Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan"

Transkripsi

1 Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Sebelum membahas pemodelan produk berbasis yang disusun berdasarkan algoritma pengurang terlebih dahulu akan dijelaskan hal-hal yang mendasari pembuatan algoritma tersebut, yaitu antara lain penjelasan mengenai benda kerja,, dan kemudian penjelasan mengenai algoritma itu sendiri. 3.1 Atribut Benda Kerja Benda kerja yang akan dibuat pemodelan pada tugas akhir ini yaitu benda kerja dengan bentuk primitif balok. Supaya dapat dibuat pemodelannya dan memudahkan dalam membuat algoritmanya maka benda kerja dilengkapi dengan atribut-atribut sebagai berikut: 1. ID Benda kerja ID ini menunjukkan identitas dari benda kerja. ID ini dapat berupa kode-kode angka, bar code, atau yang lainnya. 2. Dimensi Benda kerja Benda kerja memiliki atribut dimensi berupa panjang, lebar dan tinggi seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1. Perlu diketahui bahwa panjang selalu searah dengan sumbu-x benda kerja, lebar selalu searah dengan sumbu-y benda kerja dan tinggi selalu searah dengan sumbu-z benda kerja. Gambar 3.1 Atribut dimensi benda kerja 27

2 Supaya atribut dimensi dapat diolah maka diberikan syarat dalam memasukkan atribut ini, yaitu: panjang > 0, lebar > 0, dan tinggi > Titik Sudut Benda kerja memiliki delapan titik sudut yang diberi nama titik O 1, O 2, O 3, O 4, O 5, O 6, O 7, dan O 8 dengan titik referensi terletak pada tengah-tengah balok seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2. Titik sudut ini akan digunakan sebagai titik snap terhadap terhadap benda kerja. Koordinat titik-titik sudut tersebut pada sumbu benda kerja sebagai berikut: Titik O 1 mempunyai koordinat (x 0, y 0, z 0. Titik O 2 mempunyai koordinat (x 1, y 0, z 0 Titik O 3 mempunyai koordinat (x 1, y 1, z 0 Titik O 4 mempunyai koordinat (x 0, y 1, z 0 Titik O 5 mempunyai koordinat (x 0, y 0, z 1 Titik O 6 mempunyai koordinat (x 1, y 0, z 1 Titik O 7 mempunyai koordinat (x 1, y 1, z 1 Titik O 8 mempunyai koordinat (x 0, y 1, z 1 Gambar 3.2 Titik-titik sudut benda kerja 28

3 4. Sisi Benda Kerja Benda kerja berbentuk balok memiliki enam sisi. Sisi-sisi pada benda kerja perlu dilakukan penamaan untuk membedakan antara sisi benda kerja yang satu dengan sisi lainnya. Pada tugas akhir ini penulis menamakan setiap sisi benda kerja sesuai posisinya terhadap titik referensi, yaitu: TOP yaitu sisi yang merupakan bidang pada benda kerja yang dibentuk oleh O 5 O 6 O 7 O 8 dengan nilai z = z 1. BOTTOM yaitu sisi yang merupakan bidang pada benda kerja yang dibentuk oleh O 1 O 2 O 3 O 4 dengan nilai z = z 0. FRONT yaitu sisi yang merupakan bidang pada benda kerja yang dibentuk oleh O 1 O 2 O 6 O 5 dengan nilai y = y 0. BACK yaitu sisi yang merupakan bidang pada benda kerja yang dibentuk oleh O 3 O 4 O 8 O 7 dengan nilai y = y 1. LEFT yaitu sisi yang merupakan bidang pada benda kerja yang dibentuk oleh O 1 O 4 O 8 O 5 dengan nilai x = x 0. RIGHT yaitu sisi yang merupakan bidang pada benda kerja yang dibentuk oleh O 2 O 3 O 7 O 6 dengan nilai x = x 1. Gambar 3.3 dan gambar 3.4 di bawah ini menunjukkan letak dan penamaan sisi-sisi benda kerja. Gambar 3.3 Sisi TOP dan BOTTOM benda kerja 29

4 Gambar 3.4 Sisi BACK, RIGHT, FRONT dan LEFT benda kerja 5. Kontainer Kontainer merupakan suatu wadah untuk menampung - yang dimasukkan ke benda kerja oleh perancang. Dengan adanya kontainer ini maka - yang berada dalam kontainer dapat dilakukan pemeriksaan interaksi antar. Jika terjadi interaksi maka - yang mengalami interaksi tersebut tidak akan diproses. Hal ini dikarenakan sistem belum dilengkapi dengan fungsi pemrosesan interaksi seperti yang telah dinyatakan di batasan masalah. Pemeriksaan yang berinteraksi dapat dilihat pada subbab Atribut Feature Selain benda kerja, juga memiliki atribut-atribut. Supaya dapat dibuat pemodelannya dan memudahkan dalam membuat algoritmanya maka dilengkapi dengan atribut-atribut sebagai berikut: 1. ID Feature 30

5 ID ini berupa nomor yang menunjukkan urutan masuknya tersebut ke dalam benda kerja. 2. Bidang kerja Bidang kerja merupakan sisi benda kerja yang menjadi tempat peletakan penampang. Ada enam bidang kerja yaitu TOP, BOTTOM, FRONT, BACK, LEFT, dan RIGHT. 3. Titik sudut Seperti halnya pada benda kerja, juga memiliki delapan titik sudut yang masing-masing diberi nama F 1, F 2, F 3, F 4, F 5, F 6, F 7, dan F 8. Titik sudut yang berada pada penampang yang diletakkan pada sisi benda kerja selalu F 1, F 2, F 3, dan F 4. Kemudian pada arah yang tegak lurus dengan penampang tersebut terdapat empat titik sudut yang lain. F 1 berpasangan dengan F 5, F 2 berpasangan dengan F 6, F 3 berpasangan dengan F 7, dan F 4 berpasangan dengan F 8. Gambar 3.5 menunjukkan letak titik-titik sudut terhadap bidang kerja yang dilihat dengan pandangan perspektif. Gambar 3.5 Atribut titik sudut, orientasi dan posisi 4. Sisi Feature Feature pada tugas akhir ini berbentuk primitif balok. Balok memiliki enam sisi. Sisi-sisi pada perlu dilakukan penamaan untuk membedakan antara sisi yang satu dengan sisi lainnya. 31

6 Gambar 3.6 menunjukkan penamaan sisi-sisi. Penamaan sisisisi tersebut adalah sebagai berikut: work yaitu sisi yang sebidang dengan sisi benda kerja. Sisi ini selalu terletak pada bidang kerja. Sisi ini merupakan bidang yang dibentuk oleh F 1 F 2 F 3 F 4. face yaitu sisi yang merupakan bidang pada yang dibentuk oleh F 5 F 6 F 7 F 8. upper yaitu sisi yang merupakan bidang pada yang dibentuk oleh F 3 F 4 F 8 F 7. lower yaitu sisi yang merupakan bidang pada yang dibentuk oleh F 1 F 2 F 6 F 5. left yaitu sisi yang merupakan bidang pada yang dibentuk oleh F 1 F 4 F 8 F 5. right yaitu sisi yang merupakan bidang pada yang dibentuk oleh F 2 F 3 F 7 F 6. Gambar 3.6 Sisi 5. Titik Snap Orientasi pada tugas akhir ini mengacu kepada suatu titik yang disebut sebagai titik snap. Snap merupakan cara penempatan suatu objek dengan memanfaatkan titik yang sudah ada dengan prinsip koordinat relatif atau lebih dikenal sistem koordinat lokal. Metode snap ini mengambil ide seperti yang diterapkan pada software AutoCAD. 32

7 Letak titik snap pada tugas akhir ini selalu terletak pada pojok kiri bawah bidang kerja seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6. Jumlah orientasi pada setiap bidang kerja hanya diperkenankan untuk satu orientasi saja sehingga jumlah titik snap yang digunakan hanya satu pada setiap bidang kerja. Gambar 3.7 menunjukkan titik snap pada setiap bidang kerja. Gambar 3.7 Orientasi dan titik snap pada Gambar 3.7 di atas memperlihatkan titik snap untuk setiap orientasi, yaitu sebagai berikut: Orientasi TOP memiliki titik snap di titik O 5. Orientasi FRONT memiliki titik snap di titik O 1. Orientasi LEFT memiliki titik snap di titik O 1. Orientasi BOTTOM memiliki titik snap di titik O 1. Orientasi BACK memiliki titik snap di titik O 4. Orientasi RIGHT memiliki titik snap di titik O Jarak penampang dari titik snap (posisi Jarak penampang dari titik snap dinyatakan oleh variabel u dan v. Dengan melihat titik snap selalu berada pada pojok kiri bawah bidang kerja seperti pada gambar 3.6, jarak penampang terhadap titik snap selalu dinyatakan dalam jarak horizontal dan jarak 33

8 vertikalnya. Jarak horizontal ditunjukan dalam variabel u sedangkan jarak vertikal ditunjukkan dalam variabel v. Gambar 3.7 memperlihatkan arah variabel u dan v dengan titik snap selalu berada pada pojok kiri bawah pada bidang kerja. Berikut ini adalah arah u dan v pada setiap orientasi: Pada orientasi TOP, u searah dengan sumbu-x sedangkan v searah dengan sumbu-y. Pada orientasi FRONT, u searah dengan sumbu-x sedangkan v searah dengan sumbu-z. Pada orientasi LEFT, u searah dengan sumbu-z sedangkan v searah dengan sumbu-y. Pada orientasi BOTTOM, u searah dengan sumbu-y sedangkan v searah dengan sumbu-x. Pada orientasi BACK, u searah dengan sumbu-z sedangkan v searah dengan sumbu-x. Pada orientasi RIGHT, u searah dengan sumbu-y sedangkan v searah dengan sumbu-z. Karena pada tugas akhir ini titik snap selalu berada pojok kiri bawah pada bidang kerja, maka: u 0 dan v Dimensi Seperti halnya benda kerja, memiliki atribut dimensi panjang, lebar dan tinggi. Perlu diketahui bahwa panjang ditetapkan selalu searah dengan arah u, lebar selalu searah dengan arah v, dan tinggi selalu dalam arah tegak lurus terhadap bidang kerja. Bila tinggi yang ditetapkan merupakan tinggi penambahan maka tinggi ke arah luar bidang kerja sedangkan bila tinggi yang ditetapkan merupakan tinggi pengurangan maka tinggi ke arah dalam bidang kerja. Gambar 3.8 memperlihatkan atribut dimensi pengurangan. Pada pengurangan terdapat batasan dalam memasukkan nilai panjang, lebar dan tinggi, yaitu: a. Panjang : 34

9 panjang > 0 b. Lebar : lebar > 0 c. Tinggi dinyatakan dalam tinggi ekstrusi ( penambahan dan tinggi intrusi ( pengurangan. Tinggi ekstrusi dinyatakan dengan memasukkan nilai : tinggi > 0 Kedalaman intrusi dinyatakan dengan memasukkan nilai: tinggi < 0 Gambar 3.8 Atribut dimensi 3.3 Pemodelan Produk Berbasis Feature Setelah mengetahui atribut-atribut yang akan digunakan pada pemodelan benda kerja dan maka langkah selanjutnya adalah menentukan urutan atau algoritma yang harus dilakukan oleh perancang dalam membuat suatu model produk berbasis. Bentuk algoritma dapat disederhanakan dalam bentuk diagram alir untuk memudahkan dalam memahami urutan dalam membuat pemodelan produk berbasis ini seperti yang ditunjukkan pada gambar

10 Gambar 3.9 Diagram alir pemodelan produk berbasis Algoritma pemodelan produk berbasis adalah sebagai berikut: 1. Masukkan dimensi benda kerja, yaitu panjang, lebar dan tinggi benda kerja. Data dimensi benda kerja dimasukkan dengan memberikan input secara manual pada layar komputer. 2. Periksa input data dimensi benda kerja yang dimasukkan. Pemeriksaan ini dilakukan secara otomatis pada aplikasi dengan menerapkan syarat-syarat tertentu. Dalam hal ini syarat yang ditentukan 36

11 bertujuan agar input yang dimasukkan sesuai dengan kemampuan program. Bila input yang dimasukkan sesuai maka data dimensi benda kerja akan dieksekusi ke tahap selanjutnya sedangkan bila data yang dimasukkan tidak sesuai maka data dimensi benda kerja harus dimasukkan ulang. Syarat yang diterapkan yaitu: panjang > 0, lebar > 0, dan tinggi > Mengubah data dimensi benda kerja menjadi data-data yang bisa digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat benda kerja. Data dimensi yang sesuai selanjutnya akan diolah sehingga dapat digunakan untuk menyusun titik-titik koordinat benda kerja. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa pada tugas akhir ini ditetapkan titik pusat koordinat kartesian untuk benda kerja dan berada pada tengahtengah balok benda kerja (lihat gambar 3.1 dan gambar 3.2. Hal ini mengakibatkan data panjang, lebar, dan tinggi benda kerja tidak dapat digunakan secara langsung untuk menentukan titik sudut benda kerja pada sistem koordinat kartesian yang ditetapkan. Oleh karena itu, data dimensi yang sudah dimasukkan perlu diolah terlebih dahulu sehingga dapat menyatakan titik-titik koordinat. Subbab menjelaskan secara detail mengenai variabel-variabel yang digunakan untuk menyusun titik-titik koordinat. 4. Mengkoleksi data-data yang akan digunakan dalam menyusun titik koordinat benda kerja. Setelah data dimensi diubah menjadi data-data yang bisa digunakan untuk menyusun titik-titik koordinat maka langkah selanjutnya adalah mengkoleksi data-data tersebut. Hal ini dikarenakan dalam menyusun objek visual 3D berbentuk balok diperlukan enam bidang datar untuk menyusunnya. Setiap bidang datar pada dasarnya memerlukan minimal empat titik koordinat, tetapi jumlah titik yang digunakan akan bertambah jika bidang datar ini merupakan bidang kerja. Data-data yang dikoleksi tidak hanya data benda kerja melainkan juga data. Data ini nantinya akan digunakan untuk membuat objek visual 3D body. 5. Menggambar objek visual 3D body. 37

12 Subbab menunjukkan langkah-langkah menggambar objek visual 3D body. 6. Mencetak hasilnya ke layar komputer. Hasil yang dicetak berupa objek visual 3D yang ditampilkan pada layar komputer. Pada tahap ini sebenarnya proses pembuatan model benda kerja tanpa yang ingin ditampilkan dalam pemodelan selesai. Namun bila perancang ingin menambah jumlah ke benda kerja maka diperlukan tahap selanjutnya. 7. Menambah jumlah ke benda kerja Dalam pemodelan, jumlah yang digunakan sebaiknya dapat lebih dari satu maka program perlu dibuat tombol yang berisi perintahperintah untuk menambah jumlah. Java dan C++ biasanya menyediakan tombol-tombol yang dapat digunakan untuk melakukan perintah-perintah tertentu pada aplikasi. Bila perancang tidak ingin menambah jumlah ke benda kerja maka tombol yang menyatakan perintah menambah tidak ditekan dan proses selesai. Tahap 8 sampai 12 ditujukan untuk penambahan jumlah. 8. Memasukkan data atribut Data yang dimasukkan yaitu sisi benda kerja yang akan dijadikan tempat meletakkan (bidang kerja, jarak horizontal dari titik snap (u, jarak vertikal dari titik snap (v, panjang, lebar dan tinggi. Data-data ini dimasukkan secara manual oleh perancang. 9. Dilakukan pemeriksaan input data atribut yang dimasukkan. Sama seperti benda kerja data atribut perlu dilakukan pemeriksaan supaya data-data tersebut dapat diolah. Syarat yang harus dipenuhi oleh data-data yang dimasukkan yaitu: d. Jarak horizontal terhadap titik snap: u > 0 e. Jarak vertikal terhadap titik snap: v > 0 f. Panjang : 38

13 panjang > 0 g. Lebar : lebar > 0 h. Tinggi : Tinggi ekstrusi dinyatakan dengan memasukkan nilai: tinggi > 0 Kedalaman intrusi dinyatakan dengan memasukkan nilai: tinggi < 0 dan tinggi maksimum kedalaman intrusi. i. u + panjang : u + panjang maksimum u + panjang j. v + lebar : v + lebar maksimum v + lebar Bila data atribut yang dimasukkan sesuai maka data atribut akan diproses ke tahap selanjutnya, sedangkan bila data atribut tidak sesuai maka perlu untuk memasukkan nilai atribut kembali. 10. Mengubah data atribut menjadi data-data yang bisa digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat. Sama seperti halnya benda kerja, data atribut tidak dapat digunakan secara langsung untuk menentukan titik-titik sudut. Oleh karena itu diperlukan pengolahan terhadap data atribut tersebut sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat. Subbab menjelaskan cara mengubah data atribut tersebut. 11. Memeriksa interaksi yang terjadi antar Data-data atribut yang telah diolah pada tahap 10 selain digunakan untuk membuat objek visual 3D digunakan juga untuk memeriksa interaksi antar. Interaksi yang diperiksa sebatas terjadi interaksi atau tidak. Hal ini dikarenakan pada batasan masalah sudah ditekankan bahwa tidak terjadi interaksi antar. Pemeriksaan dilakukan dengan cara membandingkan data yang baru diolah pada tahap 10 dengan data yang sudah dibuat sebelumnya pada benda kerja. Bila data 39

14 yang akan ditambahkan memenuhi syarat interaksi maka data tidak akan diproses sehingga perlu dimasukkan data atribut kembali. Namun bila tidak terjadi interaksi, data yang sudah diolah pada tahap 10 tersebut akan disimpan di kontainer kemudian digunakan untuk menggambar objek visual 3D. Subbab 3.4 menjelaskan mengenai syarat yang menyatakan suatu dinyatakan berinteraksi dengan lainnya. 12. Menggambar objek visual 3D Pada tahap ini objek visual 3D akan dibuat. Berbeda halnya dengan benda kerja yang tersusun dari 6 bidang yang merupakan sisisisinya, maksimum tersusun dari 5 bidang real. Jumlah maksimum ini diambil dengan mengasumsikan bahwa poket tengah menghasilkan bidang baru terbanyak pada benda kerja yaitu sebanyak 5 bidang baru (lihat gambar 2.8. Pola penggambaran objek visual 3D secara jelas diulas pada subbab Proses penambahan jumlah tentunya akan mengubah bentuk objek visual 3D benda kerja. Oleh karena itu tahap 4, 5, dan 6 perlu diulang untuk menggambar objek visual 3D benda kerja yang baru. Penerapan siklus tertutup untuk pembuatan bertujuan agar jumlah yang ditambahkan ke benda kerja tidak dibatasi Variabel-Variabel Penyusun Titik Koordinat Suatu titik pada sistem koordinat kartesian XYZ memiliki koordinat (x, y, z. Koordinat titik tersebut tersusun dari tiga atribut yaitu x, y, dan z. Atribut tersebut merupakan variabel yang besarnya menunjukkan posisi relatif terhadap sumbu koordinat kartesian. Variabel x menunjukkan posisi titik pada sumbu-x koordinat kartesian. Variabel y menunjukkan posisi titik pada sumbu-y koordinat kartesian. Variabel z menunjukkan posisi titik pada sumbu-z koordinat kartesian. Gambar 3.10 menunjukkan suatu titik yang memiliki koordinat x, y, z. 40

15 Gambar 3.10 Titik memiliki variabel x, y, dan z Pada pemodelan produk berbasis, data yang dimasukkan ke dalam pemodelan bukan merupakan data titik benda kerja dan. Data yang dimasukkan oleh perancang pada pemodelan ini merupakan data atribut. Oleh karena itu, data atribut yang dimasukkan perlu diolah terlebih dahulu menjadi variabel x, y, dan z. Variabel x, y, dan z pada pemodelan ini diperoleh dari dua sumber yaitu atribut dimensi benda kerja dan atribut. Masing-masing variabel x, y, dan z yang diolah dari kedua sumber tersebut masing-masing diberi tanda dengan penamaan khusus. Penamaan ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengenali sumber data yang digunakan untuk variabel x, y, dan z tersebut Variabel x, y, dan z Benda Kerja Salah satu sumber data untuk memperoleh nilai variabel x, y, dan z adalah atribut dimensi benda kerja. Atribut dimensi ini meliputi panjang, lebar, dan tinggi benda kerja. Dengan menetapkan titik (0,0,0 sistem koordinat kartesian XYZ berada di tengah-tengah primitif balok benda kerja maka nilai variabel x, y dan z adalah sebagai berikut: 1. Variabel x: 41

16 2. Variabel y: 3. Variabel z: Nilai-nilai variabel ini ditunjukkan pada gambar 3.11 berikut ini. Gambar 3.11 Variabel x, y dan z benda kerja Variabel x, y, dan z Feature Sama seperti benda kerja, data titik sangat diperlukan dalam membuat model produk berbasis. Data titik ini diperoleh dari hasil pengolahan atribut. Data atribut yang dimaksud adalah u, v, panjang, lebar, panjang, dan bidang kerja yang merupakan sisi benda kerja tempat meletakkan. Data ini kemudian akan diolah menjadi variabel x, y, dan z yang apabila disusun dapat menunjukkan titik-titik sudut pada sistem koordinat kartesian. Variabel diberi nama Fx 0, Fx 1, Fy 0, Fy 1, Fz 0, dan Fz 1. Penamaan variabel dengan huruf F sebagai huruf pertama digunakan untuk menandai bahwa 42

17 variabel ini merupakan variabel. Fx 0 dan Fx 1 merupakan variabel x. Fy 0 dan Fy 1 merupakan variabel y. Fz 0 dan Fz 1 merupakan variabel z. Gambar 3.12 menunjukkan letak dan nilai variabel x, y, dan z dari sebuah benda kerja dengan satu poket tengah yang dibuat pada sisi TOP. Gambar 3.12 Variabel x, y, dan z pada bidang kerja TOP Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa nilai variabel x, y, dan z pada sebuah dengan bidang kerjanya di sisi TOP adalah sebagai berikut: Fx 0 = x 0 + u Fx 1 = Fx 0 + panjang Fy 0 = y 0 + v Fy 0 = Fy 0 + lebar Fz 0 = z 1 Fz 1 = Fz 0 + tinggi Feature memiliki posisi relatif terhadap benda kerja. Hal ini menyebabkan persamaan variabel x, y, dan z untuk setiap bidang kerja berbeda-beda. Nilai variabel x, y dan z untuk setiap orientasi dinyatakan dalam tabel 3.1 berikut ini: 43

18 Tabel 3.1 Nilai Variabel x, y, dan z Feature Berdasarkan Orientasi Feature Orientasi Feature Variabel TOP BOTTOM FRONT BACK LEFT RIGHT Fx 0 x 0 + u x 0 + v x 0 + u x 0 + v x 0 x 1 Fx 0 + Fx Fx Fx 1 panjang 0 + lebar 0 + Fx Fx panjang 0 + lebar Fx 0 - tinggi 0 + tinggi Fy 0 y 0 + v y 0 + u y 0 y 1 y 0 + v y 0 + u Fy Fy Fy 0 + lebar 0 + Fy Fy 1 panjang 0 - tinggi 0 + Fy Fy tinggi 0 + lebar 0 + panjang Fz 0 z 1 z 0 z 0 + v z 0 + u z 0 + u z 0 + v Fz 1 Catatan : Fz 0 + tinggi Fz 0 - tinggi Fz 0 + lebar Fz 0 + panjang Fz 0 + panjang Nilai tinggi (+ menyatakan tinggi ekstrusi Nilai tinggi (- menyatakan kedalaman intrusi Fz 0 + lebar Apabila jumlah yang digunakan lebih dari satu maka digunakan superskrip untuk membedakannya. Misalnya Fx 0 1, Fx 1 1, Fy 0 1, Fy 1 1, Fz 0 1, dan Fz 1 1 merupakan variabel pertama, Fx 0 2, Fx 1 2, Fy 0 2, Fy 1 2, Fz 0 2, dan Fz 1 2 merupakan variabel kedua, Fx 0 3, Fx 1 3, Fy 0 3, Fy 1 3, Fz 0 3, dan Fz 1 3 merupakan variabel ketiga, dan seterusnya Pembuatan Objek Visual 3D Body Pembuatan objek visual 3D Body memerlukan nilai-nilai variabel x, y dan z dari benda kerja dan. Nilai variabel digunakan untuk menggambar sisi benda kerja yang menjadi tempat peletakan penampang. Pembuatan objek visual 3D Body dilakukan dengan menggambar setiap sisi benda kerja berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengkoleksian nilai variabel x, y,dan z dari benda kerja dan ke dalam kontainer. 2. Pengurutan data kontainer mulai dari nilai terkecil sampai nilai terbesar. 3. Pembuatan grid dan pemberian identitas untuk setiap grid 4. Pemeriksaan titik tengah dan penggambaran bidang grid 44

19 Pengkoleksian Nilai Variabel x, y, dan z dari Benda Kerja dan Feature ke Kontainer Kontainer adalah kumpulan variabel x, y dan z yang berada pada bidang yang sama. Kontainer yang digunakan ada tiga jenis, yaitu: 1. GRID HORIZONTAL yang merupakan kontainer nilai-nilai variabel x, y dan z yang digunakan untuk menyatakan nilai horizontal bidang. 2. GRID VERTIKAL yang merupakan kontainer nilai-nilai variabel x, y dan z yang digunakan untuk menyatakan nilai vertikal bidang. 3. BATAS FEATURE merupakan kontainer nilai-nilai variabel x, y dan z yang digunakan untuk menyatakan batas-batas. Kontainer-kontainer ini ada di setiap sisi benda kerja. Berikut ini akan diberikan suatu contoh kasus pengkoleksian bidang TOP dengan poket tengah untuk memudahkan memahami proses pembuatan objek visual 3D Body ini. Dari gambar 3.12 dapat terlihat bahwa untuk membangun bidang TOP diperlukan variabel z yang nilainya sama dengan z 1 sedangkan nilai x dan y dapat bervariasi. Hal ini dikarenakan bidang TOP merupakan bidang yang terletak pada sumbu X dan Y koordinat kartesian dengan nilai sumbu Z = z 1. Gambar 3.13 menunjukkan bidang TOP dari benda kerja tersebut. Gambar 3.13 Sisi TOP benda kerja dengan penampang poket tengah Berdasarkan gambar di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Karena bidang TOP terletak pada sumbu Z = z 1 maka penampang akan sebidang dengan sisi TOP bila Fz 1 = z 1 atau Fz 0 = z GRID HORIZONTAL akan diisi oleh variabel x benda kerja dan, yaitu: x 0, x 1, Fx 0, dan Fx GRID VERTIKAL akan diisi oleh variabel y benda kerja dan, yaitu: y 0, y 1, Fy 0, dan Fy 1. 45

20 4. BATAS FEATURE akan diisi oleh variabel x dan y, yaitu: Fx 0, Fx 1, Fy 0, dan Fy 1 Daftar variabel yang dikoleksi oleh masing-masing kontainer untuk setiap sisi benda kerja ditunjukkan pada tabel 3.2. Pada tabel tersebut terdapat syarat untuk mengkoleksi variabel. Syarat ini merupakan persamaan yang menunjukkan bahwa sisi benda kerja sebidang dengan sisi. Bila syarat ini dipenuhi maka variabel harus dikoleksi oleh kontainer. Setiap sisi benda kerja memiliki syarat yang berbeda. Tabel 3.2 Koleksi Data Variabel x, y, dan z Kontainer Syarat Sisi Benda GRID GRID BATAS Pengkoleksian Kerja HORIZONTAL VERTIKAL FEATURE Variabel (GH (GV (BF Feature ke-n Fx 0 1, Fx 1 1, Fy 0 1, Fy 1 1 TOP (z = z 1 x 0, x 1, Fx 1 0, Fx 1 1, Fx 2 0, Fx 2 1,..., Fx n n 0, Fx 1 y 0, y 1, Fy 1 0, Fy 1 1, Fy 2 0, Fy 2 1,..., Fy n n 0, Fy 1, Fx 2 0, Fx 2 1, Fy0 2, Fy 2 1,..., Fx n 0, Fx n 1, Fy n 0, 1, 2,..., n Fz 1 = z 1 atau 1, 2,..., n Fz 0 = z 1 Fy 1 n Fx 0 1, Fx 1 1, Fy 0 1, Fy 1 1 BOTTOM (z = z 0 x 0, x 1, Fx 1 0, Fx 1 1, Fx 2 0, Fx 2 1,..., Fx n n 0, Fx 1 y 0, y 1, Fy 1 0, Fy 1 1, Fy 2 0, Fy 2 1,..., Fy n n 0, Fy 1, Fx 2 0, Fx 2 1, Fy0 2, Fy 2 1,..., Fx n 0, Fx n 1, Fy n 0, 1, 2,..., n Fz 0 = z 0 atau 1, 2,..., n Fz 1 = z 0 Fy 1 n FRONT (y = y 0 x 0, x 1, Fx 1 0, Fx 1 1, Fx 2 0, Fx 2 1,..., Fx n n 0, Fx 1 Fx 1 z 0, z 1, Fz 1 0, Fz 1 0, Fx 1 1, Fz 1 0, Fz 1 1, 1, Fx 2 Fz 2 0, Fz 2 0, Fx 2 1, Fz0 2, 1,..., Fz 2 Fz n n 1,..., 0, Fz 1 Fx n 0, Fx n 1, Fz n n 0, Fz 1 1, 2,..., n Fy 0 = y 0 atau 1, 2,..., n Fy 1 = y 0 BACK (y = y 1 x 0, x 1, Fx 1 0, Fx 1 1, Fx 2 0, Fx 2 1,..., Fx n n 0, Fx 1 Fx 1 z 0, z 1, Fz 1 0, Fz 1 0, Fx 1 1, Fz 1 0, Fz 1 1, 1, Fx 2 Fz 2 0, Fz 2 0, Fx 2 1, Fz0 2, 1,..., Fz 2 Fz n n 1,..., 0, Fz 1 Fx n 0, Fx n 1, Fz n n 0, Fz 1 1, 2,..., n Fy 1 = y 1 atau 1, 2,..., n Fy 0 = y 1 46

21 Sisi Benda GRID Kerja HORIZONTAL (GH y 0, y 1, Fy 1 0, Fy 1 1, LEFT Fy 2 0, Fy 2 1,..., (x = x 0 Fy n n 0, Fy 1 y 0, y 1, Fy 1 0, Fy 1 1, RIGHT Fy 2 0, Fy 2 1,..., (x = x 1 Fy n n 0, Fy 1 Catatan: 1, 2,..., n Tabel 3.2 (Lanjutan Kontainer Syarat GRID BATAS VERTIKAL FEATURE (GV (BF Fy 1 z 0, z 1, Fz 1 0, Fz 1 0, Fy 1 1, Fz 1 0, Fz 1 1, 1, Fy 2 Fz 2 0, Fz 2 0, Fy 2 1, Fz0 2, 1,..., Fz 2 Fz n n 1,..., 0, Fz 1 Fy n 0, Fy n 1, Fz n n 0, Fz 1 Fy 1 z 0, z 1, Fz 1 0, Fz 1 0, Fy 1 1, Fz 1 0, Fz 1 1, 1, Fy 2 Fz 2 0, Fz 2 0, Fy 2 1, Fz0 2, 1,..., Fz 2 Fz n n 1,..., 0, Fz 1 Fy n 0, Fy n 1, Fz n n 0, Fz 1 Pengkoleksian Variabel Feature ke-n 1, 2,..., n Fx 0 = x 0 atau 1, 2,..., n Fx 1 = x 0 1, 2,..., n Fx 1 = x 1 atau 1, 2,..., n Fx 0 = x 1 menunjukkan data variabel dari ke-1, ke-2, dan seterusnya sampai ke-n. Pada pemodelan produk, jumlah yang digunakan kemungkinan bisa lebih dari satu. Misalnya pada contoh kasus sebelumnya akan ditambahkan kembali sebuah dengan orientasi di posisi TOP sehingga total jumlah yang digunakan ada dua. Syarat untuk mengkoleksi data pertama ke kontainer yaitu Fz 1 0 = z 1 atau Fz 1 1 = z 1. Sedangkan syarat untuk mengkoleksi data 2 ke kontainer yaitu Fz 2 0 = z 1 atau Fz 2 1 = z 1. Bila syarat tersebut dipenuhi maka GRID HORIZONTAL akan berisi x 0, x 1, Fx 1 0, Fx 1 1, Fx 2 0, dan Fx 2 1. GRID VERTIKAL akan berisi y 0, y 1, Fy 1 0, Fy 1 1, Fy 2 0, dan Fy 2 1. BATAS FEATURE akan berisi Fx 1 0, Fx 1 1, Fy 1 0, Fy 1 1, Fx 2 0, Fx 2 1, Fy 2 0, dan Fy Pengurutan Data Kontainer Mulai dari Nilai Terkecil Sampai Nilai Terbesar Setelah data masuk ke kontainer, langkah selanjutnya yaitu mengurutkan data yang ada dalam kontainer dari nilai terkecil ke nilai terbesar. Apabila ditemukan nilai yang sama maka hanya akan diambil satu nilai saja. Pengurutan data variabel ini sangat berguna untuk membuat bidang grid terutama pada bidang-bidang benda kerja yang memiliki pada sisi bidang benda kerja 47

22 tersebut. Kontainer yang datanya diurutkan yaitu GRID HORIZONTAL dan GRID VERTIKAL. Kontainer BATAS FEATURE tidak perlu diurutkan karena hanya merupakan referensi posisi dan tidak terlibat secara langsung pada pembuatan grid. Berdasarkan contoh kasus TOP di atas maka pengurutan data pada kontainer dapat dinyatakan sebagai berikut: Data kontainer sebelum pengurutan nilai GRID HORIZONTAL : x 0, x 1, Fx 0, Fx 1. GRID VERTIKAL : y 0, y 1, Fy 0, Fy 1. Data kontainer setelah pengurutan nilai GRID HORIZONTAL : x 0, Fx 0, Fx 1, x 1. GRID VERTIKAL : y 0, Fy 0, Fy 1, y Pembuatan Grid dan Pemberian Identitas Setiap Grid Setiap variabel yang menyusun titik-titik koordinat yang sudah diurutkan nilainya pada kontainer digunakan untuk membuat bidang-bidang grid 2 dimensi yang merupakan bagian dari bidang benda kerja. Gambar 3.14 menunjukkan pembuatan grid tersebut dari kontainer untuk contoh kasus di atas. Dari gambar 3.14 dapat dilihat bahwa kombinasi data GRID HORIZONTAL (GH dan GRID VERTIKAL (GV pada contoh kasus ini akan menghasilkan 9 bidang grid. Untuk memudahkan membedakan grid-grid tersebut maka setiap grid diberi identitas berupa nomor yang dimulai dari angka 1. Penomoran grid dimulai dari grid kiri bawah ke pojok kanan atas seperti yang ditunjukkan gambar

23 Gambar 3.14 pembuatan grid bidang TOP Gambar 3.15 Pemberian ID setiap grid Dengan memberikan ID ini maka bidang grid dapat dibedakan dengan mudah, misalnya bidang grid 1 pada contoh kasus di atas tersusun dari titik koordinat (x 0, y 0, z 1, titik koordinat (Fx 0, y 0, z 1, titik koordinat (Fx 0, Fy 0, z 1, dan titik koordinat (x 0, Fy 0, z Pemeriksaan Titik Tengah dan Penggambaran Bidang Grid Sisi benda kerja merupakan gabungan dari bidang-bidang grid. Seperti dapat dilihat pada contoh kasus di atas, untuk membuat sisi TOP benda kerja 49

24 dengan sebuah penampang yang letaknya sebidang, diperlukan 9 bidang grid. Pada pengurangan, bidang grid yang merupakan penampang tidak akan digambar. Bidang ini bersifat imaginer sehingga tidak perlu digambar. Untuk mendeteksi bidang grid yang bersifat imaginer maka setiap titik tengah bidang grid harus diperiksa letaknya berada dalam batas atau tidak. Gambar 3.16 memperlihatkan batas untuk contoh kasus di atas. Variabelvariabel yang menjadi batas diambil dari data yang tersimpan pada kontainer BATAS FEATURE (BF. Apabila titik tengah ini berada dalam batas maka ID bidang grid tersebut akan ditandai di suatu kontainer khusus yaitu TANDA FEATURE (TF. Gambar 3.16 Penandaan batas Gambar 3.17 Pemeriksaan titik tengah Penyimpanan identitas di kontainer TF bertujuan untuk menandai bahwa bidang grid tersebut merupakan bidang. Gambar 3.17 memperlihatkan proses pemeriksaan titik tengah bidang grid. 50

25 Proses pemeriksaan titik tengah pada setiap grid dilakukan dengan menerapkan dua syarat yaitu pemeriksaan posisi tengah horizontal dan pemeriksaan posisi tengah vertikal. Apabila kedua syarat tersebut dipenuhi maka bidang grid itu berada dalam batas dan merupakan bidang yang bersifat imaginer. Proses pemeriksaan titik tengah pada contoh kasus di atas adalah sebagai berikut: Pemeriksaan bidang grid 1: Apakah Fx 0 < (x 0 + Fx 0 /2 < Fx 1? Tidak. Apakah Fy 0 < (y 0 + Fy 0 /2 < Fy 1? Tidak. Pemeriksaan bidang grid 2: Apakah Fx 0 < (Fx 0 + Fx 1 /2 < Fx 1? Ya. Apakah Fy 0 < (y 0 + Fy 0 /2 < Fy 1? Tidak Pemeriksaan bidang grid 3: Apakah Fx 0 < (Fx 1 + x 1 /2 < Fx 1? Tidak. Apakah Fy 0 < (y 0 + Fy 0 /2 < Fy 1? Tidak Pemeriksaan bidang grid 4: Apakah Fx 0 < (x 0 + Fx 0 /2 < Fx 1? Tidak. Apakah Fy 0 < (Fy 0 + Fy 1 /2 < Fy 1? Ya. Pemeriksaan bidang grid 5: Apakah Fx 0 < (Fx 0 + Fx 1 /2 < Fx 1? Ya. Apakah Fy 0 < (Fy 0 + Fy 1 /2 < Fy 1? Ya Pemeriksaan bidang grid 6: Apakah Fx 0 < (Fx 1 + x 1 /2 < Fx 1? Tidak. Apakah Fy 0 < (Fy 0 + Fy 1 /2 < Fy 1? Ya Pemeriksaan bidang grid 7: Apakah Fx 0 < (x 0 + Fx 0 /2 < Fx 1? Tidak. Apakah Fy 0 < (Fy 1 + Y 1 /2 < Fy 1? Tidak Pemeriksaan bidang grid 8: Apakah Fx 0 < (Fx 0 + Fx 1 /2 < Fx 1? Ya. Apakah Fy 0 < (Fy 1 + y 1 /2 < Fy 1? Tidak Pemeriksaan bidang grid 9: Apakah Fx 0 < (Fx 1 + x 1 /2 < Fx 1? Tidak. 51

26 Apakah Fy 0 < (Fy 1 + y 1 /2 < Fy 1? Tidak Dari proses pemeriksaan diketahui bahwa bidang grid 5 memenuhi kedua syarat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bidang grid 5 merupakan bidang imaginer sehingga tidak digambar. Bidang grid 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8 dan 9 merupakan bidang real. Gambar 3.18 memperlihatkan proses menggambar bidang grid 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8 dan 9 sehingga dapat menjadi sisi TOP benda kerja. Gambar 3.18 Penggambaran sisi benda kerja Perlu diingat bahwa objek visual 3D Body tersusun dari enam sisi yaitu TOP, BOTTOM, FRONT, BACK, LEFT, dan RIGHT. Proses untuk membuat sisi yang lainnya sama seperti contoh di atas. Hal ini akan membuat bentuk objek visual 3D Body untuk contoh kasus ini menyerupai bentuk kotak tissue seperti yang ditunjukkan pada gambar Gambar 3.19 Contoh bentuk visual 3D Body 52

27 3.3.3 Pembuatan Objek Visual 3D Feature Sebelum menggambar objek visual 3D ada baiknya untuk memperhatikan terlebih dahulu konsep sisi imaginer dan sisi real. Sisi imaginer adalah sisi yang dibuang dalam proses pemesinan. Sisi real merupakan sisi bidang baru benda kerja yang terbentuk setelah proses pemesinan dilakukan. Sebagai contoh perhatikan gambar Sisi yang dibentuk oleh titik F 1 F 2 F 3 F 4 merupakan sisi imaginer sementara sisi yang dibentuk oleh titik F 1 F 2 F 6 F 5, F 1 F 4 F 8 F 5, F 2 F 3 F 7 F 6, F 3 F 4 F 8 F 7, dan F 5 F 6 F 7 F 8 merupakan sisi real. Jumlah sisi imaginer dan sisi real untuk dengan penampang rectangular adalah 6. Konsep sisi imaginer dan sisi real ini secara jelas diulas oleh Elvy[9]. Gambar 3.20 Feature poket tengah Objek visual 3D ialah objek yang ditampilkan dalam tampilan 3D sebagai representasi dari sisi real. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 bahwa pola operasi pembentukan pengurangan primitif balok terdiri dari 7 macam, yaitu: step, slot, poket sudut, poket tepi, poket tengah, hole, dan muka. Hal ini menyebabkan bentuk objek visual 3D berbeda-beda tergantung pada jumlah sisi real dari tersebut. Tabel 3.3 memperlihatkan jumlah sisi real dan jumlah sisi imaginer untuk setiap bentuk. Dari tabel ini terlihat bahwa jumlah maksimum sisi real untuk adalah 5 yaitu pada poket tengah. Dari tabel ini pula diketahui bahwa jumlah minimum sisi imaginer adalah 1. 53

28 Tabel 3.3 Penentuan Jumlah Sisi Real dan Sisi Imaginer Feature Feature Bentuk Jumlah Sisi Real Jumlah Sisi Imaginer Feature step 2 4 Feature slot 3 3 Feature poket sudut 3 3 Feature poket tepi 4 2 Feature poket tengah 5 1 Feature hole 4 2 Feature muka 1 5 Dalam menggambar objek visual 3D perlu ditentukan terlebih dahulu sisi-sisi tersebut merupakan sisi real atau sisi imaginer. Seperti diketahui bahwa terdapat satu sisi yang selalu sebidang dengan sisi benda kerja yaitu sisi work. Sisi ini merupakan sisi imaginer sedangkan sisi lainnya seperti face, upper, lower, left, dan right masih perlu ditentukan terlebih dahulu. Oleh karena itu, perlu diterapkan syarat untuk kelima sisi tersebut. Apabila syarat itu dipenuhi maka sisi tersebut merupakan sisi real. Tabel 3.4 menunjukkan syarat sisi-sisi dengan orientasi TOP dikatakan sebagai sisi real dan pasangan titik-titik koordinat untuk membuat sisi-sisi tersebut. Syarat penentuan sisi real dan pasangan koordinat untuk orientasi lainnya secara lengkap dapat dilihat pada bagian lampiran A. Jadi pada contoh kasus poket tengah dengan orientasi TOP, ada 5 sisi yang memenuhi syarat sisi real. Sisi-sisi tersebut, yaitu: face, upper, lower, left, dan right. Hal ini menyebabkan bentuk objek visual 3D dibentuk dari 5 sisi seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.21 di bawah ini. Gambar 3.21 Bentuk objek visual 3D poket tengah 54

29 Tabel 3.4 Syarat Sisi Real dan Pasangan Koordinat Feature pada Orientasi TOP Sisi Syarat sisi real Titik titik koordinat face Fz 1 z 0 F5( Fx 0, Fy 0, Fz 1 F6( Fx 1, Fy 0, Fz 1 F7( Fx 1, Fy 1, Fz 1 F8( Fx 0, Fy 1, Fz 1 upper Fy 1 y 1 F3( Fx 1, Fy 1, Fz 0 F4( Fx 0, Fy 1, Fz 0 F8( Fx 0, Fy 1, Fz 1 F7( Fx 1, Fy 1, Fz 1 lower Fy 0 y 0 F1( Fx 0, Fy 0, Fz 0 F2( Fx 1, Fy 0, Fz 0 F6( Fx 1, Fy 0, Fz 1 F5( Fx 0, Fy 0, Fz 1 left Fx 0 x 0 F1( Fx 0, Fy 0, Fz 0 F4( Fx 0, Fy 1, Fz 0 F8( Fx 0, Fy 1, Fz 1 F5( Fx 0, Fy 0, Fz 1 right Fx 1 x 1 F2( Fx 1, Fy 0, Fz 0 F3( Fx 1, Fy 1, Fz 0 F7( Fx 1, Fy 1, Fz 1 F6( Fx 1, Fy 0, Fz 1 Objek visual 3D kemudian digabungkan dengan objek visual 3D body sehingga akan menjadi objek visual 3D untuk model produk berbasis. Gambar 3.22 memperlihatkan visualisasi 3D model produk berbasis untuk contoh kasus poket tengah dengan orientasi TOP. Gambar 3.22 Visualisasi 3D model produk berbasis 3.4 Hubungan Interaksi Antara Feature Pada tugas akhir ini, hubungan interaksi antara satu dengan lainnya belum dimungkinkan karena algoritma yang dikembangkan hanya sebatas pada interaksi dengan benda kerja saja. Hubungan interaksi antar 55

30 baik berupa hubungan antar yang saling berpotongan bahkan hubungan yang saling bersinggungan pun sangat tidak dimungkinkan. Oleh karena itu, ketika perancang memasukkan data atribut akan diperiksa hubungan interaksinya. Apabila ternyata data yang yang dimasukkan perancang menyebabkan terjadinya interaksi antar maka data tersebut tidak akan di eksekusi. Persamaan yang membatasi perancang untuk melakukan interaksi antar adalah sebagai berikut: k 1. Fx 0 Fx b k 0 Fx 1 k b 1 2. Fx 0 Fx 1 Fx 1 k b 3. Fx 0 Fx 0 dan Fx k b 1 Fx 1 4. Fx k b 0 Fx 0 dan Fx k b 1 Fx 1 k b k 5. Fy 0 Fy 0 Fy 1 k b k 6. Fy 0 Fy 1 Fy 1 k b 7. Fy 0 Fy 0 dan Fy k b 1 Fy 1 8. Fy k b 0 Fy 0 dan Fy k b 1 Fy 1 k 9. Fz 0 Fz b k 0 Fz 1 k b k 10. Fz 0 Fz 1 Fz 1 k 11. Fz 0 Fz b 0 dan Fz k b 1 Fz Fz k b 0 Fz 0 dan Fz k b 1 Fz 1 Persamaan di atas pada dasarnya membandingkan nilai variabel dari yang datanya telah tersimpan di kontainer yang diberi tanda k dengan nilai variabel dari baru yang akan ditambahkan ke benda kerja yang diberi tanda b. Data baru ini akan dibandingkan dengan semua data yang tersimpan di kontainer. Misalnya pada kontainer tersimpan data-data dari 10 yang telah dibuat pada pemodelan maka data baru akan dibandingkan dengan 10 tersebut. Apabila akan ditambahkan ke benda kerja oleh perancang ternyata memenuhi salah satu dari 12 persamaan di atas maka data-data tersebut tidak akan dieksekusi. 56

Bab 4 Studi Kasus. 4.1 Tampilan Awal Aplikasi Perangkat Lunak

Bab 4 Studi Kasus. 4.1 Tampilan Awal Aplikasi Perangkat Lunak Bab 4 Studi Kasus Pada bab ini akan dibahas mengenai aplikasi perangkat lunak untuk mengimplementasikan logika-logika dan algoritma pemodelan produk berbasis feature yang telah dibuat pada bab 3 penelitian

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN

BAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN BAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN Pada pemodelan produk berbasis feature, produk didefinisikan sebagai benda kerja yang memiliki satu atau lebih feature yang terasosiasi pada

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENGEMBANGAN PEMODELAN 3D PRODUK BERBASIS FEATURE BERDASARKAN ALGORITMA FEATURE PENGURANGAN TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Faizal Wahyu Prabowo

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA 9(3) 36(12) 39(2)

DAFTAR PUSTAKA 9(3) 36(12) 39(2) DAFTAR PUSTAKA 1. Y.Y. Martawirya, Pengenalan Sistem Produksi, Modul Kuliah Sistem Produksi, ITB, 2004. 2. M.S. Najib, Aplikasi Web untuk Pemodelan Produk Berbasis Feature, Tugas Sarjana, Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB 2 PENGGAMBARAN 3 DIMENSI (3D)

BAB 2 PENGGAMBARAN 3 DIMENSI (3D) BAB 2 PENGGAMBARAN 3 DIMENSI (3D) 2.1 Pengaturan Dasar 3D Sebelum melakukan penggambaran 3D dengan AutoCAD, Anda perlu melakukan beberapa pengaturan yang berkaitan dengan proses penggambaran. Pengaturan-pengaturan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. analisis, desain/perancangan, kode, dan pengujian/implementasi. Tahap analisis

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. analisis, desain/perancangan, kode, dan pengujian/implementasi. Tahap analisis BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program simulasi dalam skripsi ini terdiri dari empat tahapan, yaitu analisis, desain/perancangan, kode, dan pengujian/implementasi. Tahap analisis kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Objek tiga dimensi dibentuk oleh sekumpulan

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY SISTEM-SISTEM KOORDINAT Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY Sistem Koordinat Kartesian Dalam sistem koordinat Kartesian, terdapat tiga sumbu koordinat yaitu sumbu x, y, dan z. Suatu titik

Lebih terperinci

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 21 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Arsitektur Sistem Template Formulir Sample Karakter Pengenalan Template Formulir Pendefinisian Database Karakter Formulir yang telah diisi Pengenalan Isi Formulir Hasil

Lebih terperinci

Pertemuan 8 KUBAH TRUSS BAJA

Pertemuan 8 KUBAH TRUSS BAJA Halaman 1 dari Pertemuan 8 Pertemuan 8 KUBAH TRUSS BAJA Gambar di bawah ini adalah DENAH ATAP dan TAMPAK TRUSS B yang simetri dari struktur atap konstruksi baja berbentuk kubah yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 54 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah : Processor

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER.

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. 3.1 Perangkat lunak PhotoModeler Photomodeler adalah salah satu perangkat lunak yang mempunyai kemampuan yang cukup unggul dan umum dipakai

Lebih terperinci

Nuryadin Eko Raharjo M.Pd.

Nuryadin Eko Raharjo M.Pd. TAMAN T. CUCI R. TIDUR UTAMA R. TIDUR R. KELUARGA DAPUR & R. MAKAN R. TAMU R. TIDUR TAMAN CARPORT TAMAN Nuryadin Eko Raharjo M.Pd. Email:nuryadin_er@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus proses produksi, fixturing merupakan salah satu tahapan penting dalam proses manufaktur yang berfungsi untuk mendukung, menempatkan, dan menahan workpiece

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Pada dasarnya perancangan sistem yang dibuat oleh peneliti adalah

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Pada dasarnya perancangan sistem yang dibuat oleh peneliti adalah BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN Pada dasarnya perancangan sistem yang dibuat oleh peneliti adalah mengenai perancangan software. Software yang dimaksud adalah aplikasi database yang digunakan untuk menyimpan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Produk Meja Komputer LEX - 941 Sistem yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sistem perakitan komponen-komponen yang menyusun sebuah meja komputer (LEX 941).

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT. Berikut ini kita akan mempelajari bagaimana menentukan sistem koordinat dibidang dan diruang.

SISTEM KOORDINAT. Berikut ini kita akan mempelajari bagaimana menentukan sistem koordinat dibidang dan diruang. 1 KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOORDINAT Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini, mahasiswa diharapkan mampu menggambarkan dan membedakan sebuah titik yang terletak di bidang dan Berikut ini kita akan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tuntutan Sistem Produksi Maju

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tuntutan Sistem Produksi Maju Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Tuntutan Sistem Produksi Maju Perkembangan teknologi dan kebudayaan manusia menuntut perubahan sistem produksi dalam dunia manufaktur. Kebutuhan produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN

BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN 3.1 Analisis Berdasarkan cara menghitung besaran-besaran yang telah disebutkan pada Bab II, diperoleh perumusan untuk besaran-besaran tersebut sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Sistem instruksi dan kontrol robot.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Sistem instruksi dan kontrol robot. BAB III PERANCANGAN Membahas perancangan sistem yang terdiri dari gambaran umum sistem dan bagaimana mengolah informasi yang didapat dari penglihatan dan arah hadap robot di dalam algoritma penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi pembahasan mengenai perancangan terhadap sistem yang akan dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa pendekatan dan analisis mengenai sistem yang

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM III.1 Analisis Permasalahan Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum tahapan perancangan dilakukan. Adapun tujuan yang dilakukannmya analisis

Lebih terperinci

Bab 2 Part Design Workbench

Bab 2 Part Design Workbench Membuat Files baru (New) Bab 2 Part Design Workbench Pada teori Lesson 1, proses awal memasuki workbench dilakukan dari awal (Start). Proses untuk membuka workbench yang baru dapat juga dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendeteksian objek dalam suatu citra merupakan hal mendasar dalam banyak aplikasi analisis citra (image analysis). Manusia bisa langsung mengenali objek yang dilihatnya

Lebih terperinci

ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE PADA PEMODELAN PRODUK 3D DISERTAI DENGAN METODA PENCAHAYAAN. Bernat Hasiholan Gultom

ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE PADA PEMODELAN PRODUK 3D DISERTAI DENGAN METODA PENCAHAYAAN. Bernat Hasiholan Gultom ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE PADA PEMODELAN PRODUK 3D DISERTAI DENGAN METODA PENCAHAYAAN TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Bernat Hasiholan Gultom

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks BAB 4 HASIL DA A ALISA Banyak komponen mesin yang memiliki bentuk yang cukup kompleks. Setiap komponen tersebut bisa jadi memiliki CBV, permukaan yang berkontur dan fitur-fitur lainnya. Untuk bagian implementasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra tampak dan citra tak tampak.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan proses pengujian, hasil, dan analisis dari hasil pengujian. Ada tiga bagian yang diuji, yaitu perangkat keras, perangkat lunak,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pemodelan Robot Dengan Software Autocad Inventor. robot ular 3-DOF yang terdapat di paper [5].

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pemodelan Robot Dengan Software Autocad Inventor. robot ular 3-DOF yang terdapat di paper [5]. BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metodologi Penelitian Pada bab ini, dibahas mengenai tahapan perancangan robot dimulai dari perancangan model 3D robot menggunakan Autocad Inventor hingga simulasi dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Identifikasi Masalah 3 dimensi atau biasa disingkat 3D atau disebut ruang, adalah bentuk dari benda yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Istilah ini biasanya digunakan

Lebih terperinci

SETTING AUTOCAD. 3.1 Media Gambar

SETTING AUTOCAD. 3.1 Media Gambar 3 SETTING AUTOCAD 3.1 Media Gambar Media yang umum digunakan untuk menggambar tentu saja kertas. AutoCAD menyediakan dua macam media untuk menggambar, yaitu media model dan media paper. Gambar 3.1 Media

Lebih terperinci

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola Tim Kalkulus II Koordinat Kartesius Sistem Koordinat 2 Dimensi Sistem koordinat kartesian dua dimensi merupakan sistem koordinat yang terdiri dari

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA LAYER-BY-LAYER UNTUK MENYELESAIKAN RUBIK S CUBE DALAM KODE PROGRAM

IMPLEMENTASI ALGORITMA LAYER-BY-LAYER UNTUK MENYELESAIKAN RUBIK S CUBE DALAM KODE PROGRAM IMPLEMENTASI ALGORITMA LAYER-BY-LAYER UNTUK MENYELESAIKAN RUBIK S CUBE DALAM KODE PROGRAM Khandar William Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAGAN KENDALI MUTU UNTUK KOMPOSISI. simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990).

PENGEMBANGAN BAGAN KENDALI MUTU UNTUK KOMPOSISI. simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990). Lalu bagan Shewhart dapat dibentuk dengan rumus sebagai berikut: simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990). p = Rata-rata proporsi produk cacat n = Ukuran contoh yang diambil UCL = Batas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap aplikasi yang dibangun. Tahapan ini dilakukan setelah analisis dan perancangan selesai dilakukan dan selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Analisis Kuat Lentur Nominal Balok Komposit Berbasis Android

III. METODE PENELITIAN. A. Analisis Kuat Lentur Nominal Balok Komposit Berbasis Android III. METODE PENELITIAN A. Analisis Kuat Lentur Nominal Balok Komposit Berbasis Android Analisis dari pembuatan program berbasis android ini didasari secara teoritis dari perhitungan kuat lentur nominal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA 4.1 Pengujian Output PIO Dengan cara memberikan data output pada ketiga alamat PIO, kemudian dilakukan pengukuran level output tegangan pada kondisi high 1 dan low

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Bab ini berisi analisis dan perancangan terhadap perangkat lunak yang akan dibangun. Analisis dan perancangan tersebut diantaranya adalah pembuatan diagram

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, komputer digunakan untuk berbagai keperluan, baik sebagai sarana untuk membantu pekerjaan maupun sarana hiburan. Penggunaannya

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 Bidang Matematika Bagian Pertama Waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL Berikut ini akan dibicarakan tentang Gambar Proyeksi Ortogonal secara terinci. Gambar proyeksi ortogonal yang lazim digunakan ada dua cara yaitu cara Eropa dan cara Amerika. Pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan 20 III. METODE PENELITIAN A. Pemodelan Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan sketsa 2D, karena dari sketsa 2D inilah nantinya akan dihasilkan bentuk 3D. 1. Sketsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di workshop dan laboratorium instrumentasi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) selama

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila II. KAJIAN PUSTAKA A. Balok dan Gaya Balok (beam) adalah suatu batang struktural yang didesain untuk menahan gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila beban yang dialami pada

Lebih terperinci

PROGRAM LINEAR. sudir15mks

PROGRAM LINEAR. sudir15mks PROGRAM LINEAR A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel Suatu garis dalam bidang koordinat dapat dinyatakan dengan persamaan yang berbentuk: x a x b a1 1 2 2 Persamaan semacam ini dinamakan persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persaingan di dalam dunia industri semakin ketat. Hal ini ditandai dengan terciptanya globalisasi pasar yang mengakibatkan munculnya pertumbuhan industri

Lebih terperinci

G E O M E T R I FALLINGWATER FRANK LLOYD WRIGHT

G E O M E T R I FALLINGWATER FRANK LLOYD WRIGHT G E O M E T R I FALLINGWATER FRANK LLOYD WRIGHT Gagasan dimana bidang-bidang geometri dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan bidang dasar. ASPEK GEOMETRI (ARSITEKTUR/BANGUNAN) METAFORA (KALIMAT) METAFORA

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Materi 3 Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Tujuan : Setelah mempelajari materi 3 ini mahasiswa memiliki kompetensi: Memasang benda kerja di mesin frais CNC Memilih alat

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Penamaan Benda Uji Variasi yang terdapat pada benda uji meliputi diameter lubang, sudut lubang, jarak antar lubang, dan panjang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN A Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN B Tabel B-1 Analisa Rangkaian Lintas Datar 80 70 60 50 40 30 20 10 F lokomotif F gerbong v = 60 v = 60 1 8825.959 12462.954 16764.636 22223.702 29825.540

Lebih terperinci

TOLERANSI. Istilah dalam Toleransi Pengertian istilah dalam lingkup toleransi dapat dilihat pada gambar dan paparan berikut ini.

TOLERANSI. Istilah dalam Toleransi Pengertian istilah dalam lingkup toleransi dapat dilihat pada gambar dan paparan berikut ini. TOLERANSI Toleransi Linier (Linier Tolerances) Sampai saat ini, untuk membuat suatu benda kerja, sulit sekali untuk mencapai ukuran dengan tepat, hal ini disebabkan antara lain oleh : a) Kesalahan melihat

Lebih terperinci

BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS

BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS File STL hanya memuat informasi mengenai arah vektor normal dan koordinat vertex pada setiap segitiga / faset. Untuk mengolah data ini menjadi

Lebih terperinci

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000 Halaman 1 dari Bab 1 Bab 1 DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000 1. KEMAMPUAN SAP2000 Program SAP merupakan salah satu software yang telah dikenal luas dalam dunia teknik sipil, terutama dalam bidang analisis

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS

IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS Jasmani, Sugianto HP. Institut Teknologi Nasional Malang e-mail: jhaz@telkom.net

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA

BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang evaluasi dan analisa data yang terdapat pada penelitian yang dilakukan. 4.1 Evaluasi inverse dan forward kinematik Pada bagian ini dilakukan

Lebih terperinci

LAYOUT OBYEK MODUL 3 MENYUSUN, MENATA, MENGATUR, MENGUBAH OBYEK

LAYOUT OBYEK MODUL 3 MENYUSUN, MENATA, MENGATUR, MENGUBAH OBYEK LAYOUT OBYEK MODUL 3 MENYUSUN, MENATA, MENGATUR, MENGUBAH OBYEK Pada bab sebelumnya kita sudah membicarakan tentang editing obyek dasar. Pada pembahasan tersebut adalah cara mudah dan cepat untuk melakukan

Lebih terperinci

Buku Panduan Belajar AutoCAD AMIK TRIGUNA DHARMA

Buku Panduan Belajar AutoCAD AMIK TRIGUNA DHARMA 1. Pengertian dan Sejarah AutoCAD Automatic Computer Aided Design (AutoCAD) adalah salah satu perangkat lunak yang dipergunakan untuk pembuatan gambar yang berorientasi pada visual, baik gambar dua dimensi

Lebih terperinci

GAMBAR ARSITEKTUR 1 PRODI PEND. TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PEND. TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UPI. TERM of REFFERENCE (ToR)

GAMBAR ARSITEKTUR 1 PRODI PEND. TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PEND. TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UPI. TERM of REFFERENCE (ToR) ARSITEKTUR 1 TUGAS KE-1 MENG JENIS-JENIS GARIS 2 DIMENSI Menggambar identik dengan menarik garis, karena pada prinsipnya gambar adalah kumpulan dari garis-garis. Dalam arsitektur, garis menjadi sangat

Lebih terperinci

AUTOCAD Pengertian CAD Kemampuan komputer mendukung aplikasi dalam bidang design: Siklus Hidup Produk :

AUTOCAD Pengertian CAD Kemampuan komputer mendukung aplikasi dalam bidang design: Siklus Hidup Produk : AUTOCAD Pengertian CAD CAD Computer Aided Design / Computer Aided Drafting (merancang berbantu komputer) CAD suatu proses perencanaan dengan bantuan komputer. CAD aplikasi komputer untu memecahkan problem-problem

Lebih terperinci

Petunjuk Pembuatan Laporan Magang Kerja. Kaprodi D3 MI

Petunjuk Pembuatan Laporan Magang Kerja. Kaprodi D3 MI Petunjuk Pembuatan Laporan Magang Kerja Kaprodi D3 MI Pengumuman Terkait Waktu Batas Akhir Ujian Assesment Magang Kerja adalah tanggal 18 Juli 2014 Jika ingin lulus semester ini dan mengikuti wisuda periode

Lebih terperinci

FRAMEWORK OPTIMALISASI TATA LETAK POLA BUSANA PADA KAIN BATIK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESERASIAN MOTIF

FRAMEWORK OPTIMALISASI TATA LETAK POLA BUSANA PADA KAIN BATIK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESERASIAN MOTIF FRAMEWORK OPTIMALISASI TATA LETAK POLA BUSANA PADA KAIN BATIK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESERASIAN MOTIF Halimatus Sa dyah ), Diana Purwitasari 2), Nanik Suciati 3),2,3 Jurusan Teknik Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. memungkinkan terjadinya kegagalan atau kurang memuaskan kerja alat yang telah dibuat.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. memungkinkan terjadinya kegagalan atau kurang memuaskan kerja alat yang telah dibuat. BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Perancangan Peranvangan merupakan suatu langkah kerja yang penting dalam penyusunan dan pembuatan alat dalam proyek akhir ini, sebab tanpa adanya perancangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia

BAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia robot dewasa ini menunjukkan betapa besar peran bidang robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia teknologi

Lebih terperinci

Menggambar Grafik Menggunakan Winplot

Menggambar Grafik Menggunakan Winplot Petunjuk Praktikum Menggambar Grafik Menggunakan Winplot Oleh: Eminugroho Ratna Sari, M.Sc FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menggambar Grafik Menggunakan Winplot

Lebih terperinci

Membuat Sketch 2D Sederhana dalam Autodesk Inventor

Membuat Sketch 2D Sederhana dalam Autodesk Inventor Membuat Sketch 2D Sederhana dalam Autodesk Inventor Gede Andrian Widya Perwira gede.andrian@raharja.info Abstrak Sketch memiliki peranan penting karena merupakan rangka dalam membuat gambar 3D Model atau

Lebih terperinci

LAMPPIRAN. Lampiran 1. Berita Acara Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat

LAMPPIRAN. Lampiran 1. Berita Acara Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat LAMPPIRAN Lampiran 1. Berita Acara Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat 20 Lampiran 2. Surat Keterangan Pelaksanaan 21 Lampiran 3. Daftar Hadir Kegiatan Pengabdian 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes bagian pertama ini terdiri dari 20 soal. 2. Waktu yang disediakan adalah

Lebih terperinci

Pengembangan Canvas J2ME : Gradasi Kotak

Pengembangan Canvas J2ME : Gradasi Kotak Pengembangan Canvas J2ME : Gradasi Kotak DOKUMENTASI untuk memenuhi kelulusan Kaderisasi Divkom 2009 Prosedur Tugas Akhir Oleh : Ananto Eka Prasetiadi 132 06 008 Divisi Komputer HME ITB SEKOLAH TEKNIK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat sejak permulaannya.

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat sejak permulaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tes psikometrik telah ada sejak awal abad ke 20 dalam 25-30 tahun terakhir ini, tes psikometrik ini banyak digunakan secara luas dikalangan industri karena

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN. 3.1 Desain Alur Penentuan Keputusan Robot

BAB 3 PERANCANGAN. 3.1 Desain Alur Penentuan Keputusan Robot BAB 3 PERANCANGAN 3.1 Desain Alur Penentuan Keputusan Robot Aplikasi ini bertujuan untuk menentukan perilaku robot yang diinginkan dalam pertandingan sepak bola antar robot. Dari berbagai kondisi lapangan,

Lebih terperinci

Laboratorium Geofisika Eksplorasi Sie. Perpetaan Topografi 2011 BAB I PENDAHULUAN

Laboratorium Geofisika Eksplorasi Sie. Perpetaan Topografi 2011 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stake out adalah salah satu metode dengan mengembalikan data ke lapangan, hal ini bertujuan untuk memastikan data yang telah diperoleh dari pengukuran sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

Untuk dapat menggunakan buku ini sebaiknya Anda mempelajari perintah dasar yang sering digunakan pada AutoCAD. PERINTAH MENGGAMBAR AUTOCAD

Untuk dapat menggunakan buku ini sebaiknya Anda mempelajari perintah dasar yang sering digunakan pada AutoCAD. PERINTAH MENGGAMBAR AUTOCAD PERSIAPAN LATIHAN Untuk dapat menggunakan buku ini sebaiknya Anda mempelajari perintah dasar yang sering digunakan pada AutoCAD. PERINTAH MENGGAMBAR AUTOCAD Pada dasarnya ada dua perintah menggambar dalam

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sumbu-sumbu pada mesin NC [9]

Gambar 2.1 Sumbu-sumbu pada mesin NC [9] 2 PMSI MULTI IS D SISTM CM 2.1 Pemesinan C Multi xis Proses pemesinan dengan teknologi NC (numerical control) telah dikenal luas pemakaiannya pada saat ini. lectronics Industries ssociation (I) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 19 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sistem yang sedang berjalan Sistem pembelajaran Asmaul Husna pada SD Swasta Bahagia masih bersifat manual. Adapun metode-metode pembelajaran yang dilakukan

Lebih terperinci

Matematik Ekonom Fungsi nonlinear

Matematik Ekonom Fungsi nonlinear 1 FUNGSI Fungsi adalah hubungan antara 2 buah variabel atau lebih, dimana masing-masing dari dua variabel atau lebih tersebut saling pengaruh mempengaruhi. Variabel merupakan suatu besaran yang sifatnya

Lebih terperinci

10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display

10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display 1 2 SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) Teknologi Display Cathode Ray Tubes (CRT) Liquid Crystal Display (LCD) 3 4 CRT Elektron ditembakkan dari satu atau lebih electron gun Kemudian

Lebih terperinci

Yang Dapat Didaur Ulang

Yang Dapat Didaur Ulang Perancangan Motif Batik Model Fraktal IFS Yang Dapat Didaur Ulang Tedjo Darmanto Program Studi Teknik Informatika STMIK AMIK Bandung Jl. Jakarta 28 Bandung tedjodarmanto@stmik-amikbandung.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR Kecerdasan-buatan yang dirancang untuk robot pencari jalur ini ditujukan pada lingkungan labirin (maze) dua dimensi seperti ditunjukkan oleh Gambar

Lebih terperinci

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION Bab ini akan menjelaskan tentang penanganan jaringan untuk komunikasi antara dua sumber yang berpasangan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur. Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Saat ini pemberdayaan teknologi untuk pendidikan yang menjelaskan tentang perhitungan dan juga dapat menghibur untuk siswa SD masih sangat sedikit.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

SolidWork Model ( Templates ) SolidWork terdiri dari beberapa bagian :

SolidWork Model ( Templates ) SolidWork terdiri dari beberapa bagian : Pengenalan dasar SolidWork solidworks adalah salah satu software yang digunakan untuk merancang part permesinan atau susunan part pemesinan yang berupa assembling dengan tampilan 3d untuk mempresentasikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Uji Printer forensik merupakan suatu proses identifikasi untuk mengetahui asal dokumen bukti, cara yang dilakukan dengan membandingkan dengan ciri yang terdapat

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Oleh Nuryadin Eko Raharjo, M.Pd email:nuryadin_er@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2009 BAB PERLENGKAPAN GAMBAR 5 Dalam autocad tersedia

Lebih terperinci

BAB III KONVERSI FILE STEP-NC KE G CODE

BAB III KONVERSI FILE STEP-NC KE G CODE BAB III KONVERSI FILE STEP-NC KE G CODE 3.1 PEMETAAN (MAPPING) Langkah awal untuk melakukan proses konversi file STEP-NC ke G Code adalah dengan proses mapping. Proses mapping adalah proses memetakan hubungan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam penyajian data menggunakan bentuk grafik. Grafik sering juga disebut sebagai diagram, bagan, maupun chart. Pada

Lebih terperinci