BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan untuk meningkatkan daya serap bentonit sebagai adsorben. Dalam perendaman tersebut pengotor-pengotor yang menutupi pori-pori adsorben akan dilarutkan. Sehingga menyebabkan pori semakin besar yang berakibat meningkatnya luas permukaan bentonit. Selanjutnya bentonit tersebut dikalsinasi dengan menggunakan furnace pada temperature 400 o C yang bertujuan untuk mengeluarkan molekul air dari rangkaian kristal. Kemudian bentonit dikarakterisasi dengan menggunakan Surface Area Analyzer (SAA). 5.1 Karakterisasi Bentonit Menggunakan Surface Area Analyzer (SAA) dengan metode Brunauer-Emmet-Teller (BET) Isoterm adsorpsi menunjukkan hubungan kesetimbangan antara konsentrasi adsorbat dalam fluida dan pada permukaan adsorben, pada suhu tetap. Fungsi dari metode ini yaitu untuk mengetahui perubahan luas permukaan spesifik dan volum total pori yang terjadi pada bentonit setelah diaktivasi. 35

2 Gambar 8. Grafik Adsorpsi Isotermal N 2 Gambar 8 menunjukkan bahwa bentonit yang diaktivasi memiliki adsorpsi isoterm nitrogen tipe I dengan interaksi secara kimia yang hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer adsorption). Isoterm tipe I dominan terjadi pada tekanan relatif yang rendah dan didominasi pada material yang memiliki pori kecil (mikropori) atau mesopori yang mendekati mikropori Tabel 2. Data hasil analisis bentonit teraktivasi dengan metode BET Luas Permukaan Spesifik (m 2 /g) 30,54 Volume total pori (cc/g) 1,392 x 10-2 Ukuran Pori (Å) 1,838 x 10 2 Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa luas permukaan sampel bentonit setelah diaktivasi sebesar 30,54 m 2 /g. Sedangkan luas permukaan spesifik hasil

3 37 perhitungan sebesar 38,696 m 2 /g. Hal ini kemungkinan karena adanya perbedaan perhitungan pada hasil luas permukaan dan umumnya kurva linear BET terjadi pada range p/p o 0,05-0,30. Namun hasil analisis bentonit sebelum diaktivasi memiliki luas permukaan spesifik sebesar 35,315 m 2 /g. Hal ini mungkin disebabkan ketika proses destruksi yang berlangsung yaitu dengan penambahan HCl 0,5M kurang maksimal. Selain itu proses pemanansan dapat mempengaruhi struktur bentonit, sehingga mengakibatkan proses desorpsi akibat permukaan yang telah jenuh. Menurut penelitian Priambodo (2014), konsentrasi asam klorida sangat berpengaruh terhadap daya adsorpsi bentonit. Semakin besar konsentrasi asamnya semakin besar pula jarak bidangnya. Untuk memperoleh data pada tabel 2, diperoleh dari beberapa ketentuan, yaitu nilai slope sebesar 115,174; nilai intersep -1152,5; dan koefisien relasi (r) sebesar 0, Adsorpsi Minyak Bunga Cengkeh Menggunakan Adsorben Bentonit Adsorpsi minyak bunga cengkeh dilakukan dengan metode kromatografi kolom. Prinsip kerja kromatografi kolom yaitu zat cair sebagai fase gerak mengalir melalui fase diam yang berwujud padat kemudian terjadi interaksi berupa adsorpsi oleh padatan tersebut. Tujuan dipilihnya metode ini karena dapat menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang terdapat didalam minyak bunga cengkeh sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan SNI tentang minyak bunga cengkeh. Pada penelitian ini, bentonit bertindak sebagai fase diam atau adsorben, sedangkan minyak bunga cengkeh sebagai fase gerak. Bentonit digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas permukaan yang besar dan memiliki kemampuan mengembang yang baik.

4 38 Sistem kromatografi yang digunakan yaitu sistem kontinyu (flow), dimana digunakan kolom kromatografi sebagai alat untuk proses adsorpsi. Sistem ini dpilih karena dinilai baik untuk pemisahan senyawa yang saling bercampur sehingga diharapkan dapat menjernihkan warna dan meningkatkan kualitas minyak. Pada penelitian ini, sebelum digunakan, kolom tersebut diaktivasi dengan menggunakan pelarut etanol, kemudian dikeringkan dan selanjutnya diisi kan bentonit ke dalam kolom tersebut. Setelah itu, minyak bunga cengkeh dialirkan dari atas ke bawah. Lapisan atas adsorben merupakan lapisan yang berinteraksi langsung dengan minyak bunga cengkeh pada konsentrasi tertinggi, sedangkan lapisan adsorben bagian bawah menyerap minyak bunga cengkeh dengan konsentrasi yang lebih rendah. Namun, lama-kelamaan lapisan atas tersebut akan relatif jenuh dan berkurang daya jerapnya sehingga akan diteruskan pada lapisan berikutnya. Berdasarkan hal tersebut, variasi yang digunakan hanya variasi berat. Hal ini dikarenakan ketika dilakukan variasi laju alir, tetesan yang keluar tidak memenuhi waktu yang ditentukan, sehingga hanya diambil variasi berat. Variasi berat terdiri dari penambahan bentonit 5, 10, 15, 20 gram dengan perbandingan 1:1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pada variasi berat 10 gram didapatkan volume minyak yang lebih banyak dibandingkan dengan variasi berat lainnya. Dan berat 20 gram memiliki volume minyak hasil adsorpsi yang sedikit. Hal ini mungkin disebabkan karena pada saat proses adsorpsi berlangsung, aliran minyak yang terserap pada adsorben lebih cepat dibandingkan dengan pada berat

5 39 20 gram. Sehingga dari variasi berat tersebut dapat dilihat hasil terbaik untuk adsorben penghasil kualitas minyak bunga cengkeh yang memenuhi SNI. 5.3 Analisis sifat Kimia-Fisika Minyak Bunga Cengkeh Warna dan Bau Minyak bunga cengkeh Salah satu parameter analisis menurut SNI No syarat mutu minyak bunga cengkeh yaitu warna dan bau minyak bunga cengkeh. Dari SNI minyak bunga cengkeh tersebut dikatakan memenuhi syarat mutu apabila berwarna kuning hingga coklat tua serta memiliki bau khas eugenol. Tabel 3. Data warna minyak bunga cengkeh Warna minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi Kuning muda Berat Adsorben Warna minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi 5 gram Coklat kemerahan 10 gram Coklat kemerahan 15 gram Coklat kemerahan 20 gram Coklat kemerahan Tabel 3 menjelaskan bahwa minyak cengkeh yang semula berwarna kuning muda mengalami perubahan warna setelah diadsorpsi menggunakan bentonit menjadi coklat kemerahan.

6 40 a b c d e Gambar 9. Minyak Bunga Cengkeh: (a) setelah adsorpsi dengan 20 gram bentonit; (b) setelah adsorpsi dengan 15 gram bentonit; (c) setelah adsorpsi dengan 10 gram bentonit; (d) setelah adsorpsi dengan 5 gram bentonit; (e) sebelum diadsorpsi Gambar 9 menjelaskan bahwa penyebab timbulnya warna tersebut bisa terjadi karena zat warna alamiah yang terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi atau warna yang timbul sebagai hasil reaksi antar komponen, degradasi dari zat warna alamiah dan reaksi senyawa dalam minyak dengan ion logam (Karmelita, 1991). Selain itu, eugenol merupakan senyawa yang apabila terkena cahaya matahari mudah berubah menjadi coklat hitam. Hanya saja terkait bau yang dihasilkan, bau khas eugenol lebih kuat pada hasil minyak bunga cengkeh setelah diadsorpsi. Hal ini bisa dimungkinkan kadar eugenol yang diperoleh dari hasil adsorpsi lebih besar dibandingkan sebelum diadsorpsi dengan bentonit Indeks Bias Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya didalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat pada suhu tertentu. Pengujian indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak. SNI untuk indeks bias yaitu pada rentang 1,529-1,537

7 41 Tabel 4. Data Indeks bias minyak bunga cengkeh Indeks bias minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi 1,533 Berat Adsorben Indeks bias minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi 5 gram 1, gram 1, gram 1, gram 1,532 Tabel 4 menunjukkan variasi berat sedikit mempengaruhi hasil indeks bias. Dijelaskan bahwa, indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Penggunaan adsorben bentonit pada berat 5,10 dan 15 gram tidak mengalami perubahan nilai indeks bias jika dibandingkan dengan nilai indeks bias sebelum diadsorpsi. Hal ini dimungkinkan panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap senyawa terpenoid yang dimiliki minyak baik sebelum dan sesudah diadsorpsi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada penggunaan bentonit 20 gram memiliki penurunan nilai indeks bias. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh warna minyak cengkeh, adanya air dalam kandungan minyak bunga cengkeh tersebut dan penyerapan senyawa terpen yang lebih besar sehingga menurunkan nilai indeks bias minyak. Karena seharusnya nilai indeks bias yang lebih besar dikatakan lebih bagus dibandingkan dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, faktor pencahayaan pada proses analisis indeks bias menggunakan refraktometer, juga dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan. Karena semakin mudah sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias semakin rendah.

8 Bobot jenis Salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri yaitu bobot jenis. Nilai bobot jenis minyak atsiri didefenisikan sebagai perbandingan antara berat minyak dan berat air pada volume dan temperatur yang sama dengan minyak atsiri. Bobot jenis yang sesuai dengan SNI No yaitu antara rentang 1,04-1,07 Tabel 5. Data bobot jenis minyak bunga cengkeh Bobot jenis minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi (g/ml) 1,105 Berat Adsorben Bobot jenis minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi (g/ml) 5 gram 1,06 10 gram 1,06 15 gram 1,06 20 gram 1,05 Tabel 5 tersebut menjelaskan hasil dari minyak bunga cengkeh yang diadsorpsi menggunakan adsorben bentonit menunjukkan adanya peningkatan kualitas. Dimana bobot jenis minyak bunga cengkeh sebelum diadsorpsi belum masuk dalam SNI No Namun setelah diadsorpsi, hasil bobot jenis menjadi masuk dalam range standar nasional tersebut. Hal ini dikarenakan nilai bobot jenis dipengaruhi oleh komponen kimia yang terkandung didalamnya. Namun, ketika digunakan berat adsorben sebanyak 20 gram nilai bobot jenis yang dihasilkan mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan oleh kandungan air yang mungkin terdapat pada minyak bunga cengkeh yang dianalisis.

9 Uji Keasaman Tujuan dari uji keasaman ini adalah untuk mengetahui tingkat keasaman dari sampel minyak bunga cengkeh sebelum dan sesudah diadsorpsi menggunakan kertas ph universal. Sebelumnya telah dilakukan analisis penentuan bilangan asam, namun minyak bunga cengkeh yang diteliti tidak menunjukkan perubahan warna ketika dititrasi menggunakan KOH 0,1N hingga KOH 0,5N. Hal ini kemungkinan disebabkan asam organik dam senyawa asam yang terdapat didalam minyak tersebut sangat besar. Sehingga disimpulkan minyak yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bilangan asam yang sangat tinggi. Berdasarkan SNI bilangan asam maksimal minyak atsiri yaitu bernilai 8. Oleh karena itu, digunakan kertas ph universal untuk memperkirakan tingkat keasaman pada minyak tersebut.. Tabel 6. Data ph minyak bunga cengkeh hasil analisis ph minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi 3 Berat Adsorben ph minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi 5 gram 4 10 gram 5 15 gram 4 20 gram 4 Tabel 6 tersebut menunjukkan bahwa minyak setelah diadsorpsi mengalami kenaikan ph. Dimana pada berat 10 gram terdapat kenaikan yang lebih signifikan dibandingkan sebelum diadsorpsi, hal ini diperkirakan karena asam lemak terserap dengan baik pada permukaan adsorben. Sehingga

10 44 disimpulkan perkiraan tingkat keasaman setelah diadsorpsi memiliki kandungan asam yang lebih rendah. 5.4 Uji Kandungan Logam Fe Pengotor yang mungkin terdapat didalam minyak atsiri yaitu debu, oksida logam, resin dan bahan-bahan yang terlarut, terdispersi atau terelmusi didalamnya. Pengotor minyak atsiri yang terbanyak yaitu logam besi yang menyebabkan minyak berwarna gelap. Analisa logam Fe dapat dianalisis dengan menggunakan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS). Tabel 7. Data Kadar Logam Fe dari minyak bunga cengkeh Kadar logam Fe minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi (ppm) 5,508 Berat Adsorben Kadar logam Fe minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi (ppm) % Penurunan daya serap logam Fe 5 gram 2, ,11 % 10 gram 0, ,59 % 15 gram 0, ,07 % 20 gram 0, ,20 % Tabel 7 menjelaskan tentang pengaruh berat terhadap penyerapan kadar logam Fe pada minyak bunga cengkeh. Hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan kurva standar sehingga akan didapatkan persamaan garis linear yang kemudian digunakan sebagai perhitungan konsentrasi kadar logam Fe. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.4. Dari Tabel 7 tersebut, terdapat % penurunan daya serap kandungan logam Fe setelah minyak bunga

11 45 cengkeh diadsorpsi menggunakan bentonit. Hal ini menunjukkan bentonit memiliki daya adsorpsi yang cukup baik untuk logam Fe. Dengan adanya pengaruh aktivasi menggunakan asam dapat dihasilkan lempung dengan situs aktif dan keasamaan yang lebih besar, sehingga pori-pori bentonit memiliki kemampuan untuk mengikat logam Fe dan menghasilkan pertukaran kation. Selain itu, kadar logam Fe yang menurun memungkinkan sebagai penyebab warna minyak bunga cengkeh yang semula berwarna kuning menjadi coklat kemerahan. 5.5 Analisis Minyak Bunga Cengkeh menggunakan GC-MS Kandungan utama minyak cengkeh adalah senyawa eugenol dan senyawa trans- caryophillene sebagai parameter tambahan. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan-kandungan senyawa yang terdapat pada sampel minyak bunga cengkeh. Sampel minyak bunga cengkeh sebelum diadsorpsi digunakan sebagai pembanding. Hasil yang didapatkan dari alat GC-MS terdiri atas 15 puncak komponen penyusun dalam minyak bunga cengkeh yang ditunjukkan pada Tabel 8 berikut.

12 46 Tabel 8. Data komponen senyawa minyak bunga cengkeh No Senyawa Waktu Retensi (menit) Area (m 2 /g) A% (%) 1 Eugenol 10, ,10 2 Alpha-Copaene 11, ,71 3 Trans-Caryophyllene 11, ,71 4 Alpha-Humulene 12, ,51 5 Eugenol Asetat 12, ,55 6 Delta-Cadinene 12, ,26 7 Cyclohexane 13, ,42 8 Cyclohexane butonoic acid 13, ,43 9 (-)-caryophyllene oxide 13, ,93 10 Ethanone 15, ,96 11 Anethol 23, ,67 12 Dipalmitin 25, ,37 13 Glycerine-1-oleat-3-stearat 25, ,46 14 Linoleic acid 25, ,75 15 Hexadecanoic acid 30, ,17 Tabel 8 tersebut menunjukkan bahwa eugenol berada pada waktu retensi 10,728 dan area Sedangkan trans- caryophillene terdapat pada waktu retensi 11,687 dengan area sebesar Hasil tersebut didapatkan dari kromatogram hasil analisis dengan menggunakan GC, yang berada pada puncak 1 untuk eugenol dan puncak 3 untuk trans- caryophillene. Kromatogram tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

13 Gambar 10. Kromatogram eugenol dan trans- caryophillene Jika dinyatakan dalam persen (%) area eugenol sebesar 77,1 % dan trans- caryophillene sebesar 9,71%. Spektra massa dari eugenol dapat dilihat pada Gambar 11. % m a s s a Gambar 11. Spektra massa eugenol Mr Gambar 11 tersebut menunjukkan senyawa eugenol dalam minyak bunga cengkeh dengan Mr eugenol sebesar 164. Selain itu, senyawa trans- caryophillene yang juga terdapat pada minyak bunga cengkeh memiliki Mr sebesar 204, yang disajikan pada Gambar 12. % m a s s a Gambar 12. Spektra massa trans- caryophillene Mr

14 Analisis Kandungan Eugenol pada Minyak Bunga Cengkeh dengan GC Analisis GC ini dilakukan terhadap sampel minyak bunga cengkeh sebelum dan sesudah diadsorpsi. Tujuannya untuk mengetahui keberadaan % eugenol dari waktu retensi yang didapatkan pada minyak yang sudah diadsorpsi dengan minyak sebelum diadsorpsi digunakan sebagai pembanding. Hal ini dapat dilakukan karena kondisi analisis yang sama pada alat GC dan GC-MS. a eugenol Kromatogram minyak bunga cengkeh pembanding tr= 10,728 (A% eugenol = 77,1) tr % b eugenol 5gram : tr= 10,905 ( A% eugenol =82,92) tr % 10 gram : tr= 10,905 c eugenol (A% eugenol =81,94) tr

15 49 % eugenol d 15 gram: tr= 10,907 (A% eugenol =82,60) tr % e eugenol 20 gram: tr= 10,903 (A% eugenol=82,71) Gambar 13. Kromatogram dan persen (%) Area minyak bunga cengkeh : (a) Pembanding; (b) hasil adsorpsi dengan 5 gram bentonit; (c) hasil adsorpsi dengan 10 gram bentonit; (d) hasil adsorpsi dengan 15 gram bentonit; (e) hasil adsorpsi dengan 20 gram bentonit Gambar 13 merupakan hasil analisis yang didapatkan dari minyak bunga cengkeh sebelum diadsorpsi yang digunakan sebagai pembanding dan minyak bunga cengkeh setelah diadsorpsi dengan bentonit. Berdasarkan hasil tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada waktu retensi yang dimiliki. Hal ini dikarenakan pada minyak bunga cengkeh setelah diadsorpsi memiliki komponen senyawa tambahan yang sebelumnya tidak terdapat pada minyak bunga cengkeh pembanding. Kromatogram tersebut memberikan informasi bahwa terdapat 15 komponen puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh pembanding, 11 komponen puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh yang diadsorpsi menggunakan 5 gram bentonit, 15 puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh tr

16 50 yang diadsorpsi menggunakan 10 gram bentonit, 12 puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh yang diadsorpsi menggunakan 15 gram bentonit dan 13 puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh yang diadsorpsi menggunakan 20 gram bentonit. Namun, beberapa senyawa baru muncul pada minyak bunga cengkeh setelah diadsorpsi dengan bentonit. Hal ini dapat ditunjukkan pada puncak-puncak yang terdapat pada kromatogram dengan waktu retensi yang tidak terdapat pada minyak bunga cengkeh pembanding atau bahkan terdapat komponen senyawa yang hilang. Dimungkinkan ketika proses adsorpsi berlangsung, terdapat pengotor atau terjadinya interaksi antara bentonit dan minyak bunga cengkeh sehingga menghasilkan senyawa baru. Rincian komponen-komponen senyawa yang terdapat pada minyak bunga cengkeh pembanding dan setelah diadsorpsi dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.

17 51 Tabel 9.Komponen senyawa penyusun dalam minyak bunga cengkeh sebelum dan sesudah adsorpsi dengan 5 dan 10 gram adsorben Nama Senyawa Waktu Retensi Senyawa (Rt), Luas Area dan Persen (%) Area Minyak Bunga Cengkeh sebelum diadsorpsi (pembanding) Minyak Bunga Cengkeh setelah diadsorpsi 5 gram bentonit Minyak Bunga Cengkeh setelah diadsorpsi 10 gram bentonit Rt A A% Rt A A% Rt A A% Eugenol 10, ,10 10, ,96 10, ,94 Alpha-Copaene 11, ,71 11, ,68 11, ,63 Trans-Caryophyllene 11, ,71 11, ,29 11, ,25 Alpha-Humulene 12, ,51 12, ,43 12, ,44 Eugenol Asetat 12, ,55 13, ,35 13, ,31 Delta-Candinene 12, ,26 13, ,04 13, ,04 Cyclohexane 13, ,42 13, ,41 13, ,42 Cyclohexane butonoic acid 13, , (-)-caryophyllene oxide 13, ,93 14, ,73 13, ,14 Ethanone 15, ,96 15, ,70 15, ,18 Anethol 23, ,67 23, ,19 23, ,43 Dipalmitin 25, , Glycerine-1-oleat-3-stearat 25, , Linoleic acid 25, , Hexadecanoic acid 30, ,

18 52 Tabel 10.Komponen penyusun dalam minyak bunga cengkeh sebelum dan sesudah adsorpsi dengan 15 dan 20 gram adsorben Nama Senyawa Waktu Retensi Senyawa (Rt), Luas Area dan Persen (%) Area Minyak Bunga Cengkeh sebelum diadsorpsi (pembanding) Minyak Bunga Cengkeh setelah diadsorpsi 15 gram bentonit Minyak Bunga Cengkeh setelah diadsorpsi 20 gram bentonit Rt A A% Rt A A% Rt A A% Eugenol 10, ,10 10, ,60 10, ,71 Alpha-Copaene 11, ,71 11, ,61 11, ,6 Trans-Caryophyllene 11, ,71 11, ,30 11, ,97 Alpha-Humulene 12, ,51 12, ,45 12, ,38 Eugenol Asetat 12, ,55 13, ,16 13, ,19 Delta-Candinene 12, ,26 13, ,18 13, ,03 Cyclohexane 13, ,42 13, ,41 13, ,41 Cyclohexane butonoic acid 13, , (-)-caryophyllene oxide 13, ,93 14, ,91 14, ,09 Ethanone 15, ,96 15, ,2 15, ,69 Anethol 23, ,67 23, ,26 23, ,23 Dipalmitin 25, , Glycerine-1-oleat-3-stearat 25, , Linoleic acid 25, , Hexadecanoic acid 30, ,

19 52

20 53 Perhitungan perubahan area eugenol dan trans- caryophillene dalam minyak bunga cengkeh dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Perubahan (%) = x 100% Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data perbandingan % perubahan eugenol sebelum dan sesudah adsorpsi Berat Adsorben Luas Area Perubahan (%) (gram) Sebelum adsorpsi Setelah adsorpsi , , , ,74 Tabel 11, menunjukkan persen (%) perubahan terbesar terdapat pada berat adsorben 5 gram yaitu sebesar 13,52%. Hal ini dapat disebabkan karena semakin bertambahnya berat adsorben maka semakin sedikit konsentrasi minyak bunga cengkeh yang dihasilkan pada proses adsorpsi. Perubahan (%) berat adsorben (gram) Gambar 14. Grafik persentase perubahan kadar eugenol

21 54 Gambar 14 menjelaskan bahwa penggunaan berat adsorben sebesar 5 gram mengalami kenaikan persen (%) perubahan eugenol. Penggunaan berat 5 gram tersebut merupakan titik optimum, yang disebabkan pori-pori adsorben yang menyerap minyak bunga cengkeh bekerja secara optimum. Namun pada berat adsorben 10, 15 dan 20 gram mengalami penurunan persen (%) perubahan eugenol. Dengan bertambahnya berat adsorben yang digunakan mengakibatkan luas permukaan aktif ikut besar sehingga dimungkinkan secara tidak langsung eugenol ikut terserap kedalam permukaan adsorben sehingga menurunkan kadar eugenol yang dihasilkan. Tabel 12. Data perbandingan % perubahan kadar trans- caryophillene sebelum dan sesudah adsorpsi Berat Adsorben Luas Area Perubahan (%) (gram) Sebelum adsorpsi Setelah adsorpsi , , , ,97 Tabel 12 menjelaskan penggunaan bentonit sebanyak 10 gram dengan persen (%) perubahan trans- caryophillene tertinggi sebesar 1,38 %. Hal ini dikarenakan pada berat tersebut terjadi proses adsorpsi minyak bunga cengkeh oleh bentonit secara optimum. Hubungan antara berat adorben dengan % perubahan eugenol dapat dilihat pada Gambar 14.

22 55 peningkatan (%) berat adsorben (gram) Gambar 15. Grafik persentase perubahan trans-caryphyllene Gambar 15 menjelaskan penggunaan berat bentonit sebesar 5 dan 10 gram mengalami kenaikan persen (%) perubahan trans-caryphyllene. Hal ini disebabkan pori-pori adsorben yang menyerap adsorbat menyerap secara optimal sehingga pada penggunaan berat adsorben 10 gram merupakan titik optimum penyerapan bentonit dalam meningkatkan kenaikan trans-caryphyllene. Sebab penggunaan adsorben sebesar 15 gram menunjukkan penurunan persen transcaryphyllene atau terserap habis karena konsentrasi yang dihasilkan bernilai negatif. Dimungkinkan karena luas area yang dihasilkan yang berarti pori-pori permukaan lebih kecil dibandingkan dengan sebelum diadsorpsi sehingga penyerapan pada berat tersebut menjadi jenuh. Namun, pada berat 20 gram terdapat sedikit perubahan trans-caryphyllene dari berat sebelumnya, hal ini mungkin disebabkan dengan bertambahnya massa adsorben maka luas permukaan aktif yang dimiliki cukup meningkatkan penyerapan bentonit terhadap senyawa trans-caryphyllene.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na + BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Rosita Idrus, Boni Pahlanop Lapanporo, Yoga Satria Putra Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Abstrak.Teknik penyulingan yang dilakukan pengrajin minyak atsiri belum benar, sehingga minyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), beraroma

BAB III DASAR TEORI. tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), beraroma BAB III DASAR TEORI 3.1 Definisi dan Kegunaan Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), beraroma

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 Yield 1 2 3 20 40 60 Tabel L1.1 Data Yield Raw Material 33 Karbon Aktif 15,02 15,39 15,67 Yield 45,53 46,65 47,50 L1.2 Kadar Air dengan Tabel L1.2 Data Kadar Air Cawan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. 1. Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT ii iii iv v vi x xi xii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

*ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo /

*ÄÂ ¾½ Á! ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo / *ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â Okki Novian / 5203011009 Michael Wongso / 5203011016 Jindrayani Nyoo / 5203011021 Chemical Engineering Department of Widya Mandala Catholic University Surabaya All start is difficult Perbedaan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI HASIL PENELITIAN. Oleh: Ferdinand Mangundap

PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI HASIL PENELITIAN. Oleh: Ferdinand Mangundap PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI HASIL PENELITIAN Oleh: Ferdinand Mangundap 0931010014 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PRINSIP DAN TEKNIK PENGGUNAAN GAS SORPTION ANALYZER (GSA) Oleh: Sudarlin, M.Si Jurusan Kimia UIN Sunan Kalijaga 2012

PRINSIP DAN TEKNIK PENGGUNAAN GAS SORPTION ANALYZER (GSA) Oleh: Sudarlin, M.Si Jurusan Kimia UIN Sunan Kalijaga 2012 A. Pengantar PRINSIP DAN TEKNIK PENGGUNAAN GAS SORPTION ANALYZER (GSA) Oleh: Sudarlin, M.Si Jurusan Kimia UIN Sunan Kalijaga 2012 Gas Sorption Analyzer (GSA) tidak termasuk alat analisis instrument karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN Tugas Akhir / 28 Januari 2014 PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN IBNU MUHARIAWAN R. / 1409100046

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL SUSI NURUL KHALIFAH 1408 201 001 Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc PENDAHULUAN Minyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L-1.1 DATA HASIL PERSIAPAN ADSORBEN Berikut merupakan hasil aktivasi adsorben batang jagung yaitu pengeringan batang jagung pada suhu tetap 55 C. L-1.1.1 Data pengeringan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit Ika Sri Hardyanti 1, Dyan Septyaningsih 2, Isni Nurani 3 Emas Agus Prastyo Wibowo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 di bawah ini memperlihatkan diagram alir dalam penelitian ini. Surfaktan P123 2 gr Penambahan Katalis HCl 60 gr dengan variabel Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan minyak nabati yang telah dimurnikan, dibuat dari bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski dari bahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR LAMPIRAN...xiii. 1.2 Perumusan Masalah...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR LAMPIRAN...xiii. 1.2 Perumusan Masalah... DAFTAR ISI JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR...... iii INTISARI......v ABSTRACT...... vi DAFTAR ISI......vii DAFTAR TABEL...... x DAFTAR GAMBAR...... xi DAFTAR LAMPIRAN....xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak jenis tumbuhan yang berpotensi menghasilkan gel cincau. Namun, ada tiga tumbuhan populer yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam + 6 adsorpsi sulfur dalam solar juga dilakukan pada AZT2 dan AZT2.5 dengan kondisi bobot dan waktu adsorpsi arang aktif berdasarkan kadar sulfur yang terjerap paling tinggi dari AZT1. Setelah proses adsorpsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI Kegiatan Praktikum 1: Titrasi Penetralan (Asam-Basa)... Judul Percobaan : Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaOH... Kegiatan Praktikum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat dan phospotungstic acid (HPW, H 3 PW 12 O 40 )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

Cara Pengklasifikasian Kromatografi : Cara Pengklasifikasian Kromatografi : 1. Berdasarkan macam fasa gerak. 2. Berdasarkan pasangan fasa gerak dan fasa diam. 3. Berdasarkan mekanisme pemisahan. 1 Berdasakan Macam fasa gerak 1. Kromatografi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan). Perlakuan modifikasi ini diharapkan akan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan). Perlakuan modifikasi ini diharapkan akan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adsorpsi ion logam Pb 2+, Cr 3+ dan Cu 2+ pada Abu Sekam Padi yang diimobilisasi dengan EDAPTMS (3- Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan).

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. 8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum

Lebih terperinci