Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV
|
|
- Suhendra Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan bahwa bayi dan anak dapat memperoleh perawatan dan pengobatan HIV serta membantu penatalaksanaan klinis. Diagnosis infeksi HIV secara definitif dalam anak pada usia apa pun membutuhkan tes diagnostik yang mengkonfirmasikan adanya antibodi HIV. Namun, karena antibodi HIV ibu yang dipindahkan secara pasif waktu kehamilan dapat ditahan selama 18 bulan dalam anak yang dilahirkan oleh ibu terinfeksi HIV (8), penafsiran hasil tes antibodi yang positif adalah sulit pada anak di bawah usia ini. Jadi untuk mendiagnosis infeksi HIV secara definitif dalam anak berusia di bawah 18 bulan, tes yang mendeteksi virus atau unsurnya (yaitu tes virologis) dibutuhkan. Tes virologis yang dapat dipakai dengan anak termasuk: tes yang mendeteksi DNA HIV (9); tes yang mendeteksi RNA HIV (10-13); tes yang mendeteksi antigen p24 (14-16). Teknologi untuk tes virologis sering dianggap terlalu mahal dan rumit untuk disebarkan dalam rangkaian terbatas sumber daya. PCR real time mendeteksikan RNA-HIV dan DNA-HIV dan beberapa alat otomatis disediakan secara komersial. Cara ini menjadi lebih murah dan mudah untuk dibakukan dibandingkan cara PCR sebelumnya, dengan memberi beberapa manfaat dalam diagnosis infeksi HIV secara dini dalam anak, serta pemantauan efektivitas ART (17). Tes p24 ultrapeka (Up24Ag) juga menjanjikan alternatif untuk dipakai dalam rangkaian terbatas sumber daya (18). Evaluasi teknologi jenis ini membutuhkan penelitian lebih lanjut dan standardisasi secara mendesak. Tanpa memandang teknologi tes yang akan dipakai secara lebih luas, keandalan laboratorium harus dipastikan terus-menerus dengan penilaian standar mutu. Pengambilan contoh darah dari anak muda dapat sulit, dan contoh harus segera dikirim kepada laboratorium. Baru ini, penggunaan dried blood spots (DBS, darah yang dibekukan) baik untuk tes DNA- HIV maupun untuk tes RNA-HIV serta untuk tes Up24Ag dibuktikan kuat dan dapat diandalkan (19-26). DBS tidak membutuhkan tusukan pada pembuluh darah tetapi dapat diperoleh dengan memakai darah dari jari atau tumit. Contoh ini mengurangi risiko dibandingkan contoh cairan, adalah stabil pada suhu ruang untuk waktu yang lama, dan lebih mudah dikirim, demikian memudahkan tes laboratorium yang dipusatkan (19). Penggunaan DBS harus diterapkan lebih luas agar meningkatkan akses pada tes virologis dalam berbagai rangkaian terbatas sumber daya. Program nasional bertanggung jawab untuk PMTCT dan ketersediaan ART harus berjuang untuk memastikan bahwa protokol diagnostik disusun untuk tes bayi dan anak yang terpajan HIV secara sistematis, serta juga anak bergejala bila HIV dicurigai, termasuk ketersediaan tes virologis yang memungkinkan diagnosis infeksi HIV secara dini pada anak muda. Identifikasi dan tindak lanjut terhadap bayi dilahirkan oleh perempuan terinfeksi HIV adalah langkah pertama yang dibutuhkan untuk diagnosis bayi. Harus ditekankan bahwa anak berusia di bawah 18 bulan yang diketahui atau dicurigai terpajan HIV harus dipantau secara ketat dan dari awal hidup harus diberi manfaat dari tindakan seperti profilaksis kotrimoksazol, walaupun tes virologis tidak tersedia untuk mendiagnosis HIV secara definitif. Walaupun tes antibodi HIV tidak dapat dipakai untuk diagnosis infeksi HIV secara definitif pada bayi berusia di bawah 18 bulan, tes itu dapat berguna untuk identifikasi bayi yang kemungkinan tidak terinfeksi sedini berusia 9 sampai 12 bulan asal mereka tidak disusui atau ASI dihentikan enam minggu atau lebih sebelum tes antibodi, karena kebanyakan bayi terpajan HIV tetapi tidak terinfeksinya menghilang antibodi ibu pada usia 12 bulan. Pada anak berusia 18 bulan atau lebih, tes antibodi HIV, termasuk tes antibodi cepat (tes cepat atau tes laboratorium mis. ELISA atau kombinasi keduanya) dapat diandalkan untuk mendiagnosis infeksi HIV secara definitif seperti dengan orang dewasa (ii). i Usulan teknis mengenai diagnosis dan definisi kasus untuk infeksi HIV pada bayi dan anak diterbitkan secara terpisah dan diperbarui pada ii Algoritme tepat atau kombinasi tes dibutuhkan untuk diagnosis infeksi HIV untuk maksud diagnosis atau surevilans dijelaskan pada referensi 25 Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia
2 Penanaman modal oleh para pemerintah untuk meningkatkan akses pada diagnosis HIV secara dini dapat mengakibatkan peningkatan yang bermakna pada efisiensi program PMTCT dalam mengidentifikasikan anak terinfeksi HIV, memudahkan penatalaksanaan medis, mengurangi morbiditas dan mortalitas, dan meningkatkan mutu hidup. Tambahan, diagnosis dini menawarkan manfaat lain selain penghematan ekonomi (27). Anak mungkin punya atau tidak punya orang tua yang masih hidup atau seorang wali secara hukum, dan masalah persetujuan, kompetensi untuk menyetujui, mengungkapkan status, kerahasiaan dan konseling harus dipertimbangkan. Kebijakan nasional harus jelas dalam usulannya mengenai bagaimana layanan tes HIV dapat diberikan pada bayi dan anak, dan program harus memastikan adanya perangkat dan sumber daya memberi tuntunan yang jelas dan spesifik mengenai informed consent, konseling dan pengungkapan status untuk anak. Bila infeksi HIV didiagnosis pada anak muda atau bayi, ibunya sendiri juga umumnya terinfeksi HIV, dan pasangan atau kakak-adik kandung mungkin juga terinfeksi. Jadi, konseling dan dukungan yang sesuai harus diberikan pada keluarga waktu tes untuk HIV pada anak. Anak berusia di bawah 18 bulan Diagnosis infeksi HIV laboratorium yang definitif pada anak berusia di bawah 18 bulan hanya dapat dilakukan dengan tes virologis. Untuk maksud penatalaksanan klinis termasuk permulaan ART pada tempat dengan akses pada tes virologis tersebut terbatas, WHO mengusulkan bahwa tes virologis pertama sebaiknya dilakukan pada kurang lebih 6 minggu setelah lahir (28-30). Walau tes virologis lebih dini, dalam 48 jam pertama hidup bayi yang terpajan HIV, dapat mengidentifikasi bayi yang terinfeksi dalam kandungan, bayi yang terinfeksi saat akhir kehamilan atau persalinan akan menunjukkan hasil tes virologis yang negatif pada saat itu. Pada usia 4 minggu, tes virologis mendekati sensitivitas 98 persen (30). Melakukan tes virologis pertama pada usia 6 minggu dianggap lebih efisien secara program. Namun hasil tes virologis yang positif pada usia apa pun dianggap mendiagnosis infeksi HIV. Sebaiknya tes ulang pada contoh darah yang lain dilakukan untuk mengkonfirmasi tes pertama. Namun diakui bahwa tes virologis ulang pada contoh yang sama atau yang baru untuk konfirmasi barangkali tidak dimungkinkan dalam rangkaian terbatas sumber daya. Dalam keadaan tersebut, keandalan laboratorium (ditentukan oleh penilaian mutu standar) adalah asas untuk memastikan hasil tes yang dapat dipercayai. Pada anak yang didiagnosis infeksi HIV berdasarkan satu tes virologis yang positif, tes antibodi HIV sebaiknya dilakukan setelah usia 18 bulan untuk mengkonfirmasikan infeksi HIV (Gambar 1). Diagnosis Infeksi HIV pada bayi yang disusui Bila bayi atau anak disusui, dia tetap berisiko terinfeksi HIV selama masa menyusui. Oleh karena itu, hasil tes virologis yang negatif pada bayi yang disusui terus tidak mengesampingkan infeksi HIV. Berdasarkan pendapat para ahli, WHO mengusulkan bahwa tes virologis untuk mendeteksi infeksi HIV dilakukan sedikitnya enam minggu atau lebih setelah penyusuan dihentikan total. Bila anak berusia 9-18 bulan saat penyusuan dihentikan, tes antibodi HIV dapat dilakukan sebelum tes virologis karena tes antibodi HIV lebih murah dan sering lebih mudah dilakukan dibandingkan tes virologis. Hanya bayi dan anak yang masih mempunyai antibodi HIV (yaitu mereka yang terinfeksi HIV atau mereka yang tetap mempunyai antibodi ibu) kemungkinan terinfeksi HIV dan demikian membutuhkan tes virologis sebagai diagnosis definitif infeksi (Gambar 1) (i). Bayi dan anak terpajan HIV dan bergejala Bila tes virologis tidak umumnya tersedia, anak apa pun berusia di bawah 12 bulan yang diketahui terpajan HIV dan mengembangkan tanda atau gejala infeksi HIV harus dirujuk untuk tes virologis. Hasil virologis yang positif pada bayi atau anak bergejala mengindikasikan infeksi HIV. i Jangka waktu yang persis yang dibutuhkan oleh anak untuk mengembangkan antibodi HIV bila tertular HIV saat lahir belum diketahui. IV 2
3 Bayi dan anak terpajan HIV tanpa gejala Pada usia 12 bulan kebanyakan anak terpajan HIV sudah menghilangkan antibodi ibunya, dan tes antibodi HIV-positif pada usia tersebut dapat dianggap mengindikasikan infeksi HIV (yaitu 94,5% seroreversi pada usia 12 bulan) (31-33). Status ini harus dikonfirmasikan dengan tes antibodi ulang pada usia 18 bulan. Diagnosis infeksi HIV bila ibu atau bayi sudah menerima obat ARV untuk PMTCT Bila tes DNA HIV dipakai untuk diagnosis, penggunaan obat ARV oleh ibu atau bayi untuk PMTCT tidak akan mempengaruhi hasil. DNA HIV tetap terdeteksi dalam sel mononuklear darah perifer dari anak terinfeksi HIV yang pernah menerima ART dan mempunyai replikasi virus tidak terdeteksi bila diukur dengan tes RNA HIV, dan oleh karena itu tes DNA HIV dapat dilakukan pada bayi yang pernah menerima ARV untuk mencegah penularan infeksi HIV dari ibu-ke-bayi. Ada keraguan teoretis mengenai sensitivitas tes RNA HIV atau antigen Up24. Namun para ahli mengusulkan digunakan tes RNA atau Up24 pada usia di atas 6 minggu, berdasarkan data yang saat ini tersedia (12, 13, 26). Diagnosis infeksi bila ibu memakai ART Juga masih ada keraguan teoretis mengenai apakah penggunaan ART oleh ibu selama menyusui berdampak pada deteksi RNA HIV atau p24 dalam bayi berdasarkan tingkat ARV yang relatif tinggi yang ditemukan pada bayi dari ibu tersebut (34). Deteksi DNA tidak dipengaruhi oleh ART ibu. Para ahli mengusulkan bahwa semua cara tes virologis di atas dapat dipakai dari usia 6 minggu walau ibu menyusui dan memakai ART. Anak berusia 18 bulan ke atas Diagnosis HIV secara definitif pada anak berusia 18 bulan ke atas (dengan pajanan HIV diketahui atau tidak) dapat dilakukan dengan tes antibodi, termasuk tes cepat, sesuai dengan algoritme tes yang baku untuk orang dewasa (Gambar 1). Konfirmasi hasil tes antibodi yang positif harus mengikuti algoritme tes nasional yang baku, dan sedikitnya harus meliputi tes rangkap dengan tes antibodi HIV berbeda (35, 36). Penggunaan tes antibodi yang cepat untuk diagnosis bermanfaat karena hasilnya tersedia pada saat kunjungan ke klinik. Diagnosis infeksi HIV secara klinis presumptif Belum ditemukan satu algoritme klinis tunggal yang terbukti mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk diagnosis infeksi HIV. Algoritme klinis jarang mempunyai sensitivitas di atas 70% untuk diagnosis infeksi secara tepat (37), dan ketepatan berubah secara bermana dengan usia, terutama kurang tepat pada anak berusia di bawah 12 bulan (38). Tes antibodi HIV, terutama tes cepat, dan peningkatan akses pada tes virologis secara dini harus disediakan untuk membantu para dokter menerapkan algoritme diagnosis yang lebih baik. Namun penggunaan algoritme klinis mungkin dibutuhkan untuk memulai pengobatan yang menyelamatkan jiwa seorang anak yang sakit berat di bawah usia 18 bulan. Saat ini, belum ada cukup data untuk membuat usulan yang kuat mengenai penggunaan algoritme klinis bergabung dengan pengukuran CD4 atau parameter lain untuk memastikan infeksi HIV. Harus ditekankan bahwa menentukan stadium klinis WHO untuk penyakit HIV hanya dapat dilakukan bila infeksi HIV sudah dipastikan. Anak di bawah usia 18 bulan Untuk bayi dan anak berusia di bawah 18 bulan bila tes virologis belum tersedia tetapi dengan gejala yang memberi kesan adanya infeksi HIV, diagnosis klinis presumptif infeksi HIV berat mungkin dibutuhkan agar membolehkan pengambilan keputusan mengenai permulaan ART yang berpotensi menyelamatkan jiwa (lihat Bagian V). IV 3
4 WHO mendorong para peneliti dan program nasional untuk mensahihkan pendekatan diagnosis klinis presumptif pada anak di bawah usia 18 bulan, termasuk penelitian untuk memastikan apakah CD4% atau rasio CD4/CD8 digabung dengan tanda dan gejala klinis membantu diagnosis infeksi HIV lebih dini. WHO mendesak program nasional untuk meningkatkan akses pada tes diagnostik untuk infeksi HIV buat semua bayi yang dilahirkan oleh perempuan terinfeksi HIV. Perkembangan tes yang cocok untuk rangkaian terbatas sumber daya yang memungkinkan diagnosis infeksi HIV secara dini pada bayi adalah sangat penting untuk penerapan usulan terkait permulaan perawatan yang sesuai, termasuk ART pada anak berusia di bawah 18 bulan. Anak berusia 18 bulan atau lebih Untuk anak berusia 18 bulan atau lebih dengan tanda atau gejala yang memberi kesan adanya HIV, WHO mengusulkan secara kuat penggunaan tes antibodi sesuai dengan protokol nasional agar mendiagnosis infeksi HIV (Tabel 2 & Gambar 1). Dengan demikian, diagnosis klinis presumptif penyakit HIV yang berat tidak diindikasikan karena tes antibodi HIV baku adalah cukup untuk mendiagnosis HIV pada kelompok usia ini. Beberapa keadaan klinis sangat tidak umum tanpa infeksi HIV (mis. pneumonia Pneumocystis, kandidiasis tenggorokan, pneumonia interstitial limfoid, sarkoma Kaposi, meningitis kriptokokal), demikian diagnosis masalah ini memberi kesan adanya infeksi HIV dan mendesak kebutuhan akan melakukan tes antibodi HIV. Tabel 2 merangkumkan metodologi diusulkan untuk memastikan adanya infeksi HIV. Tabel 2. Rangkuman usulan mengenai cara memastikan adanya infeksi HIV pada bayi dan anak Cara diagnosis Usulan untuk penggunaan Kekuatan usulan/tingkat bukti Cara virologis Tes antibodi HIV Untuk diagnosis infeksi pada bayi dan anak berusia di bawah 18 bulan; tes awal diusulkan pada usia 6 minggu Untuk diagnosis infeksi HIV pada ibu atau identifikasi pajanan HIV pada bayi Untuk diagnosis infeksi HIV pada anak berusia 18 bulan ke atas Untuk mengindentifikasi anak yang antibodi HIVpositif berusia di bawah 18 bulan dan dukung diagnosis klinis presumptif penyakit HIV yang berat untuk memungkinkan permulaan ART Untuk kesampingkan infeksi HIV bila antibodi HIV-negatif pada anak berusia di bawah 18 bulan yang terpajan HIV dan belum pernah disusui Untuk kesampingkan infeksi HIV bila antibodi HIV-negatif pada anak berusia di bawah 18 bulan yang terpajan HIV dan berhenti disusui selama lebih dari 6 minggu HIV DNA [] HIV RNA [] U p24 ag [C(II)] A(IV) a a Anak berusia di bawah 18 bulan yang tes antibodi HIV-positif termasuk mereka yang benar-benar terinfeksi HIV dan mereka yang masih mempunyai antibodi ibu tetapi tidak terinfeksi. Pada usia 12 bulan kebanyakan anak tidak terinfeksi sudah hilang antibodi ibu dan tes antibodi HIV-positif pada saat itu umumnya mengindikasikan infeksi HIV, walau tes konfirmasi pada usia 18 bulan diusulkan. A(IV) IV 4
5 Gambar 1. Memastikan adanya infeksi HIV pada anak berusia di bawah 18 bulan terpajan HIV dalam rangkaian terbatas sumber daya untuk memudahkan ART dan perawatan HIV Anak tidak disusui Anak disusui Tes virologis diagnostik dari usia 6 minggu Hasil tes negatif Hasil tes positif Hasil tes negatif Anak tidak terinfeksi Anak terinfeksi Merujuk untuk pengobatan dan perawatan HIV termasuk mulai ART Anak tetap berisiko terinfeksi HIV sampai penyusuan dihenti total a Anak mengembangkan tanda atau gejala mengesankan HIV Anak tetap sehat Tidak disusui Tes virologis tersedia Tes diagnostik HIV b,c Tes virologis tidak tersedia Tes tindak lanjut berkala sesuai usulan program nasional d Tes virologis positif Tes antibodi HIV e Disusui Anak terinfeksi Antibodi HIV positif Penyakit HIV presumptif parah Merujuk untuk penilaian untuk pengobatan dan perawatan termasuk mulai ART a Risiko penularan HIV tetap ada bila penyusuan diteruskan setelah usia 18 bulan. b Bayi di atas usia 9 bulan dapat dites pada awal dengan tes antibodi HIV, karena mereka yang HIV Ab negatif tidak terinfeksi HIV, walau masih berisko tertular bila tetap disusui. c Pada anak di atas usia 18 bulan, te antibodi adalah definitif. d Umumnya tes antibodi HIV dari usia 9-18 bulan. e Bila tes virologis tidak terjangkau, tes antibodi HIV sebaiknya dilakukan, mungkin dibutuhkan untuk ambil diagnosis klinis presumptif penyakit HIV parah pada anak dengan hasil tes antibodi positif (lihat Boks 1). Harus diupayakan untuk memastikan diagnosis secepat mungkin. IV 5
V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak
Lebih terperinciX. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi Kepatuhan yang kurang, tingkat obat yang tidak cukup, resistansi
Lebih terperinciHIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi
Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi
Lebih terperinciXII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV Tuberkulosis (TB) mewakili ancaman yang bermakna pada kesehatan
Lebih terperinciTerapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:
Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada
Lebih terperinciPEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK Endang Retnowati Departemen/Instalasi Patologi Klinik Tim Medik HIV FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 15 16 Juli 2011
Lebih terperinciNama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS
Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.
Lebih terperinciInfeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati
Infeksi HIV pada Anak Nia Kurniati Topik Transmisi Diagnosis Manajemen Transmisi Vertikal Kehamilan Persalinan Laktasi Horisontal Sama seperti penularan pada orang dewasa Case 1 Seorang anak perempuan,
Lebih terperinciHIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia
SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Buku ini adalah terjemahan dan penyesuaian dari HIV, Pregnancy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinciDarah donor dan produk darah yang digunakan pada penelitian medis diperiksa kandungan HIVnya.
Darah donor dan produk darah yang digunakan pada penelitian medis diperiksa kandungan HIVnya. Tes HIV umum, termasuk imuno-assay enzim HIV dan pengujian Western blot mendeteksi antibodi HIV pada serum,
Lebih terperinciVI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak Pertimbangan untuk pengobatan dengan pendekatan
Lebih terperinciBAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV
BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV Anak dengan pajanan HIV Penilaian kemungkinan infeksi HIV Dengan memeriksa: Status penyakit HIV pada ibu Pajanan ibu dan bayi terhadap ARV Cara kelahiran dan laktasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari
Lebih terperinciPemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP
Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) memerlukan deteksi cepat untuk kepentingan diagnosis dan
Lebih terperinciHIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan
SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id, Situs
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini
Lebih terperinciPelatihan Pendidik Pengobatan
Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun
Lebih terperinciPemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba
Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Dr. Muh. Ilhamy, SpOG Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Kesmas, Depkes RI Pertemuan Update Pedoman Nasional PMTCT Bogor, 4
Lebih terperinciJangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti
Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV
Lebih terperinciMasalah infeksi HIV dan rantai penularannya. Evaluasi Program Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) di RSAB Harapan Kita Jakarta
Artikel Asli Evaluasi Program Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) di RSAB Harapan Kita Jakarta Martani Widjajanti Kelompok Kerja Alergi Imunologi SMF Anak RSAB Harapan Kita Jakarta Latar
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciEtiology dan Faktor Resiko
Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Penyakit human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu retrovirus yang berasal dari famili
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diagnosis tuberkulosis (TB) paru pada anak masih menjadi masalah serius hingga saat ini. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis tuberkulosis (TB) paru pada anak masih menjadi masalah serius hingga saat ini. Hal ini disebabkan karena kesulitan yang dihadapi untuk mendiagnosis TB paru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus RNA yang dapat menyebabkan penyakit klinis, yang kita kenal sebagai Acquired Immunodeficiency
Lebih terperinciCheaper HIV viral load in-house assay and simplified HIV Test Algorithm
Cheaper HIV viral load in-house assay and simplified HIV Test Algorithm Agnes R Indrati Clinical Pathology dept, Hasan Sadikin hospital/ University of Padjadjaran Bandung Diperesentasikan pada: 3 rd Bandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus RNA berpilin tunggal. HIV menginfeksi dan membunuh helper (CD4) T lymphocytes. Sel-sel lainnya yang mempunyai protein
Lebih terperinciPengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai?
Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? HEALTH Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Chris W Green Spiritia Jl. Kemiri No.10, Gondangdia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama
Lebih terperinciPertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas
Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Update tentang Pengobatan HIV 1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda. Perkenalkan sesi ini sebagai ringkasan yang sangat singkat mengenai perkembangan dalam perawatan,
Lebih terperinciVIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciSTRATEGI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI KONSELOR VCT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BEROBAT PADA PASIEN HIV DI RSUD KABUPATEN KARAWANG
STRATEGI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI KONSELOR VCT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BEROBAT PADA PASIEN HIV DI RSUD KABUPATEN KARAWANG Studi Kasus Mengenai Strategi Komunikasi Antar Pribadi Konselor VCT Dalam
Lebih terperinciHIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan
HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sulit ditanggulangi di Indonesia. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia
Lebih terperinciBerdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperincisebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL
PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Disampaikan di hadapan: Workshop P2 HIV&AIDS di Kabupaten Bantul 30 Mei 2011
Lebih terperinciPENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007
PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 SKRIPSI Oleh Siska Yuni Fitria NIM 042010101027 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus HIV/AIDS bermunculan semakin banyak dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, dilaporkan bahwa epidemi HIV dan AIDS
Lebih terperinciSahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Yayasan Spiritia No. 28, Maret 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Lampung, 14 20 Maret 2005 Oleh Odon Bayu Pradjanto Pertengahan
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS dapat terjadi pada hampir semua penduduk di seluruh dunia, termasuk penduduk Indonesia. AIDS merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat menurunnya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Meskipun program pengendalian TB di Indonesia telah berhasil mencapai target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis
Lebih terperinciW A L I K O T A Y O G Y A K A R T A
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PUSKESMAS LAYANAN SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Tes HIV pada Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Tes HIV pada Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas A. Latar Belakang Epidemi HIV telah memasuki babak baru dengan makin banyaknya penularan
Lebih terperinciApa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular?
Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri
Lebih terperinciHIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah
1 Sebanyak 3 orang mengatakan selalu memberikan informasi HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah memberikan informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi masyarakat dalam cara mendeteksi dini penyakit HIV.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan HIV/AIDS menjadi sangat penting bagi masyarakat dikarenakan pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi masyarakat dalam cara mendeteksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah
PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke
Lebih terperinciIntegrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung
Lebih terperinciPendahuluan. Tujuan Penggunaan
Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit parasit paling umum di dunia dan menempati urutan ke 3 dalam tingkat mortalitas diantara prnyakit infeksi utama lainnya. Parasit protozoa penyebab malaria
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,
Lebih terperinciApa yang terjadi selama menggunakan obat aborsi?
Seorang wanita memiliki banyak keputusan untuk membuat ketika mempertimbangkan aborsi. Jika Anda berpikir tentang aborsi, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin berbicara dengan Anda tentang beberapa
Lebih terperinciAsuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatits B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang termasuk virus DNA, yang menyebakan nekrosis hepatoseluler dan peradangan (WHO, 2015). Penyakit Hepatitis B
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di seluruh dunia. Penderita infeksi hepatitis B diperkirakan berjumlah lebih dari 2 milyar orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di
Lebih terperinciABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).
iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul
Lebih terperinciKonseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi
Konseling & VCT Dr. Alix Muljani Budi Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan klien utk memberikan dukungan mentalemosinal kepada klien mencakup upaya-upaya yang spesifik, terjangkau dan
Lebih terperinciPANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG
PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran
Lebih terperinciR E A C H. Program Pengembangan Kebijakan dan Operasional Riset. Kupang, 6 Sept 2013
R E A C H Program Pengembangan Kebijakan dan Operasional Riset Kupang, 6 Sept 2013 Latar Belakang Peningkatan kasus HIV tidak dibarengi dengan peningkatan akses pengobatan ARV Mobilitas masyarakat ke kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2014.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Pengambilan
Lebih terperinciVirus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1 PENGANTAR Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciSahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Yayasan Spiritia No. 31, Juni 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Workshop Untuk Odha Perempuan Se-Indonesia Oleh Frika dan Tuti Pada bulan Mei 2004 yang
Lebih terperinciKomplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia
Pendahuluan Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu : 1. Perdarahan pasca persalinan 2. Eklampsia 3. Sepsis 4. Keguguran 5. Hipotermia
Lebih terperinciBAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan FKUI, 2002:Hal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.
LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), penyebab kematian terbanyak pada wanita golongan reproduktif disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinci