Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha"

Transkripsi

1 Yayasan Spiritia No. 50, Januari 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan 10 th Bangkok Symposium on HIV Medicine, Januari 2007 Oleh: Chris Green Hari Pertama: Pada sambutan utama, Prof Gita Ramli mengutarakan ABC harus diluaskan menjadi A-I. C harus diluaskan dari Condom dan Counseling & Testing untuk menambah Circumcision (sunat). D = Diaphragm (diafragma) untuk melindungi leher rahim atas dari HIV. E menunjukkan kebutuhan akan Exposure prophylaxis (profilaksis pra- dan pascapajanan). F adalah Femalecontrolled microbicides (mikrobisida dikendalikan perempuan). G adalah Genital tract infection control (pencegahan infeksi pada saluran kelamin). H = HSV-2 suppressive treatment (pengobatan penekan HSV-2), dan I adalah Immunization (imunisasi) atau vaksin. Pencegahan versi ini tidak teknologi tinggi, dan tentu tidak 100 persen efektif, tetapi penggunaan sinergistik, membutuhkan keterlibatan komunitas dan masing-masing tidak dapat berjalan sendiri. Dr. Andrew Hill dari Universitas Liverpool, Inggris, membahas kombinasi NRTI/NNRTI lini pertama. Pendapat dia adalah, dengan menyesuaikan dosis obat lini pertama saat ini, biaya rejimen baku di banyak negara saat ini dapat dikurangi dengan manfaat lagi karena efek samping dapat dikurangi, dan efektivitas tidak dikurangi. Yang paling menarik adalah usulannya untuk mengurangi dosis EFV menjadi 200mg 1x sehari. Prof Robert Murphy menyampaikan dua presentasi mengenai mulai ART, dalam penyakit lanjut dan perkembangan yang akan terdampak di rangkaian terbatas sumber daya. Kita tahu harus mulai sebelum menjadi terlalu sakit, tetapi kita tidak tahu kapan terlambat. Ada beberapa subkelompok yang sulit: perempuan hamil, daerah endemis TB, koinfeksi dengan HBV/HCV, HIV pada pekerja seks, dan bila pasangan tidak terinfeksi. Prof Murphy sangat optimis mengenai penyediaan obat baru di rangkaian terbatas sumber daya. Produsen berjanji akan menyediakan obat baru secara luas di seluruh dunia secepat mungkin, dengan harga terjangkau, terutama Merck untuk MK0518 integrase inhibitor dan Tibotec TMC125 NNRTI yang kemungkinan akan keluar tahun ini. Dua-duanya sangat manjur dan akan memudahkan ART. Juga MK0518 dapat dipakai bersamaan dengan rifampisin. Prof. Diana Gibb membahas pengobatan untuk anak. Pertama dia menekankan pentingnya profilaksis kotrimoksazol untuk semua anak terlahir dari ibu HIV-positif - alasan kematian separuh anak yang meninggal pada usia di bawah 6 bulan adalah PCP. Semakin banyak ARV tersedia versi pediatrik padat (pil); tablet Kaletra kemungkinan akan segera tersedia dengan dosis 100/25mg. Rejimen empat obat mungkin lebih baik untuk anak, mungkin dengan cara induction, dengan maintenance (rumatan) dengan rejimen 3 NRTI. Efek samping mungkin masalah lebih kecil pada Daftar Isi Laporan Kegiatan 1 10th Bangkok Symposium on HIV Medicine, Januari Pengetahuan adalah kekuatan 5 Pengobatan antiherpes mengurangi viral load HIV dalam darah dan kelamin perempuan yang tidak memakai ART 5 Suplemen Seng tidak memperbaiki diare terkait HIV pada orang dewasa 7 Tips 7 Tips untuk Odha 7 Tanya Jawab 8 Tanya Jawab 8 Positive Fund 8 Laporan keuangan Positive Fund 8 Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

2 anak; lipodistrofi jarang dialami. Namun mungkin masalah lebih besar pada remaja, yang harus dibedakan dari anak kecil dan dari orang dewasa. Kesimpulan: bila diobati, anak berpotensi hidup lebih lama dengan obat dibandingkan orang dewasa. Prof. Jintanat membahas terapi berdenyut (structured treatment interruption/sti) pasca- SMART (penelitian besar yang dianggap gagal ). Setelah menganalisis hasil penelitian Staccato, Trivacan dan SMART, dia mengaku bahwa ada risiko berhenti ART sementara, tetapi risiko lebih besar pada SMART karena CD4 dibiarkan turun sampai 250 dan waktu tidak memakai ART sampai 17 bulan. Lagi pula, biaya dibuktikan lebih rendah kalau berhenti dibandingkan memakai obat terusmenerus, dan biaya menghadapi masalah akibat pemberhentian masih lebih rendah daripada biaya ART yang dihemat. Tetapi sebaiknya tidak menunggu sampai CD4 turun menjadi 250; sebaiknya berhenti dengan CD4 di atas 500, dan mulai lagi dengan CD , dengan membatasi waktu berhenti jangan lebih dari enam bulan. Dr. Victor Valcour dari Universitas Hawaii membahas masalah neurologis terkait HIV dan ART. Dia menunjukkan bahwa masalah kerusakan kognitif lebih sering terjadi pada usia muda (0-14 tahun) dan tua (di atas 60). Tanda utama yang menunjukkan akan terjadi masalah demensia dalam era pasca-art: viral load yang tinggi di cairan tulang belakang; IDU; jumlah CD4 pernah sangat rendah; diabetes +/- resistansi insulin; dan amiloid yang rendah di cairan tulang belakang. Dia menyimpulkan bahwa, walaupun saat ini masalah neurologis cenderung menurun pasca-art, ada kemungkinan kita akan melihat semakin banyak efek samping neurologis setelah orang sudah mamakai ART belasan atau puluhan tahun. Hari Kedua: Prof. Sharon Lewin dari Universitas Monash di Australia mempresentasi topik Determinants of CD4 T-cell loss and recovery in HIV infection. Topik ini agak bersifat ilmiah, dan tidak mudah dipahami oleh saya. Mungkin yang menarik adalah bahwa, walau setelah ART dimulai, viral load turun cepat dengan pola yang serupa untuk semua orang, ada perbedaan yang cukup besar dalam peningkatan pada jumlah CD4 setelah mulai ART. Ada yang cepat naik, sementara ada yang sangat pelan; masalah ini dapat sangat membingungkan orang dengan peningkat yang pelan pada CD4-nya. Hal ini karena masalah induk ( host ) dan faktor virus (ada tipe virus yang lebih ganas, dan koinfeksi virus, terutama dengan CMV) yang tidak dapat diubah, tetapi juga ada faktor yang dapat diubah, seperti pilihan rejimen ART dan (potensi) terapi imunomodulator. Presentasi Constructing a regimen in patients with failure of first line therapy (membentuk rejimen untuk pasien yang gagal terapi lini pertama) oleh Prof Kiat menyampaikan banyak informasi penting, tetapi sulit ditangkap. Dia membahas semua mutasi yang dapat terjadi dan dampaknya pada pilihan terapi lanjutan. Dua hal yang menarik: pendapat bahwa mungkin monoterapi dengan PI yang di-boost (Kaletra, saquinavir/r atau indinavir/r) mungkin akan menjadi alternatif yang efektif untuk mereka dengan virus yang resistan terhadap banyak NRTI dan semua NNRTI. Dan juga ada informasi bahwa resistansi terhadap tenofovir (TDF) dapat diakibatkan oleh ABC, d4t atau ddi, bukan hanya oleh TDF sendiri. The goals of salvage therapy in highly treatment experienced patients (Tujuan terapi penyelamatan pada pasien yang sudah memakai kebanyakan ARV) oleh Prof Jonathon Shapiro dari National Hemophilia Center di Israel membahas bagaimana membentuk rejimen untuk orang yang sudah gagal terapi dengan 2-3 rejimen termasuk NRTI, NNRTI dan PI. Walaupun berpengalaman dengan hampir semua jenis obat yang tersedia, kebanyakan pasien akan tetap mendapatkan manfaat secara klinis dari ART dan sebaiknya ART tidak dihentikan total. Hal ini terutama benar untuk pasien dengan penyakit lanjut atau jumlah CD4 yang sangat rendah. Pasien yang sebaiknya berhenti ART jarang ditemukan, terutama mereka yang mulai ART dengan CD4 yang sangat tinggi, mereka yang mengalami toksisistas gawat, dan penghentian sementara yang singkat yang diamati secara ketat. Resistansi terhadap kebanyakan golongan (selain NNRTI) tidak mutlak. Prof. Greg Dore dari Universitas New South Wales membahas Hepatitis virus kronis : Bila ada obat, apakah dapat disembuhkan?. Tujuan utama presentasi ini adalah perkembangan baru untuk 2 Sahabat Senandika No. 50

3 terapi HCV dan HBV. Ada banyak jenis obat baru dari dua golongan yang sedang ditelitikan untuk mengobati HCV: dengan HCV, kita sekarang dalam keadaan serupa dengan HIV pada pertengahan 1990-an. Obat baru akan bekerja lebih cepat dengan efek samping jauh lebih ringan, dan harga lebih murah. HBV akan diobati dengan terapi kombinasi, juga dengan beberapa jenis obat baru, juga dengan harga lebih murah. Kesan utama saya adalah bahwa mungkin ada baik untuk menunda terapi hepatitis kalau bisa, dan menunggu terapi baru. Tetapi dibutuhkan advokasi seperti yang dulu dilakukan untuk ARV agar obat hepatitis dapat lebih terjangkau. Beberapa bulan yang lalu, diumumkan bahwa vaksin terhadap HPV sudah disetujui di AS. Graham Leggatt, salah satu pencipta vaksin tersebut dari Universitas Queensland, menggambarkan cara kerja vaksin tersebut. Ada ratusan jenis virus human papiloma (HPV), tetapi ada dua penyebab utama kanker leher rahim: HPV16 and HPV18. Ada dua macam vaksin: satu hanya efektif terhadap HPV 16 dan 18, yang lain juga efektif terhadap HPV 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin. Vaksinasi membutuhkan tiga suntikan dalam jangka waktu enam bulan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada perempuan sebelum terpajan melalui hubungan seks, jadi pada usia cukup muda (9 tahun?). Efektivitasnya hebat: 100 persen! Efek samping ringan saja. Vaksin tidak terapeutik. Belum ada data mengenai penggunaannya oleh laki-laki. Harga di Australia: 460 dolar Australia untuk tiga suntikan. Namun karena ada HPV macam lain yang dapat menyebabkan kanker leher rahim, walaupun lebih jarang, tes Pap smear tetap dibutuhkan. Prof Thanyawee menyampaikan presentasi yang menarik berjudul Pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi: Berat, ringan atau menengah, yang membahas penggunaan ARV untuk PMTCT. Dia menilai AZT jangka pendek dan nevirapine dosis tunggal (sdnvp) sebagai ringan ; AZT jangka pendek + sdnvp, AZT + 3TC, dan AZT + 3TC + sdnvp sebagai menengah ; dan AZT + 3TC + sdnvp, serta AZT + 3TC + PI sebagai berat. Versi ringan sangat efektif untuk mencegah penularan, dengan kombinasi dengan AZT lebih baik daripada sdnvp. Namun ada tantangan dengan penggunaan sdnvp, terutama resistansi terhadap NVP oleh ibu dan/atau anak. Yang terbaik adalah ART biasanya untuk ibu, tetapi EFV tidak boleh dipakai, dan ruam/hepatotoksisitas NVP dapat menjadi masalah bila CD4-nya di atas 250, jadi alternatif adalah ART dengan PI. Bila Kaletra dipakai sebagai PI-nya, takaran harus ditingkatkan selama triwulan ketiga sampai dua minggu setelah melahirkan. Sebagai jawaban pada pertanyaan, Prof Thanyawee menjelaskan bahwa pedoman PMTCT di AS hanya mengusulkan bedah sesar bila viral load ibu terbukti di atas 1000 saat persalinan. Hari ketiga: Presentasi buka hari berjudul Global Epidemiology of HIV-1 (Epidemiologi Global HIV-1) disampaikan oleh Dr Francine McCutchan. Saya takut presentasi ini akan sangat ilmiah, tetapi ternyata menarik dan juga sangat relevan. Dr McCutchan membahas sub-tipe HIV yang paling umum, dan di mana di dunia sub-tipe tersebut ditemukan, serta bagaimana bentuk rekombinasi dibangun dan disebarluaskan. HIV-1 adalah patogen manusia yang paling bervariasi secara genetik, karena replikasi sangat cepat, bermutasi cepat, dan dapat rekombinasi. Dia juga membahas cara untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi dengan dua virus yang berbeda (infeksi ganda). Ternyata 5 persen IDU di beberapa daerah di Thailand terinfeksi ganda. Jelas semua hal ini berimplikasi untuk perkembangan vaksin, tetapi pada kesimpulan, Dr McCutchan membahas implikasi pada terapi dan pencegahan, antara lain: infeksi ganda dapat mengakibatkan viral load yang lebih tinggi, penyakit berkembang lebih cepat, dan kegagalan terapi karena tertular dengan virus yang resistan; dan mungkin pencegahan infeksi ulang untuk mereka yang sudah terinfeksi HIV harus menjadi unsur penting dari strategi keseluruhan untuk mengendalikan epidemi global. Prof David Burger menyampaikan presentasi tentang farmakokinetik nevirapine dalam praktek klinis. Dia menjawab lima pertanyaan. 1) Apakah pasien dapat memakai NVP bersamaan dengan rifampisin (RIF)? Kesimpulan: NVP takaran baku tetap pilihan untuk pasien yang menerima RIF. Januari

4 Namun yang menarik, kalau RIF dipakai sebelum NVP, NVP tidak harus dimulai dengan dosis separuh, atau mungkin hanya untuk satu minggu, karena tingkat NVP dalam darah pada awal dikurangi oleh metabolisme RIF. 2) Kalau pasien ganti EFV dengan NVP, apakah NVP harus dimulai dengan takaran separuh? Jawaban: tidak. 3) Apakah takaran optimal untuk anak? Jawaban: jangan dibawah 300mg/m2/hari; WHO sedang membentuk tabel yang menunjukkan takaran yang diusulkan untuk setiap berat badan, akan segera diterbitkan. 4) Bagaimana berhenti penggunaan rejimen NVP + NRTI? Kita tidak tahu jawaban terbaik; ada tiga alternatif: berhenti semuanya bersama dengan risiko resistansi terhadap NVP; berhenti NVP dulu, teruskan NRTI 7-14 (kemungkinan 7 hari cukup) dengan risiko resistansi terhadap NRTI; atau (mungkin terbaik) ganti NVP dengan PI (Kaletra?) untuk 7-14 hari, terus hentikan semuanya (risiko toksisitas akibat PI). Mulai NVP adalah seperti mengendarai mobil tanpa mengetahui bagaimana mengeremnya dan 6) (tidak ada waktu untuk pertanyaan 5) Apakah aman pakai NVP waktu hamil? Ya, tetapi... masalah toksisitas bila CD4 di atas 250, dan bila tidak akan diteruskan, bagaimana berhentinya (lihat pertanyaan 4). Akhirnya Prof Berger mengaku bahwa walau NVP sudah dipakai sepuluh tahun, masih ada pertanyaan yang belum dapat dijawab secara penuh. Prof Peter Reiss membahas risiko kardiovaskular (CVD) terkait HIV, dan cara menangani. Presentasi cukup rumit, tetapi kesimpulannya mengenai cara mencegah dan menangani risiko tersebut cukup sederhana: Menilai risiko sebelum mulai ART (pakai algoritme); mengenal mereka dengan risiko tinggi terhadap CVD (risiko CAD dalam sepuluh tahun di atas persen); menghadapi faktor risiko yang diketahui (mis: merokok); memilih ART secara bijaksana (hindari resistansi insulin dan dislipidemia); coba memulihkan resistansi insulin/ dislipidemia bila ada (sulit!); dan coba hindari berhenti ART (terkait dengan CAD seperti ditunjukkan oleh penelitian SMART). Bila risiko rendah terhadap CVD, dapat diabaikan, dan jarang menjadi masalah pada orang di bawah usia kuranglebih 50 tahun. Pengaruh pola hidup (terutama merokok) jauh lebih besar daripada ART. Presentasi berikut oleh Prof Bernard Hirschel sangat hangat: Sunat atau tidak? Dia membahas sejarah sunat: sebagai cara mencegah infeksi saluran kemih pada anak (terbukti sangat efektif); untuk mencegah IMS (terbukti sangat efektif untuk beberapa IMS, baik dari perempuan ke laki-laki dan sebaliknya); dan untuk mencegah HPV dan kanker kelamin (terbukti efektif pada laki-laki dan perempuan, walaupun untuk melindungi penis dari kanker, sunatan harus dilakukan segera setelah lahir, bukan saat pubertas). Sebagai cara untuk mencegah penularan HIV, sekarang ada bukti kuat mengenai efektivitasnya. Sunat adalah intervensi yang jauh termurah per kasus infeksi HIV yang dicegah. Dr Mark Boyd menyampaikan presentasi mengenai penggunaan PI di negara terbatas sumber daya. Tetapi pada dasarnya, presentasi menanyakan apakah takaran yang diusulkan oleh produsen terlalu tinggi, dan sering jawabannya adalah ya!. Dia membahas hasil uji coba klinis dari beberapa PI, yang secara jelas menunjukkan bahwa takaran yang jauh lebih rendah sama atau lebih efektif, dengan efek samping (dan harga) jauh lebih rendah. Misalnya, uji coba klinis Kaletra menujukkan bawha takaran 200/100 lebih efektif untuk menekankan replikasi virus dibandingkan takaran baku yang dua kali lipat lebih tinggi (400/100). Lagi pula, uji coba ini dilakukan pada orang kulit putih dengan berat badan rata-rata 82kg, jadi untuk orang Asia, takaran lebih rendah lebih masuk akal lagi. Keadaan yang sama ditemukan untuk atazanavir (hasil dengan takaran 200mg qd serupa dengan hasil dengan 400mg qd yang saat ini baku). Untuk indinavir/r, efektivitas dengan takaran 400/100 bid serupa dengan takaran baku 800/100 bid, dengan efek samping jauh lebih rendah. Keadaan dengan saquinavir juga sama. Jelas dampak penyesuaian takaran ini dapat berdampak besar pada anggaran yang harus disediakan untuk ART. Sayangnya saat ini tidak ada alternatif yang efektif untuk ritonavvir sebagai boster; itrakonazol dapat dipakai, tetapi lebih mahal daripada ritonavir. Mungkin 50mg ritonavir cukup, tetapi kapsul terkecil adalah 100mg, dan alternatif (sirop) rasanya sangat buruk ( seperti minum muntah ). Adalah menarik bahwa Simposium ini mengenai pengobatan HIV dimulai dengan presentasi utama yang membahas pencegahan, dan ternyata juga 4 Sahabat Senandika No. 50

5 ditutup dengan presentasi mengenai pencegahan, yang menekankan pentingnya kita memadukan P (prevention) dengan CST. Presentasi akhir ini berjudul Pencegahan positif untuk orang positif disampaikan oleh Prof John Kaldor dari UNSW. Prof Kaldor menggambarkan sejarah dan dasar pemikiran untuk pencegahan untuk Odha, terutama dari sisi dokter. Ada potensi untuk manfaat buat dokter dan pasien: kepatuhan, viral load lebih rendah, penularan dikurangi, dan perkembangan resistansi dikurangi. Strategi yang dibahas untuk dokter termasuk: perawatan medis - menahan viral load yang rendah dan kesehatan secara umum; dukungan psikososial dan konseling - menghadapi kebutuhan pribadi, hubungan dan sosial; layanan spesialis lain - kesehatan seksual, penggunaan narkoba/alkohol; dan keterlibatan kelompok sebaya. Walaupun belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas, ada cukup banyak bukti anekdotal. Namun bukti yang ada dari negara maju menunjukkan bahwa layanan harus sangat individu dengan sepuluh sesi/20 jam selama tiga bulan, jadi investasi cukup besar. Akhirnya Prof Kaldor mengulang bahwa asas petunjuk adalah baku: bukti klinis; kesehatan dan hak asasi manusia; dan pertimbangan klinis. Setelah presentasi, Prof Kaldor ngobrol dengan Caroline dan saya agar dapat usulan dan kritik, karena dia semakin tertarik dengan masalah ini, tetapi mengaku bahwa topik ini juga cukup peka dan harus dibahas secara hati-hati. Kesan saya keseluruhan adalah bahwa Simposium tetap baik dan praktis, walau ada beberapa sesi yang terlalu ilmiah/dalam. Sayangnya waktu untuk pertanyaan pada sesi pleno sangat terbatas (biasanya tidak ada waktu), tetapi sebaliknya, pada lokakarya, dengan ada kesempatan untuk interaksi dengan peserta, ternyata hanya sedikit peserta siap buka mulutnya. Seperti saya janji, saya akan coba membuat laporan lebih dalam untuk dimuat pada situs web Spiritia dalam beberapa hari. Memang banyak informasi yang disampaikan sangat penting buat kita di Indonesia, tetapi juga ada yang harus dibahas lebih dalam, seperti kesempatan untuk mengurangi takaran ARV, dengan potensi untuk menghemat dana dan mengurangi efek samping (paling penting untuk AZT dan d4t!). Pengetahuan adalah kekuatan Pengobatan antiherpes mengurangi viral load HIV dalam darah dan kelamin perempuan yang tidak memakai ART Michael Marco & Michael Carter, 16 Agustus 2006 Pengobatan antiherpes setiap hari mengurangi viral load HIV dalam darah dan cairan vagina secara berarti pada perempuan yang tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Hal ini diungkapkan pada Konferensi AIDS Internasional ke 16 di Toronto, Kanada pada 15 Agustus Para peneliti dari Prancis beranggap bahwa hasil penemuan mereka dapat memberikan dampak penting pada pencegahan HIV. Penelitian epidemiologi dan biologi telah mengusulkan terdapat kaitan antara infeksi kelamin akibat virus herpes simpleks-2 (HSV-2) dengan penularan HIV. Infeksi HSV-2 dapat meningkatkan jumlah virus yang keluar dari vagina dan barangkali akan membuat seseorang koinfeksi HIV dan HSV-2 lebih mungkin menularkan HIV pada pasangan seksualnya. Namun demikian, hubungan sebab akibat ini belum pernah terbukti dalam penelitian pada manusia. Hingga saat ini, tidak pernah dilakukan uji coba klinis secara acak pada Odha yang menggunakan terapi anti-hsv-2. Oleh karena itu, peneliti dari ANRS melakukan dua uji coba secara acak, percobaan dikontrol plasebo di Burkina Faso untuk membuktikan konsep. Tujuan adalah untuk memastikan apakah pemakaian terapi anti-hsv-2 valasiklovir (prodrug valin ester asiklovir) setiap hari, dapat mengurangi viral load HIV dalam cairan vagina dan darah perempuan Odha. Penelitian pertama, ANRS 1285a, melibatkan perempuan Odha yang tidak membutuhkan ART, sementara perempuan dalam ANRS 1285b memakai ART. Januari

6 Dalam penelitian ANRS 1285a, sebanyak 140 perempuan yang tidak memerlukan ART dibagi secara diacak untuk menerima 1mg valasiklovir atau plasebo setiap hari selama tiga bulan. Dua kali seminggu cairan vagina mereka diambil untuk mengukur jumlah virus HIV dan HSV-2 yang keluar. Tes darah juga dilakukan untuk memantau viral load HIV. Dari 136 perempuan dengan data yang dapat dianalisis, para peneliti menetapkan bahwa frekuensi dan jumlah virus HIV yang keluar dan viral load HIV menurun kurang lebih 0,510 log dengan terapi valasiklovir. Juga terjadi penurunan yang bermakna pada jumlah virus HSV-2 yang keluar dari vagina sebanyak 65 persen dan ulkus kelamin berkurang 84 persen. ARNS 1285b mengacak pemberian valasiklovir atau plasebo pada 60 perempuan pemakai ART. Jumlah CD4 rata-rata pada kedua kelompok kirakira 230 dan jangka waktu penggunaan ART ratarata 20 minggu. Walaupun tidak ada penurunan secara berarti pada viral load HIV, namun terjadi penurunan virus HIV sebanyak 0,7110 log pada cairan vagina. Selama masa pengobatan, HIV dapat terdeteksi dalam cairan vagina 23,7 persen perempuan dibandingkan dengan 8,6 persen penerima valasiklovir (OR=0,27; 95% CI: 0,1, 1.0; p=0,05). Dengan demikian, perempuan penerima valasiklovir mengalami penurunan sebanyak 73 persen dalam kemungkinan mempunyai HIV terdeteksi dalam cairan vagina dibandingkan dengan penerima plasebo. Untuk menemukan HSV-2 pada cairan vagina, terdapat kecenderungan yang menunjukkan perbedaan yang berarti di antara kedua kelompok tersebut. Sejumlah 6,6 persen perempuan penerima valasiklovir masih memiliki HSV-2 terdeteksi dibandingkan dengan 9,8 persen perempuan penerima plasebo (p=0.06). Tidak terdapat perbedaan berarti yang diamati dalam jumlah ratarata virus HSV-2 yang keluar dari vagina di antara kedua kelompok tersebut. Para peneliti memberi beberapa alasan untuk penemuan mereka. Satu hipotesis adalah bahwa terapi valasiklovir menurunkan jumlah virus HIV yang keluar dengan mengurangi viral load pada perempuan yang tidak memakai ART. Para peneliti menganggap bahwa ini dapat terjadi karena dampak dari valasiklovir pada mekanisme kekebalan tubuh; sebuah dampak dari obat tersebut pada sel yang terinfeksi HIV; atau hambatan pada virus terkait herpes lain. Para peneliti juga menekankan bahwa valasiklovir menekan keluarnya virus HSV-2 dari vagina, sehingga jumlah virus di vagina berkurang. Mereka mengingatkan bahwa data ini tidak secara tegas menunjukkan bahwa valasiklovir cukup untuk mengurangi penularan HIV. Secara bijaksana mereka berpendapat bahwa hipotesis ini perlu ditinjau kembali dengan uji coba klinis yang tengah dilaksanakan, misalnya penelitian yang sedang dilakukan oleh Connie Cellum dan Jaringan Percobaan Pencegahan HIV (The HIV Prevention Trials Network) Akan tetapi, mereka secara benar menyatakan bahwa ini adalah uji coba secara acak yang pertama kali menunjukkan dampak biologis HSV-2 pada penularan HIV. Demikian halnya, mereka dengan sangat hati-hati menghimbau untuk terus mendorong hubungan seks yang aman pada Odha yang menerima ART, karena ditemukan bahwa sampai dengan dua per tiga perempuan yang menerima ART masih mengeluarkan HIV setelah 20 minggu. Ringkasan: Anti-herpes therapy reduces genital and plasma HIV viral load in women not taking HIV therapy Sumber: Mayaud P et al. Herpes simplex virus type-2 (HSV-2) suppressive therapy to reduce genital and plasma HIV-1 RNA: overview of the ARNS 1285 trials, potential mechanisms for future interventions. Sixteenth International AIDS Conference, Toronto, abstract TUA0501, Nagot N et al. Impact of valacyclovir on genital and plasma HIV-1 RNA: a randomised controlled trial among women taking HAART (ARNS 1285b). Sixteenth International AIDS Conference, Toronto, abstract TUPE0402, Sahabat Senandika No. 50

7 Suplemen Seng tidak memperbaiki diare terkait HIV pada orang dewasa New York (Reuters Health) 9 November 2006 Laporan dari tim peneliti internasional menyatakan bahwa pengobatan selama dua minggu dengan 50mg Seng dua kali sehari tidak mengurangi atau menghilangkan diare pada orang dewasa terinfeksi HIV. Penulis menjelaskan bahwa suplemen Seng telah disarankan untuk mengurangi kejadian serta keparahan diare pada anak-anak, tetapi tidak jelas apakah Seng meringankan diare pada orang dewasa terinfeksi HIV. Dr. King K. Holmes dari Universitas Washington, Seattle beserta rekan menyelidiki kemungkinan apakah tambahan Seng (50mg dua kali sehari selama dua minggu) dapat mempengaruhi kelanjutan atau keparahan diare pada 159 orang dewasa terinfeksi HIV di Peru yang mengalami diare paling sedikit tujuh hari. Penemuan ini dilaporkan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes edisi Oktober Penulis melaporkan bahwa dibandingkan dengan pemberian plasebo, suplemen Seng tidak mengurangi frekwensi diare. Gejala lambung-usus lain dan demam muncul dengan frekwensi yang serupa pada kedua kelompok. Para peneliti berpendapat bahwa, Pengobatan yang lebih lama atau pemantauan lebih dari dua minggu telah menunjukkan manfaat. Akan tetapi manfaat suplemen Seng terhadap diare pada anakanak menjadi nyata setelah hari ke empat pemberian suplemen Seng. Penelitian mendatang tentang diare terkait HIV pada orang dewasa di negara berkembang harus menilai intervensi antimikroba yang berpotensi lebih efektif agar mendasari pedoman untuk algoritme pengobatan antimikroba empiris, demikian disimpulkan oleh penulis. Ringkasan: Zinc Supplements Don t Improve HIV-Related Diarrhea in Adults Sumber: J Acquir Immune Defic Syndr 2006;43: Tips Tips untuk Odha Kepopuleran (kacang) kedelai di kita bukan saja karena murah harganya, tetapi juga merupakan bahan makanan yang cukup efisien, di samping memang bernilai gizi tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi itu saja, menurut perkiraan kasar, tiap orang Indonesia rata-rata memerlukan tidak kurang dari 4 kg tiap tahunnya. Kedelai juga terkenal di seluruh dunia sebagai jenis kacang-kacangan yang paling tinggi kadar proteinnya; kecuali itu macam-macam vitamin pun banyak terdapat dalam biji kedelai. Jangan anggap remeh bahan nabati ini karena ia sungguh kaya akan gizi; bahkan nilai proteinnya nyaris sama dengan protein hewani. Berikut ini adalah cara membuat susu kedelai: Kedelai direndam air selama 5-10 jam. Kemudian dibuang airnya. Kedelai basah dituangi air mendidih, dengan perbandingan 9 bagian air dan 2 bagian kedelai. Temperatur dijaga 80 derajat celcius pada setiap saat. Disaring dengan kain linen putih. Blender kacang kedelai kemudian direbus dan ditambahkan gula secukupnya. Susu kedelai yang diperoleh dapat diperlakukan sebagai susu kedelai segar atau susu kedelai dalam botol. Apabila yang diinginkan susu kedelai segar, maka perlakuan selanjutnya adalah: Menjaga susu kedelai tetap sama selama menit untuk menghancurkan antrypsin. Soalnya antrypsin ini dapat menghilangkan trypsin yang diperlukan untuk mencerna protein. Tambahkan gula, aroma, dll. Susu kedelai segar ini tahan selama delapan jam. Tetapi kalau dimasukkan ke dalam lemari es, susu ini dapat bertahan lebih lama, yaitu 1-5 hari. Apabila yang diinginkan susu kedelai dalam botol, maka perlakuan selanjutnya adalah sebagai berikut: Tambahkan gula dan beberapa zat gizi mikro (vitamin dan mineral), dan aroma. Masukkan susu kedelai ke dalam botol. Lakukan sterilisasi dengan pemanasan selama 12 menit pada temperatur 121 derajat celcius. Hasil produk ini bisa bertahan selama 6 bulan. Sumber: Intisari Seri Kembali ke alam Kumpulan artikel makanan sehat Januari

8 Tanya Jawab Tanya Jawab T: Apakah istri saya bisa hamil, kalau dia menggunakan kombinasi ARV Stavudin+Hiviral+Efavirenz? Karena yang saya tahu dia harus mengganti dengan NVP, ada juga informasi yang saya dapatkan kalau sampai hamil Efavirenznya aja yang di stop? Saya sangat membutuhkan jawaban..!! J: Efavirenz adalah satu-satunya obat antiretroviral (ARV) yang tidak boleh dipakai oleh ibu hamil, dan diusulkan tidak dipakai oleh perempuan yang mungkin bisa jadi hamil. Alasannya karena terbukti dapat menimbulkan cacat pada janin, terutama pada triwulan pertama kehamilan. Kalau perempuan yang memakai efavirenz ingin hamil, atau ada risiko dapat menjadi hamil, efavirenz harus diganti (tidak di-stop!). Biasanya obat pengganti adalah nevirapine, tetapi bila tidak tahan dengan nevirapine karena efek samping, alternatif lain adalah Kaletra (protease inhibitor, biasa dicadangkan untuk lini kedua). Bila dipakai Kaletra, takaran harus ditingkatkan pada triwulan ketiga kehamilan sampai dengan dua minggu setelah melahirkan. Obat lain (stavudin/d4t dan Hiviral/3TC) tidak menimbulkan masalah. Diambil dari rubrik Tanya Jawab di website Spiritia. Positive Fund Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia Periode Januari 2007 Saldo awal 1 Januari ,058,169 Penerimaan di bulan Januari ,000+ Total penerimaan 9,358,169 Pengeluaran selama bulan Januari : Item Jumlah Pengobatan 532,000 Transportasi 0 Komunikasi 0 Peralatan / Pemeliharaan 0 Modal Usaha 0+ Total pengeluaran 532,000- Saldo akhir Positive Fund per 31 Januari ,826,169 Sahabat Senandika Diterbitkan sekali sebulan oleh Yayasan Spiritia dengan dukungan THE FORD FOUNDATION Kantor Redaksi: Jl. Johar Baru Utara V No 17 Jakarta Pusat Telp: (021) dan (021) Fax: (021) yayasan_spiritia@yahoo.com Editor: Caroline Thomas Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. 8 Sahabat Senandika No. 50

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-10

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-10 Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-10 Simposium Bangkok HIV HIV-NAT dilakukan setiap tahun pada bulan Januari. Pada 2008 Simposium ke-10 dilakukan, dan untuk ketiga kali, Babe untung dapat mengikutinya.

Lebih terperinci

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Update tentang Pengobatan HIV 1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda. Perkenalkan sesi ini sebagai ringkasan yang sangat singkat mengenai perkembangan dalam perawatan,

Lebih terperinci

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada

Lebih terperinci

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV Tuberkulosis (TB) mewakili ancaman yang bermakna pada kesehatan

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Buku ini adalah terjemahan dan penyesuaian dari HIV, Pregnancy

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id, Situs

Lebih terperinci

VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak

VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak Pertimbangan untuk pengobatan dengan pendekatan

Lebih terperinci

Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9

Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9 Saya menghadiri 9th Bangkok Symposium on HIV Medicine (Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9), dilaksanakan oleh HIV-NAT 18-20 Januari, didanai oleh IHPCP. Pertemuan ini terutama membidik profesional medis

Lebih terperinci

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis

Lebih terperinci

Pelatihan Pendidik Pengobatan

Pelatihan Pendidik Pengobatan Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun

Lebih terperinci

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 38, Januari 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9 (1) Oleh Babe, 22 Januari

Lebih terperinci

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi Kepatuhan yang kurang, tingkat obat yang tidak cukup, resistansi

Lebih terperinci

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak

Lebih terperinci

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan

Lebih terperinci

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? HEALTH Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Chris W Green Spiritia Jl. Kemiri No.10, Gondangdia,

Lebih terperinci

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular?

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular? Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri

Lebih terperinci

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Dr. Muh. Ilhamy, SpOG Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Kesmas, Depkes RI Pertemuan Update Pedoman Nasional PMTCT Bogor, 4

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAA 2.1 Epidemiologi HIV/AIDS Secara global Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan kasusa HIV tertinggi dia Asia sejumlah 380.000 kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? SERI BUKU KECIL Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? Oleh Chris W. Green Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-12

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-12 Simposium Bangkok HIV HIV-NAT dilakukan setiap tahun pada bulan Januari. Pada 2009 Simposium ke-12 dilakukan, dan untuk keempat kali, Babe untung dapat mengikutinya. Ini ada laporan Babe mengenai kesan

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 33, Agustus 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan menjadi Fasilitator perempuan positif se-asia Tenggara Jakarta, 14-20 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 54, Mei 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha Wilayah Jawa II. Salatiga, 6-10 Mei 2007 Oleh: Dhayan Dirgantara Pertemuan

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 45, Agustus 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Konferensi AIDS Internasional XVI, Toronto, 13-18 Agustus 2006 Oleh: Siradj Okta

Lebih terperinci

Penanganan HBV dan HCV sebagai Koinfeksi HIV

Penanganan HBV dan HCV sebagai Koinfeksi HIV Oleh: Babe, 15 Februari 2007 Saya baru saja ikut Kursus Singkat Nasional Penanganan Hepatitis B dan Hepatitis C, diselenggarakan oleh Sekretariat HIV/AIDS PB IDI sebagai Pra-Pertemuan Nasional HIV-AIDS

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 43, Juni 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan United Nations General Assembly Special Session on HIV/AIDS. New York, 31 Mei - 2 Juni

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 5, April 2003 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Pidato Suzana Murni pada 6th ICAAP Melbourne Memecah Penghalang Pada Oktober 2001, Suzana Murni memberi

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 27, Februari 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha se-jawa Oleh Siradj Okta Yayasan Spiritia baru saja menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 28, Maret 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Lampung, 14 20 Maret 2005 Oleh Odon Bayu Pradjanto Pertengahan

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 39, Februari 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha Wilayah se-kalimantan 12-15 Februari 2006 Oleh: Siradj Okta Pada

Lebih terperinci

CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV. Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi

CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV. Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 21, Agustus 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Pengalaman... Laporan Program ARV di Afrika Selatan Oleh Keith Alcorn, 27 April 2004 Para peneliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau

I. PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau I. PENDAHULUAN Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusiaakibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh? Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV

BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV Anak dengan pajanan HIV Penilaian kemungkinan infeksi HIV Dengan memeriksa: Status penyakit HIV pada ibu Pajanan ibu dan bayi terhadap ARV Cara kelahiran dan laktasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di dunia, dimana penderita HIV terbanyak berada di benua Afrika dan Asia. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di 1 BAB II PENDAHULUANN 1.1 Latar Belakangg Humann Immunodeficiencyy Viruss (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di dunia, dimana jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia. Berdasarkan data yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini

Lebih terperinci

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab dari timbulnya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih menjadi masalah kesehatan utama secara

Lebih terperinci

PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis

PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis Yuda Hananta 29 mei 2017 Tujuan Memahami rekomendasi terbaru tentang PrEP Mengidentifikasi kelompok yang cocok mendapatkan PrEP Mempelajari bagaimana pengelolaan program

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 14, Januari 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Mengikuti Konferensi Internasional Oleh Siradj Okta Salah satu program

Lebih terperinci

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 55, Juni 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Pontianak, 3-7 Juni 2007 Oleh: Caroline Thomas Pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsi. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

Oleh: Logan Cochrane

Oleh: Logan Cochrane Oleh: Logan Cochrane Pengenalan P. Kepanjangan dari apakah HIV itu? J.Human Immuno-deficiency Virus P. Kepanjangan dari apakah AIDS? J. Acquired Immune Deficiency Syndrome Keduanya memiliki hubungan sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno Deficiency Syndrome(AIDS) saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun

Lebih terperinci

HEPATITIS FUNGSI HATI

HEPATITIS FUNGSI HATI HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 18, Mei 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Akreditasi Fasilitas Layanan Kesehatan Oleh Babe Saya mengikuti WHO Consultation on Accreditation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 24, November 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Kunjungan ke Afrika Selatan (bagian II) Oleh Babe Kunjungan ke MSF Khayelitsha Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS dapat terjadi pada hampir semua penduduk di seluruh dunia, termasuk penduduk Indonesia. AIDS merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat menurunnya

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 59, Oktober 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Evaluasi tahunan Yayasan Spiritia 22-25 Oktober 2007 Oleh: Caroline Thomas Pada tahun

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 65, April 2008 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha Propinsi Kalimantan Barat II Pontianak, 17-19 Mei 2008 Oleh: Fransisca

Lebih terperinci

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 )

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 ) STUDI PENGGUNAAN ANTIRETROVIRAL PADA PENDERITA HIV(Human Immunodeficiency Virus) POSITIF DI KLINIK VOLUNTARY CONSELING AND TESTING RSUD dr. SOEBANDI JEMBER Periode 1 Agustus 2007-30 September 2008 SKRIPSI

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 48, November 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Konsultasi untuk Perpaduan Layanan Pencegahan dan Pengelolaan Infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Yasin

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 37, Desember 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Partisipasi Spiritia dalam workshop PMI Oleh: O. Baju. Bradjanto Pada tanggal 12

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh adanya infeksi

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 16, Maret 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan UNOHCHR Expert Meeting di Bangkok Oleh Frika Tanggal 23-24 Maret 2004, UNOHCHR (United

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-14

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-14 Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-14 Simposium Bangkok HIV HIV-NAT dilakukan setiap tahun pada bulan Januari. Pada 2011 Simposium ke-14 dilakukan, dan untuk kelima kali, Babe untung dapat mengikutinya.

Lebih terperinci

Infeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati

Infeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati Infeksi HIV pada Anak Nia Kurniati Topik Transmisi Diagnosis Manajemen Transmisi Vertikal Kehamilan Persalinan Laktasi Horisontal Sama seperti penularan pada orang dewasa Case 1 Seorang anak perempuan,

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 26, Januari 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Diseminasi Hasil Proyek Dokumentasi Pelanggaran HAM terhadap Odha Fase 2 Jakarta,

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha. Daftar Isi

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha. Daftar Isi Yayasan Spiritia No. 32, Juli 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Keterampilan Kelompok Dukungan Sebaya Oleh: Siradj Okta Pada tanggal 14 sampai

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS). iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir dekade ini telah di jumpai berbagai macam penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 52, Maret 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KDS se-jakarta dan sekitarnya. Jakarta, 6-7 Maret 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan

BAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

2 pertama kehidupan Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infe

2 pertama kehidupan Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infe TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjlasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Bukti dari adanya epidemi AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) ditemukan pada pertengahan antara musim semi dan musim dingin di tahun 1980. Antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT) LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan ODHA Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Tahun 2012

Lebih terperinci