HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan yang sudah ditambahkan ekstrak disonikasi kembali, kemudian dikeringkan dengan pengering semprot.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan yang sudah ditambahkan ekstrak disonikasi kembali, kemudian dikeringkan dengan pengering semprot."

Transkripsi

1 8 Larutan yang sudah ditambahkan ekstrak disonikasi kembali, kemudian dikeringkan dengan pengering semprot. Penentuan Ukuran dan Morfologi Nanopartikel dengan Mikroskop Elektron Payaran (Modifikasi Desai & Park 2005) Serbuk nanopartikel kitosan diletakkan pada potongan kuningan (stub) berdiameter 1 cm dengan menggunakan selotip dua sisi. Selanjutnya serbuk tersebut dibuat menjadi konduktif secara elektrik dengan seberkas sinar dari platina lapis tipis (coating) selama 30 detik pada tekanan dibawah 2 Pa dan kuat arus 30 ma. Foto diambil pada tegangan elektron 10 kv dengan perbesaran 3000x, 5000x, 7000x, dan x. Karakterisasi Gugus Fungsi Nanopartikel dengan Fourier Transform Infrared (FTIR) (Kencana 2009) Sebanyak 2 mg sampel nanopartikel dicampur dengan 100 mg KBr untuk dibuat pelet dengan pencetak vakum. Pelet yang terbentuk dikenai sinar infra merah pada jangkauan bilangan gelombang cm -1. Latar belakang penyerapan dihilangkan dengan cara pelet KBr dijadikan satu pada setiap pengukuran. Karakterisasi Derajat Kristalinitas Nanopartikel dengan Difraksi Sinar X (XRD) (Kencana 2009) Sebanyak 200 mg sampel dicetak langsung pada aluminium berukuran 2 x 2.5 cm dengan bantuan perekat. Derajat kristalinitas ditentukan menggunakan alat XRD dengan sumber sinar dari tembaga pada panjang gelombang Ǻ. Aktivitas Antioksidan Metode DPPH dengan spektrofotometri (modifikasi dari Salazar 2009; Yen et al. 2008) Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Sampel ekstrak yang diuji adalah, ekstrak air kulit kayu mahoni, ekstrak waktu ultrasonikasi 30 dan 60 menit. Ekstrak dilarutkan dalam metanol absolut dengan konsentrasi yang berbeda (0, 10, 25, 50,75, dan 100 ppm). Sebanyak 1 ml larutan yang akan diuji ditambahkan dengan 1 ml DPPH (125µM dalam metanol). Sedangkan untuk kitosan digunakan pelarut asam asetat 0.2% dengan konsentrasi (0, 25, 100, 500, dan 1000 ppm). Campuran tersebut kemudian dihomegenasikan dengan vortex, dan diikubasi selama 30 menit. Kemudian, diukur absorbansinya dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 517 nm. Pengujian juga dilakukan terhadap blanko (Larutan DPPH dengan pelarutnya). Kontrol positif yang digunakan adalah senyawa rutin. Nilai absorbansi yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mendapatkan persen penangkapan radikal dan digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi Y = a + b ln x. Nilai IC 50 dihitung dengan menggunakan rumus persamaan regresi tersebut (Lampiran 4). Nilai IC 50 paling rendah menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling tinggi. Adapun aktivitas persen penangkapan radikal DPPH (%) dihitung dengan rumus: %penghambatan=[(a blangko A sampel )/A blangko ] x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi kulit kayu mahoni menggunakan metode rendam air panas. Ekstraksi dilakukan dengan air panas (perbandingan 1 g sampel:10 ml air) pada temperatur 100ºC selama 4 jam. Selanjutnya larutan ekstrak air tersebut disaring dan filtratnya kemudian dikeringkan dengan menggunakan rotary vaccum evaporator bersuhu 60ºC untuk mendapatkan ekstrak kasar kering. Metode ini mengikuti percobaan oleh Harjadi (1993) diacu dalam Mardisadora (2010). Metode Rendam air panas merupakan metode yang mudah dan praktis. Metode ini didasarkan pada kebiasaan masyarakat yang sering mengkonsumsi bahan herbal dengan cara menyeduh dan melarutkannya dalam air panas. Disamping itu, air merupakan pelarut senyawa yang lebih polar, sehingga dapat berikatan dengan senyawa yang bersifat polar misalnya senyawa fenolik atau polifenol. Sriningsih et al. (2008) menyatakan bahwa senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air. Bobot ekstrak air kulit kayu mahoni yang diperoleh adalah sebesar 9.39 gram atau memiliki nilai rendemen 5.86%. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mardisadora (2010) didapatkan rendemen ekstrak air kulit kayu mahoni adalah sebesar 6.44%. Hasil rendemen yang didapatkan pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian oleh Mardisadora (2010), hal ini dikarenakan kulit kayu mahoni yang digunakan berasal dari tanaman mahoni dengan lingkungan agrofisik 8

2 9 yang berbeda. Selain itu, umur tanaman juga berbeda. Penelitian ini menggunakan tanaman yang umurnya lebih muda (10-15 tahun) dibandingkan yang digunakan Mardisadora (2010) yang umurnya tahun, sehingga mempengaruhi kadar senyawa metabolit sekunder tanaman. Produk metabolit sekunder tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman dan interaksi lingkungan (Nurcholis 2008). Hal ini sesuai dengan Hanani et al. (2005) yang menyatakan bahwa kandungan senyawa dalam suatu tanaman yang sama dapat berbeda karena adanya pengaruh iklim, keadaan tanah, sinar matahari, dan cara pengolahannya. Nanopartikel Tersalut Kitosan Pembuatan nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni tersalut kitosan dilakukan dengan membandingkan waktu ultrasonikasi. Variasi waktu ultrasonikasi selama 30 menit dan 60 menit dilakukan untuk mengetahui ukuran nanopartikel dan kehomogenan larutan. Proses ultrasonikasi mempunyai prinsip pemberian energi ultrasonik kepada larutan sehingga dapat memecah partikel-partikel besar yang terdapat di dalam larutan. Ultrasonikasi dengan intensitas tinggi dapat menginduksi secara fisik dan kimia. Semakin lama waktu ultrasonikasi, pemecahan molekul polimer kitosan akan terus berjalan. Kencana (2009) menyatakan bahwa kitosan akan mengalami penurunan bobot molekul secara signifikan pada rentan waktu 8 menit dan 60 menit. Selama proses ultrasonikasi terjadi resonansi, ketika frekuensi gelombang sonic mendekati frekuensi gelombung kavitasi (f f 0 ) yang pada waktu tertentu dianalogikan pecah, karena pada saat itu sistem memliki energi maksimal yang dapat diserap oleh gelembung kavitasi. Hal inilah yang menyebabkan nanopartikel yang terkurung di dalamnya juga akan dapat terpisah satu sama lain sehingga didapatkan nanopartikel dengan ukuran yang lebih kecil (Hapsari 2009). Penelitian ini menggunakan kitosan yang dilarutkan dalam asam asetat. Larutan kitosan 2% kemudian dicampurkan dengan STPP (sodium tripolifosfat) 0.5%. Penambahan STPP bertujuan untuk membentuk ikatan silang ionik antar molekul kitosan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penjerap (Mi et al. 1999). Fosfat memiliki fungsi antara lain meningkatkan emulsifikasi serta mengurangi penggunaan surfaktan (Madsen et al. 2001, diacu dalam Sidqi 2011). Sampel hasil ultrasonikasi dikeringkan dengan menggunakan pengering semprot (spray dryer). Pengering semprot bertujuan untuk mengubah sampel cairan menjadi serbuk karena pengaruh panas yang diberikan (Gambar 7). Prinsip kerja dari pengering semprot ini adalah udara panas yang dibawa oleh alat akan memberikan panasnya pada bahan sampel yang akan dikeringkan, dan mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan (Muchtadi & Ayustaningwarno 2010). Serbuk kitosan-stpp yang didapatkan, dilarutkan kembali dengan penambahan ekstrak diikuti oleh ultrasonikasi kedua dan dikeringkan kembali dengan pengering semprot. Sebanyak 151 ml larutan nanopartikel kitosan-ekstrak kulit kayu mahoni setelah dilakukan pengering semprot menghasilkan bobot sampel serbuk sebesar gram nanopartikel kering untuk ultrasonikasi 30 menit dan gram nanopartikel kering untuk ultrasonikasi 60 menit. Nilai rendemen berturut-turut sebesar 3.104% dan 4.149%. Rendahnya rendemen yang diperoleh disebabkan beberapa sampel menempel pada tabung pengering semprot. Hal ini disebabkan alat tidak mampu mempertahankan suhu pengeringan semprot secara stabil. Suhu pada awal penyemprotan sebesar 173 ºC (inlet) dan suhu saat sampel keluar dari tabung penguap sebesar 73 ºC (outlet). Sehingga menyebabkan sampel tidak bisa kering secara sempurna dan beberapa sampel menempel pada dinding tabung pengering semprot. Tabel 1 Rendemen tersalut kitosan Sampel Bobot Bobot Rendemen Simplisia (Gram) Ekstrak (Gram) Gram % Nanopartikel 1 (Ultrasonikasi menit) Nanopartikel 2 (Ultrasonikasi 60 menit)

3 10 a b c Gambar 6 Gambar 7 Hasil pengering semprot sampel nanokitosan (a), nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni ultrasonikasi 30 menit (b), dan ultrasonikasi 60 menit (c). Ukuran dan Morfologi Nanopartikel Indikasi penyalutan ekstrak kulit kayu mahoni terhadap kitosan dapat dilihat dari ukuran dan morfologi nanopartikel yang dihasilkan. Sampel yang telah dikeringkan kemudian dikarakterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Penentuan ukuran partikel ditentukan oleh bentuk partikel nanokitosan (Kencana 2009). Kitosan dan ekstrak kulit kayu mahoni yang diberi perlakuan ultrasonikasi memiliki bentuk partikel yang menyerupai bola. Ukuran partikel ditentukan dengan mengukur diameter nanopartikel. Perbesaran yang digunakan yaitu mulai dari 5000 kali sampai dengan kali. Penelitian ini juga menggunakan variasi waktu ultrasonikasi dalam pembuatan nanopartikel. Variasi waktu dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu ultrasonikasi terhadap ukuran nanopartikel dengan perlakuan dua kali ultrasonikasi. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah nanopartikel masih bisa dioptimalkan ukurannya dengan penambahan waktu ultrasonikasi. Variasi waktu dibagi menjadi dua bagian, yaitu waktu ultrasonikasi selama 30 menit dan ultrasonikasi selama 60 menit. Hasil foto SEM nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit menunjukkan ukuran berkisar pada rentang nm. Sedangkan dengan waktu ultrasonikasi 60 menit berukuran nm (Gambar 8). Keragaman ukuran nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni tersalut kitosan yang diperoleh pada penelitian ini cukup besar. Perbedaan ukuran tersebut memperlihatkan efek waktu ultasonikasi. Kencana (2009) menyatakan bahwa semakin lama waktu ultrasonikasi menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh ultrasonikator dapat diterima oleh semua partikel dalam larutan kitosan. Morfologi permukaan nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni berbentuk bola. Hasil nanopartikel dengan waktu ultrasonikasi 30 menit memiliki permukaan halus dan cembung. Sedangkan morfologi nanopartikel dengan waktu ultrasonikasi 60 menit memiliki bentuk tidak beraturan dengan permukaan kasar dan berkerut. Ini mengindikasikan bahwa nanopartikel 60 menit tidak berhasil tersalut. Hanya beberapa yang berbentuk bola dengan permukaan halus dan cembung (Gambar 8). Menurut Desai & Park (2005), bahan pengisian yang telah tersalut kitosan akan berbentuk bola dengan permukaan yang halus dan cembung, sedangkan kitosan yang belum terisi memiliki permukaan kasar dan cekung. Adanya nanopartikel kitosan yang tidak terisi oleh ekstrak kulit kayu mahoni kemungkinan disebabkan oleh waktu ultrasonikasi yang terlalu lama (60 menit), sehingga menyebabkan kitosan pecah dan tidak dapat menyalut ekstrak. Keragaman ukuran nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni tersalut kitosan yang diperoleh pada penelitian ini cukup besar. Menurut Poulain & Nakache (1997), keragaman dapat dikurangi dengan ultrafiltrasi atau ultrasentrifugasi. Ultrafiltrasi dengan alat mikrokonsentrator yang dilengkapi membran ultrafiltrasi dapat memisahkan nanopartikel dengan mikropartikel. Mikrokonsentrator ini bahkan dapat digunakan untuk seleksi nanopartikel yang telah terisi atau belum terisi. Ultrasentifugasi dengan pendingin pada kecepatan rpm selama 45 menit dapat memisahkan nanopartikel yang telah terisi pada bagian pelet dan nanopartikel yang tidak terisi pada bagian supernatan. 10

4 11 a b c d Gambar 78 SEM waktu ultrasonikasi 30 menit perbesaran 7000 kali (a), perbesaran kali (b), dan waktu ultrasonikasi 60 menit perbesaran 5000 kali (c), perbesaran kali (d) Gugus Fungsi Spesifik Nanopartikel Karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR) dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keberadaan ekstrak kulit kayu mahoni yang disalut kitosan. Menurut Poulain & Nakache (1997) menyebutkan bahwa FTIR digunakan untuk menentukan keberadaan polimer yang dijadikan sebagai bahan penyalut serta mengetahui kemampuan penyalutannya. Secara umum, spektrum infra merah dapat mendeteksi keberadaan gugus fungsi yang digunakan untuk identifikasi senyawa dalam suatu sampel polimer. FTIR yang digunakan pada penelitian ini menggunakan bilangan gelombang tingkat menengah yaitu cm -1. Penentuan bilangan panjang gelombang tersebut dikarenakan sesuai dengan penentuan gugus fungsi senyawa organik (Nuance 2004, diacu dalam Lestari 2010). Prinsip kerja FTIR berdasarkan pada serapan atau transmitan sinar infra merah oleh molekul penyusun suatu senyawa pada sampel. Apabila frekuensi dari suatu vibrasi gugus fungsi sama dengan frekuensi radiasi sinar infra merah maka molekul akan menyerap sinar tersebut. Hal ini menyebabkan tidak semua sinar infra merah diserap oleh molekul, sebagian lainnya diteruskan (Kencana 2009). Data yang diperoleh dari alat ini berupa grafik serapan dan transmitan dari sampel. Profil kimia yang dihasilkan merupakan spektrum Infrared (IR) yang sangat kaya dengan informasi struktur molekul yang terdiri atas gerak vibrasi dan rotasi (Kurniasari 2006). Grafik transmitan hasil FTIR menunjukkan profil kimiawi berupa pola spektrum yang berbeda dan mempunyai ciri yang khas. Menurut Firdaus et al (2008) kitosan murni memiliki gugus fungsi yang khas yaitu gugus amida (-NH 2 ) dan hidroksil (-OH). Sedangkan ekstrak kulit kayu mahoni memiliki gugus spesifik yaitu OH, C=O, C=C dan C-O (Falah et al. 2008). Pada penelitian ini, ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit berhasil tersalut oleh kitosan. Sedangkan untuk dengan waktu ultrasonikasi 60 tidak berhasil tersalut oleh kitosan. Hal ini dibuktikan dari grafik hasil FTIR nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 60 menit memiliki bentuk grafik yang hampir sama dengan nanokitosan (Gambar 9). Disamping itu, tidak terjadi pergeseran bilangan gelombang pada beberapa gugus fungsi, serta tidak ada gugus fungsi khas ekstrak kulit kayu mahoni yang terdeteksi pada sampel nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 60. Hasil ini berkorelasi dengan hasil SEM yang menunjukkan bahwa nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 60 tidak berhasil tersalut. Hasil FTIR nanokitosan menunjukkan adanya gugus amida pada bilangan gelombang 11

5 cm -1. Gugus yang sama terlihat juga pada sampel nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 menit yaitu ada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1. Cardenas & Miranda (2004) menyebutkan bahwa gugus amida kitosan murni akan terbaca pada bilangan gelombang cm -1. Nanokitosan mengandung gugus OH pada bilangan gelombang cm -1. Nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 menit mempunyai gugus OH pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1. Gugus fungsi hidroksil pada kitosan murni akan muncul pada bilangan gelombang sekitaran 3450 cm -1 (Firdaus et al (2008) atau pada bilangan gelombang 3257 cm -1 (Cardenas & Miranda 2004). Pada beberapa gugus fungsi terjadi pergeseran bilangan gelombang gugus fungsi pada sampel nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit dibandingkan dengan standar nanokitosan. Pergesaran bilangan gelombang tersebut disebabkan adanya interaksi antara gugus fungsi lain selain gugus fungsi kitosan akibat penambahan STPP dan waktu ultrasonikasi (Wulandary 2010). Adapun Gugus fungsi yang mengalami pergeseran bilangan gelombang diantaranya, gugus fungsi OH, C C, NH 2, dan C-H. Nilai bilangan gelombang gugus-gugus fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Gugus fungsi khas yang terdapat pada ekstrak kulit kayu mahoni seperti gugus fungsi C=O, C=C dan C-O terdeteksi pada dengan waktu ultrasonikasi 30 menit. Gugus fungsi C=O ekstrak kulit kayu mahoni muncul pada bilangan gelombang 1734 cm -1, sedangkan pada nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit gugus fungsi C=O berada pada bilangan gelombang 1736 cm -1. Pada ekstrak kulit kayu mahoni gugus fungsi C=C berada pada bilangan gelombang 1615 cm -1, untuk sampel dengan waktu ultrasonikasi 30 menit gugus fungsi tersebut terbaca pada bilangan gelombang 1650 cm -1. Ekstrak kulit kayu mahoni mempunyai gugus fungsi C-O yang muncul pada bilangan gelombang 1282 cm -1, dan gugus fungsi yang sama pada sampel dengan waktu ultrasonikasi 30 menit berada pada bilangan gelombang 1251 cm -1. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa dengan waktu ultrasonikasi 30 menit berhasil tersalut kitosan. Hal ini didasarkan pada adanya gugus-gugus fungsi khas yang dimiliki oleh ekstrak kulit kayu juga tebaca pada sampel nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit. Data ini juga didukung oleh hasil foto SEM untuk sampel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian, Gambar 9 juga memperlihatkan bahwa keempat pola spektrum memiliki gugus fungsi yang sama, yaitu O-H, C-H, C-O, dan C=C tetapi nilai transmitan dan bilangan gelombang berbeda (Tabel 2). Adanya keempat gugus fungsi tersebut dalam suatu ekstrak menunjukkan kemungkinan adanya senyawa tertentu yang membentuk struktur antioksidan, seperti flavonoid (Kartika 2010). Tabel 2 Gugus Fungsi Bilangan gelombang gugus fungsi spesifik ekstrak kulit kayu mahoni, nanokitosan, sampel dengan waktu ultrasonikasi 30 menit, dan 60 menit Mahoni Nano kitosan Bilangan gelombang (cm -1 ) Sampel Ultrasonkasi 30 menit Sampel Ultrasonkasi 60 menit Acuan (Creswell et al. 2005) Regang OH Regang C-H Regang C C Regang C=O Regang N-H Regang C=C Lentur C-H Lentur C-O Lentur C=C

6 13 C-O C=O OH C=H C=C NH 2 C-O Gambar 9 Transmitan hasil FTIR untuk standar kulit kayu mahoni (hitam), standar kitosan (biru), Gambar 8 sampel ultrasonikasi 30 menit (hijau), dan sampel ultrasonikasi 60 menit (merah muda). Derajat Kristalinitas Nanopartikel Ekstrak Kulit Kayu Mahoni Analisis XRD digunakan untuk mengetahui struktur kristal dari suatu bahan, menganalisis komposisi fasa, ukuran dan bentuk kristal, kisi distorsi, dan variasi komposisi (Sundar et al. 2010). Hasil data yang diperoleh dari analisis XRD berupa grafik hubungan sudut difraksi sinar x pada bahan dengan intensitas sinar yang dipantulkan oleh bahan. Nilai derajat kristalinitas dapat diketahui dari grafik kristalinitas yang memotong bagian lembah pada grafik. Gambar 10 dan Gambar 11 merupakan hasil karakterisasi nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit dan 60 menit. Hasil analisis XRD sampel nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit dan 60 menit menunjukkan sifat amorf. Sifat ini ditandai dengan puncak lembah pada sudut difraksi 2θ = 20. Kencana (2009) menyebutkan bahwa bentuk amorf memiliki puncak lembah difraksi pada sudut 2θ = 20. Puncak difraksi untuk nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit berada pada sudut , dan untuk nanopartikel ektrsak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 60 menit. Disamping itu Costa et al. (2009) juga menyatakan bahwa kitosan memiliki struktur semikristalin. Adanya pergeseran sudut difraksi pada kedua sampel diakibatkan gugus amina pada sampel sudah berinteraksi dengan elekrostatik dengan gugus fosfat dari STPP (Lidiniyah 2011). Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis kembali dengan menggunakan program Xpowder untuk mendapatkan nilai derajat kristalinitas. Derajat kristalinitas merupakan besaran yang menyatakan banyaknya kandungan kristal dalam suatu material dengan membandingkan luasan kurva kristal dengan luasan amorf dan kristal. Semakin teratur susunan atom dalam suatu bahan, semakin banyak kristal yang terbentuk, sehingga derajat kristalinitas meningkat (Amrina 2008). Nilai derajat kristalinitas yang didapat untuk nanopartikel ektrsak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 menit sebesar % dan %. Dari nilai derajat kristalinitas yang diperoleh, maka kedua sampel nanopartikel ektrsak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 menit bersifat amorf. Intensitas sinar X ,055 º Derajat kemiringan sinar (2ø) Gambar 10 Pola XRD nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 menit. 13

7 14 Intensitas sinar X ,804 º Derajat kemiringan sinar (2ø) Gambar Pola XRD nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 60 menit. Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Pada penelitian ini pengukuran aktivitas antioksidan diujikan pada sampel ekstrak air kulit kayu mahoni, serbuk nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 menit, nanokitosan, dan standar senyawa rutin dengan menggunakan metode 1,1-difenil-2- pikrilhidrazil (DPPH). Metode ini dipilih karena mudah, cepat, dan sangat baik untuk sampel dengan polaritas tertentu (Marxen et al. 2007). DPPH adalah senyawa radikal bebas berwarna ungu. Apabila DPPH direaksikan dengan senyawa peredam radikal bebas, intensitas warna ungu akan berkurang, dan apabila senyawa peredam radikal bebas yang bereaksi dalam jumlah besar, maka DPPH dapat berubah menjadi warna kuning. Perubahan warna ini kemudian diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 517 nm (Wathoni et al. 2009). Aktivitas antioksidan dari ekstrak dinyatakan dengan nilai inhibition concentration 50 (IC 50 ) yaitu konsentrasi sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas DPPH (Lestari 2010). Makin rendah nilai IC 50 suatu bahan, makin tinggi aktivitas antioksidannya. Hasil analisis menunjukkan nilai IC 50 ratarata ekstrak air kulit kayu mahoni sebesar ppm, untuk standar senyawa rutin sebesar ppm. Sedangkan nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 menit memiliki nilai IC 50 lebih dari 100 ppm. Nilai IC 50 untuk nanokitosan dan kitosan berada pada konsentrasi diatas 1000 ppm. Hanani et al. (2005) menyebutkan bahwa suatu bahan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat apabila memiliki nilai IC 50 kurang dari 200 ppm. Nilai IC 50 rata-rata dari seluruh sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak air kulit kayu mahoni dan senyawa rutin memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, sedangkan sampel kitosan, nanokitosan, nanopartikel dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 memiliki aktivitas yang sangat rendah atau sedikit. Kecilnya nilai IC 50 kitosan, nanokitosan, nanopartikel dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 ini dapat disebabkan oleh nilai derajat deasetilasi sampel kitosan, bobot molekul kitosan, dan waktu inkubasi setelah penambahan DPPH (Yen et al. 2008). Nilai derajat deasetilasi merupakan presentasi gugus asetil yang berhasil dihilangkan selama proses deasetilasi kitin. Penambahan derajat deasetilasi menyebabkan bertambahnya gugus amina bebas (Milot et al diacu dalam Kamelia 2009). Nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni yang tersalut kitosan memerlukan waktu dalam pelepasan ekstrak untuk bereaksi dengan DPPH. Yen et al melaporkan bahwa aktivitas antioksidan untuk sampel kitosan dengan waktu inkubasi 120 menit lebih efektif dibandingkan dengan sampel kitosan dengan waktu inkubasi 60 dan 90 menit. Pengukuran aktivitas antioksidan kitosan dengan metode DPPH dinilai tidak efektif. Pengukuran nilai IC 50 tidak dapat dilakukan pada sampel kitosan, nanokitosan, dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60. Maka, dilakukan pengukuran daya hambat pada satu konsentrasi. Nilai hambat yang stabil terdapat pada konsentrasi 25 ppm sedangkan untuk konsentrasi diatasnya daya hambat sampel menjadi tidak stabil. Larutan kitosan dengan konsentrasi 25 ppm mempunyai daya hambat sebesar 0.137%. Sampel nanopartikel dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 60 mempunyai daya hambat secara berutan sebesar 3.09%, dan 10.64%. Sedangkan daya hambat nanokitosan konsentrasi 25 ppm tidak tersedia (NA). Gambar 12 menunjukkan hubungan antara sampel dengan konsentrasi 25 ppm dan daya hambatnya. Tabel 3 Nilai IC 50 rata-rata seluruh sampel Ekstrak IC 50 rata-rata (ppm) Standar senyawa rutin Ekstrak air Nanopartikel 30 menit >100 Nanopartikel 60 menit >100 Nanokitosan >100 Kitosan >

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kode Sampel A1 A2 A3 A4

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kode Sampel A1 A2 A3 A4 8 serbuk terlarut tersebut yang kemudian disonikasi kembali selama 30 menit. Larutan ekstrak temulawak tersebut, dikeringkan dengan menggunakan spray dry agar diperoleh sampel dalam bentuk serbuk. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Perbandingan turbiditas formula PP7 dan PO1 secara visual.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Perbandingan turbiditas formula PP7 dan PO1 secara visual. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Surfaktan Terpilih Tahap awal penelitian ini dilakukan pemilihan jenis surfaktan. Pada tahap pemilihan jenis surfaktan ini menggunakan formula yang sama yaitu formula P. Surfaktan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA dan Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh/hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cibarunai, Kelurahan Sarijadi, Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci