PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017"

Transkripsi

1 PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

2 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...I Tujuan...I Dasar Hukum...I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015 dan Proyeksi Tahun II Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan Tahun II.9 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) TAHUN Asumsi Dalam APBN... III Laju Inflasi... III Pertumbuhan Ekonomi... III Asumsi Lainnya... III.2 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1 Kebijakan Pendapatan Daerah... IV Kebijakan Belanja Daerah... IV Kebijakan Pembiayaan Daerah... IV Kebijakan Pembangunan Daerah... IV Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Bekasi Tahun IV.33 BAB V PENUTUP... V-1 Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 Daftar Isi- i

3 DAFTAR TABEL Tabel 2.1a PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Dasar Harga Berlaku Tahun II.3 Tabel 2.1b PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Dasar Harga Konstan (2010) Tahun II.4 Tabel 2.2 Laju Inflasi (%) Kota Bekasi Tahun (menurut bulan)... II.7 Tabel 2.3 Perkembangan PDRB per Kapita Kota Bekasi II.7 Tabel 2.4 Perkembangan Ekspor Impor Kota Bekasi, II.7 Tabel 2.5 Indikator Makro Ekonomi Kota Bekasi... II.9 Tabel 2.6 Proyeksi PDRB Kota Bekasi menurut Lapangan Usaha Atas Harga Dasar Harga Konstan Tahun II.12 Tabel 2.7 Proyeksi Distribusi PDRB Kota Bekasi menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun II.13 Tabel 4.1 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bekasi, IV.1 Tabel 4.2 Proporsi Realisasi Komponen Pendapatan Terhadap Total Pendapatan daerah Kota Bekasi IV.2 Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bekasi, IV.3 Tabel 4.4 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah Kota Bekasi Tahun IV.6 Tabel 4.5 Target dan Realisasi Belanja Daerah Kota Bekasi, IV.8 Tabel 4.6 Proporsi Realisasi Komponen Belanja Terhadap Total Belanja Daerah Kota Bekasi, IV.9 Tabel 4.7 Proyeksi Keuangan Daerah (Rp) dan Pertumbuhan Keuangan Daerah (%) sesuai RPJMD Kota Bekasi IV.10 Tabel 4.8 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Kota Bekasi Tahun IV.11 Tabel 4.9 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Kota Bekasi Tahun IV.24 Tabel 4.10 Proyeksi Keuangan Daerah Tahun IV.25 Tabel 4.11 Program Prioritas Pembangunan Tahun IV.31 Tabel 4.12 Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bekasi Tahun IV.33 Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 Daftar Isi- ii

4 DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bekasi II.5 Perkembangan Inflasi Kota Bekasi... II.6 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bekasi IV.3 Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 Daftar Isi- iii

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD, merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah, komponennya meliputi: (a) asas umum pengelolaan keuangan daerah; (b) pejabatpejabat yang mengelola keuangan daerah; (c) struktur APBD; (d) penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA PD; (e) penyusunan dan penetapan APBD; (f) pelaksanaan dan perubahan APBD; (g) penatausahaan keuangan daerah; (h) pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (i) pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD; (j) pengelolaan kas umum daerah; (k)pengelolaan piutang daerah; (l) Pengelolaan investasi daerah; (m) Pengelolaan barang milik daerah; (n) Pengelolaan dana cadangan; (o) Pengelolaan utang daerah; (p) Pembinaan dan penggawasan pengelolaan keuangan daerah; (q) penyelesaian kerugian daerah; (r) pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; (s) pengaturan pengelolaan keuangan daerah. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Kota Bekasi Tahun 2017 disusun dengan mengacu pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Bekasi Tahun 2017 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun Dalam RPJMD Tahun , telah ditetapkan visi yang ingin dicapai yaitu BEKASI MAJU, SEJAHTERA DAN IHSAN. Visi Pembangunan Kota Bekasi tahun ini menggambarkan kondisi Kota Bekasi, yaitu Bekasi Maju, Sejahtera, dan Ihsan. Bekasi Maju menggambarkan pembangunan Kota Bekasi dan kehidupan warga yang dinamis, inovatif, dan kreatif yang didukung ketersediaan prasarana dan sarana sebagai bentuk perwujudan kota yang maju. Bekasi Sejahtera menggambarkan derajat kehidupan warga Kota Bekasi yang meningkat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pendidikan, kesehatan, terbukanya kesempatan kerja dan berusaha, serta lingkungan fisik, sosial dan religius sebagai bentuk perwujudan Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 I-1

6 masyarakat yang sejahtera. Bekasi Ihsan menggambarkan situasi terpelihara dan menguatnya nilai, sikap dan perilaku untuk berbuat baik, dalam lingkup individu, keluarga dan masyarakat Kota Bekasi. Kedisiplinan, ketertiban sosial, keteladanan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tumbuh seiring dengan meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mewujudkan kehidupan yang beradab. Visi ini akan dicapai melalui misi yaitu: 1. Menyelenggarakan tata kelola kepemerintahan yang baik. 2. Membangun prasarana dan sarana yang serasi dengan dinamika dan pertumbuhan kota. 3. Meningkatkan kehidupan sosial masyarakat melalui layanan pendidikan kesehatan dan layanan sosial lainnya. 4. Meningkatkan perekonomian melalui pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, peningkatan investasi, serta penciptaan iklim usaha yang kondusif. 5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tertib, tenteram dan damai. Misi pertama bermakna bahwa tata kelola kepemerintahan dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kota Bekasi tahun dilakukan melalui fungsi pengaturan, pelayanan, pemberdayaan masyarakat dan pembangunan serta menempatkan aparatur sebagai pamong praja yang menjunjung tinggi integritas terhadap amanah, tugas dan tanggung jawab berdasarkan sepulu prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yaitu: partisipasi masyarakat; tegaknya supremasi hukum; transparansi; kesetaraan; daya tanggap kepada pemangku kepentingan (stakeholders); berorientasi kepada visi; akuntabilitas; pengawasan; efektivitas dan efisiensi; profesionalisme. Pendekatan yang dilakukan untuk aktualisasi misi ini melalui penataan sistem, peningkatan kinerja dan penguatan integritas aparatur. Misi kedua bermakna bahwa pembangunan prasarana diarahkan untuk terpenuhinya kelengkapan dasar fisik lingkungan kota bagi kehidupan yang layak, sehat, aman dan nyaman; terpenuhinya sarana perkotaan untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi; serta terpenuhinya kelengkapan penunjang (utilitas) untuk pelayanan warga kota. Misi ini juga ditujukan untuk mengarahkan pembangunanprasarana dan sarana yang meningkat dan serasi, untuk memenuhi kehidupan warga kota yang dinamis, inovatif dan kreatif, dengan memperhatikan prinsip pengelolaan, pengendalian dan pelestarian lingkungan hidup dalam mewujudkan kota yang maju, tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Misi ketiga memiliki makna bahwa layanan pendidikan, kesehatan dan layanan sosial lainnya diarahkan untuk meningkatkan derajat kehidupan sosial Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 I-2

7 masyarakat seiring dengan terbangunnya kehidupan keluarga sejahtera, terkelolanya persoalan dan dampak sosial perkotaan, meningkatnya partisipasi perempuan dan peran serta pemuda dalam pembangunan, aktivitas olahraga pendidikan, rekreasi dan prestasi serta aktualisasi budaya daerah sebagai fungsi sosial, normatif dan apresiasi. Misi keempat memiliki makna upaya untuk meningkatkan perekonomian ditempuh melalui peningkatan kapasitas dan perluasan sektor usaha bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menegah (UMKM), pengembangan industri kreatif, peningkatan daya tarik investasi, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif, yang bermuara pada pembentukan lapangan kerja baru dan kesempatan berusaha, terbentuknya daya saing perekonomian kota, dan laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Misi kelima bermakna bahwa dinamika pembangunan dan kehidupan warga Kota Bekasi harus diimbangi dengan upaya pengendalian terhadap potensi kerawanan sosial, gangguan ketertiban, penegakan Peraturan Daerah Penanggunalan Bencana serta kesatuan dan ketahanan bangsa, kerukunan hidup dan umat beragama, serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan Tujuan Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun 2017 adalah sebagai berikut: a. Menyediakan dokumen kebijakan umum pembangunan tahunan agar berbagai kegiatan pembangunan terarah dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. b. Menyediakan kerangka acuan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang memuat prioritas program dan pagu anggaran PD Dasar Hukum Landasan penyusunan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 I-3

8 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4700); 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 10. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 I-4

9 12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114); Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 I-5

10 23. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 518); 28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017; 29. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah; 30. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan Kota Bekasi; 31. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Bekasi; 32. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bekasi Tahun ; 33. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 05 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah Kota Bekasi; Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 I-6

11 34. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 10 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Bekasi; 35. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 11 Tahun 2013 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun ; 36. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 07 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bekasi; 37. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 26 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Bekasi Tahun Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 I-7

12 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015 dan Proyeksi Tahun 2016 Indikator ekonomi makro suatu daerah dapat menunjukkan kondisi perekonomian daerah tersebut. Beberapa indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian suatu daerah diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat inflasi, pendapatan per kapita, dan ekspor-impor. a. PDRB Kota Bekasi PDRB Kota Bekasi menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2014 PDRB dihitung berdasarkan tahun dasar baru, yaitu tahun dasar Sebelumnya tahun dasar yang digunakan dalam penghitungan PDRB adalah tahun dasar Tiga lapangan usaha sebagai penyumbang terbesar pembentukan PDRB Kota Bekasi tahun 2014 adalah kategori industri pengolahan; kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; dan kategori konstruksi. Kontribusi kategori industri pengolahan sebesar 36,04 persen, kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 23 persen dan kategori konstruksi sebesar 10,08 persen. Sejak tahun 2013 kategori konstruksi mampu menggeser peran kategori transportasi dan pergudangan. Hal tersebut tidak mengherankan karena beberapa tahun terakhir Kota Bekasi giat melaksanakan program pembangunan baik yang dilakukan pemerintah maupun pihak swasta. PDRB Kota Bekasi atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp ,99 milyar, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp ,66 milyar. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bekasi tahun 2014 adalah 5,61 persen. Secara umum kinerja kegiatan ekonomi di Kota Bekasi mengalami sedikit perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Perubahan tahun dasar dalam penyusunan PDRB mengharuskan adanya implementasi SNA 2008, yang berdampak pada perubahan konsep, definisi dan metodologi. Salah satu perubahan mendasar adalah perubahan pembagian lapangan usaha yang semula terdiri dari 9 sektor ekonomi menjadi 17 kategori ekonomi. Kota Bekasi sendiri melakukan penyusunan PDRB berdasarkan 16 kategori ekonomi. Kategori yang tidak dihitung di Kota Bekasi adalah kategori Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 1

13 pertambangan dan penggalian, karena tidak adanya kegiatan tersebut dalam perekonomian Kota Bekasi. PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, dimana Tahun dasar yang dipakai adalah Tahun Data yang disajikan adalah data series tahun 2011 sampai Disajikan menurut atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dimana PDRB tahun 2013 merupakan angka sementara dan data tahun 2014 merupakan angka sangat sementara. Berdasarkan data PDRB pertumbuhan ekonomi mengalami pola yang berbeda. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi tahun 2014 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Kategori yang mengalami laju pertumbuhan paling tinggi dibanding tahun sebelumnya adalah kategori Informasi dan Komunikasi sebesar 17,34 persen. Sedangkan Kategori yang mengalami pertumbuhan paling lambat adalah Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan di tahun 2013 pertumbuhannya mencapai 0,94 persen, di tahun 2014 pertumbuhannya -2,07 persen. Perkembangan, distribusi dan pertumbuhan PDRB Kota Bekasi atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan (2010) secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1a dan Tabel 2.1b. Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 2

14 Lapangan Usaha Tabel 2.1a PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rupiah) * 2014** 1 Pertanian, Kehutanan dan , , , , ,79 Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan , , , , ,11 4 Pengadaan Listrik dan Gas , , , , ,56 5 Pengadaan Air, Pengelolaan , , , , ,43 Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6 Kontruksi , , , , ,55 7 Perdagangan Besar dan , , , , ,86 Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan , , , , ,43 Pergudangan 9 Penyediaan Akomodasi dan , , , , ,58 Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi , , , , ,38 11 Jasa Keuangan da Asuransi , , , , ,17 12 Real Estate , , , , ,26 13 Jasa Perusahaan , , , , ,92 14 Administrasi Pemerintahan, , , , , ,11 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan , , , , ,11 16 Jasa Kesehatan dan , , , , ,63 Kegiatan Sosial 17 Jasa Lainnya , , , , ,70 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku , , , , ,59 Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 3

15 Lapangan Usaha 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan Tabel 2.1b PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Dasar Harga Konstan (2010) Tahun (Juta Rupiah) * , , , , ,85 0,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , ,68 4 Pengadaan Listrik dan Gas 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 6 Kontruksi 7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 12 Real Estate 13 Jasa Perusahaan 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 15 Jasa Pendidikan 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17 Jasa Lainnya PDRB Atas Dasar Harga Konstan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,96 b. Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan data PDRB Tahun , pertumbuhan ekonomi mengalami pola yang berbeda. Laju Pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi tahun 2014 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan paling tinggi dibandingkan tahun sebelumnya adalah sektor pendidikan sebesar 13,01 persen, naik sebesar 3,80 persen dari tahun Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan paling lambat adalah sektor jasa keuangan dan asuransi yaitu pada tahun 2013 Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 4

16 pertumbuhannya 12,93 persen dan pada tahun 2014 pertumbuhannya hanya 2,98 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi kurun waktu dengan pendekatan penyusunan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 menunjukkan gambaran seperti disajikan pada pada Grafik 2.1. Grafik 2.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Bekasi Sumber: Diolah dari BPS Kota Bekasi, 2015 c. Tingkat Inflasi Inflasi merupakan indikator penting dalam perekonomian yang berkaitan erat dengan daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi makro yang perlu mendapat perhatian pemerintah untuk dikendalikan. Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/ penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi didasarkan pada indeks harga konsumen (IHK) yang dihitung secara sampel di 45 (empat puluh lima) kota di Indonesia yang mencakup komoditas dan dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil survei biaya hidup (SBH). Pada Januari 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,37 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 120,54. Dari 7 kota IHK di Jawa Barat, tercatat semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,93 persen dan IHK 122,23. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Bekasi. Pada Grafik 2.2 di bawah ini terlihat pergerakan inflasi selama dua belas bulan terakhir dari Januari 2015 sampai dengan Januari Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 5

17 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Kota Bekasi Sumber : BPS Kota Bekasi 2016 Inflasi di Kota Bekasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks di 6 kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 2,65 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,19 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,05; kelompok sandang sebesar 0,52 persen; kelompok kesehatan 0,08 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,01 persen. Sedangkan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi tinggi sebesar 1,48 persen. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,65 persen. Sub kelompok yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah sub kelompok bumbu-bumbuan 7,65 persen, yang disebabkan karena naiknya harga bawang merah dan cabai merah. Laju inflasi tahun kalender 2016 year to date Kota Bekasi sebesar 0,37 persen dan laju inflasi tahun ke tahun year on year (Januari 2016 terhadap Januari 2015) sebesar 2,77 persen. Dari tujuh kota pantauan IHK di Jawa Barat Januari 2016, tercatat semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,93 persen dengan IHK 122,23. Berturut-turut diikuti Kota Bogor sebesar 0,88 persen dengan IHK 122,76; Kota Depok dengan inflasi 0,68 persen dengan IHK 122,03; Kota Sukabumi inflasi 0,67 persen dengan IHK 122,78; Kota Bandung inflasi 0,53 persen dengan IHK 122,36; Kota Cirebon dengan inflasi sebesar 0,50 persen dengan IHK 119,53; dan inflasi yang terendah Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 6

18 terjadi di Kota Bekasi. Laju inflasi Kota Bekasi sejak bulan Januari tahun 2014 hingga bulan Januari tahun 2016 disaji pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Laju Inflasi (%) Kota Bekasi Tahun (menurut bulan) Bulan Januari 0,63-0,40 1,10 0,85 0,74 1,49 1,15-0,17 0,37 Februari 1,63 0,59 0,65 0,18-0,14 0,67 0,43 0,06 N/A Maret 0,07-0,18-0,48-0,09 0,16 0,49 0,32-0,37 N/A April 1,24-0,53 0,07-0,95 0,14-0,04-0,80 0,10 N/A Mei 1,07 0,27 0,27 0,08-0,04 0,48-0,14 0,40 N/A Juni 1,24 0,01 0,74 0,51 0,51 1,48 0,47 0,43 N/A Juli 1,99 0,44 2,16 0,56 0,83 4,06 1,05 0,81 N/A Agustus 0,66 0,53 0,60 0,49 1,05 1,73 0,51 0,82 N/A September 1,13 0,78 0,07 0,20 0,06-1,20 0,12-0,38 N/A Oktober -0,17 0,23-0,09 0,25-0,29-0,15 0,36-0,32 N/A November 1,02 0,02 0,53 0,53-0,12-0,12 1,99 0,03 N/A Desember -0,82 0,17 1,02 0,79 0,52 0,30 1,99 0,91 N/A Sumber: BPS Kota Bekasi, 2016 d. Pendapatan per Kapita PDRB per Kapita Kota Bekasi atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 PDRB per Kapita tercatat sebesar Rp (ADHB) dan Rp (ADHK), kemudian pada tahun 2013 tumbuh menjadi sebesar Rp (ADHB) dan Rp (ADHK). Namun demikian, laju pertumbuhan PDRB per Kapita ini masih kalah cepat dengan pertumbuhan PDRB-nya. PDRB perkapita di Kota Bekasi pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 24,27 juta, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 23,45 juta. Angka ini memiliki makna bahwa setiap orang di Kota Bekasi diperkirakan memiliki pendapatan sebesar Rp. 24,27 juta pada tahun Perkembangan PDRB per Kapita Kota Bekasi pada kurun waktu disajikan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Perkembangan PDRB per Kapita Kota Bekasi Tahun PDRB per Kapita (Rp) Pertumbuhan PDRB per Kapita (%) ADHB ADHK ADHB ADHK ,28% -8,82% ,47% 12,06% ,55% 12,69% N/A 3,50% N/A Sumber : Kota Bekasi dalam Angka 2014 Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 7

19 Tahun e. Ekspor-Impor Ekspor dan impor Kota Bekasi selama kurun waktu tahun menunjukkan perkembangan cukup baik, karena menghasilkan ekspor neto yang selalu positif dengan pertumbuhan ekspor yang selalu tinggi. Perkembangan ekspor Kota Bekasi pada tahun 2008 tercatat sebesar US$ ,60 dan meningkat signifikan menjadi US$ ,83 pada tahun Sementara itu, nilai impor di kurun waktu yang sama tercatat sebesar US$ ,75 dan meningkat menjadi US$ ,86. Dalam kurun waktu tersebut nilai ekspor meningkat hampir dua kali lipat, sementara nilai impor meningkat relatif moderat. Akan tetapi pada tahun berikutnya (2013) nilai ekspor pertumbuhan nilai ekspor menurun tajam (-43,05%), sementara nilai impor menunjukkan pertumbuhan positif (11,49%) meski mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh nilai mata uang rupiah (terhadap dolar AS) yang terus melemah. Pertumbuhan Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 8 yang sedemikian tercatat terjadi hingga tahun 2015, meskipun dari sisi volume pada tahun 2014 meningkat namun secara nominal rupiah belum mampu mendorong pertumbuhan positif di tahun berikutnya. Namun demikian, seiring dengan perbaikan kondisi nilai mata uang rupiah, serta volume dan nilai impor yang melambat, pada tahun 2016 diperkirakan dapat tercapai pertumbuhan positif volume maupun nilai nominal ekspor. Pergerakan sejumlah kegiatan di sektor barang dan jasa di Kota Bekasi yang mulai diorientasikan pada pasar nasional dan internasional menjadi salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan nilai ekspor neto secara signifikan (dari -30,96% naik menjadi 10,23%). Perkembangan ekspor-impor Kota Bekasi tahun disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Perkembangan Ekspor-Impor Kota Bekasi, Nilai (US$) Pertumbuhan (%) Ekspor Ekspor Impor Ekspor Neto Ekspor Impor Neto , , , , , ,36 46,48 21,52 56, , , ,48 17,65 4,10 21, , , ,02 70,05 85,00 66, , , ,97 83,33 25,00 100, , , ,87-43,05 11,49-53, , , ,47-6,03 10,00-13, , , ,86-20,86-2,73-30, , , ,07 5,46-0,61 10,23 Sumber : Disperindagkop Kota Bekasi, Data Diolah Kembali, 2015

20 Perkembangan capaian Indikator kesejahteraan ekonomi Kota Bekasi secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.5 Indikator Makro Ekonomi Kota Bekasi No. Indikator 2015* 2016** 1. PDRB ADH Konstan 2010 (juta rupiah) , ,05 2. Pertumbuhan Ekonomi (%) 8,29 5,27 3. PDRB ADH Berlaku (juta rupiah) , ,75 4. PDRB Perkapita ADH Berlaku (rupiah) , ,03 5. Laju Inflasi (%) 0,91 0,37 6. Ekspor (USD) , ,19 7. Impor (USD) , ,11 8. Pendapatan Pajak Daerah (Rp) , ,79 9. DAU (Rp) , , Angkatan Kerja (org) Jumlah Usia Kerja (15+) (org) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) - - (%) 13. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - - Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka, *) Angka Perkiraan Sementara, **) Angka Proyeksi Hasil Analisis, Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan 2017 Kondisi perekonomian Kota Bekasi tahun 2016 masih dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian dunia, perekonomian nasional, maupun regional Provinsi Jawa Barat. Tantangan yang dihadapi berkaitan dengan kondisi perekonomian di tingkat internasional antara lain adalah indikasi meningkatnya perdagangan bebas antara Asia Tenggara dan China (ACFTA) yang terus berkembang sejak tahun 2010, serta implikasi dari berlakunya perdagangan bebas Asean Economic Community (AEC) yang berawal sejak tahun 2015 lalu. Dampak krisis ekonomi global yang meluas di wilayah Eropa dan Amerika masih menunjukkan indikasi berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, yang diperkirakan masih terjadi sampai akhir tahun 2016 atau bahkan berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Kondisi sedemikian secara tidak langsung berpotensi turut mempengaruhi daya tahan perekonomian Indonesia, terutama upaya pemulihan sektor perdagangan dan jasa serta sektor industri. Selain itu, situasi dalam negeri yang terkait sejumlah kebijakan pemerintah dalam upaya mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian nasional melalui lokus dan fokus pembangunan infrastruktur pendukung pertumbuhan ekonomi, diperkirakan akan berimbas terhadap kondisi perekonomian di Jawa Barat dan Kota Bekasi pada tahun Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 9

21 Semakin intensifnya pasar bebas/globalisasi menuntut peningkatan kualitas produk barang dan jasa secara lebih kompetitif. Untuk itu dalam rangka mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk-produk lokal di pasar regional ataupun global, tantangan ke depan adalah meningkatkan kualitas dan produktivitas barang dan jasa secara bertahap dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Indonesia maupun Standar Mutu Internasional. Tantangan lainnya adalah permintaan impor produk bahan baku industri yang masih relatif tinggi serta tuntutan kebutuhan pembiayaan penyediaan infrastruktur utama maupun penunjang kegiatan ekonomi yang relatif besar. Kondisi sedemikian mempengaruhi kelangsungan upaya perbaikan maupun stabilisasi perekonomian indonesia yang terkena imbas gejolak ekonomi global. Kondisi ketergantungan terhadap unsur-unsur luar, baik aspek ketersediaan bahan baku pada beragam sektor industri atau pun aspek kebutuhan investasi infrastruktur dan jasa yang cukup besar dalam mewujudkan kemandirian ekonomi, merupakan pilihan yang dilematis. Kedua sisi kepentingan tersebut membutuhkan perhitungan yang cermat agar minimal mampu menghasilkan solusi kebijakan yang proporsional, kalau pun tidak dapat menetapkan sebuah keputusan yang tepat serta bijak. Potensi pertumbuhan perekonomian dunia yang relatif lambat pada beberapa wilayah perkonomian dunia berpengaruh terhadap upaya pemulihan perekonomian Indonesia, indikasinya antara lain nilai tukar rupiah yang masih relatif lemah yang berimbas pada tingkat inflasi yang masih relatif tinggi. Sejumlah kebijakan yang ditetapkan pemerintah pun menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga stabilitas perekonomian daerah, antara lain penerapan kebijakan pengurangan subsidi BBM secara situasional, penerapan penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) yang relatif intens, serta perluasan investasi nasional dan multinasional dalam percepatan pembangunan sekaligus pemerataan penyediaan infrastruktur inti pendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan trend pertumbuhan ekonomi beberapa tahun sebelumnya dan mencermati kondisi perekonomian nasional dan dunia, laju pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi tahun 2016 dan 2017 diperkirakan mampu mengalami sedikit percepatan dengan capaian sekitar 6,10 persen dan 6,19 persen. Laju pertumbuhan sedemikian relatif menunjukkan percepatan laju dibandingkan tahun-tahun 2013, 2014 dan 2015 yang masing-masing mencapai 6,04 persen, 5,61 persen dan 5,95 persen. Hal ini disebabkan antara lain oleh potensi yang ditunjukkan sektor konstruksi, sektor jasa pendidikan, serta sektor pengadaan listrik dan gas yang merupakan tiga lapangan usaha penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Bekasi. Namun demikian, dalam kondisi perkembangannya terdapat potensi Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 10

22 dari sektor lapangan usaha lainnya yang berpotensi mencapai tingkat pertumbuhan melampaui tiga besar lapangan usaha tersebut di atas, antara lain sektor penyediaan akomodasi dan makan minum serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Laju pertumbuhan sektor konstruksi pada tahun 2016 diperkirakan akan mencapai 19,33 persen dan tahun 2017 sebesar 21,06 persen. Kemudian secara berturut-turut, laju pertumbuhan dari sektor jasa pendidikan diperkirakan mencapai 15,47 persen pada 2016 yang naik menjadi 16,87 persen pada 2017, dan laju pertumbuhan sektor pengadaan listrik dan gas diperkirakan mencapai 14,82 persen pada 2016 yang naik menjadi 17,29 persen pada Tingkat pertumbuhan dari masing-masing lapangan usaha yang merupakan sektor penyumbang terbesar pembentukkan PDRB tersebut umumnya relatif lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan total PDRB (ADK 2010). Sektor-sektor lapangan usaha lainnya yang berpotensi mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan total PDRB pada tahun 2016 dan 2017 secara konsisten antara lain adalah: jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Sementara itu, sektor lapangan usaha lainnya diperkirakan masih memiliki laju pertumbuhan yang positif meskipun relatif moderat. Proyeksi Pertumbuhan PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Tahun dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini. Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 11

23 Tabel 2.6 Proyeksi PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2010) Tahun Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan , ,06-1,23% -1,25% 2 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 3 Industri Pengolahan , ,72 3,28% 3,18% 4 Pengadaan Listrik dan Gas , ,21 5,55% 5,26% 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, , ,48 Limbah dan Daur Ulang 5,76% 5,45% 6 Kontruksi , ,64 9,21% 8,43% , ,55 5,06% 4,82% 7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan , ,55 7,13% 6,65% 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , ,36 6,49% 6,09% 10 Informasi dan Komunikasi , ,99 8,93% 8,19% 11 Jasa Keuangan dan Asuransi , ,18 6,51% 6,11% 12 Real Estate , ,99 5,71% 5,40% 13 Jasa Perusahaan , ,33 7,27% 6,78% 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan , ,72 dan Jaminan Sosial Wajib 2,64% 2,57% 15 Jasa Pendidikan , ,63 7,79% 7,22% 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , ,36 6,33% 5,95% 17 Jasa Lainnya , ,42 5,41% 5,13% PDRB Atas Dasar Harga Konstan (2010) Sumber : Hasil Proyeksi, , ,17 5,27% 5,00% Berdasarkan distribusi PDRB Kota Bekasi atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, dua sektor yang diperkirakan tetap memberikan kontribusi terbesar pada tahun 2016 dan 2017 adalah sektor konstruksi dan sektor jasa pendidikan. Sementara itu, sektor pengadaan listrik dan gas menunjukkan perkembangan yang baik dengan tingkat kontribusi terhadap pembentukan PDRB pada urutan ketiga. Proyeksi distribusi PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Tahun atas dasar harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut ini. Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 12

24 Tabel 2.7 Proyeksi Distribusi PDRB Kota Bekasi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga BerlakuTahun Lapangan Usaha 2016** 2017** 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan , ,80 4,47% 4,27% 2 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 NA NA 3 Industri Pengolahan , ,12 6,68% 6,27% 4 Pengadaan Listrik dan Gas , ,85 17,91% 10,93% 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, , ,98 Limbah dan Daur Ulang 9,93% 7,20% 6 Kontruksi , ,81 20,30% 10,36% , ,37 8,07% 7,46% 7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan , ,05 11,64% 8,29% 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , ,54 12,74% 8,28% 10 Informasi dan Komunikasi , ,47 13,67% 8,68% 11 Jasa Keuangan dan Asuransi , ,80 12,60% 8,91% 12 Real Estate , ,39 9,35% 7,16% 13 Jasa Perusahaan , ,66 17,38% 8,86% 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan , ,23 dan Jaminan Sosial Wajib 6,83% 6,39% 15 Jasa Pendidikan , ,09 18,59% 9,76% 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , ,03 12,85% 7,61% 17 Jasa Lainnya , ,09 10,27% 6,91% PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sumber : Hasil Proyeksi, , ,27 10,33% 7,70% Untuk mewujudkan laju pertumbuhan ekonomi sesuai dengan atau melebihi proyeksi tersebut, maka : Kinerja sektor-sektor konstruksi, jasa pendidikan, serta pengadaan listrik dan gas sebagai tiga besar lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukkan PDRB Kota Bekasi harus dipertahankan atau ditingkatkan laju pertumbuhannya melalui upaya mendorong investasi di sektor lapangan usaha tersebut. Upaya yang bisa dilakukan diantaranya adalah mempermudah dan mempercepat proses perizinan usaha serta mengembangkan infrastruktur yang mendukung sektor-sektor tersebut; Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 13

25 Mendorong peningkatan kinerja sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang berpotensi mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan total PDRB melalui upaya mendorong peningkatan mutu produk maupun produktifitas yang didukung ketersediaan infrastruktur yang diperlukan; Memfasilitasi berbagai upaya yang mendukung perkembangan kegiatan di sektor-sektor transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa perusahaan, dan jasa lainnya agar tingkat pertumbuhannya mampu memiliki kontribusi terhadap PDRB, melalui regulasi kegiatan usaha maupun ketersediaan layanan infrastruktur pendukungnya; Secara umum kebijakan ekonomi daerah Kota Bekasi tahun 2017 diarahkan pada : 1. Mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan sektor konstruksi, jasa pendidikan, serta pengadaan listrik dan gas dengan pertumbuhan di atas pertumbuhan total PDRB melalui mekanisme kemudahan perijinan, regulasi penyediaan insentif pajak/retribusi, regulasi penyediaan fasilitas infrastruktur pendukung, dan lain-lain; 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah menjadi di atas rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir, atau dalam kisaran rata-rata 7,0% per tahun; 3. Meningkatkan kualitas belanja pemerintah melalui peningkatan belanja investasi di sektor-sektor strategis mencakup pembangunan infrastruktur dasar perkotaan (pendukung peningkatan mutu pelayanan prasarana dasar perkotaan) maupun infrastruktur pendukung pembangunan (pendorong pertumbuhan ekonomi dan pengembangan perkotaan), melalui: peningkatan nilai penyertaan modal pemerintah daerah, pembentukkan kerja sama antar pemerintah daerah (kabupaten/kota, provinsi, pusat), dan pembentukkan badan usaha milik daerah; 4. Meningkatkan investasi daerah melalui intensifikasi promosi beragam potensi daerah; 5. Menggali dan mengoptimalkan potensi ekonomi lokal, khususnya lapangan usaha ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas UMKM dan Koperasi, yang disertai dukungan fasilitas maupun aksesibilitas terhadap berbagai sumber daya ekonomi yang ada (tenaga kerja terampil, lembaga mitra bina usaha, lembaga keuangan, dan lain-lain). Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 II- 14

26 BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar Dalam APBN Tahun 2017 Beberapa asumsi yang digunakan oleh pemerintah dalam penyusunan APBN tahun 2017 sebagai berikut: 1. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 ditargetkan mencapai kisaran pertumbuhan 5,3% yang didasarkan pada pertimbangan bahwa potensi dan berbagai risiko ekonomi eksternal maupun domestik diperkirakan mampu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 lebih baik dibanding tahun sebelumnya; 2. Laju inflasi pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 4,0% atau dalam kisaran 4,0±0,1%. Salah satu upaya yang akan dilakukan Pemerintah dalam menjaga tingkat inflasi adalah kebijakan memitigasi terjadinya gejolak harga pangan dan energi domestik yang ditempuh melalui strategi pengendalian dari sisi produksi, distribusi, maupun konsumsi. Selain itu, Pemerintah juga telah mengalokasikan anggaran guna stabilisasi harga pangan serta dana cadangan beras pemerintah yang dapat dimanfaatkan pada saat terjadi kelangkaan barang dan gejolak harga melalui programprogram, seperti operasi pasar dan penyediaan bahan pangan pokok dengan harga terjangkau; 3. Pertumbuhan jumlah penduduk miskin tahun 2017 diharapkan dapat ditekan hingga kisaran 9,5% sampai 10,5% melalui upaya memperbaiki distribusi pendapatan, sehingga pendapatan penduduk pada kelompok 40% terbawah dapat tumbuh lebih baik dan menciptakan kualitas hidup yang lebih baik. Selain mendorong penciptaan lapangan kerja lebih luas, upaya peningkatan akses terhadap pelayanan dasar, perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan, serta program-program pemberdayaan masyarakat akan tetap dilanjutkan dalam upaya mengurangi angka kemiskinan, antara lain melalui kebijakan pengembangan dan penguatan sistem penyediaan layanan dasar, peningkatan efektivitas program bidik misi, penataan asistensi sosial (KIS,KIP,KKS), perluasan cakupan kepesertaan jaminan sosial, serta integrasi data kependudukan dan kepesertaan jaminan sosial. Sejalan dengan itu juga akan didorong implementasi kebijakan kemiskinan terkait revolusi mental guna memperkuat program pengentasan kemiskinan, antara lain: (1) redesign program yang memungkinkan perubahan mindset masyarakat miskin menjadi produktif, mandiri, dan bermartabat, (2) mengaitkan program sosial yang Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 III- 1

27 mendorong masyarakat miskin peduli dengan kesehatan, pendidikan, dan keluarga berencana, serta (3) mempromosikan solidaritas sosial di masyarakat; 4. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada tahun 2017 diharapkan dapat diturunkan pada kisaran 5,3%-5,6% melalui upaya penciptaan lapangan kerja dan keadilan bagi tenaga kerja guna mendorong peningkatan taraf hidup penduduk pada kelompok 40% ekonomi terbawah (dalam jangka pendek), dan meningkatkan efisiensi pasar tenaga kerja sebagai salah satu kunci keberhasilan peningkatan pertumbuhan ekonomi (dalam jangka panjang); 5. Nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat, meskipun diperkirakan masih akan mengalami depresiasi sebagai implikasi dari beragam faktor luar maupun dalam negeri, namun nilai tukar rupiah tahun 2017 direncanakan dalam kisaran per dollar AS; 6. Indonesia Crude Price/ICP (harga minyak mentah Indonesia) tahun 2017 direncanakan dalam kisaran harga US$ 45 per barel; 7. Lifting minyak bumi pada tahun 2017 diperkirakan mencapai barel per hari; dan 8. Lifting gas bumi pada tahun 2017 diperkirakan mencapai barel setara minyak per hari Laju Inflasi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, disertai tingkat perkembangan harga (inflasi) juga tinggi akan berdampak terhadap menurunnya daya beli masyarakat. Sementara itu dalam dimensi makro, inflasi yang tinggi juga dapat mengurangi daya saing atas produk barang dan jasa. Laju inflasi Kota Bekasi tahun 2017 sesuai dengan RPJMD ditargetkan kurang dari 6%. Keterlibatan langsung pemerintah daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan sangat diperlukan guna menjaga stabilitas harga. Pada periode sebelumnya, laju inflasi diharapkan tetap terjaga dengan asumsi tidak diberlakukan kebijakan kenaikan harga BBM, gas, dan tarif dasar listrik. Namun demikian, seiring perkembangan kondisi perekonomian nasional sebagai implikasi dari diberlakukannya mekanisme penetapan tarif harga BBM serta penyesuaian tarif harga dasar listrik dan gas, diperkirakan tahun 2016 inflasi di Kota Bekasi berpotensi mencapai 5,00%, meskipun pada tahun 2017 seiring perkembangan stabilitas perekonomian nasional yang cenderung membaik, diprediksikan inflasi di Kota Bekasi dibawah 5,00%. Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 III- 2

28 3.3. Pertumbuhan Ekonomi Diharapkan kegiatan perekonomian Kota Bekasi pada tahun 2017 dapat pulih kembali walaupun masih dirasakan akibat dampak krisis perekonomian global sehingga pertumbuhan dari masing masing sektor dapat memberikan kontribusi yang lebih terhadap PDRB. Prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 6,10%, dan tahun 2017 sebesar 6,19% dapat tercapai jika stabilitas harga barang dan jasa terjaga Asumsi Lainnya Beberapa asumsi lain yang digunakan dalam penyusunan APBD tahun 2017 sebagai berikut: 1. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kota Bekasi diharapkan dapat meningkat menjadi sebesar Rp 25-juta pada tahun 2017 seiring dengan peningkatan PDRB. 2. Tingkat pengangguran terbuka Kota Bekasi diharapkan menurun menjadi 9,10% pada tahun Pengangguran diharapkan semakin menurun apabila didukung peningkatan investasi. Oleh karena itu perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga dapat meningkatkan minat dan realisasi investasi di Kota Bekasi. 3. Diharapkan jumlah penduduk miskin diharapkan dapat menurun seiring dengan peningkatan pendapatan perkapita penduduk. Pada tahun 2016 direncanakan persentase penduduk miskin menurun menjadi 5,5% dan pada tahun 2017 ditargetkan dapat diturunkan hingga kisaran 5,0%. Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 III- 3

29 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1 Kebijakan Pendapatan Daerah 1. Kinerja Pendapatan Daerah Komponen pendapatan daerah Kota Bekasi meliputi Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kelompok pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan menurut jenis pendapatan terdiri dari bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Pendapatan daerah Kota Bekasi meningkat dari tahun ke tahun, baik dari target maupun realisasinya. Pada Tabel 4.1 disajikan rangkuman data pendapatan daerah sepanjang periode yang menunjukkan kinerja realisasi pendapatan daerah lebih dari 100% atau melebihi dari target, kecuali tahun 2010 sampai 2015 lalu yang tidak mencapai target. Kinerja realisasi pendapatan lebih dari 100% menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Bekasi berhasil menghimpun sumber pendapatan melebihi target yang ditetapkan pada awal tahun rencana. Pertumbuhan realisasi pendapatan tertinggi terjadi tahun 2011 (40,09%), sedangkan pertumbuhan realisasi pendapatan terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar (7,33%). Tabel 4.1. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bekasi, Pertumbuhan Tahun Target Realisasi Kinerja (%) Anggaran (Rp) (Rp) (%) Target Realisasi ,91 16,19 16, ,29 17,13 7, ,57 27,54 40, ,70 24,31 20, ,64 11,56 10, ,51 20,05 17, ,51 11,40 13,69 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, Juni 2016, diolah Berdasarkan proporsi realisasi komponen pendapatan terhadap total pendapatan daerah pada periode menunjukkan trend peningkatan pada proporsi PAD dan Lain-lain Pendapatan yang Sah serta penurunan pada proporsi Dana Perimbangan. Proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah tahun 2009 Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 IV- 1

30 sebesar 15,69% dan meningkat menjadi 38,03% pada tahun Sementara proporsi dana perimbangan tahun 2009 sebesar 57,86% dan menurun menjadi 33,68% pada tahun Nominal PAD Kota Bekasi tahun 2009 sebesar Rp dan secara bertahap dari tahun ke tahun meningkat hingga pada tahun 2015 mencapai Rp Kenaikan PAD yang cukup signifikan dipengaruhi oleh adanya pelimpahan kewenangan pengelolaan beberapa pajak diantaranya Pajak Bumi dan Bangunan serta BPHTB (berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009). Meningkatnya proporsi PAD berarti meningkatnya kemandirian daerah. Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas pembangunan daerah. Pada Tabel 4.2 disajikan rincian proporsi realisasi komponen pendapatan terhadap total pendapatan daerah Kota Bekasi periode Tabel 4.2. Proporsi Realisasi Komponen Pendapatan Terhadap Total Pendapatan Daerah Kota Bekasi (Dalam Rupiah dan %) Lain-lain Tahun PAD Dana Perimbangan Total Pendapatan yg Sah ,69 57,86 26, ,84 57,81 23, ,60 43,24 31, ,41 45,34 27, ,80 40,10 27, ,63 36,97 28, ,03 33,68 28, Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, Juni 2016, diolah Apabila dana alokasi khusus komponen pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan serta dana penyesuaian dan otonomi khusus dan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya yang merupakan komponen lain-lain pendapatan yang sah dikeluarkan dari perhitungan pendapatan daerah, maka realisasi pendapatan daerah Kota Bekasi kurun waktu akan terlihat seperti pada Tabel 4.3. Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 IV- 2

31 Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bekasi Penerimaan Daerah*) Pertumbuhan Tahun (Rp) (%) , , , , , , ,56 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, 2016, diolah *)Tanpa Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bekasi Melihat Tabel 4.3 dan diagram diatas, menunjukkan perkembangan pendapatan daerah tanpa memasukkan kontribusi Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Pada tahun 2009 pendapatan daerah tercatat mencapai Rp dan tahun 2015 tercatat meningkat menjadi Rp atau tumbuh rata-rata 17,79% per tahun. Pertumbuhan pendapatan dari tahun 2014 ke tahun 2015 (12,56%) menunjukkan angka dibawah rata-rata pertumbuhan per-tahun. Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2017 IV- 3

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN 2016 Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI iv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT PUSAT STATISTIK STATISTIK KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN No. 01/11/1215/Thn.2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Humbang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 No. 01/08/12.77/Th.XVII, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2016 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Perubahan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016 No. 77/11/33/Th.X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- TUMBUH 5,6 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III-15 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2017 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 No. 11/2//13/Th XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Hal mendasar dalam perencanaan pembangunan tahunan adalah kemampuannya dalam memproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah secara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN DAIRI No. 01/10/1210/Th. IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi tahun 2015, diukur berdasarkan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN LANGKAT No. 01/11/1213/Th. IX, 1 Nopember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 TUMBUH 2,40 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN II/2015 No. 42/08/14/Th.XVII, 05 Agustus 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang berkesinambungan dan berlanjut menuju keadaan yang lebih baik. Peran pemerintah sangat penting

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci