BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 DAFTAR ISTILAH DPO DMAIC CTQ DPMO FMEA Severity Occurance Detection : Defects Per Opportunity, merupakan ukuran kegagalan dalam Six Sigma yang menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan per satu kesempatan. : Define, Measure, Analyze, Improve, and Control, merupakan proses untuk peningkatan terus-menerus menuju target SixSigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta. : Critical To Quality, merupakan atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau praktek-praktek yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan. : Defects Per Million Opportunities, termasuk salah satu pengukuran dari process performance. DPMO adalah sebuah metode pengukuran performansi proses yang sering digunakan dalam penerapan Six Sigma. Di dalam konteks usaha untuk melakukan improvement pada suatu proses, DPMO adalah suatu pengukuran performansi dari suatu proses. : Failure Mode and Effect Analysis, yaitu suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu permasalahan kualitas. : Skala dalam FMEA yang berupa penilaian tentang seberapa serius efek dari mode kegagalan potensial terhadap pelanggan. : Skala dalam FMEA yang berupa penilaian mengenai keseringan suatu mode kegagalan terjadi karena penyebab potensial. : Skala dalam FMEA untuk identifikasi metode-metode yang ditetapkan untuk mencegah atau mendeteksi penyebab dari mode kegagalan. xix

2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kualitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menentukan produk dan jasa yang digunakan (Ariani, 2004). Menjaga dan meningkatkan kualitas adalah salah satu strategi bisnis yang sangat penting bagi banyak pelaku bisnis khususnya dalam menghadapi era globalisasi yang semakin kompetitif (Gasperzs, 2002). Terjadi pergeseran tujuan perusahaan yang semula hanya untuk memenuhi kebutuhan meningkat menjadi harapan untuk memenuhi kepuasan konsumen (Yamit, 2005). Pelaku bisnis pada sekarang ini tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi juga berusaha melakukan perbaikan yang berkesinambungan untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen. PT.Papyrus Sakti adalah perusahaan penghasil kertas Duplex Board yang berdiri sejak 1976 dan beralamat di Jalan Raya Banjaran km 16,2 Kabupaten Bandung serta mempunyai kantor manajemen di Jakarta. PT.Papyrus Sakti adalah salah satu dari 23 perusahaan di Indonesia yang menghasilkan kertas Duplex Board. Data tersebut berasal dari Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) (sumber: Duplex Board adalah bahan baku kemasan untuk industri makanan - minuman, farmasi, tekstil, bahkan elektronika. Sesungguhnya, bahan baku kemasan untuk industri makanan minuman, farmasi, tekstil, dan elektronika tidak hanya berasal dari Duplex Board. Ada juga yang berasal dari kemasan plastik, kemasan logam, dan kemasan gelas. Namun, bahan baku yang berasal dari kertas dan karton (Duplex Board), menduduki peringkat paling tinggi yang dibutuhkan oleh industri kemasan. Setiap tahun selalu ditentukan target standar kualitas produk. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan sudah sangat peduli terhadap perbaikan kualitas yang ada dalam perusahaan. Meskipun semua hal tersebut sudah dilakukan dengan 1

3 baik, tetapi dalam laporan bulanan terkadang ditemukan persentasi cacat yang lebih besar dari toleransi cacat perusahaan yaitu 5% per bulan. Tabel I.1 Data Produksi dan Cacat Kertas Pada Paper Machine (Sumber : PT. Papyrus Sakti, 2014) No Bulan Jumlah Produksi (Ton) Jumlah Defect (Ton) Persentase Defect/Jumlah Produksi (%) 1 Januari (2013) 4085,77 264,53 6,47% 2 Februari (2013) 3599,30 326,07 9,06% 3 Maret (2013) 4181,15 283,83 6,79% 4 April (2013) 3875,26 311,37 8,03% 5 Mei (2013) 4438,70 260,84 5,88% 6 Juni (2013) 4402,30 286,11 6,50% 7 Juli (2013) 4213,44 298,56 7,09% 8 Agustus (2013) 3289,70 306,13 9,31% 9 September (2013) 4229,52 259,00 6,12% 10 Oktober (2013) 4159,81 154,68 3,72% 11 November (2013) 4152,49 299,40 7,21% 12 Desember (2013) 4272,40 305,19 7,14% 13 Januari (2014) 4326,08 320,38 7,41% 14 Februari (2014) 3781,88 257,15 6,80% 15 Maret (2014) 4235,41 389,07 9,19% 16 April (2014) 3942,50 311,45 7,90% 17 Mei (2014) 4308,04 243,15 5,64% 18 Juni (2014) 4231,48 254,28 6,01% 19 Juli (2014) 3351,78 256,89 7,66% 20 Agustus (2014) 4132,59 313,29 7,58% 21 September (2014) 4100,65 395,30 9,64% 22 Oktober (2014) 4096,56 300,70 7,34% 23 November (2014) 3559,05 307,18 8,63% Tabel I.1 adalah tabel jumlah cacat produksi selama 23 Bulan (Januari 2013 November 2014) pada Paper Machine. Dari tabel I.1 diketahui bahwa persentasi 2

4 jumlah cacat yang naik turun setiap bulan, serta terkadang melebihi batas persentasi toleransi cacat yang ditetapkan oleh perusahan. Tabel I.2 menunjukkan jumlah cacat berdasarkan jenis cacat pada PT.Papyrus Sakti. Tabel I.2 Jumlah Cacat berdasarkan Jenis Cacat PT.Papyrus Sakti (Sumber : PT. Papyrus Sakti, ) Jenis Cacat Jumlah (ton) CYLINDER CALLENDAR COATING CUTTER BONDING 424,352 DRYER GLOSS GRAMATURE KOTOR BINTIK HITAM LAIN LAIN LINGKUNGAN OFF CUTTER PRESS WAVING BROKE cacat Dari data yang didapat, diketahui bahwa jenis cacat yang menghasilkan persentase loss (cacat) yang cukup besar adalah jenis cacat Coating (112,30 ton), Bonding (1067,847 ton), dan Cylinder (371,722 ton). PT.Papyrus Sakti sangat menjunjung kepuasan pelanggan. Selama ini akibat dari banyaknya cacat kertas Duplex Board, PT.Papyrus Sakti sangat sering menerima keluhan dan klaim cacat Duplex Board. Hal ini diperparah bahwa produk kertas termasuk kertas Duplex Board bila mengalami kecacatan, akan sangat berpengaruh 3

5 terhadap konsumen. Hal ini mendorong PT.Papyrus Sakti giat dan memprioritaskan perbaikan cacat-cacat pada produknya. Ada beberapa usaha yang sudah dilakukan oleh PT. Papyrus Sakti untuk menangani faktor penyebab cacat cacat tersebut. Usaha-usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel I.3. Dari Tabel I.3 dapat dilihat bahwa PT.Papyrus Sakti sudah melakukan beberapa usaha perbaikan untuk mengatasi dugaan-dugaan penyebab cacat-cacat pada kertas Duplex Board. Namun, dari tabel I.1 terlihat usaha-usaha tersebut belum mampu menurunkan cacat kertas Duplex Board secara signifikan. Ini berarti cacat Bonding juga belum mengalami penurunan secara signifikan karena cacat Bonding merupakan cacat dengan presentase terbesar kedua penyumbang cacat kertas Duplex Board secara keseluruhan (lihat tabel I.2). Tabel I.3 Dugaan Penyebab Cacat dan Usaha Perbaikan (Sumber : Bagian Stock Preparation and Quality Assurance, 2014) No Faktor Penyebab Cacat Dugaan Penyebab cacat Usaha Perbaikan 1. Faktor Mesin a. Nozzle tapioka tersumbat a. Membersihkan Nozzle Tapioka b. Moisture tidak standar b. Menyetel Moisture Dryer 2. Faktor Material a. Suspensi solid tapioka tidak a. Menambah solid tapioka standar b. Menambah konsentrasi catonic b. Konsentrasi catonic starch tidak standar starch 3 Faktor Metode Tidak Adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Menempelkan SOP pada critical process 4 Faktor Manusia Manusia/Operator kurang terampil saat menjalankan proses produksi Melakukan pelatihan proses produksi dan tata cara bekerja, terutama pada Operator yang baru bergabung Penelitian ini akan difokuskan untuk mengurangi jumlah cacat pada proses Bonding. Hal ini karena cacat Bonding adalah cacat terbesar kedua dari seluruh cacat yang ada, sedangkan cacat Coating sebagai cacat terbesar pertama telah dilakukan penelitian. 4

6 Perusahaan menduga bahwa cacat Bonding terjadi karena adanya masalah di bagian proses produksi, yaitu pada sub-bagian Stock Preparation dan sub-bagian Paper Machine. Cacat Bonding merupakan cacat bergelembung/tidak rata pada permukaan kertas akibat kekuatan antar lapisan kertas lemah. Akibat kekuatan antar lapisan kertas lemah menyebabkan juga lapisan kertas menjadi mudah terbelah. Oleh karena itu, cacat Bonding adalah kertas yang mudah pecah, mudah retak, dan mudah terbelah (sobek). PT.Papyrus Sakti masih belum tepat sasaran dan masih kurang maksimal dalam menangani cacat Bonding atau kemungkinan identifikasi dugaan penyebab cacat Bonding yang masih kurang tepat, karena itulah sangat perlu dilakukan penelitian lebih mendalam pada proses produksi untuk mengetahui penyebab cacat dan usulan perbaikan yang tepat untuk menurunkan jumlah cacat Bonding. Pendekatan yang digunakan dalam perbaikan kualitas berkelanjutan ini ialah pendekatan Six Sigma. Six Sigma adalah salah satu program peningkatan kualitas yang dapat mengakomodasi tuntutan peningkatan kualitas secara berkesinambungan dengan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, and Control) untuk menuju tingkat kegagalan nol (zero defect). Fokus dari Six Sigma ini adalah perbaikan proses produksi, dan penurunan kegagalan atau kecacatan produk. Produk yang berkualitas dan jumlah cacat yang berkurang membuat efektif dan efesiensi perusahaan dapat di tingkatkan. Hal ini tentunya akan meningkatkan daya saing perusahaan baik secara global maupun di Indonesia. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Faktor apa saja yang menyebabkan cacat Bonding? 5

7 2. Bagaimana usulan perbaikan untuk meminimasi atau menangani cacat Bonding pada proses produksi? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab cacat Bonding 2. Mencari dan mengusulkan usaha-usaha perbaikan yang bisa dilakukan perusahaan untuk meminimasi atau menangani cacat Bonding. I.4. Batasan Penelitian Pembatasan masalah dilakukan untuk membatasi pembahasan yang dilakukan pada penelitian supaya lebih fokus dan terarah serta tidak melebar dari tujuan yang direncanakan. Adapun pembatasan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya cacat Bonding pada proses produksi yang memproduksi Duplex Board yang ber-gramatur gsm di Paper Machine. 2. Tahapan yang dilakukan hanya tahap define, measure, analysis, dan improvement tidak sampai pada tahap control. 3. Memakai data perusahaan dari bulan Januari 2013 sampai bulan November Analisa dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang diperoleh selama kurun waktu penelitian. Perubahan yang terjadi setelah itu tidak dimasukkan dalam analisa. 5. Tidak memperhatikan faktor biaya dari proses ini. I.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang telah atau belum diketahui perusahaan yang menjadi penyebab cacat Bonding maka akan membantu perusahaan mencari solusi yang tepat untuk menangani cacat Bonding. 6

8 2. Dengan mengusulkan usaha-usaha perbaikan yang bisa dilakukan perusahaan untuk meminimasi atau menangani cacat Bonding maka diharapkan cacat Bonding dapat diminimalisasi atau ditangani agar membantu menghasilkan produk yang berkualitas sesuai harapan konsumen. 3. Perusahaan dapat meminimalisir kerugian yang diperoleh karena banyaknya produk cacat yang dihasilkan. 4. Peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan karena produk yang dihasilkan baik. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Pada bab pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang yang menjadi dasar penelitian pada PT. Papyrus Sakti, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini merupakan gambaran umum penelitian yang akan dilakukan pada PT. Papyrus Sakti. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang yang menjadi dasar penelitian pada PT. Papyrus Sakti, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini merupakan gambaran umum penelitian yang akan dilakukan pada PT. Papyrus Sakti. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian secara rinci meliputi: tahap merumuskan masalah penelitian, merumuskan hipotesis, dan mengembangkan model penelitian, mengidentifikasi dan melakukan operasionalisasi variabel penelitian, menyusun kuesioner penelitian, merancang pengumpulan dan pengolahan data, melakukan uji instrumen, merancang analisis pengolahan data. 7

9 Bab IV Pengumpulan Data dan Perhitungan Bab ini menjelaskan proses produksi pada sub-bagian Stock Preparation dan subbagian Paper Machine sebagai objek penelitian. Bab ini juga menjelaskan tentang identifikasi CTQ, pemetaan proses produksi, langkah-langkah perhitungan data-data dalam penelitian, perhitungan stabilitas proses, kapabilitas proses, DPMO, dan level sigma. Hasil-hasil perhitungan tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam analisis dan usulan perbaikan bagi perusahaan. Bab V Analisis dan Usulan Bab ini berisi analisis terhadap perhitungan stabilitas proses, kapabilitas proses, DPMO, dan level sigma. Kemudian akan dicari prioritas cacat yang akan diperbaiki menggunakan perhitungan RPN menggunakan FMEA. Setelah didapat prioritas cacat yang akan diperbaiki, maka diidentifikasi akar penyebab masalahnya menggunakan tools Why Analyze dan kemudian akan dianalisis menggunakan tools fishbone diagram. Setelah diketahui masing-masing akar penyebab masalah, akan diberikan usulan untuk memecahkan akar penyebab cacat tersebut dengan bantuan tools Kipling (5W1H). Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab ini akan membahas kesimpulan dan saran dari penelitian ini ataupun penelitian selanjutnya. 8

10 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kualitas II.1.1. Definisi Kualitas Banyak pakar di bidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasar sudut pandangnya masing-masing. Beberapa diantaranya yaitu (Yamit, 2005, p.7): 1. Menurut Juran, kualitas adalah kesesuaian terhadap spesifikasi produk. 2. Menurut Deming, kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. 3. Menurut Crosby, kualitas adalah kesesuaian terhadap permintaan. Lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan yaitu (Garvin, 1994, p.9): 1. Transcendental Approach. Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefenisikan dan dioperasikan maupun diukur.perspektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni seperti seni musik, seni tari, seni drama, dan seni rupa. 2. Product-based Approach. Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur.perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk.pandangan ini sangat objektif, sehingga tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual. 3. User-based Approach. Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produkyang berkualitas paling tinggi.pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan 9

11 dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya. 4. Manufacturing-based Approach. Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefenisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratannya (conformance quality) dan prosedur.pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal.oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based Approach. Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Oleh karena itu, kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat dibeli. Meskipun sulit mendefiniskan kualitas dengan tepat dan tidak ada defenisi kualitas yang dapat diterima secara universal, perspektif - perspektif tersebut dapat bermanfaat dalam mengatasi konflik - konflik yang sering timbul antar departemen fungsional yang berbeda. Departemen pemasaran lebih menekankan pada aspek keistimewaan, pelayanan, dan fokus pada pelanggan. Departemen perekayasaan (desain) lebih menekankan pada aspek spesifikasi dan pendekatan product-based. Sedangkan, departemen produksi lebih menekankan pada aspek spesifikasi dan proses. Secara umum, sebaiknya pihak perusahaan menggunakan perpaduan antara beberapa perspektif kualitas (Yamit, 2005, p.10). Menurut Davis dalam Yamit (2010, p8), membuat defenisi kualitas yang lebih luas cakupannya, yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. 10

12 II.1.2. Konsep Kualitas Secara umum, dimensi kualitas mengidentifikasikan delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, yaitu sebagai berikut : 1. Performansi (performance) Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 2. Keistimewaan (features) Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. 3. Keandalan (reliability) Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. 4. Konformasi (conformance) Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 5. Daya tahan (durability) Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu. 6. Kemampuan Pelayanan (serviceability) Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan/ kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. 7. Estetika (esthetics) Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) Bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk tersebut. 11

13 II.1.3. Pengendalian Kualitas Untuk mempertahankan kualitas produk yang baik serta konsisten, diperlukan suatu aktivitas yang disebut pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan untuk mendeteksi dan mengeliminasi komponen ataupun produk jadi yang tidak sesuai dengan standar (Sallis, 2002). Pengendalian kualitas ini dilakukan secara berkelanjutan. Juran menyatakan bahwa pengendalian kualitas terdiri dari 3 aspek yang disebut The Juran Trilogy (Pande, 2000), yaitu : 1. Quality Planning (Perencanaan Kualitas) Pada tahap perencanaan kualitas ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen, baik konsumen internal maupun eksternal. b. Merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. c. Merancang proses produksi untuk produk yang akan diproduksi. d. Proses produksi harus sesuai dengan spesifikasi. 2. Quality Control (Pengendalian Kualitas) Langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap pengendalian kualitas adalah : a. Mengidentifikasi faktor kritis yang harus dikendalikan dan berpengaruh pada kualitas. b. Mengembangkan alat dan metode pengukurannya. c. Mengembangkan standar bagi faktor kritis. 3. Quality Improvement (Perbaikan Kualitas) Kegiatan ini dilakukan jika ditemui ketidaksesuaian antara kondisi aktual dengan kondisi standar. Metode Six Sigma merupakan tindakan yang berada pada tahap ini. II.2. Six Sigma II.2.1. Pengertian Six Sigma Six Sigma dimulai oleh Motorola pada tahun 1980-an yang dimotori oleh seorang engineer bernama Bill Smith Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur 12

14 yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik dan mencapai tingkat pendayagunaan aset yang lebih tinggi serta mendapatkan imbal hasil atas investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan (Pande, 2000). Dengan demikian Six Sigma merupakan sebuah metode yang akan mereduksi variasi hingga ke tingkat yang sangat rendah, yaitu 3,4 produk cacat per sejuta kesempatan sehingga dapat dicapai tujuan-tujuan yang telah diuraikan oleh Evan dan Lindsay (2007, p.3). Inti dari filosofi Six Sigma bertumpu pada beberapa konsep penting (Evan & Lindsay, 2007, pp.4-5), yaitu: (1) Selalu berpikir dalam kerangka proses bisnis utama serta kebutuhan pelanggan dengan tetap berfokus pada tujuan strategis perusahaan. (2) Memusatkan perhatian pada para pendukung perusahaan yang bertanggungjawab menyukseskan proyek-proyek penting, mendukung kerja kelompok, membantu mengatasi keengganan untuk berubah dan menggalang sumber daya. (3) Menekan sistem pengukuran yang bisa dikuantifikasi, seperti cacat per satu juta kemungkinan (Defect Per Million Opportunities - DPMO) yang bisa diterapkan di setiap bagian perusahaan : produksi, rekayasa, administrasi, peranti lunak dan lainlain. (4) Memastikan bahwa sistem pengukuran yang tepat teridentifikasi di awal setiap proses serta memastikan bahwa sistem tersebut berfokus pada pencapaian bisnis, sehingga dapat memberikan sistem insentif dan akuntabilitas. (5) Menyediakan pelatihan menyeluruh yang diikuti dengan penugasan tim proyek untuk meningkatkan profitabilitas, mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah serta mencapai pengurangan waktu siklus. (6) Menciptakan ahli-ahli peningkatan proses berkualifikasi tinggi yang dapat menerapkan aneka alat untuk meningkatkan kinerja serta dapat memimpin tim. (7) Mencanangkan tujuan jangka panjang untuk perbaikan. 13

15 Konsep-konsep di atas memberikan sebuah pendekatan yang logis dan disiplin untuk meningkatkan kinerja bisnis, melibatkan seluruh jajaran pekerja dan mencapai sasaran serta tujuan para manajer. Dengan demikian, Six Sigma dapat disesuaikan dengan struktur organisasi yang sudah ada. II.2.2. Terminologi Six Sigma Dalam Six Sigma, terdapat beberapa terminologi antara lain (Gasperz, 2002): 1. CTQ (Critical To Quality) Atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. CTQ merupakan elemen dari suatu produk, proses atau kegiatan yang berpengaruh langsung kepada kepuasan pelanggan. 2. Defect Kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan dan yang diinginkan pelanggan. 3. DPO (defect per opportunities) Ukuran kegagalan dalam yang menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan per satu kesempatan. DPO = 4. DPMO (defect per million opportunities) Ukuran kegagalan dalam Six Sigma yang menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan. Target dari Six Sigma adalah 3,4 DPMO yang diartikan sebagai dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal dari suatu karakteristik CTQ adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta kesempatan. DPMO = DPO * 1,000,000 14

16 II.2.3. DMAIC Tahap-tahap implementasi peningkatan kualitas Six Sigma terdiri dari lima langkah yaitu menggunakan metode DMAIC atau define, measure, analyze, improve, dan control (Pande, 2005). Tahapan DMAIC terlihat pada gambar berikut: Define (1) Control Measure (2) Improve (4) Analyze (3) Gambar II.1 Tahapan DMAIC (Sumber: Evan and Lindsay, 2007) Menurut Gasperz (2011), DMAIC terdiri atas lima tahap utama: 1. Define Fase define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas pada Six Sigma. Langkah ini untuk mendefinisikan rencana-rencana tindakan yang harusdilakukan untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis (Gasperz, 2005). Dalam fase Define yang akan dilakukan adalah: Identifikasi CTQ (Critical To Quality), yaitu menerjemahkan suara pelanggan (VOC Voice Of Customer) ke dalam CTQ. Pemetaan Proses Produksi (Process mapping) yaitu membuat gambaran proses dan fungsi yang terkait. Tools yang membantu dalam pemetaan proses produksi ini adalah diagram SIPOC. Peter Drucker (1989) dalam Gaspersz (2002) menyatakan bahwa Apa yang dipikirkan perusahaan tentang apa yang dihasilkannya bukanlah hal yang paling penting, namun yang lebih penting adalah apa yang dipikirkan pelanggan tentang apa 15

17 yang dibeli dan nilai yang dirasakannya, itulah yang menentukan perusahaan apa itu, apa yang dihasilkan, dan apakah akan berhasil dalam aktifitasnya. Konsumen biasanya memiliki kriteria/persyaratan tertentu yang harus ada dalam produk yang mereka inginkan. Kriteria spesifik dari konsumen atas suatu produk disebut karakteristik kualitas riil (Voice of Customer). Setelah mendata semua variabel yang dipandang penting oleh pelanggan sebagai Voice of Customer, selanjutnya perlu diberikan nilai terukur.nilai terukur tersebut dinamakan karakteristik kualitas pengganti atau Critical-to-Quality (CTQ). Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi proses-proses yang menyertai CTQ tersebut. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh seberapa baik proses yang menyertai CTQ tersebut. Alat yang digunakan dalam tahap ini adalah diagram SIPOC. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer) digunakan untuk menunjukkan aktivitas mayor, atau sub-proses dalam sebuah proses bisnis, bersama-sama dengan kerangka kerja dari proses, yang disajikan dalam Supplier, Input, Process, Output, dan Customer. Diagram SIPOC adalah teknik yang paling berguna dan paling sering digunakan dalam perbaikan danpeningkatan proses. Diagram SIPOC terdiri dari lima elemen utama, yaitu : 1) Supplier, merupakan penyedia input untuk mendukung proses, contohnya manusia, sistem, atau perusahaan. 2) Input, merupakan material, manusia, metode, dan mesin (4M) yang dibutuhkan untuk kelancaran proses. 3) Process, merupakan kumpulan aktivitas (baik yang bernilai tambah maupun tidak bernilai tambah) untuk mengelola input menjadi output yang akan disampaikan kepada customer. 4) Output, merupakan produk atau jasa yang diinginkan oleh customer. 5) Customer, merupakan pihak yang menggunakan output dari proses. 16

18 2. Measure Measure merupakan tindak lanjut terhadap langkah define dan merupakan jembatan untuk langkah yang selanjutnya. Menurut Pande dan Holpp (2005) langkah measure mempunyai dua sasaran utama yaitu: Mendapatkan data untuk melakukan validasi dan mengkualifikasi masalah dan peluang. Biasanya ini merupakan informasi kritis untuk memperbaiki dan melengkapi anggaran dasar proyek yang pertama. Memulai menyentuh fakta dan angka-angka yang memberikan petunjuk tentang akar masalah. Pada tahap measure ini dilakukan dua langkah pengukuran, yaitu: 1) Pengukuran stabilitas proses Stabilitas proses adalah salah satu tolak ukur ketika menilai performansi sebuah proses. Variasi yang terjadi dalam proses adalah ukuran kestabilan proses. Semakin kecil variasi, maka proses produksi dapat dikatakan memiliki kestabilan yang makin baik. Stabilitas suatu proses dapat dilihat dari peta kendali. Peta kendali merupakan perangkat yang dapat menjamin bahwa suatu proses produksi masih berada dalam keadaan baik atau normal serta menunjukkan pergerakan atau variasi dari waktu ke waktu. Peta kendali terdiri dari garis tengah CL (Central Line), garis batas kontrol maksimum UCL (Upper Control Limit), dan garis batas kontrol minimum LCL (Lower Control Limit). Langkah-langkah pembuatan peta kendali p yaitu: 1. Menghitung nilai fraksi nonconforming untuk setiap unit sampel menggunakan rumus : = di mana, adalah jumlah produk defective untuk setiap periode waktu i dan adalah total produksi pada periode waktu i. 17

19 2. Menghitung nilai garis tengah (central line) dengan rumus : = di mana, m adalah banyaknya jumlah sampel. 3. Menghitung Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL) dengan menggunakan rumus berikut : = + 3 (1 ) = 3 ( 1 ) 2) Pengukuran kapabilitas proses (DPMO dan Level Sigma) Kapabilitas proses dapat diukur dengan beberapa cara tergantung jenis data yang digunakan. Pada data kontinu, biasanya digunakan indeks kapabilitas proses, yaitu Cp dan Cpk. Namun untuk data diskrit, indeks kapabilitas tidak dapat diterapkan. Kapabilitas proses untuk data diskrit diukur dengan menghitung indeks nilai DPMO dan level sigma. Dalam perhitungan DPMO dan level sigma, diperlukan pengetahuan tentang CTQ untuk menentukan cacat atau tidaknya suatu produk. 3. Analyze Tahap ini menganalisis hubungan sebab akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kinerja aktual tidak mencapai target sesuai hasil yang diukur dapat menggunakan Failure Mode and Effect Analysis dan kemudian Diagram Sebab Akibat (root cause analysis). Tahapan yang dilakukan pada fase Analyze ini adalah: 1) Analisis CTQ 18

20 Menerjemahkan CTQ yang berasal dari VOC (Voice Of Customer) yang bisa berasal dari mewawancarai customer atau pihak perusahaan 2) Analisis stabilitas dan kapabilitas proses. Stabilitas proses yang diamati melalui peta kendali akan dianalisis. Apabila suatu proses tidak stabil, yang ditunjukkan dengan banyaknya variasi proses dalam memenuhi spesifikasi, maka tindakan perbaikan perlu untuk segera dilakukan. Kapabilitas proses dianalisis dengan membandingkan antara kinerja saat ini dengan target. Perbedaan antara keduanya merupakan gap yang harus diminimalisir bahkan harus dihilangkan melalui usaha-usaha peningkatan kualitas proses. 3) Analisis Penentuan Prioritas Perbaikan Cacat Menggunakan FMEA FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah kualitas. FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi di luar spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk (Gasperzs, 2002). Tahapan FMEA sendiri adalah sebagai berikut (Manggala, 2003): 1. Menentukan komponen dari sistem / alat yang akan dianalisis. 2. Mengidentifikasi potensial failure / mode kegagalan dari proses yang diamati. 3. Mengidentifikasikan akibat (potential effect) yang ditimbulkan potensial failure mode. 4. Mengidentifikasi penyebab (potential cause) dari failure mode yang terjadi pada proses yang berlangsung. 5. Menetapkan nilai-nilai (dengan jalan wawancara kepada pihak perusahaan dan brainstorming) dalam poin: 1. Keseriusan akibat kesalahan terhadap proses lokal, lanjutan dan terhadap konsumen (severity) 19

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

USULAN PENINGKATAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT PADA PROSES PRODUKSI DI PT.PAPYRUS SAKTI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

USULAN PENINGKATAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT PADA PROSES PRODUKSI DI PT.PAPYRUS SAKTI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA USULAN PENINGKATAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT PADA PROSES PRODUKSI DI PT.PAPYRUS SAKTI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PROPOSED QUALITY IMPROVEMENT TO REDUCE THE DEFECT QUANTITY IN THE

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis /Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian kualitas Kualitas memiliki kaitan yang sangat erat dengan dunia perindustrian, baik industri barang maupun jasa. Definisi dari kualitas sendiri bermacam-macam, karena

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk dapat eksis di tengah ketatnya persaingan dalam industri. kualitas didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : SOLYKHUL ANWAR 0532015018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

Tabel 4.29 Cara Memperkirakan DPMO dan Kapabilitas Sigma Variabel L. Pergelangan.. 90 Tabel 5.1 Kapabilitas Proses produksi Sarung Tangan Golf...

Tabel 4.29 Cara Memperkirakan DPMO dan Kapabilitas Sigma Variabel L. Pergelangan.. 90 Tabel 5.1 Kapabilitas Proses produksi Sarung Tangan Golf... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN SELESAI... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO... vii

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2006/2007 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA CONTAINER AKI MOBIL TYPE N-70 PADA PT.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 PENERAPAN METODE PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MEMINIMASI CACAT BAGIAN ATAS BERLUBANG PADA PROSES PRODUKSI TUTUP

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kualitas Seperti dituliskan oleh Syukron dan Kholil (2012), ada beberapa definisi kualitas dari para ahli kualitas. Definisi tersebut antara lain : Montgomery mendefinisikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUK KAWAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE, CONTROL DENGAN METODE TAGUCHI DI PT. UNIVERSAL METAL WORK SIDOARJO Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Six Sigma 2.1.1. Pengertian Six Sigma Six sigma terdiri dari dua kata yaitu Six yang berarti enam dan sigma yang berarti sebuah simbol atau lambang standar deviasi yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC PROCESS QUALITY IMPROVEMENT EFFORTS TO REDUCE THE

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini mengalami era globalisasi dimana semakin hari semakin dihadapkan dengan banyaknya persaingan antar perusahaan-perusahaan yang saling

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality Petunjuk Sitasi: Mudiastuti, R. D., & Hermawan, A. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN SKRIPSI Oleh : YONATHAN KURNIAWAN 0532015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2005/2006 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT HANGER TIPE TAC 6212 PADA PROSES INJECTION

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PRODUK ALUMINIUM FLUORIDA. ) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. PETROKIMIA GRESIK Tbk. SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS PRODUK ALUMINIUM FLUORIDA. ) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. PETROKIMIA GRESIK Tbk. SKRIPSI ANALISIS KUALITAS PRODUK ALUMINIUM FLUORIDA ( AlF 3 ) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. PETROKIMIA GRESIK Tbk. SKRIPSI Disusun Oleh : FARIHUL IBAD NPM : 0732 010 174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Metodologi Peneitian Flowchart penelitian menggambarkan metodologi atau langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah pada perusahaan. Berikut Flowchart penelitian pada gambar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA Julianus Hutabarat 1, Ellysa Nursanti 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang Kampus

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET)

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2900 PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Percetakan merupakan proses industri untuk memproduksi salinan dari kata-kata dan gambar secara massal dengan menggunakan mesin cetak dengan berbagai ukuran untuk memenuhi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

USULAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI DEFECT PADA PROSES ASSEMBLY PINTU DEPAN KOMODO MBDA DI DEPARTEMEN FABRIKASI PT.

USULAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI DEFECT PADA PROSES ASSEMBLY PINTU DEPAN KOMODO MBDA DI DEPARTEMEN FABRIKASI PT. 132 USULAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI DEFECT PADA PROSES ASSEMBLY PINTU DEPAN KOMODO MBDA DI DEPARTEMEN FABRIKASI PT. PINDAD (PERSERO) Dewi, Octavia Ratna, Jurusan Teknik Industri, Telkom University Jl.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan landasan atau acuan agar proses penelitian berjalann secara sistematis, terstruktur, dan terarah. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB ll LANDASAN TEORI

BAB ll LANDASAN TEORI BAB ll LANDASAN TEORI 1.1 Definisi Pengendalian kualitas 1.1.1 Pengendalian Kualitas Produk Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak. PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Theresia Sihombing *), Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UPAYA MENURUNKAN JUMLAH KECACATAN FISIK ROKOK CLAS MILD BATANGAN PADA MESIN MOLINS

TUGAS AKHIR UPAYA MENURUNKAN JUMLAH KECACATAN FISIK ROKOK CLAS MILD BATANGAN PADA MESIN MOLINS TUGAS AKHIR UPAYA MENURUNKAN JUMLAH KECACATAN FISIK ROKOK CLAS MILD BATANGAN PADA MESIN MOLINS (MK8) DENGAN METODE DMAIC (Studi Kasus PT. Nojorono Tobacco International. Kudus) Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci