Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha"

Transkripsi

1 Yayasan Spiritia No. 18, Mei 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Akreditasi Fasilitas Layanan Kesehatan Oleh Babe Saya mengikuti WHO Consultation on Accreditation of Health Service Facility for HIV Care (Konsultasi WHO tentang Akreditasi Fasilitas Layanan Kesehatan untuk Perawatan HIV) di Jenewa Mei 2004, sebagai wakil GNP+ (Jaringan Odha Sedunia). Pertemuan ini dihadiri oleh kurang lebih 25 wakil dari seluruh dunia (sebagian dari kantor WHO). Pertemuan ini dilakukan terutama untuk mendukung Langkah Tindakan 6e pada halaman 40 buku strategi prakarsa 3 pada 5 WHO Treating 3 million by 2005: making it happen: the WHO strategy. Langkah itu berbunyi: mengembangkan cara untuk akreditasi tempat pemberian layanan, dengan indikator: standar pemberian layanan dan kriteria akreditasi diterbitkan dan dipakai. Draf dokumen disediakan oleh Joint Commission International (JCI), organisasi yang sejak dulu menjadi penasihat WHO untuk akreditasi. Namun wakil JCI yang hadir mengaku bahwa mereka belum mempunyai pengalaman khusus tentang HIV. Proses dipimpin oleh Jos Perriens dari WHO. Dia membuka pertemuan dengan mengatakan bahwa tujuan 3 pada 5 bukan saja agar orang mendapatkan obat, tetapi diberikan perawatan yang bermutu. Tujuan ini hanya dapat dicapai jika ada kerja sama dengan komunitas. Dia mencatat bahwa pendukung terkuat untuk perbaikan pada sistem perawatan kesehatan secara umum adalah Odha. Bila kita membiarkan mereka meninggal kita kehilangan sumber daya yang penting itu. Tanpa keterlibatan Odha, 3 pada 5 tidak akan berhasil: Odha harus mengubah komunitas dan mendorong sistem kesehatan agar berubah. Latar Belakang 3 pada 5 WHO yakin 3 pada 5 adalah realistis. Semuanya yang saat ini mendapatkan pengobatan lain, misalnya untuk TB, juga seharusnya dapat memperoleh pengobatan untuk HIV. Yang lebih penting adalah komitmen stakeholder. Jika kita merasa 3 pada 5 akan gagal, kegagalannya terjamin, tetapi hanya kita yang patut disalahkan. Perkembangan 3 pada 5 akan diciptakan oleh keberhasilan awal. Harga obat akan turun serupa dengan obat TB pada generasi sebelumnya. Sebagai kesimpulan, Jos mencatat bahwa 3 pada 5 bukan bayangan, tetapi kemungkinan yang nyata. Dia mengaku mungkin tidak akan dicapai pada 2005 mungkin baru 2006 atau 2008, tetapi pasti sebelum Tujuan Konsultasi Ada diskusi hangat tentang tujuan konsultasi. Walaupun beberapa peserta (sebagian besar dari negara yang lebih berkembang misalnya Afrika Selatan) ingin agar segera ada daftar tilik atau standar untuk mendukung proses akreditasi yang sudah mulai di negaranya, yang lain menganggap belum siap, karena konsep akreditasi belum diterima secara umum. Ada yang takut bahwa fokus kepada masalah ini sebagai prasyarat untuk Daftar Isi Laporan Kegiatan 1 Akreditasi Fasilitas Layanan Kesehatan 1 Peranan Limfosit Total Terbatas? 2 Pengetahuan adalah Kekuatan 2 Mengurangi Dosis d4t Tidak Mengganggu Kemanjuran Anti-HIV-nya 4 Harapan Cuci Sperma untuk Odha 5 Tips 5 Mengakses ARV dari luar Jakarta 5 Konsultasi 6 Tanya jawab 6 Positif Fund 6 Laporan Keuangan Positif Fund 6 Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

2 penyediaan terapi antiretroviral (ART) akan menundanya. Hal ini karena dibutuhkan sedikitnya dua tahun untuk mengembangkan sistem akreditasi. Akhirnya, walaupun peserta sepakat bahwa mutu layanan tidak boleh diabaikan, kita harus mulai saat ini, kemudian memperbaiki sistem pertama menyelamatkan jiwa orang kemudian menyelamatkan sistem dalam kata Dr. Kenji Tamura dari WHO. Beberapa peserta mencatat bahwa ada banyak dokter di seluruh dunia yang menangani ART untuk banyak pasien, dengan sedikit sumber daya yang dianggap esensial oleh daftar tilik akreditasi. Namun mereka mempunyai sistem rujukan dan dukungan yang dapat menyediakan layanan tersebut jika dibutuhkan. Tidak ada kesepakatan bagaimana hal ini dapat dihadapi. Ada saran agar bentuk standar dibuat secara lebih umum, untuk mendaftarkan standar mutu dengan catatan bahwa ada beberapa cara untuk memakai daftar tersebut, salah satunya akreditasi. Belum ada kesepakatan di antara peserta mengenai hal ini, sebagiannya karena kami semua mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Kesimpulan pribadi Sebelum saya berangkat, saya minta informasi dari WHO mengenai sistem akreditasi yang ada di Indonesia untuk fasilitas layanan kesehatan. Saya diberi kesan bahwa yang ada tidak jalan. Ternyata setelah saya tiba di Jenewa, saya diberikan buku WHO tentang upaya akreditas di seluruh dunia, yang menyatakan bahwa sebenarnya sudah ada sistem akreditasi di Indonesia sejak 1995, dengan nama Akreditasi RS & Sarana Kesehatan Lainnya KARS), dengan 97 survei yang dilakukan pada 1999 oleh 101 tenaga survei yang terlatih. Saya masih mencoba dapat informasi lebih lanjut mengenai program tersebut. Namun saya menganggap bahwa fokus utama saat ini harus kepada menyederhanakan, bukan memperumitkan. Saya takut bahwa standar yang akan dikeluarkan oleh WHO akan sekali lagi menjadi alasan belum siap menerima dan mengobati Odha. Sayangnya, diskusi tidak membahas bagaimana standar baru dapat dipadukan pada sistem akreditasi yang sudah ada. Ada beberapa masalah dasar, misalnya kewaspadaan universal (UPC), yang tidak tercantum pada standar yang kami bahas karena dianggap sudah baku. Namum kita tahu bahwa UPC jarang jalan seperti seharusnya di fasilitas layanan kesehatan di Indonesia. Yang baik, proses dan draf yang diajukan menghormati asas keterlibatan komunitas secara umum dan khususnya Odha. Namun seharusnya ada lebih banyak pertimbangan mengenai bagaimana keterlibatan ini dapat dilakukan secara nyata; harus ada dana untuk memungkinan ini, dan pelatihan yang sesuai harus disediakan. Pengetahuan adalah Kekuatan Peranan Limfosit Total Terbatas? Oleh Bob Huff, Redaktur GMHC Treatment Issues, New York, 20 Mei 2004 Pedoman WHO untuk meningkatkan terapi antiretroviral (ART) pada negara yang terbatas sumber daya menyarankan bahwa siapa pun dengan gejala klinis AIDS seharusnya mulai terapi, tidak tergantung pada jumlah CD4. Pedoman itu juga menyarankan terapi dimulai jika jumlah CD4 turun di bawah 200 (15 persen), tidak tergantung pada gejala. Bila jumlah CD4 tidak dapat diukur, WHO menyarankan mulai terapi saat limfosit total turun di bawah 1200 bila ada gejala. Limfosit total di bawah 1200 sendiri, tanpa gejala, tidak dianggap kriteria untuk mulai terapi. Walaupun ada dukungan tersebut, penggunaan limfosit total masih ragu. Pedoman WHO mencatat bahwa, Walaupun kaitan limfosit total dengan jumlah CD4 kurang baik, dalam kombinasi dengan tahap klinis ukuran tersebut adalah tanda yang berguna untuk prognosis dan tahan hidup. WHO memasukkan limfosit total di antara tes laboratorium dasar yang disarankan. Akibat biaya tinggi dan persyaratan teknis, jumlah CD4 saat ini tidak dimasukkan pada daftar tes tersebut untuk tempat terbatas sumber daya, walaupun ada dorongan untuk mencari teknik yang lebih murah untuk mengukur jumlah CD4. Sudah ada upaya untuk meningkatkan kemampuan limfosit total untuk meramal, misalnya dengan menggabungkannya dengan perubahan pada Hb, berat badan, dan lain-lain. Sejumlah upaya sudah dilakukan untuk mensahihkan potensi diagnostik limfosit total dengan menganalisis catatan medis kelompok Odha yang besar di negara 2 Sahabat Senandika No. 18

3 maju untuk menentukan apakah kaitan yang baik antara limfosit total dengan jumlah CD4 dalam meramalkan lanjutan penyakit. Limfosit total sebagai surogat (pengganti) jumlah CD4 Ada penelitian yang baru saja dilaporkan dari suatu kelompok pasien di RS Chelsea dan Westminster di Inggris. Pasien dengan jumlah CD4 dan limfosit total yang diukur dalam tiga bulan sebelum pengembangan infeksi oportunistik (IO) yang mendefinisikan AIDS (IODA) atau mulai profilaksis untuk IO dicarikan dan limfosit total/ jumlah CD4 terakhir diambil. Dari 5774 pasien dalam kelompok, 1097 dimasukkan pada analisis. Batas limfosit total untuk kelompok ini, yaitu titik dengan sensitivitas tertinggi dan kesalahan terendah, ditentukan sebagai 1500, yang dikaitkan dengan jumlah CD4 200, yaitu titik di mana ART seharusnya dimulai. Batas limfosit total ini agak lebih tinggi daripada tingkat yang disarankan oleh WHO untuk dipakai di tempat terbatas sumber daya. Penelitian ini melaporkan bahwa mempunyai limfosit total antara meramalkan bahwa pasien 40 persen lebih mungkin mengembangkan IODA dibanding mereka dengan limfosit total di atas 1500 (sensitivitas = 68,6 persen; spesifisitas = 66,0 persen). Hasil ini dibandingkan dengan 34 persen lebih mungkin mengembangkan IODA yang diramalkan oleh jumlah CD4 antara vs. Jumlah CD4 di atas 200 (sensitivitas = 73,8 persen; spesifisitas = 75,6 persen). Lagi pula risiko mengembangkan IODA adalah tiga kali lebih besar untuk mereka dengan limfosit total antara dibandingkan dengan mereka dengan limfosit total di atas Para penulis menyimpulkan bahwa daya peramal lanjutan penyakit limfosit total hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan jumlah CD4 dalam kelompok ini. Sebuah penelitian prospektif mengenai limfosit total sebagai surogat sederhana untuk jumlah CD4 yang dilakukan di Mozambik mengambil kesimpulan berbeda. Para peneliti di sebuah rumah sakit pasien rawat jalan di Matola-Maputo menganalisis 651 limfosit total dan jumlah CD4 diambil dari pasien tanpa gejala yang mengunjungi kliniknya antara Maret 2002 dan Mei Batas limfosit total yang disarankan oleh WHO (1200) diuji untuk kemampuannya untuk membagi pasien sebagai di atas atau di bawah batas CD Para peneliti juga mengevaluasi indeks massa badan (body mass index BMI), sebuah ukuran yang mudah diambil yang dihitung dari berat dan tinggi badan, sebagai surogat untuk jumlah CD4. Batas untuk BMI adalah 18, yang dianggap awal malanutrisi. Pada pembanding limfosit total dengan jumlah CD4 dan BMI dengan jumlah CD4, kemampuan penggolongan limfosit total adalah 47,0 persen (sensitivitas = 48,9 persen; spesifisitas = 81,3 persen); untuk BMI hasilnya 65,2 persen (sensitivitas = 48,9 persen; spesifisitas = 78,5 persen). Para penulis mencatat bahwa bila limfosit total dipakai untuk diagnosis pada kelompok pasien ini, terapi ditolak untuk separo dari mereka yang sebetulnya membutuhkannya berdasarkan jumlah CD4, dan dimulai secara tidak layak untuk 20 persen pasien yang belum mempunyai jumlah CD4 di bawah 200. Dengan memakai BMI, hasilnya serupa. Penulis menyimpulkan penggunaan limfosit total sebagai surogat untuk jumlah CD4 tampaknya tidak dapat dibenarkan. Mengukur tanggapan kekebalan (imun) pada terapi Walaupun bukti untuk memakai limfosit total sebagai indikator kapan mulai ART atau profilaksis untuk IO masih ragu, sebuah penelitian dari AS melaporkan bahwa limfosit total dapat berguna untuk menunjukkan tanggapan imun setelah ART dimulai. Catatan medis ditemukan untuk 126 pasien dengan jumlah CD4 di bawah 250 yang sebelumnya belum pernah memakai terapi atau tidak memakai ART pada tiga belum sebelumnya, dan yang mulai regimen baru yang diteruskan selama sedikitnya enam bulan. Jumlah CD4, limfosit total dan viral load pada awal ditentukan sebagai yang dihasilkan pada kunjungan klinik terakhir sebelum mulai ART. Analisis para peneliti memusatkan pada kemampuan perubahan limfosit total untuk meramalkan perubahan pada jumlah CD4, dan ini membutuhkan beberapa ukuran untuk menentukan kecenderungan. Untungnya, kemampuan perubahan positif pada limfosit total untuk meramalkan tanggapan CD4 yang positif pada enam bulan adalah 98 persen (sensitivitas = 94 persen; spesifisitas = 85 persen). Hasil yang serupa juga dilihat pada jangka yang lebih panjang. Para penulis menyimpulkan bahwa dokter yang melihat kecenderungan positif pada limfosit total dapat hampir yakin bahwa perubahan jumlah CD4 juga positif. Walaupun hasil ini tampaknya mensahihkan peranan limfosit total dalam menentukan tanggapan imun pada ART, sayangnya, jika limfosit total mulai turun, gambarnya tidak sama jelas. Mei

4 Limfosit total yang turun selama dua tahun setelah mulai ART hanya meramalkan persen penurunan pada jumlah CD4, dan hal ini mengungkapkan keterbatasan limfosit total untuk menentukan kegagalan terapi. Salah satu masalah yang mungkin adalah kesalahan dalam ukuran, yang disarankan oleh para penulis dapat dihadapi dengan beberapa tes limfosit total pada saat yang sama. Mereka juga memikirkan bahwa tes limfosit total yang lebih sering mungkin membantu mengurangi dampak hasil yang sangat berbeda-beda. Seraya menantikan penelitian lebih lanjut, para penulis memberi kesan bahwa limfosit total dapat berguna dalam tempat terbatas sumber daya sebagai alat pemantauan non-spesifik untuk keberhasilan terapi yang akan memicu kebutuhan untuk mengukur jumlah CD4 sebagai konfirmasi bila ada penurunan pada limfosit total yang berarti. Para penulis juga mencatat bahwa dibutuhkan penelitian lanjut untuk mengerti bagaimana limfosit total dapat dipakai (sendiri atau beserta dengan Hb atau tahap penyakit berdasarkan gejala) pada tempat terbatas sumber daya, dan bagaimana perbedaan yang diamati dalam limfosit total dapat disebabkan terkait dengan infeksi bersama, perbedaan wilayah atau etnis, dan teknologi pengukuran yang berbeda. Dengan limfosit total saat ini disarankan dalam pedoman WHO, banyak penelitian tersebut dinantikan pada beberapa tahun berikut. Namun, akhirnya sebagian besar pengamat sepakat bahwa generasi baru tes CD4 dan viral load yang sederhana, murah, dapat dipercaya, cepat dan yang dapat dilakukan di klinik biasa sangat dibutuhkan. References Liotta G et al. Is total lymphocyte count a reliable predictor of the CD4 lymphocyte cell count in resource-limited settings? AIDS 18 (7): 1082, Sawleshwarkar S et al. A cohort study to review the efficacy of the total lymphocyte count (TLC) as a predictor of AIDS-defining opportunistic infection (ADOI) in HIV-infected patients. Tenth Annual Conference of the British HIV Association, abstract P50, 2004 Mahajan AP et al. Changes in total lymphocyte count as a surrogate for changes in CD4 count following initiation of HAART: Implications for monitoring in resource-limited settings. JAIDS 36 (1): 567, URL: newsdisplay2.asp?newsid=2721 Mengurangi Dosis d4t Tidak Mengganggu Kemanjuran Anti-HIV-nya Abstrak dari Europan AIDS Conference ke-9o Oleh Delpierre C. dkk, Hopital Purpan, Toulouse, Perancis Latar Belakang D4T adalah analog nukleosida yang manjur biasanya dihubungkan dengan toksisitas mitokondria [lihat Lembaran Informasi 556 dari Yayasan Spiritia]. Pengurangan dosis d4t dapat menjadi strageti untuk mengurangi toksisitas ini. Tujuan Kami melakukan penelitian percobaan prospektif untuk menentukan kemanjuran d4t dengan dosis lebih rendah. Metode Pada 43 pasien yang diobati sebelumnya dengan kombinasi yang mengandung d4t, kami menganjurkan pengurangan dosis d4t dari 40mg menjadi 30mg dua kali sehari untuk pasien dengan berat badan di atas 60kg (n=39) dan dari 30mg menjadi 20mg dua kali sehari untuk yang lain (n=4). Kami memantau jumlah CD4 dan viral load pada waktu mulai d4t dosis penuh, pada waktu mengurangi dosis. Serta 6 dan 12 bulan kemudian. Hasil Jenis kelamin: 83 persen laki-laki. Usia rata-rata: 43 tahun. Sebelas pasien (26 persen) pada tahap AIDS (klasifikasi CDC C). Jumlah kombinasi obat yang sebelumnya rata-rata dua. Lamanya memakai d4t dosis penuh rata-rata 16 bulan. Lamanya memakai d4t dosis rendah pada waktu analisis 18 bulan. Tiga belas pasien (30 persen) menghentikan penggunaan d4t: sembilan dengan efek samping yang ada sebelumnya tetapi yang tetap dialami (tujuh lipodistrofi, dua neuropati); dua atas permintaan pasien; satu kekgagalan virologis; dan satu tidak diketahui. Mulai d4t Setelah mulai Setelah penuh dosis rendah 6 bulan 12 bulan CD4 rata-rata VL rata-rata (log) 2,91 1,3 1,3 1,3 % VL <200 kopi 39, Sahabat Senandika No. 18

5 Kesimpulan Kombinasi terapi antiretroviral yang mengandung d4t dengan dosis lebih rendah menahan penekanan virus dan peningkata pada jumlah CD4 selama 12 bulan. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menilaiperbaikan pada jangka waktu panjang. Harapan Cuci Sperma untuk Odha Pria HIV-positif yang melakukan tindakan cuci sperma menjadi ayah untuk anak tanpa membahayakan kesehatan pasangannya. Melakukan hubungan seks tanpa kondom agar menghamili pasangan dianggap berisiko terlalu tinggi oleh banyak pria HIV-positif, karena air maninya mengandung virus. Kurang-lebih kasus infeksi HIV didiagnosis di Inggris setiap tahun akibat hubungan seks heteroseksual. Satu-satunya teknik yang dapat ditawarkan kepada pria tersebut adalah cuci sperma, dengan sperma dipisah dari air mani, kemudian dipakai untuk inseminasi (permanian buatan). Sperma sendiri diperkirakan tidak membawa HIV pada permukaannya. Namun, masih ada sedikit keraguan tentang keamanan tindakan tersebut. Penelitian terakhir, yang dilakukan oleh para dokter di Rumah Sakit Chelsea and Westminster Hospital di London, akan mengurangi keraguan para pasangan yang mempertimbangkan tindakan tersebut. Dari 53 pasangan suami-istri yang terlibat dalam program rumah sakit tersebut, sepertiga berhasil mendapatkan anak dengan tindakan tersebut. HIV tidak ditemui dalam satu pun contoh sperma setelah tindakan cucian ini. Dr. Carole Gilling-Smith, pimpinan tim penelitian, mengatakan pada BBC: Tidak ada sesuatu yang 100 persen aman dalam hidup ini. Kami mencoba mengurangi risiko itu. Sebelum tindakan ini tersedia, pasangan hanya punya pilihan untuk mengambil risiko dengan hubungan seks tanpa kondom, mengambil jalan dengan sperma sumbangan atau memutuskan untuk tidak mendapat keturunan. Dia mengatakan bahwa tindakan seharusnya tersedia secara gratis melalui layanan kesehatan, karena berbeda dengan pengobatan kesuburan biasa, ini bertujuan untuk mengurangi risiko bahwa si ibu atau anaknya yang belum lahir terinfeksi HIV, yang akan menambah beban pada layanan kesehatan. Pemerintah harus mendukung ini, bukan hanya Mei 2004 karena setiap bayi yang terlahir HIV-negatif menghemat banyak untuk pengobatan. Empat puluh persen pasien kami tidak dapat melakukan tindakan ini karena tidak mampu membiayainya. Satu perempuan yang berhasil melahirkan bayi dengan pasangan yang HIV-positif menceritakan pada BBC bagaimana hal itu mengubah kehidupannya. Dia mengatakan: Saya takut saya akan menjadi janda pada akhir usia 20-an tahun. Sekarang saya mempunyai pernikahan yang bahagia dan tahan lama, dan kegembiraan tambahan dengan mempunyai anak. Ini membantu suami saya berjuang untuk hidup lebih lama dan menahan kesehatannya juga. Cuci sperma bukan satu-satunya teknik yang disarankan sebagai mungkin untuk pria yang HIVpositif. Beberapa ilmuwan sedang menelitikan apakah sperma dapat dipanaskan menjadi 58 derajat cukup untuk membunuh HIV tanpa merusakkan kemampuannya untuk membuahi telur seperti seharusnya. BBC News 24 April 2003 URL: Tips Mengakses ARV dari luar Jakarta beberapa teman-teman yang di daerah, kesulitan untuk mendapatkan ARV karena tidak tahu dimana dan bagaimana mendapatkan obat ARV. Berikut adalah beberapa langkah untuk mendapatkan ARV dari luar Jakarta: Telpon ke Pokdiksus AIDS FKUI/RSUPN- CM ( ), untuk mengetahui stok dan harga obat + ongkos kirim. (sebaiknya tanya ke dokter, nama obatnya) Fax resep obat ARV dari dokter setempat, alamat dan slip bukti tansfer uang ke jangan lupa mengkonfirmasi fax (apakah sudah diterima dan tulisannya jelas). Setelah semuanya ok, Pokdiksus akan mengirimkan obat ke alamat yang dituju melalu jasa kurir TIKI. Jangan lupa untuk mengecek kapan obat habis, sebaiknya 1 minggu sebelum obat habis sudah meng-fax resep karena terkadang stok obat di Pokdiksus sedikit sehingga harus berbagi dengan yang lain dan mengingat dibutuhkan waktu untuk pengiriman barang hingga 3 hari atau lebih khususnya untuk Indonesia bagian timur. 5

6 Konsultasi Tanya jawab T: Saya pernah mendengar bahwa ASI dari ibu yang HIV positif dapat diberikan pada bayinya asalkan direbus dulu, apakah pernyataan itu benar? Jika benar, berapa derajat celcius-kah untuk memanaskan ASI hingga aman untuk dikonsumsi bayi? J: Pernyataan tersebut benar, panas yang dibutuhkan adalah di 70 derajat celcius, tetapi kita tidak perlu harus mengukur dengan menggunakan termometer, asalkan mendidih dan dibiarkan sekitar 10 menit mendidih itu sudah membunuh virus HIV. Ada beberapa usulan tentang pemberian makanan pada bayi dan ibu terinfeksi HIV: Jika pemberian PASI(Pengganti Air Susu Ibu) dapat diterima, praktis, mampu dibeli, terjangkau terus-menerus dan aman, menghindari semua ibu terinfeksi HIV menyusui anaknya. Jika tidak, menyusui eksklusif diusulkan selama beberapa bulan pertama kehidupan si bayi. Untuk mengecilkan resiko penularan HIV, menyusui sebaiknya dihentikan secepat mungkin, tergantung pada keadaan setempat, keadaan si ibu sendiri dan risiko pemberian PASI (termasuk infeksi selain HIV dan malanutrisi) Bila ibu terinfeksi HIV memilih untuk tidak menyusui sejak melahirkan atau menghentikan menyusui nanti, ibu sebaiknya diberi bimbingan dan dukungan khusus sedikitnya dua tahun pertama kehidupan anaknya agar meneruskan pemberian PASI yang memadai. Program harus berupaya untuk meningkatkan keadaan yang akan meningkatkan keamanan pemberian PASI untuk ibu yang terinfeksi HIV dan keluarganya. Ibu yang terinfeksi HIV yang menyusui harus diberi dukungan dan bimbingan khusus sewaktu mereka menghentikan menyusui agar menghindari dampak nutrisi dan mental yang merugikan dan memelihara kesehatan payudara. Positif Fund Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia Periode Mei 2004 Saldo awal 1 Mei ,856,375 Penerimaan di bulan Mei ,000 + Total penerimaan 7,156,375 Pengeluaran selama bulan Mei : Item Jumlah Pengobatan 306,650 Transportasi 320,000 Komunikasi 0 Peralatan / Pemeliharaan 54,050 Modal Usaha 0 + Total pengeluaran 680,700 Saldo akhir Positive Fund per 31 Mei ,475,675 Sahabat Senandika Diterbitkan sekali sebulan oleh Yayasan Spiritia dengan dukungan THE FORD FOUNDATION Kantor Redaksi: Jl Radio IV/10 Kebayoran Baru Jakarta Telp: (021) Fax: (021) yayasan_spiritia@yahoo.com Editor: Hertin Setyowati Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. 6 Sahabat Senandika No. 18

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan

Lebih terperinci

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi

Lebih terperinci

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi Kepatuhan yang kurang, tingkat obat yang tidak cukup, resistansi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency

Lebih terperinci

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 27, Februari 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha se-jawa Oleh Siradj Okta Yayasan Spiritia baru saja menyelenggarakan

Lebih terperinci

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Buku ini adalah terjemahan dan penyesuaian dari HIV, Pregnancy

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 5, April 2003 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Pidato Suzana Murni pada 6th ICAAP Melbourne Memecah Penghalang Pada Oktober 2001, Suzana Murni memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id, Situs

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 28, Maret 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Lampung, 14 20 Maret 2005 Oleh Odon Bayu Pradjanto Pertengahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsi. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Update tentang Pengobatan HIV 1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda. Perkenalkan sesi ini sebagai ringkasan yang sangat singkat mengenai perkembangan dalam perawatan,

Lebih terperinci

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV Tuberkulosis (TB) mewakili ancaman yang bermakna pada kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian

Lebih terperinci

Cheaper HIV viral load in-house assay and simplified HIV Test Algorithm

Cheaper HIV viral load in-house assay and simplified HIV Test Algorithm Cheaper HIV viral load in-house assay and simplified HIV Test Algorithm Agnes R Indrati Clinical Pathology dept, Hasan Sadikin hospital/ University of Padjadjaran Bandung Diperesentasikan pada: 3 rd Bandung

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 14, Januari 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Mengikuti Konferensi Internasional Oleh Siradj Okta Salah satu program

Lebih terperinci

Pelatihan Pendidik Pengobatan

Pelatihan Pendidik Pengobatan Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 21, Agustus 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Pengalaman... Laporan Program ARV di Afrika Selatan Oleh Keith Alcorn, 27 April 2004 Para peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Penyakit human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu retrovirus yang berasal dari famili

Lebih terperinci

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT) LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan ODHA Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Tahun 2012

Lebih terperinci

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Dr. Muh. Ilhamy, SpOG Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Kesmas, Depkes RI Pertemuan Update Pedoman Nasional PMTCT Bogor, 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab dari timbulnya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih menjadi masalah kesehatan utama secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 33, Agustus 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan menjadi Fasilitator perempuan positif se-asia Tenggara Jakarta, 14-20 Agustus

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 45, Agustus 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Konferensi AIDS Internasional XVI, Toronto, 13-18 Agustus 2006 Oleh: Siradj Okta

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 4, Maret 2003 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Kunjungan ke Papua Maret ini, Yuni sama saya diminta oleh proyek AusAID untuk melanjutkan survei tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 8, Juli 2003 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Pelatihan Keterampilan Tentang Berbicara di Depan Umum Ke-2 Bandung, 3-7 Juli 2003 Oleh Hertin S Yayasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia. Berdasarkan data yang

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 55, Juni 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Pontianak, 3-7 Juni 2007 Oleh: Caroline Thomas Pelatihan

Lebih terperinci

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? HEALTH Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Chris W Green Spiritia Jl. Kemiri No.10, Gondangdia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno Deficiency Syndrome(AIDS) saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun

Lebih terperinci

Infeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati

Infeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati Infeksi HIV pada Anak Nia Kurniati Topik Transmisi Diagnosis Manajemen Transmisi Vertikal Kehamilan Persalinan Laktasi Horisontal Sama seperti penularan pada orang dewasa Case 1 Seorang anak perempuan,

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 9, Agustus 2003 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Jalan-jalan Kunjungan ke Lampung Oleh Babe Dalam rangka kunjungan penguatan daerah, sebuah tim Spiritia

Lebih terperinci

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS). iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk

Lebih terperinci

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh adanya infeksi

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 24, November 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Kunjungan ke Afrika Selatan (bagian II) Oleh Babe Kunjungan ke MSF Khayelitsha Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health

Lebih terperinci

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di 1 BAB II PENDAHULUANN 1.1 Latar Belakangg Humann Immunodeficiencyy Viruss (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di dunia, dimana jumlah

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 16, Maret 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan UNOHCHR Expert Meeting di Bangkok Oleh Frika Tanggal 23-24 Maret 2004, UNOHCHR (United

Lebih terperinci

sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL

sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Disampaikan di hadapan: Workshop P2 HIV&AIDS di Kabupaten Bantul 30 Mei 2011

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 37, Desember 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Partisipasi Spiritia dalam workshop PMI Oleh: O. Baju. Bradjanto Pada tanggal 12

Lebih terperinci

Oleh: Logan Cochrane

Oleh: Logan Cochrane Oleh: Logan Cochrane Pengenalan P. Kepanjangan dari apakah HIV itu? J.Human Immuno-deficiency Virus P. Kepanjangan dari apakah AIDS? J. Acquired Immune Deficiency Syndrome Keduanya memiliki hubungan sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 17, April 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Workshop on HIV Treatment Access: Building Policy & Advocacy Capacity in Southeast

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? SERI BUKU KECIL Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? Oleh Chris W. Green Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAA 2.1 Epidemiologi HIV/AIDS Secara global Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan kasusa HIV tertinggi dia Asia sejumlah 380.000 kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 26, Januari 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Diseminasi Hasil Proyek Dokumentasi Pelanggaran HAM terhadap Odha Fase 2 Jakarta,

Lebih terperinci

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN PRGRAM HIV AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL I. PENDAHULUAN Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KASUS HIV/AIDS DENGAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2011

ABSTRAK GAMBARAN KASUS HIV/AIDS DENGAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2011 ABSTRAK GAMBARAN KASUS HIV/AIDS DENGAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2011 Widyannea. M., 2012, Pembimbing I : July Ivone, dr.,m.kk.,mpd.ked. Pembimbing II: Triswaty Wiyata, dr.,m.kes. Tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.

Lebih terperinci

Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan

Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan Peran ISTC dalam Pencegahan MDR Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan TB MDR Man-made phenomenon Akibat pengobatan TB tidak adekuat: Penyedia pelayanan

Lebih terperinci

HIV The Health System in Australia (Language: Indonesian)

HIV The Health System in Australia (Language: Indonesian) HIV The Health System in Australia (Language: Indonesian) HIV Sistem Kesehatan Di Australia 7.1 Pengenalan 7.2 Dokter-dokter Umum 7.3 Pelayanan Kesehatan Seksual 7.4 Rumah sakit - Rumah sakit 7.5 Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat ini masih menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti dan memiliki insiden yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran atau ekspresi dimana terdapat keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi seseorang dapat diukur dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immuodeficiency Virus (HIV)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Yasin

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di dunia, dimana penderita HIV terbanyak berada di benua Afrika dan Asia. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

HEPATITIS FUNGSI HATI

HEPATITIS FUNGSI HATI HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 15, Februari 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan dengan Perusahaan Obat di San Francisco Oleh Babe Saya mengikuti pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional, pusat terapi dan diagnosis yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha. Daftar Isi

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha. Daftar Isi Yayasan Spiritia No. 32, Juli 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Keterampilan Kelompok Dukungan Sebaya Oleh: Siradj Okta Pada tanggal 14 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan komplek serta menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di Indonesia juga masih tinggi,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK

PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK Endang Retnowati Departemen/Instalasi Patologi Klinik Tim Medik HIV FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 15 16 Juli 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada Millenium Development Goals (MDGs), memiliki 5 pondasi yaitu manusia,

Lebih terperinci

4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V.

4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V. DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... I LEMBAR PERSETUJUAN... II PENETAPAN PANITIA PENGUJI... III KATA PENGANTAR... IV PRASYARAT GELAR... V ABSTRAK... VI ABSTRACT... VII DAFTAR ISI... VIII DAFTAR TABEL... X Bab I.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian yang dipilih adalah rancangan studi potong lintang (Cross Sectional). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang menduduki urutan ke-4 didunia yang mematikan, menjadi wabah internasional dan cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

PERAWATAN PALIATIF PASIEN HIV / AIDS

PERAWATAN PALIATIF PASIEN HIV / AIDS PERAWATAN PALIATIF PASIEN HIV / AIDS Agung Nugroho Divisi Peny. Tropik & Infeksi Bag. Peny. Dalam FK-UNSRAT Manado PENDAHULUAN Jumlah pasien HIV/AIDS di Sulut semakin meningkat. Sebagian besar pasien diberobat

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 54, Mei 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha Wilayah Jawa II. Salatiga, 6-10 Mei 2007 Oleh: Dhayan Dirgantara Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) secara global masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan yang

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) A. DEFINISI 1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapidan rekomendasi

Lebih terperinci