BAB III METODELOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODELOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 52 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 DESKRIPSI PENELITIAN Untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah dalam karya ilmiah pada umumnya dilakukan penelitian terlebih dahulu. Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan, karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematik, metodologis dan konsisten. Metodologi penelitian yang diterapkan harus senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. Metode penelitian pada rancangan produk botol dan mould extrusion blow molding dilakukan di PT. B sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang industri plastik dan mould maker. Adapun flowchart aktifitas dari proses diatas dapat dilihat dari diagram dibawah ini : 52

2 Flowchart dari pemilihan desain produk : Kemampuan yang dibutuhkan dalam produk botol Pendekatan yang mudah dikerjakan Pendekatan Engineering ( Practical Approach ) ( Engineering Approach ) Pemilihan Material Properties Proses Biaya Pemilihan desain produk botol yang ideal atau yang disetujui bersama Diagram. 3.1 Alur pemilihan rancangan produk.

3 Flowchart dari aktifitas pembuatan mold menggunakan system CAD/CAM : Susunan Gambar atau Prototype Produk idea Pengukuran Manual Pemeriksaan Gambar gg Rework Gambar Produk Mold Base Mesin gg Assembly Mold Molding Trial Shrink Drawing Yang diizinkan gg gg Core Cavity Mesin Daftar Kebutuhan Material ( BOM ) Layout Gambar Mold NG Dimensi Melihat Kembali Desain Mold Ok gg Gambar Detail Mold Tes Performance Produk NG Melihat Kembali Desain Produk Ok Biaya dari Produksi Ok Mold dalam Produksi Diagram.3.2 Alur dari aktivitas pembuatan Mold dengan Sistem CAD/CAM NG

4 Flowchart Alur Penelitian. PERSIAPAN RANCANGAN PRODUK BOTOL MERK X VOLUME 0.8 Lt 3D DRAWING UJI RANCANGAN PRODUK BOTOL 0.8 Lt DENGAN SOFT WARE Pengukuran : - Berat Produk - Volume Brimfull - Volume Fill Level - Top Load 2D DRAWING DETAIL PERSIAPAN RANCANGAN MOLD STANDART SIZE PRODUC PERHITUNGAN STANDART SIZE TERHADAP SPEC MESIN CLAMPING FORCE & MOLD TERHADAP BLOW PRESSURE MESIN a. Menentukan Size Mold b. Menentukan CD Cavity c. Menentukan Shrinkage Produk d. Menentukan Section Mold e. Menentukan Sistem Cooling f. Menentukan Sealing Cooling g. Menentukan Posisi dari Guide Pin, Guide Bushing, Baut dan Dowel Pin. h. Menentukan Kedalaman Abfal. i. Menentukan ukuran dari Die dan Pin j. Pemeriksaan Assembly Mold Check Sheet Production Operasation Pemeriksaan Produk Botol Jadi Diagram.3.3 Alur aktivitas penelitian dari desain produk hingga perancangan mold

5 56 Selanjutnya penulis akan menguraikan langkah-langkah yang akan digunakan dalam melakukan penelitian skripsi ini, yaitu sebagai berikut : 3.2 Studi Pustaka Acuan dasar dalam mendesain produk botol dan rancangan mold extruction blow molding didasarkan pada literature yang ada seperti handbook, specifikasi mesin, specifikasi material, jurnal, standarisasi dsb. Berikut adalah panduan yang digunakan dalam penulisan skripsi rancangan produk botol dan extruction blow molding berdasarkan literature Acuan dalam Mendesain Ulang Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. A. Standarisasi specifikasi Dimensi dan Toleransi menurut ASTM Internasional D Didalam ASTM Internasional untuk standart specifikasi dari Dimensi dan Toleransi untuk produk botol plastik ditunjukkan pada bagian D Cakupan dari specifikasi ini meliputi : a. Bentuk thread dan dimensi dengan tipe cap screw, yang mempunyai kapasitas maksimum 18,9 L dan dimensi botol maksimum 305 mm.termasuk Toleransi untuk kapasitas botol dan dimensi body. b. Nilai dinyatakan dalam standar satuan SI. c. Specifikasi ini berkaitan dengan peringatan pencegahan sebagai bagian dari metode pengetesan. Tidak dimaksudkan untuk mengatasi semua masalah keamanan yang berkaitan dengan penggunaannya. Standar ini menetapkan safety yang tepat dan menentukan batasan peraturan penerapan sebelum dilakukan. A. Referensi Dokumen ASTM Standard :

6 57 - D 618 Standar untuk kondisi pengetesan plastic. - D 1898 Standar untuk sampling plastic. B. Istilah Definisi: a. Botol Finish susunan dari neck botol yang disajikan menggunakan cap yang dipasang dengan aman memikat ke botol. b. Tinggi Botol dimensi maksimum botol pada bidang tegak lurus dari dasar botol ketika botol diletakkan normal dengan posisi tegak lurus. c. Tebal Botol dimensi terkecil yang sejajar dengan dasar botol. d. Lebar Botol dimensi terbesar yang sejajar dengan dasar botol. C. Variasi kapasitas dan dimensi yang direkomendasi a. Variasi yang direkomendasi didalam kapacitas volume. Didalam kapasitas volume direkomendasikan variasi dari botol plastic sampai 18.9 L yang ukurannya dapat disesuaikan dengan Tabel.3 b. Variasi yang direkomendasikan didalam dimensi body. Variasi yang direkomendasikan didalam dimensi body dari botol plastic mencakup specifikasi yang dapat disesuaikan dengan Tabel 3.1 c. Desain dan dimensi dari botol finish. D. Condisioning ( Pengaruh dari Kondisi ) a. Percobaan kondisi tes pada 230 ± 20 C dan humiditas relative 50 ± 5% tidak kurang dari 40 jam sebelum pengetesan sesuai dengan Prosedur A dari D 618. Didalam hal penyimpangan, toleransi yang diperbolehkan ± 10 C dan humidity relative ± 2%. b. Kondisi Pengetesan - melakukan pengetesan didalam standar atmosphere laboratory 230 ± 20 C dan humiditas relative 50 ± 5%, kecuali jika ditentukan

7 58 didalam metode pengetesan atau didalam specifikasi. Didalam hal penyimpangan, toleransi yang diperbolehkan ± 10 C dan humidity relative ± 2%. E. a. Peralatan Untuk menentukan dari Capasitas Botol : 1. Timbangan, mempunyai akurasi ± 0.1 % atau lebih dari Kapasitas rata-rata ( full scale ). Gambar 3.1 Timbangan 2. Pipet, Gelas Ukur dan Gelas Kimia yang diperlukan. Gambar 3.2 Gelas Ukur 3. Kondisi air pada 23 ± 20C, menggunakan alat yang tepat untuk meratakan kecembungan air dan melenyapkan gelembung- gelembung udara. 4. Stop Watch b. Untuk menentukan Dimensi Bodi Produk Jadi 1. Micrometer, Vernier Height Gages, atau Vernier Caliper yang mempunyai akurasi ± mm.

8 59 Gambar 3.3 Vernier Caliper Gambar 3.4 Vernier Height Gages 2. Internal Mikrometer atau Telescoping Gages yang mempunyai akurasi ± mm. F. Metode Pengetesan a. Kapasitas Botol. 1. Mengukur berat botol kosong dan catat berat dalam gram. 2. Isi botol sampai kapasitas penuh. Atur kecembungan air didalam botol dengan menggunakan sebuah pipet. Jika perlu sampai kecembungan tangent dengan permukaan atas. Tidak melebihi dari dua menit diperbolehkan untuk mengisi botol dan tidak ada penambahan air setelah botol diisi sampai penuh dan bebas dari gelembung-gelembung udara. 3. Jika waktu melebihi 2 menit, ulangi lagi. Note : Sedikit banyaknya kapasitas dari botol bergantung pada waktu tekanan air didalam botol yang menyebabkan sisi botol mengembang sesuai dengan waktu dan penambahan air akan diperlukan untuk pengaturan kapasitas yang meluap. 4. Mengukur berat botol yang diisi dan catat berat dalam gram. 5. Menghitung volume botol sebagai berikut : Bv = ( Bf Be ) / 997 (3.1) Dimana : Bv : Volume dari Botol, m3

9 60 Bf : Berat dari botol yang diisi, kg Be : Berat dari botol kosong, kg 997 : Berat jenis air ( kg/ m3 ), pada 23 ± 20 C 6. Menentukan Volume dalam ml untuk setiap test percobaan. 7. Mencatat perhitungan volume rata rata dari test percobaan seberapa banyak sample botol itu dipilih. b. Dimensi Body 1. Menggunakan micrometer, vernier height gage atau scale yang tepat untuk mengukur tinggi dari botol. Note : Jika bagian atas dari botol sejajar dengan bagian bawah atau dasar dari botol maka untuk tingginya harus diukur dari atas botol. Satu metode untuk penempatan botol diatas permukaan rata dan tepi lurus yang berpotongan dengan bagian atas dari botol finish. Lalu diukur tegak lurus jarak diantara tepi lurus dengan permukaan diatas yang mana botol diseting. Empat pengukuran harus dilakukan setiap 900 bagian dan ujung maksimum yang digunakan sebagai tinggi botol. 2. Menggunakan micrometer atau caliper yang sesuai untuk mengukur lebar dan tebal dari botol. Note : Jika botol berbentuk rectangular atau ovale, menggunakan titik tengah sisi sebagai titik pengukuran. Untuk botol berbentuk silinder, membuat pengukuran diatas parting line dan sisi yang lain diukur 900 dari parting line. Menggunakan rata-rata dari dua pengukuran sebagai acuan dimensi. c. Dimensi Finish Menggunakan micrometer, vernier caliper dan telescoping gage yang cocok untuk mengukur dimensi dari botol finish.

10 61 G. Kegagalan pengetesan dan melakukan pengetesan ulang. Jika hasil dari beberapa pengetesan tidak sesuai dengan permintaan dari specifikasi, pengetesan ulang untuk memutuskan kesesuaian yang dapat dilakukan sebagai persetujuan diantara penjual dan pembeli. Gambar 3.5 SP400 Bagian Potongan dari Finish Thread

11 62 Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Dimensi H diukur dari bagian atas produk sampai batas diameter T, yang diperpanjang sejajar dengan garis center, yang berpotongan dengan bead atau shoulder. - Bentuk dari bead, undercut dan shoulder adalah bebas. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk bukaan. - Sifat konsentris dari I min yang berkenaan dengan diameter T dan E tidak termasuk, I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring. - Minimum 1 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. Gambar 3.6 SP410 Bagian Potongan dari Finish Thread

12 63 Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus dipertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E, I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring.. - Minimum 1.5 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol, pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. - Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk. Gambar 3.7 SP415 Bagian Potongan dari Finish Thread

13 64 Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk dari bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus dipertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E, I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring.. - Minimum 2 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol, pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel 3.7

14 65 Gambar 3. 8 SP425 Bagian Potongan dari Finish Thread Gambar 3.9 SP403 dan 400 Bagian Potongan dari Finish Thread dan Lip

15 66 Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk dari bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus mempertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E, I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring.. - Minimum 11/8 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel 3.8 dan Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol, pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk. - Dimensi bagian atas dalam inchi dan bagian bawah dalam mm.

16 67 Gambar 3.10 SP200 Bagian Potongan dari Finish Thread dan Lip Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk dari bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus mempertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E, I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring.. - Minimum 11/2 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan.

17 68 - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol, pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk. - Dimensi bagian atas dalam inchi dan bagian bawah dalam mm. Gambar 3.11 SP110 Bagian Potongan dari Finish Thread dan Lip Note : - Dimensi AT dan AE adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan.

18 69 - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, IB min yang digunakan untuk perpanjang penuh dari bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus mempertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E, I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring. - Minimum 11/8 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol, pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk. Gambar 3.12 SP444 Bagian Potongan dari Finish Thread dan Lip

19 70 Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Dimensi H diukur dari bagian atas produk sampai batas diameter T, yang diperpanjang sejajar dengan garis center, yang berpotongan dengan bead atau shoulder. - Bentuk dari bead, undercut dan shoulder adalah bebas. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk dari bukaan. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E, I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring. - Minimum 11/8 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. 3.3 Eksperimen dan Study Lapangan Data dalam mendesain produk botol dan rancangan mold extruction blow molding diambil berdasarkan eksperimen di lapangan. Berikut adalah eksperimen yang dilakukan dalam perancangan produk botol dan rancangan mold extruction blow molding Pengetesan terhadap rancangan Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Didalam pengetesan suatu rancangan produk dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa aplikasi software tanpa susah payah lagi kita memperhitungkan menggunakan rumus yang begitu banyak sehingga akan memperlambat proses perancangan. Apalagi jika desain botol tersebut menggunakan banyak konture. Dengan menggunakan software grafis 3D kita dapat

20 71 memperhitungkan berat produk, luas area produk, volume Brimfull atau Fill Level, posisi Parting line dan Top load secara cepat dan tepat. Dari penyusunan skripsi ini, software yang digunakan adalah Solid Work 2008 dimana didalamnya terdapat fasilitas Mold tool. Gambar 3.13 Tampilan Software Solid Works A. Fasilitas tool untuk menghitung berat produk, luas area produk, volume Brimfull dan Fill Level. Sebelum menghitung berapa berat produk botol yang kita rancang, terlebih dahulu menentukan properties dari material produk seperti : Density produk. Didalam software Solid Works ini ada 2 fasilitas tool yang bisa digunakan : 1. Melalui Material Editor 2. Melalui Mass/Section Properties Options Gambar 3.14 Material Editor Gambar 3.15 Mass/Section Properties Options

21 72 Untuk melihat hasil perhitungan dari software untuk berat rancangan produk, luas area produk, volume Brimfull dan Fill Level dapat dilihat dari fasilitas tool Mass properties : Gambar 3.16 Mass Properties B. Fasilitas tool untuk menghitung Top Load dari rancangan produk botol. Dengan menghitung Top Load pada rancangan produk botol bisa diketahui area kritical ketika di stacking apakah bagian tersebut masih diatas batas crack atau bend. Sebelum menjalankan simulator top load terlebih dahulu tentukan Material Editor terhadap Elastis Modulus, Poissons Rasio, Shear Modulus, Density, Thermal Conductivity, Specific Heat dan Tensile Strength. Berikut adalah tool yang digunakan sebagai simulator top load didalam Solid Works: Gambar 3.17 COSMOSXpress Load yang digunakan adalah sebagai berikut :

22 73 Fill Level Botol HDPE 500 ml = 15 kgf. 500 ml < Fill Level Botol HDPE 1000 ml = 25 kgf, Jika dari pihak customer tidak mencantumkan pengukuran Top Load pada Specifikasinya. Jika selama pengujian dengan menggunakan software terdapat area yang melebihi batas kritis, maka desain botol harus dirubah sesuai dengan acuan yang telah dibahas diatas. C. Fasilitas tool untuk menentukan Parting Line. Penentuan parting line adalah penting karena mempengaruhi dari bentuk mold. Dengan menempatkan parting line yang salah akan menghambat keluarnya produk dari cavity mold saat membuka sehingga produk menjadi cacat. Halnya sangat mudah jika bentuk botol adalah simetris, maka penempatan parting line tegak lurus terhadap dasar botol, jika botol itu unsimetris maka penempatan parting line harus mempertimbangkan dari mekanisme mold cavity saat proses membuka. Disini Solid Works menyediakan tool untuk menentukan parting line. Gambar 3.18 Applikasi Parting Line pada Solid Works Menentukan ukuran rancangan desain Mold untuk Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Langkah langkah dalam mendesain mold extrusion blow, sebagai berikut: 1. Menentukan tipe mesin dengan melihat ukuran dari produk, Lihat tabel 3.1

23 74 2. Menentukan jumlah cavity dari mold dengan melihat specifikasi mesin yang telah dipilih. 3. Menghitung Tonase apakah sesuai dengan batas aman dari specifikasi mesin yang dipilih, tidak boleh melebihi tonase mesin yang tersedia. 4. Menentukan ukuran mold yang telah ditetapkan oleh specifikasi mesin yang kita pilih yaitu Panjang x Tinggi x Tebal. Untuk tinggi dapat disesuaikan dengan ukuran tinggi produk. 5. Menentukan Srinkage produk yang kemudian ditempatkan kedalam lay-out mold sesuai dengan jarak CD ( Center Distance ) pada specifikasi mesin yang telah dipilih. 6. Membagi lay-out mold menjadi beberapa bagian yaitu Striker Plate, Neck Plate, Body / Cavity Plate, Bottom Plate, Lower Plate dan Backing Plate. 7. Menentukan Material dasar dari Mold Base. 8. Penentuan ukuran dari Neck Plate, Cavity Plate dan Bottom Plate disesuaikan dengan posisi PL ( Parting Line ) pada produk botol yang telah ditentukan. 9. Menentukan dudukan baut dari backing plate yang disesuaikan dengan lubang baut yang tersedia di Adapter Plate yang tersedia pada Wagoner Plate. Gambar 3.19 Posisi dari Adapter Plate.

24 75 Gambar 3.20 Posisi lubang baut yang tersedia pada Adapter Plate. 10. Menentukan system cooling pada bagian Neck Plate, Cavity Plate dan Bottom Plate. 11. Menentukan posisi Pinch-off pada bagian Bottom Plate dan Neck Plate. Untuk Pinch-off pada bagian bagian Neck Plate bias tidak dibutuhkan jika tipe dari parison adalah Inside Parison, ketentuannya telah dijelaskan pada bab diatas. 12. Menentukan Posisi Guide Pin dan Guide Bushing pada bagian Cavity Plate.

25 Menentukan posisi baut dan dowel pin pada bagian Backing Plate terhadap Neck Plate, Body Plate dan Bottom Plate yang tidak bersinggungan atau menabrak pada bagian system cooling. 14. Melay-out bagian deflaiser dengan melihat Center Distance antara Mold dan Deflaiser yang telah ditetapkan oleh mesin yang telah dipilih. 15. Mem-break down lay-out menjadi gambar part detail. 16. Merancang Die Pin, Blow Pin dan Post Cooling sebagai alat pendukung utama Mold Pemeriksaan terhadap Mold Extrusion Blow. Sebelum mold dinaikan ke mesin hendaknya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap kondisi mold, apakah mold tersebut sudah siap untuk dipasang atau tidak. Dengan lembaran pemeriksaan bisa meminimalisir kegagalan terhadap rancangan mold dan sebagai historis saat pembuatan dan kondisi mold sehingga jika terdapat suatu masalah di lapangan atau line produksi, dengan sigap bisa teratasi dan bisa diketahui akar permasalahannya. Ada dua tahapan dalam pemeriksaan Mold Extrusion Blow, yaitu : 1. Pemeriksaan terhadap part dari Mold saat proses Machining, seperti kelengkapan parts, pengukuran dimensi, kekerasan material ( hardness ), kekasaran permukaan ( roughness ) dll. 2. Pemeriksaan terhadap Assy Mold. Berikut adalah lembaran pemeriksaan assy mold blow :

26 77 Tabel 3.12 Lembar Pemeriksaan Mold New

27 Metode Tes Kualitas terhadap Produk Botol Jadi Merk X Volume 0.8 Liter. Awal dari pengaturan kualitas ketika raw material dipesan dan disusul didalam setiap operasi sampai produk dikirim. Sebagaian banyak perusahaan membuat prosedur Kualitas kontrol untuk menjaga standart dari produk mereka dan memberikan kesan yang baik bagi customer mereka. Metode pengetesan kualitas yang dihasilkan tergantung pada proses dan pada kebutuhan dari customer. Adapun Metode Pengetesan Kualitas sebagai berikut : 2. Cek secara Visual ( Penglihatan ). Sampel botol diambil dari produksi dan secara visual dicek secara penglihatan. Berikut kerusakan yang seharusnya tidak terlihat didalam botol : a. Blok Spot. b. Garis Die atau Garis Sambungan. c. Material yang kotor.

28 79 d. Pinhole. 3. Pengecekan Berat. a. Timbangan digunakan untuk memeriksa berat dari botol. b. Tekan tombol nilai 0 dari timbangan. c. Nilai berat rata-rata dari sample botol ditulis sebagai hasil. d. Hasil tes ditentukan dari salah satu kelulusan atau kegagalan yang tergantung pada specifikasi yang ditentukan. e. Berat diperbaiki jika gagal. [ T y p e a Gambar 3.21 Pengecekan dari Berat q u 4. Pengecekan Dimensi. o a. Dimensi dari sample botol diukur sesuai part specifikasi. t b. Hasil tes ditentukan dari salah satu kelulusan atau kegagalan yang tergantung pada specifikasi yang ditentukan. e c. Diperlukan penyetelan jika gagal. f r o m t h e Gambar 3.22 Pengecekan dari Dimensi d o c u

29 80 5. Pengecekan Volume. A. Metode Bobot ( Gravimetric ). Botol yang dites ditimbang, lalu dibuat nol pada timbangan. Volume air yang cukup ditambah sampai pengisian tertentu atau tingkat liquid, lalu ditimbang lagi. Berat final sama dengan volume liquid yang diisi didalam botol yang dites. Prosedure untuk metode bobot ( gravimetric ). a. Menempatkan botol diatas timbangan. Gambar 3.23 Penempatan botol kosong di meja timbangan b. Menempatkan timbangan pada posisi 0. Gambar 3.24 Tekan Knob posisi 0 Gambar 3.25 Kondisi display 0

30 81 c. Menuangkan air diatas botol. Gambar 3.26 Pengisian botol dengan air d. Memperoleh berat dan tulis diatas checklist. Gambar 3.27 Air memenuhi botol e. Perlu dilakukan penyesuaian jika volume gagal didalam specifikasi. Gambar 3.28 Hasil dari pengukuran Volume Botol B. Metode Volume ( Volumetric ).

31 82 Prosedure untuk metode Volumetrik. a. Mengisi botol dengan air sampai dasar neck. Gambar 3.29 Posisi air pada dasar neck b. Pindahkan air dari botol didalam gelas tabung. Gambar 3.30 Penuang ke gelas ukur c. Baca volume air dan tulis diatas check sheet. Gambar 3.31 Volume air didalam gelas ukur 6. Pengecekan Drop Test. Drop test adalah sebuah pengukuran daya tahan dari unit botol terhadap tubrukan yang tiba-tiba. Botol yang dites diisi dengan volume air yang telah ditentukan. Perlu komponen seperti plug dan liner dipasang lalu ditutup dengan torsi yang dibutuhkan. Botol dijatuhkan dari ketinggian tertentu yang meningkat (

32 83 3, 4, 5.ft) sampai 50% dari sampel menjadi rusak. Hasil pengetesan ditulis didalam persyaratan dari tinggi dimana 50% dari sampel rusak. Prosedure Drop Test : a. Mengambil minimal 2 shot botol dari mesin Extrusion Blow. b. Mengisi botol dengan air ( Fill Level ) dan tutup dengan cap. c. Dari ketinggian 1.5 meter, jatuhkan botol dengan tanpa dibutuhkan gaya yang berlebih. 500mL, HDPE : 1.2 meter. 500 ml < V 1000 ml : 1.5 meter. d. Periksa secara visual kondisi dari botol terhadap crack dan kebocoran. Gambar 3.32 Pengetesan Drop Test terhadap produk botol Merk X Volume 0.8 Liter. 7. Pengecekan Top Load. Top Load adalah sebuah pengukuran daya tahan dari unit botol terhadap tekanan yang diberikan terhadap dasar atas neck. Prosedure Top Load Test : a. Mengambil botol kosong yang akan ditest. b. Menempatkan botol pada posisi center dari clamping plate terutama area neck. c. Mengatur clamping plate upper menyentuh permukaan atas dari neck. Kemudian tekan tombol GO, secara automatis mesin top load akan membaca berapa besarnya beban yang mampu diterima oleh produk botol tersebut beserta jarak deformasi-nya.

33 84 Gambar 3.33 Pengetesan Top Load terhadap produk botol Merk X Volume 0.8 Liter Metode Penyusunan Laporan Tes Kualitas terhadap Produk Botol Jadi Merk X Volume 0.8 Liter. Dari hasil pengukuran beberapa sample dan disusun kedalam bentuk check sheet maka dapat diukur dan dianalisa variasi yang terjadi selama proses produksi yang berlangsung terhadap produk Merk X Volume 0.8 L. Adapun check point sebagai batasan pengukuran diambil berdasarkan fungsional produk. Berikut adalah check sheet untuk produk Merk X Volume 0.8 L :

34 85 Tabel 3.13 Lembar Pemeriksaan Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter

35 86

PENGESAHAN SKRIPSI. Jakarta, 27 Juni ( Ariosuko, MT ) ( DR. Ir. Abdul Hamid, M.Eng )

PENGESAHAN SKRIPSI. Jakarta, 27 Juni ( Ariosuko, MT ) ( DR. Ir. Abdul Hamid, M.Eng ) PENGESAHAN SKRIPSI Nama Penyusun : Mohamad Slamet Riyadi Nomor Induk Mahasiswa : 41309110015 Fakultas / Jurusan : Fakultas Teknologi Industri Tehnik Mesin Judul Skripsi : Perancangan Produk Botol Plastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin dibutuhkannya produk plastik di pasaran konsumen dimasa era ini, material plastik banyak macam type sesuai dengan pemakaiannya. Salah satu pemakai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 87 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengujian Rancangan Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Dalam pengujian ini digunakan rancangan produk botol Merk X dengan Volume 0.8 Liter, Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. R = 2 mm R = 0.5 mm. Gambar 5.1 Radius pada bagian tepi produk botol Merk X Volume 0.8 Liter

BAB V ANALISA HASIL. R = 2 mm R = 0.5 mm. Gambar 5.1 Radius pada bagian tepi produk botol Merk X Volume 0.8 Liter 151 BAB V ANALISA HASIL Dari re-draw dan rancangan mould produk botol Merk-X dengan kapasitas 800 ml yang kemudian dibuat mould dan produk jadi di PT. B diperoleh hasil sebagai berikut : 5.1 Hasil re-draw

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan perancangan adalah produk glove box dengan mengambil sampel pada produk yang sudah ada, tetapi hanya sebagai acuan tidak menyerupai dimensi dan

Lebih terperinci

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK TUGAS AKHIR LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK AJUN HAKIKI 2105 100 147 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Produk yang dirancang adalah preform stick T15 dengan mengambil sampel yang sudah ada. Dimensi dan bentuk berbeda, produk hanya sebagai acuan. Pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Desain Dial Plate XYZ Dial plate merupakan salah satu bagian utama dari speedometer. Dial plate berbentuk lembaran plastik yang terdapat berbagai skala indikator

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004) LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 1.1. Perhitungan Berat Produk Diketahui : V produk = 14519,56 mm 3 ρ pc =1260 kg/m 3 0.00126 g/mm 3 Ditanya : Massa produk? Jawab : m = V produk ρ pc = 14519,56 mm 3 0.00126 g/mm

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN PRESS TOOL Mulai 1.Data analisa a. Gambar dan ukuran produk b. Kapasitas mesin c. Proses kerja 2. Penentuan layout scarp trip Wide run

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan yang dirancang adalah hardcase handphone dengan mengambil sample pada produk yang sudah ada. Sample produk digunakan sebagai acuan dalam pengambilan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04 PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : 23410668 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Salah satu pembuatan produk botol oli di PT. Dynaplast ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. Pada pengujian mechanical test hasil pengelasan sesuai dengan WPS No. 003- WPS-ASME-MMF-2010 dilakukan di Laboratory of Mechanical Testing PT. Hi-Test di Bumi Serpong

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Pembuatan Section Planing Section planing adalah proses pembuatan konsep yang akan diterapkan pada suatu part, seperti konsep pemasangan part ke unit mobil, konsep part-part

Lebih terperinci

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembahasan Hasil Identifikasi Produk Syarat dari perancangan mold adalah mengetahui terlebih dahulu data produk yang diperlukan untuk menentukan rancangan cetakan.

Lebih terperinci

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING 3.1 Proses Design Molding Plastik 3.1.1 Flow Chart Proses Design Molding Plastik Untuk mempermudah pembahasan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian Penelitian yang baik didukung metodologi yang baik selain latar belakang dan penjelasan mengenai pentingnya masalah yang diteliti. Penelitian dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan sebuah penelitian yang baik harus didukung tidak hanya dari latar belakang dan penjelasan peneitian masalah saja, melainkan juga metodolgi yang terstruktur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang diharapkan berdasarkan metode VDI 2221. Maka pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini Tabel 4.1. Data produk glove box Data Sampel Produk Glove

Lebih terperinci

PERANCANGAN DIE PRESS SISTEM PROGRESSIVE UNTUK MEMBUAT PRODUK DIAL PLATE TIPE XYZ

PERANCANGAN DIE PRESS SISTEM PROGRESSIVE UNTUK MEMBUAT PRODUK DIAL PLATE TIPE XYZ TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) PERANCANGAN DIE PRESS SISTEM PROGRESSIVE UNTUK MEMBUAT PRODUK DIAL PLATE TIPE XYZ Disusun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pemilihan Produk Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih meneliti Botol Citra Lasting White 250 ml. Botol Citra 250 ml merupakan botol yang berisikan cairan

Lebih terperinci

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID Latar Belakang Kebutuhan Produk Plastik Meningkatnya kebutuhan terhadap produk yang terbuat dari plastik Perencanaan Injection Molding yang baik

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pengenalan Mengenai Punching Tool Dalam dunia industri manufactur ada beberapa jenis proses produksi, salah satunya adalah proses pengerjaan sheet metal yang menggunakan seperangkat

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING

PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Disusun

Lebih terperinci

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK200-8 Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] Universitas Mercu Buana 47 Gambar 5.1 Job Set Cylinder Assy

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI Nama : Haga Ardila NPM : 23410094 Jurusan : Teknik mesin LATAR BELAKANG Perkembangan teknologinya dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN KOMPONEN RANTAI ( OLP 428 FOUND TALENT, SAE 1050 )

PROSES PEMBUATAN KOMPONEN RANTAI ( OLP 428 FOUND TALENT, SAE 1050 ) PROSES PEMBUATAN KOMPONEN RANTAI ( OLP 428 FOUND TALENT, SAE 1050 ) RAW MATERIAL MANU FACTURING HEAT TREATMENT ASSEMBLING PACKAGING Pembuatan komponen ini menggunakan tipe OLP 428 dengan spec material

Lebih terperinci

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING 3.1 Flow Chart Proses Design Molding Plastik Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses design molding plastik,penulis

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI PROSES PERMESINAN

BAB IV SIMULASI PROSES PERMESINAN BAB IV SIMULASI PROSES PERMESINAN Setelah dilakukan penentuan dimesin cetakan, maka selanjutnya dilakukan proses permesinannya. Untuk mensimulasikan proses permesinan cetakan botol digunakan perangkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian MULAI STUDI LITERATUR STANDARD NIKE G45 PERSIAPAN MATERIAL DAN PERALATAN STANDARD NIKE G1 HARDNESS TEST DATA SHRINKAGE TEST No KRITERIA (51 55)

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Kegiatan Belajar MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Dwi Rahdiyanta FT-UNY Membubut Komplek : Ulir, Tirus, Eksentrik, dan Membubut Benda a. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang industri khususnya di bidang manufaktur sekarang ini sangatlah pesat. Perkembangan yang pesat itu diiringi tingginya tuntutan nilai

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC Widiajaya 0906631446 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PENULISAN ILMIAH Nama : Dede Kurniadi NPM : 21410739 Program Studi : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA BAB III PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Dimensi Benda Uji Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benda uji dibuat dengan ukuran Diameter pipa x Panjang (12 x 1350

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan 20 III. METODE PENELITIAN A. Pemodelan Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan sketsa 2D, karena dari sketsa 2D inilah nantinya akan dihasilkan bentuk 3D. 1. Sketsa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN MOLD Mold (cetakan) adalah adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) memperoleh bentuk. Mold terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE ( TOR ) REPAIR JOURNAL SHAFT

TERM OF REFERENCE ( TOR ) REPAIR JOURNAL SHAFT JASA ASSEMBLY PENDAHULUAN/ LATAR BELAKANG Dalam pengoperasian PLTU Paiton unit 1 dan 2, terjadi beberapa kerusakan pada journal shaft assembly. Kerusakan tersebut antara lain terjadinya keausan pada journal

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester 3 INSTRUKSI KERJA RODA GIGI LURUS 300 Menit No. LST/MES/STM320/ 01 Revisi : 01 Tgl : 04 September 2007 Hal 1 dari 3 TUJUAN Agar mahasiswa : Dapat menyiapkan bahan dasar (blank) roda gigi lurus

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN REBOUND SEAT 2CF UNTUK HONDA BRIO DI PT. RACHMAT PERDANA ADHIMETAL

PROSES PEMBENTUKAN REBOUND SEAT 2CF UNTUK HONDA BRIO DI PT. RACHMAT PERDANA ADHIMETAL PROSES PEMBENTUKAN REBOUND SEAT 2CF UNTUK HONDA BRIO DI PT. RACHMAT PERDANA ADHIMETAL NAMA : DANANG SULARSO WICAKSONO NPM : 21411710 PEMBIMBING : Ir. ARIFUDIN, MM, MSC JURUSAN : TEKNIK MESIN FAKULTAS :

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini memuat sejarah singkat PT. Surya Plastindo Utama, pengumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan QFD (Quality Function Deployment) dan DFMEA (Design

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai 1. Identifikasidan Perumusan Masalah 2. Pengumpulan Data 3. Pembuatan Sketsa Gambar Alat Pemindah Bahan 4. Perancangan Sistem Kerja Alat dan

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8727 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8727 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK Sebagian besar kecelakaan yang melibatkan pengoperasian atau perawatan mesin disebabkan oleh kegagalan

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat tarik belah beton

Metode pengujian kuat tarik belah beton SNI 03-2491-2002 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat tarik belah beton ICS Badan Standarisasi Nasional Prakata Standar Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton ini merupakan hasil revisi dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa Kampung Baru Bandar Lampung. Pengambilan sampel tanah menggunakan karung dan cangkul

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. Braja Mukti Cakra dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metodologi penelitian secara umum adalah metode yang menjelaskan bagaimana urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat ukur dan lanngkah

Lebih terperinci

ANALISIS KEGAGALAN DAN OPTIMASI RANCANGAN PRODUK ROLLER BLIND UNTUK CV. SAMA JAYA

ANALISIS KEGAGALAN DAN OPTIMASI RANCANGAN PRODUK ROLLER BLIND UNTUK CV. SAMA JAYA ANALISIS KEGAGALAN DAN OPTIMASI RANCANGAN PRODUK ROLLER BLIND UNTUK CV. SAMA JAYA Dadan Heryada Wigenaputra 1, Radi Hikmat Munandar 2 (1) Dosen Jur. Teknik Perancangan Manufaktur, Politeknik Manufaktur

Lebih terperinci

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Bidang Teknik Mesin Yogyakarta, 10 November 2012 Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Hendro Prassetiyo, Rispianda, Irvan Rinaldi Ramdhan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tempat, yaitu: 1. Pembuatan alat dan bahan di Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA / PMAHAN MASALAH Dari hasil pengolahan data yang dilakukan untuk produk Botol itra Lasting White 250 ml diketahui bahwa adanya tingkat pengukuran atau indikator dalam mengatasi berbagai cacat

Lebih terperinci

ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE

ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE Richy Dwi Very Sandy 2106.100.085 Dosen Pembimbing: Ir. Sampurno, MT Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

MODUL PROSES PEMESINAN LANJUT

MODUL PROSES PEMESINAN LANJUT Dr. Wagiran MODUL PROSES PEMESINAN LANJUT (Aplikasi Pendekatan Konstruktivistik Model Self Assessment) JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 Proses Pemesinan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD 3.1 Deskripsi Molding Injection Pada proses pencetakan product plastik, dalam hal ini thermoplastic, disamping mesin molding, bahan baku plastic dll,

Lebih terperinci

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI LAPORAN UJI BAHAN UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI Oleh : TEAM LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1 A. Pendahuluan Dewasa ini perkembangan material

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mendapatkan data-data yang obyektif, valid dan selanjutnya dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan sangatlah diperlukan, sehingga penulisan

Lebih terperinci

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda ALAT UKUR PRESISI Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya dilakukannya penelitian, diagram alir perancangan, serta prosedur pengguanaan alat uji kekentalan plastik.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA Pada penelitian tugas akhir ini, diberikan data-data perusahaan PT Selamat Sempurna Tbk.,yang akan menjadi sumber informasi. Data yang akan diberikan berupa gambar dan tabel-tabel

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle 44 BAB IV 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Alur Proses Pada Perawatan Handle start Pemeriksaan awal per-periodik Pengecheckan kebocoran Haandle Indeks Kerusakan Perbaikan Handle Test Ulang Kebocoran

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian, proses produksi, dan pengalaman selama penelitian, hal-hal penting dalam merancang desain press dies yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX Ali Khaerul Mufid 1,a, Cahyo Budiyantoro, Muhammad Budi Nur Rahman 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut : BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan langkah-langkah yang dijadikan pedoman dalam melakukan perancangan agar memperoleh hasil yang lebih baik dan memperkecil kesalahan kesalahan yang

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tarik

Komponen Struktur Tarik Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Struktur Tarik Pertemuan 2, 3 Sub Pokok Bahasan : Kegagalan Leleh Kegagalan Fraktur Kegagalan Geser Blok Desain Batang Tarik

Lebih terperinci

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot)

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot) Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif Waktu : 2 x 50 Menit Teknologi Sepeda Motor Judul :Melepas, Memeriksa, & Memasang Piston Sepeda Motor Karisma A. Tujuan 1) Mahasiswa mampu melepas silinder dan torak

Lebih terperinci

MODUL MESIN CNC-3. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MODUL MESIN CNC-3. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY MODUL MESIN CNC-3 Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR : Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC A. Tujuan Umum Setelah mempelajari materi ke tiga ini siswa diharapkan mampu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Oktober 2012. Adapun laboratorium yang digunakan selama penelitian antara lain Pilot

Lebih terperinci

Perancangan In-Mold Closing Untuk Produk Tutup Flip-Top

Perancangan In-Mold Closing Untuk Produk Tutup Flip-Top Perancangan In-Mold Closing Untuk Produk Tutup Flip-Top Budiman Chandra 1, Hendrawan Hadi Sulistio 2 (1) Dosen Jur. Teknik Perancangan Manufaktur, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, Jl. Kanayakan 21

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Cara uji abrasi beton di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji abrasi beton di laboratorium ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Bab 6 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan

Bab 6 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Atribut produk vise portable yang diinginkan oleh konsumen adalah harga penjualan murah,

Lebih terperinci

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Sebelum membahas pemodelan produk berbasis yang disusun berdasarkan algoritma pengurang terlebih dahulu akan dijelaskan hal-hal yang mendasari pembuatan algoritma tersebut,

Lebih terperinci

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15 DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15 Lutfi Khoirul Miftakhul Ni am 1, Cahyo Budiyantoro 2, Muhammad Budi Nur Rahman 3 1,2,3 Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci