KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2013"

Transkripsi

1 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KOTA BEKASI 2012 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI

2 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... iii Bab 1 PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD... I Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD... I-2 Bab 2 KERANGKA EKONOMI MAKRO KOTA BEKASI... II Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun Sebelumnya... II Rencana Target Ekonomi Makro Tahun II-5 Bab 3 ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) TAHUN III Asumsi Dasar Dalam APBN... III Laju Inflasi... III Pertumbuhan PDRB (Migas dan Non Migas)... III Asumsi-asumsi Lainnya... III-8 Bab 4 KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH... IV Pendapatan Daerah... IV Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah... IV Target Pendapatan Daerah Tahun IV Upaya-upaya Pencapaian Target Pendapatan... IV Belanja Daerah... IV Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah... IV Kebijakan Belanja Tidak Langsung (BTL)... IV Kebijakan Pembangunan Daerah... IV Kebijakan Belanja Langsung (BL)... IV Pembiayaan Daerah... IV Kebijakan Penerimaan Pembiayaan... IV Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan... IV-31 Bab 5 PENUTUP... V-1 i

3 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Harga Berlaku Tahun (Juta Rupiah)... II-2 Tabel 2.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Juta Rupiah)... II-3 Tabel 2.3 Distribusi Persentase PDRB Kota Bekasi menurut lapangan usaha Tahun II-4 Tabel 2.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahun II-6 Tabel 2.5 Proyeksi PDRB Kota Bekasi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 Tahun II-7 Tabel 2.6 Proyeksi Konstribusi PDRB Kota Bekasi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 Tahun II-8 Tabel 2.7 Asumsi Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan II-9 Tabel 3.1 PDRB Kota Bekasi menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku Tahun III-7 Tabel 3.2 PDRB Kota Bekasi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 Tahun III-8 Tabel 4.1 Perkiraan Pendapatan Daerah Kota Bekasi Tahun IV-4 Tabel 4.2 Perbandingan antara pendapatan daerah Kota Bekasi Tahun 2012, Target RPJMD Tahun 2013 dan Perkiraan pendapatan daerah Tahun IV-4 Tabel 4.3 Perbandingan anggaran belanja Kota Bekasi Tahun IV-15 Tabel 4.4 Perkembangan Anggaran Belanja Kota Bekasi dari Tahun IV-15 Tabel 4.5 Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bekasi Tahun IV-16 Tabel 4.6 Prioritas Pembangunan Kota Bekasi Tahun Anggaran IV-21 Tabel 4.7 Keselarasan prioritas pembangunan antara Nasional, Provinsi dan KotaBekasi Tahun Anggaran IV-23 Tabel 4.8 Perkembangan anggaran pembiayaan Kota Bekasi Tahun IV-31 Tabel 4.9 Rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran pembiyaan pada APBD Kota Bekasi Tahun IV-32 ii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Perkembangan LPE Kota Bekasi Tahun Atas Harga Berlaku... II-5 Gambar 2.2 Proyeksi LPE Berdasarkan Dokumen RPJMD dan Proyeksi LPE II-5 Gambar 4.1 Trend Penerimaan PAD IV-6 Gambar 4.2 Trend Penerimaan Dana Perimbangan Tahun IV-8 Gambar 4.3 Trend Penerimaan Lain-lain Penerimaan Yang Sah...IV-10 iii

5 LAMPIRAN-LAMPIRAN iv

6 (KU APBD) Kota Bekasi TA 2012 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pendapatan Daerah Kota Bekasi Tahun Anggaran 2012 Lampiran 2 Rencana Anggaran Gaji PNS Kota Bekasi Tahun Anggaran 2012 Lampiran 3 Rekapitulasi Data PNS Kota Bekasi Berdasarkan SKPD Lampiran 4 Rekapitulasi Gaji dan Tunjangan Pegawai Tahun Anggaran 2012 Berdasarkan SKPD Lampiran 5 Rekapitulasi Tambahan Penghasilan Pegawai Tahun Anggaran 2012 Berdasarkan SKPD Lampiran 6 Rekapitulasi Belanja Pegawai Lainnya Tahun Anggaran 2012 Berdasarkan SKPD Lampiran 7 Target Capaian Kinerja Program Tahun Anggaran 2012

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap Pemerintah Daerah memiliki kewajiban untuk menyusun Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KU-APBD), yang selanjutnya diatur secara lebih teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Penyusunan dokumen KU-APBD Kota Bekasi TA 2013 pada dasarnya merupakan salah satu tahapan dari proses penyusunan APBD Kota Bekasi TA KU-APBD disusun sebagai pedoman dalam menentukan arah kebijakan anggaran dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, dimana didalamnya memuat evaluasi tahun sebelumnya, tahun berjalan serta tahun perencanaan. KU-APBD merupakan rencana anggaran pembangunan tahunan yang memuat kerangka ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan strategi pembiayaan pembangunan daerah. Penyusunan KU-APBD TA 2012 berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bekasi tahun 2013 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bekasi tahun serta penjabarannya dengan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2013 dan RKPD Provinsi Jawa Barat Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD Tujuan penyusunan KU-APBD TA 2013 adalah menyediakan dokumen perencanaan anggaran tahunan yang memuat gambaran kondisi ekonomi makro daerah, asumsiasumsi yang mendasari penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya, yang akan dibahas melalui mekanisme penyusunan RAPBD dan hasilnya dituangkan ke dalam dokumen Nota Kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Pemerintah Kota Bekasi dengan DPRD Kota Bekasi. Dokumen KU-APBD TA 2013 merupakan acuan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) serta Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD). I-1

8 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2013 memperhatikan ketentuan-ketentuan hukum sebagai berikut : 1. Undang-Undang 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara I-2

9 Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4700); 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Peraturan-Peraturan 1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); I-3

10 7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 32 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pedomen Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2013; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 60); 15. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Bekasi; 16. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 1 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 14 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bekasi Tahun (lembaran Daerah Kota Bekasi Tahun 2011 nomor 01 seri E); 17. Peraturan Walikota Nomor 23 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Bekasi Tahun I-4

11 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO KOTA BEKASI 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun Sebelumnya Pembangunan ekonomi Kota Bekasi sepanjang berdasarkan perkembangan indikator ekonomi makro menunjukkan trend meningkat dari tahun ke-tahun, yang antara lain dapat dilihat dari trend pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bekasi tahun 2010 meningkat sebesar 14,23%, yaitu dari Rp ,86 (dalam juta rupiah) pada tahun 2009 menjadi Rp ,89 (dalam juta rupiah) pada tahun Dan tahun 2011 mengalami peningkatan kembali sebesar 12,73% yaitu dari Rp ,89 (dalam juta rupiah) menjadi Rp ,00 (dalam juta rupiah) pada tahun Nilai peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan peningkatan tahun 2009 dari tahun 2008 yang mencapai 6,6%, yaitu dari Rp ,31 (dalam juta rupiah) tahun 2008 menjadi Rp ,86 (dalam juta rupiah) tahun Selanjutnya, PDRB Kota Bekasi tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan (2000) meningkat sebesar 5,84%, yaitu dari Rp ,74 (dalam juta rupiah) tahun 2009 menjadi Rp ,35 (dalam juta rupiah) tahun Dan tahun 2011 meningkat kembali sebesar 7,08% yaitu dari Rp ,35 (dalam juta rupiah) menjadi Rp ,00 (dalam juta rupiah) tahun Nilai peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan tahun 2009 dari tahun 2008 yang mencapai 4,13%, yaitu dari Rp ,20 (dalam juta rupiah) tahun 2008 menjadi Rp ,74 (dalam juta rupiah) tahun Berdasarkan kondisi sebagaimana diuraikan di atas, peningkatan PDRB Kota Bekasi tahun 2010 baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 menunjukkan nilai peningkatan relatif lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 maupun pada tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi pada tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan relatif cukup baik, meskipun implikasi krisis keuangan global masih berpengaruh terhadap penciptaan nilai tambah sektoral (lihat Tabel 2.1). Pada sektor pertanian, dampak krisis keuangan global terhadap perkembangan usaha dapat dilihat melalui transmisi jalur perdagangan domestik, dengan didasari atas adanya indikasi serapan permintaan domestik yang cenderung terus menurun. Kemudian pada sektor industri pengolahan, dapat dilihat melalui transmisi nilai tukar dan perdagangan internasional, dimana melemahnya nilai tukar rupiah mengakibatkan nilai bahan baku impor menjadi lebih mahal. II-1

12 Selanjutnya pada sektor perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi dan jasa, dampak krisis global dapat dilihat melalui transmisi pada aspek pembiayaan. Sebagai wilayah perkotaan, sektor sekunder dan tersier masih merupakan sektor yang menopang kegiatan perekonomian Kota Bekasi. Pada Tabel 2.2 disajikan gambaran PDRB Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, yang berarti nilai tambah yang tercipta dihitung berdasarkan harga yang terjadi pada tahun Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rupiah) Lapangan Usaha * 2010 ** 2011*** I. Primer 214, , , , Pertanian 214, , , , Pertambangan II. Sekunder 13,579, ,482, ,804, , Industri Pengolahan 11,765, ,344, ,499, , Listrik Gas dan Air 876, ,045, ,159, , Bangunan 936, ,091, ,146, , III. Tersier 11,625, ,780, ,398, , Perdagangan, hotel dan dan restoran 7,261, ,633, ,640, , Pengangkutan dan Komunikasi 1,933, ,362, ,676, , Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan 939, ,103, ,199, , Jasa-jasa 1,490, ,680, ,881, , PDRB 25,419, ,525, ,475, ,953, ,528, Pertumbuhan Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2012 II-2

13 Tabel 2.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Juta Rupiah) Lapangan Usaha * 2010** 2011*** I. Primer 129, , , , Pertanian 129, , , , Pertambangan II. Sekunder 7,066, ,430, ,449, ,731, Industri Pengolahan 6,112, ,388, ,344, ,539, Listrik Gas dan Air 468, , , , Bangunan 485, , , III. Tersier 6,059, ,480, ,041, ,611, Perdagangan, hotel 3,689, ,882, ,148, ,424, dan restoran 7. Pengangkutan dan komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan 525, , , , Jasa-jasa 840, , , , PDRB 13,255, ,042, ,622, ,476, ,571, Pertumbuhan Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun ,003, ,170, ,366, ,550, Struktur ekonomi Kota Bekasi sangat didominasi oleh sektor industri pengolahan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran di urutan kedua. Berdasar harga berlaku, komposisi industri pengolahan memberikan terhadap PDRB Kota Bekasi sebesar 42,89% pada tahun 2009, sebesar 42,54% pada tahun 2010 dan sebesar 42,36% pada tahun Berdasar harga konstan, komposisi sektor ini terhadap PDRB juga tinggi, yakni 43,39% pada tahun 2009, sebesar 42,30% pada tahun 2010, dan sebesar 41,44% pada tahun 2011 (seperti terlihat dalam Tabel 2.3). Besarnya kontribusi sektor ini mengindikasikan bahwa proses peningkatan nilai tambah (value added) dari hasil produksi sektor primer ke sektor sekunder dalam perekonomian Kota Bekasi telah berkembang dengan baik. Penyumbang terbesar kedua dalam perekonomian Kota Bekasi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, dengan kontribusi sebesar 30,63% pada tahun 2009, 30,81% untuk tahun 2010 dan sebesar 30,82% untuk tahun 2011 berdasar harga berlaku. Sedangkan atas dasar harga konstan, komposisi sektor ini terhadap PDRB Kota Bekasi adalah 28,37% pada tahun 2009 menjadi 28,44% untuk tahun 2010 dan sebesar 28,86 untuk tahun II-3

14 Tabel 2.3 Distribusi Persentase PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Tahun (%) LAPANGAN USAHA * ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK I Primer 0,86 0,89 0,89 0,86 0,84 0,82 1 Pertanian 0,86 0,89 0,89 0,86 0,84 0,82 2 Pertambangan II Sekunder 50,21 50,95 49,28 50,00 49,73 49,38 1 Industri Pengolahan 42,89 43,39 42,30 42,25 42,36 41,44 2 Listrik, Gas, dan Air 3,68 3,85 3,82 4,06 3,97 4,20 3 Bangunan 3,64 3,71 3,42 3,65 3,40 3,74 III Tersier 48,92 48,16 49,84 49,14 49,42 49,79 Perdagangan, Hotel dan 30,63 28,37 31,05 28,59 30,82 28,86 1 Restoran 2 Pengangkutan dan Komunikasi 8,50 9,35 8,79 10,02 8,81 10,30 Keuangan, Persewaan dan Jasa 3,81 4,08 3,81 4,18 3,86 4,25 3 Perusahaan 4 Jasa-jasa 5,98 6,36 5,91 6,39 5,93 6,38 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2012 Berdasarkan pertumbuhan dan kontribusi sektor terhadap total PDRB Kota Bekasi seperti telah diuraikan di muka, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran bisa dikategorikan sebagai sektor unggulan karena memiliki laju pertumbuhan yang cukup tinggi (lebih besar dari rata-rata pertumbuhan total PDRB) dan memberikan kontribusi terhadap total PDRB yang besar ( rata-rata 28,08%). Industri pengolahan merupakan sektor potensial karena memberikan kontribusi yang besar (lebih dari 40%), namun pertumbuhannya kecil, cenderung menurun dan lebih kecil dari rata-rata pertumbuhan total PDRB-nya. Mengingat sektor ini merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada pembentukan PDRB Kota Bekasi, maka pelambatan pertumbuhan sektor ini akan dirasakan dampaknya pada pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi. Beberapa sektor memiliki kontribusi yang tidak besar namun memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan total PDRB-nya. Yang masuk dalam kelompok sektor yang berkembang ini antara lain sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor pertanian dan sektor bangunan masuk kelompok sektor terbelakang, karena pertumbuhan dan kontribusinya terhadap total PDRB kecil. II-4

15 Trend pertumbuhan PDRB ADHK juga merupakan indikator kinerja perekonomian. Pada Gambar 2.1 disajikan trend perkembangan LPE Kota Bekasi dalam kurun waktu satu dekade (tahun ), yang menunjukkan kinerja perekonomian Kota Bekasi yang relatif fluktuatif. Sejak tahun 2001, trend perkembangan LPE Kota Bekasi menunjukkan kondisi cukup baik dengan pertumbuhan relatif moderat. Namun pada tahun seiring dengan terjadinya krisis ekonomi nasional yang berimbas pada berbagai sektor kegiatan ekonomi di tingkat regional maupun lokal --- kinerja perekonomian Kota Bekasi mengalami penurunan tingkat pertumbuhan. Kinerja perekonomian Kota Bekasi pada tahun 2008 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan yaitu hanya mencapai 5,94% atau lebih rendah dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 6,44%. Selanjutnya, kinerja perekonomian Kota Bekasi pada periode tahun 2009 kembali mengalami penurunan tingkat pertumbuhan hingga angka terendah dalam lima tahun terakhir ini, yaitu hanya mencapai 4,13%. Akan tetapi pada tahun 2010 mengalami peningkatan cukup baik yang mencapai 5,84%, dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan pertumbuhan hingga mencapai 7,08%. Gambar 2.1 Perkembangan LPE Kota Bekasi Tahun Atas Dasar Harga Berlaku 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Tahun 2013 Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian global dan nasional serta memperhatikan pertumbuhan ekonomi beberapa tahun sebelumnya, laju pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi tahun 2013 diproyeksikan sebesar 4,56% dan II-5

16 tahun 2014 sebesar 4,21%. Angka pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat maupun pertumbuhan ekonomi nasional (Tabel 2.4) Tabel 2.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahun (%) Nasional*) 6,4-6,8 6,5 6,9 Provinsi Jawa Barat*) 6,88-6,95 7,21-7,29 Kota Bekasi RPJMD1**) 3,80 3,68 RPJMD2**) 7,10 7,26 Proyeksi***) 4,56 4,21 Sumber : *) RKPD Provinsi Jawa Barat 2013 **) RKPD Kota Bekasi 2012 ***) Hasil Estimasi Untuk mewujudkan proyeksi laju pertumbuhan ekonomi tersebut, maka : Kinerja sektor unggulan yang menjadi penggerak utama pertumbuhan Kota Bekasi, yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran harus terus dipertahankan dan didorong lebih produkktif. Kinerja sektor potensial, yakni sektor industry pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan (PDRB) Kota Bekasi harus diupayakan untuk bisa tumbuh secara lebih cepat lagi, dengan mendorong investasi di sektor ini. Beberapa sektor yang berkembang, yakni sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa harus lebih didorong untuk bisa memberikan kontribusi yang lebih besar lagi terhadap PDRB Kota Bekasi. Simulasi PDRB Kota Bekasi Tahun atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi untuk sektor pengangkutan dan komunikasi, yakni 9,62% untuk tahun 2013 dan 8,78% untuk tahun Demikian juga dengan sektor listrik, gas dan air yang tumbuh sebesar 7,89 untuk tahun 2013 dan 7,02 untuk tahun Besaran masing-masing sektor dan pertumbuhannya untuk tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.5. II-6

17 Tabel 2.5 Proyeksi PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun LAPANGAN USAHA Nilai Pertumbuhan Nilai Pertumbuhan (juta Rp) (%) (juta Rp) (%) I. Primer ,77 0, ,73 0,80 1. Pertanian ,77 0, ,73 0,80 2. Pertambangan II. Sekunder ,06 2, ,35 2,51 3. Industri Pengolahan ,63 2, ,75 1,89 4. Listrik, Gas, dan Air ,23 7, ,77 7,02 5. Bangunan ,20 3, ,82 3,68 III. Tersier ,16 6, ,05 5,80 6. Perdagangan, Hotel ,94 5, ,24 4,78 dan Restoran 7. Pengangkutan dan ,62 9, ,98 8,78 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan ,34 6, ,29 5,45 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa ,25 5, ,54 5,19 PDRB ,99 4, ,13 4,21 Sumber : Hasil Estimasi Berdasarkan kontribusinya terhadap total PDRB, perekonomian Kota Bekasi tahun 2013 dan 2014 masih ditopang oleh sektor industry pengolahan yang memberi kontribusi terbesar, yakni 39,18% untuk tahun 2013 dan 38,30% untuk tahun Di urutan kedua pemberi kontribusi terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni 29,01% untuk tahun 2013 dan 29,16% untuk tahun II-7

18 Tabel 2.6 Proyeksi Kontribusi PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (%) LAPANGAN USAHA I. Primer ,74 1. Pertanian 0,77 0,74 2. Pertambangan - - II. Sekunder 47,25 46,48 1. Industri Pengolahan 39,18 38,30 2. Listrik, Gas, dan Air 4,49 4,61 3. Bangunan 3,35 3,57 III. Tersier 51,98 52,78 1. Perdagangan, Hotel dan Restoran 29,01 29,16 2. Pengangkutan dan Komunikasi 11,89 12,41 3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,37 4,42 4. Jasa-jasa 6,72 6,79 PDRB 100,00 6,79 Sumber : Hasil Estimasi Berdasarkan kondisi dan potensi perekonomian yang ada serta memperhatikan prospek perekonomian tahun 2013, maka fokus kebijakan perekonomian Kota Bekasi dalam konteks mendorong sekaligus menjamin terjadinya pertumbuhan dinamis adalah: a. Perlu adanya pemacuan laju pertumbuhan ekonomi dengan memacu sektor unggulan b. Pengendalian jumlah penduduk, penyediaan lapangan kerja serta penurunan angka kemiskinan, serta peningkatan daya beli masih tetap menjadi prioritas pada pembangunan pada kabupaten/kota yang relatif rendah tahun c. Regulasi perijinan yang probisnis (kondusif) dan membenahi permasalahan yang menghambat laju investasi dan daya saing produk. d. Peningkatan penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing daerah dan ekonomi kreatif. e. Peningkatan peran serta swasta, yang salah satunya peningkatan CSR (peningkatan pendanaan kontribusi dana CSR dan peningkatan sinergitas pembangunan). f. Melalui program Jabar mengembara, tahun 2013 harus diarahkan kepada peningkatan daya saing tenaga kerja Kota Bekasi. Selanjutnya, sesuai penjelasan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013, dalam penyusunan APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2013 perlu disesuaikan dengan prakiraan asumsi ekonomi makro untuk APBN 2013 antara lain: pertumbuhan ekonomi sebesar 7%, angka pengangguran terbuka diperkirakan turun II-8

19 menjadi 6,0%-6,4% dari jumlah angkatan kerja, dan jumlah penduduk miskin diperkirakan turun 9,5% - 10,5%. Disamping itu Pemerintah Daerah juga diminta mempertimbangkan perkiraan kondisi Keuangan Negara tahun 2013 yang akan mengalami defisit APBN sebesar 1,5% - 1,7% dari PDB. Memperhatikan bahwa asumsi pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan sekitar 7%, asumsi inflasi nasional yang diperkirakan dalam kisaran 3,5% - 5,5%, dan asumsi pertumbuhan pada RPJMD Kota Bekasi tahun menurut skenario pertumbuhan tahun 2013 maksimum sebesar 7,0% dan skenario minimum sebesar 3,9%, maka diperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi (berdasarkan tingkat PDRB-ADHK tahun 2000) tahun 2013 adalah sekitar 5.38% (lihat Tabel-2.7). Kondisi tersebut setelah mempertimbangkan adanya kondisi pertumbuhan ekonomi lokal dan regional pada tahun 2011 yang mampu menunjukkan angka pertumbuhan lebih baik dari perkiraan nilai yang diasumsikan semula. PDRB Tabel 2.7 Asumsi Pertumbuhan PDRB Atas Harga Konstan % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta Asumsi Maksimum (RPJMD) 6.50% 15,912, % 16,978, % 18,149, % 19,438, Asumsi Minimal (RPJMD) 4.30% 15,349, % 15,932, % 16,554, % 17,183, Asumsi Nasional 5.00% 6.00% 6.40% 7.00% Asumsi Pertumbuhan 5.09% 15,366, % 16,153, % 17,001, % 17,916, II-9

20 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1 Asumsi Dasar Dalam APBN Kondisi perekonomian global tahun 2013 masih dibayangi ketidakpastian, akibat krisis utang beberapa negara di Eropa, ketegangan politik di beberapa kawasan, dan tingginya harga energi. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi stabilitas keuangan global dan pemulihan ekonomi dunia yang pada gilirannya akan berpengaruh ke perekonomian nasional. Perekonomian dunia tahun 2013 diperkirakan hanya tumbuh 4,1 persen, lebih rendah dari tahun 2011 (5,3 persen) yang dapat beresiko pemulihan ekonomi yang lambat di negara-negara maju dan perlambatan ekonomi di Asia. Situasi tersebut berpotensi meningkatkan proteksi pada banyak negara serta langkah tidak sehat untuk mempertahankan pasar domestik dan ekspornya. Semua itu menuntut penguatan perekonomian domestik serta peningkatan daya saing, baik di tingkat global maupun di dalam negeri. Dalam pada itu, kemajuan pembangunan ekonomi telah mendorong harapan yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat dengan tuntutan dan aspirasi rakyat terhadap kesejahteraan semakin tinggi. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kualitas manusia, pembangunan didorong pada empat jalur (track), yaitu : pro-pertumbuhan (pro-growth), pro-lapangan kerja (pro-job), propengurangan kemiskinan (pro-poor), dan pro-lingkungan (pro-environment). Dengan kemajuan yang dicapai pada tahun 2011 dan masalah yang diperkirakan masih dihadapi hingga tahun 2012, tantangan pokok yang dihadapi pada tahun 2013 adalah : (1) mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi; (2) menjaga stabilitas ekonomi; dan mempercepat pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Berdasarkan kinerja yang telah dicapai, potensi yang dimiliki, tantangan dan masalah yang dihadapi, serta keinginan untuk mencapai sasaran RPJMN yaitu Mewujudkan Indonesia yang Demokratis, Sejahtera dan Berkeadilan, maka tema RKP tahun 2013 adalah Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat. Tema RKP 2013 tersebut dituangkan lebih lanjut dalam 11 Prioritas Nasional, yaitu (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) III-1

21 Penanggulangan Kemiskinan; (5) Ketahanan; (6) Infrastruktur; (7) Iklim Investasi; (8) Energi; (9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana; (10) daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca-Konflik; (11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi; dan 3 Prioritas lainnya, yaitu (12) Bidang Politik, Hukum dan Keamanan lainnya; (13) Bidang Perekonomian lainnya; dan (14) Bidang Kesejahteraan Rakyat lainnya. Berdasar tema RKP 2013 dan mempertimbangkan kapasitas sumberdaya yang dimiliki, fokus dari 11 Prioritas Nasional dan 3 Prioritas lainnya ditekankan kepada penanganan isu-isu strategis sebagai berikut : (1) Peningkatan daya saing; (2) Peningkatan daya tahan ekonomi; (3) Peningkatan dan perluasan kesejahteraan rakyat; dan (4) Pemantapan stabilitas sosial politik. Sebelum disahkan menjadi Perpres, penyusunan RKP Tahun 2013 dibahas secara mendalam melalui rangkaian Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2012 yang prosesnya dimulai sejak tahap musyawarah desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat sejak awal tahun Di tingkat pusat, pembahasan rancangan RKP Tahun 2013 melalui sejumlah tahap, mulai dari Pra-Musrenbangnas, Musrenbangnas, sampai dengan Pasca- Musrenbangnas. RKP Tahun 2013 juga disusun dengan memperhatikan rekomendasi dari forum konsultasi publik yang melibatkan partisipasi aktif dari organisasi masyarakat sipil. Rekomendasi yang telah diakomodasi di antaranya: memperbesar akses masyarakat miskin pada program-program penanggulangan kemiskinan, pengembangan pangan lokal sebagai pengganti beras, dan penyediaan mekanisme layanan pengaduan bagi pengentasan kemiskinan. Sejalan dengan itu semua, beberapa asumsi dasar yang yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) Tahun 2013 yang dipandang akan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2013 antara lain adalah : (a) Suku bunga acuan yang digunakan dalam APBN adalah Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dengan tenor 3 (tiga) bulan dan suku bunga berkisar 4,5%-5,5%. (b) Pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2013 diperkirakan sebesar 6,8% - 7,2%, yang berarti lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan tahun 2012 yang besarnya 6,5%. (c) Stabilitas ekonomi makro dijaga dengan laju inflasi nasional diasumsikan berada pada level 4,5%-5,5% atau lebih rendah dari asumsi tahun 2012 yang III-2

22 sebesar 6,8%; nilai tukar rupiah antara Rp8.700-Rp9.300 per dollar Amerika Serikat ; dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) diasumsikan besarannya antara US$100-US$120 per barrel dengan lifting minyak berkisar antara ribu barrel per hari. (d) Perekonomian dunia diperkirakan akan lebih baik dibanding tahun 2013, dengan asumsi perekonomian Eropa yang mulai membaik dan berangsur pulihnya ekonomi Amerika Serikat. Namun, masih terdapat risiko global yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional, yakni (i) krisis utang Eropa terus berlanjut dan lambatnya pemulihan ekonomi Amerika Serikat; (ii) krisis politik di beberapa kawasan dunia; dan (iii) meningkatnya perubahan iklim global. (e) Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 didorong dengan upaya meningkatkan investasi, menjaga ekspor nonmigas, serta memberi dorongan fiskal dalam batas kemampuan keuangan negara dengan mempertajam belanja negara. Peran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi makin besar. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pembiayaan investasi menjadikan peran masyarakat termasuk swasta menjadi sangat penting. 3.2 Laju Inflasi Inflasi umum di Kota Bekasi dapat dilihat dari pergerakan IHK Tahun Kalender pada bulan Desember Pergerakan IHK tersebut menggambarkan perubahan harga selama tahun Nilai inflasi umum Kota Bekasi tahun 2010 adalah 7.88 persen. Artinya telah terjadi kenaikan harga-harga secara umum dari tahun 2009 sebesar 7.88 persen. Secara umum, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa. Berdasarkan kelompok pengeluaran, terdapat tujuh kelompok yang menjadi obyek penghitungan inflasi, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan baker, kelompok sandang, kelompok kesehatan, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. a. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan sering kali menjadi pemuci terjadinya inflasi di Kota Bekasi. Pada kelompok ini terdapat beberapa sub kelompok, yaitu padi-padian; ikan diawetkan; telur, susu dan hasil-hasilnya; buah-buahan dan bahan makanan lainnya, juga terdapat sub kelompok daging dan hasil-hasilnya; ikan III-3

23 segar; umbi-umbian dan hasilnya; daging dan hasil-hasilnya; ikan segar; sayursayuran; kacang-kacangan; bumbu-bumbuan; lemak dan minyak. Dalam tiga tahun terakhir, kelompok makanan di Kota Bekasi terus mengalami inflasi. Angka tertinggi terjadi pada tahun 2010, ketika itu menunjukan angka 16,55%. Padahal di tahun sebelumnya (2009) hanya mencapai 2,86% saja. Kondisi di tahun 2010 ini sangat berdampak terhadap masyarakat kecil, karena daya beli yang terus melemah. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi terjadi pada sub kelompok padi-padian dan sub kelompok telur, susu dan hasilhasilnya. b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Sepanjang tahun 2010 kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Kota Bekasi memberi andil inflasi sebesar 10,08%. Inflasi dominan terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Sementara di tahun 2009, kelompok ini hanya memberikan andil sebesar 6,86% saja. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol adalah air kemasan 0,1224 dan gula pasir 0,0603. Sedangkan untuk sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sumbangan inflasi yang dominan ada pada komoditas rokok kretek filter sebesar 0,0679 persen. c. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mempunyai sumbangan pada inflasi sebesar 3,57 persen di tahun Sementara ditahun sebelumnya kelompok ini mengalami deflasi sebesar -0,29 persen. Pada kelompok ini, sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi sebesar 0,59 persen, dan sub kelompok perlengkapan rumahtangga mengalami inflasi sebesar 0,24 persen. Sedangkan sub kelompok penyelenggaraan rumahtangga mengalami deflasi sebesar 0,27 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada sub kelompok biaya tempat tinggal adalah tukang bukan mandor 0,0618 persen, cat tembok 0,0090 persen, batu bata 0,0021 persen, dan genteng 0,0011 persen. Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan deflasi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga adalah sabun detergen bubuk 0,0108 persen. d. Kelompok Sandang Sumbangan inflasi yang cukup besar terjadi juga pada kelompok sandang di tahun 2010 yang mencapai 12,16 persen. Pada kelompok ini inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mengalami III-4

24 inflasi sebesar 5,35 persen. Sedangkan sub kelompok sandang anak-anak mengalami perubahan inflasi terendah sebesar 0,74 persen. Tahun 2009 kelompok ini hanya menyumbang inflasi sebesar 5,49 persen saja. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya adalah emas perhiasan 45sebesar 0,0335. Sedangkan pada sub kelompok sandang pria dan sub kelompok sandang wanita komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar adalah sandal kulit masingmasing sebesar 0,0068 persen dan 0,0060 persen. Untuk sub kelompok sandang anak-anak komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar adalah sepatu sebesar 0,0051 persen. e. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan merupakan kelompok yang sangat kecil perubahannya jika dilihat antar tahun. Jika di tahun 2010 mempunyai sumbangan inflasi sebesar 3,97 persen, maka di tahun 2009 kelompok ini hanya menyumbang 3,64 persen, Sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,77 persen. Sedangkan sub kelompok obat-obatan mengalami inflasi tertinggi kedua sebesar 0,66 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika adalah shampoo 0,0101 persen. Sedangkan untuk sub kelompok obat-obatan komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah obat gosok 0,0015 persen. f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok ini mempunyai sumbangan inflasi sebesar 0,79 persen di tahun 2010 dan sebesar 3,56 persen ditahun Sub kelompok olahraga mengalami inflasi tertinggi sebesar 3,04 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada sub kelompok olahraga adalah sepatu olahraga pria sebesar 0,0023 persen. g. Kelompok Transport, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok ini mempunyai sumbangan deflasi sebesar -3,05 persen untuk tahun 2009, dan mengalami inflasi di tahun 2010 sebesar 1,34 persen. Sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok transport sebesar 0,01 persen dimana komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada sub kelompok tersebut adalah bahan pelumas/olie sebesar 0,0006 persen. Selama periode tingkat inflasi Kota Bekasi mengalami fluktuasi. Pada periode ini, laju inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2010, yakni sebesar 10,10%. III-5

25 Sedangkan laju inflasi terendah dicapai pada tahun 2009 yakni sebesar 1,93%. Tahun 2010 laju inflasi kembali merambat naik menjadi 7,88%. Tahun 2011 laju inflasi turun menjadi 3,45%. 3.3 Pertumbuhan PDRB (Migas dan Non Migas); Pertumbuhan PDRB Kota Bekasi Atas Dasar Harga Berlaku selama periode berfluktuasi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 16,15%. Tingginya pertumbuhan PDRB pada tahun 2008 ini disumbang oleh tingginya pertumbuhan di semua sektor, dengan tingkat pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertanian (22,27%) dan disusul sektor pengangkutan dan komunikasi (22,22%). Pada tahun 2009 pertumbuhan PDRB Kota Bekasi Atas Dasar Harga Berlaku mengalami perlambatan dan hanya tumbuh sebesar 6,60%. Perlambatan ini merupakan dampak dari krisis keuangan di beberapa negara maju yang menyebabkan turunnya pertumbuhan semua sektor. Pertumbuhan sektor industri pengolahan turun dari 13,42% pada 2008 menjadi 1,16% pada Penurunan pertumbuhan sektor ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB secara keseluruhan, karena sektor industri pengolahan ini merupakan penyumbang terbesar PDRB Kota Bekasi. Seiring membaiknya kondisi perekonomian global, pertumbuhan PDRB Kota Bekasi Atas Dasar Harga Berlaku kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 14,23.%. Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan yang meningkat secara berarti. Hanya sektor bangunan saja yang pertumbuhannya tidak terlalu besar yakni dari 4,99% pada 2009 menjadi 6,30% pada Sedangkan yang tumbuh paling tinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih yakni sebesar 19,86%. Pada tahun 2011 PDRB Kota Bekasi Atas Dasar Harga Berlaku masih bisa tumbuh sebesar 12,73%. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2011 ini didapat dari sektor pengangkutan dan komunikasi yang berpotensi tumbuh sebesar 12,80%, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 12,31%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 11,48%. Sedangkan sektor industri pengolahan yang menjadi penyumbang terbesar PDRB Kota Bekasi pertumbuhannya pada tahun 2011 berpotensi paling kecil yakni sebesar 7,69%. Kecenderungan perlambatan pertumbuhan PDRB Kota Bekasi selama lima tahun terakhir dan ketidakpastian kondisi perekonomian global terkait krisis keuangan di beberapa negara Eropa, harga energi yang melonjak tinggi dan ketidakstabilan III-6

26 politik di beberapa kawasan dunia berpotensi menyebabkan turunnya pertumbuhan PDRB Kota Bekasi tahun Demikian pula PDRB Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi. Pertumbuhan PDRB terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu hanya sebesar 4,13%. Perlambatan pertumbuhan PDRB Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan pada tahun 2009 terkait dengan dampak krisis keuangan beberapa negara maju pada tahun Pada tahun 2009 ini sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan negatif (-0,69%). Dalam periode , pertumbuhan sektor industri pengolahan menempati yang terendah setelah sektor pertanian. Perkembangan PDRB Kota Bekasi, baik Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Harga Konstan secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2 di bawah ini. Tabel 3.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rupiah) Lapangan Usaha * 2010 ** 2011*** I. Primer 214, , , , Pertanian 214, , , , Pertambangan II. Sekunder 13,579, ,482, ,804, , Industri Pengolahan 11,765, ,344, ,499, , Listrik Gas dan Air 876, ,045, ,159, , Bangunan 936, ,091, ,146, , III. Tersier 11,625, ,780, ,398, , Perdagangan, hotel dan dan restoran 7,261, ,633, ,640, , Pengangkutan dan Komunikasi 1,933, ,362, ,676, , Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan 939, ,103, ,199, , Jasa-jasa 1,490, ,680, ,881, , PDRB 25,419, ,525, ,475, ,953, ,528, Pertumbuhan Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2012 III-7

27 Tabel 3.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Juta Rupiah) Lapangan Usaha * 2010** 2011*** I. Primer 129, , , , Pertanian 129, , , , Pertambangan II. Sekunder 7,066, ,430, ,449, ,731, Industri Pengolahan 6,112, ,388, ,344, ,539, Listrik Gas dan Air 468, , , , Bangunan 485, , , III. Tersier 6,059, ,480, ,041, ,611, Perdagangan, hotel 3,689, ,882, ,148, ,424, dan restoran 7. Pengangkutan dan komunikasi 1,003, ,170, ,366, ,550, Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan 525, , , , Jasa-jasa 840, , , , PDRB 13,255, ,042, ,622, ,476, ,571, Pertumbuhan Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun Asumsi Lainnya Beberapa asumsi lain dalam lingkup perencanaan pembangunan di Kota Bekasi yang merupakan pertimbangan pokok dalam perumusan dan penyusunan program prioritas pembangunan tahun 2013 antara lain adalah sebagai berikut: (1) Sampai dengan TA 2011 penyelenggaraan pendidikan bebas biaya telah dilaksanakan secara tuntas hingga tingkat SD dan SMP (program pendidikan dasar, melalui wajib belajar 9 tahun) pada SD Negeri dan SMP Negeri. Disamping itu pemberian subsidi diberikan kepada SD Swasta/MI/Salafiyah dan SDLB. Selanjutnya, pada TA 2013 penyelenggaraan pendidikan bebas biaya ditargetkan hingga tingkat SMA (program pendidikan menengah, melalui wajib belajar 12 tahun), yang dilakukan secara bertahap dalam bentuk subsidi biaya pendidikan kepada SMAN/SMKN dan SMA/SMK Swasta; (2) Pembiayaan subsidi Operasional Pendidikan, lanjutan pembangunan Gedunggedung Sekolah, penambahan unit-unit kelas baru dan rehabilitasi ruang kelas SD dan SLTP / SLTA serta sarana dan prasarana penunjang kegiatan pendidikan, yang diorientasikan pada upaya pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan mutu proses belajar sekaligus menjaga kesinambungan penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun serta merintis Wajib Belajar Pendidikan Menengah Dua belas tahun; III-8

28 (3) Pembiayaan subsidi Operasional Pelayanan Kesehatan, lanjutan pembangunan Gedung Puskesmas/Pustu Polindes Kesehatan, dan prasarana-sarana penunjang pelayanan kesehatan lainnya, yang diorientasikan pada upaya pemerataan pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan serta penyediaan jaminan pelayanan kesehatan terutama bagi penduduk miskin; (4) Pengembangan kelembagaan, prasarana dan sarana, serta mekanisme penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat melalui investasi (penyertaan modal pemerintah) dan kerja sama dengan Badan Layanan Umum Daerah (RSUD) maupun lembaga kesehatan swasta lainnya melalui penyelenggaraan jaminan sosial pelayanan kesehatan; (5) Pembangunan dan/atau rehabilitasi infrastruktur jaringan jalan, termasuk prasarana dan sarana transportasi perkotaan, untuk meningkatkan mobilitas arus barang dan produktivitas kegiatan perdagangan jasa yang menunjang pertumbuhan ekonomi kerakyatan, ekonomi lokal dan ekonomi regional; (6) Pengembangan, pembangunan dan/atau rehabilitasi pusat-pusat perdagangan dan industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dalam skala mikro, kecil dan menengah maupun pengembangan serta pemberdayaan Koperasi; (7) Selaras dengan arahan dalam RKP TA 2013, diperlukan upaya pengembangan program pembangunan daerah yang diorientasikan pada upaya percepatan pengurangan kemiskinan, keterbelakangan dan keterpencilan melalui: (i) program bantuan sosial berbasis keluarga; (ii) program pemberdayaan masyarakat; (iii) program pemberdayaan usaha kecil dan mikro. ; dan (iv) program pro rakyat; (8) Pelaksanaan penataan organisasi dan sumber daya aparatur, termasuk dengan antisipasi realisasi kenaikan gaji PNS (10%), accress gaji PNS (2,5%), pengangkatan CPNSD dari formasi pegawai tahun 2012 dari tenaga magang, honorer, sukwan dll sebanyak 230 orang, perpindahan PNSD dari luar Pemda Kota Bekasi sebanyak 60 orang, peningkatan status dari CPNSD TA 2011 menjadi PNS sebanyak 148 orang, dan ditambahkan jumlah untuk kenaikan tunjangan beras dari TMT 1 Maret (9) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : III-9

29 o Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, pemerintah daerah secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari belanja daerah, sesuai amanat peraturan perundang-undangan, termasuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bersumber dari APBD. o Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, pemerintah daerah secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10 persen dari total belanja APBD di luar gaji, sesuai amanat Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. o Pemerintah Daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 dengan kebijakan nasional, antara lain Program pencapaian MDGs, Program Penguatan Penyusunan dan Pendayagunaan Profil Desa dan Kelurahan sebagai salah satu strategi pembangunan desa dan kelurahan serta Program penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) berbasis NIK secara nasional. III-10

30 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1 Pendapatan Daerah Dalam konteks keuangan daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan Daerah adalah hak-hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, yang didapat dari sumber penerimaan internal maupun eksternal pemerintah daerah. Sumber penerimaan pendapatan daerah secara garis besar mencakup pendapatan asli daerah, pendapatan dari dana perimbangan pusat-daerah, dan lain-lain sumber pendapatan yang sah. Pendapatan daerah dari sumber pendapatan asli daerah didapat dari penerimaan pajak-pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan sumber pendapatan asli daerah lainnya yang yang sah. Kemudian pendapatan daerah dari sumber dana perimbangan didapat dari bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus yang mana kebijakan penetapannya merupakan kewenangan Pemerintah (pusat). Selanjutnya, untuk pendapatan dari sumber lain-lain pendapatan daerah yang sah didapat dari penerimaan dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian / otonomi khusus, bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya, dan dana penguatan desentralisasi fiskal dan percepatan pembangunan daerah. Sejalan dengan proses dan mekanisme perencanaan pembangunan daerah --- baik perencanaan tahunan, jangka menengah, maupun jangka panjang, aspek keuangan daerah merupakan bagian yang menjadi pertimbangan pokok dalam perencanaan. Hal tersebut berkaitan erat dengan penetapan rencana program / kegiatan yang akan ditetapkan sebagai prioritas untuk dilaksanakan pada setiap tahun anggaran. Daya dukung aspek keuangan daerah sangat berpengaruh penting terhadap probabilitas maupun prospek keberhasilan pelaksanaan program / kegiatan yang ditetapkan. Oleh karenanya pendapatan daerah --- khususnya konteks pendapatan asli daerah (sendiri) --- menjadi tolok ukur dalam menetapkan tingkat kemampuan fiskal daerah Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Kebijakan anggaran pendapatan tahun 2013 sebagaimana telah digariskan dalam RPJMD Kota Bekasi adalah Peningkatan Pendapatan Daerah melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat, disertai dengan tertib IV-1

31 administrasi pungutan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan uraian sebagai berikut: 1) Sumber penerimaan pendapatan khususnya Pajak dan Restribusi Daerah diupayakan optimal dari segi hasil (yield) berdasarkan azas keadilan (equity), memperhatikan efisiensi ekonomi, kemampuan melaksanakan (ability to implement) dan kecocokan sebagai sumber Penerimaan Daerah (suitability as local revenue source). Lebih lanjut pengadministrasian penerimaan pendapatan daerah meliputi upaya Pajak (tax effort) yaitu antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau kemampuan bayar pajak (PDRB), hasil guna (eficiency) yaitu mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak. 2) Hasil guna menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak yaitu menentukan wajib pajak, menetapkan nilai kena pajak, memungut pajak, menegaskan sistem pajak, dan membukukan penerimaan. Dalam usaha mencapai efesiensi ini, tiga faktor yang mengancam yang patut diperhatikan adalah penghindaran pajak oleh wajib pajak, kolusi antara wajib pajak dengan petugas pajak, dan penipuan oleh petugas pajak. Daya guna mengukur bagian dari hasil pajak digunakan untuk menutup biaya memungut pajak yang bersangkutan. 3) Penyusunan kebijakan bidang pendapatan daerah antara lain memperhatikan faktor yang mempengaruhi potensi sumber penerimaan daerah yaitu kondisi awal daerah, peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan, perkembangan PDRB per kapita riil, pertumbuhan penduduk, tingkat inflasi, penyesuaian tarif, pembangunan fasilitas baru, sumber pendapatan baru, dan perubahan peraturan dan perundang-undangan. 4) Rencana Tindak Peningkatan Pendapatan Daerah (Local Government Revenue Improvement Action Plan) adalah program terencana dan terpadu untuk: a). mencapai sasaran penerimaan daerah yang sesuai dengan potensi yang ada, dan b). mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi pada sumber-sumber penerimaan daerah. Dari kedua tujuan diatas, jelas bahwa rencana peningkatan daerah ini merupakan program yang bersifat self-corrected. Hal ini berarti, selain untuk mencapai sasaran penerimaan daerah yang sesuai dengan potensi yang ada (yang realistis), program terpadu ini juga ditujukan untuk merekomendasikan revisi pada Peraturan Daerah untuk mengantisipasi perubahan-perubahan. 5) Pengalihan wewenang pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) kepada Pemerintah Kota Bekasi mulai tahun 2013, perlu dipersiapkan secara matang, IV-2

32 baik yang menyangkut masalah sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, maupun basis datanya, sehingga proses peralihan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Arah kebijakan yang perlu diambil dalam melaksanakan upaya-upaya peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat perlu disertai dengan tertib administrasi pungutan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pula peningkatan kualitas pelayanan kepada publik dilaksanakan secara profesional melalui peningkatan kompetensi aparatur daerah kualitas kinerja layanan lembaga serta penyederhanaan prosedur pengelolaan pendapatan daerah menuju terpenuhinya kepuasan pelayanan publik Target Pendapatan Daerah Tahun 2013 Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan hasil analisis potensi sumber-sumber pendapatan, target pendapatan TA 2013 dalam RPJMD Kota Bekasi, realisasi penerimaan pendapatan TA 2011 dan target penerimaan pendapatan TA 2012, maka penerimaan pendapatan daerah TA 2013 direncanakan mencapai Rp ,00. Perencanaan sedemikian menunjukkan bahwa Pendapatan Daerah pada TA 2013 diperhitungkan akan meningkat sekitar 5,79% dibandingkan rencana pendapatan TA 2012, dan lebih tinggi sekitar 72,38% dari target penerimaan pendapatan yang direncanakan dalam RPJMD Jumlah penerimaan pendapatan terbesar pada TA 2013 berasal dari sumber Dana Perimbangan diperhitungkan sebesar Rp ,00 (sekitar 42,65% dari total target penerimaan pendapatan). Sementara itu, penerimaan dari sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) diperhitungkan sebesar Rp ,00 (sekitar 29,45% dari total target penerimaan pendapatan) dan dari sumber Lain-lain Pendapatan yang Sah diperhitungkan sebesar Rp ,00 (sekitar 27,90% dari total target penerimaan pendapatan). Pada Tabel 4.1 disajikan rangkuman perkiraan pendapatan daerah pada TA 2013, termasuk komposisi kontribusi dan perkiraan pertumbuhannya dari rencana pada tahun sebelumnya (TA 2012). Selanjutnya, pada Tabel 4.2 disajikan gambaran perbandingan penerimaan pendapatan antara target penerimaan pendapatan pada IV-3

33 TA 2012, target pendapatan daerah yang diproyeksikan dalam RPJMD Kota Bekasi untuk TA 2013, dan perkiraan target penerimaan pendapatan pada TA Tabel 4.1 Perkiraan Pendapatan Daerah Kota Bekasi Tahun 2013 Sumber Pendapatan Daerah Perkiraan Pendapatan TA 2013 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 830,331,743, % kontribusi 29.45% pertumbuhan per-tahun (dari TA 2012) 27.75% Dana Perimbangan 1,202,503,267, % kontribusi 42.65% pertumbuhan per-tahun (dari TA 2012) 3.48% Lain2 Pendapatan Daerah yg Sah 786,669,935, % kontribusi 27.90% pertumbuhan per-tahun (dari TA 2012) -7.79% Jumlah 2,819,504,947, pertumbuhan per-tahun 5.79% Sumber : Diolah kembali dari data Dispenda dan BPKAD, Nopember 2012 (analisis) Tabel 4.2 Perbandingan Antara Pendapatan Daerah Kota Bekasi Tahun 2012, Target RPJMD Tahun 2013 dan Perkiraan Pendapatan Daerah Tahun 2013 Sumber Pendapatan Daerah Pendapatan Pendapatan Perkiraan Tahun 2012 Tahun 2013 Pendapatan (on going progress) Target RPJMD Tahun 2013 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 649,957,039, ,577,090, ,331,743, % kontribusi 24.39% 18.44% 29.45% Dana Perimbangan 1,162,038,022, ,016,062,960, ,202,503,267, % kontribusi 43.60% 62.12% 42.65% Lain2 Pendapatan Daerah yg Sah 853,105,299, ,946,140, ,669,935, % kontribusi 32.01% 19.44% 27.90% Jumlah 2,665,100,361, ,635,586,190, ,819,504,947, pertumbuhan per-tahun 24.31% 5.79% Sumber : Diolah kembali dari data Dispenda dan BPKAD, Nopember 2012 (analisis) Jumlah penerimaan pendapatan berpotensi untuk mengalami peningkatan sebesar 5,79% atau sekitar Rp. 154,404,585, dari perkiraan penerimaan pendapatan yang ditargetkan pada tahun anggaran sebelumnya (TA 2012). Potensi peningkatan tersebut diperkirakan akan didapat dari kontribusi jumlah penerimaan pada pos Pendapatan Asli Daerah yang meningkat sebesar 27,75% atau sekitar Rp. IV-4

34 180,374,704,013.00, sedangkan pada pos Dana Perimbangan diperkirakan meningkat sebesar 3,48% atau sekitar Rp. 40,465,245, dan pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah diperkirakan menurun sebesar -7,79% atau sekitar Rp. (66,435,364,205.00). Penjelasan mengenai peningkatan dan penurunan jumlah penerimaan pendapatan daerah dari masing-masing sumber pendapatan tersebut secara garis besar adalah seperti diuraikan di bawah ini. (a) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jenis PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah yang sah lainnya. Perkembangan realisasi penerimaan PAD Kota Bekasi menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Jika pada tahun 2010 PAD Kota Bekasi mencapai Rp 310,210,590, meningkat menjadi Rp 649,957,039, pada tahun 2012, atau tumbuh rata-rata sebesar 19,52% per tahun. Pertumbuhan PAD yang tinggi ini terutama ditopang oleh pertumbuhan positif pajak daerah serta pengalihan pajak pusat yang semula masuk kedalam dana perimbangan masuk ke dalam pajak daerah (PAD), lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah juga mengalami peningkatan dari 16,53% pada 2009 menjadi 18,45% pada 2010 dan meningkat menjadi 23,28% pada 2011 serta meningkat lagi menjadi 24,39% pada Dengan demikian kontribusi rata-rata PAD terhadap pendapatan daerah meningkat sebesar 20,66%. Penerimaan pendapatan yang berasal dari PAD tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan trend peningkatan (lihat Gambar 4.1), dan pada tahun 2013 pun penerimaan dari sumber PAD direncanakan akan mengalami peningkatan. Sumber penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar dan konsisten dalam pembentukkan PAD adalah dari sumber pendapatan pajak daerah. Sementara itu, komponen sumber pendapatan lainnya, yaitu: (i) hasil retribusi daerah, mengalami penurunan mulai tahun 2009, yang disebabkan oleh pemberlakuan sejumlah kebijakan daerah terkait dengan pelayanan publik; (ii) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, menunjukkan trend peningkatan relatif moderat namun mempunyai nilai kontribusi terkecil dibandingkan sumber pendapatan lainnya; dan (iii) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, menunjukkan peningkatan cukup signifikan pada tahun 2010 dan selanjutnya meningkat relatif moderat. IV-5

35 Gambar 4.1 Trend Penerimaan PAD (dalam juta rupiah) Penerimaan pendapatan dari sumber PAD diharapkan mampu memberi kontribusi sebesar Rp ,00 atau sekitar 29,45% dari jumlah rencana anggaran pendapatan. Penerimaan tersebut direncanakan berasal dari pos-pos sebagai berikut: (i) Pajak Daerah sebesar Rp ,00 yang terdiri dari Pajak Hotel sebesar Rp ,00, Pajak Restoran sebesar Rp ,00, Pajak Hiburan sebesar Rp ,00, Pajak Reklame sebesar Rp ,00, Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp ,00, Pajak Parkir sebesar Rp ,00, Pajak Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar Rp ,00, Pajak Air Tanah sebesar Rp ,00, dan Pajak Bumi Bangunan sebesar Rp ,00; (ii) Retribusi Daerah sebesar Rp ,00 yang terdiri atas penerimaan dari Retribusi Jasa Umum sebesar Rp ,00 (terbagi atas retribusi Pelayanan Kesehatan Rp ,00, retribusi Pelayanan Persampahan sebesar Rp ,00, retribusi Penggantian Biaya KTP dan akte catatan sipil sebesar Rp ,00, retribusi Pelayanan Pemakaman & Pengabuan Mayat sebesar Rp ,00, retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum sebesar Rp ,00, retribusi Pelayanan Pasar sebesar Rp ,00, retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebesar Rp ,00, retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam sebesar Rp ,00, dan retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus sebesar Rp ,00), penerimaan dari Retribusi Jasa Usaha sebesar Rp. IV-6

36 ,00 (terbagi atas retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Rp ,00, retribusi Terminal Rp ,00, dan retribusi Rumah Potong Hewan Rp ,00), dan penerimaan dari Retribusi Perijinan Tertentu sebesar Rp ,00 (terbagi atas retribusi Izin Mendirikan Bangunan sebesar Rp ,00, retribusi Izin Gangguan/Keramaian sebesar Rp ,00, retribusi Izin Trayek sebesar Rp ,00); (iii) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp ,00, yang terdiri dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Patriot sebesar Rp ,00, Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten dan Kota Bekasi sebesar Rp ,00, BPR Syariah sebesar Rp ,00, dan PT. Bank Jabar sebesar Rp ,00; dan (iv) Lainlain PAD yang Sah sebesar Rp ,00, yang terdiri dari Penerimaan Jasa Giro sebesar Rp ,00, Penerimaan Bunga Deposito Rp ,00, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Asuransi Kesehatan sebesar Rp ,00, pendapatan PAD lainnya sebesar Rp ,00 ( diantaranya dari Kompensasi TPA Bantar Gebang sebesar Rp ,00 dan pendapatan dari PAD lainnya sebesar Rp ,00), Pendapatan dari BLUD RSUD sebesar Rp ,00. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa prospek peningkatan target penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditunjang oleh adanya potensi peningkatan penerimaan pendapatan dari pos Pendapatan Pajak Daerah (naik sebesar 41,06% atau sekitar Rp. 184,482,573,100.00), pos Hasil Retribusi Daerah (naik sebesar 10,49% atau sekitar Rp. 4,365,999,340.00), pos Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (naik sebesar 14,67% atau sekitar Rp. 1,212,541,990.00), sedangkan pada pos Lain-lain PAD yang Sah mengalami penurunan (turun sebesar 6,43% atau sekitar Rp. (9,686,410,417.00)). (b) Dana Perimbangan Penerimaan pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan trend relatif fluktuatif, mengingat penetapan nilai dan besarannya merupakan kewenangan Pemerintah (lihat Gambar 4.2). Pada tahun 2013 penerimaan dari Dana Perimbangan diperkirakan akan meningkat relatif moderat sebesar 3,48% atau sekitar Rp. 40,465,245, yang dikontribusikan oleh: (i) bagi hasil pajak / bagi hasil bukan pajak, menurun sebesar -40,64% atau sekitar Rp. (78,780,748,589.00); (ii) dana alokasi umum, IV-7

37 meningkat sebesar 12,41% atau sekitar Rp. 116,030,654,000.00; dan (iii) dana alokasi khusus meningkat sebesar 9,75% atau sekitar Rp. 3,215,340, Gambar 4.2 Trend Penerimaan Dana Perimbangan (dalam juta rupiah) Dana Perimbangan diharapkan mampu memberi kontribusi sebesar Rp ,00 atau sekitar 42,65% dari jumlah rencana anggaran pendapatan. Penerimaan tersebut direncanakan berasal dari pos-pos sebagai berikut: (i) bagi hasil pajak sebesar Rp ,00 yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak sebesar Rp ,00 (terbagi atas penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp ,00, Pajak Penghasilan / PPh Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebesar Rp ,00, bagi hasil cukai tembakau sebesar Rp ), bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam sebesar Rp ,00 (terbagi atas penerimaan bagi hasil iuran hak pengusaha hutan sebesar Rp ,00, bagi hasil iuran eksplorasi dan eksploitasi (royalty) Rp ,00, bagi hasil pungutan perikanan Rp ,00, bagi hasil pertambangan minyak bumi sebesar Rp ,00, bagi hasil pertambangan gas bumi sebesar Rp ,00, bagi hasil pertambangan panas bumi sebesar Rp ,00, bagi hasil pajak hasil hutan sebesar Rp ,00, bagi hasil kemetrologian sebesar Rp ,00); (ii) Dana Alokasi Umum sebesar Rp ,00; dan (iii) Dana Alokasi Khusus sebesar Rp ,00, Sesuai surat dari Kementerian Keuangan RI Direktorat IV-8

38 Jenderal Perimbangan Keuangan Nomor :S-83/PK/2012 tanggal 24 Oktober 2012 tentang Pemberitahuan Alokasi Dana Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran (c) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Penerimaan pendapatan yang berasal dari Lain-lain Pendapatan yang Sah tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan trend terus meningkat secara signifikan (lihat Gambar 4.3). Pada TA 2013 penerimaan dari sumber Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah diperkirakan menurun 7,79% atau sekitar Rp. (66,435,364,205.00). Target pendapatan dari bagian Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah untuk TA 2013 berasal dari (a) Target pendapatan dari Dana Bagi Hasil Pajak dengan Provinsi Jawa Barat didasarkan pada alokasi bagi hasil Tahun Anggaran 2012 dengan memperhatikan realisasi bagi hasil TA 2012 diperkirakan meningkat sangat signifikan yaitu sekitar Rp. 486,912,602,340.00; (b) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, menurun cukup signifikan yaitu 67,73% atau sekitar Rp. (366,290,843,545.00); dan (c) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya menurun 30,10% atau sekitar Rp. (52,540,486,140.00). Target pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan. Dalam hal penetapan APBD penerima bantuan mendahului penetapan APBD pemberi bantuan, maka penganggaran bantuan keuangan dimaksud dilakukan dengan cara terlebih dahulu melakukan perubahan Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD tahun Anggaran IV-9

39 Gambar 4.3 Trend Penerimaan Lain-lain Pendapatan yang Sah (dalam juta rupiah) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah diharapkan mampu memberi kontribusi sebesar Rp ,00 atau sebesar 27,90% dari jumlah rencana pendapatan. Penerimaan tersebut direncanakan diperoleh dari pos-pos sebagai berikut: (i) Dana Bagi hasil pajak dari provinsi sebesar Rp ,00, yang terdiri dari bagi hasil pajak kendaran bermotor sebesar Rp ,00, bagi hasil bea balik nama kendaraan bermotor sebesar Rp ,00, bagi hasil pajak bahan bakar kendaraan bermotor sebesar Rp ,00, bagi hasil pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan sebesar Rp ,00; dan bagi hasil retribusi dari kemetrologian sebesar Rp ,00; (ii) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang dialokasikan untuk Tambahan Penghasilan Guru PNSD dan Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD yang bersumber dari Pusat sebesar Rp ,00; dan (iii) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya direncanakan berasal dari bantuan keuangan provinsi Jawa Barat sebesar Rp ,00. IV-10

40 4.1.3 Upaya-upaya Pencapaian Target Pendapatan Arah kebijakan yang perlu diambil dalam melaksanakan upaya-upaya peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat perlu disertai dengan tertib administrasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pula peningkatan kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan secara profesional melalui peningkatan kompetensi aparatur daerah, kualitas kinerja layanan lembaga serta penyederhanaan prosedur pengelolaan pendapatan daerah menuju terpenuhinya kepuasan pelayanan publik. Dalam upaya peningkatan pendapatan daerah yang berorientasi pada kepuasan pelayanan publik, maka strategi kebijakan di bidang pendapatan untuk periode 2013 diarahkan pada upaya sebagai berikut : 1) Penggalian potensi Pendapatan Daerah; 2) Peningkatan partisipasi publik (swasta dan masyarakat) dalam pendapatan daerah; 3) Peningkatan kualitas aparatur pendapatan daerah; 4) Optimalisasi sistem organisasi dan kelembagaan pendapatan daerah; 5) Peningkatan keterlibatan seluruh stakeholder pendapatan daerah; 6) Penegakan peraturan bidang pendapatan daerah; 7) Peningkatan kualitas hubungan dan kerjasama dengan dinas dan instansi terkait. Upaya peningkatan pendapatan daerah dilakukan secara berkesinambungan dan dengan memperhatikan kemampuan daerah. Dengan demikian, perlu tahapan prioritas sebagai berikut : 1) Review dan penetapan kembali dasar hukum Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-lain dan melakukan penyesuaian tarif untuk obyek pajak tertentu; 2) Penataan Administrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain lain; 3) Perumusan kembali Kebijakan Umum Pendapatan Daerah; 4) Koordinasi konsultasi dan pembinaan Pengelolaan Pendapatan Daerah; 5) Intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Daerah; 6) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam bidang Pendapatan Daerah; 7) Peningkatan kompetensi aparatur pemungut pendapatan; 8) Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan; 9) Penataan bidang perencanaan, pelaporan dan evaluasi pendapatan; IV-11

41 10) Pengembangan sumber-sumber pendapatan. Untuk meningkatkan pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan diarahkan melalui Peningkatan intensitas dan kualitas koordinasi secara vertikal ke Kementrian Keuangan. Koordinasi dimaksud menyangkut pemahaman bersama terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang berkenaan dengan dana perimbangan. Sedangkan untuk meningkatkan pendapatan dari sumber lain-lain pendaptan yang sah diarahkan melalui Peningkatan intensitas dan kualitas koordinasi ke Provinsi Jawa Barat. Dengan menerapkan beberapa arah kebijakan tersebut, pendapatan Kota Bekasi tahun 2013 menjadi Rp ,00 yang berasal dari pendapatan asli daerah Rp ,00, dana perimbangan Rp ,00, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp , Belanja Daerah Dalam struktur APBD, anggaran belanja menempati posisi yang sentral karena rencana kerja yang telah disusun pada bab sebelumnya akan dituangkan dalam bentuk anggaran belanja. Sebagaimana dinyatakan dalam lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 Belanja daerah disusun untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja daerah secara umum diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah sesuai dengan amanat pasal 22 UU Nomor 32 tahun Besarnya anggaran belanja akan sejalan dengan besarnya anggaran pendapatan. Untuk itu dalam menghitung perkiraan anggaran belanja masih berpedoman pada perkiraan perolehan anggaran pendapatan. Namun demikian dalam APBD kita juga mengenal adanya istilah anggaran defisit ataupun anggaran surplus. Dalam prakteknya, anggaran defisit ataupun surplus akan menjadi balance karena adanya anggaran pembiayaan. IV-12

42 Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah Kebijakan anggaran belanja tahun 2013 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efesien dan efektif. Kebijakan dalam penyusunan Balanja Daerah Kota Bekasi berdasarkan pendekatan anggaran kinerja (berorientasi pada hasil), yaitu Meningkatkan Akuntabilitas Perencanaan Anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan alokasi anggaran, yang berorientasi pada Tugas Pokok dan Fungsi masingmasing SKPD guna peningkatan Kinerja Pelayanan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka pelaksanaan penyusunan anggaran belanja daerah bertujuan meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan alokasi anggaran dimaksud. Oleh karena itu, orientasi Belanja Daerah diprioritaskan untuk efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing dari satuan kerja perangka daerah (SKPD). Dengan demikian, pada prinsipnya bahwa setiap peningkatan alokasi belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran harus diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Arah Kebijakan Belanja Daerah Kota Bekasi tahun 2013 sebagaimana telah digariskan dalam RPJMD Kota Bekasi , mengacu kepada visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih yang pengelolaannya akan didasarkan pada prioritas sebagai berikut : 1) Belanja Daerah diprioritaskan untuk memenuhi kewajiban Daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kota Bekasi, yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan : (i) pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan); (ii) fasilitas sosial; dan (iii) fasilitas umum yang layak; 2) Belanja Daerah disusun berdasarkan standar pelayanan pelayanan minimal, standar analisis belanja, standar harga, dan tolok ukur kinerja, dan secara bertahap akan menerapkan standar analisis beban kerja per- SKPD; 3) Belanja Daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung diarahkan pada peningkatan kemampuan penyelenggaraan pelayanan publik (merujuk pada prinsip good governance) yang didasarkan pada pola kinerja merit system agar mampu mencerminkan pembiayaan yang dikeluarkan setara dengan kinerja dan keluaran yang dihasilkan; IV-13

43 4) Belanja Tidak Langsung, yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tak terduga. Kondisi Belanja Daerah pada saat ini masih dipengaruhi oleh adanya kebijakan Pemerintah Pusat dalam bidang kepegawaian, yaitu kebijakan kenaikan gaji pegawai serta kebijakan pengangkatan CPNSD formasi Tahun 2012 dari tenaga magang, honorer, sukwan dll. Kebijakan Pemerintah Daerah yang harus tetap diakomodir adalah program peningkatan akses dan mutu layanan pendidikan dan kesehatan dalam mencapai visi dan misi Kota Bekasi yaitu Bekasi Sehat, Cerdas dan Ihsan. Program pembangunan lain yang direncanakan antara lain program peningkatan infrastruktur, program pengembangan ekonomi, serta program penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. Pertumbuhan (positif) anggaran belanja TA 2013 yang mengalami peningkatan sekitar 5,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, secara struktur disebabkan oleh peningkatan pada alokasi Belanja Langsung (BL) sebesar 7,15% dan Belanja Tidak Langsung (BTL) mengalami peningkatan sebesar 3,10% dibandingkan dengan alokasi tahun sebelumnya. Berdasarkan perkembangan kondisi anggaran pendapatan dan belanja daerah sedemikian, selanjutnya rancangan Anggaran Belanja Daerah TA 2013 disertai perbandingan dengan APBD TA 2012 adalah seperti disajikan pada Tabel 4.3 dan pada tabel 4.4 disajikan Tabel Perkembangan Belanja Daerah dari tahun estimasi Penjelasan terinci mengenai Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL) masing-masing akan disajikan pada sub bagian dan sub bagian IV-14

44 NO BELANJA URAIAN Tabel 4.3 Perbandingan Anggaran Belanja Kota Bekasi Tahun APBD TA RENCANA Bertambah APBD TA 2013 (Berkurang) 2,899,452,982, ,056,407,515, ,954,533, Belanja Tidak Langsung 1,245,284,853, ,283,945,166, ,660,313, a. Belanja Pegawai 1,056,848,747, ,145,721,647, ,872,900, b. Belanja Bunga 300,000, ,000, c. Belanja Hibah 115,863,193, ,029,150, ,834,043, d. Belanja Bantuan Sosial 19,064,200, ,606,000, ,541,800, Belanja Bantuan Keuangan e. kepada Provinsi/ Kabupaten/ 905,019, ,019, Kota dan Pem Desa f. Belanja Tidak Terduga 52,303,693, ,383,350, ,920,343, Belanja Langsung 1,654,168,129, ,772,462,348, ,294,219, a. Belanja Langsung Penunjang Urusan 131,220,010, ,188,892, ,968,882, b. Belanja Langsung Urusan 1,522,948,118, ,605,273,456, ,325,337, Sumber : BPKAD, Nopember 2012 (analisis) Tabel 4.4 Perkembangan Anggaran Belanja Kota Bekasi Dari Tahun IV-15

45 Berdasarkan uraian tersebut diatas, struktur anggaran belanja daerah TA 2013 diperhitungkan mencapai Rp. 3,056,407,515,250.00, dengan komposisi alokasi anggaran belanja langsung sebesar Rp. 1,772,462,348, atau 57,99% dan belanja aparatur yang diaplikasikan melalui alokasi anggaran belanja tidak langsung sebesar Rp. 1,283,945,166, atau 42,01%. Kondisi sedemikian menunjukkan anggaran yang berpihak kepada kepentingan publik (masyarakat). NO Tabel 4.5 Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bekasi Tahun Anggaran 2013 URAIAN APBD TA RANCANGAN (on going) APBD TA 2013 I PENDAPATAN 2,665,100,361, ,819,504,947, Pendapatan Asli Daerah 649,957,039, ,331,743, Dana Perimbangan 1,162,038,022, ,202,503,267, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 853,105,299, ,669,935, II BELANJA 2,899,452,982, ,056,407,515, Belanja Tidak Langsung 1,245,284,853, ,283,945,166, a. Belanja Pegawai 1,056,848,747, ,145,721,647, b. Belanja Bunga 300,000, ,000, c. Belanja Hibah 115,863,193, ,029,150, d. Belanja Bantuan Sosial 19,064,200, ,606,000, e. Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pem Desa 905,019, ,019, f. Belanja Tidak Terduga 52,303,693, ,383,350, Belanja Langsung 1,654,168,129, ,772,462,348, a. Belanja Langsung Penunjang Urusan 131,220,010, ,188,892, b. Belanja Langsung Urusan 1,522,948,118, ,605,273,456, SURPLUS/(DEFISIT) (234,352,620,387.61) (236,902,568,190.00) Sumber : BPKAD, Nopember Kebijakan Belanja Tidak Langsung (BTL) Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan keuangan, bantuan sosial dan belanja tidak terduga. Selanjutnya berkaitan dengan kebijakan pada masing-masing jenis belanja pada Belanja Tidak Langsung dapat diuraikan sebagai berikut: IV-16

46 a. Belanja Pegawai; 1. Besaran anggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2013; 2. Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan PNSD telah diperhitungkan acress sebesar 2,5 % dari jumlah belanja pegawai; 3. Untuk mengantisipasi rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD yang ditetapkan pemerintah dengan kenaikan sebesar 10%; 4. Untuk mengantisipasi pengangkatan CPNSD, telah dianggarkan belanja pegawai sesuai dengan kebutuhan pengangkatan CPNSD dan formasi pegawai tahun Untuk mengantisipasi peningkatan status CPNSD ke PNSD sebanyak 148 orang 6. Penganggaran tambahan penghasilan pegawai dialokasikan untuk PNSD/CPNSD dengan pertimbangan sebagai berikut : Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja yaitu berupa tunjangan daerah (baik untuk pejabat struktural/fungsional maupun staf), insentif bagi pengelola rumah tangga, Insentif TU Pimpinan, Insentif Bagian Kesos,, tunjangan kesejahteraan (khusus pada Setwan), Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja yaitu berupa extrafooding bagi petugas lapangan dan tunjangan resiko kerja pada Kantor Arsip Daerah. Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi yaitu berupa tunjangan bendahara, pengelola keuangan (vakasi), tunjangan PPK SKPD, tunjangan khusus aparatur pengawasan (pada Inspektorat), tunjangan khusus (pada Bappeda, Pengelola keuangan daerah, Panitia penaksir dan penilai barang daerah, Penghapus aset daerah, Majelis TPTGR). Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja yaitu berupa tunjangan kinerja tahunan. Tunjangan profesi guru PNSD dan tambahan penghasilan guru PNSD non sertifikasi yang bersumber dari dana penyesuaian dan otonomi khusus. 7. Penganggaran biaya pemungutan pajak daerah dialokasikan sebesar 5% dari target penerimaan pajak daerah Tahun Anggaran 2013; IV-17

47 8. Penganggaran iuran asuransi kesehatan berpedoman pada pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/MENKES/PB/II/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit Daerah; 9. Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain pimpinan dan anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan didasarkan pada peraturan pemerintah No. 24 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun Penganggaran tersebut juga didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah Penganggaran dan Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional. Pada APBD Tahun Anggaran sebelumnya pengelompokkan kemampuan keuangan daerah Kota Bekasi masuk dalam kategori tinggi. 10. Penganggaran belanja walikota dan wakil walikota didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. untuk besaran belanja penunjang operasional walikota dan wakil walikota ditetapkan berdasarkan klasifikasi Pendapatan Asli Daerah dimana untuk Kota Bekasi masuk dalam klasifikasi PAD di atas Rp 150 milyar paling rendah Rp. 600 juta dan paling tinggi sebesar 0,15 %; a. Belanja Bunga dianggarkan untuk pembayaran bunga pinjaman jangka panjang berupa pinjaman ke Pemerintah Pusat untuk program WJUDSP dan MBUDSP; b. Belanja Hibah, dianggarkan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang, kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Pada APBD Tahun Anggaran 2013, hibah diberikan antara lain kepada masyarakat kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan keolahragaan nonprofesional serta kepada organisasi kemasyarakatan. Pencantuman alokasi IV-18

48 belanja hibah dalam KUA-PPAS Tahun Anggaran 2013 telah didasarkan pada hasil verifikasi dan evaluasi proposal oleh SKPD teknis dan telah dituangkan dalam rekomendasi SKPD serta Nota Pertimbangan Tim Anggaran Pemerintah Kota Bekasi (TAPD) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; c. Belanja Bantuan Sosial, dianggarkan dalam rangka pemberian bantuan berupa uang kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pada APBD Tahun Anggaran 2013, anggaran belanja bantuan sosial berupa uang kepada individu dan atau keluarga terdiri dari yang direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan. Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan. Pencantuman alokasi belanja bantuan sosial dalam KUA-PPAS Tahun Anggaran 2013 telah didasarkan pada hasil verifikasi dan evaluasi proposal oleh SKPD teknis dan telah dituangkan dalam rekomendasi SKPD serta Nota Pertimbangan Tim Anggaran Pemerintah Kota Bekasi (TAPD) kecuali untuk bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; d. Belanja Bantuan Keuangan, dianggarkan untuk pemberian bantuan dalam rangka untuk melaksanakan program khusus dari pemerintah pusat atau pemerintah provinsi dalam rangka pemberdayaan masyarakat atau tujuan lain yang telah ditentukan. Pada APBD TA 2013 belanja bantuan keuangan diberikan kepada Partai Politik sesuai Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik; e. Belanja Tak Terduga, adalah pengeluaran yang diperuntukkan kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang, seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk IV-19

49 pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup Kebijakan Pembangunan Daerah Arah Kebijakan dan Prioritas Program Pembangunan Daerah TA 2013 disusun berdasarkan hasil evaluasi capaian kinerja sampai dengan tahun 2011, rencana capaian kinerja tahun 2012, dan issue-issue strategis tahun 2013, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bekasi TA Pada hakekatnya, kebijakan pembangunan daerah didasarkan pada upaya untuk mewujudkan visi Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan yang dijabarkan ke dalam 7 (tujuh) misi dengan 13 (tiga belas) sasaran misi. Sebagaimana diuraikan dalam RKPD Kota Bekasi 2013, berdasarkan hasil evaluasi kinerja capaian RPJMD, uraian permasalahan dan tantangan serta keselarasan prioritas pembangunan tingkat nasional dan Provinsi Jawa Barat, isu-isu strategis pembangunan Kota Bekasi tahun 2013 mencakup sebagai berikut: 1. Aksesibilitas, Peningkatan Mutu dan manajemen pendidikan 2. Aksesibiltas dan Mutu Pelayanan Kesehatan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 3. Peningkatan iklim usaha kecil untuk menciptakan kemandirian usaha 4. Peningkatan aksesibilitas dan percepatan penyelesaian pembangunan infrastruktur kota yang strategis 5. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan dan Kualitas Aparatur. Dalam melaksanakan 23 Urusan Wajib dan 4 Urusan Pilihan, untuk menjawab isu-isu strategis di atas, maka ditetapkan 34 (tiga puluh empat) program yang menjadi prioritas dalam Pembangunan Daerah TA Adapun prioritas program yang merupakan arahan dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di Kota Bekasi pada TA 2013 seperti terlihat pada Tabel 4.5. IV-20

50 Tabel 4.6 Prioritas Program Pembangunan Kota Bekasi TA 2013 No Prioritas Pembangunan Program/Kegiatan prioritas 1 Peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur & utilitas kota 1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan, 2. Program Pengendalian Banjir, 3. Program Penyediaan Air Minum, 4. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan, dan 5. Program Lingkungan Sehat Perumahan. 2 Menyelenggarakan tata ruang kota yang seimbang dan berkelanjutan 3 Peningkatan Akses dan manajemen pendidikan 4 Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat melalui Penciptaan Lingkungan dan Pola Hidup Sehat 1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, 2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup, 3. Program Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 4. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang, 5. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan 6. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam. 1. Program Pendidikan Menengah, 2. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan dan 3. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, 3. Program Pengembangan Lingkungan Sehat, 4. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan RSUD, dan 5. Program Upaya Kesehatan Masyarakat. IV-21

51 5 Membangun kemandirian ekonomi masyarakat melalui penguatan iklim usaha dan kewirausahaan 6 Penguatan kapasitas pemerintahan menuju tata kelola Pemerintahan yang baik 7 Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan berbasis data yang terintegrasi 8 Antisipasi, pencegahan, dan penanggulangan narkoba, PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan konflik horizontal 1. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah, 2. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi, 3. Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif, dan 4. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah, 1. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Pemerintah, 2. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, dan 3. Program Pengadaan, Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Aparatur dan 4. Program Peningkatan Disiplin Aparatur 1. Program Perencanaan Pembangunan Daerah 2. Program Pengembangan Data/Informasi 1. Program Peningkatan Pembinaan Keagamaan, 2. Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba, 3. Program Pengembangan kehidupan demokrasi dalam PILKADA, 4. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal 5. Program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial Sumber : Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bekasi Tahun 2013 IV-22

52 Adapun keselarasan prioritas pembangunan antara Nasional, Provinsi dan Kota Bekasi dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.7 Keselarasan Prioritas Pembangunan Antara Nasional, Provinsi dan Kota Bekasi TA 2013 PRIORITAS PEMBANGUNAN NO NASIONAL PROVINSI JAWA BARAT KOTA BEKASI 1 Reformasi Birokrasi Peningkatan Kinerja Penguatan kapasitas dan Tata Kelola Aparatur pemerintahan menuju tata kelola Pemerintahan yang baik 2 Pendidikan Peningkatan Kualitas Pendidikan 3 Kesehatan Peningkatan Kualitas Kesehatan 4 Penanggulangan Kemiskinan Peningkatan Daya Beli Masyarakat 5 Ketahanan Pangan Kemandirian Pangan 6 Infrastruktur Pengembangan Infrastruktur Wilayah Peningkatan Akses dan manajemen pendidikan Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat melalui Penciptaan Lingkungan dan Pola Hidup Sehat Peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur & utilitas kota Menyelenggarakan tata ruang kota yang seimbang dan berkelanjutan Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan berbasis data yang terintegrasi 7 Iklim Investasi dan Usaha - Membangun kemandirian ekonomi masyarakat melalui penguatan iklim usaha dan kewirausahaan 8 Energi Kemandirian Energi dan Kecukupan Air Baku 9 Lingkungan Hidup Penanganan Bencana dan Bencana dan Pengendalian 10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, Lingkungan Hidup Pembangunan Perdesaan IV-23

53 NO PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL PROVINSI JAWA BARAT KOTA BEKASI dan Pasca konflik 11 Kebudayaan, Pengembangan Budaya - Kreativitas, dan Lokal dan Inovasi Teknologi Destinasi Wisata Rencana capaian target kinerja berdasarkan indikator sasaran misi, asumsi target TA.2012 dan target TA dalam rangka Pembangunan Daerah TA 2013 merujuk pada rencana capaian kinerja sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bekasi TA yang dirangkum dalam matriks yang disajikan pada Lampiran Kebijakan Belanja Langsung (BL) Kebijakan Belanja dalam rangka pelaksanaan pembangunan Kota Bekasi TA 2013 dengan total anggaran sebesar Rp. 1,772,462,348,670.00, terdiri atas Belanja Langsung Penunjang Urusan sebesar Rp. 167,188,892, dan Belanja Langsung Urusan sebesar Rp. 1,605,273,456, Adapun rincian urusan wajib dan urusan pilihan yang akan dilaksanakan pada tahun 2012 adalah sebagai berikut : A Urusan Wajib a.1. Pendidikan 1. Program Pendidikan Anak Usia Dini 2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 3. Program Pendidikan Menengah 4. Program Pendidikan Non Formal 5. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 6. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan a.2. Kesehatan 1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat 3. Program Pengawasan Obat dan Makanan 4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat 6. Program Pengembangan Lingkungan Sehat 7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 8. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin IV-24

54 9. Program Peningkatan Pelayanan RSUD 10. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita 11. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia 12. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak 13. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Kesehatan a.3. a.4. a.5. a.6. a.7. Pekerjaan Umum 1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan 2. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong 3. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 4. Program Pembangunan Sistem Informasi/Database Jalan dan Jembatan 5. Program Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 6. Program Pengendalian Banjir 7. Program Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana PJU 8. Program Peningkatan Pelayanan PJU Perumahan 1. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan 2. Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 3. Program Pengelolaan Areal Pemakaman 4. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan 5. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas / Puskesmas Pembantu dan jaringannya Penataan Ruang 1. Program Perencanaan Tata Ruang 2. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang Perencanaan Pembangunan 1. Program Pengembangan Data Informasi 2. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah 3. Program Perencanaan Pembangunan Daerah 4. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi 5. Program Perencanaan Sosial Budaya 6. Program Perencanaan Prasarana wilayah dan Sumber Daya Alam Perhubungan 1. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ IV-25

55 2. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan 3. Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas 4. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor a.8. Lingkungan Hidup 1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan 2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam 4. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 5. Program Peningkatan Pengendalian Polusi 6. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 7. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Bersih a.9. Kependudukan dan Catatan Sipil 1. Program Penataan Administrasi Kependudukan a.10. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak 1. Program Peningkatan Peran serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan 2. Program Peningkatan Kualitas Hidup, Perlindungan Perempuan dan Anak a.11. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 1. Program Keluarga Berencana 2. Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba a.12. Sosial 1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial 2. Program Persiapan Penyelenggaraan PILKADA a.13. Ketenagakerjaan 1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja 2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja 3. Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan a.14. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 1. Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif 2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah 3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi a.15. Penanaman Modal 1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi a.16. Kebudayaan 1. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya IV-26

56 a.17. Pemuda dan Olah Raga 1. Program Peningkatan peran serta kepemudaan 2. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga a.18. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 1. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal 2. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan 3. Program Pendidikan Politik Masyarakat 4. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam a.19. Otda, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 1. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah 2. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah 3. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah 4. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH 5. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan 6. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi 7. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan 8. Program Penataan dan Pengembangan Organisasi Pemerintah Daerah 9. Program Pengadaan, Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Aparatur 10. Program Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah 11. Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah 12. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 13. Program Peningkatan Pembinaan Keagamaan 14. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Pemerintah a.20. Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dan Kecamatan 1. Program Peningkatan Partisipasi masyarakat Kelurahan dan Kecamatan dalam Pembangunan a.21. Kearsipan 1. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen / Arsip Daerah a.22. Komunikasi dan Informatika 1. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa IV-27

57 a.23. Perpustakaan 1. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan B Urusan Pilihan b.1. Pertanian 1. Program Pengembangan Produk Pertanian, Peternakan dan Perikanan 2. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak b.2. Pariwisata 1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 2. Pengembangan Destinasi Kepariwisataan b.3. Perdagangan 1. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan 2. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor 3. Program Pembinaan Pedagang / Usaha Informal 4. Program penataan prasarana dan peningkatan pelayanan Pasar b.4. Perindustrian 1. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Selanjutnya, kebijakan belanja langsung meliputi secara garis besar dibagi ke dalam kebijakan belanja langsung penunjang urusan dan belanja langsung urusan. Prioritas pelaksanaan kebijakan belanja langsung tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Belanja Langsung Penunjang Urusan; Belanja Langsung Penunjang Urusan adalah belanja langsung yang tidak terkait langsung dengan pelaksanaan salah satu urusan pemerintahan. Pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja TA 2012, kebijakan belanja langsung penunjang urusan secara umum diarahkan untuk memberikan dukungan terhadap kegiatan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan pada setiap SKPD. Oleh karenanya, kebijakan belanja langsung penunjang urusan diarahkan pada : 1. Peningkatan pelayanan administrasi perkantoran, antara lain diupayakan melalui peningkatan kesejahteraan dengan rencana menaikan tunjangan daerah dan tunjangan kinerja tahunan; 2. Peningkatan sumber daya aparatur, melalui pengiriman pegawai ke diklat ; 3. Pemenuhan sarana dan prasarana aparatur, melalui pemeliharaan peralatan dan perlengkapan kantor; IV-28

58 4. Pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan, melalui pembuatan laporan keuangan dan capaian kinerja (progress kegiatan) bulanan, semesteran dan tahunan. 5. Dalam rangka efisiensi perlu dilakukan kajian menyeluruh terhadap alokasi belanja ini dengan memperhatikan beban kinerja dan menghentikan penerimaan Tenaga Kontrak Kerja pada tahun Adapun untuk mencapai tujuan tersebut dituangkan dalam program-program sebagai berikut: 1). Program Pelayanan Administrasi Perkantoran; 2). Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur; 3). Program Peningkatan Disiplin Aparatur; 4). Program Peningkatan Sumber Daya Aparatur; 5). Program Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan; dan 6). Program Pembinaan Kewilayahan dan Kemasyarakatan. b. Belanja Langsung Urusan; Belanja Langsung Urusan, yaitu anggaran belanja untuk kegiatan dalam rangka melaksanakan salah satu atau beberapa urusan pemerintahan seperti urusan pendidikan, kesehatan, pemerintahan umum, infrastruktur serta urusan pemerintahan yang lain. Secara garis besar kebijakan belanja langsung dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Belanja Langsung agar diprioritaskan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sesuai kebutuhan dan dinamika sosial yang berkembang dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat. 2). Belanja langsung dalam konteks pembangunan infrastruktur / suprastruktur diupayakan untuk melibatkan partisipasi swasta dan masyarakat, agar dapat mendukung kemandirian perekonomian masyarakat yang lebih jauh akan berdampak positif pada reduksi beban APBD, dan menciptakan lapangan kerja baru serta menumbuhkan rasa memiliki. 3). Belanja Langsung, agar dialokasikan untuk pembangunan kebutuhan pelayanan dasar masyarakat dalam menciptakan keserasian pembangunan antar kawasan di Kota Bekasi (merujuk pada pola pembangunan Bagian Wilayah Kota / BWK), yang diarahkan untuk : IV-29

59 - Pembiayaan subsisdi operasional pendidikan, lanjungan pembangunan gedung sekolah, penambahan unit kelas rehabilitasi ruang kelas SD dan SLTP / SLTA serta sarana dan prasarana penunjang kegiatan pendidikan, untuk mempercepat penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; - Pembiayaan subsidi operasional pelayanan kesehatan, lanjutan pembangunan gedung Puskesmas / Pustu Polindes kesehatan serta sarana prasarana penunjang kesehatan, untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama bagi penduduk miskin; - Pembangunan/ rehabilitasi infrastruktur jaringan jalan, termasuk prasarana dan sarana transportasi perkotaan, untuk meningkatkan mobilitas arus barang dan produktivitas kegiatan perdagangan jasa yang menunjang pertumbuhan ekonomi kerakyatan, ekonomi lokal dan ekonomi regional; - Pengembangan, pembangunan/ rehabilitasi pusat-pusat perdagangan dan industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dalam skala mikro, kecil dan menengah; - Pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan, keterbelakangan dan keterpencilan. 4.3 Pembiayaan Daerah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Sumber Penerimaan Pembiayaan Daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Dengan demikian, besar kecilnya pembiayaan daerah sangat bergantung kepada keempat komponen utama dari sumber pembiayaan tersebut. Munculnya pembiayaan dalam struktur APBD sebagai akibat dari penerapan surplus/defisit anggaran. Oleh karena itu dalam menyusun anggaran pembiayaan akan dipengaruhi oleh kondisi surplus/defisit anggaran dalam penyusunan APBD. Namun demikian perlu juga kiranya digambarkan mengenai perkembangan anggaran pembiayaan selama lima tahun terakhir yaitu berkaitan dengan Penerimaan Pembiayaan, Pengeluaran Pembiayaan maupun Surplus/defisit, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut: IV-30

60 Tahun Tabel 4.8 Perkembangan Anggaran Pembiayaan Kota Bekasi Tahun dan Proyeksi Tahun 2013 Penerimaan Pengeluaran Pertumbuhan Pertumbuhan ,863,857, % 41,220,369, % 52,643,488, ,303,506, % 42,586,925, % 128,716,581, ,019,269, % 20,758,819, % 154,260,450, ,382,965, % 22,105,492, % 97,277,473, ,504,867, % 47,215,194, % 35,289,672, * 278,625,024, % 44,272,404, % 234,352,620, ** 254,232,937, % 17,330,369, % 236,902,568, Rata-rata pertumbuhan Pembiayaan 34.72% 7.04% Surplus/(defisit) Data pada Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan penerimaan pembiayaan per-tahun (TA ) sebesar 34,72%, sedangkan rata-rata pertumbuhan pengeluaran pembiayaan per-tahun (TA ) sebesar 7,04%. Kalau kita perhatikan trend pertumbuhan dari pembiayaan penerimaan maupun penerimaan pembiayaan menunjukkan kondisi sangat fluktuatif dan unpredictable. Faktor utama pembiayaan penerimaan yang paling berpengaruh terhadap besarnya pertumbuhan pembiayaan adalah sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA). Karena SiLPA sangat bergantung pada kondisi penyerapan anggaran dan efesiensi penggunaan anggaran tahun anggaran sebelumnya, maka SiLPA cenderung sangat sulit untuk diprediksi. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah pada TA 2013 masih dititikberatkan pada Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA). Komponen pembiayaan netto diperkirakan meningkat sekitar 1,09% dari semula Rp ,61 pada TA 2012, menjadi Rp ,00 pada TA 2013 (lihat Tabel 4.9) Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Anggaran Pengeluaran Pembiayaan Daerah dialokasikan untuk penyertaan modal (investasi pemerintah daerah) dan pembayaran pokok hutang yang jatuh tempo. Kebijakan dalam Pengeluaran Pembiayaan TA 2013 diarahkan pada pembayaran utang kepada pemerintah pusat (program MBUDSP dan WJUDSP), serta penyertaan modal ke BPR Syariah, PDAM Tirta Bhagasasi, PDAM Tirta Patriot, dan PD Mitra Patriot. IV-31

61 Selanjutnya, sehubungan dengan perubahan status PT Bank Jabar-Banten menjadi Perusahaan Publik, maka alokasi anggaran pembiayaan yang biasanya dilakukan sebagai bentuk penyertaan modal pada PT Bank Jabar-Banten akan ditinjau kembali. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan perlunya penyesuaian status nilai investasi / penyertaan modal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi sampai dengan TA 2010, untuk dikonversikan ke dalam bentuk kepemilikan saham pada Perusahaan Publik agar selaras dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pengeluaran pembiayaan daerah sebesar Rp ,00 yang terdiri dari penyertaan modal daerah (investasi) sebesar Rp ,00 dan pembayaran pokok utang sebesar Rp ,00 (lihat Tabel-4.9). Tabel 4.9 Rencana Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Pada RAPBD Kota Bekasi Tahun 2013 NO. URAIAN APBD TA RENCANA APBD TA.2013 PEMBIAYAAN DAERAH (Netto) 234,352,620, ,902,568, PENERIMAAN PEMBIAYAAN 278,625,024, ,232,937, Silpa 278,625,024, ,232,937, Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Piutang RSUD PENGELUARAN PEMBIAYAAN 44,272,404, ,330,369, Penyertaan Modal Pemda 33,000,000, ,000,000, Penyertaan Modal PD BPR Syariah 2,000,000, ,500,000, Penyertaan Modal pada PDAM Tirta Patriot 10,000,000, ,000,000, Penyertaan Modal pada PDAM Tirta Bhagasasi 9,000,000, ,500,000, Penyertaan Modal pada PT Bank Jabar-Banten Penyertaan Modal pada PD Mitra Patriot 12,000,000, ,000,000, Penyertaan Modal pada PD Migas Dana Bergulir 10,565,618, Dana Bergulir Untuk Koperasi 1,900,000, Dana Bergulir Untuk Kelompok Tani 1,200,000, Dana Bergulir Untuk PPK/IPM 7,465,618, Pembayaran Pokok Hutang 330,369, ,369, WJ-UDSP (Sektor Air Bersih) 225,349, ,349, MB-UDSP (Sektor Persampahan) 105,020, ,020, Hutang kepada Rekanan 376,416, IV-32

62 BAB V PENUTUP Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi TA 2013 merupakan pedoman pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2013 yang berisi ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh Pemerintah Kota Bekasi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi. Kebijakan Umum APBD berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan Rancangan APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2013, yang merupakan panduan untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam melaksanakan program dan kegiatan. Sebagaimana dimaklumi bersama, sesuai dengan pasal 105 ayat 3c Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, diharapkan pembahasan KUA dan PPAS dapat berlangsung dengan lancar agar rancangan KUA dan rancangan PPAS dapat disepakati bersama dengan tepat waktu. Selanjutnya, KUA dan PPAS TA 2013 yang telah disepakati akan menjadi dasar dalam proses penyusunan, penyampaian dan pembahasan RAPBD TA 2013 antara Pemerintah Daerah dengan DPRD, sampai dengan tercapainya persetujuan bersama antara Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD TA 2013 paling lambat tanggal 30 Nopember Demikian Kebijakan Umum APBD ini dibuat untuk dijadikan sebagai dasar penyusunan PPAS dan RAPBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2013, atas kontribusi pemikiran serta kerja samanya diucapkan terima kasih. Bekasi, Nopember 2012 V-1

63 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2407 TAHUN /174:/DPRD/ A TAHUN 2012TAHUN 2011 TANGGAL : 19 NOPEMBER 2012 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI 2012

64 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2407 TAHUN /174:/DPRD/ A TAHUN 2012TAHUN 01A TAHUN 2011 TANGGAL : 19 NOPEMBER 2012 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 Yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : H. RAHMAT EFFENDI Jabatan : Walikota Bekasi Alamat Kantor : Jl. A. Yani No. 1 Bekasi bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Bekasi 2. a. Nama : SUTRIYONO,S.Pd Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi Alamat Kantor : Jl. Chairil Anwar No. 112 Bekasi b. Nama : H.TUMAI,SE Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi Alamat Kantor : Jl. Chairil Anwar No. 112 Bekasi c. Nama : H.YUSUF NASIH,S.Sos Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi Alamat Kantor : Jl. Chairil Anwar No. 112 Bekasi sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi. Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun Anggaran Berdasarkan hal tersebut, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum APBD yang meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran 2013, kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah, yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD TA 2013.

65 Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2013 disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini. Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran WALIKOTA BEKASI Selaku, PIHAK PERTAMA H. RAHMAT EFFENDI

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2012

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2012 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2012 PEMERINTAH KOTA BEKASI 2011 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... iii Bab 1 PENDAHULUAN... I

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014 PE PEMERINTAH KOTA BEKASI KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014

RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014 PE PEMERINTAH KOTA BEKASI RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/05/3312/Th 2016, 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN APRIL 2016 SEBESAR -0,13% Bulan il 2016, Kabupaten Wonogiri mengalami deflasi sebesar 0,13 persen.

Lebih terperinci

Januari 2016 IHK Karawang mengalami peningkatan indeks. IHK dari 124,29 di Bulan Desember 2015 menjadi 125,35 di Bulan Januari 2016. Dengan demikian, terjadi inflasi sebesar 0,85 persen. Laju inflasi tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/12/3312/Th, uari 2017 BULAN DESEMBER KABUPATEN WONOGIRI MENGALAMI INFLASI SEBESAR 0,03 PERSEN ah beras Bulan ember, Kabupaten Wonogiri mengalami inflasi

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Disampaikan Pada: Bimtek Penyusunan RKPD Kabupaten Situbondo Mei 2012

Disampaikan Pada: Bimtek Penyusunan RKPD Kabupaten Situbondo Mei 2012 Ferry Prasetyia, SE., MAppEc Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Disampaikan Pada: Bimtek Penyusunan RKPD Kabupaten Situbondo 2013 2 4 Mei 2012 1 Pertumbuhan PDB Dunia Sumber: IMF Staff Estimates,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I No. 01/06/3312/Th 2016, Juni 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN MEI 2016 SEBESAR 0,68% Bulan 2016, Kabupaten Wonogiri mengalami inflasi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/12/3312/Th, Desember BULAN NOVEMBER KABUPATEN WONOGIRI MENGALAMI INFLASI SEBESAR 0,72 PERSEN ah beras Bulan ember, Kabupaten Wonogiri mengalami inflasi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN No. 4/April/3375/Tahun IV, 5 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KOTA PEKALONGAN BULAN MARET KOTA PEKALONGAN INFLASI 0,28 PERSEN Pada Maret 2016, Kota Pekalongan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2017 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,13 PERSEN April 2017 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 129,93 di Bulan Maret 2017 menjadi 130,10 di Bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VI, 01 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN Pada Bulan Maret 2015 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,25 PERSEN September 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 127,19 di Bulan Agustus 2016 menjadi 127,51

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/09/3312/Th 2016, September 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR -0,31% Bulan us 2016, Kabupaten Wonogiri mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/02/3312/Th 2015, ruari 2015 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR -0,27% Bulan uari 2015, Kabupaten Wonogiri mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,37 PERSEN Desember 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 128,32 di Bulan November 2016 menjadi 128,80

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2.

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2. NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/2.9445.011 NOMOR : 910/2.118 TANGGAL : 15 Nopember 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/02/3312/Th 2016, ruari 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 0,48% Bulan uari 2016 mencatat inflasi sebesar 0,48 persen. Perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 07/74/32/ThXVIII, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 KOTA CIREBON INFLASI 0,24 PERSEN Pada Juli 2016 Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik...

Lebih terperinci

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Lebih terperinci

Maret 2016 IHK Karawang mengalami peningkatan indeks. IHK dari 125,30 di Bulan Februari 2016 menjadi 125,65 di Bulan Maret 2016. Dengan demikian, terjadi inflasi sebesar 0,28 persen. Laju inflasi tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Lebih terperinci

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 Pada bulan April 2017 Wonosobo mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,27. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 02/02/33/79/Th.XVI, 1 FEBRUARI 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TASIKMALAYA JANUARI 2013 JANUARI 2013 KOTA TASIKMALAYA INFLASI 1,15 PERSEN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I No. 1/6/3312/Th 217, Juni 217 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN MEI 217 SEBESAR,42% Bulan Mei 217, Kabupaten Wonogiri mengalami inflasi sebesar,42

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

KABUPATEN BANJARNEGARA

KABUPATEN BANJARNEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA No.04/XI/17. April 2017 BULAN MARET 2017 KOTA BANJARNEGARA MENGALAMI DEFLASI 0,08 PERSEN Pada bulan Maret 2017 Banjarnegara terjadi deflasi sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,47 PERSEN Juli 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 126,69 di Bulan Juni 2016 menjadi 127,29 di Bulan Juli

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR OKTOBER PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor September sebesar 0,09 persen Inflasi pada bulan September di Kota Bogor relatif cukup rendah yakni hanya

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR JUNI 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Bulan Mei 2016 sebesar 0,37 persen Setelah pada April 2016 di Kota Bogor mengalami deflasi yang cukup rendah

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Januari 2016 INFLASI 0,43 Persen Bulan Januari 2016 di Kabupaten Kendal terjadi Inflasi 0,43 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen BPS KOTA TEGAL Tegal, 4 Maret BULAN FEBRUARI KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen - Pada bulan Februari Kota Tegal terjadi inflasi 0,79 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,47, sedikit lebih

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/07/3312/Th 2015, 2015 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 0,36% Bulan 2015, kabupaten Wonogiri mengalami inflasi sebesar 0,36 persen.

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Kerangka Ekonomi Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah merupakan kerangka implementatif atas pelaksanaan RKPD Kabupaten Sijunjung Tahun

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat September 2017, Mamuju Inflasi 0,01 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Oktober 2017, Mamuju Deflasi 0,48 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,51 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,51 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 12/07/33/05/Th. VII, 01 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,51 PERSEN Pada bulan Juni 2016 di Kota Kebumen terjadi inflasi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi/Deflasi Kota Bogor bulan Februari 2015 sebesar 0.14 persen Bulan Februari 2015 di Kota Bogor terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN No. 09/09/33/16/Th.IX, 7 September 2017 Pada bulan Agustus 2017 Kota Blora terjadi deflasi 0,21 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan April 2017 INFLASI 0,16 Persen Bulan April 2017 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I No. 01/03/3312/Th 2017, Maret 2017 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN FEBRUARI 2017 SEBESAR 0,47% Bulan Februari 2017, Kabupaten Wonogiri mengalami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Perubahan data Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator ekonomi makro yang penting untuk memberikan gambaran tentang pola konsumsi masyarakat serta dapat menunjukkan keseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/01/3327/2015. 5 Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Desember 2014 Inflasi 1,92 persen Pada, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No.22/12/33/05/Th. VII, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN Pada bulan November 2016 terjadi inflasi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I No. 1/5/3312/Th 217, Mei 217 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN APRIL 217 SEBESAR,9% Bulan April 217, Kabupaten Wonogiri mengalami inflasi sebesar,9

Lebih terperinci

Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015

Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI Nomor : 050 / 1447 / 404.202 / 2015 Nomor : 170 / 1070 / 404.040 / 2015

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 38/MoU.KP/HKM/2015 TANGGAL : 8 Oktober 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci