BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sejarah Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewhart yang berasal dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan konsep peta pengendalian statistik, yang merupakan permulaan dari statistik pengendalian kualitas. Pada akhir tahun 1920, Harold.F.Dodge dan Harry.G.Romig, yang juga berasal dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan statistika berdasarkan teknik pengambilan sampel. Pada pertengahan tahun 1930, metode statistik pengendalian kualitas mulai luas dipergunakan di Western Electric, yang memproduksi sistem Bell. Pada tahun 1946 mulai dibentuk America Society For Quality Control. Organisasi ini mempromosikan penggunaan teknik pengembangan kualitas untuk semua tipe produk dan jasa. Pada tahun 1950, Edward Demings mulai memberikan pengajaran kepada manajer-manajer industri di Jepang dan sejak saat itu metode statistik pengendalian kualitas mulai diajarkan di Jepang. Sejak tahun 1980, metode statistika untuk pengembangan kualitas telah dipergunakan secara luas di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1990, sertifikat ISO 9000 meningkat di kawasan industri Amerika Serikat dan pada

2 18 tahun 1997, pendekatan Six Sigma Motorola mulai tersebar di industri-industri lain Definisi kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi. Kualitas merupakan hal utama yang mempengaruhi pertimbangan konsumen dari membeli produk. Secara umum, kualitas adalah pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan atau bahkan dapat melebihi kebutuhan dan harapan dari pelanggan tersebut. Kualitas secara langsung akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan perusahaan, pengeluaran biaya produksi serta kemampuan untuk bersaing dalam pasar. Kualitas merupakan seberapa besar sebuah produk atau jasa pelayanan yang memiliki kemampuan dalam memuaskan konsumen seiring dengan pemenuhan kebutuhan kebutuhan serta harapan harapan konsumen. (Hidayat, 2007, p3). Kualitas memiliki definisi yang berbeda berdasarkan penerapannya di bidang kehidupan yang berbeda. Kualitas dalam bidang industri dapat didefinisikan secara konvensional dan secara strategik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti performansi (performance), keandalan (reliability), ketahanan (durability), estetika (esthetic), dan sebagainya. Sedangkan definisi strategik menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi

3 19 keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers). (Hidayat, 2007, p4). Beberapa pakar kualitas mendefinisikan kualitas sebagai berikut: a. Kualitas menurut Philip Crosby Crosby mendefinisikan kualitas sebagai Quality is conformance to requirements or specifications yang berarti kualitas merupakan suatu kesesuaian untuk memenuhi spesifikasi. (Hidayat, 2007, p165). Ia juga menekankan bahwa satu-satunya standar kinerja kualitas adalah zero defect. b. Kualitas menurut Joseph M. Juran Juran mendefinisikan kualitas sebagai Quality is customer satisfaction yang berarti bahwa suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila produk tersebut memiliki kemampuan, seperti dapat diandalkan, memiliki pelayanan yang memadai untuk perbaikan, mudah dipelihara, tahan lama serta mudah digunakan untuk memuaskan konsumen pemakainya. (Hidayat, 2007, p159). c. Kualitas menurut William Edwards Deming Menurut Deming, kualitas harus memiliki tujuan yang berdasarkan pada kebutuhan konsumen di masa sekarang maupun di masa depan. (Hidayat, 2007, p161).

4 20 d. Kualitas menurut Armand V. Feigenbaum Feigenbaum mendefinisikan kualitas sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa teknik, manufaktur dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan tersebut memenuhi ekspektasi konsumen. (Hidayat, 2007, p168) Six Sigma Six Sigma dikenal masyarakat sebagai suatu konsep perbaikan dari sebuah proses. Konsep ini telah memberikan warna baru dalam dunia pengendalian proses di seluruh dunia. Pada kenyataanya, Six Sigma banyak berperan dalam perkembangan perusahaan perusahaan terkemuka di dunia adalah sebuah fenomena yang menarik dan perlu dibahas dan diaplikasikan jika memungkinkan. Six Sigma bukanlah sebuah mode bisnis yang terikat pada satu metode atau strategi tunggal, melainkan lebih kepada suatu sistem yang fleksibel untuk memperbaiki kepemimpinan dan kinerja bisnis. Six Sigma dibangun berdasarkan banyak ide manajemen dan praktik terbaik dari abad abad yang lalu menciptakan sebuah rumusan untuk sukses bisnis abad 21. Bukti kekuatan Six Sigma telah dilihat dalam keuntungan besar yang dicapai oleh beberapa perusahaan dengan profile yang sangat tinggi dan beberapa tidak begitu tinggi. Beberapa perusahaan seperti Motorolla, GE dan Allied Signal / Honeywell telah meraup berbagai keuntungan dan menjadi tiga perusahaan yang paling sukses di dunia.

5 Sejarah Six Sigma Saat ini, keberhasilan dari salah satu perusahaan yang menjadi pemimpin dalam industri elektronik di dunia, Motorolla, memiliki kaitan yang sangat erat dengan Six Sigma. Motorolla adalah perusahaan yang menanamkan konsep yang telah menyebar ke dalam sistem manajemen komprehensif. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, Motorolla merupakan salah satu dari sekian banyak koporat Amerika Serikat dan Eropa dimana produk mereka luncurkan (bersama-sama dengan makanan dan snack lain) dimakan oleh para pesaing Jepang karena Jepang yang mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dengan harga yang lebih rendah. Ketika Jepang mengambil alih pabrik Motorolla yang memproduksi televisi di Amerika, dibawah manajemen Jepang, pabrik tersebut ternyata mampu menghasilkan televisi dengan jumlah cacat jauh lebih sedikit dibandingkan ketika dikelola oleh Motorolla. Perusahaan Jepang melakukannya dengan menggunakan teknologi, tenaga kerja dan desain yang sama dengan yang digunakan oleh Motorolla. Hal ini memperjelas bahwa kesalahan ada pada manajemen Motorolla. Para pemimpin Motorolla saat itu menyadari bahwa kualitasnya memang buruk. Seperti halnya perusahaan-perusahaan lain, ketika itu Motorolla tidak memiliki suatu program kualitas yang cukup berarti, walaupun pada kenyataannya ia memiliki banyak peningkatan program kualitas yang lain. Hal inilah yang mendorong Motorolla untuk mulai berpikir bagaimana ia

6 22 harus dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi sehingga konsumen merasa puas disertai dengan harga yang murah. Pada tahun 1993, kebanyakan proses yang ada di Motorola sudah mencapai tingkat hampir 6 sigma. Dan setelah empat tahun menerapkan Six sigma, penghematan yang diterima perusahaan mencapai $ 2,2 juta. Pada tahun 1998, Bob Galvin, selaku CEO Motorolla menerima penghargaan Malcom Baldrige National Quality Award (MBNQA) yaitu sebuah penghargaan yang ditujukan bagi perusahaan terbaik yang dapat dijadikan sebagai contoh untuk perusahaan-perusahaan lain. Pada pertengahan tahun 1987 lahir sebuah pendekatan baru dari sektor komunikasi Motorolla yang pada saat itu dikepalai oleh George Fisher, yang kemudian menjadi top eksekutif di Kodak. Konsep perbaikan inovatif itu dinamakan Six Sigma. Six Sigma memberikan kepada Motorolla sebuah cara yang sederhana dan konsisten untuk mengetahui dan membandingkan kinerja perusahaan dengan keinginan pelanggan (ukuran Six Sigma) dan target ambisius dari kualitas yang praktis sempurna (tujuan Six Sigma). Sebagaimana Six Sigma menyebar ke seluruh perusahaan dengan dukungan yang kuat dari chairman Motorolla, Bob Galvin - Six Sigma memberikan otot ekstra kepada Motorolla untuk mencapai tujuan-tujuan yang pada saat itu sepertinya tidak mungkin : target awal pada awal tahun 1980-an sebesar 10 kali peningkatan pada lima tahun, diperkecil menjadi tujuan 10 kali peningkatan setiap dua tahun atau 100 kali dalam empat

7 23 tahun. Meskipun sasaran Six Sigma penting, tetapi perhatian lebih banyak diberikan kepada rata-rata peningkatan dalam proses dan produk. Hanya dua tahun setelah meluncurkan Six Sigma, Motorolla mendapatkan penghargaan MBNQA. Karyawan total perusahaan naik dari pada tahun1980, menjadi lebih dari saat ini. Namun demikian, dalam dekade antara permulaan Six Sigma pada tahun 1987 dan 1997, prestasiprestasi yang dicapai Motorolla adalah : (Pande; Neuman; Cavanagh, 2002, p8 dan Gaspersz, 2007, p38) a. Pertumbuhan lima kali lipat dalam penjualan, dengan laba meningkat hampir 20 persen per tahun b. Penghematan kumulatif berdasarkan usaha-usaha Six Sigma ditetapkan pada $14 Milyar, termasuk penurunan COPQ lebih dari 84 persen. c. Pendapatan harga saham (share price) Motorolla ditutup pada rate tahunan 21.3 persen. d. Peningkatan produktivitas rata-rata 12.3 persen per tahun e. Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99.7 persen Definisi Six Sigma Sebenarnya apa itu Six Sigma? Huruf kecil Sigma dalam alphabet Yunani - σ - merupakan symbol yang digunakan untuk notasi statistik untuk menunjukkan deviasi standar dari sebuah populasi yang merupakan

8 24 indicator jumlah variasi atau inkonsistensi di semua kelompok item atau proses. (Pande; Neuman; Cavanagh, 2002, p26). Dalam bisnis, Sigma merupakan ukuran yang menunjukkan kinerja perusahaan. Six Sigma pada hakikatnya adalah suatu cara untuk mengelola perusahaan (Pyzdek, 2002, px). Secara statistik Six Sigma adalah suatu ketentuan yang mensyaratkan suatu proses beroperasi pada batas toleransi perekayasaan terdekat paling sedikit ± 6σ dari rata rata proses. Menurut Vincent Gaspersz (2007, p38) Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (Defect Per Million Opportunity DPMO) atau bahwa persen dari apa yang diharapkan pelanggan yang ada dalam produk untuk (barang atau jasa) itu. Six Sigma merupakan sebuah terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas berupa suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik menuju tingkat kesempuranaan (kegagalan 0 - zero defect). GE adalah salah satu perusahaan yang sukses menerapkan Six Sigma menyatakan, Six Sigma merupakan proses disiplin tinggi yang membantu dalam mengembangkan dan menghantarkan produk mendekati sempurna. Six Sigma bukan semata-mata merupakan inisiatif kualitas. Six Sigma merupakan inisiatif bisnis untuk mendapatkan dan menghilangkan penyebab kesalahan

9 25 atau cacat pada output proses bisnis yang penting di mata pelanggan. (Hendradi, 2006, p2). Menurut Pyzdek (2002, p17), Six Sigma merupakan suatu usaha terus menerus untuk mengurangi variasi proses ke minimum, sehingga proses secara konsisten memenuhi dan melebihi harapan dan persyaratan pelanggan. Dengan pemahaman yang menyeluruh tentang konsep Six Sigma sebagai sebuah pendekatan menajemen berbasis statistika yang menekankan pada tujuannya berupa peningkatan kinerja bisnis serta fokus pada hasil hasil yang ditargetkan maka dalam bukunya, The Six Sigma Way, Pande; Neuman; Cavanagh, mendefinisikan Six Sigma sebagai sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis. Six sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan menanamkan kembali proses bisnis demi tercapainya tingkat kualitas 6 σ Konsep dasar Six Sigma Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai yang mereka harapkan. Apabila produk (barang atau jasa) diproses pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3.4 kegagalan per

10 26 sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa persen dari apa yang diharapkan pelanggan yang ada dalam produk untuk (barang atau jasa) itu. Dengan demikian, Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin pula kinerja proses industri. Sehingga 6 sigma otomatis lebih baik daripada 4 sigma dan 3 sigma. Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan yang luar biasa (dramatik) di tingkat bawah dan sebagai pengendalian proses industri yang berfokus pada pelanggan dengan memperhatikan kemampuan proses. Six Sigma Motorolla merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik yang diterapkan oleh perusahaan Motorolla sejak tahun 1986, yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas. Banyak ahli manajemen kualitas menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorolla dikembangkan dan diterima secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industri frustasi terhadap sistem sistem manajemen kualitas yang ada, yang tidak mampu melakukan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol (zero defects). Banyak sistem manajemen kualitas seperti ISO 9000, Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) dan lain lain hanya menekankan pada upaya peningkatan terus

11 27 menerus berdasarkan kesadaran mandiri manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh bagaimana terobosan terobosan harus dilakukan untuk meningkarkan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol. Prinsip prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas Six Sigma Motorolla mampu menjawab tantangan ini, dan terbukti perusahaan Motorolla selama kurang lebih 10 tahun setelah implementasi konsep Six Sigma telah mampu mencapai tingkat kualitas 3.4 DPMO. Six Sigma dapat dijelaskan dalam dua perspektif yaitu : a. Perspektif Statistik σ dalam statisitik dikenal sebagai standar deviasi yang menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan baik apabila berjalan pada suatu rentang yang telah disepakati. Rentang tersebut memiliki batas, yaitu batas atas, USL (Upper Specification Limit) dan batas bawah, LSL (Lower Specification Limit). Proses yang terjadi di luar rentang disebut cacat (defect). Proses 6σ adalah proses yang hanya menghasilkan 3.4 DPMO (Defect Per Million Opportunity). DPMO tidak hanya sekedar cacat saja, namun merupakan rasio cacat dibandingkan dengan peluang jumlah kemungkinan cacat yang terjadi.

12 28 Sumber : Gasperz, 2007, p40 Gambar 2.1 Six Sigma (definisi Motorolla) Distribusi hanya dibatasi sampai 6 σ karena ketika suatu proses berjalan maka pasti terjadi variasi, baik itu pada proses manufaktur maupun pada penghantaran jasa. Variasi dapat disebabkan oleh disperse (lebar proses spreading process) dan pengukuran lokasi (pusat proses centering process). Pergerakan variasi pada proses berkisar b. Perspektif Metodologi ± 1.5σ. Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC merupakan jantung analisis Six Sigma yang menjamin voice of customer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan keinginan pelanggan.

13 29 Sumber : Hendradi, 2006, p3 Diagram 2.1 Diagram DMAIC Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan persyaratan pelanggan, dan membangun tim. Measure adalah fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan. Analyze adalah fase menganalisis sebab sebab masalah pada proses. Improve adalah fase meningkatkan proses dan menghilangkan sebab sebab cacat. Control adalah fase mengontrol kinerja proses dan menjamin cacat tidak muncul Peningkatan kapabilitas proses menuju target Six Sigma Setelah kita mengetahui posisi kinerja bisnis dan industri pada saat sekarang, misalnya pada kapabilitas 3 sigma yang menghasilkan kesalahan atau kegagalan sebesar DPMO (Defects per Million Opportunities), maka harus melakukan berbagai upaya peningkatan (improvement) menuju

14 30 target 6 sigma (Six Sigma) yang hanya akan menghasilkan 3.4 DPMO. Peningkatan dari kapabilitas proses 3 sigma menjadi 4 sigma membutuhkan sekitar 10 kali improvement, peningkatan dari kapabilitas proses 4 sigma menjadi 5 sigma membutuhkan sekitar 30 kali improvement, sedangkan peningkatan dari kapabilitas 5 sigma menjadi 6 sigma membutuhkan sekitar 70 kali improvement. Dengan demikian apabila kita menganggap bahwa kinerja bisnis dan industri di Indonesia sekarang masih berada pada tingkat kapabilitas 3 sigma, maka dibutuhkan sekitar (= 10 x 30 x 70) kali peningkatan untuk mencapai target 6 sigma. Hal ini berarti semakin tinggi kapabilitas sigma, semakin tinggi pula upaya peningkatan agar mencapai keunggulan dan kesempurnaan. Berbagai upaya peningkatan menuju kapabilitas 6 sigma ditunjukkan dalam gambar berikut ini : Sumber : Gasperz, 2007, p49 Gambar 2.2 Berbagai upaya peningkatan menuju target Six Sigma

15 31 Berikut tabel DPMO yang mengidentifikasikan berapa banyak kesalahan yang akan muncul jika sebuah aktivitas doulang satu juta kali : Tabel 2.1 Tabel konversi Sigma yang disederhanakan Yield (Probabilitas DPMO (Defect per Sigma ( σ ) tanpa cacat) Million Opportunities) 30,9% ,0 69,2% ,0 93,3% ,0 99,4% ,0 99,98% 320 5,0 99,9997% 3,4 6,0 Sumber : Pande, Neuman, Cavanagh, 2002, p Six Sigma versus Three Sigma Six Sigma erat kaitannya dengan kualitas, akan tetapi tidak tepat jika menyamakan Six Sigma dengan pengertian kualitas secara tradisional. Six Sigma adalah, pada dasarnya, suatu tujuan kualitas proses, dimana Sigma adalah tolak ukur penting dari variabel dalam proses. Paradigma kualitas secara tradisional mendefinisikan suatu proses sebagai mampu jika sifat proses menyebar, plus dan minus Three Sigma, adalah kurang dari toleransi perekayasaan. Dibawah asumsi normalitas, tingkat kualitas Three Sigma diwujudkan diwujudkan pada proses yang menghasilkan 99.73%. Six Sigma mensyaratkan bahwa proses beroperasi paling sedikit Six Sigma dari rata rata proses. Satu aspek yang membingungkan dari literature Six Sigma adalah

16 32 Motorolla menyatakan bahwa suatu proses yang beroperasi pada Six Sigma akan menghasilkan ketidaksesuaian 3.4 bagian per sejuta (parts per million). Akan tetapi jika tabel distribusi normal yang khusus diperiksa (sangat sedikit keluar ke Six Sigma) seseorang menemukan bahwa ketidaksesuaian yang diharapkan adalah PPM. Perbedaan tersebut terjadi karena Motorolla menganggap rata rata proses dapat menyimpang 1.5 sigma pada salah satu arah. Bidang dari distribusi normal melebihi 4.5 sigma dari rata rata sesungguhnya 3.4 PPM. Karena bagan control akan dengan mudah menemukan beberapa pergeseran proses dari besaran ini dalam satu contoh tunggal, 3.4 PPM mewakili suatu batas atas tingkat. Berbeda dari kualitas Six Sigma, standar kualitas Three Sigma lama dari 99.73% diterjemahkan pada kegagalan PPM, bahkan jika kita mengasumsikan penyimpangan nol. Berikut beberapa contoh nyata yang membandingkan sejumlah masalah yang akan ditemukan dengan tujuan kualitas 99 % versus tujuan kinerja Six Sigma ( %) : Tabel 2.2 Kualitas 99 % versus kinerja Six Sigma No Aktivitas Perfoma Dengan 99 % Dengan Six Sigma 1 Untuk setiap surat yang dikirim salah kirim 1 salah kirim 2 Setiap kali melakukan restart komputer berbenturan < 2 berbenturan 3 Untuk 500 tahun dari tutup buku akhir bulan 60 bulan tidak imbang 0,018 bulan tidak imbang 4 Untuk setiap minggu penyiaran TV (per channel) 1,68 jam gagal 1,8 detik gagal mengudara mengudara Sumber : Pande, Neuman, Cavanagh, 2002, p12

17 33 Dari tabel terlihat bahwa perbedaan yang terjadi antara proses yang beroperasi dengan performa 99 % baik atau 3 sigma dengan proses yang beroperasi pada tingkat 6 sigma atau % baik, cukup jauh berbeda. Untuk itu pandangan terhadap kualitas harus diperluas, tidak hanya terpaku pada hasil performa 3 sigma yang telah dicapai, dimana sebagian besar perusahaan di dunia pada umumnya sekarang beroperasi pada tingkat 3 4 sigma Biaya kualitas yang buruk (Cost Of poor Quality) Biaya kualitas dapat didefinisikan dengan sangat beragam, tetapi secara umum biaya kualitas adalah biaya biaya yang terlihat maupun biaya biaya yang tidak terlihat yang berhubungan dengan karakteristik kualitas dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan. Biaya kualitas cukup sulit untuk diketahui karena biaya kualitas sering kali tidak nampak secara langsung dalam perhitungan accounting. Biaya kualitas dapat dihitung dengan berbagai cara yaitu berdasarkan biaya tenaga kerja (man hour), biaya pemakaian listrik dan mesin, dan lain lain. Biaya kualitas dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu : a. Biaya kesesuaian (conformance costs) yaitu biaya yang timbul untuk menjamin produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Biaya kesesuaian terdiri dari biaya pencegahan (prevention costs) dan biaya penghargaan (appraisal costs)

18 34 b. Biaya ketidaksesuaian (nonconformance costs) yaitu biaya yang diakibatkan oleh produk atau jasa yang tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Biaya ketidaksesuaian terdiri dari biaya kegagalan internal (internal failure costs) dan biaya kegagalan eksternal (external failure costs) Tools dalam Six Sigma Di dalam Six Sigma banyak menggunakan tools perbaikan untuk meningkatkan kualitas serta untuk menganalisa masalah yang kompleks. Tools yang digunakan dalam Six Sigma terbagi dalam lima tahap DMAIC yaitu : 1. Tahap Define, tools yang digunakan pada tahap ini adalah Project Statement dan SIPOC Diagram. 2. Tahap Measure, tools yang digunakan pada tahap ini adalah CTQ Tree, peta control dan perhitungan nilai sigma. 3. Tahap Analyze, tools yang digunakan pada tahap ini adalah Diagram Pareto dan Fishbone Diagram. 4. Tahap Improve, tools yang digunakan pada tahap ini adalah FMEA (Failure Modes and Effect Analysis). 5. Tahap Control, tools yang digunakan pada tahap ini adalah Control Chart dan Mistake Proofing atau Poke Yoke.

19 Project Statement Tools ini digunakan untuk membantu dalam memfokuskan permasalahan yang akan diteliti. Elemen elemen yang ada di dalam Project Statement adalah: a. Business Case (Latar belakang proyek) Yaitu berisi suatu paragraf singkat yang berisi latar belakang suatu permasalahan. b. Problem Statement (Pernyataan masalah) Yaitu berisi pernyataan masalah yang ada disertai dengan nilai nilai yang menunjukkan permasalahan tersebut. c. Goal Statement (Pernyataan tujuan) Yaitu berisi pernyataan tujuan yang ingin dicapai dengan disertai nilai nilai angka peningkatan yang ingin diraih. d. Project Scope ( Lingkup proyek) Yaitu berisi pernyataan batasan batasan sebuah proyek. e. Milestone (Batas waktu) Yaitu berisi batas waktu penyelesaian proyek SIPOC Diagram SIPOC singkatan dari Supplier Input Process Output Customer. SIPOC adalah sebuah peta proses yang didalamnya teridentifikasi siapa pemasoknya, apa inputnya, bagaimana prosesnya, apa hasilnya dan siapa pemakainya.

20 36 SIPOC dapat digunakan untuk memastikan bahwa semua orang akan melihat proses dalam cara pandang yang sama. Untuk itulah, SIPOC harus ada pada tahap awal proyek. Proses dipetakan menjadi beberapa langkah yaitu : a. Menamakan proses b. Membuat batasan titik awal dan akhir proses c. Membuat daftar output dan pelanggan d. Membuat daftar input dan pemasok e. Identifikasi, memberi nama dan urutkan langkah langkah dalam proses CTQ (Ctritical to Quality) CTQ adalah unsur unsur suatu proses yang secara signifikan mempengaruhi output dari proses itu sendiri. CTQ merupakan atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta merupakan elemen elemen dari suatu produk, proses atau praktek praktek yang berdampak langsung bagi kepuasan konsumen. CTQ dapat digunakan untuk mengidentifikasi proses atau produk yang akan diperbaiki untuk menerjemahkan permintaan permintaan pelanggan. Biasanya bentuknya hanya berupa turunan masalah atau breakdown dari semua masalah sampai tercapai atau teridentifikasi masalah yang sesungguhnya guna memenuhi keinginan pelanggan.

21 Control Chart Peta control dikembangkan oleh Dr. Walter A. Shewhart pada tahun 1920-an sewaktu ia bekerja pada Bell Telephone Laboratories. Peta control terdiri dari dua macam yaitu peta control variabel dan peta control atribut. Peta control variabel terdiri dari peta x, peta R dan peta S. Peta pengendali x digunakan untuk menganalisa rata-rata level kualitas dalam proses. Peta pengendali R digunakan untuk mengetahui tingkat keakurasian proses dengan mencari range dari sampel yang diambil dari populasi. Peta pengendali S digunakan untuk menganalisa standar deviasi kualitas dalam proses. Peta kontrol atribut merupakan karakteristik kualitas yang tidak dapat direpresentasikan dengan menggunakan angka numerik. Ada beberapa jenis bagan kendali atribut yaitu: a. Bagan p yaitu bagan untuk bagian yang ditolak karena tidaksesuai terhadap spesifikasi b. Bagan np yaitu bagan kendali untuk banyaknya butir yang tidak sesuai c. Bagan c yaitu bagan kendali untuk banyaknya ketidaksesuaian d. Bagan u yaitu bagan kendali untuk banyaknya ketidaksesuaian per satuan

22 38 Peta kontrol terdiri dari tiga garis pembatas yaitu : 1. Garis tengah (Center Line/CL) yang merupakan representasi nilai rata-rata karakteristik kualitas yang berada dalam posisi dalam peta pengendali (in control state). 2. Garis Batas Kontrol Atas (Upper Control Limit/UCL) yang merupakan garis horizontal batas atas. 3. Garis Batas Kontrol Bawah (Lower Control Limit/LCL) yang merupakan garis horizontal batas bawah Perhitungan nilai sigma Perhitungan nilai sigma dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh nilai metric yang mampu menunjukkan perfoma dari suatu proses dalam menghasilkan produk yang baik. Langkah langkah yang harus dilakukan untuk menghitung nilai sigma adalah : 1) Menentukan jumlah unit yang akan diperiksa. Unit merupakan sebuah item yang sedang diproses, atau produk atau jasa akhir yang sedang dikirim kepada pelangan. 2) Menentukan jumlah karakteristik yang diperiksa (Opportunity). 3) Menghitung jumlah cacat yang ada pada unit yang diperiksa (defect). Defect adalah kegagalan untuk memenuhi persyaratan pelanggan / kinerja standar.

23 39 4) Menghitung nilai sigma : o Hitung Defect per Unit (DPU) DPU = U D o Hitung Total Opportunities (TOP) TOP = U * OP o Hitung Defect Per Total Opportunities (DPO) D DPO = TOP o Hitung Defect Per Million Opportunities (DPMO) DPMO = DPO * o Konversikan DPMO dengan menggunakan tabel nilai sigma Diagram Pareto Bagan pareto merupakan grafik yang merangking data dengan mengklasifikasikan secara menurun dari kanan ke kiri. Kemungkinan data yang diklasifikasi dapat berupa masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian atau kerusakan dan lain sebagainya. Bagan pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe-tipe yang tidak sesuai. Melalui bagan pareto maka pengguna dapat mengetahui dengan cepat dan visual dalam mengidentifikasikan frekuensi kerusakan atau ketidaksesuaian yang paling sering terjadi. Kelebihan dari bagan pareto adalah dapat menyediakan dampak

24 40 secara visual dari karakteristik yang diperlukan untuk ditindaklanjuti atau melakukan perbaikan. Ada 2 skala yang digunakan dalam bagan pareto yaitu skala frekuensi atau mata uang yang terletak di sebelah kiri dan skala persentasi yang terletak di sebelah kanan Fishbone Diagram Diagram sebab akibat merupakan gambar yang terdiri dari garis dan simbol untuk mempresentasikan hubungan antara sebab dan akibat. Diagram sebab akibat ditemukan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943 dan kadang-kadang diagram sebab akibat disebut sebagai diagram Ishikawa. Diagram ini digunakan untuk menginvestigasi penyebab yang buruk dan mengambil tindakan untuk mengoreksi penyebabnya begitu juga sebaliknya jika terdapat penyebab yang baik maka dapat dipelajari akibat yang diperlukan. Penyebab pada diagram sebab akibat biasanya digolongkan dalam beberapa penyebab utama yaitu metoda, material, pengukuran, manusia, mesin dan lingkungan. Manajemen dan maintenance juga kadang-kadang digunakan sebagai penyebab utama. Setiap penyebab dibagi lagi kedalam sub penyebab yang memiliki penyebab yang lebih spesifik.

25 FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) FMEA adalah sekumpulan petunjuk, sebuah proses dan form untuk mengidentifikasikan dan mendahulukan masalah masalah potensial (kegagalan). Dengan mengidentifikasikan resiko, maka sumber daya dapat dialokasikan untuk mengurangi atau menghilangkan kegagalan (failure). Berikut ini langkah langkah dan konsep kunci FMEA : 1. Mengidentifikasi proses atau produk / jasa 2. Mendaftarkan masalah masalah potensial yang muncul (Failure Modes). Ide ide masalah potensial mungkin berasal dari berbagai sumber meliputi : brainstorming, analisis proses, benchmarking dan sebagainya. 3. Menilai masalah untuk kerumitan, probabilitas kejadian dan detektabilitas. Dengan menggunakan skala 1 10, berikan skor pada masing masing faktor untuk setiap masalah potensial 4. Menghitung Risk Priority Number atau RPN dan tindakan tindakan prioritas. Rating resiko keseluruhan diperoleh dengan mengalikan tiga skor bersama sama. 5. Melakukan tindakan tindakan untuk mengurangi resiko. Dengan memfokuskan pertama tama pada masalah potensial yang memiliki prioritas tertinggi, maka dapat memikirkan tindakan tindakan untuk mengurangi salah satu atau semua faktor : keseriusan (severity), kejadian (occurance) dan detektabilitas (detactibility).

26 Mistake Proofing Pembuktian kesalahan (Mistake Proofing) menekankan pada deteksi dan koreksi masalah sebelum kesalahan tersebut menjadi defect yang sampai kepada pelanggan. Pembuktian kesalahan memberikan perhatian khusus pada satu perlakuan konstan untuk semua proses, yaitu kesalahan manusia. Ide ide dasar di balik pembuktian kesalahan juga dikenal dengan nama Jepang Poka Yoke (POH-kuh YOH-kay) yang dikembangkan oleh seorang konsultan mananjemen Jepang, Shigeo Shingo. Inti dari pembuktian kesalahan adalah pengamatan yang cermat terhadap segala aktivitas dalam proses dan memeriksa serta mencegah masalah di setiap langkah. Pembuktian kesalahan dapat digunakan untuk : a) Menyelaraskan perbaikan dan rancangan proses dari proyek proyek DMAIC. Bagaimana kesalahan kesalahan yang jarang terjadi, yang paling menantang, dapat dihindari atau dikelola? b) Mengumpulkan dara dari proses proses pendekatan kinerja Six Sigma (semakin sempurna sebuah proses, maka semakin sulit untuk diukur) c) Mengeliminasi jenis isu proses dan defect yang diperlukan untuk membuat proses dari Sigma 4.5 ke Sigma 6.

27 Kerangka Pemikiran Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Penjabaran dari fase fase tersebut adalah : 1. Define Define adalah fase yang menentukan masalah, menetapkan persyaratan persyaratan pelanggan dan membangun tim. Langkah langkah yang terdapat dalam fase ini adalah menentukan atau mendefinisikan masalah serta tujuan dari proyek Sigma (melalui Project Statement) dan mengidentifikasi gambaran umum proses secara keseluruhan yang ada di perusahaan dengan menggunakan SIPOC. 2. Measure Measure merupakan fase mengukur tingkat kinerja saat ini. Dengan melakukan analisis terhadap sistem pengukuran, maka dapat mengetahui variasi yang terjadi apakah berasal dari kesalahan pengukuran atau diakibatkan oleh variasi produk. Tingkat kinerja suatu proses dapat dipantau dengan menggunakan analisis kapabilitas proses. Analisis kapabilitas proses akan membandingkan kinerja suatu proses dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Tahap ini dilakukan pengukuran untuk menentukan karakteristik kunci kualitas (CTQ / Critical to Quality) yang merupakan karakteristik produk yang berhubungan dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan, membuat

28 44 peta kendali dan menghitung kapabilitas proses, menghitung nilai sigma serta perhitungan COPQ. 3. Analyze Fase analyze merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Masalah masalah yang timbul terkadang sangat kompleks yang dapat menimbulkan kebingungan atas masalah yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Diagram pareto dapat digunakan untuk memprioritaskan masalah yang harus ditangani terlebih dahulu. Selanjutnya akar utama suatu permasalahan dapat dianalisis dengan menggunakan diagram cause and effect (Fishbone Diagram) yang akan mem-break down secara detail sebab sebab suatu masalah. Hasil akhir yang ingin diperoleh dari tahap ini adalah berupa informasi atau pernyataan mengenai sebab akibat terjadinya cacat yang harus diperbaiki. 4. Improve Improve adalah fase untuk meningkatkan proses dan menghilangkan sebab sebab cacat. Inti dari tahap ini adalah untuk membuat perbaikan perbaikan atau mengusulkan tindakan tindakan yang dapat dilakukan terhadap sebab sebab permasalahan yang ada dengan tujuan agar penyebab dari permasalahan tersebut dapat diatasi ataupun bahkan dihilangkan. Pada tahap ini hal hal yang akan dievaluasi mencakup

29 45 alternatif solusi yang ada, memilih solusi yang tepat dan rencana implementasi. Tools yang digunakan dalam tahap ini adalah FMEA serta melakukan perencanaan tindakan tindakan pencegahan yang mungkin dengan menggunakan Problem Identification and Preventive Action sebagai langkah untuk mencegah terjadinya masalah atau kegagalan yang dapat menimbulkan cacat pada produk yang dihasilkan. 5. Control Control adalah fase mengontrol kinerja proses dan menjamin cacat tidak muncul lagi. Sering kali tahap perbaikan yang telah dilakukan hanya dapat membantu dalam pemecahan masalah untuk jangka waktu singkat saja, tidak untuk jangka panjang sehingga perlu dilakukan tahap pengkontrolan terhadap proses perbaikan yang telah dilakukan dengan cermat dan berkelanjutan. Tujuan dari tahap control ini adalah untuk mengevaluasi proses perbaikan yang telah dilakukan dengan efektif dan efisien serta untuk menjaga kondisi agar tetap stabil dan tidak dapat mengalami penurunan kembali. Pada tahap control ini dilakukan usaha usaha pengontrolan dengan menggunakan peta kontrol dan pemonitoran proses produksi dengan menggunakan mistake proofing. Dengan penentuan tools tersebut diharapkan dapat mengurangi variasi variasi yang terjadi (yang mempengaruhi proses produksi) atau bahkan tidak akan timbul lagi.

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Six Sigma merupakan konsep yang relatif baru bagi banyak organisasi. Six Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa cacat), tetapi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Six Sigma. Ada banyak pengertian Six Sigma. Six Sigma diartikan sebagai teknologi canggih yang digunakan oleh para statiskawan dalam memperbaiki atau mengembangkan proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 39 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kualitas 1 Pengertian mutu atau kualitas akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Mutu atau kualitas suatu barang pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Six Sigma 2.1.1. Pengertian Six Sigma Six sigma terdiri dari dua kata yaitu Six yang berarti enam dan sigma yang berarti sebuah simbol atau lambang standar deviasi yang lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian kualitas Kualitas memiliki kaitan yang sangat erat dengan dunia perindustrian, baik industri barang maupun jasa. Definisi dari kualitas sendiri bermacam-macam, karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah & Pengertian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Kegiatan utama yang bersangkutan dengan manajemen produksi adalah proses produksi. Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Tujuan Memahami manfaat manajemen kualitas. Memahami proses dalam manajemen kualitas. Mengenal alat yang yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen kualitas. SE 3773

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Six sigma Sekitar tahun 1980 dan awal 1990, Motorola merupakan salah satu perusahaan Amerika Serikat dan Eropa yang bersaingan ketat dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ditetapkan. Gasper (2008:1) mendefiniskan kualitas sering kali diartikan

BAB II LANDASAN TEORI. ditetapkan. Gasper (2008:1) mendefiniskan kualitas sering kali diartikan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Kualitas 2.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas didefinisikan sebagai totalitas karakteristik suatu produk yang menunjang kemapuan produk itu untuk memuaskan kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kualitas Tinggi dan rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

Modul 5 Six Sigma MODUL 5 SIX SIGMA. Laboratorium OSI & K FT. UNTIRTA (Praktikum POSI 2011)

Modul 5 Six Sigma MODUL 5 SIX SIGMA. Laboratorium OSI & K FT. UNTIRTA (Praktikum POSI 2011) 1 MODUL 5 SIX SIGMA 2 A. Tujuan Praktikum 1. Praktikan dapat memahami konsepsi tentang Six Sigma 2. Praktikan dapat memahami Six Sigma sebagai salah satu metode dalam perbaikan kualitas yang dramatis.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Profitabilitas adalah salah satu faktor utama dalam upaya pencapaian sukses bisnis dalam suatu korporasi. Kesuksesan penjualan adalah langkah awal yang banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA Julianus Hutabarat 1, Ellysa Nursanti 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang Kampus

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK Jaminan Kualitas Proyek Merupakan semua aktifitas yang dilakukan oleh organisasi proyek untuk memberikan jaminan tentang kebijakan kualitas, tujuan dan tanggung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis /Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN SKRIPSI Oleh : YONATHAN KURNIAWAN 0532015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Pengendalian Kualitas Kualitas dapat diartikan dengan berbagai macam pendapat, kebanyakan orang mempunyai pengertian kualitas sebagai bagaimana sebuah proses dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk dapat eksis di tengah ketatnya persaingan dalam industri. kualitas didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL Handoyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUK KAWAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE, CONTROL DENGAN METODE TAGUCHI DI PT. UNIVERSAL METAL WORK SIDOARJO Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang DAFTAR ISTILAH DPO DMAIC CTQ DPMO FMEA Severity Occurance Detection : Defects Per Opportunity, merupakan ukuran kegagalan dalam Six Sigma yang menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan per satu kesempatan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kata kualitas memilki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategis (Gasperz, 2001). Definisi konvensional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kualitas Banyak pakar dari bidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing, seperti di bawah ini: Pengertian classic

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas 2.1.1 Sejarah Perkembangan kualitas Kualitas telah dikenal sejak empat ribu tahun yang lalu, ketika bangsa mesir kuno mengukur dimensi batu-batu yang digunakan untuk membangun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kualitas Seperti dituliskan oleh Syukron dan Kholil (2012), ada beberapa definisi kualitas dari para ahli kualitas. Definisi tersebut antara lain : Montgomery mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kualitas Tinggi dan rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN CACAT PRODUK DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA

PENGENDALIAN CACAT PRODUK DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA PENGENDALIAN CACAT PRODUK DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA Firman Ardiansyah Ekoanindiyo Program Studi Teknik Industri Universitas Stikubank, Semarang Jawa Tengah Indonesia firman_imank_tegal@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO SKRIPSI Disusun oleh : SABRINA DWI C 0632010035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB ll LANDASAN TEORI

BAB ll LANDASAN TEORI BAB ll LANDASAN TEORI 1.1 Definisi Pengendalian kualitas 1.1.1 Pengendalian Kualitas Produk Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kualitas 1.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas menurut Gaspersz (2001) memiliki dua definisi yaitu definisi konvensional dan definisi strategik. Kualitas yang menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan global yang dikarenakan oleh perkembangan pasar dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan global yang dikarenakan oleh perkembangan pasar dunia yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri di Indonesia saat ini sarat dengan persaingan yang menuju ke arah persaingan global yang dikarenakan oleh perkembangan pasar dunia yang semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2006/2007 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA CONTAINER AKI MOBIL TYPE N-70 PADA PT.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data.beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung terhadap aliran proses produk dan pengumpulan data-data yang dibutuhkan di PT XYZ. Data-data tersebut kemudian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci