VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak"

Transkripsi

1 ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak Pertimbangan untuk pengobatan dengan pendekatan kesehatan masyarakat Negara didorong untuk memakai pendekatan kesehatan masyarakat untuk mendukung dan memudahkan akses yang lebih luas pada ART. Di antara asas kunci pendekatan ini adalah standardisasi dan penyederhanaan rejimen ARV. Oleh karena itu negara disarankan agar memilih sejumlah rejimen lini pertama yang terbatas, serta beberapa rejimen lini kedua yang sesuai, dengan mempertimbangkan bahwa orang yang tidak tahan atau mengalami kegagalan dengan rejimen lini pertama atau kedua dapat membutuhkan masukan dari dokter yang lebih berpengalaman. Penggunaan kombinasi tiga ARV saat ini adalah terapi baku untuk infeksi HIV agar mencapai penekanan replikasi virus yang terbaik serta menghentikan kelanjutan penyakit HIV. Adalah penting untuk memaksimalkan efektivitas jangka panjang dan efisiensi rejimen lini pertama dengan menggabungkan pendekatan untuk mendukung kepatuhan. Saat rejimen ARV yang sesuai dipilih untuk dipakai di suatu negara, faktor tingkat program harus dipertimbangkan. Faktor ini termasuk: dapat mengobati anak dengan semua usia; bentuk obat yang sesuai, terutama untuk bayi dan anak muda serta pengasuh, termasuk bila mungkin persetujuan/pendaftaran dari badan pengawasan obat nasional untuk obat dan takaran yang diusulkan; pola toksisitas, termasuk teratogenesitas; kebutuhan akan pemantauan laboratorium; potensi untuk menahan pilihan pengobatan ke depan; kepatuhan pasien yang diramalkan (termasuk pertimbangan pada rejimen obat yang dipakai oleh orang tua atau pengasuh, bila ada); keadaan yang muncul bersamaan (mis. koinfeksi, kekurangan gizi, malaria, TB, mungkin hepatitis B dan C) ketersediaan dan keefektivan biaya; kemampuan sistem pembelian dan pembekalan obat. Pilihan rejimen ARV yang sesuai dapat juga dipengaruhi oleh: akses pada sejumlah obat ARV yang terbatas dalam bentuk yang cocok untuk mengobati bayi dan anak muda (lihat keadaan khusus di bawah); prasarana layanan kesehatan yang terbatas (termasuk sumber daya manusia); serta keberadaan berbagai tipe HIV (mis. HIV-2). Pertimbangan mengenai bentuk obat dan takaran untuk anak Obat ARV yang terjamin mutunya (i) dalam kombinasi dosis tetqp (fixed dose combination atau FDC) (ii), atau kemasan bersama (blister pack) (iii) sebagian besar dipakai oleh orang dewasa dan anak berusia lebih tinggi. Diharapkan bentuk ini menjadi semakin tersedia ke depan untuk dipakai oleh anak lebih muda.. Dosis sekali sehari sudah tersedia untuk beberapa kombinasi ARV untuk orang dewasa dan hal ini lebih menyederhanakan rejimen obat. Manfaat FDC dan dosis sekali sehari meliputi kepatuhan yang lebih baik. dan dalam giliran hal ini membatasi munculnya resistansi obat dan menyederhanakan penyimpanan dan logistik distribusi. WHO secara kuat mendorong perkembangan bentuk yang cocok untuk penggunaan pediatrik, terutama bentuk padat (mis. yang dapat dibuat puyer, dilarut, dalam bentuk biji, tablet scored, atau kapsul yang dapat dibuka) dalam dosis yang dapat dipakai oleh pasien pediatrik dengan berat badan di bawah 14kg. i ii iii Dalam konteks dokumen ini, obat yang terjamin mutunya yang digabungkan dalam kombinasi dosis tetap (FDC) termasuk produk individu yang dianggap memenuhi standar internasional untuk mutu, keamanan dan kemanjuran. Untuk upaya WHO mengenai prakualifikasi ARV, lihat: FDC menggabungkan dua atau lebih produk obat dalam satu pil, kapsul, granul, tablet atau larutan. Blister pack adalah blister plastik atau aluminium yang mengandung dua atau lebih pil, kapsul atau tablet. Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia

2 Sirop dan larutan tetap dibutuhkan untul mengobati bayi dan anak sangat muda yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul komplet. Namun bentuk tersebut mempunyai ketidaksempurnaan, termasuk ketersediaan terbatas, harga tinggi, kesulitan dengan penyimpanan, kadaluwarsa yang terbatas, eksipien alkohol, dan rasanya kurang enak. Sebagaimana anak menjadi lebih tua, lebih baik memberikannya dalam bentuk padat (bagian dari tablet scored atau persediaan kombinasi; lihat laporan pertemuan WHO/UNICEF tentang bentuk ARV pediatric di Untuk beberapa ARV, kapsul dan tablet tersedia dalam dosis yang cukup rendah untuk memungkinkan takaran tepat buat anak. Farmakokinetik beberapa tablet yang dibuat puyer atau isi kapsul dipercikan telah dinilai. Namun banyak obat tidak mempunyai bentuk padat dengan dosis yang sesuai untuk penggunaan pediatrik, dan beberapa bentuk padat tidak mempunyai semua unsur obat dibagikan secara rata dalam tablet, sementara untuk yang lain belum ada data farmakokinetik untuk memungkinkan takaran yang tepat. Badan pengawasan obat nasional harus mempertimbangkan faktor ini saat mengambil keputusan tentang persetujuan obat untuk dipakai oleh anak. Walaupun manfaat virologis dan imunologis yang memuaskan pada anak yang menerima tablet FDC dewasa d4t/3tc/nvp yang dibagi dilaporkan dari Thailand (48) dan Uganda (49), penggunaan tablet yang harus dipotong, terutama yang tidak di-score, dapat menghasilkan overdosis atau dosis terlalu rendah pada anak, dan hal ini dapat menyebabkan risiko lebih tinggi terjadi resistansi atau toksisitas. Lagi pula takaran tidak dapat disesuaikan secara mudah sebagaimana si anak menumbuh, yang juga dapat mengakibatkan takaran yang diberikan terlalu rendah. Namun memotong ARV dosis dewasa berbentuk padat, walau kurang optimal, dapat menjadi satu-satunya pilihan saat ini untuk mengobati anak secepat mungkin (biasanya saat mencapai berat badan 10-12kg), dan dapat dipertimbangkan bila tidak ada pilihan lain. Penggunaan alat pemotong tablet bermanfaat tetapi paling baik tablet tidak terpotong menjadi kurang dari separo. Uji coba farmakokinetik di antara anak di Malawi membuktikan bahwa penggunaan bentuk sirop obat tunggal lebih baik dibandingkan memotong FDC dewasa untuk anak lebih kecil. Takaran pada anak umumnya didasari perluasan permukaan tubuh atau berat badan (51). Sebagaimana ukuran ini berubah dengan pertumbuhan, takaran obat harus disesuaikan agar menghindari risiko dosis terlalu rendah. Standardisasi adalah penting dan sebaiknya petugas layanan kesehatan diberikan tabel yang disederhanakan yang menunjukkan takaran obat yang harus dipakai. Tabel macam ini dapat berbeda berdasarkan tempat terkait ketersediaan obat dan bentuk ARV pada negara yang bersangkutan. WHO sudah mengembangkan tabel takaran prototipe berdasarkan berat badan, serta perlengkapan untuk membantu negara dengan standardisasi dan perhitungan takaran obat (i) (Lampiran E). Bentuk dosis tetap untuk anak menjadi tersedia pada akhir 2005; produk ini d4t/3tc/nvp dengan dosis berbeda, walaupun mereka belum disetujui badan pengawasan obat yang paling ketat. FDC rejimen baku lini pertama dan kedua untuk anak lebih muda dibutuhkan secara mendesak. Pertimbangan untuk pilihan rejiimen lini pertama Penelitian mengenai ART pada anak menunjukkan bahwa perbaikan yang serupa dengan yang diperoleh oleh orang dewasa dilihat dalam morbiditas, mortalitas dan tanda pengganti (surrogate) dengan banyak rejimen ARV yang manjur (39, 52-55). Pilihan terbaik saat memilih rejimen lini pertama untuk bayi dan anak adalah dua analog nukleosida (NRTI) plus satu non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) (Boks 3). Obat ini mencegah replikasi HIV dengan menghambat tindakan reverse transcriptase, enzim yang dipakai oleh HIV untuk membuat tiruan (copy) DNA dari RNA-nya. Kelompok teknis referensi mendasari keputusan ini pada bukti yang tersedia, pengalaman klinis dan kemungkinan program dapat mengenal ART pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya. Rejimen berdasarkan NRTI/NNRTI adalah manjur dan umumnya kurang mahal; bentuk generik lebih sering tersedia dan rantai dingin (penyimpanan dengan suhu rendah dalam distribusi) tidak dibutuhkan. Tambahan, rejimen tersebut mencadangkan golongan manjur lain, yaitu protease inhibitor (PI) untuk lini kedua. Kerugiannya termasuk masa paro yang berbeda, fakta bahwa hanya satu mutasi menyebabkan resistansi terhadap i Sebuah perangkat berdasarkan web untuk membantu dalam perkembangan tabel takaran untuk program nasional diharapkan akan tersedia di situs web WHO pada pertengahan VI 2

3 beberapa obat (mis. 3TC, NNRTI), dan terkait dengan NNRTI, mutasi tunggal dapat menimbulkan resistansi pada semua jenis obat yang saat ini tersedia dalam golongan tersebut. Unsur aktif rejimen ini dapat termasuk NRTI analog timidin (d4t, AZT) atau NRTI analog guanosin (abacavir/abc), digabungkan dengan NRTI analog sitidin (3TC atau emtricabine/ftc) serta satu NNRTI (efavirenz/efv atau nevirapine/nvp). Harus dipahami bahwa EFV saat ini belum disetujui untuk anak di bawah usia 3 tahun karena informasi mengenai takaran yang cocok belum lengkap, walau masalah ini tengah ditelitikan. Oleh karena itu, untuk anak tersebut, NVP adalah NNRTI yang diusulkan. Keprihatinan tambahan mengenai NNRTI sebagai unsur rejimen lini pertama terkait dengan penggunaannya pada remaja (lihat Bagian XIV); masalah termasuk potensi teratogenik (menimbulkan cacat janin) EFV pada triwulan pertama kehamilan dan hepatotoksisitas NVP pada perempuan remaja dengan jumlah CD4 mutlak di bawah 250. Data yang tersedia mengenai bayi dan anak menunjukkan angka kejadian hepatotoksisitas berat akibat NVP yang sangat rendah tanpa ada hubungan dengan jumlah CD4 (56). Boks 3. Rangkuman rejimen lini pertama pilihan yang diusulkan untuk bayi dan anak Regimen 2 NRTI plus 1 NNRTI a : [A(II)]* AZT b + 3TC c + NVP d /EFV e ABC + 3TC c + NVP d /EFV e * Kekuatan usulan/tingkat bukti. a Penggunaan AZT, d4t, ABC dengan 3TC mengasilkan beberapa kombinasi dua nukleosida yang mungkin (lihat bagian berikut mengenai pilihan NRTI). b AZT tidak boleh diberikan bersamaan dengan d4t. c Bila tersedia, FTC dapat dipakai sebagai pengganti 3TC pada anak berusia di atas 3 bulan. d NVP sebaiknya dipakai secara hati-hati pada perempuan remaja pascapubertas (dianggap sebagai dewasa untuk maksud pengobatan) dengan CD4 mutlak > 250 pada awal. e EFV saat ini belum diusulkan untuk anak berusia di bawah 3 tahun dan harus dihindari pada perempuan remaja pascapubertas pada triwulan pertama kehamilan atau aktif secara seksual dan tidak memakai KB yang memadai. Penggunaan rejimen tiga NRTI (yaitu AZT/d4T + 3TC +ABC) dapat dipertimbangkan sebagai pilihan untuk menyederhanakan terapi awal dalam keadaan tertentu (Boks 4). Satu masalah adalah kemanjuran virologis rejimen ini yang agak lebih rendah dibandingkan dengan kombinasi tiga obat/dua golongan dalam uji coba pada orang dewasa (57-60) dan oleh karena itu penggunaannya saat ini dibatasi pada keadaan tertentu, terutama untuk bayi dan anak yang memakai pengobatan TB. Dalam keadaan ini, NVP mungkin bukanlah pilihan optimal karena ada interaksi obat dengan rifampisin (lihat Bagian XII). Indikasi lain yang mungkin untuk penggunaan rejimen tiga NRTI adalah pengobatan perempuan remaja yang hamil dengan jumlah CD4 mutlak di atas 250. Rejimen ini, terutama bila digabungkan dalam satu pil, juga dapat dipertimbangkan pada remaja yang diperkirakan atau dibuktikan mengalami masalah dengan kepatuhan (lihat Bagian XIV). Boks 4. Rejimen ARV alternatif yang diusulkan untuk bayi dan anak untuk menyederhanakan penatalksanaan toksisitas, komorbiditas dan interaksi obat Rejimen tiga NRTI: [C(III)]* AZT/d4T a + 3TC b + ABC * Kekuatan usulan/tingkat bukti. a AZT tidak boleh diberikan bersamaan dengan d4t. b Bila tersedia, FTC dapat dipakai sebagai pengganti 3TC pada anak berusia di atas 3 bulan. VI 3

4 Pilihan NRTI Obat dari golongan NRTI diusulkan untuk anak sesuai pendekatan kesehatan masyarakat dijelaskan di bawah. 3TC adalah NRTI yang manjur dengan riwayat sangat baik untuk efektivitas, keamanan dan mudah ditahan oleh anak terinfeksi HIV, dan adalah unsur inti terapi sebagai tulang belakang NRTI. Umumnya 3TC diberikan pada anak dua kali sehari dan digabungkan dalam beberapa FDC. FTC (emtricabine) adalah NRTI yang lebih baru, yang baru saja dimasukkan pada daftar rejimen lini pertama WHO untuk orang dewasa sebagai pilihan, dan juga tersedia untuk dipakai oleh anak. Bentuk FTC mirip dengan 3TC dan mempunyai pola resistansi yang sama dengan 3TC (61). Bila tersedia, FTC dapat dipakai oleh anak berusia di atas 3 bulan sebagai alternatif pada 3TC. d4t adalah NRTI yang pada awal lebih baik ditahan dibandingkan AZT dan tidak membutuhkan pemantauan Hb atau tes laboratorium lain. Namun di antara NRTI, d4t paling sering dikaitkan dengan lipoatrofi (62) dan asidosis laktik. Tambahannya, peningkatan pada transaminase hati dan pankreatitis diamati. d4t juga dapat menyebabkan neuropati perifer, walau masalah ini tampaknya kurang lazim pada anak dibandingkan orang dewasa (63, 64). d4t bentuk sirop membutuhkan rantai dingin dan kapsul paling kecil berisi 15mg. Walaupun kebutuhan lebih rendah akan pemantauan laboratorium dapat dianggap alasan baik untuk lebih memilih d4t daripada AZT sebagai unsur NRTI, terutama saat program cepat dikembangkan, risiko lipoatrofi yang cukup tinggi pada anak diobati dengan rejimen mengandung d4t tetap ada. Oleh karena itu, program nasional mungkin harus mempertimbangkan perbandingan antara toksisitas jangka pendek dan panjang terkait pilihan lini pertama (lihat Bagian VIII) dan memulai tindakan untuk memantau secara ketat obat terkait dengan risiko toksisitas yang lebih tinggi. Harus ditekankan bahwa d4t dan AZT tidak boleh dipakai bersamaan karena terbukti kedua obat ini saling berlawanan (65, 66) (Boks 5). AZT umumnya ditahan dengan baik oleh anak tetapi obat ini dikaitkan dengan masalah metabolisme, walau pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan d4t. Efek samping awal terkait obat lebih umum dengan AZT dan obat ini dapat menyebabkan anemia dan neutropenia yang berat; oleh karena itu, pemantauan Hb sebelum dan selama pengobatan dengan AZT dapat berguna. Pemantauan ini terutama penting di daerah dengan malaria stabil atau bila kekurangan gizi adalah umum, serta anemia sangat lazim pada anak muda. Bentuk sirop AZT dalam volume besar sering sulit ditahan. AZT dapat diganti dengan d4t bila tidak ditahan dan sebaliknya, kecuali bila asidosis laktik dicurigai; dalam hal ini kedua obat tidak boleh dipakai lagi. Seperti dicatat di atas, AZT tidak boleh dipakai bersamaan dengan d4t. Abacavir (ABC) dimasukkan pada pedoman pediatrik yang direvisi ini sebagai pilihan NRTI lain dalam terapi lini pertama, yang mencerminkan perubahan dari pedoman 2003, yang mengusulkan mencadangkan ABC untuk dipakai sebagai bagian dari rejimen lini kedua. Hasil uji coba klinis terhadap orang yang belum memakai ART yang menunjukkan efektivitas, ketersediaan ABC dengan bentuk pediatrik, serta potensi yang dimunculkan oleh perkembangan ini untuk menyediakan perawatan berdasarkan keluarga untuk orang tua dan anak terinfeksi HIV dengan ABC/3TC, menyeimbangkan keprihatinan mengenai memasukkan satu lagi obat lini pertama. Laporan dari uji coba yang dilakukan di berbagai pusat secara acak, yang membandingkan rejimen dua NRTI (PENTA 5) (67) menunjukkan bahwa rejimen dua NRTI yang mengandung ABC (ABC/3TC atau ABC/AZT) adalah lebih efektif dibandingkan rejimen yang mengandung AZT + 3TC pada anak dengan HIV-1 dan belum pernah diobati. Hasil uji coba ini juga memberi kesan bahwa pola keamanan serupa antara anak dan orang dewasa, dengan hanya sedikit toksisitas darah. Oleh karena itu, kombinasi NRTI yang mengandung ABC menyediakan tulang belakang NRTI yang baik untuk dipakai dengan NNRTI atau sebagai bagian dari rejimen tiga nukleosida. Dari semua obat NRTI, ABC berdampak paling kecil terhadap DNA mitokondria (68) dan adalah pengganti terbaik untuk d4t pada anak yang mengembangkan asidosis laktik waktu memakai rejimen mengandun d4t. ABC juga dapat menjadi gantian untuk AZT bila obat itu tidak ditahan. Namun ABC dikaitkan dengan reaksi hiperpeka yang berpotensi mematiikan pada kurang lebih 3% anak yang memakainya (67). Pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami reaksi hiperpeka, ABC harus dihentikan dan tidak dimulai ulang (lihat Bagian VIII). Anak dan/atau pengasuhnya harus diberi tahu mengenai risiko reaksi hiperpeka yang parah ini, dan harus segera melaporkan pada dokter bila tanda atau gejala reaksi hiperpeka terjadi. VI 4

5 Tenofovir (TDF) adalah obat lain yang dimasukkan sebagai pilihan efektif untuk rejimen lini pertama pada orang dewasa. Karena ada keprihatinan mengenai data terbatas tentang keamanan dan toksisitas (yaitu mineralisasi tulang dan toksisitas ginjal yang berpotensi), penggunaan TDF pada anak tidak diusulkan sehingga data lebih lanjut tersedia. TDF umumnya ditahan dengan baik (69), walau pernah dilaporkan masalah fungsi ginjal pada pasien dewasa yang memakainya (70-72). Sebuah penelitian pada 16 anak terinfeksi HIV (usia berkisar 6,4 sampai 17,9 tahun) yang memakai terapi selama 12 bulan yang membandingkan TDF dan d4t melaporkan bahwa TDF tidak mempengaruhi penambahan mineral tulang sementara menunjukkan tanggapan imunologis yang baik pada ART (73). Namun sebuah penelitian pediatrik pada anak terinfeksi HIV yang sudah memakai ART (usia berkisar 8,3 sampai 16,2 tahun) menunjukkan pengurangan lebih dari 6% pada kepadatan mineral tulang pada kurang lebih 30% mereka yang dinilai setelah 48 minggu terapi dengan TDF, dengan demikian mungkin membatasi penggunaan TDF di antara anak prapubertas (74). ddi adalah NRTI analog nukleosida adenosin. Penggunaannya biasa dicadangkan untuk rejimen lini kedua (lihat Bagian XI). Boks 5 merangkum kombinasi obat NRTI yang harus dihindari. Boks 5. Kombinasi obat NRTI yang harus dihindari a d4t + AZT kedua obat ini bekerja melalui jalan metabolik yang sama [A(I)]* d4t + ddi b kedua obat ini mempunyai toksisitas yang tumpang tindih [A(I)]* TDF + 3TC + ABC c TDF + 3TC + ddi d rejimen ini terkait dengan kejadian tinggi kegagalan virologis TDF + ddi + NNRTI e dini [A(III)]* * Kekuatan usulan/tingkat bukti. a Berdasarkan data dari penelitian dilakukan pada orang dewasa. b ddi adalah NRTI analog adenosin yang umumnya dicadangkan untuk rejimen lini kedua (lihat Bagian XI). c Data dari tiga uji coba klinis pada orang dewasa yang melibatkan kombinasi TDF + 3TC + ABC menunjukkan angka kegagalan virologis yang tinggi dan resistansi terhadap obat. Dengan adanya keprihatinan ini dan kekurangan data klinis, tulang belakang NRTI ini sebaiknya tidak dipakai pada pasien yang belum pernah memakai ART. Laporan lain mendukung bahwa ABC dan TDF menyeleksikan mutasi K65R, yang mengurangi kerentanan pada kedua obat (75). d Sebuah penelitian percobaan yang memakai rejimen ini menghasilkan kejadian tinggi mutasi K56R dan kegagalan virologis (76). e Sumber: referensi (77-80). Pilihan NNRTI Rejimen berdasarkan NNRTI sekarang adalah kombinasi yang paling sering diresepkan untuk terapi awal. Rejimen tersebut manjur, yaitu menurunkan viral load secara cepat tetapi tidak aktif terhadap HIV-2 dan HIV-1 golongon O, dan mutasi tunggal dapat menimbulkan resistansi silang. NNRTI efavirenz (EFV) dan nevirapine (NVP) sudah menunjukkan efektivitas klinis waktu diberikan dalam kombinasi yang sesuai pada anak. Namun perbedaan dalam pola toksisitas, potensi untuk interaksi dengan pengobatan lain, kelangkaan informasi takaran untuk EFV pada anak muda, dan harga adalah faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih NNRTI (81-88). Efavirenz (EFV) saat ini tidak diusulkan untuk dipakai pada bayi dan anak berusia di bawah 3 tahun karena takaran belum ditentukan. EFV terutama dikaitkan dengan toksisitas berhubungan dengan susunan saraf pusat (SSP), teratogenisitas (kemampuan untuk menimbulkan cacat pada janin) dan ruam. Ruam lebih sering terjadi pada anak dibandingkan orang dewasa, namun umumnya ringan, dan biasa tidak membutuhkan penghentian terapi. Gejala SSP umumnya mulai hilang setelah 10 sampai 14 hari pada kebanyakan pasien; penelitian pengamatan mengungkapkan gangguan SSP secara sementara pada 26% sampai 36% anak yang menerima EFV (55, 88). EFV harus dihindari pada anak dengan riwayat penyakit psikiatrik berat, yang menimbulkan potensi untuk kehamilan (kecuali KB efektif dapat dipastikan) dan selama triwulan pertama kehamilan. Pada keadaan ini, NVP mungkin pilihan yang lebih baik (lihat di VI 5

6 bawah). EFV dapat dianggap sebagai pilihan NNRTI yang terbaik pada anak dengan koinfeksi TB/HIV (lihat Bagian XII). Nevirapine (NVP) harus diberi hanya dalam kombinasi dengan ARV lain kecuali waktu dipakai sebagai profilaksis dosis tunggal untuk mengurangi risiko penularan HIV dari ibu-ke-bayi. NVP lebih mungkin menimbulkan ruam dibandingkan ARV lain. Ruam terkait NVP dapat parah dan gawat, termasuk sindrom Stevens-Johnson, dan seperti dicatat di atas, NVP juga dikaitkan dengan hepatotoksisitas yang jarang tetapi berpotensi mematikan. Pada keadaan ini, NVP harus dihentikan secara permanen dan tidak dipakai ulang (lihat Bagian VIII dan IX). Hal ini membuat obat ini kurang cocok untuk mengobati anak yang memakai obat hepatotoksik lain, atau obat yang dapat menyebakan ruam, atau keduanya, misalnya rifampisin untuk mengobati TB. Data mengenai penggunaan NVP pada anak koinfeksi HIV dan hepatitis B adalah terbatas. NVP saat ini satu-satunya NNRTI yang tersedia dengan bentuk sirop untuk bayi. NVP juga berada sebagai bagian dari FDC tiga obat yang dapat dipakai untuk anak lebih tua saat bentuk yang terjamin mutu dengan bioequivalence tersedia. NVP mungkin pilihan terbaik pada perempuan remaja bila ada potensi untuk menjadi hamil, atau selama triwulan pertama kehamilan waktu EFV harus dihindari karena berpotensi menyebabkan efek teratogenik. Namun hepatotoksisitas atau ruam berat bergejala terkait NVP, walau tidak lazim, lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, dan lebih mungkin terjadi pada perempuan yang belum pernah memakai ARV dengan jumlah CD4 yang lebih tinggi (di atas 250). Oleh karena itu, NVP harus dipakai secara hati-hati pada perempuan remaja dengan jumlah CD4 antara 250 dan 350; bila dipakai oleh perempuan remaja itu, pemantauan secara hati-hati dibutuhkan selama 12 minggu pertama terapi, sebaiknya termasuk pemantauan enzim hati. Data yang terbatas menunjukkan bahwa EFV dan NVP dapat berinteraksi dengan pil KB berdasarkan estrogen. Karena pajanan EFV harus dihindari pada triwulan pertama kehamilan diusulkan bahwa perempuan remaja yang aktif secara seksual yang memakai EFV harus memakai kondom secara konsisten untuk mencegah kehamilan sebagai tambahan atau gantinya KB oral. Penelitian dilanjutkan untuk menilai interaksi antara medroksiprogesteron asetat dan obat NNRTI dan PI tertentu. Lampiran E menyediakan informasi lebih rinci mengenai takaran, bentuk, penyimpanan dan aturan khusus terkait pemberian obat di atas. Penggunaan protease inhibitor (PI) pada terapi awal Diusulkan bahwa golongan obat PI dicadangkan untuk terapi lini kedua karena penggunaan PI pada rejimen terapi awal mempengaruhi rejimen lini kedua yang mungkin dibutuhkan nanti. Sehingga tersedia data yang lebih lanjut, hal ini juga berlaku bila NVP dosis tunggal sudah dipakai untuk pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT) (lihat Bagian VII). PI yang tersedia saat ini didaftarkan secara rinci di Bagian XI. VI 6

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV Tuberkulosis (TB) mewakili ancaman yang bermakna pada kesehatan

Lebih terperinci

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi

Lebih terperinci

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada

Lebih terperinci

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis

Lebih terperinci

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi Kepatuhan yang kurang, tingkat obat yang tidak cukup, resistansi

Lebih terperinci

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan

Lebih terperinci

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Update tentang Pengobatan HIV 1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda. Perkenalkan sesi ini sebagai ringkasan yang sangat singkat mengenai perkembangan dalam perawatan,

Lebih terperinci

Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9

Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9 Saya menghadiri 9th Bangkok Symposium on HIV Medicine (Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9), dilaksanakan oleh HIV-NAT 18-20 Januari, didanai oleh IHPCP. Pertemuan ini terutama membidik profesional medis

Lebih terperinci

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Buku ini adalah terjemahan dan penyesuaian dari HIV, Pregnancy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAA 2.1 Epidemiologi HIV/AIDS Secara global Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan kasusa HIV tertinggi dia Asia sejumlah 380.000 kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? HEALTH Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Chris W Green Spiritia Jl. Kemiri No.10, Gondangdia,

Lebih terperinci

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? SERI BUKU KECIL Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? Oleh Chris W. Green Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id,

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id, Situs

Lebih terperinci

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Dr. Muh. Ilhamy, SpOG Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Kesmas, Depkes RI Pertemuan Update Pedoman Nasional PMTCT Bogor, 4

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau

I. PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau I. PENDAHULUAN Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusiaakibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-12

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-12 Simposium Bangkok HIV HIV-NAT dilakukan setiap tahun pada bulan Januari. Pada 2009 Simposium ke-12 dilakukan, dan untuk keempat kali, Babe untung dapat mengikutinya. Ini ada laporan Babe mengenai kesan

Lebih terperinci

ANTIVIRUS. D. Saeful Hidayat. Bagian Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ANTIVIRUS. D. Saeful Hidayat. Bagian Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ANTIVIRUS D. Saeful Hidayat Bagian Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 1 (VISHAM = racun ) VIRUS Mikroorganisme terkecil 20 30 mikron Prion protein penyebab penyakit

Lebih terperinci

CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV. Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi

CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV. Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV

Lebih terperinci

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular?

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular? Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun Pada

I. PENDAHULUAN. imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun Pada 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun 1981. Pada tahun 1983, agen penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

Pedoman Nasional. Terapi Antiretroviral

Pedoman Nasional. Terapi Antiretroviral Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan 2004 2 Kata Pengantar Direktur Jenderal PPM &

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini

Lebih terperinci

PEDOMAN TATALAKSANA INFEKSI HIV DAN TERAPI ANTIRETROVIRAL PADA ANAK DI INDONESIA

PEDOMAN TATALAKSANA INFEKSI HIV DAN TERAPI ANTIRETROVIRAL PADA ANAK DI INDONESIA IK S I 616.979 2 Ind e PEDOMAN TATALAKSANA INFEKSI HIV DAN TERAPI ANTIRETROVIRAL PADA ANAK DI INDONESIA O D N K TER ANAK I N D ON A E T A A Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014 Kata Pengantar

Lebih terperinci

Pelatihan Pendidik Pengobatan

Pelatihan Pendidik Pengobatan Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun

Lebih terperinci

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkurang. Data dari UNAIDS (Joint United Nations Programme on HIV and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkurang. Data dari UNAIDS (Joint United Nations Programme on HIV and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh

Lebih terperinci

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-10

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-10 Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-10 Simposium Bangkok HIV HIV-NAT dilakukan setiap tahun pada bulan Januari. Pada 2008 Simposium ke-10 dilakukan, dan untuk ketiga kali, Babe untung dapat mengikutinya.

Lebih terperinci

Panduan Layanan Terapi Antiretroviral 1

Panduan Layanan Terapi Antiretroviral 1 Panduan Layanan Terapi Antiretroviral 1 1. Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, KAI 2. Prof. DR. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD, KHOM 3. Prof. DR. Dr. Sudarto Ronoatmojo, M.Sc 4. Drg. Diah Erti Mustikawati,

Lebih terperinci

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di 1 BAB II PENDAHULUANN 1.1 Latar Belakangg Humann Immunodeficiencyy Viruss (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di dunia, dimana jumlah

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 38, Januari 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9 (1) Oleh Babe, 22 Januari

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN TERAPI HIV PADA ANAK

PEDOMAN PENERAPAN TERAPI HIV PADA ANAK IK S I 616.979 2 Ind e PEDOMAN PENERAPAN TERAPI HIV PADA ANAK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014 World Health Organization O D N A T A K TER ANAK I N D ON E A IK S I 616.979 2 Ind e PEDOMAN

Lebih terperinci

Infeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati

Infeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati Infeksi HIV pada Anak Nia Kurniati Topik Transmisi Diagnosis Manajemen Transmisi Vertikal Kehamilan Persalinan Laktasi Horisontal Sama seperti penularan pada orang dewasa Case 1 Seorang anak perempuan,

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 54, Mei 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha Wilayah Jawa II. Salatiga, 6-10 Mei 2007 Oleh: Dhayan Dirgantara Pertemuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kriteria WHO, anemia merupakan suatu keadaan klinis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kriteria WHO, anemia merupakan suatu keadaan klinis 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Pada Pasien HIV/AIDS 2.1.1 Definisi Anemia Berdasarkan kriteria WHO, anemia merupakan suatu keadaan klinis dimana konsentrasi hemoglobin kurang dari 13 g/dl pada laki-laki

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 43, Juni 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan United Nations General Assembly Special Session on HIV/AIDS. New York, 31 Mei - 2 Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, terdapat 8.6 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, terdapat 8.6 juta orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia hingga saat ini. TB menjadi penyakit infeksi penyebab kematian terbesar kedua di

Lebih terperinci

Pedoman Tatalaksana Infeksi

Pedoman Tatalaksana Infeksi Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV pada Anak dan terapi Antiretroviral di Indonesia Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV Pada Anak dan Terapi Antiretroviral Di Indonesia I D A I KATA PENGANTAR Keberhasilan penyebaran

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 24, November 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Kunjungan ke Afrika Selatan (bagian II) Oleh Babe Kunjungan ke MSF Khayelitsha Pada

Lebih terperinci

HEPATITIS FUNGSI HATI

HEPATITIS FUNGSI HATI HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 )

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 ) STUDI PENGGUNAAN ANTIRETROVIRAL PADA PENDERITA HIV(Human Immunodeficiency Virus) POSITIF DI KLINIK VOLUNTARY CONSELING AND TESTING RSUD dr. SOEBANDI JEMBER Periode 1 Agustus 2007-30 September 2008 SKRIPSI

Lebih terperinci

Pedoman Tatalaksana Infeksi

Pedoman Tatalaksana Infeksi B A K T I H U S A A D Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Anak di Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan

BAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

Katalog Dalam Terbitan.Kementerian Kesehatan RI

Katalog Dalam Terbitan.Kementerian Kesehatan RI 616.979 Ind P 616.979 Ind P Katalog Dalam Terbitan.Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Tatalaksana

Lebih terperinci

Senarai Ubat HIV Dunia

Senarai Ubat HIV Dunia Senarai Ubat HIV Dunia Lebih daripada 20 jenis ubat anti-hiv boleh didapati sekarang ini. Kelas-kelas Ubatan HIV Ubat-ubat di bawah disusun oleh kelas ubatan. Kelas-kelas ini mempunyai nama panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia. Berdasarkan data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, dengan fokus untuk mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr. Kariadi

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 39, Februari 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha Wilayah se-kalimantan 12-15 Februari 2006 Oleh: Siradj Okta Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada negara- negara berkembang, HIV/AIDS merupakan salah satu ancaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada negara- negara berkembang, HIV/AIDS merupakan salah satu ancaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human immunodeficiency virus atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu penyebab utama kematian global (Saraceni et. al., 2014). Banyak

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 27, Februari 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha se-jawa Oleh Siradj Okta Yayasan Spiritia baru saja menyelenggarakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIS DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN HIV / AIDS Pada keadaan Sumber Daya Terbatas

PEDOMAN PRAKTIS DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN HIV / AIDS Pada keadaan Sumber Daya Terbatas PEDOMAN PRAKTIS DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN HIV / AIDS Pada keadaan Sumber Daya Terbatas Agung Nugroho Divisi Peny. Tropik & Infeksi Bag. / SMF Ilmu penyakit Dalam FK-UNSRAT / RSUP. Prof. Dr. R.D. kandou

Lebih terperinci

Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien HIV/AIDS ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4 + di RSUD Dok II Kota Jayapura

Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien HIV/AIDS ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4 + di RSUD Dok II Kota Jayapura PLASMA, Vol. 1, No. 2, 2015 : 53-58 Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien HIV/AIDS ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4 + di RSUD Dok II Kota Jayapura Comparison of the Efficacy of ARV Combination

Lebih terperinci

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh? Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk

Lebih terperinci

HATIP 80: Tes viral load yang murah dibutuhkan segera untuk rangkaian miskin sumber daya

HATIP 80: Tes viral load yang murah dibutuhkan segera untuk rangkaian miskin sumber daya HATIP 80: Tes viral load yang murah dibutuhkan segera untuk rangkaian miskin sumber daya Oleh: Gus Cairns, 11 Januari 2007 LSM pengobatan internasional Médecins sans Frontières (MSF) dan advokat lain mengatakan

Lebih terperinci

HATIP 96-1: Saatnya untuk pesan yang jelas dan sederhana mengenai pemberian terapi pencegahan INH

HATIP 96-1: Saatnya untuk pesan yang jelas dan sederhana mengenai pemberian terapi pencegahan INH HATIP 96-1: Saatnya untuk pesan yang jelas dan sederhana mengenai pemberian terapi Oleh: Theo Smart, 29 November 2007 HATIP ini mengamati bukti-bukti yang mendukung upaya advokasi untuk meningkatkan akses

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 33, Agustus 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan menjadi Fasilitator perempuan positif se-asia Tenggara Jakarta, 14-20 Agustus

Lebih terperinci

PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis

PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis Yuda Hananta 29 mei 2017 Tujuan Memahami rekomendasi terbaru tentang PrEP Mengidentifikasi kelompok yang cocok mendapatkan PrEP Mempelajari bagaimana pengelolaan program

Lebih terperinci

Prevalensi Sindrom Stevens-Johnson Akibat Antiretroviral pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin

Prevalensi Sindrom Stevens-Johnson Akibat Antiretroviral pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Prevalensi Sindrom Stevens-Johnson Akibat Antiretroviral pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Nurmilah Maelani*, Irna Sufiawati**, Hartati Purbo Darmadji*** *Student of Dental Faculty, Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS (Ramaiah, 2008). Target dari HIV adalah sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 28, Maret 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Lampung, 14 20 Maret 2005 Oleh Odon Bayu Pradjanto Pertengahan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pasien ART Rendahnya imunitas dan beratnya keadaan klinis pasien saat memulai ART mempengaruhi lamanya proses perbaikan imunologis maupun klinis pasien. Tabel 2

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian yang dipilih adalah rancangan studi potong lintang (Cross Sectional). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi HIV dan AIDS 2.1.1 Patofisiologi infeksi HIV HIV merupakan virus golongan retrovirus yang dapat menginfeksi manusia, menyerang sistem imun tubuh, dan merupakan penyebab

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 : Alur Penelitian. di Poli Napza

LAMPIRAN 1 : Alur Penelitian. di Poli Napza 63 LAMPIRAN 1 : Alur Penelitian Mencatat Nomor Rekam Medik di Poli Napza Pengambilan Data Pasien Di Bagian Medical Record Melengkapi Data CD4 dan Adherent Di Poli Napza Skrining Data Menganalisis Data

Lebih terperinci

BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV

BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV Anak dengan pajanan HIV Penilaian kemungkinan infeksi HIV Dengan memeriksa: Status penyakit HIV pada ibu Pajanan ibu dan bayi terhadap ARV Cara kelahiran dan laktasi

Lebih terperinci

PEMBERIAN ANTI RETRO VIRAL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI HIV DARI IBU KE BAYI. dr. Made Bagus Dwi Aryana, SpOG (K)

PEMBERIAN ANTI RETRO VIRAL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI HIV DARI IBU KE BAYI. dr. Made Bagus Dwi Aryana, SpOG (K) PEMBERIAN ANTI RETRO VIRAL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI HIV DARI IBU KE BAYI dr. Made Bagus Dwi Aryana, SpOG (K) BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD / RSUP SANGLAH DENPASAR 2012 AIDS.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS 2.1.1 Pengertian dan penularan Human Immnunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh manusia melemah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 50, Januari 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan 10 th Bangkok Symposium on HIV Medicine, 17-19 Januari 2007 Oleh: Chris Green Hari

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 45, Agustus 2006 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Konferensi AIDS Internasional XVI, Toronto, 13-18 Agustus 2006 Oleh: Siradj Okta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium

Lebih terperinci

a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup pembahasan buku petunjuk teknis ini memuat pengenalan informasi dasar tentang HIV-AIDS, tata cara penemuan kasus

a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup pembahasan buku petunjuk teknis ini memuat pengenalan informasi dasar tentang HIV-AIDS, tata cara penemuan kasus TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR Lampiran Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/680/VIII/2012 Tanggal 13 Agustus 2012 BUKU PETUNJUK TEKNIS PENATALAKSANAAN KASUS HIV-AIDS DI LINGKUNGAN TNI BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERANAN NON-VIRAL LOAD SURROGATE MARKER PADA PASIEN HIV(+) YANG DIMONITOR SELAMA PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL

PERANAN NON-VIRAL LOAD SURROGATE MARKER PADA PASIEN HIV(+) YANG DIMONITOR SELAMA PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL PERANAN NON-VIRAL LOAD SURROGATE MARKER PADA PASIEN HIV(+) YANG DIMONITOR SELAMA PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP

Lebih terperinci

Infeksi HIV pada anak : Situasi saat ini dan tantangan ke depan. Ida Safitri Laksono Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM / RSUP Dr.

Infeksi HIV pada anak : Situasi saat ini dan tantangan ke depan. Ida Safitri Laksono Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM / RSUP Dr. Infeksi HIV pada anak : Situasi saat ini dan tantangan ke depan Ida Safitri Laksono Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM / RSUP Dr. Sardjito isi presentasi Pengantar tentang Virus HIV Epidemiologi kasus HIV

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV

Lebih terperinci

Penanganan HBV dan HCV sebagai Koinfeksi HIV

Penanganan HBV dan HCV sebagai Koinfeksi HIV Oleh: Babe, 15 Februari 2007 Saya baru saja ikut Kursus Singkat Nasional Penanganan Hepatitis B dan Hepatitis C, diselenggarakan oleh Sekretariat HIV/AIDS PB IDI sebagai Pra-Pertemuan Nasional HIV-AIDS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus merubah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus merubah 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS 2.1.1 Definisi HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam golongan virus RNA, yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS dapat terjadi pada hampir semua penduduk di seluruh dunia, termasuk penduduk Indonesia. AIDS merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di dunia, dimana penderita HIV terbanyak berada di benua Afrika dan Asia. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Acquired Immune Deficiency Syndome (AIDS) adalah kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Acquired Immune Deficiency Syndome (AIDS) adalah kumpulan gejala xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya

Lebih terperinci

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-14

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-14 Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-14 Simposium Bangkok HIV HIV-NAT dilakukan setiap tahun pada bulan Januari. Pada 2011 Simposium ke-14 dilakukan, dan untuk kelima kali, Babe untung dapat mengikutinya.

Lebih terperinci

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-15

Laporan Simposium Bangkok HIVNAT ke-15 Untuk kali ketujuh, saya saat ini mengikuti Simposium Internasional Bangkok HIV HIV-NAT, tahun ini yang ke-15, di Bangkok. Seperti biasa, saya akan melaporkan kesan utama saya secara langsung setiap hari

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 18, Mei 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Akreditasi Fasilitas Layanan Kesehatan Oleh Babe Saya mengikuti WHO Consultation on Accreditation

Lebih terperinci

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Yayasan Spiritia No. 21, Agustus 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Pengalaman... Laporan Program ARV di Afrika Selatan Oleh Keith Alcorn, 27 April 2004 Para peneliti

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TENTANG HIV/AIDS SESUDAH PEMBERIAN EDUKASI SKRIPSI

PERBEDAAN PENGETAHUAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TENTANG HIV/AIDS SESUDAH PEMBERIAN EDUKASI SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TENTANG HIV/AIDS SESUDAH PEMBERIAN EDUKASI SKRIPSI Oleh : FATI RIFIATUN K100070186 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian

Lebih terperinci

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh : IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE JANUARI - JUNI 2007 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

HATIP 127: TB masa kanak-kanak (bagian 3): pengobatan dan pencegahan

HATIP 127: TB masa kanak-kanak (bagian 3): pengobatan dan pencegahan HATIP 127: TB masa kanak-kanak (bagian 3): pengobatan dan pencegahan Oleh Theo Smart, 22 Desember 2008 Edisi HATIP ini didukung oleh departemen Stop TB WHO. Kami mengucapkan terima kasih pada yang berikut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah orang dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah orang dengan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para penjaja seks

Lebih terperinci

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung

Lebih terperinci