BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mendapatkan data-data yang obyektif, valid dan selanjutnya dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan sangatlah diperlukan, sehingga penulisan tugas akhir dapat dilakukan dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu dalam penelitian ini penulis menetapkan langkah-langkah sebagai berikut: 3.1 JENIS DAN SUMBER DATA Untuk menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari lokosi penelitian bersama dengan pihak perusahaan terkait tempat diadakannya penelitian tersebut. Penulis juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pihak-pihak luar, yang sudah diolah menjadi berbagai literatur dan dokumentasi yang digunakan sebagai acuan untuk menyelesaikan penelitian ini. 3.2 METODE PENGUMPULAN DATA Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, penulis menggunakan beberapa metode yang digunakan untuk mempermudah proses pengumpulan data dalam melaksanakan penelitian ini, adapun metode yang digunakan adalah : 1. Observasi yaitu teknik menggumpulkan data dengan cara pengamatan langsung pada obyek yang diteliti. 2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab secara langsung antara peneliti dan narasumber. Adapun

2 26 3. narasumber disini adalah pihak-pihak terkait dalam proses produksi seperti, operator produksi, leader, foreman, dan pihak production engineering. 4. Studi Dokumen yaitu teknik pengumpulan data dengan cara meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis, catatan khusus dan manual book dari mesin yang digunakan dalam penelitian. 3.3 DEFINISI OPERASIONAL Proses penempaan paku keling atau pemasangan paku keling pada rotor assy adalah usaha penyambungan dua material yaitu rotor dan boss rotor menjadi satu kesatuan, dengan menggunakan 6 buah paku keling kepala datar (rivet flat) yang dilakukan dengan teknik penempaan dingin (cold forging) kategori penempaan upset pada suhu ruangan, dengan memanfaatkan tekanan hidrolik mesin. Silinder hidrolik pada mesin terhubung secara langsung pada dies riveting yang nantinya akan berkontak langsung menekan 6 buah paku keling kepala datar (rivet flat) secara bersamaan. Target proses pemasangan paku keling ini adalah terciptanya hasil pemasangan paku keling yang sempuran, yang ditandai dengan terbentuknya kepala rivet bagian bawah dan kepala rivet bagian atas, dengan dimensi sesuai dengan standard yaitu diameter kepala paku keling bagian bawah (d ob ) = MIN 7.4 mm, tinggi kepala paku keling bagian bawah (h ob ) = 1.88 ± 0.5 mm, tinggi kepala paku keling bagian atas (h oa ) = 1.80 ± 0.5 mm dan hasil visual tanpa adanya crack pada bagian kepala paku keling maupun adanya gap diantara paku keling dan dua material yang disambung yaitu rotor dan boss rotor. Kepala Paku Keling Atas Kepala Paku Keling Bawah 1.80 ± ± MIN Gambar 3.1 Standard hasil tempa paku keling

3 27 Tekanan hidrolik yang diaplikasikan pada proses pemasangan paku keling ini menggunakan konsep end pressure, dimana mesin akan secara otomatis berhenti ketika parameter gaya tekanan hidrolik mesin yang disetting sudah tercapai saat proses berlangsung. Hasil pemasangan paku keling akan sangat bergantung pada parameter setting pressure dalam tonnase, apabila terjadi kesalahan dalam penentuan parameter setting ini maka kemungkinan besar hasil pemasangan paku keling tidak dapat mencapai standar, baik secara dimensi maupun visual. 3.4 TAHAPAN PENELITIAN Setiap usaha dalam pemecahan masalah dalam suatu penelitian diperlukan adanya informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dan berkaitan langsung secara sistematis, agar upaya yang dilakukan didalam penelitian tersebut dapat menghasiikan suatu bentuk pemecahan masalah yang terintegrasi, menuju pada suatu tujuan, yaitu memberikan jawaban atau pemecahan atas perumusan masalah. Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh langkah-langkah penelitian yang baik dan jelas, sehingga dengan mudah pula dapat diketahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk lebih memudahkan proses pencapaian tujuan dari penelitian ini. Dalam kaitan ini, metodologi penelitian dirumuskan cenderung mengarah kepada kerangka penulis dalam memecahkan permasalahan pada penelitian ini. Adapun langkah-langkah dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut : Mulai Persiapan Studi Pendahuluan Studi Lapangan Studi Literatur Rumusan Masalah A

4 28 A Tujuan Penelitian Pengukuran Dimensi Material Simulasi Mekanik (K, n, µ) Analisis Perhitungan Tidak Hasil Perhitungan (Spec Setting) Eksperimen Analisis Hasil Eksperimen Ya Rekomendasi Selesai Gambar 3.2 Tahapan penelitian Persiapan Penelitian Sebelum memulai penelitian alat dan bahan serta data pendukung yang akan digunakan harus dipersiapkan sedemikian rupa agar proses penelitian dapat berjalan dengan lancar. A. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian dan eksperimen ini adalah sebagai berikut : 1. Sarung tangan

5 29 2. Kacamata keselamatan 3. Digital calliper 4. Measuring microscope 5. Mesin micro cutting 6. Coordinat measuring machine (CMM) 7. Mesin tempa paku keling E-11A 8. Mesin buffing 9. Mesin polishing B. Bahan Sedangkan bahan yang digunkan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Boss rotor tipe K46F 2. tipe K46F 3. Paku keling (rivet flat) SWCH 15A (JIS G3539) Studi Pendahuluan Dalam melakukan penelitian ini dibutuhkan berbagai literatur dan referensi-referensi yang digunakan sebagai acuan, agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari dasar ilmu yang ada dan dapat memberikan hasil yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. Adapun studi yang dilakukan adalah sebagai berikut : A. Studi lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi dan memahami mengenai kondisi lapangan dimana penelitian ini dilakukan. Kondisi aktual dilapangan sangat dibutuhkan untuk kelancaran penelitian ini. Metode yang dilakuakan dalam studi langan ini adalah observasi secara langsung terhadap kondisi mesin tempa paku keling dilapangan dan juga wawancara yang dilakukan dengan operator, leader, dan teknisi yang bekerja langsung dengan mesin tersebut.

6 30 B. Studi literatur Studi literatur adalah cara yang digunakan untuk menghimpin data-data atau seumbersumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Berbagai literatur yang bersumber dari buku-buku, jurnal, artikel, manual mesin, material millsheet dan standard drawing dikumpulkan dan dipelajari sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini Pengukuran Dimensi Komponen Pengukuran dimensi komponen yang bersangkutan dengan proses tempa sangat dibutuhkan untuk mendapatkan nilai aktual dari komponen tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penyimpangan hasil perhitungan yang terlalu besar. Pengukuran dimensi pada spesimen ditentukan sebanyak 30 pcs sample, spesimen diukur menggunakan digital calliper dengan acuan standard drawing. Selain itu dilakukan pula pengujian kesetabilan spesimen dengan menggunkana analisis statistik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya variasi data hasil eksperimen akibat spesimen yang memiliki variasi dimensi yang tinggi. A. Paku keling (Rivet) SWCH 15A (JIS G3539) Data dimensi paku keling yang dibutuhkan dalam proses perhitungan adalah tinggi awal batang (body) paku keling yang akan dibentuk (h ob ). Data sample ditentukan sebanyak 100 pcs dan diukur di laboratorium quality PT. Denso Indonesia menggunakan digital calliper. Paku Keling h ob Gambar 3.3 Tinggi awal batang (body) paku keling bagian bawah (h ob )

7 31 Selanjutnya data dimensi yang dibutuhkan untuk proses perhitungan dan penelitian adalah diameter awal batang paku keling (d ob ) yang akan dibentuk. Data dimensi diameter awal juga ditentukan sebanyak 100 pcs sampel yang diukur menggunakan digital calliper. Paku Keling d ob Gambar 3.4 Diameter awal kepala paku keling bagian bawah (d ob ) Kemudian data dimensi yang harus diambil selanjutnya adalah data tinggi awal kepala paku keling bagian atas (h oa ), data ini juga diambil sebanyak 100 sampel. Paku Keling h oa Gambar 3.5 Tinggi awal kepala paku keling bagian atas (h oa ) Selanjutnya adalah data dimensi diameter awal kepala paku keling bagian atas (d oa ) yang samplenya ditentukan sebanyak 100 pcs pula. Paku Keling d oa Gambar 3.6 Diameter awal kepala paku keling bagian atas (h oa )

8 32 B. Boss rotor dan rotor Data terakhir yang dibutuhkan adalah dimensi ketebalan dan diameter lubang boss rotor dan rotor yang nantinya digunakan untuk menghitung kebutuhan gaya tekan pada area body paku keling. d r t r t br d br Gambar 3.7 Dimensi awal rotor dan boss rotor Dimensi dari rotor dan boss rotor ini masing-masing diambil sample sebanyak 30 pcs. Dimensi ini sangat berpengaruh pada hasil kalkulasi kebutuhan gaya tekan paku keling, sehingga akurasi datanya harus diperhatikan. Dari 30 pcs sample data hasil pengukuran semua material di atas, maka selanjurnya diambil nilai tengah dari masing-masing itemnya, untuk kemudian dijadikan sebagai nilai input-an pada analisis perhitungan gaya tekan paku keling. Metode ini digunakan agar hasil perhitungan tidak jauh menyimpang dari kondisi aktual, mengingat dimensi material tidak semuanya berada pada kondisi tengah standard yang ditentukan pada drawing Simulasi Mekanik Material Paku Keling (Rivet) SWCH 15A Data sifat material paku keling SWCH 15A diperoleh dari berbagai sumber yang valid dan dapat dipercaya. Data ini dibutuhkan untuk proses perhitungan gaya tekan yang dibutuhkan dalam proses tempa paku keling seperti : Koefisien kekuatan (K), Eksponen regangan pengerasan (n), dan Koefisien gesek material (µ). Dalam proses penelitian ini ketiga data sifat material tersebut diambil dari literatur-literatur dan buku-buku yang membahas mengenai material teknik. Adapun nilai dari ketiga data sifat material tersebut adalah sebagai berikut :

9 33 Koefisien kekuatan (K) = 500 Mpa Eksponen regangan pengerasan (n) = 0.25 Koefisien gesek material (µ) = 0.09 (kondisi lubrikasi) Ketiga simulasi data sifat mekanik material tersebut digunakan dalam proses perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya tekan paku keling yang dibutuhkan Analisis Perhitungan Kebutuhan Gaya Tekan Mesin Tempa Paku Keling Setelah simulasi data sifat material dan data dimensi yang dibutuhkan telah diperoleh, maka proses perhitungan gaya tekan dapat dilakukan. Perhitungan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pembentukan kepala paku keling bagian atas, batang (body), dan juga pembenukan kepala paku keling bagian bawah. Pada dasarnya metode penghitungan ketiga bagian paku keling ini menggunakan formula yang hampir sama, hanya saja pada bagian perhitungan pembentukan batang (body), tinggi awal (h o ) yang tidak diketahui didapat dari hasil pembagian volume dengan diameter awal batang paku keling, untuk tinggi akhir adalah penjumlahan antara tebal material rotor dan boss rotor (h i ), sedangkan diameter akhir adalah diameter lubang rotor dan boss rotor (d i ). Paku Keling Kepala Atas Batang (body) Kepala Bawah Gambar 3.8 Skema pembagian area perhitungan gaya tekan Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan yang sudah ada dan telah dibahas diliteratur-literatur internasional yang membahas mengenai proses pengerjaan logam. Ada banyak metode ataupun persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung seberapa besar gaya tekan yang dibutuhkan untuk

10 34 melakukan proses penempaan logam, namun pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode slab sebagai berikut : 1. Menghitung Volume Paku Keling V = h o. π. ( d o 2 ) (3.1) 4 h o = Tinggi awal kepala paku keling (mm) d o = Diameter awal kepala paku keling (mm) 2. Menghitung Luas Kepala Paku Keling A = π. ( d o 2 ) (3.2) 4 h o = Tinggi awal kepala paku keling (mm) d o = Diameter awal kepala paku keling (mm) 3. Menghitung Luas Kepala Paku Keling Setelah Di Tempa A i = V h i (3.3) V = Volume paku keling (mm 3 ) h i = Tinggi kepala paku keling setelah ditempa (mm) 4. Menghitung Diameter Paku Keling Setelah Ditempa d i = A i. 4/π (3.4) A i = Luas kepala paku keling setelah ditempa (mm 2 )

11 35 5. Menghitung Laju Regangan ε = ln ho hi h o = Tinggi awal paku keling (mm) h i = Tinggi akhir paku keling setelah ditempa (mm) (3.5) 6. Menghitung Laju Tegangan Rata-Rata Y f = K.εn n+1 K = Koefisien kekuatan (Mpa) n = Koefisien regangan pengerasan ε = Laju regangan (3.6) 7. Menghitung Faktor Pembentukan Proses Tempa K f = 1 + 0,4.μ.d i h i (3.7) d i = Diameter paku keling setelah proses tempa (mm) µ = Koefisien gesek h i = Tinggi akhir paku keling setelah ditempa (mm) 8. Menghitung Gaya Tekan Penempaan Paku Keling F = Y f. A i. K f (3.8) Y f = Laju tegangan rata-rata (MPa) atau (Newton/mm 2 ) A i = Luas kepala paku keling setelah ditempa (mm 2 ) K f = Faktor pembentukan proses tempa 9. Konversi Newton Menjadi Ton-Force 1 Newton = Ton Force (3.9) F Ton Force = F Newton x F = Gaya tekan untuk satu paku keling (Newton) atau (Ton-Force)

12 Menghitung Total Gaya Untuk 6 Paku Keling F Total = F. 6 (3.10) Proses perhitungan ini dilakukan masing-masing pada kepala paku keling bagian atas dan bawah, dan juga bagian batang menggunakan formula atau persamaan yang sama. Dengan demikian gaya tekan yang dibutuhkan untuk melakukan penempaan sudah didapat, gaya tekan yang didapat dari hasil perhitungan kemudian digunakan sebagai parameter setting gaya tekan pada mesin dan selanjutnya siap untuk di uji coba pada proses penempaan paku keling Eksperimen Hasil Perhitungan Gaya Tekan Pada Mesin Tempa Dari data hasil perhitungan gaya tekan yang di peroleh, maka selanjutnya percobaan implementasi hasil perhitungan dilakukan pada mesin tempa paku keling E- 11A. Proses percobaan implementasi hasil perhitungan dilakukan dengan menggunakan material atau bahan yang sebelumnya telah diukur. Adapun sample eksperimen yang diambil adalah sebanyak 30 pcs. Percobaan di awali dengan setting boss rotor pada lower JIG. Lower JIG Gambar 3.9 Setting boss rotor pada lower JIG

13 37 Setelah boss rotor terpasang pada lower JIG, maka selanjutnya rotor di pasang tepat di atas boss rotor. Dalam proses pemasangan harus di pastikan tidak ada material asing yang berada dipermukaan JIG maupun boss rotor karena hal ini dapat memperngaruhi hasil penempaan paku keling. Lower JIG Gambar 3.10 Setting rotor pada lower JIG Tahap selanjutnya adalah proses pemasangan 6 buah paku keling kepala datar SWCH 15A kedalam lubang rotor dan boss rotor. Paku keling dipasang dengan posisi bagian kepala atas berada di atas rotor. Paku Keling Lower JIG Gambar 3.11 Pemasangan 6 buah paku keling Setelah semua komponen telah terpasang pada lower JIG, maka proses selanjutnya adalah proses tempa yang dilakukan dengan bantuan silinder hidrolik yang terhubung

14 38 langsung dengan dies. Setting gaya tekan mesin di ambil dari hasil perhitungan yang sebelumnya teah dilakukan.. Paku Keling Dies Lower JIG Gambar 3.12 Proses penempaan paku keling Analisis Hasil Eksperimen Penempaan Paku Keling Setelah proses uji coba penerapan hasil perhitungan dilakukan, maka hasil dari proses uji coba tersebut di evaluasi untuk mengetahui kesesuaian antara hasil perhitungan gaya tekan dengan kondisi aktual hasil tempa yang diperoleh. Evaluasi yang dilakuan meliputi 3 aspek sebagai berikut: 1. Pengecekan dimensi Pengecekan dimensi hasil proses pemasangan paku keling dilakukan dengan menggunakan alat ukur Coordinat Measuring Machine (CMM) yang ada di laboratorium kualitas PT. Denso Indonesia. Adapun item pengecekanya mengacu pada internal drawing perusahaan seperti yang tertera pada sub bab Definisi Operasional yaitu : diameter kepala paku keling bagian bawah (d oc ), tinggi kepala paku keling bagian bawah (h oc ), tinggi kepala paku keling bagian atas (h oa ). Pengecekan dimensi dilakukan 100% pada hasil eksperimen penempaan paku keling.

15 39 Gambar 3.13 Coordinat measuring machine (CMM) Mitutoyo Proses penelitian dinyatakan berhasil apabila tidak ditemukan penyimpangan atau kondisi abnormal yang terjadi pada hasil evaluasi. Bila terjadi penyimpangan pada salah satu aspek evaluasi maka penelitian harus diulang kembali dan dikaji terhadap penyebab kegagalan. 2. Inspeksi visual Pengecekan visual terhadap hasil pemasangan paku keling dilakukan dengan cara manual menggunakan pengamatan mata. Item pengecekan yang dilakukan meliputi : potensi munculnya retak (crack) pada paku keeling dan retak (crack) pada boss rotor, hasil tempa paku keling miring, dan adanya gap pada hasil pemasangan paku keling. Inspeksi viasual ini dilakukan 100% pada hasil penempaan. Area Pengecekan Area Pengecekan Area Dalam Area Luar Gambar 3.14 Area pengecekan visual

16 40 3. Pengecekan cross cut Tujuan dari dilakukanya pengecekan ini adalah untuk melihat adanya retak (crack) pada bagian dalam, melihat kemungkinan adanya gap antara paku keling dan komponen lainya yaitu rotor dan boss rotor. Pengecekan dilakukan dengan bantuan kamera microscope yang dapat melakukan perbesaran hingga 500 kali, untuk mendapatkan hasil pengamatan yang maksimal. Area Pengecekan Garis potong rotor Area Pengecekan Gambar 3.15 Area pengecekan cross cut Pengecekan ini dilakukan secara sampling, sebanyak dua posisi rivet yang berhadapan untuk setiap rotor assy. Gambar 3.16 Keyence Micro Camera VHX

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI PAKU KELING (RIVET) Paku keling adalah sebuah batang silindrikal pendek yang memiliki sebuah kepala (head) yang menyatu padanya. Bagian silindrikal pada rivet disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu pengujian langsung di lapangan dan analisis berdasarkan pada teori untuk melakukan evaluasi terhadap pinchroll

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian adalah parameter proses pengerjaan dalam pengelasan gesek sangatlah kurang terutama pada pemberian gaya pada

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan usaha yang harus dilakukan dalam penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM Oleh : Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2 1 Dosen Teknik Mesin - Institut Teknologi Padang 2 Alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

12. LAS DAN PAKU KELING

12. LAS DAN PAKU KELING 12. LAS DAN PAKU KELING 12.1 LAS (WELDING) Las atau welding adalah menyambung metal dengan cara memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang kemudian setelah

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006)

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teknologi fabrikasi modern, kecenderungan miniaturisasi semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan produk-produk, alat dan instrumen yang diproduksi saat

Lebih terperinci

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA Oleh : MOHAMMAD ILHAM NRP : 6308.030.018 Jurusan : Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik dan efisien. Pada industri yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai langkah-langkah dalam melakukan penelitian, diagram alir penelitian, proses pengujian tarik geser, proses pengujian kekerasan dan proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet) BAB SAMBUNGAN (JOINT ).1. Sambungan Keling (Rivet) Pada umumnya mesin mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung-sambung menjadi sebuah mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong terciptanya suatu produk baru dengan kualitas yang baik. Dalam dunia industri manufaktur, terdapat banyak kendala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekstrusi merupakan salah satu proses yang banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ekstrusi merupakan salah satu proses yang banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekstrusi merupakan salah satu proses yang banyak digunakan dalam proses manufaktur. Dimana aplikasinya sangat luas seperti dijumpai pada aplikasi-aplikasi struktur,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diletakkan terhadap spesimen dan bahan, baik bahan yang digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang diletakkan terhadap spesimen dan bahan, baik bahan yang digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengujian bending merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang diletakkan terhadap spesimen dan bahan, baik bahan yang digunakan pada kontraksi atau komponen

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools BAB V ANALISA HASIL 5.1 Tahap Analisa Setelah mengetahui dan menemukan banyaknya kerusakan yang ditemukan pada proses produksi, maka anggota team perbaikan yang terdiri dari Industrial Enggineering, Quality

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penggunaan plastik untuk membuat perlengkapan sehari-hari sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Diantara jenis plastik tersebut adalah acrylic. Bahan

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Sebelum melakukan proses penelitian tentang pengelasan gesek dibuatlah diagram alir untuk menggambarkan proses-proses operasionalnya sehingga mudah

Lebih terperinci

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA Sambungan di dalam struktur baja merupakan bagian yang tidak mungkin diabaikan begitu saja, karena kegagalan pada sambungan dapat mengakibatkan kegagalan struktur secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CONUS 6 DENGAN FORGING PRESS DI PT. BAKRIE AUTOPARTS BALARAJA

PROSES PEMBUATAN CONUS 6 DENGAN FORGING PRESS DI PT. BAKRIE AUTOPARTS BALARAJA PROSES PEMBUATAN CONUS 6 DENGAN FORGING PRESS DI PT. BAKRIE AUTOPARTS BALARAJA Disusun Oleh : Eki Imam Sudrajat 22411368 4IC05 Dosen Pembimbing : Iwan Setyawan, ST., MT. PENDAHULUAN Latar Belakang Latar

Lebih terperinci

BAB 4. PEGUJIAN GESER

BAB 4. PEGUJIAN GESER BAB 4. EGUJIAN GESER Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses pengujian geser logam. Sub Kompetensi : Menguasai dan mengetahui proses pengujian geser pada baja secara langsung. ASAR TEORI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE ANALISIS

BAB 3 METODE ANALISIS BAB 3 METODE ANALISIS 3.1 Model Struktur Penelitian 3.1.1 Sambungan Dengan Baut Berjumlah 5 (Eksentrisitas 40 mm) B12E40 Gambar 3.1 Spesimen Uji Momen dengan Sambungan Baut Eksentrisitas 40 3-1 3-2 Pada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH ANNEALING 290 C PADA PELAT ALUMINUM PADUAN (Al-Fe) DENGAN VARIASI HOLDING TIME 30 MENIT DAN 50 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud akan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan analitik, pendekatan numerik dengan simulasi FEM.

Lebih terperinci

(Sumber :

(Sumber : Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium pada program studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom. Laboratorium ini

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Oleh : Dwi Agus Santoso

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Oleh : Dwi Agus Santoso JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 ANALISA PENGARUH TEKANAN TEMPA TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA ST 41 (Diameter 14 mm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi

BAB I PENDAHULUAN. machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Electrical discharge machining (EDM) atau disebut juga spark machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi panas yang dihasilkan oleh loncatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan serangkaian tahapan proses agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai, penelitian di awali dengan kajian pustaka yang dapat mendukung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. mendorong terciptanya suatu produk dan memiliki kualitas yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. mendorong terciptanya suatu produk dan memiliki kualitas yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu produk dan memiliki kualitas yang baik. Pada industri manufacturing hal ini menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plunger tip adalah salah satu rangkaian komponen penting pada mesin high pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR ANALISIS CACAT KERUT (WRINKLING) PADA TAILORED WELDED BLANKS DEEP DRAWING DENGAN METODE EKSPERIMEN Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

MODUL 6 PROSES PEMBENTUKAN LOGAM

MODUL 6 PROSES PEMBENTUKAN LOGAM MODUL 6 PROSES PEMBENTUKAN LOGAM Materi ini membahas tentang proses pembuatan logam bukan besi. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan perbedaan antara proes pengerjaan secara

Lebih terperinci

BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING

BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING Paku keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat atau lebih misalnya pada tangki dan boiler. Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahan konstruksi bangunan saat ini menunjukkan kecenderungan penggunaan material yang efisien sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya adalah penggunaan

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS DAFTAR SIMBOL BJ : Berat Jenis ρ : Berat Jenis (kg/cm 3 ) m : Massa (kg) d : Diameter Kayu (cm) V : Volume (cm 3 ) EMC : Equilibrium Moisture Content σ : Stress (N) F : Gaya Tekan / Tarik (N) A : Luas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODELING PROSES DEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

TUGAS AKHIR MODELING PROSES DEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR MODELING PROSES DEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA

PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA NAMA : DIDI BACHTIAR NPM : 22412075 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : Irvan Septyan Mulyana, ST.,

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara mengadakan penelitian agar pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK200-8 Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] Universitas Mercu Buana 47 Gambar 5.1 Job Set Cylinder Assy

Lebih terperinci

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6.1. Pendahuluan Pada dasarnya kekuatan komponen merupakan bagian terpenting dalam perencanaan konstruksi rangka batang ruang, karena jika komponen tidak dapat menahan beban

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi dan informasi sekarang ini sangat besar pengaruhnya yang dapat mempermudah dan meringankan pekerjaan manusia. Salah satu diantaranya

Lebih terperinci

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp *  Abstrak PENGUJIAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADASAMBUNGAN PENGELASAN GESEK SAMA JENIS BAJA ST 60, SAMA JENIS AISI 201, DAN BEDA JENIS BAJA ST 60 DENGAN AISI 201 *Hermawan Widi Laksono 1, Sugiyanto 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik dan efisien.pada industri yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Definisi Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian yang

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT. STI yang berlokasi di Jakarta Timur. Untuk mencapai tujuan - tujuan dalam laporan penelitian ini, penulis melakukan serangkaian tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak dari konsumsi bahan bakar minyak yang menjadi topik utama di berbagai media massa. Salah satu dampaknya

Lebih terperinci

JOB SHEET I. KOMPETENSI

JOB SHEET I. KOMPETENSI JOB SHEET I. KOMPETENSI : MENYAMBUNG PLAT (LOGAM LEMBARAN) II. SUB KOMPETENSI : MENYAMBUNG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LIPATAN DAN PENGUAT TEPI SECARA MANUAL III. Tujuan Pembelajaran: Setelah proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok, kolom pelat maupun kolom balok, baik itu yang terbuat dari baja, kayu, maupun beton,

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENARIKAN KAWAT UNTUK PRAKTIKUM FENOMENA DASAR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENARIKAN KAWAT UNTUK PRAKTIKUM FENOMENA DASAR TUGAS AKHIR BIDANG KONSTRUKSI DAN PERANCANGAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENARIKAN KAWAT UNTUK PRAKTIKUM FENOMENA DASAR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tahap Sarjana

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter komposisi modifikasi material terhadap kekuatan mekanik dari spesimen serta koefisien

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni ANALISA MEKANIK BRAKE SHOE TIPE T-360 DAN TIPE T-359 KK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Nana Supriyana 1), Alim Sya bani 2) 1,2) Teknik Mesin STT Wiworotomo Email: Nana.sttw@gmail.com, Email: Alim7pato@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut: 35 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses pemotongan benda kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami penggantian yang disebabkan oleh keausan atau masa pakai yang sudah tercapai, dalam prakteknya alat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Proses Thermoforming Mesin Noack N921 Dengan 2 Desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Proses Thermoforming Mesin Noack N921 Dengan 2 Desain BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan yang nantinya digunakan dalam penyelesaian pembahasan yang berkaitan dengan analisa yang penulis ambil dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUNG MBG

BAB III RANCANG BANGUNG MBG BAB III RANCANG BANGUNG MBG Peralatan uji MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida, dengan harapan meminimalisasi faktor udara luar yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Proses pengeboran merupakan proses permesinan yang paling sering digunakan setelah proses bubut karena hampir semua komponen dan produk permesinan mempunyai lubang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai suatu kasus yang akan menjadi alasan dilakukan penelitian ini, yang akan diuraikan pada Latar Belakang. Atas dasar masalah yang telah dikemukakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Doulton merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi barang-barang keramik seperti peralatan makan, vase, photo frame, dan berbagai macam hiasan dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental-laboratoris. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan membuat benda uji kuat tekan, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk suatu benda kerja dengan menggunakan sepasang alat. perencanaan peralatan, diameter yang akan dipotong, material alat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk suatu benda kerja dengan menggunakan sepasang alat. perencanaan peralatan, diameter yang akan dipotong, material alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi sangat pesat terutama dibidang manufaktur dalam proses pembentukan dan pemotongan. Proses Pembentukan dan pemotongan lembaran pelat

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pelat kuningan 70/30 (2 x 2) cm Tebal 3,1 mm Al : 0,00685% 0,03% Pelat kuningan 70/30 (2 x 2) cm Tebal 3,1 mm Al : 0,16112% > 0,03% Uji komp. kimia,

Lebih terperinci

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG. Telah dilaksanakan penelitian terhadap perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang meliputi parameter penelitian, alat dan bahan yang digunakan selama penelitian, serta tahapan-tahapan proses penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. ALUR PROSES PENGERJAAN Pada waktu pelaksanaan Kerja Praktik, penulis ditugaskan untuk membantu proses Membuat komponen Dies Guard RL Hanger K25A, Adapun diagram

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Imam Basori Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Didalam suatu konstruksi terutama pada konstruksi yang dilakukan proses pengelasan (welding), sering sekali terjadi ketidaksempurnaan dalam proses penyambungan,

Lebih terperinci

Disusun oleh : Adi Sudirman ( ) Ahmad Zainul Roziqin ( )

Disusun oleh : Adi Sudirman ( ) Ahmad Zainul Roziqin ( ) MODIFIKASI BUTT FUSION PLATE POLYETHYLENE DENGAN PENAMBAHAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK MENGURANGI EFEK KERENGGANGAN PADA PENGEPRESAN Disusun oleh : Adi Sudirman ( 6307 030 050 ) Ahmad Zainul Roziqin ( 6307

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan proses serta teknik pemotongan logam (metal cutting) terus mendorong industri manufaktur semakin maju. Ini terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3. 1Diagram Alur Penelitian Mulai Studi literatur Identifikasi masalah Persiapan spesimen uji Pemilihan material spesimen ( baja SS-400 ) Pemotongan dan pembuatan kampuh las Proses

Lebih terperinci

2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat

2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat 2. KERJA PLAT Tujuan 1. Agar mahasiswa mengerti cara membuat pola, memotong, dan melipat benda kerja pelat / logam lembaran. 2. Agar mahasiswa mampu melakukan kerja pembuatan pola, pemotongan dan pelipatan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN PRESS TOOL Mulai 1.Data analisa a. Gambar dan ukuran produk b. Kapasitas mesin c. Proses kerja 2. Penentuan layout scarp trip Wide run

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah suatu sistem pengambilan data dalam suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu suatu metode

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Pembentukan Logam

1. Pendahuluan Pembentukan Logam 1. Pendahuluan Pembentukan Logam Pembentukan logam adalah proses untuk mengubah benda kerja (work piece) dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis dan menjadi bentuk yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

Gambar 4.1 Terminologi Baut. BAB 4 SAMBUNGAN BAUT 4. Sambungan Baut (Bolt ) dan Ulir Pengangkat (Screw) Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau di ikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 PENDAHULUAN Pada bab 2 telah dibahas tentang pengertian sisa material konstruksi, jenis-jenis, klasifikasi dan faktor-faktor penyebab terjadinya sisa material konstruksi. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai perusahaan kabel nasional terkemuka, PT Kabel XYZ Tbk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai perusahaan kabel nasional terkemuka, PT Kabel XYZ Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai perusahaan kabel nasional terkemuka, PT Kabel XYZ Tbk memasok hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Perusahaan ini merupakan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2014. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Stainless steel memiliki sifat tahan korosi karena mempunyai lapisan oksida protektif dipermukaan. Pada industri modern komponen mesin bekerja pada

Stainless steel memiliki sifat tahan korosi karena mempunyai lapisan oksida protektif dipermukaan. Pada industri modern komponen mesin bekerja pada TUGAS AKHIR METALURGI Disusun Oleh Imam Darmawan Amahoru NRP. 2104 100 030 Dosen Pembimbing Dr. Ir. H.C. Kis Agustin, DEA Latar Belakang Stainless steel memiliki sifat tahan korosi karena mempunyai lapisan

Lebih terperinci