIONAL PTN (TRANSISI MENUJU UKT) DIRJEN DIKTI RAPAT DIKTI DAN PARA REKTOR PTN UNTUK TRANSISI PEMBIAYAAN OPERASIONAL PTN 2012 DALAM RANGKA PENERIMAAN MAHASISWA TAHUN AKADEMI 2012/2013 BANDUNG,

Lebih terperinci

No : 0065/SDAR/BSNP/XII/ Desember 2015 Lampiran : satu berkas. Perihal : Peraturan Menteri dan POS UN Tahun Pelajaran 2015/2016

No : 0065/SDAR/BSNP/XII/ Desember 2015 Lampiran : satu berkas. Perihal : Peraturan Menteri dan POS UN Tahun Pelajaran 2015/2016 No : 0065/SDAR/BSNP/XII/2015 23 Desember 2015 Lampiran : satu berkas. Perihal : Peraturan Menteri dan POS UN Tahun Pelajaran 2015/2016 Yang terhormat: 1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 2. Kepala Kantor

Lebih terperinci

untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan

untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan PJJ& TIK untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan Direktorat Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, KEMENRISTEKDIKTI, 2017 Uwes A. Chaeruman Pendidikan Jarak Jauh proses

Lebih terperinci

Definisi-definisi Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah se

Definisi-definisi Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah se DIFUSI INOVASI Everett M. Rogers Jat Jat Wirijadinata Definisi-definisi Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah

Lebih terperinci

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 STANDAR MUTU PENELITIAN Penelitian yang merupakan dharma kedua dari Tri Dharma Perguruan Tinggi memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. Perkembangan terknologi seperti internet sekarang ini sangat pesat. Sejak awal

BAB I PENDAHULUHAN. Perkembangan terknologi seperti internet sekarang ini sangat pesat. Sejak awal BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan terknologi seperti internet sekarang ini sangat pesat. Sejak awal pengenalan lalu lintas komersial pada tahun 1992, Internet telah berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006

PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006 PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2006 Panduan Penyusunan Proposal Pengembangan Sistem Aplikasi dan Konten untuk Jaringan Pendidikan Tinggi Indonesia (INHERENT) K-1 MEI 2006

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Aplikasi dan Konten INHERENT

Pengembangan Sistem Aplikasi dan Konten INHERENT PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TAHUN 2007 Panduan Penyusunan Proposal Pengembangan Sistem Aplikasi dan Konten INHERENT K-1 JUNI 2007 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI yang tidak dapat dihindari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

Information Technology Processing (ISP)

Information Technology Processing (ISP) Information Technology Processing (ISP) Latar Belakang Teknologi dapat dikatakan sebagai sebuah cara untuk melakukan sesuatu, penerapan pengetahuan, selalu mengalami perkembangan karena teknologi adalah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap orang, terutama warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Riwayat DEPKOMINFO RI Sejarah berdirinya Departemen Komunikasi dan Informatika RI ( DEPKOMINFO RI ) sebagai departemen baru, berdasarkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

INDONESIA MANAGING HIGHER EDUCATION FOR RELEVANCE AND EFFICIENCY (IMHERE) Development Credit Agreement No: 4077-IND and Loan Agreement No: 4789-IND

INDONESIA MANAGING HIGHER EDUCATION FOR RELEVANCE AND EFFICIENCY (IMHERE) Development Credit Agreement No: 4077-IND and Loan Agreement No: 4789-IND Bab II PROYEK IMHERE 2.1 Latar Belakang Di era millenium ke-3 dunia menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh globalisasi, semakin penting dan meningkatnya peran pengetahuan sebagai mesin pertumbuhan,

Lebih terperinci

TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN. Abstrak

TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN. Abstrak TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Almed Hamzah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

Isniatun Munawaroh,M.Pd

Isniatun Munawaroh,M.Pd Isniatun Munawaroh,M.Pd PENGERTIAN INOVASI PEMBELAJARAN Inovasi pembelajaran adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang/masyarakat

Lebih terperinci

Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana Disampaikan sebagai Keynote Speech dalam SENASTEK II tahun 2015 di Denpasar Visi Kemenristek 2015-2019 Terwujudnya pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PENELITIAN

STANDAR PROSES PENELITIAN STANDAR PROSES PENELITIAN BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 STANDAR MUTU PENELITIAN Penelitian yang merupakan dharma kedua dari Tri Dharma Perguruan Tinggi memegang peranan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan evolusi Web telah fenomenal, dan terus tumbuh menurut Murugesan et al [1] Web telah mengubah cara orang mengumpulkan informasi, melakukan pekerjaan mereka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kegiatan belajar mengajar harus dilakukan hanya dalam ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan kelas sambil sesekali

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 / PER/M.KOMINFO / 12 / 2010 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN MONITORING LAYANAN INTERNET KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Manual Mutu Pengabdian

Manual Mutu Pengabdian Manual Mutu Pengabdian MM 03 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Kehidupan dan perkembangan akademik di Perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kenyataan-kenyataan dari data tersebut yang disesuaikan dengan perumusan masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kenyataan-kenyataan dari data tersebut yang disesuaikan dengan perumusan masalah. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan dibuat berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis atas kenyataan-kenyataan dari data tersebut yang disesuaikan dengan perumusan masalah.

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 9 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Model Dampak / Pengaruh Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Jaringan Komputer dan Komunikasi Data Tgl. Pembuatan:

Jaringan Komputer dan Komunikasi Data Tgl. Pembuatan: Bagian : NOC - BAPSI Dibuat oleh : M.Achsan Isa Al Anshori Pengamanan Direvisi oleh : Jaringan Komputer dan Komunikasi Data Tgl. Pembuatan: Disetujui oleh : September 2008 Tgl. Revisi : Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda bagi setiap orang. Istilah komputer (computer) diambil dari bahasa Latin computare yang berarti menghitung

Lebih terperinci

Sisdiknas No. 20/2003. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (perbaikan atas PP 17/2010)

Sisdiknas No. 20/2003. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (perbaikan atas PP 17/2010) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN 2011 Aturan yang digunakan Sisdiknas No. 20/2003 SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Pemanfaatan teknologi informasi sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media

Lebih terperinci

Pendidikan Jarak Jauh sebagai Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa di Era Bonus Demografi

Pendidikan Jarak Jauh sebagai Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa di Era Bonus Demografi Pendidikan Jarak Jauh sebagai Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa di Era Bonus Demografi Dewasa ini, pendidikan sudah menemukan suatu metode belajar mengajar yang tidak hanya dilakukan secara tatap muka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan PBB (UNFPA), menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia tahun 2010 telah mencapai 7 miliar jiwa atau bertambah 1 miliar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. bertujuan untuk mempermudah pengelompokan sampel. Adapun analisis

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. bertujuan untuk mempermudah pengelompokan sampel. Adapun analisis BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Jaringan internet di lingkungan Universitas Bina Nusantara dibagi menjadi 3 wilayah diantaranya daerah Anggrek, Syahdan, dan Taisir. Hal

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS KONDISI EKSISTING TIK UNHAS DAN KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN TIK

BAB 2 ANALISIS KONDISI EKSISTING TIK UNHAS DAN KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN TIK BAB 2 ANALISIS KONDISI EKSISTING TIK UNHAS DAN KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN TIK Pengembangan TIK yang dilakukan oleh Unhas dalam kurun waktu 2009 2013 harus memperhatikan kondisi eksisting TIK. Dalam bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus-menerus oleh pemerintah bersama-sama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM HIBAH PERGURUAN TINGGI NEGRI BARU ( PHPTNB) Tahun 2011 POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

PROPOSAL PROGRAM HIBAH PERGURUAN TINGGI NEGRI BARU ( PHPTNB) Tahun 2011 POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS PROPOSAL PROGRAM HIBAH PERGURUAN TINGGI NEGRI BARU ( PHPTNB) Tahun 20 POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 20 Lembar Identifikasi Nama Perguruan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN UNIVERSITAS TERBUKA POKJA PENGEMBANGAN SISTEM SPJJ

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN UNIVERSITAS TERBUKA POKJA PENGEMBANGAN SISTEM SPJJ LAPORAN HASIL KUNJUNGAN UNIVERSITAS TERBUKA POKJA PENGEMBANGAN SISTEM SPJJ PENDAHULUAN Kampus pusat UT memiliki LAN yang menyeluruh dan terintegrasi. Data yang mengalir pada beberapa aplikasi user interface

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 19 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Prima Tani merupakan salah satu program Badan Litbang Pertanian yang di dalamnya terdapat unsur inovasi. Sebagai suatu inovasi, Prima Tani diperkenalkan

Lebih terperinci

UPI Bandung. Tugas Kuliah Komputer Masyarakat

UPI Bandung. Tugas Kuliah Komputer Masyarakat UPI Bandung Beberapa Definisi Pembelajaran jarak jauh Pembelajaran dengan perangkat komputer Pembelajaran formal vs informal Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli dibidang masing-masing Definisi E-Learning

Lebih terperinci

Wawasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ITC)

Wawasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ITC) Wawasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ITC) Bagi Mahasiswa Baru Universitas Negeri Yogyakarta 2003 Drs. Sahid, MSc. Jurdik Matematika FMIPA UNY 2003 1 TUJUAN UMUM Mengoptimalkan prestasi akademik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengujian hipotesis, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengujian hipotesis, dengan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengujian hipotesis, dengan melihat hubungan faktor-faktor yang ada dalam suatu organisasi saat ini(sekaran

Lebih terperinci

Cheaper, Faster, and Better

Cheaper, Faster, and Better Cheaper, Faster, and Better Prinsip dalam Pengembangan E-Learning A Brief History 1950 Teori belajar behavioristik mulai disebarluaskan, tidak hanya untuk militer tapi untuk pendidikan formal 1960 Teaching

Lebih terperinci

Peran Sistem Informasi Berbasis TIK dalam Upaya Membangun Good University Governance

Peran Sistem Informasi Berbasis TIK dalam Upaya Membangun Good University Governance Peran Sistem Informasi Berbasis TIK dalam Upaya Membangun Good University Governance Sugema 1) 1) Program Studi Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta Jalan Limau II, Kebayoran

Lebih terperinci

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 A. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning untuk

Lebih terperinci

Mata pelajaran ini memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai konsep dasar dan design jaringan komputer.

Mata pelajaran ini memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai konsep dasar dan design jaringan komputer. Uraian dan Sasaran Uraian : Mata pelajaran ini memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai konsep dasar dan design jaringan komputer. Sasaran : Mahasiswa bisa mendesign dan membangun jaringan komputer

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jln. Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Indralaya, OI, Sumatera Selatan 30662 http://www.unsri.ac.id

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jln. Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Indralaya, OI, Sumatera Selatan 30662 http://www.unsri.ac.id K UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jln. Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Indralaya, OI, Sumatera Selatan 30662 http://www.unsri.ac.id Senin, 15 Juni 2009 Universitas Sriwijaya Dipersiapkan Masuk 500 Besar Versi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

HAND-OUT MATAKULIAH INOVASI DAN DIFUSI PENDIDIKAN. (Suyantiningsih, M.Ed.)

HAND-OUT MATAKULIAH INOVASI DAN DIFUSI PENDIDIKAN. (Suyantiningsih, M.Ed.) HAND-OUT MATAKULIAH INOVASI DAN DIFUSI PENDIDIKAN (Suyantiningsih, M.Ed.) PENDAHULUAN Dalam sejarah Amerika Serikat, teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950-an. Dalam konteks sejarah yang dimaksud,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara sehingga muncul slogan Quality is everybody business, dimana

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara sehingga muncul slogan Quality is everybody business, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mutu merupakan kebutuhan utama setiap orang, setiap institusi bahkan setiap negara sehingga muncul slogan Quality is everybody business, dimana usaha untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Universitas Terbuka adalah Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia yang diresmikan pada tanggal 4 September 1984, berdasarkan Keputusan Presiden

Lebih terperinci

VoIP (Voice Over Internet Protocol)

VoIP (Voice Over Internet Protocol) VoIP (Voice Over Internet Protocol) VoIP (Voice over Internet Protocol) merupakan nama lain internet telephony. Internet telephony adalah hardware dan software yang memungkinkan pengguna Internet untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Inovasi Produk Menurut Kotler dan Keller (2009) inovasi adalah produk, jasa, ide, dan persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

Lebih terperinci

Kebijakan Kemristekdikti Pengembangan Akademik Perguruan Tinggi

Kebijakan Kemristekdikti Pengembangan Akademik Perguruan Tinggi Kebijakan Kemristekdikti Pengembangan Akademik Perguruan Tinggi Rakornas Bidang Akademik Perguruan Tinggi Muhammadiyah/ Aisyiyah Intan Ahmad Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xxi. DAFTAR GAMBAR... xxiii. DAFTAR LAMPIRAN... xxv

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xxi. DAFTAR GAMBAR... xxiii. DAFTAR LAMPIRAN... xxv DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xxi DAFTAR GAMBAR... xxiii DAFTAR LAMPIRAN... xxv DAFTAR ISTILAH... xxvii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 6 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Pengembangan Ekosistem Inovasi dan Kurikulum Edukasi untuk mendukung revolusi teknologi manufaktur 4.0

Pengembangan Ekosistem Inovasi dan Kurikulum Edukasi untuk mendukung revolusi teknologi manufaktur 4.0 Pengembangan Ekosistem Inovasi dan Kurikulum Edukasi untuk mendukung revolusi teknologi manufaktur 4.0 Industrial Summit Implementasi Industri 4.0 dalam rangka Transformasi Lanskap Industri Nasional Menuju

Lebih terperinci

: POB-SJSK-014 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU Tanggal Berlaku : 1/1/2013 Layanan IP Publik Internet Nomor Revisi : 03

: POB-SJSK-014 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU Tanggal Berlaku : 1/1/2013 Layanan IP Publik Internet Nomor Revisi : 03 1. TUJUAN 1.1. Meningkatkan layanan informasi publik IPB dengan memberikan fasilitas IP Publik yang dapat di kelola mandiri oleh unit kerja. 1.2. Meningkatkan kuantitas konten IPB, dengan memperbanyak

Lebih terperinci

Panduan Penyusunan Proposal PROGRAM HIBAH KOMPETISI ASOSIASI PROFESI MAHASISWA (PHK-APM))

Panduan Penyusunan Proposal PROGRAM HIBAH KOMPETISI ASOSIASI PROFESI MAHASISWA (PHK-APM)) 005/WKAM/DIT-AK/10 Panduan Penyusunan Proposal 2007 PROGRAM HIBAH KOMPETISI ASOSIASI PROFESI MAHASISWA (PHK-APM)) Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN. penyedia jasa internet pada jaringan backbone akan tetapi belum diperuntukkan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN. penyedia jasa internet pada jaringan backbone akan tetapi belum diperuntukkan BAB III ANALISIS DAN DESAIN 3.1 Analisis Masalah Saat ini ketersediaan alokasi alamat IPv4 akan semakin menipis dan menurut APJII (Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia) akan diperkirakan akan habis

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Service mempunyai banyak karakteristik seperti, bersifat intangible dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Service mempunyai banyak karakteristik seperti, bersifat intangible dan BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Pengertian Service Service atau layanan sekarang ini sudah sangat berbeda dengan layanan tradisional yang dulu pernah ada. Layanan sekarang ini lebih bersifat cepat, tanggap,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia *

Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia * Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia * Teguh Kurniawan Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI,Kampus FISIP UI Gd B Lt 2 Depok 16424, email

Lebih terperinci

PANDUAN ONLINE PENGAJUAN PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JARAK JAUH BAGI PROGRAM DIPLOMA DAN SARJANA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

PANDUAN ONLINE PENGAJUAN PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JARAK JAUH BAGI PROGRAM DIPLOMA DAN SARJANA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1 PANDUAN ONLINE PENGAJUAN PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JARAK JAUH BAGI PROGRAM DIPLOMA DAN SARJANA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INDONESIA 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membiayai berbagai keperluan pemerintah dan pembangunan, antara

BAB I PENDAHULUAN. untuk membiayai berbagai keperluan pemerintah dan pembangunan, antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah suatu negara yang berkembang saat ini, dimana negara Indonesia membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

Lebih terperinci

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Untuk memaksimalkan laba dari investasi infrastruktur e-bisnis, perlu pemahaman tentang bagaimana perusahaan dalam menerapkan e-bisnis. Penelitian menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Bagian : NOC - BAPSI Dibuat oleh : M.Achsan Isa PENGAMANAN LAYANAN Direvisi oleh : Disetujui oleh : November 2008 Tgl. Revisi : Jumlah Halaman : 6

Bagian : NOC - BAPSI Dibuat oleh : M.Achsan Isa PENGAMANAN LAYANAN Direvisi oleh : Disetujui oleh : November 2008 Tgl. Revisi : Jumlah Halaman : 6 Bagian : NOC - BAPSI Dibuat oleh : M.Achsan Isa PENGAMANAN LAYANAN Direvisi oleh : INTERNET Tgl. Pembuatan: Disetujui oleh : November 2008 Tgl. Revisi : Jumlah Halaman : 6 I. TUJUAN Saat ini teknologi

Lebih terperinci