Pelatihan Pendidik Pengobatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pelatihan Pendidik Pengobatan"

Transkripsi

1 Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun kami selalu siap menerima permintaan macam ini, ada beberapa persyaratan yang harus dipertimbangkan sebelum kami dapat menyetujui permintaan ini. ToR ToR dan Petunjuk Pelatihan untuk pelatihan Pendidik Pengobatan versi Spiritia terlampir. Dari ToR, dapat dilihat bahwa calon peserta harus dipilih secara hati-hati, karena pelatihan ini cukup berat, dan membutuhkan dasar pendidikan yang cukup tinggi. Calon peserta juga harus siap belajar sebelum pelatihan dimulai. Peserta juga harus siap menjadi pendidik untuk teman-teman dalam kelompok, dan menjadi jembatan antara kelompok dan petugas layanan kesehatan termasuk dokter. Jadi mereka juga harus siap belajar terus setelah pelatihan selesai. Waktu Walau pelatihan mengenai topik dasar dapat dilakukan dalam dua hari (lihat daftar sesi terlampir), modul yang dikembangkan membahas masalah perawatan, dukungan dan pengobatan untuk Odha secara luas, dan ada banyak manfaat bila dapat disediakan lima hari penuh untuk seluruh modul. Lihat contoh jadwal terlampir. Pelatih Pelatihan Pendidik Pengobatan ini sekarang lebih terfokus pada pelatihan pelatih (ToT). Jadi biasanya dipilih 2-3 orang yang pernah mengikuti pelatihan sebelumnya sebagai pelatih untuk pelatihan selanjutnya. Pelatih tersebut mulai kumpul satu hari sebelum pelatihan dimulai, untuk dibimbing dan mengulang presentasi selama satu hari. Bimbingan juga diteruskan pada malam hari setelah pelatihan selesai.waktu presentasi sesi, pelatih didukung oleh narasumber dari Spiritia, agar pertanyaan yang sulit juga dapat dibahas. Dengan cara itu, dibentuk suatu kader pelatih yang diharapkan dapat mulai melakukan pelatihan di kelompok dan daerahnya sendiri. Perencanaan Permintaan akan pelatihan Pendidik Pengobatan meningkat terus. Jadi, bila ada kelompok yang ingin melakukan pelatihan ini dengan dukungan dan bantun dari Spiritia, sebaiknya dibahas dengan Spiritia sedikitnya dua bulan sebelum pelatihan akan dilakukan. Pada saat itu, juga dapat dibahas pendanaan, dan susunan acara. Materi Setiap peserta sebaiknya diberikan kit peserta, termasuk buku peserta dengan semua sesi, agar dapat membuat catatan dan sebagai acuan untuk kegiatan lanjutannya. Buku peserta ini berisi hampir 200 halaman, beserta folder yang baik. Biaya untuk buku peserta ini cukup tinggi, jadi dana untuk membiayai ini juga harus dianggarkan. Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia

2 Terms of Reference Latar Belakang Di Indonesia, lebih dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Odha) pernah mulai terapi antiretroviral (ART terapi untuk menekankan pembuatan HIV) pada Juni 2007, dengan obat yang disediakan dengan subsidi penuh oleh pemerintah melalui Departement Kesehatan (Depkes). Pada awal, obat tersedia di 25 rumah sakit di 17 kota, tetapi jumlah rumah sakit rujukan AIDS itu sudah ditambah menjadi lebih dari 237 di 33 provinsi. Saat ini, lima jenis obat dari dua golongan antiretroviral tersedia sebagai rejimen lini pertama, sementara ada tiga jenis obat lagi tersedia sebagai rejimen lini kedua, untuk mereka yang mengalami kegagalan pada rejimen lini pertama. Walau begitu, lebih dari Odah sudah meninggal dunia setelah mulai ART, dan lebih dari Odha lain kehilangan atau berhenti penggunaannya. Sebenarnya, ada banyak Odha yang sudah mulai terapi tetapi masih belum mengerti secara jelas mengenai semua aspek pengobatannya, termasuk dampak dari kepatuhan, efek samping, dan kombinasi obat, atau bagaimana menjangkau obat tersebut. Ada laporan bahwa banyak Odha memakai obat tanpa mengikuti pedoman walaupun diberi tahu mengenai ini oleh dokter. Tambahan, kita harus sadar bahwa jumlah dokter yang mempunyai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan untuk menangani terapi ini sangat terbatas di semua daerah di Indonesia, dan kebanyakannya mempunyai waktu yang sangat terbatas untuk membahas dengan pasiennya. Hasil yang tidak dapat dielakkan dari semua tantangan ini adalah ketidakpatuhan, perkembangan resistansi, kegagalan terapi, dan risiko pada kesehatan masyarakat akibat penularan jenis virus yang resistan. Satu cara yang penting untuk mengurangi kemungkinan masalah ini akan terjadi dan meningkatkan keefektifan terapi untuk Odha adalah untuk melibatkan sebaya, keluarga dan komunitas, untuk mendukung Odha tersebut dengan pengetahuan dan keterampilan. Tujuan Utama Tingkatkan mutu hidup Odha, melalui peningkatan akses pada pengobatan bermutu untuk HIV dan pada informasi untuk meningkatkan tingkat keberhasilannya Tujuan Pelatihan Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan Odha dan komunitas yang terpengaruh mengenai ART Libatkan Odha dan komunitas yang terpengaruh dalam dukungan pada Odha yang mulai ART Dorong Odha untuk memulai ART dengan penuh percaya diri Sediakan modul pelatihan pendidikan pengobatan yang dapat dipakai oleh peserta untuk melakukan pelatihan sejenis pada kelompoknya atau lembaganya Kriteria Peserta Diharapkan peserta yang akan hadir di pelatihan pendidik pengobatan ini untuk memenuhi beberapa kriteria tertentu, antara lain: 1. Peserta sudah mempunyai pemahaman/pengetahuan penuh tentang dasar HIV; 2. Peserta minimal mempunyai sedikit pengetahuan tentang pengobatan HIV; 3. Peserta tertarik belajar tentang pengobatan HIV dan bersedia membagi pengetahuannya kepada anggota kelompoknya dan Odha di daerahnya; dan 4. Peserta siap membaca semua buku kecil dan lembaran informasi Spiritia sebelum hadir. 2

3 Daftar Sesi Pelatihan Pendidik Pengobatan Pelatihan Pendidik Pengobatan yang dilakukan oleh Spiritia mulai dengan beberapa sesi yang memberi pengertian mengenai penggunaan terapi antiretroviral (ART). Sesi tersebut adalah: 1. Dasar HIV (1 jam 45 menit): meninjau informasi dasar mengenai HIV, siklus hidupnya, dan stadium penyakit. Sesi ini beranggapan bahwa semua peserta sudah mempunayi pemahaman dasar mengenai HIV, cara menular dan tidak menular, pencegahan, dan tes HIV. 2. Dasar ART (1 jam 45 menit): membahas dasarnya ART, termasuk golongan ARV, cara kerjanya, kriteria untuk mulai, dan ARV yang tersedia saat ini di Indonesia. 3. Efek Samping (1 jam 30 menit): membahas efek samping ARV yang dipakai di Indonesia, serta cara menanganinya. 4. Resistansi (1 jam 15 menit): membahas apakah itu resistansi terhadap ARV, bagaiman terjadi, dampaknya, dan cara menghindarinya. 5. Kepatuhan (1 jam 45 menit): membahas artinya kepatuhan terhadap ART, dampak ketidakpatuhan, tingkat kepatuhan yang dibutuhkan, faktor yang mempengaruhi kepatuhan dan tips untuk mendorong kepatuhan. Semua sesi ini juga menyediakan waktu untuk pertanyaan/studi kasus, yang penting untuk meyakinkan bahwa peserta benar-benar paham dan juga mempunayi keterampilan untuk menyampaikan informasi yang didapat pada teman di kelompok. Kelima sesi ini merupakan satu rangkaian, dengan setiap sesi memakai sesi sebelumnya sebagai landasan. Oleh karena itu, sangat penting pelatihan pendidik pengobatan meliputi semua sesi ini pada awal pelatihan, dengan urutan seperti yang dicatat di atas, dan dengan waktu yang ditunjukkan agar topiknya dapat diliputi secara dalam. Sesi ini terbentuk berdasarkan pengalaman Spiritia dalam menyampaikannya sepuluh kali. Pengalaman ini menunjukkan bahwa semua sesi sangat penting, bahwa urutan juga penting, dan bahwa modul tidak dapat disederhanakan lagi untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan. Waktu total untuk lima sesi ini adalah delapan jam. Oleh karena itu, jelas bahwa sedikitnya dua hari dibutuhkan untuk membahas semua sesi dasar ini. Selain itu ada beberapa sesi pelengkap, yang juga cukup penting: 1. ARV dan Anak (1 jam 15 menit): membahas ART untuk anak, dan bedanya dengan yang dipakai orang dewasa. 2. HIV dan Perempuan (1 jam 15 menit): membahas masalah khusus untuk perempuan dengan HIV, termasuk pencegahan penualaran dari ibu-ke-bayi (PMTCT). 3. Infeksi Oportunistik (1 jam 30 menit): membahas infeksi oportunistik yang umum di Indonesia, cara pencegahannya,dan beberapa gejala lain yang sering dialami oleh Odha. 4. Perawatan Paliatif (1 jam 15 menit): membahas apakah itu perawatan paliatif, tujuannya, dan cara dilakukan, termasuk penanganan nyeri. 5. HIV dan TB (1 jam 15 menit): membahas dampak koinfeksi dengan TB untuk Odha, dampaknya, dan masalah terapi untuk koinfeksi ini. 6. HIV dan Hepatitis (1 jam 15 menit): membahas dampak koinfeksi dengan hepatitis virus untuk Odha, dan terapi untuk hepatitis B dan C. 7. Perawatan di Rumah (30 menit): membahas mengapa perawatan di rumah adalah baik untuk Odha, bagaimana keluarga dapat diberdayakan untuk memulai, dan cara dilakukan. 8. Gizi terkait ART (30 menit): membahas kaitan antara gizi dan penggunaan ART, dan masalah gizi yang dapat muncul. Sesi ini tidak membahas dasarnya gizi. 3

4 9. IMS (40 menit): membahas infeksi menular seksual (IMS), dampaknya terhadap HIV, termasuk risiko penularan HIV. Fokus utama pada virus herpes simpleks-2 (HSV-2), dampak pada penularan HIV, cara mencegahnya dan mengurangi dampaknya, termasuk pengobatan. Juga ada beberapa sesi tambahan, yang cukup penting untuk mengerti tantangan terkait dengan pengobatan untuk Odha: 1. Perawatan Komprehensif (40 menit): membahas kesinambungan dalam perawatan, dukungan dan pengobatan untuk Odha, yang mengandung banyak masalah selain ART. 2. Pemantauan dan Evaluasi Program ART (45 menit): membahas peranan komunitas dalam pemantauan dan evaluasi program ART, untuk meyakinkan program benar-benar mencapai tujuan. 3. Pendekatan Algoritme (30 menit): membahas apakah itu algoritme, dan bagaimana pendekatan algoritme dapat dipakai dalam mengambil keptutusan. 4. Seleksi Penerima ART (30 menit): membahas mengapa harus ada sistem untuk seleksi penerima ART, dan secara interkatif membahas pokoknya sistem tersebut. 5. GIPA (Greater Involvement of People Living with HIV/AIDS atau Keterlibatan Lebih Luas oleh Odha) (30 menit): membahas latar belakang GIPA, dan bagaimana GIPA dapat diterapkan. 6. Hak Asasi Manusia & HIV/AIDS (30 menit): membahas apakah itu hak dan hak asasi, dan masalah terkait hak asasi menusia dari sisi HIV/AIDS dan Odha. 7. HIV Stop di Sini (30 menit): membahas pencegahan untuk Odha, termasuk tantangannya. 8. Pencegahan Infeksi Nosokomial (40 menit): membahas cara mencegah infeksi nosokomial di rumah sakit dan juga dalam perawatan di rumah. Selain itu ada beberapa sesi yang penting untuk menambah keterampilan melatih dan melakukan peranan sebagai pendidik pengobatan: 1. Informasi sebagai Terapi (30 menit): menjadi pengantar pada pelatihan, termasuk tujuan dan susuan acara. 2. Advokasi (30 menit): perkenalan yang sangat dasar pada advokasi, berdasarkan Toolkit Advocacy in Action dari International HIV/AIDS Alliance. 3. Pembelajaran Orang Dewasa (45 menit): membahas teknik untuk menyampaikan informasi pada orang dewasa. 4. Tugas Pelatih (1 jam): melengkapi modul Pembelajaran Orang Dewasa, dengan pedoman dasar untuk pelatih, dari sebelum melakukan pelatihan hingga akhirnya, serta teknik untuk menghadapi peserta yang sulit. Waktu yang dibutuhkan untuk semua sesi ini adalah lima hari. 4

5 Perlengkapan Pelatihan Modul pelatihan ini adalah untuk kursus lima hari. Jumlah peserta ideal adalah 16 (min. 12, maks. 18). Fasilitasi Modul ini dirancang untuk dikajikan oleh sedikitnya dua fasilitator. Dengan ini, ada perbedaan dalam pola dan kecepatan pelatihan. Hal ini juga membagi beban. Misalnya, satu fasilitator dapat membawa satu sesi, kemudian yang berikut dibawa oleh fasilitator lain. Dengan ini, satu fasilitator dapat membidik pada tanggapan dari peserta, sedangkan yang kedua bertindak sebagai pembantu, dan menulis jawaban pada papan. Karena ada cukup banyak materi yang harus diangkat, fasilitator harus mengamati waktu dan bergerak melalui sesi secara efisien, sekali pun memberi cukup waktu agar peserta dapat melakukan kegiatan dan membahas masalah penting yang muncul. Selain modul yang ada di pedoman ini, diharapkan dapat dilakukan beberapa sesi penunjang dengan narasumber dari luar lihat Agenda pada halaman berikut. Persiapan Sebelum pelatihan dimulai, bacalah modul ini secara hati-hati untuk memastikan: apa yang harus dilakukan pada setiap unsur mengapa harus dilakukan bagaimana dilakukan siapa akan menyampaikan setiap unsur pelatihan Ruang Pelatihan Jika mungkin, meninjau ruang pelatihan sebelum hari pertama pelatihan. Pada Hari H, datanglah sedikitnya 45 menit sebelum pelatihan dijadwalkan, agar membuat ruangannya nyaman dan agar dapat istirahat sejenak sebelum mulai kerja. Karena pelatihan ini mengangkat materi yang cukup rumit, sebaiknya disediakan meja dan kursi, atau kursi kuliah, untuk peserta. Bentuk terbaik adalah dengan menyusunnya sebagai setengah lingkaran. Jangan biarkan ada kursi kosong. Bila ada peserta yang tidak hadir, keluarkan kursi kosong. Dengan ini, dapat menghindari kesadaran bahwa ada sesuatu yang hilang. Tujuan ini adalah untuk membentuk rasa kesatuan dan kebersamaan dalam kelompok. Alat-Alat/Materi Bahan/alat yang dibutuhkan untuk melakukan pelatihan ini: alat (komputer + proyektor (InFocus) + layar) dan PowerPoint, serta pointer laser papan tulis beberapa helai kertas yang besar/kertas plano/flipchart spidol untuk papan tulis lakban/isolasi map/buku nota dan pena untuk peserta binder untuk buku peserta, serta materi (catatan: jawaban sebaiknya diberikan pada akhir masing-masing sesi) buku kecil dan lembaran informasi Spiritia Kegiatan Penunjang Setiap hari sebaiknya dibuka dengan doa, serta kegiatan Apa kabar pagi ini (selain hari pertama). Setelah itu, ada baik bila diambil beberapa menit untuk membahas pertanyaan dari hari sebelumnya, baik yang ditulis pada evaluasi hari, maupun yang diajukan secara lisan oleh peserta. Setiap kali setelah makan siang dan rehat kopi dilakukan energizer (permainan, agar badan bergerak ), dan juga untuk meningkatkan rasa kebersamaan antara peserta. Kegiatan ini dapat membutuhkan menit tiga kali sehari. Setiap hari ditutup dengan doa, yang didahului dengan acara Kesan hari ini (kecuali hari terakhir). 5

6 Yayasan Spiritia Contoh Jadwal Pelatihan Pendidik Pengobatan Hari Minggu 19:30 20:00 Pembukaan/Perkenalan 20:00 20:15 Tata Tertib 20:15 20:45 Informasi sebagai Terapi/Agenda 20:15 20:45 Prates Hari Senin 09:00 09:15 Buka Hari 09:15 11:00 Dasar HIV 11:00 11:15 Rehat 11:15 11:30 Energizer 11:30 12:10 Hak Pasien & Dokter/Perawat 12:10 12:50 Peranan KPA 12:50 13:50 Makan Siang 13:50 14:05 Energizer 14:05 15:50 Dasar ART 15:50 16:05 Rehat 16:05 16:20 Energizer 16:20 17:50 Efek Samping 17:50 18:05 Tutup Hari Hari Selasa 09:00 09:15 Buka Hari 09:15 10:30 Resistansi 10:30 10:45 Rehat 10:45 11:00 Energizer 11:00 11:40 Pencegahan Infeksi Nosokomial 11:40 12:20 Perawatan di RS 12:20 13:20 Makan Siang 13:20 13:35 Energizer 13:35 15:20 Kepatuhan 15:20 15:35 Rehat 15:35 15:50 Energizer 15:50 17:05 ARV & Anak 17:05 17:50 Seleksi Penerima ART 17:50 18:05 Tutup Hari Hari Kamis 09:00 09:15 Buka Hari 09:15 10:30 HIV & Hepatitis 10:30 10:45 Rehat 10:45 11:00 Energizer 11:00 11:40 IMS 11:40 12:40 Tugas Pelatih 12:40 13:40 Makan Siang 13:40 13:55 Energizer 13:55 14:55 Terapi Tradisional 14:55 15:25 HAM 15:25 15:40 Rehat 15:40 15:55 Energizer 15:55 17:10 Perawatan Paliatif 17:10 17:40 Gizi terkait ART 17:40 17:55 Tutup Hari Hari Jumat 08:30 08:45 Buka Hari 08:45 09:15 Pendekatan Algoritme 09:15 10:00 Pemantuan & Evaluasi Program ART 10:00 10:30 GIPA 10:30 10:45 Rehat 10:45 11:00 Energizer 11:00 11:30 Perawatan di Rumah 11:30 12:00 Advokasi 12:00 13:30 Makan Siang 13:30 13:45 Energizer 13:45 14:15 HIV Stop di Sini 14:15 14:30 Rehat 14:30 14:45 Energizer 14:45 15:30 Pascates 15:30 16:30 Tinjauan/Evaluasi/Penutup Hari Rabu 08:00 08:15 Buka Hari 08:15 09:45 Infeksi Oportunistik 09:45 10:00 Rehat 10:00 10:15 Energizer 10:15 11:30 HIV & Perempuan 11:30 12:45 HIV & TB 12:45 13:45 Makan Siang 13:45 14:00 Energizer 14:00 14:40 Perawatan Komprehensif 14:40 15:25 Pembelajaraan Orang Dewasa 15:25 15:40 Tutup Hari 6

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi Kepatuhan yang kurang, tingkat obat yang tidak cukup, resistansi

Lebih terperinci

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Update tentang Pengobatan HIV 1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda. Perkenalkan sesi ini sebagai ringkasan yang sangat singkat mengenai perkembangan dalam perawatan,

Lebih terperinci

spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV Buku Pedoman untuk Pelatih

spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV Buku Pedoman untuk Pelatih spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV Buku Pedoman untuk Pelatih Disusun oleh Chris W. Green 2014 Pendahuluan Beberapa penelitian membuktikan bahwa orang yang hidup dengan HIV-AIDS (Odha) yang

Lebih terperinci

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV Tuberkulosis (TB) mewakili ancaman yang bermakna pada kesehatan

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.

Lebih terperinci

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada

Lebih terperinci

KONGRES NASIONAL ODHA & OHIDHA II 2007 Tema: Peduli AIDS Jangan Hanya Slogan 29 Juli 1 Agustus 2007

KONGRES NASIONAL ODHA & OHIDHA II 2007 Tema: Peduli AIDS Jangan Hanya Slogan 29 Juli 1 Agustus 2007 KONGRES NASIONAL ODHA & OHIDHA II 2007 Tema: Peduli AIDS Jangan Hanya Slogan 29 Juli 1 Agustus 2007 Latar belakang Kongres Nasional Odha I telah dilaksanakan pada tahun 2005 lalu di Lembang Jawa Barat,

Lebih terperinci

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id, Situs

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Buku ini adalah terjemahan dan penyesuaian dari HIV, Pregnancy

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? HEALTH Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Chris W Green Spiritia Jl. Kemiri No.10, Gondangdia,

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 55, Juni 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Pontianak, 3-7 Juni 2007 Oleh: Caroline Thomas Pelatihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh adanya infeksi

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of Differentiation 4) sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 )

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 ) STUDI PENGGUNAAN ANTIRETROVIRAL PADA PENDERITA HIV(Human Immunodeficiency Virus) POSITIF DI KLINIK VOLUNTARY CONSELING AND TESTING RSUD dr. SOEBANDI JEMBER Periode 1 Agustus 2007-30 September 2008 SKRIPSI

Lebih terperinci

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? SERI BUKU KECIL Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? Oleh Chris W. Green Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id,

Lebih terperinci

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia yang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan

I. PENDAHULUAN. Manusia yang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal mendasar dan tidak dapat dielakkan dalam kehidupan. Manusia yang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan dengan berkomunikasilah

Lebih terperinci

PEDOMAN KELAS IBU HAMIL

PEDOMAN KELAS IBU HAMIL PEDOMAN KELAS IBU HAMIL PUSKESMAS PERAWAS TAHUN 2017 LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara : KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA Disampaikan Pada Acara : FORUM NASIONAL VI JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Padang, 24-27 Agustus

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 49, Desember 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Jogjakarta, 3-9 Desember 2006 Oleh: Caroline Thomas

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) secara global masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan yang

Lebih terperinci

Latar belakang, Skema & Implementasi SUFA (Strategic Use of Antiretroviral) di Indonesia

Latar belakang, Skema & Implementasi SUFA (Strategic Use of Antiretroviral) di Indonesia Lecture Series Inisiasi Dini Terapi Antiretroviral untuk Pencegahan dan Pengobatan Oleh Pusat Penelitian HIV & AIDS Atma Jaya Jakarta, 25 Februari 2014 Pembicara: 1) Yudi (Kotex, perwakilan komunitas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada Millenium Development Goals (MDGs), memiliki 5 pondasi yaitu manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran atau ekspresi dimana terdapat keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi seseorang dapat diukur dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL KOLABORASI TB HIV

KEBIJAKAN NASIONAL KOLABORASI TB HIV KEBIJAKAN NASIONAL KOLABORASI TB HIV disampaikan oleh : Kasi Resisten obat Nurjannah, SKM M Kes Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI Epidemilogi

Lebih terperinci

Yayasan Spiritia Laporan Kegiatan 2004/2005

Yayasan Spiritia Laporan Kegiatan 2004/2005 Yayasan Spiritia Laporan Kegiatan 2004/2005 Periode Laporan: 1 Juni 2004 31 Oktober 2005 Manajer Program/Koordinator: Daniel Marguari Disusun: 31 November 2005 Daftar Isi Daftar Isi...2 Akronim dan Singkatan...3

Lebih terperinci

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( ) PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT (PKM) TENTANG PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN II TAHUN 2012 OLEH A A ISTRI YULAN

Lebih terperinci

Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 0 Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh, Salam Sejahtera bagi kita semua. Peningkatan mutu hidup Odha dan mitigasi dampak sosioekonomi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN YAYASAN SPIRITIA JANUARI DESEMBER 2013

LAPORAN TAHUNAN YAYASAN SPIRITIA JANUARI DESEMBER 2013 LAPORAN TAHUNAN YAYASAN SPIRITIA JANUARI DESEMBER 2013 Kata Sambutan Dengan penuh syukur saya sampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya, hingga Laporan

Lebih terperinci

SUFA (Strategic Use of ARV) di Kabupaten Jember ; Capaian dan Kendala

SUFA (Strategic Use of ARV) di Kabupaten Jember ; Capaian dan Kendala 2014 SUFA (Strategic Use of ARV) di Kabupaten Jember ; Capaian dan Kendala Irma Prasetyowati 1, Hariyati 2, Mirza Khoirotul Fauziah 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember dan KPA Kab Jember

Lebih terperinci

Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar,

Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar, Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar, 2014-2015 Sang Gede Purnama, Partha Muliawan, Dewa Wirawan A. Abstrak

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Kompetensi (Competency Statement) Mampu merencanakan, mengambil keputusan, mengevaluasi

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 28, Maret 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Lampung, 14 20 Maret 2005 Oleh Odon Bayu Pradjanto Pertengahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang/ menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun, dan jika selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia. Berdasarkan data yang

Lebih terperinci

Hidup dengan HIV-AIDS

Hidup dengan HIV-AIDS Spiritia Edisi Desember 2016 Buku ini diterbitkan dan didistribusikan oleh Yayasan Spiritia dengan dukungan: Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Hidup dengan HIV-AIDS Ford Foundation Australian Aids

Lebih terperinci

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di 1 BAB II PENDAHULUANN 1.1 Latar Belakangg Humann Immunodeficiencyy Viruss (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di dunia, dimana jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TBC merupakan penyakit yang sangat membahayakan, karena di dalam paru-paru kita terdapat kuman mycrobacterium tuberculosis, yang apabila di biarkan, kuman tersebut akan

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA (KDS) DAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA ODHA

PERAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA (KDS) DAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA ODHA JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 64-69 PERAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA (KDS) DAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA ODHA Tri Johan Agus Yuswanto, Tavip Dwi Wahyuni, Joko Pitoyo Poltekkes

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DAN IMS. Subdit AIDS dan PMS DITJEN PP & PL, KEMENKES KUPANG, 4 September 2013

KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DAN IMS. Subdit AIDS dan PMS DITJEN PP & PL, KEMENKES KUPANG, 4 September 2013 KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DAN IMS Subdit AIDS dan PMS DITJEN PP & PL, KEMENKES KUPANG, 4 September 2013 SITUASI DI INDONESIA Estimasi Jumlah ODHA 591.823 Jumlah Kasus Jumlah HIV dan AIDS

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN PRGRAM HIV AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL I. PENDAHULUAN Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan

Lebih terperinci

sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL

sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Disampaikan di hadapan: Workshop P2 HIV&AIDS di Kabupaten Bantul 30 Mei 2011

Lebih terperinci

Hidup Dengan HIV/AIDS

Hidup Dengan HIV/AIDS SERI BUKU KECIL Hidup Dengan HIV/AIDS Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168 Fax: (021) 4287 1866 E-mail: info@spiritia.or.id, Situs web: http://spiritia.or.id

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2016 SERI B.25 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KOLABORASI TB-HIV (TUBERKULOSIS-HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS) KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan dan salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling signifikan di dunia (WHO, 2015), karena disamping belum

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum ARV di Indonesia

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum ARV di Indonesia Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum ARV di Indonesia LATAR BELAKANG Menurunkan risiko kematian Mengurangi angka kesakitan Mengurangi jumlah virus Meningkatkan daya tahan tubuh METODE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 54 BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hasil penelitian pada setiap variabel yang sudah direncanakan. Proses pengambilan data dilakukan di RSUD Tidar kota Magelang dari 30 Desember 2015 sampai 7 Januari

Lebih terperinci

PERAN LSM/KOMUNITAS DALAM KOLABORASI TB-HIV

PERAN LSM/KOMUNITAS DALAM KOLABORASI TB-HIV PERAN LSM/KOMUNITAS DALAM KOLABORASI TB-HIV Direktorat PPML Kementrian Kesehatan RI Forum Nasional VI Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Padang, 26 Agustus 2015 Kita tidak bisa melawan AIDS kecuali

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016 A. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Teladan I. Data Umum 1. Nama : 2. Pendidikan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. penderita dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam pelaksanaannya, KDS Metacom

KESIMPULAN DAN SARAN. penderita dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam pelaksanaannya, KDS Metacom dan Saran BAB VII Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan KDS Metacom merupakan kelompok dukungan sebaya yang dibentuk pada pertengahan tahun 2006 dan bergerak dalam memberikan dukungan pada penderita

Lebih terperinci

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Dr. Muh. Ilhamy, SpOG Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Kesmas, Depkes RI Pertemuan Update Pedoman Nasional PMTCT Bogor, 4

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PUSKESMAS LAYANAN SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS 2.1.1 Pengertian dan penularan Human Immnunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh manusia melemah

Lebih terperinci

Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa

Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa Menkokesra selaku Ketua KPA Nasional menunjuk IBCA sebagai Sektor Utama Pelaksana Peringatan HAS 2013 Tahun

Lebih terperinci

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit!

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit! Policy Brief Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit! Pesan Pokok Perluasan cakupan perawatan HIV hingga saat ini masih terbatas karena adanya berbagai hambatan baik dari

Lebih terperinci

MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS. Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha)

MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS. Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha) MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha) Tujuan Peserta mampu : 1. Menjelaskan dan menerapkan prinsip-prinsip dasar manajemen kasus HIV/AIDS 2. Memahami fungsi/kegiatan

Lebih terperinci

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015 SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015 LATAR BELAKANG DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1238, 2015 KEMENKES. Pengguna Napza Suntik. Dampak. Pengurangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK

Lebih terperinci

Yayasan Spiritia Laporan Kegiatan 2005/2006

Yayasan Spiritia Laporan Kegiatan 2005/2006 Yayasan Spiritia Laporan Kegiatan 2005/2006 Periode Laporan: 1 November 2005 31 Oktober 2006 Manajer Program/Koordinator: Daniel Marguari Disusun: 30 November 2006 Daftar Isi Daftar Isi...2 Akronim dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), penyebab kematian terbanyak pada wanita golongan reproduktif disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

komisi penanggulangan aids nasional

komisi penanggulangan aids nasional 1 komisi penanggulangan aids nasional Pendahuluan: Isi strategi dan rencana aksi nasional penanggulangan HIV dan AIDS ini telah mengacu ke arah kebijakan yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014. Strategi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

Persoalan dan strategi penting

Persoalan dan strategi penting Mengatasi diskriminasi berdasarkan penyakit menular: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menguraikan konsep

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 48, November 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Konsultasi untuk Perpaduan Layanan Pencegahan dan Pengelolaan Infeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Pra ekperimen. Desain penelitian ini akan melibatkan satu (1) kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Pra ekperimen. Desain penelitian ini akan melibatkan satu (1) kelompok 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian Pra ekperimen. Desain penelitian ini akan melibatkan satu (1) kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS. Acquired Immuno Deficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita 306.874 3 Ind p Departemen Kesehatan Republik Indonesia PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita Untuk Petugas Kesehatan BUKU PEGANGAN PELATIH DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

HATIP 123: Tes HIV secara universal dan pengobatan langsung dapat mengurangi 95% infeksi HIV dalam 10 tahun

HATIP 123: Tes HIV secara universal dan pengobatan langsung dapat mengurangi 95% infeksi HIV dalam 10 tahun HATIP 123: Tes HIV secara universal dan pengobatan langsung dapat mengurangi 95% infeksi Oleh: aidsmap.com, 27 November 2008 WHO menerbitkan penelitian percontohan Tes HIV secara universal dan pengobatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci