JOM Fekon Vol 1 No 2 oktober

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JOM Fekon Vol 1 No 2 oktober"

Transkripsi

1 ABSTRAK Aalisis Faktor-Faktor yag Mempegaruhi Struktur Modal pada Perusahaa yag tergabug dalam Jakarta Islamic Idex di Bursa Efek Idoesia (BEI) tahu By : Mastipa hay hutasuhut Dra. Vice Ratawati, M.Si., Ak Mudrika Alamsyah, SE., M.M., Ak Faculty of ecoomic Riau Uiversity, Pekabaru, Idoesia. Hay_ers@yahoo.com Aalysis of factors that affect the capital strukture of the compaies belogig to the Jakarta Islamic Idex i Idoesia Stock Exchage i Tujua peelitia ii adalah utuk megetahui pegaruh sruktur aktiva, pertumbuha aktiva, profitabilitas, Operatig Leverage, ukura perusahaa, likuiditas terhadap struktur modal. Populasi pada peelitia adalah seluruh Perusahaa Jakarta Islamic Idex di Bursa Efek Idoesia (BEI) tahu Metode pemiliha sampel megguaka metode purposive samplig. Pegolaha data dilakuka dega metode regresi liier bergada (multiple regressio0 utuk memperlihatka bagaimaa variabel idepede mempegaruhi variabel depede. Hasil pegujia hipotesis pertama meujukka terdapat pegaruh yag sigifika atara Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal, pada hipotesis kedua meujukka tidak terdapat pegaruh yag sigifika atara Pertumbuha Aktiva terhadap Struktur Modal, pada hipotesis ketiga meujukka terdapat pegaruh yag sigifika atara profitabilitas terhadap Struktur Modal, pada hipotesis keempat meujukka tidak terdapat pegaruh yag sigifika atara operatig leverage terhadap Struktur Modal, pada hipotesis kelima meujukka terdapat pegaruh yag sigifika atara ukura perusahaa terhadap Struktur Modal, pada hipotesis keeam meujukka terdapat pegaruh yag sigifika atara likuiditas terhadap Struktur Modal. Berdasarka perhituga ilai koefesie determiasi (R 2 ) sebesar Hal ii meujukka bahwa Struktur Aktiva, Pertumbuha Aktiva, profitabilitas, operatig leverage, ukura perusahaa da likuiditas secara simulta memberika pegaruh sebesar 31.30% terhadap Struktur Modal. Kata Kuci : Struktur Aktiva, Pertumbuha Aktiva, profitabilitas, operatig leverage, ukura perusahaa, likuiditas da Struktur Modal. A. Pedahulua Persaiga dalam duia bisis da ekoomi yag semaki keras telah membuat suatu perusahaa berusaha meigkatka ilai perusahaa. Meigkatka ilai perusahaa salah satuya dapat dilakuka melalui peigkata kemakmura kepemilika atau para pemegag saham. Keberadaa para pemegag saham da peraa maajeme sagatlah petig dalam meetuka besar keutuga yag atiya aka diperoleh. Meghadapi kodisi demikia, setiap perusahaa ditutut utuk mampu membaca da melihat situasi yag terjadi sehigga dapat melakuka pegelolaa fugsi-fugsi maajeme dega baik di bidag pemasara, produksi, sumber daya mausia da keuaga dega baik agar dapat lebih uggul dalam persaiga. Suatu keputusa yag diambil maajer dalam suatu pembelajaa harus dipertimbagka secara teliti sifat da biaya dari sumber daa yag aka dipilih karea masig-masig sumber daa tersebut memiliki kosekuesi fiasial yag berbeda. Sumber daa perusahaa adalah semua perkiraa yag terdapat pada sisi pasiva eraca, mulai dari utag dagag higga laba ditaha. Kesemuaya itu lebih dikeal sebagai struktur keuaga (Riyato,2001). JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

2 Keputusa pedaaa keuaga perusahaa aka sagat meetuka kemampua perusahaa dalam melakuka aktivitas operasiya selai juga aka berpegaruh terhadap risiko perusahaa itu sediri. Jika perusahaa meigkatka porsi hutagya (leverage), maka perusahaa ii dega sediriya aka meigkatka risiko keuaga da kosekuesiya. Perusahaa juga harus memperhatika masalah pajak sehigga maajer tidak sepeuhya medaai perusahaaya dega modal sediri, teapi juga disertai hutag ( Joi da Lia 2010) Peetua proporsi hutag da modal dalam pegguaaya sebagai sumber daa perusahaa berkaita erat dega istilah struktur modal. Struktur modal adalah perimbaga atau perbadiga atara jumlah hutag jagka pajag dega modal sediri (Suad Husa, 2004). Struktur modal yag optimal merupaka perimbaga atara pegguaa modal sediri dega pegguaa pijama jagka pajag, maksudya adalah seberapa besar modal sediri da seberapa besar hutag jagka pajag yag aka diguaka sehigga bisa optimal. Dalam kegiata usahaya pemilik perusahaa melimpahka taggug jawab kepada pihak lai yaitu maajer. Salah satu keputusa petig yag dihadapi maajer (keuaga) dalam kaitaya dega kelagsuga operasi perusahaa adalah keputusa pedaaa atau keputusa struktur modal, yaitu keputusa keuaga yag berkaita dega komposisi utag, saham prefere da saham biasa yag harus diguaka oleh perusahaa (Yuke da Hadri, 2005). Maajer harus mampu meghimpu modal baik yag bersumber dari dalam perusahaa maupu dari luar perusahaa secara efisie, dalam arti keputusa pedaaa tersebut mampu memiimalka biaya modal yag harus ditaggug perusahaa (Yuke da Hadri, 2005). Biaya modal yag timbul dari keputusa pedaaa tersebut merupaka kosekuesi yag secara lagsug timbul dari keputusa yag diambil maajer. Ketika maajer megguaka hutag, biaya modal yag timbul adalah sebesar biaya buga yag dibebaka oleh kreditur. Sedagka jika maajer megguaka daa iteral atau daa sediri aka timbul opportuity cost dari daa atau modal sediri yag diguaka. Keputusa pedaaa yag dilakuka secara tidak cermat aka meimbulka biaya tetap dalam betuk biaya modal yag tiggi, yag selajutya dapat berakibat pada redahya profitabilitas perusahaa. Perusahaa yag memiliki struktur modal yag tidak baik, dimaa misalya mempuyai hutag yag sagat besar, yag tidak dapat ditutupi oleh modal sediri yag dimilikiya aka memuculka padaga yag buruk dikalaga para pemilik modal. Perusahaa yag bersagkuta aka diduga tegah dililit hutag, sehigga mereka (para pemilik modal) mejadi tidak tertarik utuk meaamka modalya. perusahaa bahka teracam bagkrut jika teryata tidak mampu membayar kewajiba jagka pajagya atau ketika baik seluruh asset da ataupu cadaga daa yag dimilikiya teryata tidak mampu meutupi total utagya. Adaya faktor-faktor yag mempegaruhi struktur modal perusahaa mejadi hal yag petig sebagai dasar pertimbaga dalam meetuka komposisi struktur modal perusahaa. Faktor-faktor yag dapat mempegaruhi komposisi struktur modal perusahaa diataraya struktur aktiva, pertumbuha aktiva, pertumbuha pejuala, profitabilitas, ukura perusahaa, laba ditaha terhadap tota aktiva, likuiditas, operatig leverage (Fajar budima 2009). Dalam peelitia ii, peeliti membatasi beberapa faktor yag aka diteliti yag diduga berpegaruh terhadap struktur modal diataraya struktur aktiva, pertumbuha aktiva, profitabilitas, operatig leverage, ukura perusahaa, likuiditas da laba ditaha terhadap total aktiva. Profitabilitas adalah kemampua perusahaa utuk meghasilka profit atau laba selama satu tahu yag diyataka dalam rasio laba operasi dega pejuala dari data lapora laba rugi akhir tahu. Peelitia sebelumya tetag pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal dilakuka Arli (2010), Sesilya Rahayu (2006) meujukka terdapat pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal. Sedagka peelitia, Fajar (2009) da Laksmi (2010) meujukka bahwa tidak ada pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal. Operatig Leverage adalah Pegguaa aktiva atau operasiya perusahaa yag disertai dega biaya tetap (Bambag Riyato, 2001) Dikataka bahwa operatig leverage meghasilka laverage yag favorable atau positif kalau reveue setelah dikuragi biaya variabel lebih besar daripada biaya tetap. Sebalikya bahwa operasiya perusahaa disertai dega biaya tetap (operatig leverage) merugika atau meghasilka leverage yag egatif kalau cotributio to fixed cost ya lebih kecil dari biaya. Peelitia sebelummya tetag pegaruh operatig leverage terhadap struktur modal dilakuka oleh Fajar Budima (2009). Hasil peelitia meujukka tidak ada pegaruh operatig leverage terhadap struktur modal Ukura perusahaa (size) merupaka salah satu faktor yag harus dipertimbagka dalam keputusa struktur modal. Perusahaa JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

3 besar memiliki kebutuha daa yag besar utuk membiayai aktivitas perusahaa da salah satu alteratif pemeuha kebutuha daa tersebut adalah dega megguaka hutag. Dega kata lai, besar kecilya ukura suatu perusahaa secara lagsug berpegaruh terhadap kebijaka struktur modal perusahaa. Peelitia sebelumya tetag pegaruh Ukura perusahaa terhadap struktur modal dilakuka oleh Fajar Budima (2009), Arli (2010), Sesilyia Rahayu (2006) meujukka bahwa terdapat pegaruh ukura perusahaa terhadap struktur modal. Sedagka peelitia Laksmi (2010), M. Taufa Nugroho (2009) meujukka tidak ada pegaruh ukura perusahaa terhadap struktur modal. Aalisis likuiditas yaitu utuk megevaluasi kemampua pemeuha kewajiba jagka pedek perusahaa ( Wild 2005 dalam Soy da Hasa 2010). Likuiditas dalam peelitia ii aka diproksika dega curret ratio (CR).Curret ratio (CR) adalah rasio yag diguaka utuk megukur kemampua perusahaa didalam membayar hutag jagka pedek dega aktiva lacar. Peelitia sebelumya tetag pegaruh likuiditas terhadap struktur modal dilakuka oleh Fajar Budima (2009). Hasil peelitia meujukka bahwa terdapat pegaruh likuiditas terhadap strutur modal..megigat petigya pera struktur modal dalam suatu perusahaa da memperhatika peelitia-peelitia sebelumya yag membahas tetag struktur modal, peulis tertarik utuk melakuka peelitia terhadap struktur modal.peulis mereplikasi peelitia yag dilakuka oleh Fajar Budima (2009) yag berjudul Aalisis Fator-faktor yag mempegaruhi struktur modal perusahaa maufaktur go public di Bursa Efek Jakarta Pada Tahu Peelitia ii berbeda dega peelitia Fajar Budima(2009) karea peelitia ii meguaka sampel yag terdiri dari perusahaa yag berbasis Syariah Islam yag terdaftar di Bursa Efek Idoesia yag bergabug dega Jakarta Islamic Ideks (JII) pada tahu 2009 sampai tahu 2012, karea saat ii pertumbuha ekoomi islam di Idoesia cukup meakjubka. Hal ii dikareaka adaya kosep halal, berkah da bertambah pada perusahaa syariah. Perusahaa yag berbasis syariah juga megguaka prisip, prosedur, asumsi, istrumetasi, da aplikasi bersumber dari ilai epistemologi Islam. Berdasarka uraia tersebut diatas, maka peulis bermaksud melakuka peelitia lebih lajut dega judul : Aalisis Faktor-Faktor yag Mempegaruhi Struktur Modal pada Perusahaa yag tergabug dalam Jakarta Islamic Idex di Bursa Efek Idoesia (BEI) tahu Rumusa Masalah Seperti yag telah diuraika dalam latar belakag, maka perumusa masalah pada peelitia ii yaitu : 1. Apakah struktur aktiva (assets structure) berpegaruh secara parsial terhadap struktur modal? 2. Apakah Pertumbuha aktiva (growth of assets) berpegaruh secara parsial terhadap struktur modal? 3. Apakah Profitabilitas (profitability) berpegaruh secara parsial terhadap struktur modal? 4. Apakah Operatig Leverage berpegaruh secar parsial terhadap struktur modal? 5. Apakah Ukura perusahaaa (size) berpegaruh secara parsial terhadap struktur modal? 6. Apakah Likuiditas (liquidity) berpegaruh secara parsial terhadap struktur modal? 2. Tujua Peelitia Peelitia ii bertujua : 1. Utuk megetahui pegaruh sruktur aktiva terhadap struktur modal. 2. Utuk megetahui pegaruh pertumbuha aktiva terhadap struktur modal. 3. Utuk megetahui pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal. 4. Utuk megetahui pegaruh Operatig Leverage terhadap struktur modal. 5. Utuk megetahui pegaruh ukura perusahaa terhadap struktur modal. 6. Utuk megetahui pegaruh likuiditas terhadap struktur modal. 3. Mafaat Peelitia Mafaat peelitia ii adalah : 1. Bagi peulis, peelitia ii bermafaat utuk meambah wawasa da pegetahua megeai factorfaktoryag mempegaruhi struktur modal perusahaa Jakarta Islamic Idex di Idoesia. 2. Pihak lai, sebagai baha referesi utuk pegkajia topic-topik yag berkaita dega masalah factor-faktor peetu struktur modal perusahaa Jakarta Islamic Idex da masalahmasalah lai yag berkaita dega pembahasa tulisa ii. 3. Da bagi pihak perusahaa khususya kepada maajeme keuaga bermafaat utuk sumbaga keilmua megeai factor-faktor yag mempegaruhi struktur modal perusahaa Jakarta Islamic Idex di Idoesia. JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

4 B. TELAAH PUSTAKA 1. Modal da Struktur Modal Pegertia modal meurut Muawir (2001:19) yaitu Hak atau bagia yag dimiliki oleh pemilik perusahaa yag ditujuka dalam pos hadal (modal saham), surplus atau laba yag ditaha atau kelebiha aktiva yag dimiliki oleh perusahaa terhadap seluruh hutag-hutagya. Meurut Ghosh et.al (2000) yaitu Struktur modal adalah perbadiga atara hutag jagka pajag perusahaa ( log term debt ) dega total aktiva (total assets). Meurut Ikata Akuta Idoesia (2007:4) yaitu Posisi keuaga perusahaa dipegaruhi oleh sumber daya yag dikedalika, struktur keuaga, likuiditas da solvabilitas, serta kemampua beradaptasi terhadap perubaha ligkuga. Iformasi struktur keuaga bergua utuk memprediksi kebutuha pijama di masa depa da bagaimaa peghasila bersih (laba) da arus kas di masa depa aka di distribusika kepada mereka yag memiliki hak didalam perusahaa: iformasi tersebut juga bergua utuk memprediksi seberapa jauh perusahaa aka berhasil meigkatka lebih lajut sumber keuagaya. Keputusa utuk memilih sumber pembiayaa merupaka keputusa bidag keuaga yag sagat petig bagi perusahaa. Rasio hutag jagka pajag terhadap modal sediri (log time debt to equity ratio) meggambarka struktur modal perusaha da rasio hutag terhadap modal aka meetuka besarya leverage keuaga yag diguaka perusahaa. Struktur Modal ditetuka perbadiga atara hutag jagka pajag da modal sediri yag diguaka perusahaa ( Riyato, 2001). Struktur modal merupaka kombiasi atara baura segeap pos yag masuk ke dalam sisi kaa eraca sebagai sumber modal perusahaa. Pegertia struktur modal dibedaka dega struktur keuaga, dimaa struktur modal merupaka pembelajaa permae yag mecermika atara hutag jagka pajag dega modal sediri, sedagka struktur keuaga mecermika perimbaga seluruh hutag (baik jagka pajag maupu jagka pedek) dega modal sediri. Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikia rupa sehigga terjami stabilitas fiasial perusahaa, memag tidak ada ukura yag pasti megeai jumlah da komposisi modal dari tiap-tiap perusahaa, tetapi pada dasarya pegatura terhadap struktur modal dalam pesahaa harus berorietasi pada tercapaiya stabilitas fiasial da terjamiya kelagsuga hidup perusahaa. Dari pegertia-pegertia yag dipaparka dapat ditarik kesimpula tetag struktur modal yaitu perbadiga atau perimbaga atara hutag jagka pajag dega modal sediri atau disebut (log term debt to equity ratio atau leverage.). 2. Betuk Modal a. Modal Aktif Modal aktif adalah modal yag tertera disebelah debet dari eraca yag meggambarka betuk-betuk dimaa seluruh daa yag diperoleh perusahaa ditaamka atau dega kata lai modal aktif merupaka modal yag meujukka betuk ( Riyato, 2001:19). Berdasarka cara da lamaya perputara modal aktif atau kekayaa suatu perusahaa dapat dibedaka atara aktiva lacar da aktiva tetap. Aktiva lacar adalah aktiva yag habis dalam satu kali perputara produksi, da proses perputaraya adalah dalam jagka waktu yag pedek (umumya kurag dari satu tahu). Aktiva tetap adalah aktiva yag taha lama atau yag secara beragsur-agsur habis turut serta dalam proses produksi. b. Modal pasif Modal pasif adalah modal yag tertera disebelah kredit dari eraca yag meggambarka sumber-sumber dari maa daa diperoleh atau dega kata lai modal pasif meujukka sumberya atau asalya (Riyato, 2001:21) 2. Faktor-faktor yag Mempegaruhi Struktur Modal a. Struktur Aktiva Struktur aktiva meurut (Agus : 2001 :48): Perusahaa yag mempuyai aktiva tetap jagka pajag lebih besar, maka perusahaa tersebut aka bayak megguaka utag dalam jumlah besar, hal ii disebabka karea dari skala perusahaa besar aka lebih mudah megguaka akses ke sumber daa dibadig dega perusahaa kecil. Struktur Aktiva adalah kekayaa atau sumber-sumber ekoomi yag dimiliki oleh perusahaa yag diharapka aka memberika mafaat dimasa yag aka datag, yag terdiri dari aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, aktiva lacar, da aktiva tidak lacar. Dalam suatu perusahaa, struktur aktiva aka mempuyai pegaruh terhadap sumber-sumber pembelajaa dalam beberapa cara. Pertama, pada perusahaa yag sebagia modalya tertaam dalam aktiva tetap, pemeuha kebutuha daa aka diutamaka dari modal sediri da modal asig haya berfugsi sebagai pelegkap (Riyato, 2001). Hal ii disebabka oleh pegguaa aktiva tetap aka meimbulka adaya beba tetap yag berupa fixed cost. Da apabila perusahaa memakai modal asig, utuk membelajai JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

5 aktiva tetapya maka biaya tetap yag aka ditaggugya juga aka besar. Kedua, pada perusahaa yag sebagia besar aktivaya berupa aktiva tetap, komposisi pegguaa utag aka lebih didomiasi oleh utag jagka pajag (Brigham 2006). Karea jagka waktu terikatya daa dalam aktiva tetap lebih lama dibadigka dega aktiva laiya maka pegguaa hutag lebih ditekaka pada utag jagka pajag. Hal ii juga dimaksudka utuk mejaga likuiditas perusahaa. Kebayaka perusahaa idustri dimaa sebagia besar modalya tertaam dalam aktiva tetap (fixed asset). Perusahaa yag memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat megguaka utag dalam jumlah besar, hal ii disebabka karea dari skala perusahaa besar aka lebih mudah medapatka akses ke sumber daa dibadigka dega perusahaa kecil. Apabila aktiva perusahaa cocok diguaka utuk dijadika agua kredit perusahaa tersebut cederug megguaka bayak utag. Bagi para kreditur, kepemilika aktiva pada perusahaa memperlihatka komposisi, bahwa aktiva merupaka jamia pegembalia utagya. Kebayaka teori struktur modal meyataka bahwa jeis aktiva yag dimiliki oleh suatu jeis perusahaa mempegaruhi pemiliha struktur modal. Kepemilika aktiva tersebut juga dapat memelihara ilai likuidasi perusahaa. Sehigga, proporsi aktiva yag lebih besar aka medorog pemberi pijama utuk memberika pijama, dega demikia perusahaa aka mempuyai tigkat leverage yag lebih tiggi. Perusahaa yag memiliki aktiva yag dapat diguaka sebagai jamia hutag biasaya cederug memiliki hutag yag lebih besar dibadig perusahaa yag sedikit memiliki aktiva yag dapat diguaka utuk agua hutag. Bagi perusahaa yag memiliki aktiva yag dapat diguaka sebagai agua hutag aka lebih mudah utuk medapat kepercayaa dari kreditur. Sebab kreditur aka lebih meyukai memberi pijama jika ada harta yag bisa di pakai sebagai jamia. b. Pertumbuha Aktiva Asset merupaka aktiva yag diguka utuk aktivitas operasioal perusahaa. Semaki besar asset diharapka semaki besar hasil operasi yag dihasilka oleh perusahaa. Peigkata asset yag diikuti peigkata hasil operasi aka semaki meambah kepercayaa pihak luar terhadap perusahaa. Dega meigkatya kepercayaa pihak luar terhadap perusahaa, maka proporsi hutag aka semaki besar dibadigka modal sediri. Hal ii didasarka pada keyakia kreditor atas daa yag ditaamka kedalam perusahaa dijami oleh besarya asset yag dimiliki perusahaa. Perusahaa yag struktur assetya fleksibel, cederug megguaka leverage yag fleksibel dimaa adaya kecederuga megguaka leverage yag lebih besar daripada perusahaa yag struktur assetya tidak fleksibel. Perusahaa dega tigkat pertumbuha yag cepat harus lebih bayak megadalka pada modal eksteral. Floatig cost pada emisi saham biasa adalah lebih tiggi dibadig pada emisi obligasi. Dega demikia perusahaa dega tigkat pertumbuha asset yag tiggi cederug lebih bayak megguaka hutag (obligasi) dibadig perusahaa yag lambat pertumbuhaya. Westo da Brigham (2006) megataka perusahaa dega tigkat pertumbuha aktiva cepat harus bayak megadalka pada modal exteral, floatig cost. Pada emisi saham biasa adalah lebih tiggi dibadig pada emisi obligasi, dega megguaka hutag (obligasi) dibadig perusahaa yag lambat pertumbuhaya. R. Agus Sartoo da Ragil Sriharto megemukaka bahwa perusahaa dega tigkat pertumbuha tiggi, kemugkia aka kekuraga pedapata utuk medaai pertumbuha tiggi tersebut secara iteral. Sedagka utuk meerbitka saham baru memerluka biaya yag tiggi, maka perusahaa lebih meyukai hutag sebagai sumber pembiayaa. Westo da Brigham (2006) megataka perusahaa dega tigkat pertumbuha yag cepat harus lebih bayak megadalka pada modal eksteral. Biaya emisi utuk pejuala saham biasa lebih besar daripada biaya utuk peerbita hutag. Oleh karea itu, perusahaa yag bertumbuh pesat cederug lebih bayak megguaka hutag daripada perusahaa yag tumbuh dega lambat. Perusahaa dega tigkat pertumbuha tiggi, kemugkia aka kekuraga pedapata utuk medaai pertumbuha tiggi tersebut secara iteral. Sedagka utuk meerbitka saham baru memerluka biaya yag tiggi, maka perusahaa lebih meyukai hutag sebagai sumber pembiayaa Dalam meghadapi pertumbuha perusahaa ii, teori agesi megasumsika bahwa mausia yag memiliki sifat memetigka diriya sediri (self iterest) da memiliki keterbatasa rasioalitas (bouded ratioality) meyebabka maajer mempuyai kecederuga utuk memperoleh keutuga yag sebesar-besarya dega biaya pihak lai c. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampua perusahaa utuk meghasilka profit atau laba JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

6 selama satu tahu yag diyataka dalam rasio laba operasi dega pejuala dari data lapora laba rugi akhir tahu. Sedagka rasio profitabilitas megukur efektifitas maajeme berdasarka hasil pegembalia yag dihasilka dari pejuala da ivestasi. Profitabilitas meurut Saidi (2004) adalah kemampua perusahaa dalam memperoleh laba. Para ivestor meaamka saham pada perusahaa adalah utuk medapatka retur, yag terdiri dari yield da capital gai. Semaki tiggi kemampua memperoleh laba, maka semaki besar retur yag diharapka ivestor. Serigkali pegamata meujukka bahwa perusahaa dega tigkat pegembalia yag tiggi atas ivestasi megguaka hutag yag relatif kecil. Meskipu tidak ada pembeara teoritis megeai hal ii, amu pejelasa praktis atas keyataa ii adalah bahwa perusahaa yag profitabilitas tidak memerluka bayak pembiayaa dega hutag. Tigkat pegembaliaya yag sagat tiggi memugkika perusahaa tersebut utuk membiyai sebagia besar kebutuha pedaaa mereka dega daa yag dihasilka secara iteral (Brigham da Housto, 2006). Fugsi maajeme keuaga dalam kaitaya dega profitabilitas aka membuat seorag maajer keuaga perlu membuat keputusa. Beberapa fugsi spesifik yag berkaita dega profitabilitas yaitu : 1) Pegatura Biaya. Posisi maajer keuaga adalah memoitor da megukur jumlah uag yag dikeluarka da diaggarka oleh perusahaa. Ketika terjadi keaika biaya, maajer dapat membuat rekomedasi yag diperluka agar dapat dikedalika. 2) Meetua Harga. Maajer keuaga dapat mesuplai iformasi megeai harga, perubaha biaya serta profit margi yag diperluka agar bisis dapat berjala lacar da sukses. 3) Memproyeksi keutuga. Maajer keuaga bertaggug jawab utuk medapatka da megaalisis data releva da membuat proyeksi keutuga perusahaa. Utuk memperkiraka keutuga dari pejuala di masa yag aka datag, perusahaa perlu mempertimbagka biaya saat ii serta kemugkia keaika biaya da perubaha.kemampua peusahaa utuk mejual barag pada harga yag telah ditetapka. 4) Megukur keutuga yag disyaratka. Keutuga yag disyaratka harus diperkiraka dari proposal sebelum diterima. Kadag dikeal sebagai biaya modal. Brigham da Housto (2006) megataka bahwa perusahaa dega tigkat pegembalia yag tiggi atas ivestasi megguaka hutag yag relatif kecil. Tigkat pegembalia yag tiggi memugkika perusahaa utuk membiayai sebagia besar kebutuha daa dega daa yag dihasilka secara iteral. Westo da Brigham (2006) meambahka bahwa serig kali hasil pegamata meujukka bahwa perusahaa dega tigkat pegembalia yag tiggi megguaka hutag relatif kecil. Perusahaa yag sagat megutugka pada dasarya tidak membutuhka biaya pembiayaa dega hutag. Laba ditaha perusahaa yag tiggi sudah memadai utuk membiayai sebagia besar kebutuha pedaaa. Perusahaa dega rate of retur tiggi cederug megguaka proporsi utag yag yag relatif kecil, karea dega rate of retur yag tiggi, kebutuha daa dapat diperoleh dari laba ditaha. Beberapa bukti peelitia meujukka bahwa perusahaa yag tigkat pegembalia keutuga pada ivestasi tiggi megguaka utag yag relatif kecil. Meurut Husa (2004) perusahaa yag memiliki tigkat stabilitas keutuga yag baik aka lebih berai utuk megambil modal asig dalam pembiayaa perusahaa, karea memiliki kemampua utuk membayar hutag berikut bugaya. Bagi perusahaa yag profitabilitasya stabil aka terus berusaha utuk meigkatka keutugaya tapa meguragi laba yag dibagika kepada pemegag saham. Oleh sebab itu, perusahaa aka seatiassa mecari daa demi meigkatka keutuga tersebut yag berasal dari modal asig. Sebab jika dega megguaka modal sediri missal dega megeuarka saham baru maka bagia laba yag aka diterima pemegag saham aka berkurag. Jadi bagi perusahaa yag memiliki profitabilitas yag tiggi aka lebih mampu meaggug risiko keuaga yag disebabka pegguaa modal pijama dibadig perusahaa yag memiliki profitabilitas redah. d. Operatig Leverage Operatig Leverage adalah Pegguaa aktiva atau operasiya perusahaa yag disertai dega biaya tetap (Bambag Riyato, 2001) Dikataka bahwa operatig leverage meghasilka laverage yag favorable atau positif kalau reveue setelah dikuragi biaya variabel lebih besar daripada biaya tetap. Sebalikya bahwa operasiya perusahaa disertai dega biaya tetap (operatig leverage) merugika atau meghasilka leverage yag egatif kalau cotributio to fixed cost ya lebih kecil dari biaya. Dalam suatu perusahaa tigkat operatig leverage pada suatu tigkat hasil aka JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

7 ditujuka oleh perubaha dalam volume pejuala yag megakibatka adaya perubaha yag tidak proporsioal dalam laba atau rugi operasi. Bambag riyato (2001). Jika hal- hal lai sama, perusahaa dega leverage operasi yag lebih kecil lebih mampu utuk memperbesar leverage keuaga karea iteraksi leverage perusahaa da keuagalah yag mempegaruhi peurua pejuala terhadap laba operasi da arus kas bersih secara keseluruha ( Westo ad Brigham,2006).Utuk megukur pegaruh perubaha volume pejuala terhadap profitabilitas maka perlu dihitug tigkat leverage operasi ( Degree Of Operatig Leverage, DOL). Tigkat leverage operasi didefiisika sebagai rasio atara rasio persetase perubaha laba bersih sebelum buga da pajak (EBIT) dega prosetase perubaha Volume pejuala. Operatig Leverage merupaka salah satu faktor yag mempegaruhi resiko bisis. Semaki besar Operatig Leverage perusahaa maka semaki besar variasi keutuga akibat perubaha pada pejuala perusahaa da megakibatka semaki besar risiko bisis perusahaa. Pada tigkat risiko yag tiggi, sebaikya struktur modal dipertahaka atau meguragi pegguaa utag yag lebih besar. Sebalikya perusahaa dega biaya tetap yag kecil dapat megguaka utag yag lebih besar. Beba tetap operasioal datag dari beba depresiasi peralata/bagua (aktiva tetap). Perusahaa yag mempuyai proporsi aktiva tetap yag besar ( yag berarti melakuka ivestasi besar pada aktiva tetap) aka mempuyai beba depresiasi yag tiggi, yag berarti mempuyai beba operasioal yag tiggi, da berarti mempuyai operatig leverage yag tiggi. e. Ukura Perusahaa Ukura Perusahaa meggambarka besar kecilya suatu perusahaa yag ditujuka pada total aktiva, jumlah pejuala, rata-rata pejuala da rata-rata total aktiva ( Riyato, 2001). Ukura aktiva yaitu rata-rata pejuala bersih utuk tahu yag bersagkuta sampai beberapa tahu (Brigham da Housto, 2006). Dalam teori agesi yag meyataka terdapat keterbatasa rasioal (bouded ratipoality) bahwa para maajer mempuyai kecederuga utuk memperoleh keutuga yag sebesar-besarya dega biaya pihak lai, maka semaki besar suatu perusahaa aka mempuyai tigkat pertumbuha yag tiggi, sehigga perusahaa tersebut aka lebih berai megeluarka saham baru da cederug utuk megguaka jumlah pijama juga semaki besar, meurut peelitia yag dilakuka para ahli yag meyataka bahwa ukura perusaha mempuyai pegaruh yag positif, yag berarti keaika ukura perusahaa aka diikuti dega keaika struktur modal, karea perusaha dega ukura yag lebih besar memiliki akses utuk medapatka sumber pedaaa dari berbagai sumber, sehigga utuk medapat pijama dari kreditur aka lebih mudah karea perusahaa dega ukura besar memiliki probabilitas lebih besar utuk memeagka persaiga dalam idustri, sebalikya perusahaa dega skala kecil aka lebih meghadapi ketidakpastia, karea perusahaa kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubaha yag medadak. Oleh karea itu, memugkika perusahaa besar tigkat leverage aka lebih besar dari pada perusahaa yag berukura kecil (besar kecilya leverage tetu aka mempegaruhi struktur modal perusahaa). Besar kecilya ukura perusahaa aka berpegaruh terhadap struktur modal dega didasarka pada keyataa bahwa semaki besar suatu perusahaa aka mempuyai tigkat pertumbuha yag tiggi, sehigga perusahaa tersebut aka lebih berai megeluarka saham baru da cederug utuk megguaka jumlah pijama juga semaki besar, meurut peelitia yag dilakuka para ahli yag meyataka bahwa ukura perusaha mempuyai pegaruh yag positif, yag berarti keaika ukura perusahaa aka diikuti dega keaika struktur modal ada. Ukura perusahaa aka mempuyai pegaruh terhadap struktur modal. Pada keyataaya bahwa semaki besar suatu perusahaa maka kecederuga pegguaa daa eksteral juga semaki besar. Hal ii disebabka perusahaa besar memiliki kebutuha daa yag besar, da salah satu alteratif pemeuha daa yag tersedia adalah pedaaa eksteral. Bayak peelitia yag meyataka kebijaka utag perusahaa dipegaruhi oleh ukura besara perusahaa, da meyataka kebijaka ada hubuga positif atara besara perusahaa da ratio utag. Ukura perusahaa merupaka salah satu faktor yag dipertimbagka dalam meetuka berapa besar kebijaka keputusa pedaaa (struktur modal) dalam memeuhi ukura atau besarya asset perusahaa. Meurut Riyato (2001: 299) perusahaa yag lebih besar dimaa sahamya tersebar sagat luas aka lebih berai megeluarka saham baru dalam memeuhi kebutuhaya utuk membiayai pertumbuha pejualaya dibadigka perusahaa yag lebih kecil. Sehigga semaki besar ukura perusahaa, kecederuga utuk memakai daa eksteral juga semaki beasr. Hal tersebut dikareaka perusahaa besar memiliki kebutuha daa JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

8 yag besar da salah satu alteratif pemeuha daaya adalah dega megguaka daa eksteral yaitu dega megguaka hutag. Sehigga semaki besar ukura perusahaa kecederuga utuk megguaka hutag lebih besar utuk memeuhi kebutuha daaya daripada perusahaa kecil. Perusahaa besar biasaya melakuka diversifikasi usaha sehigga peluag kebagkruta mejadi kecil. Disampig itu, perusahaa besar lebih mudah dijagkau publik sehigga memiliki biaya hutag yag lebih redah. f. Likuiditas Aalisis likuiditas yaitu utuk megevaluasi kemampua pemeuha kewajiba jagka pedek perusahaa ( wild 2005 dalam soy da Hasa 2010). Likuiditas dalam peelitia ii aka diproksika dega curret ratio (CR). Curret ratio (CR) adalah rasio yag diguaka utuk megukur kemampua perusahaa didalam membayar hutag jagka pedek dega aktiva lacar. Perusahaa yag dapat segera megembalika utag-utagya aka medapat kepercayaa dari kreditur utuk meerbitka utag dalam jumlah yag besar. Bambag Riyato (2001) meyataka bahwa kebutuha daa utuk aktiva lacar ada prisipya dibiayai dega kredit jagka pedek. Sehigga semaki likuid suatu perusahaa, maka semaki tiggi pegguaa hutagya. Meurut Peckig order theory, perusahaa yag memiliki tigkat likuiditas yag tiggi aka cederug tidak meguaka pembiayaa dari hutag. Hal ii disebabka perusahaa dega tigkat likuiditas tiggi mempuyai daa iteral yag besar, sehigga perusahaa tersebut aka lebih megguaka daa iteralya terlebih dahulu utuk membiayai ivestasiya sebelum megguaka pembiayaa eksteral melalui hutag. 3. Hipotesis Berdasarka keragka teori diatas maka hipotesis yag diajuka dalam peelitia ii adalah sebagai berikut: H1: Struktur Aktiva berpegaruh secara sigifika terhadap Struktur Modal H2: Pertumbuha Aktiva berpegaruh secara sigifika terhadap Struktur Modal. H3: Profitabilitas berpegaruh secara sigifika terhadap Struktur Modal H4: Operatig Leverage berpegaruh secara sigifika terhadap Struktur Modal. H5: Ukura perusahaa berpegaruh secara sigifika terhadap Struktur Modal. H6: Likuiditas berpegaruh secara sigifika terhadap Struktur Moda 4. Keragka Pemikira Berdasarka teori yag telah diperoleh, peeliti meyusu keragka pemikira peelitia sebagai berikut : Gambar 2 Keragka Peelitia Struktur Aktiva Pertumbuha Aktiva Operatig Leverage Ukura Perusahaa Likuiditas Peempata D. METODE PENELITIAN A. Jeis da Sumber Data Jeis data yag diguaka dalam peelitia ii adalah data sekuder yaitu data peelitia yag diperoleh peeliti secara tidak lagsug, melalui media peratara, diperoleh da dicatat dari pihak lai. (Idriatoro, 2005: 124) Sumber data yag diperoleh dari Bursa Efek Idoesia, Bak Idoesia, Bada Pusat Statistik, Studi literatur da pustaka yag berkaita dega masalah peelitia da peelitia-peelitia terdahulu. B. Populasi da Sampel Peelitia Meurut Idriatoro (2005:115), populasi adalah sekelompok kejadia, orag atau segala sesuatu yag mempuyai karakterisristik tertetu. Populasi dari peelitia ii adalah seluruh Perusahaa Jakarta Islamic Idex di Bursa Efek Idoesia (BEI) tahu Utuk dapat mearik kesimpula da meggeeralisasi populasi maka peeliti dapat meeliti sebagia dari eleme populasi yag disebut sampel, (idriatoro,2005:15). Metode pemiliha sampel utuk peelitia ii adalah metode purposive samplig. Meurut Idriatoro(2005;131) Metode purposive samplig yaitu metode pegumpula aggota sampel dimaa peeliti memiliki tujua atau target tertetu dalam JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

9 memilih sampel secara tidak acak. Adapu kriteria pegambila sampel pada peelitia ii adalah sebagai berikut: 1. Perusahaa dalam sampel merupaka perusahaa yag terdaftar di Bursa Efek Idoesia (BEI) dalam kuru waktu 2009 s/d Objek peelitia adalah saham emite yag berdasarka syariah islam hal da disahka oleh Dewa Pegawas Syariah (DPS) dari PT. Daareksa Ivestmet Maajemet. 3. Perusahaa masuk dalam Jakarta Islamic Idex miimal 3 kali dari periode Jauari 2009 sampai Desember Perusahaa dalam sampel memiliki lapora keuaga yag legkap da jelas utuk periode Jauari 2009 sampai Desember C. Metode Aalisis Data 1. Statistik deskriptif Aalisis yag diguaka pada peelitia ii diawali dega statistik deskriptif yag mecakup agka statistik, rata-rata, stadar deviasi da ilai ekstrim. Uji Model yag diguaka dalam peelitia ii yaitu aalisis regresi liear bergada (Multiple Liear Regressio) yag dirumuska sebagai berikut : Yi = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + ei Keteraga : Yi = Struktur Modal a = Kostata b 1 -b 8 = Koefisie Regresi variabel Idepede X 1 = Struktur aktiva X 2 =PertumbuhaAktiva X 3 = Profitabilitas X 4 =Operatig Leverage X 5 = Ukura Perusahaa X 6 = Likuiditas ei = Error Perusahaa Hasil regresi bergada aka dapat diguaka sebagai alat prediksi yag baik da tidak bias apabila dilakuka: D. Pegujia Asumsi Klasik (Uji Model) Sebelum dilakuka pegujia hipotesis, sebelumya dilakuka asumsi klasik. Pegujia asumsi klasik petig dilakuka agar diperoleh parameter yag valid da hadal. Pegujia asumsi klasik terdiri dari uji multikoliieritas, uji heteroskedastisitas da uji autokorelasi. 1. Uji Normalitas Data Meurut Nurmayati (2004) dalam Mulya (2006), ormalitas data bertujua utuk meguji apakah sebuah model regresi, variable idepedet, variable depede atau keduaya memiliki hubuga atau tidak. Uji ormalitas data megguaka plot peluag ormal (ormal probability plot). Model regresi yag baik adalah yag memiliki distribusi ormal atau medekati ormal. Dega melihat peyebara data (titik) pada grafik ormal probability plot. Jika data meyebar di sekitas garis diagoal, maka model regresi memeuhi asumsi ormalitas data (Satoso,2001:214). 2. Uji Multikoliieritas Meurut Satoso (2004:203), uji multikoliieritas diguaka utuk meguji apakah ada korelasi atara variable idepedet. Tujuaya adalah utuk meguji apakah pada model regresi ditemuka adaya korelasi atar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka diamaka terdapat problem multikoliieritas. Model yag baik seharusya tidak terjadi korelasi atar variabel bebas. Dega batua software SPSS, deteksi multikoliieritas megguaka Variace Iflatio Factor (VIF) yag merupaka kebalika dari tolerasi, dega formula sebagai berikut : Batas VIF adalah 10 da tolerace value adalah 0,1. Jika ilai VIF lebih besar dari 10 da ilai tolerace value lebih kecil dari 0,1, maka terjadi multikoliearitas. 2. Uji Heterokedastisitas Metode heterokedastisitas diguaka utuk meguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaa varias dari residual pada satu pegamata ke pegamata yag lai (Satoso, 2004:208). Jika terdapat perbedaa varias, maka dijumpai gejala heterokedastisitas. Jika varia dari residual satu pegamata ke pegamata lai tetap, maka disebut homoskedasitisitas. Model regresi yag baik adalah yag homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2002:69). Cara medeteksi ada tidakya gejala heterokedastisitas adalah dega melihat ada tidakya pola tertetu pada grafik scatterplot disekitar ilai X da Y. Jika ada pola tertetu, maka telah terjadi gejala heterokedastisitas. Heterokedastisitas terjadi karea perubaha situasi yag tidak tergambarka dalam spesifikasi model regresi, misalya perubaha struktur ekoomi da kebijaka pemeritah yag dapat megakibatka terjadiya perubaha tigkat keakurata data (Prastito, 2005:149). Gaggua heterokedastisitas serig mucul dalam data cross sectio, tetapi juga serig pada data rutut JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

10 waktu (time series). Gaggua ii dapat meimbulka bias da mejadika hasil uji statistik tidak tepat sehigga keyakia utuk estimasi parameter juga kurag tepat. Dega megguaka program SPSS versi 17.00, deteksi adaya problem heteroskedastisitas adalah berdasarka: Jika ada pola tertetu, seperti titiktitik yag ada membetuk suatu pola tertetu yag teratur (bergelombag, melebar kemudia meyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. a. Jika tidak ada pola jelas, serta titik-titik meyebar diatas da dibawah agka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Meurut Algifari (2000:88), autokorelasi terjadi bila ada korelasi atara aggota sample yag diurutka berdasarka waktu. Peyimpaga ii biasaya mucul pada observasi yag megguaka data time series. Kosekuesi adaya autokorelasi ii adalah varias sample tidak dapat diguaka utuk meaksir ilai variable depede pada ilai variable idepede tertetu. Suatu jeis pegujia yag umum diguaka utuk megetahui adaya autokorelasi telah dikembagka oleh J. Durbi da G. Watso, yag dikeal dega statistic d Durbi Watso (Gurajati, 1995:275), dega rumus: Utuk mediagosis adaya autokorelasi dalam suatu model ergresi dilakuka pegujia terhadap ilai uji Durbi Watso berdasarka tabel autokorelasi sebagai berikut: a. Jika1,65 < DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi. b. Jika 1,21 < DW <1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat disimpulka. c. Jika DW < 1,21 atau DW >2,79 berati terjadi autokorelasi. E. Pegujia Hipotesis Sebelum dilakuka pegujia terhadap hipotesis peelitia, maka terlebih dahulu dilakuka pegujia model peelitia. Setelah medapatka model peelitia yag baik, maka dapat dilakuka pegujia hipotesis: 1. Pegujia Hipotesis Pertama Uji hipotesis ii pada dasarya meujukka seberapa jauh pegaruh variabel idepede struktur aktiva secara idividual dalam meeragka variabel depede struktur modal. H 0: tidak terdapat pegaruh struktur aktiva terhadap struktur modal H 1 : terdapat pegaruh struktur aktiva terhadap struktur modal Pegujia dilakuka dega megguaka sigificace level 0,05 (α=5%). Peerimaa atau peolaka hipotesis dilakuka dega kriteria sebagai berikut: a. Jika ilai sigifika > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisie regresi tidak sigifika). Ii berarti bahwa secara parsial variabel idepede tersebut tidak mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. b. Jika ilai sigifika 0,05 maka hipotesis diterima (koefisie regresi sigifika). Ii berarti secara parsial variabel idepede tersebut mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. 2. Pegujia Hipotesis Kedua Uji hipotesis ii pada dasarya meujukka seberapa jauh pegaruh variabel idepede pertumbuha aktiva secara idividual dalam meeragka variabel depede struktur modal. H 0: tidak terdapat pegaruh pertumbuha aktiva terhadap struktur modal H 2 : terdapat pegaruh pertumbuha aktiva terhadap struktur modal Pegujia dilakuka dega megguaka sigificace level 0,05 (α=5%). Peerimaa atau peolaka hipotesis dilakuka dega kriteria sebagai berikut: c. Jika ilai sigifika > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisie regresi tidak sigifika). Ii berarti bahwa secara parsial variabel idepede tersebut tidak mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. d. Jika ilai sigifika 0,05 maka hipotesis diterima (koefisie regresi sigifika). Ii berarti secara parsial variabel idepede tersebut mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. 3. Pegujia Hipotesis Ketiga Uji hipotesis ii pada dasarya meujukka seberapa jauh pegaruh variabel idepede profitabilitas secara idividual dalam meeragka variabel depede struktur modal. H 0: tidak terdapat pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal H 3 : terdapat pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal Pegujia dilakuka dega megguaka sigificace level 0,05 (α=5%). JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

11 Peerimaa atau peolaka hipotesis dilakuka dega kriteria sebagai berikut: e. Jika ilai sigifika > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisie regresi tidak sigifika). Ii berarti bahwa secara parsial variabel idepede tersebut tidak mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. f. Jika ilai sigifika 0,05 maka hipotesis diterima (koefisie regresi sigifika). Ii berarti secara parsial variabel idepede tersebut mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. 4. Pegujia Hipotesis Keempat Uji hipotesis ii pada dasarya meujukka seberapa jauh pegaruh variabel idepede operatig leverage secara idividual dalam meeragka variabel depede struktur modal. H 0: tidak terdapat pegaruh operatig leverage terhadap struktur modal H 4 : terdapat pegaruh operatig leverage terhadap struktur modal Pegujia dilakuka dega megguaka sigificace level 0,05 (α=5%). Peerimaa atau peolaka hipotesis dilakuka dega kriteria sebagai berikut: g. Jika ilai sigifika > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisie regresi tidak sigifika). Ii berarti bahwa secara parsial variabel idepede tersebut tidak mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. h. Jika ilai sigifika 0,05 maka hipotesis diterima (koefisie regresi sigifika). Ii berarti secara parsial variabel idepede tersebut mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. 5. Pegujia Hipotesis Kelima Uji hipotesis ii pada dasarya meujukka seberapa jauh pegaruh variabel idepede ukura perusahaa secara idividual dalam meeragka variabel depede struktur modal. H 0: tidak terdapat pegaruh ukura perusahaa terhadap struktur modal H 5 : terdapat pegaruh ukura perusahaa terhadap struktur modal Pegujia dilakuka dega megguaka sigificace level 0,05 (α=5%). Peerimaa atau peolaka hipotesis dilakuka dega kriteria sebagai berikut: i. Jika ilai sigifika > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisie regresi tidak sigifika). Ii berarti bahwa secara parsial variabel idepede tersebut tidak mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. j. Jika ilai sigifika 0,05 maka hipotesis diterima (koefisie regresi sigifika). Ii berarti secara parsial variabel idepede tersebut mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. 6. Pegujia Hipotesis Keeam Uji hipotesis ii pada dasarya meujukka seberapa jauh pegaruh variabel idepede likuiditas secara idividual dalam meeragka variabel depede struktur modal. H 0: tidak terdapat pegaruh likuiditas terhadap struktur modal H 6 : terdapat pegaruh likuiditas terhadap struktur modal Pegujia dilakuka dega megguaka sigificace level 0,05 (α=5%). Peerimaa atau peolaka hipotesis dilakuka dega kriteria sebagai berikut: k. Jika ilai sigifika > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisie regresi tidak sigifika). Ii berarti bahwa secara parsial variabel idepede tersebut tidak mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. l. Jika ilai sigifika 0,05 maka hipotesis diterima (koefisie regresi sigifika). Ii berarti secara parsial variabel idepede tersebut mempuyai pegaruh yag sigifika terhadap variabel depede. F. Hasil Peelitia 1. Uji t Uji hipotesis dilakuka utuk megetahui ada tidakya pegaruh yag sigifika atara variabel bebas : a. Pegaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pegujia ii dilakuka dega membadigka ilai t hitug dega t tabel atau melihat p value masig-masig variabel, sehigga dapat ditetuka apakah hipotesis yag telah dibuat sigifika atau tidak sigifika. Jika t hitug > t tabel atau p value < α, maka koefisie regresi adalah sigifika da H 1 peelitia diterima, artiya variabel idepede yag bersagkuta berpegaruh terhadap variabel depede. Sebalikya jika t hitug < t tabel atau p value > α, artiya variabel depede yag bersagkuta tidak berpegaruh terhadap variabel depede. Tabel. 4.5 : Hasil Aalisis Uji t Hipotesis Pertama variabel Idepe de t hitug t tabel Sigi fika Ketera ga Struktur Aktiva 2,687 1, Berpegar uh Hasil pegujia hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel diatas, hasil aalisis JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

12 regresi dapat dilihat melalui t hitug. Utuk meguji sigifikasi dari variabel idepede, dilihat dega membadigka atara t hitug dega t tabel. Jika t hitug > t tabel maka hipotesis diterima, da jika t hitug < t tabel maka hipotesis diterima. Dari hasil Uji t pada tabel diatas, diperoleh ilai t hitug sebesar 2,687 da t tabel sebesar 1,990. da P value sebesar 0,024 < 0,05. karea t hitug < t tabel da ilai P value lebih besar dari ilai alpa 0.05, maka hasil peelitia ii meujukka bahwa terdapat Pegaruh yag sigifika atara Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal. Semaki tiggi struktur aktiva suatu perusahaa ( jumlah aktiva tetap besar) maka pegguaa modal sediri aka semaki tiggi. Hal ii megakibatka struktur modalya semaki redah. Sedagka semaki redah aktiva suatu perusahaa (jumlah aktiva lacar ) maka pegguaa modal sediri aka semaki kecil (peigkata pegguaa modal asig), hal ii megakibatka struktur modalya semaki tiggi. Perusahaa yag memiliki struktur modal tiggi aka meaggug biaya modal yag tiggi Ii sesuai dega hasil peelitia sebelumya tetag pegaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur modal telah dilakuka oleh Sesiliya rahayu (2006), M. Taufa ugroho (2009) da Fajar budima (2009). Peelitia yag dilakuka oleh Sesiliya Rahayu (2006), M.Taufa Nugroho (2009) meujukka tidak ada pegaruh Struktur aktiva terhadap struktur modal, sedagka peelitia Fajar Budima (2009) meujukka bahwa struktur aktiva berpegaruh terhadap struktur modal. b. Pegaruh Pertumbuha Aktiva terhadap Struktur Modal Aalisa ii megguaka tigkat kepercayaa 95% pegujia ii dilakuka dega membadigka ilai t hitug dega t tabel atau melihat p value masig-masig variabel, sehigga dapat ditetuka apakah hipotesis yag telah dibuat sigifika atau tidak sigifika. Jika t hitug > t tabel atau p value < α, maka koefisie regresi adalah sigifika da H 2 peelitia diterima, artiya variabel idepede yag bersagkuta berpegaruh terhadap variabel depede. Sebalikya jika t hitug < t tabel atau p value > α, artiya variabel depede yag bersagkuta tidak berpegaruh terhadap variabel depede. Tabel. 4.6 : Hasil Aalisis Uji t Hipotesis kedua variabel Idepe de t hitug t tabel Sigi fika Ketera ga Pertumbuh a Aktiva -0,715 1, Tidak Berpegar uh Dari hasil Uji t pada tabel diatas, diperoleh ilai t hitug sebesar -0,715 da t tabel sebesar 1,990. da P value sebesar 0,477 > 0,05. karea t hitug <t tabel da ilai P value lebih besar dari ilai alpa 0.05, maka hasil peelitia ii meujukka bahwa tidak Terdapat Pegaruh yag sigifika atara pertumbuha Aktiva terhadap Struktur Modal. Hasil peelitia tidak sesuai dega peelitia sebelumya tetag pegaruh Pertumbuha aktiva terhadap struktur modal dilakuka oleh Gosh et.al (2000), Fajar budima (2009), Laksmi (2010) da Arli (2010). Peelitia yag dilakuka Laksmi (2010) meujukka bahwa terdapat pegaruh pertumbuha aktiva terhadap struktur modal, sedagka peelitia laiya meujukka bahwa tidak ada pegaruh pertumbuha aktiva terhadap struktur modal. c. Pegaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pegujia ii dilakuka dega membadigka ilai t hitug dega t tabel atau melihat p value masig-masig variabel, sehigga dapat ditetuka apakah hipotesis yag telah dibuat sigifika atau tidak sigifika. Jika t hitug > t tabel atau p value < α, maka koefisie regresi adalah sigifika da H 1 peelitia diterima, artiya variabel idepede yag bersagkuta berpegaruh terhadap variabel depede. Sebalikya jika t hitug < t tabel atau p value > α, artiya variabel depede yag bersagkuta tidak berpegaruh terhadap variabel depede. Tabel. 4.5 : Hasil Aalisis Uji t Hipotesis ketiga variabel Idepe de t hitug t tabel Sig ifika Keterag a Profitabilit 2,631 1, Berpegaru as h Hasil pegujia hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel diatas, hasil aalisis regresi dapat dilihat melalui t hitug. Utuk meguji sigifikasi dari variabel idepede, dilihat dega membadigka atara t hitug dega t tabel. Jika t hitug > t tabel maka hipotesis ketiga diterima, da jika t hitug < t tabel maka hipotesis diterima. Dari hasil Uji t pada tabel diatas, diperoleh ilai t hitug sebesar 2,631 da t tabel sebesar 1,990. da P value sebesar 0,027 < 0,05. karea t hitug > t tabel da ilai P value lebih besar dari ilai alpa 0.05, maka hasil peelitia ii meyataka terdapat Pegaruh yag sigifika atara profitabilitas terhadap Struktur Modal. JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

13 Ii sesuai dega hasil peelitia yag dilakuka oleh Peelitia sebelumya tetag pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal dilakuka oleh Laksmi (2010), Arli (2010), da Fajar Budima (2009). Peelitia Sesilya Rahayu (2006), Arli (2010), meujukka terdapat pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal. Sedagka peelitia laiya meujukka bahwa tidak ada pegaruh profitabilitas terhadap struktur modal. d. Pegaruh Operatig Leverage terhadap Struktur Modal Aalisa ii megguaka tigkat kepercayaa 95% pegujia ii dilakuka dega membadigka ilai t hitug dega t tabel atau melihat p value masig-masig variabel, sehigga dapat ditetuka apakah hipotesis yag telah dibuat sigifika atau tidak sigifika. Jika t hitug > t tabel atau p value < α, maka koefisie regresi adalah sigifika da H 3 peelitia diterima, artiya variabel idepede yag bersagkuta berpegaruh terhadap variabel depede. Sebalikya jika t hitug < t tabel atau p value > α, artiya variabel depede yag bersagkuta tidak berpegaruh terhadap variabel depede. Tabel. 4.6 : Hasil Aalisis Uji t Hipotesis keempat variabel Idepe de t hitug t tabel Sig ifika Keteraga Operatig - 1, Tidak Leverage 1,372 Berpegaruh Dari hasil Uji t pada tabel diatas, diperoleh ilai t hitug sebesar -1,372 da t tabel sebesar 1,990. da P value sebesar 0,174 > 0,05. karea t hitug < t tabel da ilai P value lebih besar dari ilai alpa 0.05, maka hasil peelitia ii meyataka tidak Terdapat Pegaruh yag sigifika atara operatig leverage terhadap Struktur Modal. Hasil peelitia ii sejala dega peelitia Peelitia sebelummya tetag pegaruh operatig leverage terhadap struktur modal dilakuka oleh Fajar Budima (2009). Hasil peelitia meujukka tidak ada pegaruh operatig leverage terhadap struktur modal. e. Pegaruh ukura perusahaa terhadap Struktur Modal Aalisa ii megguaka tigkat kepercayaa 95% pegujia ii dilakuka dega membadigka ilai t hitug dega t tabel atau melihat p value masig-masig variabel, sehigga dapat ditetuka apakah hipotesis yag telah dibuat sigifika atau tidak sigifika. Jika t hitug > t tabel atau p value < α, maka koefisie regresi adalah sigifika da H 5 peelitia diterima, artiya variabel idepede yag bersagkuta berpegaruh terhadap variabel depede. Sebalikya jika t hitug < t tabel atau p value > α, artiya variabel depede yag bersagkuta tidak berpegaruh terhadap variabel depede. Tabel. 4.6 : Hasil Aalisis Uji t Hipotesis kelima variabel Idepe de t hitug t tabel Sig ifika Keteraga Ukura 2,733 1, Berpegaruh Perusahaa Dari hasil Uji t pada tabel diatas, diperoleh ilai t hitug sebesar 2,733 da t tabel sebesar 1,990. da P value sebesar 0,017 < 0,05. karea t hitug > t tabel da ilai P value lebih kecil dari ilai alpa 0.05, maka hasil peelitia ii meyataka Terdapat Pegaruh yag sigifika atara ukura perusahaa terhadap Struktur Modal. Hasil peelitia ii sejala dega peelitia sebelumya tetag pegaruh Ukura perusahaa terhadap struktur modal dilakuka oleh Sesilya Rahayu (2006), Fajar Budima (2009), Arli (2010), Laksmi (2010), da M.Taufa Nugroho (2009). Peelitia Sesiliya rahayu, Fajar budima da Arli meujukka bahwa terdapat pegaruh ukura perusahaa terhadap struktur modal. Sedagka peelitia laiya meujukka tidak ada pegaruh ukura perusahaa terhadap struktur modal.. f. Pegaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal Aalisa ii megguaka tigkat kepercayaa 95% pegujia ii dilakuka dega membadigka ilai t hitug dega t tabel atau melihat p value masig-masig variabel, sehigga dapat ditetuka apakah hipotesis yag telah dibuat sigifika atau tidak sigifika. Jika t hitug > t tabel atau p value < α, maka koefisie regresi adalah sigifika da H 3 peelitia diterima, artiya variabel idepede yag bersagkuta berpegaruh terhadap variabel depede. Sebalikya jika t hitug < t tabel atau p value > α, artiya variabel depede yag bersagkuta tidak berpegaruh terhadap variabel depede. Tabel. 4.6 : Hasil Aalisis Uji t Hipotesis keeam variabel Idepe de t hitug t tabel Sig ifika Keteraga Likuiditas -2,404 1, Berpegaruh Dari hasil Uji t pada tabel diatas, diperoleh ilai t hitug sebesar -2,404 da t tabel JOM Feko Vol 1 No 2 oktober

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI MANAJEMEN RISIKO INVESTASI A. PENGERTIAN RISIKO Resiko adalah peyimpaga hasil yag diperoleh dari recaa hasil yag diharapka Besarya tigkat resiko yag dimasukka dalam peilaia ivestasi aka mempegaruhi besarya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakag Peelitia Keadaa perekoomia yag terus berubah-ubah aka mempegaruhi tigkat pertumbuha perusahaa-perusahaa yag ada di Idoesia. Utuk itu, perusahaa yag ada di Idoesia harus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Keragka Pemikira Pegukura kierja keuaga perusahaa pada dasarya dilaksaaka karea igi megetahui tigkat profitabilitas (keutuga) da tigkat resiko atau tigkat kesehata suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di PT. Bak Bukopi, Tbk Cabag Karawag yag berlokasi pada Jala Ahmad Yai No.92 Kabupate Karawag, Jawa Barat da Kabupate Purwakarta

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka di Kota Bogor Pemiliha lokasi peelitia berdasarka tujua peelitia (purposive) dega pertimbaga bahwa Kota Bogor memiliki jumlah peduduk yag

Lebih terperinci

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desai Peelitia Meurut Kucoro (003:3): Peelitia ilmiah merupaka usaha utuk megugkapka feomea alami fisik secara sistematik, empirik da rasioal. Sistematik artiya proses yag

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab BAB III METODE PENELITIAN Metode peelitia merupaka suatu cara atau prosedur utuk megetahui da medapatka data dega tujua tertetu yag megguaka teori da kosep yag bersifat empiris, rasioal da sistematis.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disai Peelitia Tujua Jeis Peelitia Uit Aalisis Time Horiso T-1 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-2 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-3 Assosiatif survey Orgaisasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu

Lebih terperinci

Bab III Metoda Taguchi

Bab III Metoda Taguchi Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.

Lebih terperinci

MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN EPS DAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN KELEMAHAN PELAPORAN EPS DALAM LAPORAN KEUANGAN ANALISIS RASIO PROFITABILITAS PERUSAHAAN EARNING PER SHARE (EPS) PRICE EARNING RATIO (PER)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah. BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB II METODOLOGI PEELITIA 2.1. Betuk Peelitia Betuk peelitia dapat megacu pada peelitia kuatitatif atau kualitatif. Keragka acua dalam peelitia ii adalah metode peelitia kuatitatif yag aka megguaka baik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Objek peelitia merupaka sasara utuk medapatka suatu data. Jadi, objek peelitia yag peulis lakuka adalah Beba Operasioal susu da Profit Margi (margi laba usaha).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Permasalaha Matematika merupaka Quee ad servat of sciece (ratu da pelaya ilmu pegetahua). Matematika dikataka sebagai ratu karea pada perkembagaya tidak tergatug pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ii aka memberika iformasi hal yag berkaita dega lagkah-lagkah sistematis yag aka diguaka dalam mejawab pertayaa peelitia.utuk itu diperluka beberapa hal sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham adalah surat berharga yag dapat dibeli atau dijual oleh peroraga atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelika. Sebagai istrumet ivestasi, saham memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keuangan terdiri dari tiga bidang yang saling berhubungan: (1) pasar uang

BAB II LANDASAN TEORI. Keuangan terdiri dari tiga bidang yang saling berhubungan: (1) pasar uang BAB II LANDASAN TEORI A. Maajeme Keuaga Keuaga terdiri dari tiga bidag yag salig berhubuga: (1) pasar uag da pasar modal, berkaita dega pasar sekuritas da lembaga keuaga; () ivestasi, yag memfokuska pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cuci mobil CV. Sangkara Abadi di Bumiayu. Metode analisis yang dipakai

BAB III METODE PENELITIAN. cuci mobil CV. Sangkara Abadi di Bumiayu. Metode analisis yang dipakai 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka aalisis tetag kelayaka ivestasi usaha cuci mobil CV. Sagkara Abadi di Bumiayu. Metode aalisis yag dipakai adalah metode aalisis kuatitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-kuantitatif, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-kuantitatif, karena 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka jeis peelitia deskriptif-kuatitatif, karea melalui peelitia ii dapat dideskripsika fakta-fakta yag berupa kemampua siswa kelas VIII SMP

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI MATERI 10 ANALISIS EKONOMI TOP-DOWN APPROACH KONDISI EKONOMI DAN PASAR MODAL VARIABEL EKONOMI MAKRO MERAMAL PERUBAHAN PASAR MODAL 10-1 TOP-DOWN APPROACH Dalam melakuka aalisis peilaia saham, ivestor bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kawasa huta magrove, yag berada pada muara sugai Opak di Dusu Baros, Kecamata Kretek, Kabupate Batul. Populasi dalam peelitia ii adalah

Lebih terperinci

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Bagi Negara yag mempuyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yag dikeliligi lauta, laut merupaka saraa trasportasi yag dimia, sehigga laut memiliki peraa yag petig bagi

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Halama Tulisa Jural (Judul da Abstraksi) Jural Paradigma Ekoomika Vol.1, No.5 April 2012 PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Oleh : Imelia.,SE.MSi Dose Jurusa Ilmu Ekoomi da Studi Pembagua,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Keragka Pemikira Peelitia Perkembaga zama yag meutut setiap idividu baik dari segi kemampua maupu peampila. Boss Parfum yag bergerak di bidag isi ulag miyak wagi didirika

Lebih terperinci

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS Haug N. Prasetyo Week 11 PENDAHULUAN Regresi da korelasi diguaka utuk megetahui hubuga dua atau lebih kejadia (variabel) yag dapat diukur secara matematis. Ada dua hal yag diukur atau diaalisis,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain III. METODE PENELITIAN 3.1 Jeis da Sumber Data Data yag diguaka pada peelitia ii merupaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik (BPS) Provisi NTB, Bada Perecaaa Pembagua Daerah (BAPPEDA)

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tijaua Peeliti Terdahulu Peelitia yag dilakuka oleh Laraswati tahu 2010 yag meeliti tetag portofolio optimal saham yag masuk dalam Jakarta Islamic Idex (JII). Kesimpula dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA Ari Darmawa, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawa_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. PENAKSIRAN DAN PRAKIRAAN FUNGSI BIAYA C. PENAKSIRAN JANGKA PENDEK - Ekstrapolasi sederhaa - Aalisis

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 49 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat da Waktu Peelitia Ruag ligkup peelitia mecakup perekoomia Provisi NTT utuk megkaji peraa sektor pertaia dalam perekoomia. Kajia ii diaggap perlu utuk dilakuka dega

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.. Jeis Peelitia Peelitia perpustakaa yaitu peelitia yag pada hakekatya data yag diperoleh dega peelitia perpustakaa ii dapat dijadika ladasa dasar da alat utama bagi pelaksaaa

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung 42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA

REGRESI LINIER SEDERHANA REGRESI LINIER SEDERHANA REGRESI, KAUSALITAS DAN KORELASI DALAM EKONOMETRIKA Regresi adalah salah satu metode aalisis statistik yag diguaka utuk melihat pegaruh atara dua atau lebih variabel Kausalitas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di Kawasa Patai Ayer, Kabupate Serag Provisi Bate. Lokasi ii dipilih secara segaja atau purposive karea Patai Ayer merupaka salah

Lebih terperinci

A. Pengertian Hipotesis

A. Pengertian Hipotesis PENGUJIAN HIPOTESIS A. Pegertia Hipotesis Hipotesis statistik adalah suatu peryataa atau dugaa megeai satu atau lebih populasi Ada macam hipotesis:. Hipotesis ol (H 0 ), adalah suatu hipotesis dega harapa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur 0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan BAB LANDASAN TEORI. Pegertia Regresi Statistika merupaka salah satu cabag peegtahua yag palig bayak medapatka perhatia da dipelajari oleh ilmua dari hamper semua bidag ilmu peegtahua, terutama para peeliti

Lebih terperinci

JENIS PENDUGAAN STATISTIK

JENIS PENDUGAAN STATISTIK ENDUGAAN STATISTIK ENDAHULUAN Kosep pedugaa statistik diperluka utuk membuat dugaa dari gambara populasi. ada pedugaa statistik dibutuhka pegambila sampel utuk diaalisis (statistik sampel) yag ati diguaka

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI

REGRESI DAN KORELASI REGRESI DAN KORELASI Pedahulua Dalam kehidupa sehari-hari serig ditemuka masalah/kejadia yagg salig berkaita satu sama lai. Kita memerluka aalisis hubuga atara kejadia tersebut Dalam bab ii kita aka membahas

Lebih terperinci

Inflasi dan Indeks Harga I

Inflasi dan Indeks Harga I PERTEMUAN 1 Iflasi da Ideks Harga I 1 1 TEORI RINGKAS A Pegertia Agka Ideks Agka ideks merupaka suatu kosep yag dapat memberika gambara tetag perubaha-perubaha variabel dari suatu priode ke periode berikutya

Lebih terperinci

4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan.

4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan. Arti ivestasi : a. Hasil pejuala. b. Biaya c. Ekspektasi da kepercayaa. Ivestasi : peigkata barag modal berujud Kekuata Ekoomi Utama; Hasil pegembalia ivestasi yag dipegaruhi oleh struktur ekoomi, biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi,

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi, 7 III. METODE PENELITIAN 3.1 Idetifikasi Masalah Variabel yag diguaka dalam peelitia ii adalah variabel X da variabel Y. Variabel X merupaka variabel bebas adalah kepemimpia da motivasi, variabel Y merupaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia ii adalah peelitia korelasi, yaitu suatu metode yag secara sistematis meggambarka tetag hubuga pola asuh orag tua dega kosep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desai Peelitia Desai peelitia adalah suatu cetak biru (blue prit) dalam hal bagaimaa data dikumpulka, diukur, da diaalisis (Umar, 008:4). Pada peelitia kali ii aka megguaka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis.

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis. III. METODE PENELITIAN 1.1. Jeis da Sumber Data Data yag diguaka dalam peelitia ii adalah data sekuder yag bersifat historis. Sumber data sekuder adalah sumber data peelitia yag diperoleh peeliti secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I 7 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Kotaagug Tahu Ajara 0-03 yag berjumlah 98 siswa yag tersebar dalam 3

Lebih terperinci

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik Aalisis Sektor Kuci Dimaa : KLBj aij = Keterkaita lagsug ke belakag sektor j = Usur matriks koefisie tekik (b). Keterkaita Ke Depa (Forward Ligkage) Forward ligkage meujukka peraa suatu sektor tertetu

Lebih terperinci

ESTIMASI. (PENDUGAAN STATISTIK) Ir. Tito Adi Dewanto. Statistika

ESTIMASI. (PENDUGAAN STATISTIK) Ir. Tito Adi Dewanto. Statistika Wed 6/0/3 ETIMAI (PENDUGAAN TATITIK) Ir. Tito Adi Dewato tatistika Deskriptif Iferesi Estimasi Uji Hipotesis Titik Retag Estimasi da Uji Hipotesis Dilakuka setelah peelitia dalam tahap pegambila suatu

Lebih terperinci

Penyelesaian: Variables Entered/Removed a. a. Dependent Variable: Tulang b. All requested variables entered.

Penyelesaian: Variables Entered/Removed a. a. Dependent Variable: Tulang b. All requested variables entered. 2. Pelajari data dibawah ii, tetuka depede da idepede variabel serta : a) Hitug Sum of Square for Regressio (X) b) Hitug Sum of Square for Residual c) Hitug Meas Sum of Square for Regressio (X) d) Hitug

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peelitia Peelitia ii megguaka metode peelitia Korelasioal. Peelitia korelasioaal yaitu suatu metode yag meggambarka secara sistematis da obyektif tetag hubuga atara

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang. Dan diperlukan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. orang. Dan diperlukan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Saat ii Idoesia merupaka egara yag berpeduduk lebih dari 200 juta orag. Da diperluka pembagua asioal utuk meigkatka kesejahteraa rakyat, sehigga pemeritah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITlAN. Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua

BAB IV. METODE PENELITlAN. Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua BAB IV METODE PENELITlAN 4.1 Racaga Peelitia Racaga atau desai dalam peelitia ii adalah aalisis komparasi, dua mea depede (paired sample) yaitu utuk meguji perbedaa mea atara 2 kelompok data. 4.2 Populasi

Lebih terperinci

Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL

Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : 2015-32-005 ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL. 86-88 Latiha 2 Pelajari data dibawah ii, tetuka depede da idepede variabel serta : a. Hitug Sum of Square for Regressio (X) b.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu da Tempat Peelitia Peelitia dilaksaaka dari bula Agustus-September 03.Peelitia ii dilakuka di kelas X SMA Muhammadiyah Pekabaru semester gajil tahu ajara 03/04. B. Subjek

Lebih terperinci

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010 Erie Sadewo Kodisi Makro Ekoomi Kepulaua Riau Pola perekoomia suatu wilayah secara umum dapat diyataka meurut sisi peyediaa (supply), permitaa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan. 9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi Da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di MTs Muhammadiyah Natar Lampug Selata. Populasiya adalah seluruh siswa kelas VIII semester geap MTs Muhammadiyah Natar Tahu Pelajara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia adalah metode deskriptif, yaitu peelitia yag didasarka pada pemecaha masalah-masalah aktual yag ada pada masa sekarag.

Lebih terperinci

Analisis Resiko Investasi Pada PT. Unilever. Tbk Aris Munandar

Analisis Resiko Investasi Pada PT. Unilever. Tbk Aris Munandar Aalisis Resiko Ivestasi Pada PT. Uilever. Tbk Aris Muadar Peelitia ii bertujua utuk megetahui da megaalisis seberapa besar risiko ivestasi pada PT. Uilever. Tbk. Jeis peelitia yag dilakuka adalah peelitia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Peelitia Pada bab ii aka dijelaska megeai sub bab dari metodologi peelitia yag aka diguaka, data yag diperluka, metode pegumpula data, alat da aalisis data, keragka

Lebih terperinci

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ASUMSI-ASUMSI DASAR ANALISIS TEKNIKAL KEUNTUNGAN DAN KRITIK TERHADAP ANALISIS TEKNIKAL TEKNIK-TEKNIK DALAM ANALISIS TEKNIKAL - The Dow Theory - Chart Pola Pergeraka Harga Saham

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas I MIA SMA Negeri 5 Badar Lampug Tahu Pelajara 04-05 yag berjumlah 48 siswa. Siswa tersebut

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan BAB III METODE PENELITAN. Tempat Da Waktu Peelitia Peelitia dilakuka di SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo dega subject Peelitia adalah siswa kelas VIII. Pemiliha SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo. Adapu

Lebih terperinci

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD) Prosidig Statistika ISSN: 2460-6456 Pegedalia Proses Megguaka Diagram Kedali Media Absolute Deviatio () 1 Haida Lestari, 2 Suliadi, 3 Lisur Wachidah 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas Matematika da Ilmu

Lebih terperinci

Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL

Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : 2015-32-005 ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL. 85-88 Latiha 1 Pelajari data dibawah ii, tetuka depede da idepedet variabel serta a. Hitug Sum of for Regressio (X) b. Hitug

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Iflasi merupaka suatu feomea moeter yag selalu meresahka da meggerogoti stabilitas ekoomi suatu egara yag sedag melakuka pembagua. Iflasi yag melebihi agka dua digit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Variabel da Defiisi Operasioal Variabel-variabel yag diguaka pada peelitia ii adalah: a. Teaga kerja, yaitu kotribusi terhadap aktivitas produksi yag diberika oleh para

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di tiga kator PT Djarum, yaitu di Kator HQ (Head Quarter) PT Djarum yag bertempat di Jala KS Tubu 2C/57 Jakarta Barat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Jeis peelitia yag aka diguaka oleh peeliti adalah jeis peelitia Deskriptif. Dimaa jeis peelitia deskriptif adalah metode yag diguaka utuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga da Jeis Peelitia Racaga peelitia ii adalah deskriptif dega pedekata cross sectioal yaitu racaga peelitia yag meggambarka masalah megeai tigkat pegetahua remaja tetag

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Statistika penyajian DATA untuk memperoleh INFORMASI penafsiran DATA. Data (bentuk tunggal : Datum ) : ukuran suatu nilai

PENDAHULUAN. Statistika penyajian DATA untuk memperoleh INFORMASI penafsiran DATA. Data (bentuk tunggal : Datum ) : ukuran suatu nilai 1. Pegertia Statistika PENDAHULUAN Statistika berhubuga dega peyajia da peafsira kejadia yag bersifat peluag dalam suatu peyelidika terecaa atau peelitia ilmiah. Statistika peyajia DATA utuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2)

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2) Bab 6: Estimasi Parameter () BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (). ESTIMASI PROPORSI POPULASI Proporsi merupaka perbadiga atara terjadiya suatu peristiwa dega semua kemugkiaa peritiwa yag bisa terjadi. Besara

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecaha Masalah Dalam ragka peigkata keakurata rekomedasi yag aka diberika kepada ivestor, maka dicoba diguaka Movig Average Mometum Oscillator (MAMO). MAMO ii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga Peelitia 1. Pedekata Peelitia Peelitia ii megguaka pedekata kuatitatif karea data yag diguaka dalam peelitia ii berupa data agka sebagai alat meetuka suatu keteraga.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujua Peelitia Peelitia ii bertujua utuk megetahui apakah terdapat perbedaa hasil belajar atara pegguaa model pembelajara Jigsaw dega pegguaa model pembelajara Picture ad Picture

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasa Atropometri merupaka salah satu metode yag dapat diguaka utuk meetuka ukura dimesi tubuh pada setiap mausia. Data atropometri yag didapat aka diguaka utuk

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL PASAR TRADISIONAL MODERN PLAJU PALEMBANG

ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL PASAR TRADISIONAL MODERN PLAJU PALEMBANG ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL PASAR TRADISIONAL MODERN PLAJU PALEMBANG Hei Fitriai Jurusa Tekik Sipil Fakultas Tekik Uiversitas Sriwijaya Jala Raya Prabumulih Km. 32 Ideralaya Oga Ilir Sumatra Selata E-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Januari 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Januari 2014 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka pada bula Juli 2013 sampai Jauari 201 berlokasi di Kabupate Gorotalo. B. Jeis Peelitia Peilitia tetag evaluasi program pegembaga

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Dalam peelitia ii, pegambila da peroleha data dilakuka di UKM. Bakso Solo, Bakauhei, Lampug Selata. Utuk pegukura kualitas pelayaa, objek yag diteliti adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 Flowchart Metodologi Peelitia BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 31 Flowchart Metodologi Peelitia 18 311 Tahap Idetifikasi da Peelitia Awal Tahap ii merupaka tahap awal utuk melakuka peelitia yag

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Statistika iferesi merupaka salah satu cabag statistika yag bergua utuk meaksir parameter. Peaksira dapat diartika sebagai dugaa atau perkiraa atas sesuatu yag aka terjadi

Lebih terperinci

Analisis Window Dressing pada Reksa Dana Saham Perusahaan Sekuritas Indonesia tahun

Analisis Window Dressing pada Reksa Dana Saham Perusahaan Sekuritas Indonesia tahun Trias, Aalisis Widow Dressig pada Reksa Daa Saham Perusahaa Sekuritas Idoesia tahu.. 1 Aalisis Widow Dressig pada Reksa Daa Saham Perusahaa Sekuritas Idoesia tahu 2010-2015 Aalysis Widow Dressig o Stock

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika, meurut Arikuto (998:73)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu menentukan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu menentukan desain BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desai Peelitia Dalam melakuka peelitia, terlebih dahulu meetuka desai peelitia yag aka diguaka sehigga aka mempermudah proses peelitia tersebut. Desai peelitia yag diguaka

Lebih terperinci

Buku Padua Belajar Maajeme Keuaga Chapter 0 KONSEP NILAI WAKTU UANG. Pegertia. Nilai Uag meurut waktu, berarti uag hari ii lebih baik / berharga dari pada ilai uag dimasa medatag pada harga omial yag sama.

Lebih terperinci