HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak Rimpang Temulawak dan Hasil Pencirian Kurkuminoid

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak Rimpang Temulawak dan Hasil Pencirian Kurkuminoid"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak Rimpang Temulawak dan Hasil Pencirian Kurkuminoid Ekstak kurkuminoid diperoleh dengan mengekstraksi 1 kg serbuk temulawak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol selama 48 jam. Residu hasil maserasi diekstraksi kembali dengan metode Soxhlet menggunakan pelarut etanol sampai pelarut tidak berwarna. Selanjutnya, ekstrak etanol dari kedua metode ekstraksi tersebut diekstraksi cair-cair menggunakan pelarut heksana untuk menghilangkan minyak atsiri (Jayaprakasha et al. 2002). Fraksi etanol selanjutnya dipekatkan dengan penguap putar dan pelarut etanol dihilangkan dengan pengeringan beku (freeze-drying). Hasil ekstraksi diperoleh rendemen ekstrak sebesar 7,62% (Lampiran 2) dalam bentuk pasta. Analisis HPLC dilakukan untuk memastikan komponen utama yang terkandung pada ekstrak etanol rimpang temulawak adalah kurkuminoid, yang menunjukkan bahwa ekstraksi sudah dilakukan dengan baik. Standar kurkuminoid yang digunakan adalah standar kurkuminoid komersial yang diisolasi dari rimpang kunyit (Curcuma longa) yang memiliki tiga komponen utama dengan waktu retensi (Rt) 7,853 menit, 8,460 menit, dan 9,090 menit. Menurut Jayaprakasha et al. (2002) bahwa ketiga puncak tersebut diidentifikasi secara berturut-turut sebagai bisdemetoksikurkumin, demetoksikurkumin, dan kurkumin. Kromatogran HPLC (Gambar 6) memperlihatkan bahwa terdapat dua puncak utama pada sampel dengan waktu retensi 8,423 dan 9,050 menit, juga terdapat satu puncak dengan luas yang jauh lebih kecil dan memiliki waktu retensi 7,817 menit. Hasil analisis HPLC menunjukkan bahwa komponen utama ekstrak etanol sampel adalah kurkumin dan demetoksikurkumin serta sedikit bisdemetoksikurkumin. Hasil ini berbeda dengan yang dikemukakan Kertia et al. (2005) bahwa kurkuminoid rimpang temulawak hanya mengandung kurkumin dan demetoksikurkumin. Berdasarkan luas puncak pada kromatogram (Lampiran 3) juga dapat diketahui kurkumin adalah komponen terbesar dalam ekstrak etanol rimpang temulawak. komponen utama ekstrak etanol sampel adalah dua senyawa kurkuminoid, yaitu demetoksikurkumin dan kurkumin dengan komposisi masingmasing 27,51% dan 65,42%.

2 20 a b Waktu (menit) Gambar 6. Kromatogram HPLC (a) standar kurkuminoid dan (b) ekstrak etanol Analisis FTIR dimaksudkan untuk melihat karakteristik gugus fungsi suatu senyawa. Secara umum, spektrum FTIR dapat dibagi ke dalam empat daerah dan gugus fungsi dapat ditentukan berdasarkan lokasi spektrumnya. Keempat daerah tersebut antara lain daerah regangan X-H ( cm -1 ), daerah ikatan rangkap tiga ( cm -1 ), daerah ikatan rangkap dua ( cm -1 ), dan daerah sidik jari ( cm -1 ) (Stuart 2004). Menurut Naama et al. (2010) spektrum FTIR kurkuminoid memiliki puncak-puncak spesifik pada bilangan gelombang cm -1 (regangan O-H), 1420 cm -1 (regangan C=C aromatik), 1500 cm -1 (regangan C=C olefin), 1618 cm -1 (regangan C=O), dan regangan C=C-H aromatik pada bilangan gelombang 700, 720, dan 810 cm -1. Transmitan Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 7. Spektrum FTIR Standar Kurkuminoid dan Ekstrak Etanol Sampel.

3 21 Perbedaan spektrum FTIR standar kurkuminoid dengan ekstrak etanol sampel (Gambar 7; Tabel 2) adalah puncak regangan O-H ekstrak etanol sampel memiliki intensitas transmitan yang lebih besar, hal tersebut karena adanya ikatan hidrogen antar molekul dan masih terdapatnya pelarut pada ekstrak tersebut. Adanya pelarut pada ekstrak etanol sampel juga ditunjukkan oleh puncak pada bilangan gelombang 1010 cm -1 yang merupakan puncak regangan C O alkohol primer. Tabel 2. Puncak-puncak spesifik ekstrak etanol sampel Bilangan gelombang (cm -1 ) Gugus fungsi Ekstrak etanol temulawak Silverstein et al. (2005) Regangan O-H Regangan C-H aromatik Regangan C-H metil Nada lipat aromatik Regangan C=C-C=C diena terkonjugasi Regangan C=O (tautomerisasi keto-enol) Regangan C=C aromatik 1608, 1508, , 1497, 1466 Regangan C-O-C tak simetrik alkil aril eter Uluran dan regangan C-CO-C Regangan C-O alkohol primer Tekukan C-H olefin keluar bidang Tekukan C-H aromatik keluar bidang 808 dan Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Lemak Padat Komposisi bahan untuk pembuatan nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat pada penelitian ini menggunakan formula terbaik hasil peneliatian Yadav et al. 2008, yaitu konsentrasi asam palitat 1% : kurkuminoid 1% : poloksamer 188 0,5% (b/v) dengan volume 100 ml. Formula dibuat dengan mencampurkan fase lemak (asam palmitat dan kurkuminoid) dengan fase berair (air deionisasi dan poloksamer 188) pada suhu 75 C. Kemudian diaduk selama 5 menit, dihomogenisasi dengan kecepatan rpm selama 1 menit dan didinginkan dengan menempatkannya pada penangas air. Formula yang dihasilkan berupa

4 22 emulsi keruh dengan warna kuning cerah (Gambar 8). Formulasi dilakukan pada suhu 75 C, yaitu ± 10 C di atas titik leleh asam palmitat (63 C) dimana fase lemak berada pada kondisi cair ketika didispersikan ke dalam fase berair sehingga lemak cair akan terdispersi dalam bentuk tetesan-tetesan kecil pada fase berair yang distabilkan oleh pengemulsi. Pendinginan emulsi dimaksudkan agar tetesantetesan lemak yang terdispersi pada fase cair dapat sesegera mungkin mengkristal dengan ukuran partikel kecil sebelum tetesan-tetesan tersebut menggumpal kembali menjadi tetesan-tetesan yang lebih besar (Anton et al. 2008). Gambar 8. Emulsi sebelum sonikasi (koleksi pribadi). Emulsi selanjutnya diultrasonikasi berdasarkan ragam intensitas dan waktu untuk mengetahui kondisi ultrasonikasi terbaik yang dapat menghasilkan nanopartikel yang seragam. Ultrasonikasi tahap I digunakan 6 ragam kondisi ultrasonikasi (Tabel 3) dan kondisi A dengan kondisi ultrasonikasi sesuai penelitian Yadav et al Emulsi diultrasonikasi dengan volume 25 ml pada gelas piala 50 ml dan selanjutnya didinginkan pada lemari pendingin. Metode ultrasonikasi bertujuan untuk memecah partikel dalam emulsi menjadi partikel yang lebih kecil. Menurut Hielscher (2005), ketika gelombang ultrasonik digunakan untuk mengecilkan ukuran partikel, aliran cairan berkecepatan sangat tinggi yang dihasilkan dari kavitasi akustik akan membuat partikel-partikel bertubrukan satu sama lain pada kecepatan lebih tinggi dari 1000 km/jam. Hal tersebut merusak gaya van der Waals bahkan ikatan utama dalam partikel. Partikel besar mengalami pengikisan atau pengecilan ukuran. Kondisi tersebut juga terjadi pada partikel lemak padat yang menyalut kurkuminoid, sehingga ukuran partikel lemak padat

5 dalam emulsi menjadi semakin kecil berbanding lurus dengan energi ultrasonikasi yang diaplikasikan. Kondisi ultrasonikasi terbaik adalah dengann energi tertinggi yang dapat diaplikasikan pada emulsi tanpa merusak stabilitas emulsi tersebut. Dari hasil ultrasonikasi tahap I (Tabel 3) diketahui bahwa amplitudo ultrasonikasi yang lebih tinggi dapat merusak kestabilan emulsi. Sebagai perbandingan, kondisi ultrasonikasi C2 (amplitudo 40%, waktu 20 menit) dengan energi ultrasonikasi Joule menghasilkan emulsi yang tidak stabil, sementara kondisi ultrasonikasi B3 (amplitudo 30%, waktu 30 menit) dengan energi ultrasonikasi Joule menghasilkan emulsi yang stabil (Lampiran 4). Ketidak-stabilan emulsi dapat terlihat dari penggumpalan yang terjadi pada saat emulsi hasil ultrasonikasi didinginkan (Gambar 9). Tabel 3. Kondisii emulsi hasil ultrasonikasi tahap I Energi Kondisi Amplitudo Waktu Stabilitas Ultrasonikasi Ultrasonikasi (%) (menit) Emulsi (Joule) A Stabil B Stabil B Stabil B Stabil C Stabil C Tidak stabil* C Tidak stabil* * Tidak stabil: menggumpal 23 B3 C2 Gambar 9. Emulsi hasil sonikasi, B3 (intensits 30% %, waktu 30 menit) dan C2 (intensits 40% %, waktu 20 menit) (koleksi pribadi). Ketidak-stabilan emulsi ini diduga karena rusaknya pengemulsi (poloksamer 188) sebagai akibat dari penggunaan intensitas ultrasonik yang cukup tinggi.

6 24 Pemaparan intensitas ultrasonik yang lama merupakan penyebab terjadinya depolimerisasi pada sebagian besar polimer dalam larutan, bahkan dapat merusak ikatan karbon-karbon. Intensitas ultrasonik yang tinggi sebagai akibat dari penggunaan amplitudo yang tinggi pula, karena intensitas ultrasonik berbanding lurus dengan kuadrat amplitudo (Mason & Lorimer 2002). Poloksamer 188 (HO(CH 2 CH 2 O) 80 (CH 2 CH(CH 3 )O) 27 (CH 2 CH 2 O) 80 H) merupakan kopolimer polioksietilen-polioksipropilen nonionik yang digunakan sebagai pengemulsi pada industri farmasi. Rantai polioksietilen bersifat hidrofilik, sementara rantai polioksipropilen bersifat hidrofobik (Rowe et al. 2009). Ketika gelombang ultrasonik merambat dengan amplitudo tinggi, akan menghasilkan gelembung kavitasi dengan cukup besar dan menghasilkan energi yang cukup tinggi untuk merusak ikatan karbon-karbon pada struktur inti polimer. Berdasarkan data hasil ultrasonikasi tahap I (Tabel 3), maka dilakukan ultrasonikasi tahap II pada kondisi dengan amplitudo lebih rendah dan waktu yang lebih lama (Tabel 4). Hasil ultrasonikasi tahap II (Tabel 4) menunjukkan tiga kondisi ultrasonikasi yang menghasilkan emulsi yang stabil, yaitu A30T40, A20T60, dan A20T120. Tabel 4. Kondisi emulsi hasil ultrasonikasi tahap II Kondisi Amplitudo Ultrasonikasi Waktu Ultrasonikasi Energi Ultrasonikasi Keterangan (%) (menit) (Joule) A30 T Stabil A30 T Tidak stabil A30 T Tidak stabil A20 T Stabil A20 T Stabil * Tidak stabil: menggumpal Pencirian Nanopartikel Lemak Padat Analisis Ukuran Partikel Untuk pengendalian mutu nanopartikel lemak padat dibutuhkan pencirian yang tepat. Keragaman ukuran partikel berkaitan erat dengan sistem penghantaran obat. Banyak sekali teknik yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran partikel, diantaranya photon correlation spectroscopy (PCS), transmission electron microscopy (TEM), scanning electron microscopy (SEM), atomic force

7 25 microscopy (AFM), dan scanning tunneling microscopy (STM). Teknik mikroskop elektron (TEM dan SEM) dan AFM memberikan pengamatan dan pencirian fisik nanopartikel secara langsung. Ketiga teknik tersebut (TEM, SEM, dan AFM) memberikan gambaran visual mengenai bentuk partikel yang diamati. PCS merupakan teknik terbaik untuk pengukuran rutin ukuran partikel. PCS (yang juga dikenal dengan dynamic light scattering) mengukur fluktuasi intensitas sinar yang dihamburkan yang disebabkan oleh pergerakan partikel pada skala waktu mikrodetik. Metode ini mencakup rentang ukuran dari beberapa nanometer sampai 3 mikrometer. Partikel-partikel lebih kecil menyebabkan penghamburan yang lebih kuat pada sudut besar dibandingkan dengan partikel lebih besar. Keuntungan dari metode ini adalah analisis yang cepat, tidak memerlukan kalibarsi, dan peka terhadap partikel submikron (Menhert & Mader 2001). Terdapat dua metode PCS, yaitu metode basah yang menggunakan media pendispersi untuk mendispersikan material uji dan metode kering yang memanfaatkan udara atau aliran udara untuk melarutkan partikel dan membawanya ke zona pemayaran. Partikel dalam emulsi hasil ketiga kondisi ultrasonikasi (A30T40, A20T60, dan A20T120) ditentukan dengan metode PCS (Lampiran 5) untuk mengetahui ukuran rata-rata dengan menggunakan alat particle size analyzer Delsa NanoC (Beckman Coulter) yang dapat mengukur partikel dengan rentang 0,6 nm hingga 7 μm. Kondisi ultrasonikasi mempengaruhi ukuran partikel yang dihasilkan. Energi ultrasonikasi yang semakin tinggi menghasilkan rata-rata ukuran partikel yang semain kecil dengan distribusi yang semakin sempit. Agar energi ultrasonikasi yang tinggi tidak merusak kestabilan emulsi, maka energi ultrasonikasi tersebut harus dicapai melalui pengaplikasian intensitas (amplitudo) yang relatif rendah. Sebagai akibatnya, diperlukan waktu yang relatif lama. Penggunaan amplitudo yang tinggi dapat memicu terbentuknya gelembung kavitasi yang besar sehingga menghasilkan energi yang besar pula. Kondisi ultrasonikasi A20T120 menghasilkan distribusi ukuran partikel terkecil dengan ukuran rata-rata 199,0±99,6 nm (Tabel 5). Besarnya nilai simpangan baku terjadi karena kelemahan metode ultrasonikasi yang dapat menghasilkan partikel dengan distribusi ukuran yang besar bahkan dapat

8 26 mencapai ukuran mikrometer dan juga waktu homogenisasi yang sebentar (1 menit). Ukuran partikel hasil penelitian ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan nanopartikel lemak padat yang dihasilkan oleh Yadav et al. (2008), yaitu 131±2,22 μm dengan menggunakan metode yang sama (ultrasonikasi) tetapi waktu yang lebih pendek. Ukuran partikel dalam rantang mikrometer yang dihasilkan Yadav et al. (2008) diduga karena energi ultrasonikasi yang diaplikasikan tidak cukup besar untuk memecah ukuran partikel lemak padat dalam emulsi. Kakkar et al. (2011) membuat nanopartikel kurkumin tersalut gliseril behenat dengan teknik mikroemulsifikasi dan ukuran partikel yang dihasilkan adalah 134,6±15,4 nm. Komposisi pengemulsi (polisorbat 80) yang lebih besar (45,45%) dan penggunaan emulsi tambahan (soya lesitin) menyebabkan nanopartikel yang dihasilkan lebih kecil. Hal tersebut terjadi karena jumlah pengemulsi yang lebih banyak dapat lebih mencegah terjadinya agregasi kembali antara partikel-partikel yang pecah setelah ultrasonikasi. Kondisi Ultrasonikasi Tabel 5. Distribusi ukuran partikel Kisaran Ukuran Rata-rata Ukuran Partikel Partikel (nm) (nm) (Rata-rata±SD) Indeks Polidispersitas A30 T40 79,0 1627,9 255,8±207,0 0,270 A20 T60 191,3 1033,1 252,3±69,4 0,280 A20 T120* 48,6 978,5 199,0±99,6 0,296 * tiga kali pengukuran Keseragaman ukuran partikel dapat diketahui dari nilai indeks polidispersitas (IP). IP merupakan ukuran lebarnya distribusi ukuran partikel. Nilai IP lebih kecil dari 0,3 menunjukkan bahwa ukuran partikel memiliki distribusi yang sempit, dan nilai IP lebih besar dari 0,3 menunjukkan distribusi yang lebar (Yen et al. 2008). Ketiga kondisi ultrasonikasi (A30T40, A20T60, dan A20T120) memiliki nilai IP lebih kecil dari 0,3 (Tabel 5) yang menunjukkan ukuran partikel berada pada distribusi yang sempit dan mengindikasikan proses pembuatan emulsi yang baik.

9 27 Analisis FTIR Spektroskopi infra merah (IR) merupakan cara yang berguna untuk menyelidiki sifat struktur nanopartikel lemak padat. Melalui metode ini dapat diketahui apakah ada perbedaan gugus fungsi karakteristik bahan baku dengan produk nanopartikel yang dihasilkan. Analisis FTIR dilakukan tehadap semua bahan baku (asam palmitat, kukuminoid, dan poloksamer 188) dan paroduk nanopartikel. Spektrum FTIR produk nanopartikel diharapkan merupakan gabungan dari spektrum FTIR bahan baku. Hasil analisis FTIR terlihat bahwa nanopartikel lemak padat (Gambar 10d) memiliki pita lebar pada bilangan gelombang cm -1 terjadi karena adanya ikatan hidogen antarmolekul yang berasal dari kurkuminoid dan poloksamer 188 (Gambar 10a dan 10c). Berkurangnya intensitas pita lebar tersebut diduga karena komposisi kurkuminoid yang kecil dalam produk nanopartikel lemak padat. Uluran lebar O-H ( cm -1 ) berasal dari asam palmitat (Gambar 10b) yang berada dalam bentuk dimer. Sementara itu, uluran pada bilangan gelombang 3000 cm -1 (regangan C-H aromatik) dari kurkuminoid dan cm -1 (regangan C-H metil) dari semua bahan baku. Puncak kuat pada 1700 cm -1 merupakan uluran C=O dimer asam karboksilat dari asam palmitat. Puncak 1608 dan 1508 cm -1 (regangan C=C aromatik) berasal dari kurkuminoid. Pita guntingan CH 2 dari poloksamer 188 pada bilangan gelombang 1465 cm -1 terlihat pada spektrum FTIR nanopartikel lemak padat. Selain puncak-puncak spesifik seperti yang telah disebutkan di atas, nanopartikel lemak padat juga memperlihatkan puncak spesifik pada bilangan gelombang 1340 cm -1 (tekukan O-H di dalam bidang) yang berasal dari poloksamer 188 dan pita kuat pada 1124 cm -1 yang merupakan uluran C-O-C taksimetrik eter alifatik dari poloksamer 188. Puncak pada bilangan gelombang 930 cm -1 adalah tekukan O-H di luar bidang yang berasal dari asam palmitat. Hasil analisis FTIR nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat secara lengkap disajikan pada Tabel 6.

10 28 (a) (b) (c) (d) Gambar 10. Spektrum FTIR (a) kurkuminoid, (b) asam palmitat, (c) polokamer 188, dan (d) nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat. Tabel 6. Puncak-puncak Spesifik Nanopartikel Kurkuminoid Tersalu Lemak Padat Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gugus fungsi Kurkuminoid- SLN Silverstein et al. (2005) Asal Ikatan hidrogen antarmolekul Kurkuminoid Poloksamer 188 Uluran lebar O-H Asam palmitat dalam bentuk dimer Regangan C-H Kurkuminoid aromatik Regangan C-H metil Kukuminoid Asam palmitat Poloksamer 188 Uluran C=O dimer Asam palmitat Regangan C=C 1608 dan , 1497, Kurkuminoid aromatik 1466 Tekukan O-H di Poloksamer 188 dalam bidang C-O-C taksimetrik Poloksamer 188 eter alifatik Tekukan O-H di luar bidang Asam palmitat

11 29 Berdasarkan analisis FTIR dapat diketahui bahwa puncak-puncak spesifik pada spektrum nanopartikel lemak padat merupakan refleksi dari puncak-puncak spesifik bahan baku dan tidak terjadi pergeseran bilangan gelombang yang berarti. Hal itu menunjukkan bahwa hanya terjadi interaksi fisika diantara bahan baku. Kurkuminoid tersalut dalam partikel-partikel lemak padat dalam ukuran nanometer dan distabilkan oleh poloksamer 188. Analisis Difraksi Sinar X (XRD) Salah satu parameter penting yang dalam pembuatan nanopartikel lemak padat adalah kristalinitas produk lemak padat, karena parameter ini berkaitan erat dengan penyalutan lemak dan kecepatan pelepasan zat aktif. Difraksi sinar X digunakan secara luas untuk menyelidiki keadaan partikel lemak dan memungkinkan untuk menilai tinggi rendahnya kisi lemak (Menhert & Mader 2001). Selama proses formulasi, lemak padat dilelehkan untuk kemudian didinginkan agar menghasilkan partikel lemak padat dengan ukuran yang kecil. Hasil analisis difraksi sinar X memperlihatkan puncak karakteristik nanopartikel lemak padat (Gambar 11c) memiliki pola yang sama dengan asam palmitat (Gambar 11b) tetapi dengan intensitas yang lebih lemah dikarenakan adanya kurkuminoid yang tersalut di dalam partikel lemak padat. Puncak-puncak karakteristik nanopartikel lemak padat yang sama dengan asam palmitat terdapat pada posisi 2θ: 12, 17, 19, 20, 21, 24, 30, dan 40. Sementara puncak karakteristik kurkuminoid tidak terdapat pada difraktogram nanopartikel lemak padat. Hal itu karena kurkuminoid memiliki kristalinitas rendah (Gambar 11a) yang disebabkan bahan baku kurkuminoid tidak benar-benar berwujud padat dan tetap mempertahankan wujudnya dalam produk nanopartikel lemak padat. Hasil tersebut menegaskan bahwa metode formulasi yang digunakan pada penelitian ini (homogenisasi dan ultrasonikasi) telah baik untuk membuat nanopartikel lemak padat sebagai sistem penghantaran obat.

12 30 (a) (b) (c) Gambar 11. Difraktogram sinar X (a) kurkuminoid, (b) asam palmitat, dam (c) nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat Efisiensi Penjerapan Suatu sistem penghantaran obat harus memiliki kapasitas pemuatan obat yang tinggi dan bertahan lama. Kapasitas pemuatan obat (efisiensi penjerapan) pada umumnya dinyatakan dalam persen obat yang terjerap dalam fase lemak terhadap obat yang ditambahkan (Parhi & Suresh 2010). Ada dua metode untuk menghitung efisiensi penjerapan (EP), yaitu metode langsung dengan cara mengukur jumlah obat yang terjerap dalam fase lemak dan metode tidak langsung dengan cara mengukur jumlah obat yang tidak terjerap dalam fase lemak. Pada penelitian ini, EP dihitung dengan metode langsung, yaitu dengan mengekstraksi kurkuminoid yang terjerap dalam matriks lemak menggunakan metanol setelah

13 31 lemak padat dipisahkan dari medium pendispersi dengan sentrifugasi. Konsentrasi kurkuminoid selanjutnya ditentukan dengan metode spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang maksimum kurkuminoid (424,8 nm) (Lampiran 6). Penentuan EP kurkuminoid dalam nanopartikel lemak padat diketahui sebesar 0,80% (Tabel 7) sangat jauh dibawah nilai yang diharapkan (lebih besar dari 60%). Hasil tersebut dikarenakan jumlah kurkuminoid yang ditambahkan ketika formulasi terlalu besar, yaitu dengan perbandingan 1 : 1 (asam palitat : kurkuminoid) atau komposisi kurkuminoid 50% dari fase lemak. Komposisi yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan penelitian Yadav et al. (2008) yang melakukan formulasi mikropartikel kurkumin tersalut asam palmitat dengan efisiensi penjerapan 74,58%. Tingginya EP pada penelitian Yadav et al. (2008) karena partikel lemak padat yang dihasilkan memiliki ukuran dalam kisaran mikropartikel (131 μm) sehingga memiliki volume yang jauh lebih besar yang memungkinkan kapasitas penyalutan yang lebih besar pula. Nilai EP bergantung pada seberapa besar zat aktif yang ditambahkan pada saat pembuatan nanopartikel lemak padat, karena merupakan perbandingan jumlah zat aktif yang terjerap dengan yang ditambahkan. Penelitian Abdelbary & Fahmy (2009) mengenai desain dan pencirian nanopartikel diazepam tersalut nanopartikel lemak padat memperoleh hasil terbaik dengan komposisi diazepam 5% dari fase lemak dengan nilai EP 88,7%. Komposisi zat aktif yang digunakan pada penelitan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan komposisi zat aktif pada penelitian Yadav et al. (2008) yang menjadi acuan pada penelitian ini. Untuk meningkatkan efisiensi penjerapan kurkuminoid pada penelitian ini, selanjutnya dibuat dua formula dengan komposisi kurkuminoid yang lebih kecil dari formula awal, yaitu formula II dan formula III dengan komposisi bahan baku (asam palmitat : kurkuminoid) masing-masing 1 : 0,1 dan 1 : 0,01. Formula II dan III memiliki nilai efisiensi penjerapan yang jauh lebih besar dibandingkan formula I (Tabel 7), yaitu sebesar 77,65% dan 86,85% (Lampiran 6). Penggunaan kurkuminoid yang terlalu besar (formula I) menjadi tidak efisien, karena sebagian besar kurkuminoid terlarut dalam media pendispersi (air) dengan adanya pengemulsi (poloksamer 188) yang dapat meningkatkan kelarutan zat aktif dalam media pendispersi tersebut (Abdelbary & Fahmy 2009). Hal itu dapat terlihat dari

14 32 warna emulsi yang dihasilkan (Gambar 12). Warna kuning pada emulsi formula I lebih pekat dibandingkan formula II dan formula III. Tabel 7. Efisiensi Penjerapan Formula Komposisi (gram) Efisiensi Asam palmitat kurkuminoid Penjerapan (%) I 1 1,00 0,80 II 1 0,10 77,65 III 1 0,01 86,85 a b c Gambar 12. Emulsi (a) formula I, (b) formula II, dan (c) formula III (koleksi pribadi) Selain komposisi kurkuminoid dan pengemulsi, EP juga dipengaruhi oleh kelarutan zat aktif dalam lemak cair (Parhi & Suresh 2010). Ketika fase lemak (lemak cair dan zat aktif) didispersikan ke dalam fase berair (air dan pengemulsi) dengan metode homogenisasi, fase lemak akan terdispersi dalam bentuk tetesantetesan kecil. Apabila zat aktif tidak larut sempurna dalam lemak cair, maka sebagian zat aktif akan terlepas dari matriks lemak dan terlarut dalam media pendispersi yang distabilkan oleh pengemulsi. Hal inilah yang terjadi pada formula I dan II, sehingga emulsi terlihat berwarna kuning yang disebabkan oleh kurkuminoid yang terdapat pada media pendispersi. Untuk itu, pemilihan lemak padat yang sesuai untuk melarutkan zat aktif sangat penting dalam pembuatan nanopartikel lemak padat. Kelarutan zat aktif dalam lemak cair juga dapat ditingkatkan dengan penambahan surfaktan sebagai zat peningkat kelarutan (solubilizer agent). Berbeda dengan formula I dan II, warna emulsi formula III cenderung berwarna putih. Hal itu terjadi karena kurkuminoid yang ditambahkan hampir semuanya tersalut dalam matriks lemak. Akan tetapi, formula II memiliki jumlah kurkuminoid terjerap yang paling besar, yaitu 77,65% dari 0,1 gram kurkuminoid yang ditambahkan saat formulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Perbandingan turbiditas formula PP7 dan PO1 secara visual.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Perbandingan turbiditas formula PP7 dan PO1 secara visual. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Surfaktan Terpilih Tahap awal penelitian ini dilakukan pemilihan jenis surfaktan. Pada tahap pemilihan jenis surfaktan ini menggunakan formula yang sama yaitu formula P. Surfaktan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rimpang Curcuma longa (a) dan Curcuma xanthorrhiza (b). (koleksi pribadi)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rimpang Curcuma longa (a) dan Curcuma xanthorrhiza (b). (koleksi pribadi) TINJAUAN PUSTAKA Kurkuminoid Temulawak dan kunyit merupakan tumbuhan tahunan, termasuk suku Zingiberaceae. Di Indonesia khususnya di pulau Jawa, temulawak merupakan tumbuhan yang biasa digunakan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 4 HSIL PERCON DN HSN Parameter dalam proses emulsifikasi penguapan pelarut yang mempengaruhi ukuran partikel, potensial zeta, sifat hidrofil dan pengisian obat meliputi: (i) Intensitas dan durasi homogenisasi;

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Ekstraksi likopen dari tomat dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton : metanol dengan perbandingan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan yang sudah ditambahkan ekstrak disonikasi kembali, kemudian dikeringkan dengan pengering semprot.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan yang sudah ditambahkan ekstrak disonikasi kembali, kemudian dikeringkan dengan pengering semprot. 8 Larutan yang sudah ditambahkan ekstrak disonikasi kembali, kemudian dikeringkan dengan pengering semprot. Penentuan Ukuran dan Morfologi Nanopartikel dengan Mikroskop Elektron Payaran (Modifikasi Desai

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Studi terhadap kitosan telah banyak dilakukan baik dalam bentuk serpih, butiran, membran, maupun gel. Kemampuan kitosan yang diterapkan dalam berbagai bidang industri modern,

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) Gambar 4 Twin trough chamber (a) dan flat bottom chamber (b)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) Gambar 4 Twin trough chamber (a) dan flat bottom chamber (b) 6 pengembang yang masih segar. Pelat dideteksi dengan UV 366 nm. Stabilitas Analat pada Pelat dan dalam Larutan. Ekstrak ditotolkan pada pelat 10 x 10 cm. Ekstrak dibuat sebanyak tiga buah. Ekstrak satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata)

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata) BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata) 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah nanopartikel

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO Cicik Herlina Yulianti 1 1) Dosen Fakultas Teknik Prodi Elektro Universitas Islam Lamongan Abstrak Pengembangan material kristalin berukuran nano merupakan suatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran Analisis dengan spektrofotometri inframerah (IR) bertujuan mengetahui adanya gugus fungsi pada suatu bahan.

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt%

Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt% BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Pada pembuatan nanofiber Poly(ethylene oxide)(peo)/tio 2, ada beberapa proses yang harus dilewati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam (Hevea Brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Karet alam pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Surfaktan Gemini 12-2-12 Sintesis surfaktan gemini dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan metode termal. Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi bimolekular

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci