BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 87 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengujian Rancangan Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Dalam pengujian ini digunakan rancangan produk botol Merk X dengan Volume 0.8 Liter, Spesifikasi dari produk botol Merk X Volume 0.8 Liter, sebagai berkut : Weight : 61 ± 1.5 gr. Material : HDPE Brimful : 885 ± 15 ml Witdh : 103 ± 0.8 mm Thickness : 55 ± 0.5 mm Height : 230±1.2 mm Fill Level : 800 ml pada ketinggian mm 230±1.2 mm 103±0.8 mm 55±0.5 mm Gambar 4.1 Botol Merk X Volume 0.8 Liter. 87

2 88 berikut : Dari data diatas dapat diperoleh propertis untuk material HDPE, sebagai a. Mechanical Properties - Tensile Strength at yield : 25 Mpa - Elongation at Break : 1800% - Charpy Impact Strength: 10 kj/m 2 - Flexural Modulus : 1300Mpa - Hardness : 65 - Young's modulus : MPa - Shear modulus : MPa - Fatigue : MPa - Bending strength : MPa - Ultimate Strength (Tensile Strength ): 37 Mpa b. Physical Properties - Thermal expansion : e-6/k - Thermal conductivity : W/m.K - Specific heat : J/kg.K - Melt Point : C - Service temperature : C - Density : kg/m 3 - Resistivity : 5e+17-1e+21 Ohm.mm 2 /m - Breakdown potential : kv/mm - Dielectric loss factor : Friction coefficient : Water absorption : 0.01 % - Refraction index : Shrinkage : %

3 89 Data data tersebut sebagai acuan untuk mendesain ulang produk botol Merk X dengan Fill Level Volume 0.8 L. Dalam mendesain ulang produk tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara : a. Cara manual yaitu dengan cara mengemal untuk mencari konture tiap section dari botol. Alat bantu berupa : Kertas Gunting atau Cutter Printer Mal radius Alat ukur seperti Kaliper dan Height Gage. Software : Autocad dan Solidworks atau UG NX atau Pro-E dan lain-lain. b. Cara auto yaitu dengan menggunakan alat 3D scan. Masing masing cara tersebut mempunyai keunggulan dan kekurangan, tergantung dari seorang desainer untuk memilih cara yang mana yang kiranya mudah dikerjakan saat memodifikasi bagian tertentu jika terdapat perubahan desain. Berikut adalah hasil re-draw botol Merk X Volume 0.8 Liter. Gambar 4.2 Desain Botol Merk X Volume 0.8 Liter.

4 Gambar 4.3 Detail Drawing Botol Merk X Volume 0.8 Liter. 90

5 Menghitung berat Rancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter dengan Program Solid Works. Gambar 4.3 Berat dari Perancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Dari hasil simulasi diatas dapat dilihat untuk berat rancangan produk botol adalah : Massa ( Berat ) : kg ( 61 gram ) Density : 960 kg/m 3 ( gr/mm 3 ) Average Wall Thickness : 10-3 m ( 1 mm )

6 Menghitung Fill Level pada rancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter dengan Program Solid Works. Besarnya Fill Level ditentukan oleh pihak customer. Seorang desainer harus bisa memprediksi atau menghitung posisi fill level dengan berat dan wall thickness yang telah ditetapkan. Meskipun terdapat penyimpangan tetapi masih dibatas toleransi. Gambar 4.4 Fill Level dari Perancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter.

7 93 Dari hasil simulasi diatas dapat dilihat untuk Fill Level dari rancangan produk botol adalah : ( Be) Berat Perancangan Botol pada ketinggian mm dengan density gr/mm 3 = gram ( kg ) (Bf) Berat Perancangan Botol yang diisi pada ketinggian mm dengan density gr/mm 3 = gram ( kg ) Berdasarkan persamaan (3.1) didapat untuk besarnya Fill Lever pada perancangan produk botol 0.8 ml : FL Ppb = ( Bf Be ) / = ( )/0.997 = 800 ml ( m 3 ) 4.4 Menghitung Brim Full pada rancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter dengan Program Solid Works. Gambar 4.4 Brim Full dari Perancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter.

8 94 Dari hasil simulasi diatas dapat dilihat untuk Brim Full dari rancangan produk botol adalah : ( Be) Berat Perancangan Botol pada ketinggian 230 mm dengan density gr/mm 3 = 61 gram ( kg ) (Bf) Berat Perancangan Botol yang diisi pada ketinggian 230 mm dengan density gr/mm 3 = gram ( kg ) Berdasarkan persamaan (3.1) didapat untuk besarnya Brim Full pada perancangan produk botol AHM 0.8 ml : BF Ppb = ( Bf Be ) / = ( )/0.997 = 885 ml ( m 3 ) 4.5 Menghitung Top Load pada rancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter dengan Program Solid Works. Didalam menghitung besarnya Top Load pada rancangan Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter terlebih dahulu harus mengisi Material Editor sesuai dengan properties material HDPE yang digunakan. Langkah-langkah pemilihan properties Material HDPE pada Material Editor program SOLID WORKS sebagai berikut: 1. Memilih Material Editor pada Feature Manager Design Tree atau Edit Appearance Material

9 95 2. Memilih Material Plastics dan PE High Density. 3. Melihat pada Physical Properties. Disini terlihat properties pada material HDPE : Elastis Modulus : 1070 N/mm 2 ( 1,07 x 10 9 N/m 2 ) Poissons Ratio : Shear Modulus : N/mm 2 ( 3,77 x 10 8 N/m 2 ) Density : gr/mm 3 ( 960 kg/m 3 ) Thermal Conductivity : W/mK Specific Head : 1796 J/kg.K Tensile Strength : 22.1 N/mm 2 ( 2,21 x 10 7 N/m 2 ) Jika data diatas berbeda dari data MSDS ( Material Safety Data Sheet ) HDPE yang digunakan, maka bisa dirubah Physical Properties dengan cara memilih Create / Edit Material.

10 96 Langkah-langkah mengganti data properties Material HDPE pada Material Editor program SOLID WORKS disesuaikan dengan data MSDS : 1. Memilih Create / Edit Material. Pilih New Material Data Base, ketik Material Clasification dengan nama PE, lalu ketik Material Name dengan nama HDPE. 2. Pilih Physical Properties. Merubah nilai dari Property sesuai dengan MSDS. Lalu klik Ok. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan simulasi Top Load pada rancangan produk botol Merk X Volume 0.8 Liter dengan menggunakan Program Solid Works : 1. Memilih Tools, lalu COSMOSXpress.

11 97 2. Tekan Next, lalu pilih Material HDPE 3. Tekan Next, lalu dilanjutkan ke Restraint dimana dibagian ini memilih area yang ditahan. 4. Tekan Next, lalu dilanjutkan ke Load dimana dibagian ini terdapat dua pilihan load yang bertindak diatas botol yaitu Force atau Pressure. Pilih Force. 5. Tekan Next, lalu perintah Load tetap bertahan tapi dibagian ini meminta area yang terkena load. Pilih area bagian atas neck. 6. Tekan Next, perintah Load tetap dibagian ini meminta besarnya load. Nilai Load adalah 250 Newton ( 25 kgf ).

12 98 Hasil simulasi Top Load dari Program Solid Works sebagai berikut : Dibagian ini memperlihatkan area dominan yang terkena stress didalam rancangan produk botol Merk X Volume 0.8 Liter. Area Kritical Gambar 4.5 Simulasi Top Load dari Perancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter Menentukan Mesin pada Rancangan Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Setiap mesin mempunyai specifikasi tertentu sesuai dengan kemampuan produk yang dihasilkan. Adapun rincian dari specifikasi mesin tersebut adalah : 1. Cavity Number 2. Center Distance 3. Max Product Capacity 4. Width Produc 5. Thickness Produc 6. Height Product 7. Mould Length max. 8. Mould Width max. 9. Mould Depth 10. Daylight Opening 11. Berat Mould 12. Clamping force, dll.

13 99 Dari data yang diperoleh pada rancangan produk botol Merk X Volume 0.8 Liter, mesin yang masuk kreteria adalah : Gambar 4.6 Specifikasi Mesin Extrusion Blow Molding

14 Gambar 4.6 Specifikasi Mesin Extrusion Blow Molding 100

15 101 Besarnya clamping force sangat berpengaruh terhadap qualitas dari produk. Besarnya clamping force yang dibutuhkan pada produk yang dihasilkan harus lebih kecil atau sama dengan clamping force yang tersedia pada mesin. Berikut adalah kalkulasi dari besarnya clamping force pada produk berdasarkan persamaan ( 2.7 ): CF = Factorial Material x Panjang Keliling abfal ( cm ) x Cavity tiap mold.kg Panjang Keliling abfal pada produk Merk X Volume 0.8 Liter : Upper : 14.6 cm ( m ) Bottom : 9.7 cm ( m ) Gambar 4.7 Panjang Keliling Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Cavity tiap mold ( n ) : 2 Factorial Material HDPE : 125 kg/cm ( 1,25 x 10 4 kg/m )

16 102 CF = 125 kg/cm x ( ) cm x 2 = 6075 kg = kn. Dari hasil kalkulasi clamping force diatas menunjukkan bahwa produk Merk X Volume 0.8 Liter mampu diproduksi dengan mesin BM 206 D. 4.7 Menghitung besarnya Blow Pressure pada mesin untuk menghasilkan produk botol Merk X Volume 0.8 Liter. Besarnya Blow Pressure atau Air Pressure sangat berpengaruh terhadap qualitas dari produk. Blow pressure terlalu rendah akan mengakibatkan deform atau un-molded pada produk dan blow pressure terlalu tinggi akan mengakibatkan flasing dan sambungan yang lemah pada parting line. Berikut adalah kalkulasi menentukan Blow pressure berdasarkan persamaan 2.8 : CF = 1.25 x A ( btl ) x Pb x n dimana : A (btl) = Luasan Permukaan Botol dalam m 2. Untuk menghitung Luasan permukaan botol dapat dilakukan dengan bantuan program Solid Work. Dibawah ini adalah hasil dari kalkulasi untuk Luasan permukaan botol Merk X Volume 0.8 Liter.

17 103 Gambar 4.8 Kalkulasi Area Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. A (btl) 1 = mm 2 ( x 10-2 m 2 ) A (btl) 2 = π/4 x D 2 = 3.14/4 x 32 2 = mm 2 ( x 10-4 m 2 ) Luas permukaan botol yang terkena Blow adalah : A (btl) = A (btl) 1 - A (btl) 2 = mm mm 2 = mm 2 = m 2 Blow Pressure ( Pb ) pada produk rancangan Botol Merk X Volume 0.8 Liter berdasarkan rumusan diatas adalah x 10 4 N = 1.25 x m 2 x Pb x 2 Pb ( Pa ) = x 10 4 N 1.25 x m 2 x 2 = x 10 5 Pa = psi 3.7 bar.

18 Menentukan Shrinkage pada produk Merk X Volume 0.8 Liter. Didalam menentukan nilai Shrinkage biasanya diambil dari data report sebelumnya. Meskipun dari pihak pabrikan raw material telah menetapkan nilai dari shrinkage tersebut. Kadang nilai besarnya srinkage untuk arah x, y dan z berbeda karena factor dari saluran sistem pendingin yang mengenai area produk, bentuk produk dan ketebalan produk. Untuk nilai Shrinkage HDPE pada produk Merk X Volume 0.8 Liter diambil 2 % untuk arah x dan y, 2.25% untuk arah z. Berdasarkan persamaan 2.3, nilai width, thickness dan height produk setelah di shrinkage adalah Lw = 103 mm L wcavity = Lw + Lw. S% = x ( 0.02 ) = mm = mm ( m ) Lt = 55 mm L tcavity = Lt + Lt.S% = x ( 0.02 ) = mm = 56.1 mm ( m ) Lh = 230 mm L hcavity = Lh + Lh.S% = x ( m ) = = mm ( m )

19 Menentukan ukuran Mold dari produk Botol Merk X Volume 0.8 Lt untuk mesin BM 206 D. Berdasarkan specifikasi dari mesin BM 206 D untuk ukuran mould length max, mould width max dan mould depth sudah ditetapkan, disamping itu juga berat max mould harus dipertimbangkan. Adapun untuk batasan ukuran mould sebagai berikut : - Mould Length max : 350 mm (0.35 m) - Mould Width max : 300 mm (0.3 m) - Mould Depth : 2 x 100 mm (0.1 m) - Day light opening : 200 mm (0.2 m) - Weight of mould max : 150 kg Gambar 4.9 Specifikasi Mould pada Mesin Extrusion Blow Molding Bentukan cavity pada mold adalah bentukan dari produk yang sudah di shrinkage. Dalam penempatan produk ke mold base harus sesuai dengan Center Distance yang telah ditetapkan oleh specifikasi mesin. Untuk mesin BM 206 D dengan ukuran produk seperti botol Merk X 0.8 Lt mempunyai Center Distance : 125 mm seperti terlihat specifikasi diatas. Perlu diingat bahwa bagian utama mold adalah Striker Plate, Neck Plate, Cavity Plate dan Bottom Plate. Untuk penempatan Striker Plate pada bagian atas neck botol ditambah min 10 mm. Dibawah ini adalah cara penempatan dari rancangan produk ke mold base :

20 106 Gambar 4.10 Penempatan Produk Botol pada Area Mold Base Tinggi dari neck, body dan bottom dari mold base dilihat dari PL ( Parting Line ) yang telah dibuat didalam rancangan produk botol. Berdasarkan Detail drawing yang telah di Shrinkage, ukuran tinggi tiap part sebagai berikut:

21 107 Gambar 4.11 Pembagian Sectian Mold berdasarkan Parting Line Produk Botol Untuk tinggi pada bottom insert disesuaikan dengan kebutuhan saluran cooling, diusahakan dengan jarak lintasan yang lebih pendek dan merata saat mendinginkan area bottom sehingga cycle time cooling pada area bottom akan lebih cepat dan faktor kerugian tekanan aliran akan berkurang. Biasanya 20% dari tinggi total produk botol. Dengan tinggi bottom insert yang pendek maka height mold menjadi berkurang tidak lagi mencapai max. 350 mm dan akan berpengaruh terhadap berat dari mold. Dalam pemasangan mold ke wagoner terdapat plate perantara yang dikenal dengan adapter platen atau intermediate plate yang berfungsi sebagai pemegang mold ke wagoner. Adapun untuk mesin BM 206 D mempunyai specifikasi ukuran platen sebagai berikut :

22 108 Gambar 4.12 Ukuran dari Wagoner Extrusion Mold Blow 2 Gambar 4.12 Ukuran dari adapter Platen. 1

23 109 Note : 1. Lubang untuk menyantelkan dari intermediate plate. 2. Lubang untuk menyantelkan dari setengah mold. Menentukan thickness Mold sudah ditetapkan didalam specifikasi mesin, untuk BM 206D mempunyai nilai 100 mm x 2. Dengan adanya intermidate plate seperti tertera gambar diatas, ukuran mold berkurang menjadi 80 mm. Berikut adalah thickness mold yang digunakan : Gambar 4.13 Ukuran dari Thickness Mold Base Menentukan material Mold. Dalam pemilihan material mold base harus melihat beberapa kreteria sebagai berikut : a. Karakteristik machining yang ekonomi. b. Perlakuan kapasitas panas tanpa masalah. c. Kekuatan dan kekerasan yang cukup. d. Alasan polishing. e. Tahan panas dan aus. f. Konduktifitas panas yang tinggi. g. Tahan terhadap korosi.

24 110 Material yang digunakan dalam base mold untuk neck insert, body insert dan bottom insert untuk produk botol Merk X Volume 0.8 Liter adalah S-STAR yang direkomendasikan oleh DAIDO Brand sebagai salah satu plastic mold steels. S-STAR ( SUS 420J2 ) ini mempunyai sifat sebagai berikut : Gambar 4.14 Specifikasi dari Mold Steel untuk Neck, Body dan Bottom Insert. Untuk kreteria material Striker Plate telah dijelaskan pada Bab II dimana material tersebut harus mempunyai daya tahan yang baik dan mampu dikeraskan mencapai 62 sampai 64 HRC. Material yang cocok untuk Striker Plate adalah K110 atau SKD 11. K110 mempunyai sifat sebagai berikut :

25 111 Gambar 4.15 Specifikasi dari Mold Steel untuk Striker Plate 4.11 Menentukan ukuran dari Striker Plate. Striker Plate didesain sebagai pembentuk lip botol dan landsan pemotongan parisonoleh cutting sleeve pada ujung Blow Pin. Adapun kontruksi Striker Plate sebagai berikut :

26 112 Gambar 4.16 Sketsa dari Striker Plate 4.12 Menentukan sistem pendingin pada Mold dari produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Pada sistem pendinginan mold dibagi menjadi 3 bagian yaitu a. Pendinginan pada neck. b. Pendinginan pada body / cavity. c. Pendinginan pada bottom. Jarak saluran pendingin ke dinding cavity untuk botol 0.8 Liter adalah berkisar 5-6 mm dengan diameter 10 mm. Jarak antara Lubang saluran pendingin dibuat merata mendinginkan area produk botol yang kiranya tidak mengakibatkan produk terlalu panas saat dikeluarkan atau mold tercondensasi ( lembab ) sehingga memberi efek buruk pada permukaan produk botol. Jarak antara lubang saluran pendingin yang digunakan untuk produk botol Merk X Volume 0.8 Liter adalah 18 mm pada mold cavity. Dan perlu diingat bahwa dalam perancangan saluran sistem cooling didalam mold harus melihat terhadap kemampuan proses machining. Berikut adalah hasil desain sistem pendingin pada produk botol Merk X Volume 0.8 Liter :

27 113 a. Saluran pendingin pada neck. Gambar 4.17 Sketsa dari sistem saluran pendingin neck insert. INLET OUTLET Gambar 4.18 Sketsa 3Dimensi dari sistem saluran pendingin neck insert.

28 114 Gambar 4.19 Foto dari sistem saluran pendingin neck insert. b. Saluran pendingin pada body / cavity. Gambar 4.20 Sketsa dari sistem pendingin body insert.

29 115 Gambar 4.21 Sketsa 3Dimensi dari sistem saluran pendingin body insert. Inlet Body Inlet Neck Outlet Neck Outlet Body Gambar 4.22 Foto dari sistem pendingin body insert.

30 116 c. Saluran pendingin pada bottom. Gambar 4.23 Sketsa dari sistem saluran pendingin bottom insert. Inlet for neck part Outlet for neck part

31 117 Inlet for body part Outlet for body Gambar 4.24 Sketsa 3Dimensi dari sistem saluran pendingin bottom insert.

32 118 Gambar 4.25 Foto dari sistem pendingin bottom insert. d. Analisa Pendinginan dari Lelehan Plastik. Waktu teoritikal pendinginan minimal pada lelehan plastic : S ( Average Wall Thickness ) : 0.94 mm 0.94 x 10-3 mm ( Effectivitas Thermal Diffusivity ) : k / ( x Cp ) k ( thermal conductivity ) : 0.49 W/m.K ( density ) : 940 kg/m 3 Bottom Insert. Perhitungan Sistem pendingin pada bagian Neck Insert, Body Insert dan a. Analisa Konduksi Pendinginan pada Neck Insert tiap cavity. Thermal conductivity S-STAR ( SUS 420J2 ) : 24.2 W/m. 0 C Panjang Lintasan tiap cavity ( L ) : mm x 2 : mm Hydraulic Diameter Cooling ( Dh ) : Dh = 4.Ac / p Dh = 2.a.b / ( a + b ) = / ( ) = 8.21 mm. Jarak antara dinding pendingin ( z ) : 5.2 mm

33 119 Gambar 4.26 Ukuran dari saluran pendingin neck insert. Conduction shape factors ( S ) : 2πL / ( In(8z/π.Dh ), dimana Z > 0.5 Dh : 2 x 3.14 x mm / In ( 8 x 5.2 / 3.14 x 8.21 ) : mm / In : mm / : mm m Rata rata kerugian panas per lubang saluran pendingin : T1 ( chiller water didalam saluran pendingin) : 16 0 C ( K ) T2 ( permukaan S-START yang terkena lelehan parison plastik ) : C ( K) Q = S x k x ( T1 T2 ) = m x 24.2 W/ m 0 C x ( ) 0 C = Watt. b. Analisa Konveksi sebagai akibat dari tekanan sisi dalam saluran air pendingin pada neck part. Penampang Saluran Sistem Pendingin pada Neck Gambar 4.27 Ukuran dari saluran pendingin neck inser untuk proses heat transfer conveksi.

34 120 Hydraulic Diameter Cooling ( Dh ) : Dh = 4.Ac / p Dh = 2.a.b / ( a + b ) = / ( ) = 8.21 mm ( 8.21 x 10-3 m ). As = 2 ( a + b ) x L = 2 ( ) x 2 x mm 2 = mm 2 = m 2 Besar kecepatan rata-rata Vavg = ύ / Ac Dimana : ύ = Kapasitas aliran atau Laju aliran pada saluran pendingin dalam m 3 /s Besarnya debit air pendingin pada neck : Ml /s atau x 10-3 m 3 /s Vavg = x 10-3 m 3 /s / ( 13 x 6 x 10-6 ) m 2 = m/s Pada temperature 16 0 C properties sebagai berikut : ( K ) berdasarkan table 4.1 didapat Besarnya density ρ adalah Temperature 15 0 C ( o K) : kg/m 3 Temperature 20 0 C ( o K) : 998 kg/m 3 Density air pada temperature 16 0 C ( K )? Y-Y 1 / ( Y 2 Y 1 ) = X X 1 / ( X 2 X 1 ) / ( ) = X / ( ) 1 / 5 = X / -1.1 X = -1.1 x 1/5 X = X =

35 121 = kg/m 3 Besarnya thermal conductivity k adalah Temperature 15 0 C ( o K) : W/m. 0 K Temperature 20 0 C ( o K) : W/m. 0 K Thermal Conductivity pada temperature 16 0 C ( K ) adalah Y-Y 1 / ( Y 2 Y 1 ) = X X 1 / ( X 2 X 1 ) / ( ) = X / ( ) 1 / 5 = X / X = W/m. 0 K Besarnya dynamic viscosity µ? Temperature 15 0 C ( o K) : x 10-3 kg/m.s Temperature 20 0 C ( o K) : x 10-3 kg/m.s Dynamic Viscosity pada temperature 16 0 C ( K ) adalah Y-Y 1 / ( Y 2 Y 1 ) = X X 1 / ( X 2 X 1 ) / ( ) = X x 10-3 / (1.002 x x 10-3 ) 1 / 5 = X x 10-3 / x 10-3 X = x 10-3 kg/m.s Besarnya Prandt Number Pr adalah Temperature 15 0 C ( o K) : 8.09 Temperature 20 0 C ( o K) : 7.01 Prandt Number pada temperature 16 0 C ( K ) adalah Y-Y 1 / ( Y 2 Y 1 ) = X X 1 / ( X 2 X 1 ) / ( ) = X 8.09 / ( ) 1 / 5 = X 8.09 / X = Besarnya Specific Heat Cp adalah Temperature 15 0 C ( o K) : 4185 J/kg. 0 K Temperature 20 0 C ( o K) : 4182 J/kg. 0 K Prandt Number pada temperature 16 0 C ( K ) adalah

36 122 Y-Y 1 / ( Y 2 Y 1 ) = X X 1 / ( X 2 X 1 ) / ( ) = X 4185/ ( ) 1 / 5 = X 4185 / -3 X = J/kg. 0 K Reynolds Number Re = ρ.vavg. Dh / µ = kg/m 3 x m/s x 8.21 x 10-3 m / x 10-3 kg/m.s = Dari hasil perhitungan Reynolds Number dengan penampang persegi panjang dapat dilihat bahwa jenis aliran yaitu turbulant ( Re > ). Besarnya Nusselt Number yang memasuki wilayah thermal berdasarkan persamaan 2.23 adalah : Nu = Re 0.8.Pr 0.4 = x x = x x = Besarnya Koefisien dari heat transfer konveksi : Nu = h. Dh / k h = Nu. k / Dh = x W/m. 0 K / 8.21 x 10-3 m = W/m 2. 0 K Temperature yang keluar dari saluran cooling pada neck part : Te = Ts ( Ts Ti ) exp (- h.as/ m.cp ) Besarnya Massa aliran rata rata : m = ρ. Ac. Vavg = kg/m 3 x ( 13 x 6 x 10-6 m 2 ) x m/s = kg /s

37 123 Temperature yang keluar dari saluran cooling pada neck part : Te = Ts ( Ts Ti ) exp (- h.as/ m.cp ) = C [ (162 0 C C)] x exp ( W/m 2. 0 K x m 2 / kg /s x J/kg. 0 K. ) = C [ (146 0 C ) ] x exp ( ) = C [ C x ] = C C = C ( K) Maka untuk perbedaan temperature rata-rata logarithmic dan kerugian panas rata rata adalah : ΔT in = ( Ti Te ) / In [ ( Ts Te ) / ( Ts Ti ) ] = (16 0 C C) / In [ (162 0 C C) / (162 0 C C) = ( C ) / In [ ( C) / (146 0 C) ] = ( C ) / In = C / = C ( K ) Q = h. A s. ΔT in = W/m 2. 0 K x m 2 x K = W. c. Analisa Konduksi Pendinginan pada Body Insert tiap cavity.

38 124 Gambar 4.28 Ukuran dari saluran pendingin body insert. Conduction shape factors ( S ) : 2ΠL / In ( (2w/πD) x sinh (2πz/w)), dimana L >> D, z, dan w > 1.5D L : mm ( m ) w : 16 mm ( m ) z : 5 mm ( m ) D : 10 mm ( 0.01 m ) S = 2πL / In ( (2w/πD) x sinh (2πz/w)) = 2 x 3.14 x / In ( ( 2 x 16 / 3.14 x 10 ) x sinh ( 2 x 3.14 x 5/16 )) = / In (( ) x sinh ( )) = / In ( x ) = / In ( ) = / mm = mm m Rata rata kerugian panas per lubang saluran pendingin : Q = S x k x ( T1 T2 ) = m x 24.2 W/ m 0 C x ( ) 0 C = Watt.

39 125 d. Analisa Konveksi sebagai akibat dari tekanan sisi dalam saluran air pendingin pada body part. Gambar 4.29 Ukuran dari saluran pendingin body insert untuk heat transfer conveksi. Hydraulic Diameter Cooling ( Dh ) : Dh =4.Ac / p = 4. (π/4) D 2 / π. D = D = 10 mm ( 0.01 m ) As = π x D x L = π x 10 x ( 17 hole x ) mm 2 = mm 2 = m 2 Besar kecepatan rata-rata Vavg = ύ / Ac Dimana : ύ = Kapasitas aliran atau Laju aliran pada saluran pendingin dalam m 3 /s Besarnya debit air pendingin pada body : Ml /s atau x 10-3 m 3 /s Vavg = x 10-3 m 3 /s / [ (π/4) x 10 2 x 10-6 m 2 ] = m/s

40 126 Reynolds Number Re = ρ.vavg. Dh / µ = kg/m 3 x m/s x 10 x 10-3 m / x 10-3 kg/m.s = Dari hasil perhitungan Reynolds Number dengan penampang persegi panjang dapat dilihat bahwa jenis aliran yaitu turbulant ( Re > ). Besarnya Nusselt Number yang memasuki wilayah thermal berdasarkan persamaan 2.23 adalah : Nu = Re 0.8.Pr 0.4 = x x = x x = Besarnya Koefisien dari heat transfer konveksi : Nu = h. Dh / k h = Nu. k / Dh = x W/m. 0 K / 10 x 10-3 m = W/m 2. 0 K Temperature yang keluar dari saluran cooling pada body part : Te = Ts ( Ts Ti ) exp (- h.as/ m.cp ) Besarnya Massa aliran rata rata : m = ρ. Ac. Vavg = kg/m 3 x ((π/4) x 10 2 x 10-6 m 2 ) x m/s = kg /s Temperature yang keluar dari saluran cooling pada body part : Te = Ts ( Ts Ti ) exp (- h.as/ m.cp ) = C [ (162 0 C C)] x exp ( W/m 2. 0 K x m 2 / kg /s x J/kg. 0 K. ) = C [ (146 0 C ) ] x exp ( )

41 127 = C [ C x ] = C C = C ( K) Maka untuk perbedaan temperature rata-rata logarithmic dan kerugian panas rata rata adalah : ΔT in = ( Ti Te ) / In [ ( Ts Te ) / ( Ts Ti ) ] = (16 0 C C) / In [ (162 0 C C) / (162 0 C C) = ( C ) / In [ ( C) / (146 0 C) ] = ( C ) / In = C / = C ( K) Q = h. A s. ΔT in = W/m 2. 0 K x m 2 x K = W. e. Analisa Konduksi Pendinginan pada Bottom Insert tiap cavity. Gambar 4.30 Ukuran dari saluran pendingin bottom insert.

42 128 Conduction shape factors ( S ) : 2ΠL / In ( (2w/πD) x sinh (2πz/w)), dimana L >> D, z, dan w > 1.5D L : mm mm = mm ( m ) w : 18 mm ( m ) z : 5 mm ( m ) D : 10 mm ( 0.01 m ) S = 2ΠL / In ( (2w/πD) x sinh (2πz/w)) = 2 x 3.14 x / In ( ( 2 x 18 / 3.14 x 10 ) x sinh ( 2 x 3.14 x 5/18 )) = / In (( ) x sinh (1.744 )) = / In ( x ) = / In ( ) = / mm = mm m Rata rata kerugian panas per lubang saluran pendingin : Q = S x k x ( T1 T2 ) = m x 24.2 W/ m 0 C x ( ) 0 C = Watt. f. Analisa Konveksi sebagai akibat dari tekanan sisi dalam saluran air pendingin pada bottom part. Gambar 4.31 Ukuran dari saluran pendingin bottom insert untuk heat transfer conveksi

43 129 Hydraulic Diameter Cooling ( Dh ) : Dh =4.Ac / p = 4. (π/4) D 2 / π. D = D = 10 mm ( 0.01 m ) As = π x D x L = π x 10 x (546.29) mm 2 = mm 2 = m 2 Besar kecepatan rata-rata Vavg = ύ / Ac Dimana : ύ = Kapasitas aliran atau Laju aliran pada saluran pendingin dalam m 3 /s Besarnya debit air pendingin pada body : Ml /s atau x 10-3 m 3 /s Vavg = x 10-3 m 3 /s / [ (π/4) x 10 2 x 10-6 m 2 ] = m/s Reynolds Number Re = ρ.vavg. Dh / µ = kg/m 3 x m/s x 10 x 10-3 m / x 10-3 kg/m.s = Dari hasil perhitungan Reynolds Number dengan penampang persegi panjang dapat dilihat bahwa jenis aliran yaitu turbulant ( Re > ). Besarnya Nusselt Number yang memasuki wilayah thermal berdasarkan persamaan 2.23 adalah : Nu = Re 0.8.Pr 0.4 = x x = x x =

44 130 Besarnya Koefisien dari heat transfer konveksi : Nu = h. Dh / k h = Nu. k / Dh = x W/m. 0 K / 10 x 10-3 m = W/m 2. 0 K Temperature yang keluar dari saluran cooling pada bottom part : Te = Ts ( Ts Ti ) exp (- h.as/ m.cp ) Besarnya Massa aliran rata rata : m = ρ. Ac. Vavg = kg/m 3 x ((π/4) x 10 2 x 10-6 m 2 ) x m/s = kg /s Temperature yang keluar dari saluran cooling pada bottom part : Te = Ts ( Ts Ti ) exp (- h.as/ m.cp ) = C [ (162 0 C C)] x exp ( W/m 2. 0 K x m 2 / kg /s x J/kg. 0 K. ) = C [ (146 0 C ) ] x exp ( ) = C [ C x ] = C C = C ( K) Maka untuk perbedaan temperature rata-rata logarithmic dan kerugian panas rata rata adalah : ΔT in = ( Ti Te ) / In [ ( Ts Te ) / ( Ts Ti ) ] = (16 0 C C) / In [ (162 0 C C) / (162 0 C C) = ( C ) / In [ ( C) / (146 0 C) ] = ( C ) / In = C / = C ( K )

45 131 Q = h. A s. ΔT in = W/m 2. 0 K x m 2 x K = W Menentukan sealing saluran pendingin Mold dari produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Salah satu metode perapat atau penutup saluran air pendingin yang melintasi antara bagian neck insert ke body insert dan body insert ke bottom insert adalah menggunakan PTFE ( Polytetrafluoroethylene ) O-Ring yang mempunyai sifat kurang elastic tetapi dapat digunakan untuk static sealing didalam alur konstruksi axial. Berikut adalah kontruksi alur yang cocok diterapkan didalam PTFE O-ring. A = W 10 sampai 20% W ( untuk cross section 1.78 sampai 5.33 mm ) A = W 10 sampai 15% W ( untuk cross section 5.33 sampai 7mm ) W = Cross Section Gambar 4.32 Standarisasi dari ukuran alur O-ring. Sealing saluran pendingin mold pada produk Botol Merk X Voleme 0.8 Liter menggunakan I/D x C/S : x 1.78 mm, ini berdasarkan pada diameter lubang saluran pendingin dan tekanan air pendingin yang melalui sistem cooling didalam base mold. Tekanan air pendingin untuk Mold Botol Merk X dengan kapasitas 0.8 Liter adalah ± 5 bar.

46 132 Tabel 4.2 Properties dari clearance O-ring Tabel 4.3 Properties dari Ukuran O-ring Berikut adalah hasil desain sealing sistem saluran pendingin pada produk botol 0.8 Liter :

47 133 Gambar 4.33 Penempatan O-ring dan ukuran alur O-ring Menentukan Posisi Guide Bushing, Guide Pin, Baut dan Dowel Pin. Telah dijelaskan pada BAB II akan fungsi dari Guide Bushing dan Guide Pin. Untuk penempatan Guide Bushing dan Guide Pin pada blow molding sedapat mungkin ditempatkan pada satu bidang yaitu body cavity. Penempatan tersebut tidak boleh menghalangi dari keluarnya produk botol setelah di-blow dan mengganggu saluran cooling.

48 Gambar 4.34 Penempatan Guide Bushing dan Guide Pin. 134

49 Gambar 4.35 Specifikasi dari Guide Bushing 135

50 136 Gambar 4.36 Specifikasi dari Guide Pin Dowel Pin sangat diperlukan dalam kontruksi Mold, selain sebagai pensejajar dan pemerata antara insert part ia juga menyumbang kekuatan terhadap beban geser. Adapun ukuran yang tepat untuk dowel pin terhadap kekuatan geser sebagai berikut : Material Dowel Pin : SUJ2, dengan Yield Strength b : 120 kg / mm 2 (1.2x10-4 kg/m 2 ) Tegangan geser yang diizinkan : = b x 0.8 / = safety factor

51 137 = 120 kgf/mm 2 x 0.8 / 5 = 19.2 kg/mm 2 ( 1.92 x 10-5 kg / m 2 ) Ukuran diameter dari dowel pin adalah Ws = A x = Πd 2 x / 4 Wc : Beban Setengah Cavity dalam kgf : 43.2 kg dengan Center Massa x,y,z : 153, , Wb : Gaya akibat Blow Pressure : Pb x Apb x n : x 10 5 Pa x m 2 x 2 : N : 4856 kg Dimana : Apb : Cross Section Area dari Produk. n : Jumlah cavity Beban Total : W = Wc + Wb = 43.2 kg kg = kg Besarnya Shear Load setiap dowel pin Dowel Pin Gambar 4.37 Posisi dari dowel pin

52 138 Ws = W / 2 = kg / 2 = kg Ws = Πd 2 x / kg = 3.14 d 2 x 19.2 kg/mm 2 / 4 d 2 = 4 x kg / ( 3.14 x 19.2 kg/mm 2 ) = / = mm 2 d = mm ( size minimal ) Dari Tabel Dowel Pin dibawah dengan tipe Tap, dapat dipilih untuk ukuran Dowel Pin DPTM Gambar 4.38 Specifikasi dari Dowel Pin Tabel 4.4 Faktor Keamanan yang didasarkan pada Tensile Strength

53 139 Allowable Stress = Standart Strength / Standart Strength = The yield strength for ductile material The breaking stress for brittle material Perhitungan kekuatan baut yang dibutuh untuk memegang antara Intermidate Platen dan Base Mold terhadap beban geser dan beban tarik. Tabel 4.5 Daya Tahan Kekuatan Baut Catatan : a. Grade 10.9 bolts or capscrews have a minimum tensile strength of 106 kg/mm 2 and a hardness of Hv10. b. Grade 12.9 bolts or capscrews have a minimum tensile strength of kg/mm 2 and a hardness of Hv10. Dalam penempatan baut pemikat dari platen ke mold base harus tidak merintangi jalannya sistem cooling pada mold dan tidak bertabrakan dengan lubang baut yang sudah ditetapkan didalam intermidate plate

54 140 sebagai dudukan ke wagoner. Untuk posisi lubang baut pemikat mold base bisa dibuat sendiri dengan menambah lubang ke intermidate plate. Berikut adalah hasil dari penempatan untuk lubang baut pemikat antara intermidate plate dan mold base: Gambar 4.39 Posisi dari Baut Pemikat Load of Blow Pressure : : 4856 kg Titik Tumpuan Gambar 4.40 Perlakuan Top Load dari Blow Mold

55 141 mould adalah : Besarnya jarak beban maksimum akibat dari Blow pressure dan bobot b : 80 mm a : : mm Wc : 43.2 kg Fb : : 4856 kg A:0 X Fs : : 4856 kg kg : kg Fs x X = Fa x a + Fb x b kg x X = 43.2 kg x mm kg x 80 mm kg x X = kg.mm kg. mm X = kg.mm / kg = mm Untuk Beban geser setiap baut Ws = Fs / Jumlah Baut = kgf / 10 = kgf Beban baut maksimum adalah A dan B, karena berada pada jarak terjauh dari tepi ungkit. Untuk beban tarik maksimum yang dibawa oleh baut A dan B adalah : Wt = Fs x X x L1 2 ( L L L L L 2 5 ) = kg x mm x 265 mm 2 ( ) mm 2 = kg. mm mm 2 = kg

56 142 Sejak baut ditujukan ke beban tarik dan beban geser, oleh karena itu persamaan beban tarik sebagai berikut : Wts = 0.5 ( Wt + ( Wt x Ws 2 )) = 0.5 ( x ) = 0.5 ( ( x )) = 0.5 ( ( )) = 0.5 ( ) = 0.5 ( ) = kg Ukuran dari baut : dc : Diameter inti dari baut. Ukuran tepatyang diperlukan oleh socket head cap screw untup pulsating atau beban berulang dengan Wts : kgf. Material yang diizinkan socket head cap screw SCM 435, HRC, strength category Yield strength untuk category 12.9 adalah 112 kg/mm 2. Besarnya tegangan yang diizinkan : t = Yield Strength / = 112 kg/mm 2 / 5 = 22.4 kg/mm 2 Dengan menggunakan hubungan : π x dc 2 x ft/ 4 = Wts 3.14 x dc 2 x t /4 = kg 3.14 x dc 2 x 22.4 /4 = kg dc 2 = mm 2 Baut yang digunakan actual di mold adalah M10, menurut table Daya tahan kekuatan baut M10 mempunyai effective bolt area 58 mm 2. Jadi pemakaian Baut M10 sebanyak 10 pcs sangat aman digunakan.

57 143 Gambar 4.41 Specifikasi dari Baut Hexagonal Socket 4.15 Menentukan ukuran Die dan Pin dari Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter. Dari Persamaan 2.6, untuk nilai Die dan Pin sebagai berikut : Nd = 36.6 mm Dd ( D o.d ) = 0.9 Nd = 0.9 x 36.6 mm = mm ( inch )

58 144 W = 61 gr L = 230 mm inch Botol 0.8 ml HDPE : Sw = 0.12 Sg = 0.13 Pd ( D i.d ) = (Dd 2 - W ) 15.45xLx(1+Sw)x(1-Sg) 2 = ( ) 5.45x9.055x(1+0.12)x(1-0.13) 2 = ( ) 15.45x9.055x1.12x = ( ) = ( ) = = inch mm dibulatkan menjadi 28 mm. Untuk tipe parison pada produk botol 0.8 ml yang dibahas diatas adalah type outside parison. Adapun ketentuan dari kontruksi Die dan Pin untuk Outside Parison sebagai berikut : a. Kontruksi Pin Grafik 4.1 Finishing Part untuk Pin ( Mandrel ) BM 206D

59 145 Catatan : d1 = Pd Diagram diatas tergantung dari Tipe dan Merk Mesin karena setiap mesin mempunyai karakter yang berbeda beda selain dari material plastik itu sendiri. Gambar 4.42 Kontruksi Pin untuk Mesin Blow BM 206D Gambar 4.43 Foto Pin untuk Mesin Blow BM 206D

60 146 b. Kontruksi Die Gambar 4.44 Kontruksi Die untuk Mesin Blow BM 206D Gambar 4.45 Foto Die and Pin untuk Mesin Blow BM 206D 4.16 Menentukan Ukuran Abfal dari Mold Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter.

61 147 Dalam menentukan kedalaman dari abfal atau pick off terdapat rumusan yang harus diperhitungkan sebagai penentu dari qualitas sambungan pada produk botol. Adapun rumusannya sebagai berikut : Gambar 4.46 Double Dam Pinch-off Design dimana : L = 0,1 to 1 Parison wall thickness DPD = 2 to 4 Parison wall thickness DL = 1 to 2 Parison wall thickness FW = large enough to hold maximum Parison flash after pinch-off D = 0 to 0,5 mm. Depending on required ease of trimming FD = 0.4 to 1 Parison wall thickness DD = D + (0,5 FD)

62 148 Gambar 4.47 Single Dam Pinch-off Design ( untuk botol ukuran < 100 ml ) dimana : t = tebal parison = B2 (t) x G Bl (t) : transient thickness swell G : thickness of the annular die, mm : ( Do,d - Di,d ) / 2 Do.d : Diameter luar dari annular die, mm Di.d : Diameter dalam dari annular die, mm Gambar 4.48 Skematik diagram dari potongan parison selama extrusion.

63 149 Gambar 4.49 Transient diameter swell function ( B1 ) dan thickness swell function yang digunakan didalam analisa matematika.. nilai x : HDPE : mm PP : mm Berdasarkan perhitungan diatas untuk : Diameter Die ( D o.d ) = 33 mm Diameter Pin ( D i.d ) = 28 mm. Tebal dari annular die : G = ( Do,d - Di,d ) / 2 = ( ) / 2 = 2.5 mm Tebal Parison t = B2 (t) x G = 1.5 x 2.5 mm = 3.75 mm. Untuk kedalaman abfal pada bottom sebagai berikut : Karena material plastic adalah HDPE maka nilai : x ( L ) = 0.4 mm DPD = 1.5 x t = 1.5 x 3.75 mm = 7

64 150 DL = 1 x t = 3.75 mm D = 0 mm FD = 0.4 x t = 0.4 x 3.75 = 1.5 mm DD = D + ( 0.5 x FD ) = 0 + ( 0.5 x 1.5) = 0.75 mm Gambar 4.50 Posisi Pinck off pada bagian bottom produk botol Merk X Volume 0.8 Liter.

PENGESAHAN SKRIPSI. Jakarta, 27 Juni ( Ariosuko, MT ) ( DR. Ir. Abdul Hamid, M.Eng )

PENGESAHAN SKRIPSI. Jakarta, 27 Juni ( Ariosuko, MT ) ( DR. Ir. Abdul Hamid, M.Eng ) PENGESAHAN SKRIPSI Nama Penyusun : Mohamad Slamet Riyadi Nomor Induk Mahasiswa : 41309110015 Fakultas / Jurusan : Fakultas Teknologi Industri Tehnik Mesin Judul Skripsi : Perancangan Produk Botol Plastik

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 52 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 DESKRIPSI PENELITIAN Untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah dalam karya ilmiah pada umumnya dilakukan penelitian terlebih dahulu. Penelitian merupakan suatu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin dibutuhkannya produk plastik di pasaran konsumen dimasa era ini, material plastik banyak macam type sesuai dengan pemakaiannya. Salah satu pemakai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. R = 2 mm R = 0.5 mm. Gambar 5.1 Radius pada bagian tepi produk botol Merk X Volume 0.8 Liter

BAB V ANALISA HASIL. R = 2 mm R = 0.5 mm. Gambar 5.1 Radius pada bagian tepi produk botol Merk X Volume 0.8 Liter 151 BAB V ANALISA HASIL Dari re-draw dan rancangan mould produk botol Merk-X dengan kapasitas 800 ml yang kemudian dibuat mould dan produk jadi di PT. B diperoleh hasil sebagai berikut : 5.1 Hasil re-draw

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004) LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 1.1. Perhitungan Berat Produk Diketahui : V produk = 14519,56 mm 3 ρ pc =1260 kg/m 3 0.00126 g/mm 3 Ditanya : Massa produk? Jawab : m = V produk ρ pc = 14519,56 mm 3 0.00126 g/mm

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERSAMAAN UMUM

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERSAMAAN UMUM 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN PERSAMAAN UMUM 2.1 Pengenalan Extrusion Blow Molding. 2.1.1 Pengertian Extrusion Blow Molding. Extrusion Blow Molding adalah salah satu metode pencetakan bahan plastik. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT

SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT Dedy Haryanto,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Pada penelitian ini digunakan jenis pendekatan eksperimen desain dengan menggunakan bantuan software yang dapt mensimulasikan pengujian analisis beban statis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan 20 III. METODE PENELITIAN A. Pemodelan Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan sketsa 2D, karena dari sketsa 2D inilah nantinya akan dihasilkan bentuk 3D. 1. Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembahasan Hasil Identifikasi Produk Syarat dari perancangan mold adalah mengetahui terlebih dahulu data produk yang diperlukan untuk menentukan rancangan cetakan.

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari hasil perancangan cetakan injeksi yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Analisa akan meliputi waktu satu

Lebih terperinci

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH 4.1. Sistem Perpipaan 4.1.1. Lokasi Sistem Perpipaan Sistem perpipaan yang dianalisis sebagai studi kasus pada tugas akhir ini adalah sistem perpipaan milik Conoco

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini Tabel 4.1. Data produk glove box Data Sampel Produk Glove

Lebih terperinci

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID Latar Belakang Kebutuhan Produk Plastik Meningkatnya kebutuhan terhadap produk yang terbuat dari plastik Perencanaan Injection Molding yang baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material plastik berjenis polystyrene murni dan daur ulang. Sifat dari material plastik polystyrene yaitu

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC Widiajaya 0906631446 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan perancangan adalah produk glove box dengan mengambil sampel pada produk yang sudah ada, tetapi hanya sebagai acuan tidak menyerupai dimensi dan

Lebih terperinci

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK TUGAS AKHIR LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK AJUN HAKIKI 2105 100 147 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Desain Dial Plate XYZ Dial plate merupakan salah satu bagian utama dari speedometer. Dial plate berbentuk lembaran plastik yang terdapat berbagai skala indikator

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE. Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal

STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE. Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal 2110100112 STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni ANALISA MEKANIK BRAKE SHOE TIPE T-360 DAN TIPE T-359 KK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Nana Supriyana 1), Alim Sya bani 2) 1,2) Teknik Mesin STT Wiworotomo Email: Nana.sttw@gmail.com, Email: Alim7pato@gmail.com

Lebih terperinci

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga Nana Supriyana 1, Alim Sya bani 2 1,2 Progam Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Email: Nana.sttw@gmail.com 1,Alim7pato@gmail.com

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT RULY SETYAWAN NIM

TUGAS AKHIR DESAIN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT RULY SETYAWAN NIM TUGAS AKHIR DESAIN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT RULY SETYAWAN NIM. 201354049 DOSEN PEMBIMBING Qomaruddin, ST., MT. Ir., Masruki Kabib, MT. PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB.

ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB. Marine Engineering Dept ITS ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB. Presentasi P3 By : Hendra Septiawan (4209100501) Dosen Pembimbing : Semin Sanuri., ST, MT, Ph.D. Ir. Aguk Zuhdi M.F., M.Eng, Ph.D. Marine Engineering

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting

Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting M. Naufal Falah 1, Budianto 2 dan Mukhlis 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Permesinan Kapal, Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Sistem Pemodelan Sumber (referensi) data-data yang diperlukan yang akan digunakan untuk melakukan perancangan sistem pemipaan dengan menggunakan program Caesar

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04 PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : 23410668 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Salah satu pembuatan produk botol oli di PT. Dynaplast ini adalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA Gambar 4.1. Produk Conector Bulp t. 0.3 [mm] 4.1. Menghitung Panjang Bukaan (Calculation of Development Dimention). Gambar 4.2. Dimensi Produk Gambar 4.3. Jumlah Bending

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Tugas Akhir Perancangan Hydraulic Oil Cooler bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh:

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc. 2. Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D.

Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc. 2. Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D. Sidang Tugas Akhir (P3) Surabaya, 7 Agustus 2014 PERANCANGAN RISER DAN EXPANSION SPOOL PIPA BAWAH LAUT: STUDI KASUS KILO FIELD PT. PERTAMINA HULU ENERGI OFFSHORE NORTHWEST JAVA Oleh: Hidayat Wusta Lesmana

Lebih terperinci

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX Ali Khaerul Mufid 1,a, Cahyo Budiyantoro, Muhammad Budi Nur Rahman 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Press Tool Press Tool adalah peralatan yang mempunyai prinsip kerja penekanan dengan melakukan pemotongan atau pembentukkan atau gabungan dari keduanya. Peralatan ini

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MENGGAMBAR MESIN

PRAKTIKUM MENGGAMBAR MESIN LAPORAN PRAKTIKUM MENGGAMBAR MESIN Disusun oleh : Nama NIM 1. Herlian Fajar Pratama ( 20150130127 ) 2. Robby Adji Kurnianto ( 20150130137 ) PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain produk

Gambar 3.1 Desain produk BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN 3.1 Pertimbangan Sifat Bahan dan Desain Produk Dalam pembuatan box tempat kertas ini produk yang di hasilkan diharapkan ringan, kuat, dan harga yang relatif murah

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Analisa Perhitungan/ 413041-051 BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Mesin pembersih burry system kerjanya sama dengan mesin bor jenis peluassecara garis besar

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Persiapan Sebelum melakukan penelitian ada beberapa tahapan yang harus dilakukan diantaranya: 1. Studi pustaka mengenai mesin injeksi, metode DoE, material plastik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam rumah tanaman di Laboratorium Lapangan Leuwikopo dan Laboratorium Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Menghitung Kapasitas Silinder Pada perencangan alat uji kekentalan plastik ini sampel akan dilebur didalam silinder. Untuk itu dibutuhkan perhitungan untuk mencari

Lebih terperinci

Udara luar = 20 x 30 cmh = 600 cmh Area yang di kondisikan = 154 m². Luas Kaca (m²)

Udara luar = 20 x 30 cmh = 600 cmh Area yang di kondisikan = 154 m². Luas Kaca (m²) BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Beban Pendingin AC Sentral Lantai = 1 Luas = 154 m² Kondisi = CDB CWB R Kg/kg Luar ruangan = 33 27 7,24 Dalam ruangan = 24 16 45,11 Selisih = 9 11 25,13

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE 4.1 Momen Lentur Akibat Ledakan Dalam Ruang Bakar Sebuah poros engkol motor bakar yang sedang melakukan kerja akan mendapatkan pembebanan berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KOMPONEN SISTEM 3.1.1 Blower Komponen ini digunakan untuk mendorong udara agar dapat masuk ke system. Tipe yang dipakai adalah blower sentrifugal dengan debit 400 m 3 /jam.

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE Oleh: WIRA YUDHA NATA 4305 100 014 JURUSAN TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 ANALISA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metodologi penelitian secara umum adalah metode yang menjelaskan bagaimana urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat ukur dan lanngkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Laporan Tugas Akhir 3.1 Diagram Alir Proses Gambar 3.1. Diagram alir penelitian 25 Penelitian ini ditunjang dengan simulasi komputer dari hasil penelitian komposit PE-serbuk

Lebih terperinci

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit BAB IV ANALISA DAN PEBAHASAN 4.1 Perhitungan Data material pipa API-5L-Gr.65 ditunjukan pada Tabel 4.1, sedangkan kondisi kerja pada sistem perpipaan pipe lin esystem di tunjukan pada Tabel 4.. Tabel 4.1

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN PRESS TOOL Mulai 1.Data analisa a. Gambar dan ukuran produk b. Kapasitas mesin c. Proses kerja 2. Penentuan layout scarp trip Wide run

Lebih terperinci

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. No. 1, Januari 2017 ISSN : 2502-2040 PERHITUNGAN DIAMETER MINIMUM DAN MAKSIMUM POROS MOBIL LISTRIK TARSIUS X BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch Oleh : NOURMALITA AFIFAH 4306 100 068 Dosen Pembimbing : Ir. Jusuf Sutomo, M.Sc Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Agenda Presentasi : Latar Belakang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus TUGAS AKHIR Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING

PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Disusun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka Sugondo (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh ketebalan pada kualitas produk plastik dan mampu bentuk dengan menggunakan simulasi pada proses injeksi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

KAJIAN TEGANGAN DAN KEAMANAN TABUNG GAS ELPIJI BRIGHT GAS 5,5 KG MELALUI SIMULASI SOFTWARE SOLID WORK

KAJIAN TEGANGAN DAN KEAMANAN TABUNG GAS ELPIJI BRIGHT GAS 5,5 KG MELALUI SIMULASI SOFTWARE SOLID WORK KAJIAN TEGANGAN DAN KEAMANAN TABUNG GAS ELPIJI BRIGHT GAS 5,5 KG MELALUI SIMULASI SOFTWARE SOLID WORK Iwan Agustiawan1*, Muhammad Noor Widdy 2 1,2 Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional Bandung, Jalan

Lebih terperinci

PEMBEKUAN PEMBEKUAN Tujuan

PEMBEKUAN PEMBEKUAN Tujuan PEMBEKUAN PEMBEKUAN Tujuan menurunkan suhu sampai batas titik tertentu yang dapat menghambat proses deteriorasi oleh mikroba sehingga diperoleh produk yang lebih awet. 1 PEMBEKUAN Mekanisme Pembekuan :

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-Data Awal Analisa Tegangan Berikut ini data-data awal yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini baik untuk perhitungan secara manual maupun untuk data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Penelitian Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: A. Mesin Injeksi Gambar 3.1 Mesin Injection Molding

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-659 Rancang Bangun dan Studi Eksperimen Alat Penukar Panas untuk Memanfaatkan Energi Refrigerant Keluar Kompresor AC sebagai Pemanas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 METODOLOGI PERANCANGAN Berikut akan dijelaskan bagaimana tahapan-tahapan dalam pembuatan alat uji thermal precipitator, sehingga alat uji ini nanti bisa bekerja sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU Perhitungan dan pemilihan bahan baku rancangan press tool sendok cocor bebek dari bahan stainless steel tebal 0,5 milimeter dengan sistem progresif akan diuraikan

Lebih terperinci

ANDHIKA HARIS NUGROHO NRP

ANDHIKA HARIS NUGROHO NRP LABORATORIUM KEANDALAN DAN KESELAMATAN JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER ANALISIS TEGANGAN TERHADAP RISIKO TERJADINYA BUCKLING PADA PROSES

Lebih terperinci

Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional

Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional Agung Kaswadi 1,a,Sigit Yoewono 2,b 1 Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Jakarta, Indonesia 14330 2

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF) 35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Perancangan Jenis bejana tekan Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To Panjang silinder Diameter dalam silinder / Di Panjang bejana tekan (head to head) / z Joint efisiensi

Lebih terperinci

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Data Penelitian Data material pipa API-5L Gr B ditunjukkan pada Tabel 4.1, sedangkan kondisi kerja pada sistem perpipaan unloading line dari jetty menuju plan ditunjukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONVEYOR KAPASITAS 1500 TPH DAN ANALISA KEKUATAN PIN PADA RANTAI RECLAIM FEEDER

PERANCANGAN SISTEM KONVEYOR KAPASITAS 1500 TPH DAN ANALISA KEKUATAN PIN PADA RANTAI RECLAIM FEEDER PERANCANGAN SISTEM KONVEYOR KAPASITAS 1500 TPH DAN ANALISA KEKUATAN PIN PADA RANTAI RECLAIM FEEDER TUGAS AKHIR Oleh DWI JAMES 04 05 22 017 X DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna Muhammad Ihsan dan I Made Londen Batan Jurusan Teknik

Lebih terperinci