BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 Perbaikan kualitas sliver combing pada proses combing menggunakan metode six sigma dmaic (studi kasus : PT. Adetex Spinning unit I) Ani Rudiyanti I BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Benang Pada sub bab teori benang dipaparkan pengertian dan klasifikasi serat sebagai bahan baku pembuatan benang, metode penomeran benang, proses pembuatan benang dan pengukuran yang dilakukan terhadap sliver combing. Secara rinci, sub bab teori benang dipaparkan sebagai berikut: Penomeran Benang Untuk menyatakan kehalusan benang biasanya dinyatakan dengan perbandingan antara panjang dan beratnya. Perbandingan ini disebut nomer. Untuk memudahkan perhitungan, terlebih dahulu harus dipelajari satuan yang digunakan yaitu: Satuan panjang 1 inch (1 ) = 2,54 cm 12 inches = 1 feet (1 ) = 30,48 cm 36 inches = 3 feet = 1 yard = 91,44 cm 120 yards = 1 lea = 109,73 m 7 lea s = 1 hank = 840 yards = 768 m Satuan berat 1 grain = 64,799 miligram 1 pound (1 lb) = 16 ounces = 7000 grains = 453,6 gram 1 ounce = 437,5 grains Macam-macam penomeran benang yang dikenal adalah sebagai berikut : (Ernie dan Karmayu, 1980) 1. Penomeran benang secara tidak langsung II-1

2 Pada cara ini ditentukan bahwa makin besar (kasar) benangnya makin kecil nomernya atau makin kecil (halus) makin tinggi nomernya. Rumus umum untuk mencari nomer benang dengan cara ini ialah: Nomer = Panjang (P) Berat (B) 2. Penomeran benang secara langsung Cara penomeran ini kebalikan dari cara penomeran benang secara tidaklangsung. Pada cara ini makin kecil (halus) benangnya maka makin rendah nomernya, semakin kasar benangnya maka semakin tinggi nomernya. Adapun rumus matematisnya adalah: Nomer = Berat (B) Panjang (P) Proses Pembuatan Benang Enie dan Karmayu (1997), proses pembuatan benang dibagi dalam beberapa operasi, yaitu: I. Operasi I Terdiri dari dua jenis operasi yaitu blowing dan carding. A Proses Blowing Pada proses ini, bahan baku akan mengalami pengerjaan-pengerjaan sebagai berikut: a pembukaan dan penguraian serat-serat dari gumpalan-gumpalan serat sehingga serat akan terurai b penghilangan kotoran-kotoran seperti serat-serat pendek, serat-serat mati, kulit biji kapas, pecahan-pacahan ranting, daun-daun kering serta kotoran lain. c membuat lap, yaitu lapisan serat dengan lebar kurang lebih 40 inchi, panjang kurang lebih 50 yard serta dengan ketebalan 12 ons per yard. d mencampur serat-serat yang satu dengan yang lain. B. Proses Carding Pada proses ini, serat yang telah terbentuk lap akan mengalami pengerjaan-pengerjaan sebagai berikut: II-2

3 melanjutkan proses pembukaan serat dari gumpalan-gumpalan yang masih ada pada proses sebelumnya, sehingga diperoleh serat-serat individu. melanjutkan pembersihan kotoran pada gumpalan serat. membersihkan lebih lanjut serat-serat yang satu dengan yang lain. mengubah lap menjadi kumpulan serat yang berbentuk sumbu dan disebut sliver. II. Operasi II Lebih dikenal dengan nama proses drawing. Proses ini merupakan proses peregangan, pencampuran dan penarikan sliver. Hasil akhir dari proses drawing adalah benang dengan diameter agak besar yang disebut rooving. Proses ini merupakan proses awal penentu kualitas benang. Operasi II terdiri dari beberapa tahapan proses lagi, yaitu: 1. Untuk bahan baku kapas alami (cotton), proses yang dilalui adalah pre drawing frame atau pre comber, super lap former, combing. Hasil akhir dari proses combing adalah sliver combing. 2. Untuk bahan baku kapas buatan (polyester), proses yang dilalui adalah pre drawing frame 1 st, pre drawing frame 2 nd. Hasil dari proses ini adalah sliver. Kedua jenis sliver di atas kemudian dicampur pada proses mixing dilanjutkan dengan proses drawing frame 1 st, drawing frame 2 nd dan berakhir pada proses flyer. Hasil akhirnya adalah rooving. A. Proses Pre Drawing untuk polyester dan proses Pre Comber untuk cotton. Pada dasarnya tujuan dari kedua proses ini sama yaitu: perangkapan, maksudnya ialah 8 can sliver carding dirangkap menjadi satu sehingga didapatkan sliver yang lebih rata. mensejajarkan serat-serat dengan sumbu sliver. B. Proses Super Lap Former Pada proses ini, sliver dari proses Pre Comber akan diproses menjadi lap yaitu gulungan kapas yang akan digunakan sebagai input proses combing. Adapun gambar mesin super lap former adalah sebagai berikut: II-3

4 Gambar 2.1 Mesin Super Lap Former Sumber: Hartanto dan Watanabe, 1980 C. Proses Combing Pada proses ini hanya dilakukan untuk memperoleh atau memproses seratserat dengan tujuan-tujuan sebagai berikut: memisahkan serat-serat panjang dan serat-serat pendek. menghilangkan kotoran-kotoran dan neps yang mungkin masih ada. membuat serat-serat dalam bentuk sumbu. mencampur serata satu dengan yang lainnya. Adapun gambar mesin combing disajikan dalam Gambar 2.2 di bawah ini: II-4

5 Gambar 2.2 Mesin Combing Sumber: Hartanto dan Watanabe, 1980 Sedangkan gambar proses penyisiran mesin combing adalah sebagai berikut: Gambar 2.3 Proses Penyisiran Mesin Combing Sumber: Hartanto dan Watanabe, 1980 II-5

6 D. Proses Mixing Pada proses ini, sliver dari Combing dan Pre Drawing Frame 2 nd akan dicampur dengan komposisi tertentu. E. Proses Drawing Tujuan proses ini adalah: mengadakan percampuran serat-serat yang satu dengan yang lain, misalnya pencampuran serat kapas dengan serat polyester. menghasilkan sesuai dengan nomor benang yang direncanakan Sedangkan bentuk sliver dari proses carding dan drawing (pre drawing frame, combing, mixing dan drawing) adalah sebagai berikut: Gambar 2.4 Sliver Sumber: Enie dan Karmayu, 1980 F. Proses Rooving atau Flyer Sliver hasil mesin drawing sebelum dipintal akan mengalami proses pengerjaan pada mesin rooving dengan maksud: melanjutkan proses drafting (penarikan) untuk memperoleh hasil rooving yang lebih kecil dari sliver. II-6

7 memberi lilitan (twist) sekedar memberikan agar kekuatan agar tidak mudah putus pada pengerjaan berikutnya. penggulungan hasil mesin rooving dengan bentuk tertentu sehingga siap digunakan untuk proses berikutnya. III. Operasi III Dikenal dengan proses spinning atau ring spinning, merupakan proses pengolahan rooving menjadi benang dengan cara penggulungan, peregangan dan pemberian puntiran (twist). Produk dari proses ini adalah benang dalam bentuk cop. Pengerjaan memintal dikerjakan pada mesin ring spinning dengan tujuan sebagai berikut: penggulungan hasil mesin rooving dengan bentuk tertentu sehingga siap digunakan untuk proses berikutnya. membuat benang dengan nomer tertentu sesuai dengan rencana. memberikan kekuatan benang dengan memberikan lilitan (twist) menggulung hasil benang yang dihasilkan dengan gulungan serata susunan yang teratur dan berbentuk tertentu. IV. Operasi IV Disebut proses winding, merupakan proses pengolahan benang dari benang dalam bentuk cop manjadi benang dalam bentuk cone. Secara rinci, pengerjaan pengerjaan pada proses ini adalah: menggulung benang hasil pemintalan pada kelos-kelos (cone) tertentu dengan bentuk gulungan sesuai dengan tujuan selanjutnya. merangkap benang untuk digulung. memperbaiki mutu benang hasil mesin ring spinning. Proses pembuatan benang pada PT. ADETEX Spinning Unit I dijelaskan pada Gambar 2.5 di bawah ini: II-7

8 Serat Polyester Serat kapas BLOWING BLOWING CARDING CARDING PRE DRAWING 1 PRE DRAWING 1 PRE DRAWING 2 SUPER LAP FORMER COMBING MIXING DRAWING 1 PASSE DRAWING 2 PASSE ROOVING / FLYER RING SPINNING WINDING Gambar 2.5 Proses Pembuatan Benang Sumber : Arsip PT. ADETEX, Konsep Kualitas Pada sub bab ini dipaparkan beberapa definisi kualitas, definisi pengendalian dan perbaikan kualitas. Konsep kualitas secara rinci dipaparkan sebagai berikut: Definisi Kualitas Mitra (1998) menyebutkan bahwa beberapa pakar kualitas mendefinisikan kualitas, antara lain: 1. Crosby (1979), kualitas adalah sesuai dengan apa yang disyaratkan atau sesuai spesifikasi. 2. Juran (1974), kualitas adalah cocok untuk digunakan. II-8

9 3. Garvin (1984), membagi kualitas dalam lima kategori yaitu transcendent, product-based, user based, manufacturing based dan value basd. Kemudian Garvin mengidentifikasi delapan atribut yang digunakan untuk mendefinisikan kualitas. Delapan atribut tersebut adalah performansi (performance), keistimewaan produk (features), kehandalan (reliability), kesesuaian (conformance), keawetan (durability), kegunaan (serviceability), estetika (aesthetics), dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality). Berdasarkan ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan kualitas adalah sesuai dengan spesifikasi dan cocok digunakan dilihat dari sudut pandang performansi (performance), keistimewaan produk (features), kehandalan (reliability), kesesuaian (conformance), keawetan (durability), kegunaan (serviceability), estetika (aesthetics), dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) Pengendalian Kualitas (Quality Control) Pengendalian kualitas secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mencapai tingkatan kualitas yang diinginkan dari sebuah produk atau jasa (Mitra, 1998 ). Quality control adalah profesi inspecting, testing dan grading dengan menggunakan statistik sebagai analisa data yang tepat sebagai jawaban untuk pembanding dan estimasi yang baik dan yang tidak baik dipisah-pisahkan (grading) untuk mencari mana yang dapat diterima (accept) dan mana yang ditolak (Chang, Peter, 2002). Mitra (1998) menyatakan bahwa keuntungan pengendalian kualitas antara lain: 1. Dapat melakukan perbaikan kualitas produk atau jasa. 2. Sistem secara kontinu dievaluasi dan dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang berubah-uabah. 3. Meningkatkan produktivitas yang merupakan tujuan perusahaan. Peningkatan produktivitas ini berarti penurunan scrap dan proses ulang. 4. Menurunkan biaya produksi. II-9

10 5. Meningkatkan produktivitas dengan menurunkan leadtime pembuatan part atau subassemblies. 6. Dapat melakukan perbaikan kualitas dan produktivitas secara terus-menerus Perbaikan Kualitas (Quality Improvement) Perbaikan kualitas adalah sebuah proses yang tidak pernah berakhir dan mengupayakan untuk menurunkan variasi proses dan produk yang tidak memenuhi spesifikasi (Mitra, 1998 ). Six Sigma merupakan salah satu metodologi perbaikan kualitas yang secara rinci dipaparkan pada sub bab Six Sigma Sejarah Six Sigma Motorola mempelajari mengenai kualitas dengan cara yang sulit. Saat perusahaan Jepang mengambil alih perusahaan Motorola yang memproduksi pesawat televisi di Amerika Serikat, mereka dengan cepat menetapkan perubahan yang drastis dalam menjalankan perusahaan. Di bawah manajemen Jepang, perusahaan segera memproduksi televisi dengan jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh yang pernah mereka produksi di bawah manajemen Motorola. Di akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an perusahaan menanggapi tekanan yang kompetitif dengan menggunakan kampanye publisitas yang mencela kompetisi yang tidak fair dan meminta penyelesaian perlindungan secara politis. Akhirnya bahkan eksekutif Motorola mengakui kualitas kita rendah, dan Motorola memutuskan untuk menekuni kualitas dengan serius. CEO Motorola saat itu, Bob Galvin, memulai perusahaan pada jalur kualitas dan menjadi tokoh sebagian besar karena hasil yang dicapai dalam kualitas di Motorola (Pyzdek, 2002). Sebagai hasil dari upaya tersebut, Motorola pada tahun 2002 dapat menampilkan kinerja membangun pager dan telepon seluler dalam satuan berkisar dari satu unit sampai Melalui produksi massal khusus perusahaan dapat memenuhi pesanan yang tepat dalam beberapa menit setelah diterimanya pesanan. Berkat sebagian besar aktivitas Six Sigma, perusahaan menguasai industri kunci dengan teknologi yang tinggi seperti pager (radio panggil), telepon seluler dan II-10

11 komunikasi bergerak dan sebagai kekuatan yang berarti dalam banyak bidang (Pyzdek, 2002) Definisi Six Sigma Definisi Six Sigma berbeda-beda tergantung dari sudut pandang pendefinisiannya. Berikut merupakan definisi Six Sigma dari sudut pandang bisnis: 1. Pande (2000) mendefinisikan Six Sigma sebagai sistem yang komprehensif dan fleksibel unuk mencapai, mempertahankan dan memaksimalkan suskes bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, penggunaan yang disiplin terhadap fakta, data, analisis statistik dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki proses bisnis. 2. Harry dan Schroeder (2000) mendefinisikan Six Sigma sebagai suatu strategi manajemen proses bisnis yang mengizinkan perusahaan untuk meningkatkan lini produksinya secara drastis dengan merancang dan memonitor aktivitas bisnis setiap hari dalam rangka meminimumkan pemborosan dan sumber daya serta meningkatkan kepuasan konsumen. 3. Six Sigma merupakan suatu metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. ( Berdasarkan definisi Six Sigma di atas, dapat disimpulkan Six Sigma dilihat dari sudut pandang bisnis adalah suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel dalam manajemen proses bisnis untuk meningkatkan lini produksi, variasi suatu proses dan mengurangi kecacatan menggunakan statistik dan problem solving tools. Selain itu, definisi Six Sigma dari sudut pandang statistik adalah sebagai berikut: 1. Secara harfiah, Six Sigma adalah besaran yang bisa kita terjemahkan secara gampang sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects II-11

12 opportunity) sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk /jasa.( 2. Gasperz (2002) memberikan definisi bahwa Six Sigma merupakan suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO- defects per million opportunities) untuk setiap transaksi produk (barang/jasa). Upaya giat menuju kesempurnaan (zero defect-kegagalan nol). Berdasarkan definisi Six Sigma di atas, dapat disimpulkan bahwa Six Sigma dilihat dari sudut pandang statistik adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju proses dengan kemungkinan kecacatan 3,4 dalam sejuta produk Konsep Six Sigma Motorola Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai yang diharapkan mereka. Apabila produk (barang/jasa) diproses pada tingkat kualias Six Sigma, maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. Dengan demikian Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri, tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma dicapai, maka kinerja sistem industri akan semakin baik. Sehingga Six Sigma otomatis lebih baik daripada 4-Sigma, lebih baik dari 3-Sigma. Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa (dramatik) di tingkat bawah. Six Sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses indusri berfokus pada pelanggan, malalui memperhatikan kemampuan proses (Gaspersz, 2002). Pendekatan pengendalian proses Six Sigma Motorola mengijinkan adanya pergeseran nilai target rata-rata (mean) setiap CTQ individual dari proses industri sebesar ± 1,5 Sigma sehingga akan menghasilkan 3,4 DPMO (defects per million opportunities-kegagalan per sejuta kesempatan). Proses Six Sigma dengan distribusi normal bergeser 1,5 Sigma ditunjukkan dalam Gambar 2.6: II-12

13 LSL 1,5 Sigma 1,5 Sigma USL 6 Sigma 3 Sigma MEAN +3 Sigma +6 Sigma Gambar 2.6 Konsep Six Sigma Motorola dengan Distribusi Normal Bergeser 1,5 Sigma Sumber : Gasperz, Metodologi Six Sigma Pada sub bab ini dipaparkan jenis metodologi Six Sigma, DMAIC secara terperinci dan persamaan metodologi Six Sigma tersebut. Adapun penjelasan lebih detil dipaparkan sebagai berikut: A. Jenis Metodologi Six Sigma 1. DMAIC DMAIC merupakan salah satu metodologi Six Sigma yang digunakan dengan tujuan melakukan perbaikan proses terhadap produk atau proses yang sedang berlangsung di perusahaan. ( Terdiri dari beberapa tahapan yaitu: Define : mendefinisikan proses yang memberikan kontribusi masalah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas produk. Measure : pada tahap ini dilakukan pengukuran kapabilitas proses. Jika perusahaan tidak mengetahui kapabilitas proses maka kapabilias bisnis yang dijalankan juga tidak diketahui. Analyze : menganalisa seberapa baik proses yang sedang berlangsung dan mengidentifikasi penyebab variasi produk yang mempengaruhi kapabilitas proses. Improve : melakukan perbaikan pross dengan mengeliminasi defect. Control : mengendalikan performansi proses di masa yang akan datang. II-13

14 2. DFSS Metodologi Six Sigma selain DMAIC. Akronim DFSS adalah Design For Six Sigma. Metode ini digunakan untuk mendesain atau mendesain ulang suatu produk atau proses baru pada sebuah perusahaan. Salah satu metodologi DFSS yang terkenal adalah DMADV. ( Tahapan DMADV adalah: Define : mendefinisikan tujuan proyek dan mendefinisikan keinginan pelanggan tentang produk yang dihasilkan. Measure : mengukur dan menentukan kabutuhan dan spesifikasi produk menurut pelanggan. Selain itu melakukan benchmarking terhadap produk pesaing. Analyze : menganalisis proses agar sesuai dengan keinginan pelanggan. Design : mendesain proses secara detail untuk memenuhi keinginan pelanggan. Verify : verifikasi performansi desain dan kemampuan untuk memenuhi keinginan pelanggan. B. Metodologi DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) DMAIC adalah salah satu metode perbaikan dalam Six Sigma. Adapun unsurunsur DMAIC secara rinci dipaparkan dalam Tabel 2.1. Menurut Gaspersz (2002), tahap pengembangan rencana operasional (improve) dapat dilakukan menggunakan metode 5W-2H. Penjelasan mengenai metode 5W-2H secara terperinci disajikan dalam bentuk Tabel 2.2. II-14

15 Tabel 2.1 Aktivitas Six Sigma DMAIC Tahap Six Sigma Define (D) Measure (M) Analyze (A) Improve (I) Control (C) Aktivitas 1. Memperoleh dukungandan komitmen menejemen organisasi untuk melaksanakan proyekproyek Six Sigma. 2. Mendefinisikan kebutuhan spesifik pelanggan agar proyek-proyek Six Sigma mampu memenuhi demi kepuasan total kepada pelanggan. 3. Mendefinisikan tujuan peningkatan kualitas yangterukur sepanjang waktu dari setiap proyek Six Sigma. 4. Mendefinisikan serta menetapkan peran dan tanggung jawab orang-orang yang terlibat dalamp royek-proyek Six Sigma. 5. Mendefinisikan kebutuhan dan melaksanakan pelatihan metodologi Six Sigma bagi orangorang yang terlibat dalam proyek-propyek Six Sigma agar menjamin bahwa mereka berkompeten untuk melaksanakan proyek Six Sigma. 6. Mendefinisikan kebutuhan sumber daya dan hambatan yang ada serta yang mungkin dihadapi berkaitandengan infrastruktur dan lingkungan kerja saat penerapan proyek Six Sigma sehingga dapat mengantisipasi dan memperbaikinya. 7. Mendefinisikan persyaratan output dan pelayanan yang merefleksikan kebutuhan spesifik pelanggan. 8. Mendefinisikan proses-proses kunci, sekuens dan interaksi proses dengan pelanggan internal dan eksternal yang terlibat dalam proses-proses kunci yang menjadi ruang lingkup setiap proyek Six Sigma 1. Menetapkan persyaratan-persyaratan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yang berkaitan langsung dengan kebutuhan pelanggan yang menjadi ruang lingkup tugas proyek-proyek Six Sigma 2. Menetapkan rencana pengumpulan data termasuk mengendalikan peralatan pengukuran agar memperoleh data yang akurat dan sahih bagi keperluan analisis dalam tahap Analyze setiap proyek Six Sigma 3. Melakukanpengukuran terhadap karakteristik kritis kualitas (CTQ) kunci pada tingkat proses, outputs dan outcomes dari proyek Six Sigma Menganalisis kestabilan proses, kapabilitas proses serta sumber dan akar penyebab masalah kualitas yang ada dalam proyek-proyek Six Sigma Menetapkan dan mengimplementasikan rencana tindakan perbaikan atau peningkatan yang ada dalam setiap peoyek Six Sigma untuk menghilangkan akar-akar penyebab dan mencegah berulang kembali. 1. Mendokumentasikakn hasil peningkatan kualitas dan menstandarisasikan praktek kerja terbaik proyek-proyek Six Sigma ke dalam prosedur kerja agar dijadikan sebagai pedoman standar kerja. 2. Menyebarluaskan hasil peningkatan kualitas danpraktek terbaik yang telah distandarisasikan ke dalam prosedur kerja itu ke seluruh organisasi. Sumber: Gasperz, 2003 II-15

16 Tabel 2.2 Metode 5W-2H Jenis 5W-2H Deskripsi Tindakan Tujuan What Apa tujuan utama perencanaan? Merumuskan tujaun Utama (Apa) sesuai dengan kebutuhan Alasan Mengapa rencana itu diperlukan? Why masyarakat atau Kegunaan Penjelasan tentang kegunaan (Mengapa) lingkungan. rencana yang dilakukan. Lokasi Di mana rencana itu akan Where dilaksanakan? (Di mana) Apakah aktivitas itu harus Sekuens (urutan) Orang Metode Biaya When (Bilamana) Who (Siapa) How (Bagaimana) How much (Berapa) dikerjakan di sana? Bilamana saat paling baik untuk melaksanakan aktivitas rencana itu? Apakah aktivitas itu dapat dikerjakan kemudian? Siapa yang akan mengerjakan aktivitas rencana itu? Apakah ada orang lain yang dapat mengerjakan aktivitas rencana itu? Mengapa harus orang itu yang ditunjuk untuk mengerjakan aktivitas itu? Bagaimana mengerjakan aktivitas rencana itu? Apakah metode yang digunakan sekarang merupakan metode terbaik? Apakah ada cara lain yang lebih mudah? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas rencana itu? Apakah akan memberikan dampak positif pada pendapatan dan biaya (meningkatkan efektivitas dan efisiensi), setelah malaksanakan rencana itu? Sumber: Gasperz, 2003 Mengubah sekuens atau urutan aktivitas atau mengkombinasikan aktivitas-aktivitas yang dapat dilaksanakan bersama. Menyederhanakan aktivitas-aktivitas rencana yang ada. Memilih rencana yang paling efektif dan efisien. C. Persamaan DMAIC dan DMADV Persamaan DMAIC dan DMADV adalah sebagai berikut: ( Merupakan metodologi Six Sigma yang digunakan untuk mengatur kecacatan kurang dari 3,4 per sjuta kesempatan. Pendekatan pemecahan menggunakan data, intuisi tidak digunakan dalam Six Sigma. Diimplementasikan oleh Black Belts, Green Belts dan Master Black Belts. II-16

17 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu pertanyaan dianggap valid jika nilai korelasi berada diatas angka kritis (α = 0,05 berdasarkan R tabel). Sedangkan reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsitensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Adapun teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cronbach s Alpha. Teknik ini mencari reliabilitas alat ukur dengan skor nilai berupa rentangan antara beberapa nilai. Reliabilitas dicapai jika nilai r 11 lebih besar dari angka kritis (α = 0,05 berdasarkan R tabel). Hasil pengujian validitas dan reliabilitas serta Tabel R akan disajikan dalam lampiran 5 dan Tools yang digunakan dalam Six Sigma Pada sub bab ini dipaparkan alat-alat yang digunakan dalam Six Sigma terkait dengan penelitian ini. Adapaun alat-alat tersebut dipaparkan secara terperinci sebagai berikut: 1. Process Flow Map Merupakan gambaran grafik dari suatu proses, menunjukkan urutan tugas menggunakan versi yang dimodifikai dari simbol flowchart. Dengan menggunakan peta proses, berbagai alternatif ditunjukkan dan perencanaan yang efektif dipermudah. (Pyzdek, 2001) 2. Diagram Supplier-Input-Process-Output-Customer (SIPOC) Diagram SIPOC adalah sebuah alat dalam Six Sigma yang digunakan untuk mengidentifikasi semua elemen dari sebuah proyek perbaikan kualitas produk. Diagram ini juga membantu dalam mendefinisikan proyek yang kompleks. Diagram ini dapat menjawab beberapa pertanyaan misalnya: ( Siapa supllier input pada proses? Apa spesifikasi atau syarat yang harus dimiliki input? II-17

18 Siapa customer masing-masing proses? Apa yang diinginkan customer? 3. Process Metrics Process metrics terbagi menjadi tiga macam yaitu: (Harry dan Schroeder, 2000) Throughput Yield Mengukur kemungkinan terjadinya kecacatan produk pada suatu titik proses atau proses kunci. Dengan kata lain, kecacatan dapat diatasi dengan melakukan sesuatu yang benar pada suatu titik yang penting. Rolled Throughput Yield Mengidentifikasi kecacatan produk melalui seluruh proses yang menyebabkan kecacatan. Oleh karena itu, kecacatan dapat diatasi dengan melakukan sesuatu yang benar pada seluruh rangkaian proses. Normalized Yield Merupakan rata-rata hasil Throughput Yield. 4. Control Chart Pada sub bab control chart, dipaparkan pengertian, jenis, definisi variabel dan atribut, manfaat control chart dan bagan kendali untuk atribut dan variabel. a. Pengertian Bagan Kendali (Control Chart) Salah satu alat terpenting dalam pengendalian kualitas secara statistis adalah bagan kendali Shewart, dinamakan demikian karena teknik ini dikembangkan oleh Dr. Walter A.Shewart pada taun 1920-an sewaktu bekerja di Bell Telephone Laboratories. Kendatipun bagan kendali ini nampaknya sederhana, namun banyak ahli teknik, karyawan bagian produksi dan para pemerikasi berpendapat bahwa dalam menggunakan bagan ini diperlukan suatu pandangan yang sama sekali baru. (Grant dan Leavenworth, 1988) II-18

19 b. Jenis Bagan Kendali (Control Chart) Bagan kendali Shewart untuk karakteristik mutu yang terukur. Dalam bahasa teknisnya, dinyatakan sebagai peubah atau sebagai bagan X dan R (rata-rata dan standar deviasi sampel). Bagan kendali Shewart untuk bagian yang ditolak. Dalam bahasa teknisnya dinyatakan sebagai bagan p. Bagan kendali Shewart untuk banyaknya ketaksesuaian per unit. Dalam bahasa teknisnya dinyatakan sebagai bagan c. Bagan dari teori penarikan sampel yang berhubungan dengan proteksi mutu yang diperoleh dari prosedur penarikan sampel. c. Peubah (variabel) dan Atribut Bila dalam sebuah catatan (record) dibuat berdasarkan karakteristik mutu yang diukur secara sebenarnya, misalnya dimensi yang dinyatakan dalam per seribu inci, mutu tadi dapat dikatakan sebagai peubah. Bila suatu catatan hanya memperlihatkan banyaknya barang yang sesuai dengan persayaratan dan banyaknya barang yang tidak sesuai dangan persyaratan, maka ia dikatakan sebagai catatan yang berdasarkan atribut. d. Manfaat Bagan Kendali Manfaat bagan kendali untuk peubah Gangguan merupakan hal umum terjadi dalam pabrik. Bilamana gangguan itu terdiri dari kesulitan untuk memenuhi spesifikasi mutu yang dinyatakan dalam peubah, bagan kendali Shewart X dan R merupakan alat yang tidak boleh dilupakan oleh si pencari gangguan. Kedua bagan kendali tersebut dapat memberikan tiga informasi dan semuanya diperlukan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Ketiga informasi itu adalah: a. Keragaman dasar karakteristik mutu b. Kekonsistenan penampilan (performance) c. Tingkat rata-rata dari karakteristik mutu. Tidak ada proses produksi yang cukup baik untuk menghasilkan bentuk produk yang persis serupa. Keragaman tidaklah terhindarkan, besarnya keragaman dasar ini tergantung pada berbagai karakteristik proses produksi II-19

20 seperti, mesin, bahan dan operator. Keragaman suatu karakteristik mutu boleh jadi mengikuti suatu pola acak atau mungkin juga terjadi secara menyimpang akibat munculnya sebab-sebab terusut pada waktu-waktu tertentu yang dapat dicari dan dihapus. Manfaat bagan kendali adalah memberitahukan kapan harus membiarkan suatu proses berjalan seadanya atau kapan harus mengambil tindakan untuk mengatasi gangguan. Manfaat bagan kendali untuk bagian yang ditolak Kebanyakan pemeriksaan rutin terhadap produk-produk yang dibuat merupakan pemeriksaan terhadap atribut-atributnya, dengan cara mengklasifikasikan produk yang diterima dan yang ditolak. Dengan demikian, bagan kendali Shewart untuk bagian yang ditolak umumnya memanfaatkan data yang sudah tersedia untuk keperluan lain atau yang dapat segera disediakan. Walaupun bagan kendali atribut (bagan kendali p) kurang begitu peka dibandingkan dengan bagan peubah dan tidak mempunyai nilai diagnostik yang cukup besar namun bagan ini dapat memberikan informasi tentang kapan dan dimana harus mengerahkan tekanan guna perbaikan mutu. Selain digunakan dalam pengendalian proses, bagan p juga amat berguna dalam hal yang berhubungan dengan penjual. Biasanya sangat disuai bila dapat diketahui apakah mutu produk yang diserahkan oleh penjual pada hari ini merupakan petunjuk yang dapat dipercaya bagi apa yang akan diserahkan pada bulan yang akan datang. Manfaat bagan kendali untuk ketaksesuaian per unit Tipe bagan kendali ini dapat diterapkan untuk dua situasi yang agak khusus. Yang pertama adalah untuk keperluan penghitungan jumlah ketaksesuaian seperti cacat pada daerah tertentu dari permukaan yang dilapisi atau di cat, titik-titik lemah pada panjang tertentu karet pembungkus kabel atau ketaksempurnaan pada sekayu kain. Yang lain adalah pemeriksaan unit-unit yang dirakit secara cukup rumit yang banyak membuka kemungkinan untuk timbulnya berbagai macam tipe ketaksesuaian dan jumlah total dari semua tipe ketaksesuaian per unit yang diketemukan oleh pemeriksa dicatat untuk tiap-tiap unit. II-20

21 e. Bagan Kendali untuk Bagian yang Ditolak Walaupun diakui adanya manfaat bagan X dan R lainnya, baik sebagai alat yang ampuh untuk mendiagnosis persoalan mutu maupun sebagai alat untuk mendeteksi sumber-sumber gangguan rutin, terbukti bahwa kegunaannya terbatas hanya untuk sebagian kecil karakteristik mutu yang ditentukan pada produk dan pelayanan. Salah satu keterbatasan bagan X dan R adalah untuk karakteristik mutu yang hanya dapat diukur dan dinyatakan dalam angka. Banyak karakteristik mutu dapat diamati hanya sebagai atribut, yaitu dengan menggolongkan setiap butir yang diperiksa ke dalam salah satu dari dua kelas, yang sesuai dan yang tak sesuai spesifikasi. Adapun batas control untuk X dan R adalah sebagai berikut: UCL X = X + A 2 R (2.1) LCL X = X - A 2 R (2.2) UCL R = D 4 R (2.3) LCL R = D 3 R (2.4) Nilai A 2, D 4 dan D 3 didapatkan dari tabel faktor-faktor untuk penetapan batas kendali 3-sigma dari R untuk bagan kendali X dan R. Sedangkan standar deviasi proses dihitung menggunakan rumus: ^ = σ R d 2 Nilai d 2 didapatkan dari tabel konstanta tabel control. (2.5) f. Bagan Kendali Atribut 1. Bagan p, bagan untuk bagian yang ditolak karena tak sesuai terhadap spesifikasi. 2. Bagan np, bagan kendali untuk banyaknya butir yang tak sesuai. 3. Bagan c, bagan kendali untuk banyaknya ketaksesuaian. 4. Bagan u, bagan kenali untuk banyaknya ketaksesuaian per satuan. II-21

22 Data berbentuk atribut biasanya menggunakan Control Chart tipe c, dengan batas-batas kendali sebagai berikut: UCL = c + 3 LCL = c 3 c c (2.6) (2.7) Sedangkan standar deviasi proses dihitung menggunakan rumus: ^ = σ s c4 (2.8) dimana s melambangkan standar deviasi, sedangkan nilai C 4 didapatkan dari tabel konstanta tabel control yang akan disajikan dalam lampiran Diagram Sebab Akibat (Cause Effect Diagram) Diagram sebab akibat adalah alat yang digunakan untuk mengatur dan menunjukkan secara grafik semua pengetahuan yang dimiliki sebuah kelompok sehubungan dengan masalah tertentu. (Pyzdek, 2001) Lingk.Kerja Metode Kerja Karakteristik kualitas Material Mesin Manusia Gambar 2.7 Cause Effect Diagram Sumber : Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Analisis mode kegagalan dan pengaruh (failure mode and effect analysis/fmea) adalah suatu usaha untuk menggambarkan semua kegagalan yang mungkin dan pengaruhnya pada sistem. Tujuannya adalah mengklasifikasikan kegagalan menurut pengaruhnya. FMEA menyediakan dasar yang baik untuk pengklasifikasian karakteristik. (Pydek, 2001). Sedangkan menurut Stamatis (1995), FMEA adalah sebuah cara teknis yang digunakan untuk II-22

23 mendefinisikan, mengidentifikasi dan menghilangkan potensial kegagalan, masalah, kesalahan dan sebagainya dari suatu sistem, desain, proses dan pelayanan sebelum sampai kepada customer. Salah satu cara lain untuk menentukan significant few opportunities adalah dengan FMEA, terutama jika kita tidak punya data yang cukup untuk membuat diagram pareto. Dari hasil FMEA, prioritas perbaikan akan diberikan pada komponen yang memiliki tingkat prioritas (RPN) tinggi ( Secara singkat dan sederhana, berikut ini adalah contoh Tabel FMEA: Tabel 2.3 Contoh FMEA Failure Failure Component SEV Causes OCC Controls DET RPN Mode Effect Sumber : Pareto Diagram Diagram pareto adalah sebuah alat yang digunakan untuk membantu, misalnya dalam mengidentifikasi masalah yang sulit terpecahkan dalam proses manufaktur(breyfogle, 1999). Menurut Pyzdek (2002), analisis pareto adalah proses dalam memperingkat kesempatan untuk menentukan yang mana dari kesempatan potensial yang banyak harus dikejar lebih dahulu. Ini dikenal juga sebagai memisahkan sedikit yang penting dari banyak dari sepele. Sedangkan kegunaan analisis pareto adalah digunakan pada berbagai tahap dalam suatu program perbaikan kualitas untuk menentukan langkah mana yang diambil berikutnya. Analisis pareto digunakan untuk menjawab pertanyaan seperti, departemen apa yang harus memiliki tim SPC berikutnya? atau Pada jenis kerusakan apa kita seharusnya mengkonsentrasikan usaha kita?. II-23

24 Penelitian Six Sigma yang pernah dilakukan Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai penelitian-penelitian yang sejenis yang sudah dilakukan. Adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tugas Akhir oleh Trinanto Wibowo, Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Analisis Penelusuran Sumber Variasi Pada Proses Produksi Benang Untuk Pengendalian Kualitas Dengan Metode Six Sigma. PT. Surakarta Sentosa Sejahtera adalah sebuah perusahaan pemintalan benang (spinning industry) yang memproduksi benang sebagai bahan dasar pembuatan kain. Jenis benang yang diproduksi antara lain TR 65/35 Ne 1 45s. Ada beberapa produk dari perusahaan ini yang mendapat keluhan dari pelanggan karena adanya gulungan benang pada cone yang kusut (scramble) lolos sampai pelanggan. Kondisi gulungan benang yang seperti ini sangat merugikan karena ketika memasuki proses pembuatan kain, benang yang tertarik lebih dari satu helai. Metode yang digunakan : Metode Six Sigma DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve dan Control). Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah peta proses, matriks XY (House of Quality), diagram pareto, peta kendali, indeks kapabilitas proses dan diagram sebab-akibat. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat tujuh karakteristik kritis benang yang diperhatikan customer, yaitu dengan urutan mulai dari yang paling kritis ketidakrataan benang, kekuatan benang, thin (benang tipis), nomor benang, thick (benang tebal), puntiran (Twist per Inch /TPI) dan nep (bintik benang). Karakteristik cacat ketidakrataan benang paling dominan terjadi di bagian proses ring spinning, maka perbaikan dan pengendalian kualitas untuk karakteristik ini dimulai pada proses mesin ini. Perhitungan nilai sigma menunjukkan proses berada pada peringkat 4,22 sigma. II-24

25 2. Tugas Akhir oleh Sahrial Amri, Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Analisis Stabilitas Dan Kapabilitas Proses Spinning Benang Katun Dengan Metode Six Sigma di PT. Primissima. Dalam proses pemintalan secara nyata dari waktu ke waktu, kualitas benang yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan di beberapa karakteristik kualitas penting. Keadaan seperti ini masih berlangsung hingga saat ini. Misalnya, dalam kurun waktu bulan Mei hingga Agustus 2004 kualitas benang produksi departemen pemintalan benang pabrik III mengalami penurunan yang cukup signifikan di beberapa karakteristik seperti ketidakrataan benang (penyimpangan terhadap lebar penampang atau permukaan benang), benang tebal serta nep. Pada karakteristik ketidakrataan benang (nilai U%), dari nilai target benang 40CD yang seharusnya berada pada level 15 %, ternyata mulai bulan Mei 2004 terjadi gejala penurunan yang sangat signifikan yang berkelanjutan hingga bulan Agustus 2004 dengan rata-rata U%-nya mencapai 15,86%. Rata-rata penurunan kualitas dapat mencapai nilai 5% setiap bulannya baik jenis benang 40 CD, 40 CM maupun 50 CM. Metode yang digunakan adalah Metode Six Sigma DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve dan Control). Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah peta proses, matriks XY (House of Quality), diagram pareto, peta kendali, indeks kapabilitas proses dan diagram sebab-akibat. Beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah kebutuhan proses pertenunan dapat diakomodasi oleh 10 CTQ pengukuran benang yang berkualitas, yaitu nomer benang, kekuatan benang, ketidakrataan benang, nep, TPI, bentuk gulungan pada cone, sambungan benang, panjang benang dalam cone, benang tipis dan benang tebal. Rata-rata output nilai karakteristik kualitas ketidakrataan (U%) benang produksi PT. Primissima berada pada kinerja 4,07 sigma. Pada tingkat kinerja 4,07 sigma tersebut, rata-rata proses dinilai kurang stabil. Adapun penyebab ketidakstabilan dan ketidakmampuan proses tersebut diduga berasal dari faktor lingkungan, mesin dan peralatan, proses, material, tenaga kerja dan pengukuran. II-25

26 3. Penelitian oleh Jani Raharjo, Debora Anne Yang Aysia dan Susan Anitasari, Teknik Industri Universitas Kristen Petra Surabaya dengan judul Peningkatan Kualitas Melalui Implementasi Filosofi Six Sigma (Studi Kasus di sebuah Perusahaan Speaker) Perusahaan perakitan speaker yang menjadi obyek penelitian telah memiliki sistem kualitas yang baik. Namun alangkah baiknya jika sistem kualitas tersenut ditingkatkan lagi melalui peningkatan kualitas dengan filosofi Six Sigma karena adanya peningkatan level sigma menandakan bahwa perusahaan tersebut semakin mendekati kepuasan pelanggan. Metode yang digunakan : Metode Six Sigma DMAICS (Define-Measure-Analyze- Improve-Control-Standarize). Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain Quality Function Deployment (QFD), mapping process, diagram pareto, diagram tulang ikan dan Statistical Process Control. Kesimpulan penelitian tersebut adalah proyek peningkatan kualitas perlu dilanjutkan dengan cara antara lain tenaga kerja harus bekerja dengan standart operating procedure, melanjutkan proyek peningkatan kualitas dengan memperbaiki faktor yang lain, membudayakan perbaikan kualitas secara kontinu, membentuk tim peningkatan kualitas untuk setiap departemen dan memberikan penghargaan untuk tim yang berhasil meningkatkan kualitas departemennya. 4. Penelitian oleh Rakhma Oltavina dan Siska Indrawati, Teknik Industri Universitas Gunadarma dengan judul Penerapan Metode Six Sigma dalam Pengendalian Kualitas Produk Tekstil (Studi Kasus : PT. SM, Lippo Cikarang, Bekasi). PT. SM sebagai salah satu industri tekstil yang menghasilkan produk yang cukup beragam diantaranya kain vitrasi, kain trikot, kain brukat, kain embroidery dan rachel. Proses produksi kain embroidery tile full merupakan salah satu proses yang mempunyai kemungkinan menghasilkan produk dengan jenis cacat yang beragam. Banyaknya produk yang cacat selama proses produksi sangat mampengaruhi produktivitas perusahaan, biaya produksi yang lebih tinggi karena adanya pengerjaan ulang, yang tentu II-26

27 saja mempengaruhi kepuasan pelanggan. Metode pengendalian kualitas Six Sigma diharapkan mampu meminimasi cacat, menghasilkan produk yang berkualitas sehingga dapat mengurangi biaya yang tidak perlu. Six Sigma menjadi ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana suatu proses transaksi produk antara pemasok dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin baik pula kinerja sistemnya. Metode yang digunakan : Metode Six Sigma DMAICS (Define-Measure-Analyze- Improve-Control). Sedangkan alat yang digunakan adalah diagram pareto, diagram aliran proses, diagram IPO, peta kendali, diagram tulang ikan dan FMEA. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa jenis cacat yang terjadi pada proses produksi kain embroidery tile full yaitu kain berlubang, jarum patah, benang putus, desain berubah, hasil bordir tidak baik, bor terlalu besar, berlubang saat rolling dan kain berkerut. Kerusakan dominan terjadi pada lini produksi 2 adalah benang putus sehingga menjadi prioritas dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Berdasarkan nilai DPMO didapatkan nilai level sigma 3,066 sigma. Ada 5 faktor penyebab utama kerusakan benang putus yaitu faktor manusia, material, peralatan, metode kerja dan lingkungan dan yang menjadi mode kegagalan utama adalah berdasarkan nilai RPN tertinggi yang ada pada tabel FMEA yaitu jenis kerusakan benang putus akibat material buruk yang mengakibatkan biaya kegagalan COPQ yang tinggi. Hasil implementasi menunjukkan bahwa proporsi kecacatan sesudah implementasi lebih kecil dari proporsi kecacatan sebelum implementasi. Biaya akibat kualitas buruk setelah implementasi program Six Sigma mengalami penurunan. Indeks kapabilitas proses dan nilai sigma untuk produksi kain embroidery tile full setelah implementasi mengalami kenaikan. II-27

28 Perbedaan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian Ini Sub bab ini memaparkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Secara ringkas, penelitian sebelumnya disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti Trinanto Wibowo Sahrial Amri Jani R, Debora & Susan A Rakhma O & Siska Igunadarma Penelitian Ini Studi Kasus PT. Surakarta Sentosa Sejahtera (Spinning Industry) Metode yang digunakan Peta Proses House of Quality Diagram Pareto Bagan Kendali Tools yang digunakan Indeks Cpk Cause Effect Diagram Analisis Gap Diagram IPO DMAIC PT.Primissima DMAIC Perusahaan Speaker DMAICS PT. SM DMAICS PT. ADETEX DMAIC FMEA Penelitian yang dilakukan ini pada dasarnya hampir sama dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Objek studi kasus sama dengan tiga penelitian sebelumnya yaitu pada sebuah perusahaan tekstil. Metode yang digunakan juga sama yaitu menggunakan Six Sigma DMAIC. Adapun kelebihan penelitian ini adalah: 1. Untuk melakukan perbaikan (improve), sebelumnya dilakukan analisis menggunakan FMEA yang bertujuan untuk mengetahui fokus perbaikan. Hal ini tidak dilakukan pada ketiga peneliti sebelumnya. 2. Penelitian ini memberikan usulan perbaikan dan pengendalian secara lebih nyata yaitu dalam bentuk perbaikan prosedur dan form untuk pendokumentasian data. Hal ini tidak dilakukan pada dua peneliti sebelumnya. 3. Untuk mengidentifikasi CTQ, penelitian ini tidak menggunakan HOQ karena objek yang diteliti adalah produk suatu proses pembuatan benang sehingga untuk mencari suara pelanggan akhir benang (voice of customer) sulit karena tidak semua customer mengetahui proses pembuatan benang secara detil. II-28

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian kualitas Kualitas memiliki kaitan yang sangat erat dengan dunia perindustrian, baik industri barang maupun jasa. Definisi dari kualitas sendiri bermacam-macam, karena

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

Santy Febriana, NIM : I

Santy Febriana, NIM : I Santy Febriana, NIM : I 0302594. PENERAPAN METODE SIX SIGMA DMAIC UNTUK PERBAIKAN KUALITAS FISIK BATANG ROKOK MERK SAMUDERA EMAS 16 PADA CIGARETTE MAKER MACHINE. (Studi Kasus PT. Asia Marko). Skripsi.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

Modul 5 Six Sigma MODUL 5 SIX SIGMA. Laboratorium OSI & K FT. UNTIRTA (Praktikum POSI 2011)

Modul 5 Six Sigma MODUL 5 SIX SIGMA. Laboratorium OSI & K FT. UNTIRTA (Praktikum POSI 2011) 1 MODUL 5 SIX SIGMA 2 A. Tujuan Praktikum 1. Praktikan dapat memahami konsepsi tentang Six Sigma 2. Praktikan dapat memahami Six Sigma sebagai salah satu metode dalam perbaikan kualitas yang dramatis.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk.

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk. BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang baik, kondisi ini mendorong suatu industri di Indonesia mulai tumbuh. Seiring dengan ketatnya

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengetian Kualitas Banyak sekali definisi tentang kualitas yang ada saat ini, bahkan definisi tentang perkembangan seiring kemajuan teknologi, tetapi ada beberapa pendekatan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk dapat eksis di tengah ketatnya persaingan dalam industri. kualitas didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Tahapan Penelitian 3.1.1 Identifikasi Dan Perumusan Masalah Langkah ini merupakan langkah awal untuk melakukan penelitian dengan melakukan observasi ke unit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis /Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO SKRIPSI Disusun oleh : SABRINA DWI C 0632010035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2005/2006 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT HANGER TIPE TAC 6212 PADA PROSES INJECTION

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewhart yang berasal dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan konsep peta pengendalian statistik, yang merupakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : SOLYKHUL ANWAR 0532015018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO.. v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI..... viii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang DAFTAR ISTILAH DPO DMAIC CTQ DPMO FMEA Severity Occurance Detection : Defects Per Opportunity, merupakan ukuran kegagalan dalam Six Sigma yang menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan per satu kesempatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir 37 3.2 Langkah Langkah Penelitian Dalam metode penelitian ini merupakan tahapan tahapan yang dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Benang Cotton Ne 40 S Dengan Menggunakan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. XYZ

Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Benang Cotton Ne 40 S Dengan Menggunakan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. XYZ Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Benang Cotton Ne 40 S Dengan Menggunakan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. XYZ H. Wahyudin 12831205 Jurusan Teknik Industri Pasca Sarjana Universitas Pasundan, Bandung Email

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Six Sigma merupakan konsep yang relatif baru bagi banyak organisasi. Six Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa cacat), tetapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014 ISSN: 2339-028X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Much. Djunaidi 1*, Risti Mutiarahadi 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Kegiatan utama yang bersangkutan dengan manajemen produksi adalah proses produksi. Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Pengendalian Kualitas Kualitas dapat diartikan dengan berbagai macam pendapat, kebanyakan orang mempunyai pengertian kualitas sebagai bagaimana sebuah proses dapat menghasilkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA Titi Jayati 0800775012 ABSTRAK Operational excellent didasari oleh banyak perusahaan sebagai salah satu cara

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Sampel dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang Plant, dan difokuskan pada jumlah cacat produk yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci