hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah... 8 a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 8 b. Struktur Perekonomian Daerah c. Pendapatan Perkapita d. Pertumbuhan Ekonomi e. Inflasi f. Indeks Pembangunan Manusia Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun Perencanaan BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBD Tahun Laju Inflasi Pertumbuhan PDRB Lain-Lain Asumsi BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH Pendapatan Daerah Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Target Pendapatan Daerah Upaya-Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 hal- i

2 4.2. Belanja Daerah Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan, Dan Belanja Tidak Terduga Kebijakan Pembangunan Daerah Kebijakan Belanja Langsung Pembiayaan Daerah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Ringkasan RAPBD BAB V PENUTUP 66 Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 hal- ii

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran. Artinya bahwa penetapan kebijakan serta target pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan daerah dalam APBD merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan daerah yang sangat menentukan kualitas APBD. Oleh karena itu, penyusunan APBD harus dilakukan dengan penuh keseriusan, kecermatan dan ketelitian tersendiri. Hal ini dimaksudkan agar dokumen APBD yang tersusun dapat realisitis, rasional dan akuntabel sehingga penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu tahapan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA). Dari sisi legal, Pasal 310 ayat 1 Undang undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa kepala daerah menyusun KUA dan PPAS berdasarkan RKPD. Hal ini sejalan dengan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mengamanatkan bahwa Kepala Daerah menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga mengamanatkan bahwa dalam penyusunan KUA dan PPAS Kepala Daerah berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Hal ini berarti bahwa proses penyusunan KUA harus mengikuti program dan kegiatan yang telah tercantum pada RKPD. Dengan kata lain, dokumen KUA harus searah dengan RKPD. Secara substansi dokumen KUA Tahun Anggaran 2017 adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk tahun Dengan demikian, maka dokumen KUA tahun 2017 Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

4 pada dasarnya memuat kebijakan umum daerah tahun anggaran 2017 yang menjadi pedoman dan ketentuan umum dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kebijakan umum ini diharapkan dapat menjembatani antara arah dan tujuan strategis dengan ketersediaan anggaran. KUA Kabupaten Bangkalan Tahun 2017 adalah salah satu dokumen perencanaan pembangunan yang disusun dalam rangka proses perencanaan pembangunan tahun Program dan kegiatan dalam Rancangan KUA Tahun 2017 telah disusun berdasarkan RKPD Tahun 2017 sebagai penjabaran dari sasaran dan capaian RPJMD dengan klasifikasi urusan-urusan Pemerintah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Sesuai ketentuan dalam pasal 85 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, rancangan KUA memuat: kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan strategi pencapaiannya. Selanjutnya dalam pasal 87 ayat (1) disebutkan Rancangan KUA disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. KUA ditetapkan dengan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Bangkalan dengan DPRD Kabupaten Bangkalan. Dalam kaitan tersebut, maka KUA akan menjadi dokumen perencanaan pembangunan yang secara politis menjembatani Peraturan Bupati Bangkalan tentang RKPD Kabupaten Bangkalan Tahun 2017 dengan penyusunan RAPBD Kabupaten Bangkalan Tahun Tujuan Penyusunan KUA Tujuan penyusunan KUA Kabupaten Bangkalan Tahun Anggaran 2017 adalah: 1. Memberikan arah bagi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pada tahun 2017 yang merupakan penjabaran kebijakan pembangunan sebagaimana Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

5 tertuang dalam dokumen RKPD tahun 2017 dengan sumber pendanaan dan penerimaan daerah. 2. Mengoptimalkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 3. Meningkatkan koordinasi antara eksekutif dan legislatif dalam memantapkan penyusunan perencanaan anggaran yang transparan dan akuntabel Dasar Hukum Penyusunan KUA Penyusunan KUA Kabupaten Bangkalan Tahun 2017 berpedoman pada : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 7. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043); Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

6 8. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5049); 9. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 10. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7); 11. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5584); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4712); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4575); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4576) sebagaimana dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155); Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

7 16. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4577); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4578); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4585); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4614); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4972); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 5161); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standart Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 5165); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 5165); Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

8 25. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 5272); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; 27. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah; 28. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah; 29. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 30. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017; 31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran dan Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional; 33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016; 34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017; 35. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 15 Tahun 2007 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 4 Tahun 2013; Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

9 36. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bangkalan; 37. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah; 38. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 9 Tahun 2010 tentang Retribusi Jasa Umum; 39. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 10 Tahun 2010 tentang Retribusi Jasa Usaha; 40. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 11 Tahun 2010 tentang Retribusi Perijinan Tertentu; 41. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik ; 42. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 2 tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun ; 43. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 10 Tahun 2013 tentang Penyertaan Modal Daerah Kepada Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta dan Kelompok Usaha Masyarakat; 44. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah; 45. Peraturan Bupati Nomor 48 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Subsidi, Hibah, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Nomor 73 tahun 2012; 46. Peraturan Bupati Nomor Tahun 2016 tentang Perubahan Pertama Perbup nomor 15 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bangkalan tahun Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

10 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang mantap dan berkualitas akan berpengaruh terhadap pembangunan suatu daerah. Oleh karena itu historis pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk menjadi dasar perencanaan pembangunan daerah. Perkembangan indikator ekonomi makro daerah Kabupaten Bangkalan yang meliputi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); Struktur Perekonomian Daerah; Pendapatan Perkapita; Pertumbuhan Ekonomi; Inflasi; Indeks Pembangunan Manusia, masih menunjukkan kondisi yang cukup baik meskipun masih diperlukan upaya-upaya yang lebih intensif sebagai langkah untuk mencapai visi dan misi pembangunan Kabupaten Bangkalan. Beberapa perkembangan indikator makro pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan tahun dapat disajikan sebagai berikut : a) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dalam kurun waktu lima tahun terakhir sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebagaimana tabel 2.1, PDRB Kabupaten Bangkalan Atas Dasar Harga Berlaku 2010 (ADHB) menunjukkan trend meningkat dari tahun ke-tahun. Pada tahun 2012 PDRB (ADHB) Kabupaten Bangkalan sebesar Rp ,44 juta rupiah, meningkat menjadi Rp ,60 juta rupiah pada tahun 2013 atau naik 12% dari tahun Pada tahun 2014 masih mengalami peningkatan mencapai Rp ,76 juta rupiah, naik 10,61% dari tahun Peningkatan PDRB (ADHB) Kabupaten Bangkalan juga diproyeksikan meningkat untuk tahun 2015 yaitu Rp ,38 juta rupiah atau naik 11,22% dari tahun Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

11 2014 dan tahun 2016 PDRB (ADHB) Kabupaten Bangkalan diprediksi mencapai Rp ,00 juta rupiah atau meningkat 9,11% dari proyeksi tahun Tabel 2.1 PDRB ADHB Kabupaten Bangkalan Tahun (Juta Rupiah) NO LAPANGAN USAHA 2012*) 2013*) 2014**) 2015***) 2016***) 1. Pertanian, Kehutanan, dan , , , , ,00 Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian , , , , ,30 3. Industri Pengolahan , , , , ,70 4. Pengadaan listrik dan gas 5.403, , , , ,70 5. Pengadaan air, pengelolaan , , , , ,80 sampah, limbah dan daur ulang 6. Konstruksi , , , , ,30 7. Perdagangan Besar dan Eceran; , , , , ,50 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan , , , , ,80 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan , , , , ,40 Minum 10. Informasi dan Komunikasi , , , , , Jasa Keuangan dan Asuransi , , , , , Real Estate , , , , , Jasa Perumahan , , , , , Administrasi Pemerintahan, , , , , ,70 Pertahanan dan Jaminan Social Wajib 15. Jasa Pendidikan , , , , , Jasa Kesehatan dan Kegiatan Social , , , , , Jasa Lainnya , , , , ,60 Sumber Data Keterangan PDRB TANPA MIGAS , , , , ,00 : BPS Kabupaten Bangkalan : *)Angka Sementara **) Angka Direvisi ***)Angka Proyeksi Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Bangkalan sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebagaimana tabel 2.2, juga mengalami peningkatan yang signifikan, dari Rp ,33 juta rupiah pada tahun 2012 naik menjadi Rp ,86 juta rupiah pada tahun 2013 atau naik 6,5% dari tahun Pada tahun 2014 PDRB (ADHK) Kabupaten Bangkalan kembali meningkat menjadi Rp ,65 atau naik 5,02% dari tahun Untuk tahun 2015 PDRB Kabupaten Bangkalan diproyeksikan semakin meningkat menjadi Rp ,70 atau naik sebesar 5,21% dari tahun Sehingga pada tahun 2016, PDRB (ADHK) Kabupaten Bangkalan diperkirakan mencapai Rp ,00 atau naik 4,86% dari proyeksi tahun Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

12 Tabel 2.2 PDRB ADHK Kabupaten Bangkalan Tahun (Juta Rupiah) NO LAPANGAN USAHA 2012*) 2013*) 2014**) 2015***) 2016***) 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan , , , , ,20 2. Pertambangan & Penggalian , , , , ,80 3. Industri Pengolahan , , , , ,10 4. Pengadaan listrik dan gas 6.135, , , , ,80 5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, , , , , ,20 limbah dan daur ulang 6. Konstruksi , , , , ,70 7. Perdagangan Besar dan Eceran; , , , , ,40 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan , , , , ,80 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan , , , , ,10 Minum 10. Informasi dan Komunikasi , , , , , Jasa Keuangan dan Asuransi , , , , , Real Estate , , , , , Jasa Perumahan , , , , , Administrasi Pemerintahan, , , , , ,10 Pertahanan dan Jaminan Social Wajib 15. Jasa Pendidikan , , , , , Jasa Kesehatan dan Kegiatan Social , , , , , Jasa Lainnya , , , , ,50 PDRB TANPA MIGAS , , , , ,00 Sumber Data : BPS Kabupaten Bangkalan Keterangan : *)Angka Sementara Angka Direvisi ***)Angka Proyeksi Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa perekonomian Kabupaten Bangkalan sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami trend positif seperti tergambar dalam (grafik 2.1) dimana secara keseluruhan nilai PDRB (ADHB) Kabupaten Bangkalan sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami peningkatan yang signifikan dengan rata-rata peningkatan sebesar 10,74% per tahun. Grafik 2.1 Perkembangan PDRB Kabupaten Bangkalan Tahun , , , , , , , , ,00 0, *) 2013*) 2014**) 2015***) 2016***) PDRB ADHB PDRB ADHK Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

13 b) Struktur Perekonomian Daerah Struktur ekonomi suatu daerah tercermin melalui seberapa besar peranan masing masing sektor ekonomi atau lapangan usaha terhadap jumlah total nilai tambah dari seluruh sektor/lapangan usaha. Pergeseran yang disertai pertumbuhan antar sektor tersebut menunjukkan bahwa proses pembangunan mengarah pada perubahan yang positif. Untuk melihat perekonomian Kabupaten Bangkalan dari sisi ini, bisa diamati dari perkembangan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Hasil dari proses pembangunan akan memberikan akibat terjadinya pergeseran struktural ekonomi, yakni pergeseran peranan dari masing-masing sektor yang tercermin dari tabel distribusi persentase PDRB (ADHB) Kabupaten Bangkalan (tabel 2.3). Tabel 2.3 Distribusi Persentase PDRB ADHB Kabupaten Bangkalan Tahun NO LAPANGAN USAHA 2012*) 2013*) 2014**) 2015***) 2016***) I PRIMER 35,74 35,62 35,46 35,20 34,92 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 33,75 33,75 33,48 33,27 33,22 2. Pertambangan & Penggalian 1,99 1,87 1,98 1,93 1,70 II SEKUNDER 18,33 18,73 19,62 20,15 20,34 1. Industri Pengolahan 3,28 3,26 3,28 3,30 3,33 2. Pengadaan listrik dan gas 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 3. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 4. Konstruksi 14,89 15,32 16,19 16,71 16,86 III TERSIER 45,93 45,65 44,92 44,65 44,73 1. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda 18,65 18,72 18,60 18,62 18,55 Motor 2. Transportasi dan Pergudangan 1,76 1,73 1,74 1,59 1,72 3. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,32 1,30 1,35 1,37 1,45 4. Informasi dan Komunikasi 5,76 5,80 5,62 5,54 5,40 5. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,23 2,26 2,23 2,29 2,18 6. Real Estate 1,47 1,43 1,39 1,39 1,40 7. Jasa Perumahan 0,32 0,32 0,31 0,30 0,31 8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 7,83 7,72 7,41 7,30 7,38 Wajib 9. Jasa Pendidikan 5,09 4,95 4,89 4,89 4, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Social 0,47 0,46 0,46 0,45 0, Jasa Lainnya 1,01 0,96 0,93 0,91 0,91 TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber Data : BPS Kabupaten Bangkalan Keterangan : *)Angka Sementara Angka Direvisi ***)Angka Proyeksi Kondisi ekonomi kabupaten Bangkalan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 secara struktur ekonomi terjadi pergeseran peranan dari masingmasing sektor yaitu sektor primer dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

14 penggalian ke sektor sekunder berupa industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, dan sektor konstruksi serta sektor tersier yaitu perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya. Pergeseran tersebut tercermin dalam grafik struktur ekonomi di bawah ini. Grafik 2.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Bangkalan Tahun ,93 45,65 44,92 44,65 44,73 35,74 35,62 35,46 35,2 34,92 18,33 18,73 19,62 20,15 20, *) 2013*) 2014**) 2015***) 2016***) PRIMER SEKUNDER TERSIER Dari gambar di atas terlihat sektor primer sejak tahun 2012 sampai Tahun 2016 terus mengalami penurunan kontribusi. Pada Tahun 2012 sektor primer memberikan kontribusi sebesar 35,74%, tahun 2013 sebesar 35,62% kemudian kembali menurun di tahun 2014 yaitu sebesar 35,46% dan tahun 2015 diposisi 35,20%. Sementara pada tahun 2016, sektor primer memberikan kontribusi sebesar 34,92%. Persentase sektor sekunder pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup berarti. Peningkatan pada tahun 2012 ini terutama didukung oleh sektor Konstruksi yang pada tahun 2012 banyak pekerjaan konstruksi gedung baik oleh pemerintah maupun pihak swasta, baik berupa gedung kantor maupun perumahan yang semakin marak dilaksanakan di Kabupaten Bangkalan. Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

15 Pembangunan Jalan sebagai pendukung akan dibangunnya pelabuhan niaga di Kecamatan Socah semakin memberikan peningkatan kontribusi sektor sekunder. Pada tahun 2013 sektor ini memberikan andil sebesar 18,74% yang didominasi dari sektor Konstruksi sebagai kelanjutan dari tahun sebelumnya. Bahkan pada tahun 2014 sektor sekunder mengalami peningkatan kontribusi menjadi 19,62%. Pada tahun 2015 sektor ini kembali meningkat menjadi 20,15% dan kembali meningkat di tahun 2016 dengan memberikan kontribusi sebesar 20,34% Kelompok sektor tersier memiliki sumbangan lebih tinggi dibanding sektor sekunder. Walau terjadi peningkatan secara akumulasi, bila dicermati lebih teliti ada penurunan peranan sektoral yang disebabkan oleh kecilnya kontribusi sektor Jasa Perusahaan dibanding sektor lainnya yaitu sebesar 0,19%. Bila dicermati dalam lima tahun terakhir pergeseran yang terjadi pada sektor ini positif. Untuk diketahui tahun 2012 sebesar 45,93%, tahun 2013 menurun menjadi 45,65% dan di tahun 2014 sedikit turun menjadi sebesar 44,92%. Di tahun 2015 kembali menurun menjadi 44,65% dan sedikit naik pada tahun 2016 menjadi 44,73%. Sektor pendukung kelompok ini adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa Perusahaan; Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Sektor Jasa Lainnya. Grafik tersebut di atas juga menunjukkan secara tersirat bahwa ciri khas perekonomian Kabupaten Bangkalan masih melekat sebagai perekonomian agraris yang masih bertumpu pada sektor pertanian atau sudah mengarah menjadi daerah industri yang ditandai dengan dominasi yang signifikan pada sektor industrinya. Seperti diketahui bahwa salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi jangka panjang adalah terjadinya pergeseran ekonomi dari sektor primer ke arah sektor sekunder dan tersier. Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

16 c) Pendapatan Perkapita Disamping hal tersebut diatas dapat pula diketahui tentang peningkatan pelayanan pemerintah pada bidang ekonomi, dimana PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) selama lima tahun ( ) meningkat rata-rata per tahun 10,61 persen yaitu dari Rp ,76 pada tahun 2011 menjadi Rp ,76 pada tahun Sedangkan PDRB Perkapita menurut Harga Konstan 2010 (ADHK) meningkat rata-rata per tahun 4,80 persen yaitu dari Rp ,02 pada tahun 2011 menjadi Rp pada tahun Tabel 2.4 PDRB Perkapita Kabupaten Bangkalan Tahun (rupiah) PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) , , , , ,76 Atas Dasar Harga Konstant (ADHK) , , , , Sumber Data : BPS Kabupaten Bangkalan d) Pertumbuhan Ekonomi Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah, tercermin dari pertumbuhan PDRB ADHK. Hasil penghitungan PDRB ADHK diketahui bahwa total nilai PDRB Kabupaten Bangkalan pada tahun 2012 sebesar Rp ,33. Trend positif pertumbuhan ekonomi terus berlanjut pada tahun 2013 yang mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp ,86 dan tahun 2014 kembali meningkat menjadi Rp ,65. Untuk tahun 2015, PDRB ADHK Kabupaten Bangkalan diproyeksikan meningkat menjadi Rp ,70, dan pada tahun 2016 diperkirakan akan mencapai Rp ,00. Dengan demikian berdasarkan indek berantai PDRB Kabupaten Bangkalan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebagaimana tabel 2.5 diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangkalan tahun 2011 sebesar 6,35 persen. Pertumbuhan ekonomi ini semakin signifikan terjadi pada tahun 2012 yaitu tumbuh sebesar 6,45 persen, sedangkan pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangkalan tumbuh menjadi 6,50 persen dan tahun 2014 pertumbuhannya mengalami perlambatan menjadi 5,02 persen. Adapun tahun 2015 ekonomi Kabupaten Bangkalan diproyeksikan kembali mengalami pertumbuhan walaupun tidak signifikan menjadi 5,07 persen sedangkan di tahun Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

17 2016 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangkalan diperkirakan melambat menjadi 5,01 persen. Tabel 2.5 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Bangkalan Atas Dasar Harga Konstan Tahun NO LAPANGAN USAHA 2012*) 2013*) 2014*) 2015***) 2016***) 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,51 4,91 2,81 3,97 3,81 2 Pertambangan dan Penggalian 5,03 3,1 3,58 0,75 1,28 3 Industri Pengolahan 5,25 5,48 4,78 4,84 5,12 4 Pengadaan Listrik dan Gas 9,8 4,33 1,63 4,45 4,85 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,38 5,13 3,24 4,54 4,91 6 Konstruksi 13,69 8,5 8,63 7,91 7,15 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,85 8,98 7,12 4,40 4,56 8 Transportasi dan Pergudangan 0,02 3,91 5,17 4,20 4,67 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,54 5,23 8,16 8,16 8,69 10 Informasi dan Komunikasi 8,83 12,62 7,01 7,18 6,89 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 8,09 10,15 4,48 3,31 3,60 12 Real Estate 7,61 6,1 4,87 5,70 6,00 13 Jasa Perusahaan 4,01 4,32 4,39 4,39 4,97 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,47 2,16 0,99 4,74 4,97 15 Jasa Pendidikan 4,92 3,7 4,46 5,67 5,59 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,88 4,27 5,13 7,13 7,27 17 Jasa lainnya 1,91 2,88 2,43 4,09 5,25 Total PDRB Nonmigas 6,45 6,5 5,02 5,07 5,01 Sumber Data : BPS Kabupaten Bangkalan Keterangan : *)Angka Sementara **) Angka Direvisi ***)Angka Proyeksi e) Inflasi Tingkat Inflasi di suatu daerah pada satu tahun dapat dihitung dengan metode Indeks Harga Konsumen (IHK) dan dapat juga dilihat dari besarnya perubahan indeks Harga Implisit PDRB tahun berjalan dari tahun sebelumnya. Angka inflasi secara umum menggambarkan besarnya peningkatan hargaharga barang/jasa di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu, sehingga tingkat inflasi dipakai sebagai tolak ukur dalam melihat stabilitas perekonomian di suatu daerah. Tingkat inflasi yang tinggi (mencapai dua digit) relatif mencerminkan stabilitas ekonomi yang kurang baik. Tingkat inflasi di Kabupaten Bangkalan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan trend yang cukup menggembirakan dimana laju inflasi masih berada dibawah dua digit. Pada tahun 2012 tingkat inflasi di Kabupaten Bangkalan mencapai 5,98 persen mengalami peningkatan sekitar 0,74 persen dari tahun Pada tahun 2013 tingkat inflasi Kabupaten Bangkalan menurun Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

18 menjadi 5,16 persen, sedangkan pada tahun 2014 tingkat inflasi Kabupaten Bangkalan kembali meningkat sebesar 0,17 persen atau mencapai 5,33 persen. Adapun untuk tahun 2015 tingkat inflasi Kabupaten Bangkalan diproyeksikan menjadi 4,86 persen dan tahun 2016 tingkat inflasi Kabupaten Bangkalan diprediksi mencapai 4,90 persen. Namun demikian Pemerintah Kabupaten Bangkalan terus berupaya mempertahankan laju inflasi di Kabupaten Bangkalan tetap berada di bawah 2 (dua) digit untuk menjaga stabilitas perekonomian dan semakin menguatnya daya beli masyarakat di Kabupaten Bangkalan. Tabel 2.6 Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangkalan Tahun (Prosen) NO LAPANGAN USAHA 2012*) 2013*) 2014*) 2015***) 2016***) 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,82 6,76 6,72 5,98 5,27 2 Pertambangan dan Penggalian 2,12 2,18 13,1 0,84 1,22 3 Industri Pengolahan 4,02 5,42 6,48 5,44 5,83 4 Pengadaan Listrik dan Gas -8,28-5,28 0,65-0,71 0,83 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8,61 5,44 4,43 4,79 4,73 6 Konstruksi 7,78 6,2 7,63 1,70 7,47 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4 3,13 2,64 6,63 3,94 8 Transportasi dan Pergudangan 1,94 5,88 5,31 5,65 4,31 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,78 4,98 5,69 5,57 5,06 10 Informasi dan Komunikasi 0,31 0,21 0,16 1,53 0,31 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,31 2,82 4,37 5,60 5,29 12 Real Estate 1,6 2,78 2,23 5,28 4,35 13 Jasa Perusahaan 6,02 5,86 2,98 6,54 4,42 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,33 8,06 5,14 5,14 4,57 15 Jasa Pendidikan 6,14 4,98 4,55 5,27 5,08 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,84 4,08 4,56 3,32 3,66 17 Jasa lainnya 0,55 2,49 4,95 4,29 4,20 Sumber Data Keterangan Total PDRB Nonmigas 5,98 5,16 5,33 4,86 4,90 : BPS Kabupaten Bangkalan : *) Angka Sementara Angka Direvisi ***)Angka Proyeksi f) Indeks Pembangunan Manusia Perkembangan IPM Kabupaten Bangkalan semakin baik dari tahun ke tahun. Ini terlihat dari skor IPM sejak tahun 2010 sampai degan tahun 2014 terus meningkat. Adapun skor IPM Kabupaten Bangkalan pada tahun 2010 mencapai 64,51dan tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 65,01. Pada tahun 2012 skor IPM Kabupaten Bangkalan sebesar 65,69 dan pada tahun 2013 naik menjadi 66,19. Sedangkan pada tahun 2014 IPM Kabupaten Bangkalan sebesar 66,68. Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

19 Grafik 2.3 Indek Pembangunan Manusia Kabupaten Bangkalan Tahun ,51 65,01 65,69 66,19 66, Berdasarkan cerminan capaian indikator ekonomi makro Kabupaten Bangkalan tahun , perlu beberapa kebijakan pemerintah untuk menstabilkan dan mengakselerasikan terhadap kondisi perekonomian daerah, yaitu: (1) Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari beberapa sektor ekonomi yang menjadi andalan Kabupaten Bangkalan, (2) stabilitasi perekonomian melalui pertumbuhan investasi, (3) pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin diintervensi melalui beberapa program prioritas dan upaya sinergitas dengan dukungan kebijakan pusat maupun daerah, dan (4) potensi ekonomi yang relatif besar di sektor perdagangan, jasa dan pariwisata dengan berbasis UMKM dan mengedepankan ekonomi kerakyatan, diharapkan bisa berperan dalam penciptaan lapangan kerja dan pengentaskan kemiskinan Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun Perencanaan Kondisi ekonomi global, selain berpengaruh terhadap ekonomi nasional dan regional juga akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Kabupaten Bangkalan pada Tahun Secara garis besar, kebijakan ekonomi Kabupaten Bangkalan masih berorientasi pada pemantapan pertumbuhan sektor unggulan yang berdaya saing di bidang pertanian, perdagangan, hotel, restoran dan sektor jasa. Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangkalan Tahun 2017 diperkirakan tetap akan tumbuh, salah satunya karena daya dorong dan daya tarik pasar domestik dan regional yang menjanjikan sehubungan dengan posisi strategis Kabupaten Bangkalan. Dengan optimisnya target pertumbuhan PDRB, diharapkan Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

20 akan meningkatkan indikator sosial dan ekonomi, seperti meningkatnya pendapatan per kapita, penurunan jumlah pengangguran terbuka dan peningkatan kesempatan kerja. Mendasarkan pada kondisi perekonomian Kabupaten Bangkalan Tahun dan perkiraan 2016 serta tantangan yang dihadapi pada tahun 2017, maka proyeksi prospek perekonomian Kabupaten Bangkalan tahun 2017 sebagai berikut: Tabel 2.7 Prospek Perekonomian Kabupaten Bangkalan Tahun 2017 No Indikator Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) ,56 2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) ,53 3 Pertumbuhan Ekonomi 5,07% 4 Inflasi 5,01% Prediksi pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor PDRB pada tahun 2017, dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2.8 Prediksi Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Tahun 2017 Berdasarkan Harga Konstan No Indikator Pertumbuhan (%) Kontribusi (%) 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,89 32,96 2 Pertambangan dan Penggalian 2,29 1,67 3 Industri Pengolahan 5,20 3,33 4 Pengadaan Listrik dan Gas 4,89 0,04 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4,97 0,11 6 Konstruksi 7,78 17,24 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,97 18,45 8 Transportasi dan Pergudangan 4,45 1,70 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,27 1,50 10 Informasi dan Komunikasi 5,22 5,41 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,31 2,16 12 Real Estate 6,51 1,42 13 Jasa Perusahaan 4,13 0,31 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,21 7,31 15 Jasa Pendidikan 5,49 5,02 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,34 0,47 17 Jasa lainnya 5,36 0,91 Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

21 Data ini menunjukkan struktur perkonomian Kabupaten Bangkalan, akan didominasi oleh sektor tersier dan sekunder, artinya kesempatan dalam memanfaatkan peluang dan inovasi daerah dalam menunjang perkembangan sektor tersier dan sekunder menjadi penting, termasuk dalam hal ini adalah pengembangan sektor industri yang berbasis ekonomi kreatif menjadi semakin relevan. Adapun prospek ekonomi yang diharapkan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur Upaya pemerintah Kabupaten Bangkalan yang memprioritaskan penanganan infrastruktur tentunya akan berdampak pada perekonomian masyarakat. Pada Tahun 2017, akan dilaksanakan pembangunan infrastruktur antara lain : jalan, jembatan, jaringan irigasi serta infrastruktur pendukung lainnya. 2. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan Salah satu pilar dalam pembangunan adalah sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan menjadi faktor utama baik dari sisi pemerataan pendidikan dan kualitas. Kesehatan menjadi prioritas terpenting setelah pendidikan. Menurunnya angka kematian ibu dan anak pada saat melahirkan, meningkatnya rasio dokter/puskesmas/perawat menjadi salah satu bagain terpenting dalam bidang kesehatan. 3. Pertumbuhan Ekonomi dan Arus Investasi Yang Mulai Menunjukkan Peningkatan. Proyeksi melambannya pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2014 diharapkan kembali mengalami peningkatan pada Tahun 2016 dan Tahun Namun demikian kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya kebijakan Regional dan Nasional. Pertumbuhan ekonomi yang positif dan dengan terjadinya perkembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan diharapkan menimbulkan multiplier efek yang besar. Dampak ekonomi yang tinggi tersebut diperkirakan mampu mengalirkan investasi terutama perdagangan, industri dan jasa ke Pulau Madura khususnya Kabupaten Bangkalan. Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

22 4. Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan mengalirnya investasi ke Kabupaten Bangkalan diharapkan terjadi penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja tersebut terutama diharapkan terjadi di sektor-sektor sekunder dan tersier karena pemulihan perekonomian pada sektor-sektor tersebut akan menyerap lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan. Diharapkan pada tahun 2017 jumlah tenaga kerja yang terserap lebih banyak lagi dengan terselesaikannya beberapa pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan investasi dan menumbuhkan lapangan kerja baru. Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

23 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu kondisi perekonomian daerah yang stabil diharapkan tetap terpelihara pada tahun 2017 melalui sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter nasional yang didukung dengan kebijakan fiskal daerah dan penguatan kelembagaan keuangan mikro dan sektor riil serta kondusivitas kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017 bahwa pemerintah kabupaten harus medukung tercapainya sasaran bidang bidang pembangunan nasional sesuai dengan potensi dan kondisi masing masing daerah. Pada sisi lain dapat pula diasumsikan bahwa pembangunan daerah (kabupaten) juga tergantung pada kondisi perekonomian nasional dan regional (provinsi). Harapan dan keyakinan terhadap kondisi tersebut didasarkan pada proyeksi optimis perbaikan perekonomian nasional seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia. Untuk itu perhitungan besaran APBD Kabupaten Bangkalan Tahun Anggaran 2017 dihitung berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut : 3.1. Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBD Tahun Dengan memperhatikan perkembangan terkini dan proyeksi perekonomian global dan domestik ke depan, maka asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan sebagai basis perhitungan R-APBD tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017 diperkirakan dapat mencapai 5,07 persen. Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

24 2. Inflasi Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017 diperkirakan pada kisaran 5,01 persen. 3. PDRB ADHB Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp , PDRB ADHK kabupaten Bangkalan pada Tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp , Pendapatan perkapita Kabupaten Bangkalan diprediksi sebesar Rp ,50. Secara rinci perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2016 dan 2017 dapat digambarkan dalam tabel Laju Inflasi. Tabel 3.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro No Uraian APBD 2016 RAPBD PertumbuhanEkonomi (%) 5,01 5,07 2 Inflasi (%) 4,90 5,01 3 PDRB ADHB , ,60 4 PDRB ADHK , ,50 5 PDRB Perkapita , ,50 Sumber : BPS Kabupaten Bangkalan, 2016 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, disertai tingkat perkembangan harga (inflasi) tinggi berdampak terhadap menurunnya daya beli masyarakat. Dalam dimensi makro inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya saing atas produk barang dan jasa. Demikian pula sebaliknya, inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat utama bagi tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Laju inflasi Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017 diproyeksikan berada pada kisaran 5,01 persen mengalami percepatan dari tahun 2016 yang diperkirakan akan mencapai 4,90 persen. Hal tersebut merupakan dampak dari kebijakan pemerintah sehubungan dengan penetapan harga BBM, tarif listrik dan LPG yang bergantung pada harga minyak dunia dan nilai tukar. Pada tingkat inflasi yang demikian terkatagori pada tingkat inflasi ringan yaitu dibawah 10% (single digit), yang diharapkan akan memberi dampak positif pada Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

25 perekonomian kabupaten Bangkalan yaitu mendorong perekonomian kearahlebih baik, membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Pada tingkat inflasi ringan, pertumbuhan ekonomi akan semakin baik oleh karena terjadi keseimbangan antara permintaan dengan suply dalam bentuk uang dan barang baik ditingkat domestik ataupun perdagangan internasional. Laju inflasi dapat terkendali manakala kebutuhan dalam negeri dapat tercukupi dengan baik utamanya dalam hal ketersediaan pangan (ketahanan pangan) dan ketersediaan energi/bbm. Ditengah kuatnya tekanan inflasi yang bersumber dari berbagai faktor eksternal dan faktor internal, diperlukan kebijakan yang tepat demi terjaganya stabilitas makro ekonomi dan stabilitas harga Pertumbuhan PDRB. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh factor internal dan eksternal. factor internal meliputi : sumber daya alam, sumber daya manusia, permodalan, tekhnologi, dan kewirausahaan. sedangkan fajtor eksternal diantaranya perkembangan situasi perekonomian nasional baik yang berkaitan dengan kebijaksanaan dibidang moneter maupun sektor riil. Dengan posisi geografis Kabupaten Bangkalan yang berhimpitan dengan kota metropolitan Surabaya, menjadikan factor eksternal semakin berpengaruh apalagi sejak beroperasionalnya Jembatan Suramadu, Bangkalan dan Surabaya serasa tanpa jarak. Memperhatikan proyeksi dinamika perekonomian pada tahun 2016, dalam skenario optimis maka pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2017 diperkirakan akan mencapai 5,07 persen. Sasaran tersebut mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperhatikan faktor eksternal yang pulih relatif cepat, yang ditandai oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan global. Dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi derajat kemiskinan Lain-Lain Asumsi. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan keamanan yang terjaga serta tingkat kepercayaan pada pemerintah melalui dukungan seluruh elemen masyarakat Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

26 merupakan salah satu faktor untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator mampu memberikan kepercayaan kepada masyarakat utamanya investor dengan memberikan kemudahan-kemudahan sehingga terjadi arus modal yang signifikan untuk pengembangan daerah. Beberapa asumsi lain dalam lingkup perencanaan pembangunan di Kabupaten Bangkalan yang merupakan pertimbangan pokok dalam perumusan dan penyusunan APBD Kabupaten Bangkalan Tahun Anggaran 2017 antara lain adalah sebagai berikut: 1) Selaras dengan arahan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, diperlukan upaya pengembangan program pembangunan daerah yang bertujuan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat; 2) Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan kebutuhan Tahun Anggaran 2017; 3) Penyesuaian terhadap ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah; 4) Belanja Daerah dialokasikan untuk memenuhi 7 Urusan yaitu Urusan Wajib Pelayanan Dasar, Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar, Urusan Pilihan, Urusan Fungsi Penunjang Urusan, Urusan Pendukung, Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik, dan urusan Kewilayahan; 5) Pengalokasian Gaji ke-13 dan Gaji ke-14 untuk PNS sebagaimana tindak lanjut dari kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Penyampaian Keterangan Pemerintah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2017 beserta Nota Keuangannya; 6) Pengalokasian anggaran terkait dana perimbangan menggunakan skema pendanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

27 7) Pengalokasian Dana Desa sebagaimana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan pelaksananya; 8) Pengalokasian Gaji CPNS dari rencana pengadaan formasi pegawai negeri sipil khusus bidan PTT dan Penyuluh Pertanian; 9) Penyediaan pembayaran Bunga dan angsuran pokok atas pinjaman kepada PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI). 10) Pengalokasian biaya pelaksanaan tahapan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta; 11) Pengalokasian biaya pemilihan kepala desa serentak tahap III (tiga). Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

28 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH KUA Kabupaten Bangkalan Tahun Anggaran 2017 memuat kebijakan anggaran dan gambaran kondisi kemampuan keuangan daerah Kabupaten Bangkalan yang bersumber dari Pendapatan Daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang sah.kebijakan anggaran tersebut terdiri dari kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah dan kebijakan pembiayaan daerah yang merupakan struktur APBD untuk mendanai pelaksanaan pembangunan di tahun Selain kebijakan anggaran, dimuat juga kebijakan-kebijakan pembangunan dengan memperhatikan kondisi, tantangan, masalah dan isu strategis yang berkembang, sehingga keluarlah prioritas-prioritas pembangunan yang harus dilaksanakan di tahun 2017 untuk menjawab permasalah dan tantangan utama yang dihadapi Kabupaten Bangkalan. Berikut ini diuraikan kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah tahun Pendapatan Daerah Dalam konteks keuangan daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan Daerah adalah hak-hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, yang didapat dari sumber penerimaan internal maupun eksternal pemerintah daerah. Sumber penerimaan Pendapatan Daerah secara garis besar mencakup Pendapatan Asli Daerah, pendapatan dari Dana Perimbangan, dan Lain Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Pendapatan Daerah dari sumber Pendapatan Asli Daerah didapat dari penerimaan hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan sumber pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kemudian pendapatan daerah dari sumber Dana Perimbangan didapat dari bagi hasil pajak dan bukan Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN 2016 Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI iv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT PUSAT STATISTIK STATISTIK KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN No. 01/11/1215/Thn.2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Humbang

Lebih terperinci

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI a. Potensi Unggulan Daerah Sebagian besar pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di Priangan Timur berada di Kota Tasikmalaya. Wilayah

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 sebagai dokumen perencanaan periode lima tahunan,

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi merupakan aspek terpenting yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam lingkup pembangunan nasional. Perubahan lapangan industri dan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD KABUPATEN DEMAK NOMOR : 06/PIMP.DPRD/2015 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonom i pada dasarnya memiliki perbedaaan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas seperti peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI Nomor : 910/ Nomor : 170/ /BHK/2015 /DPRD/2015 Tanggal Oktober 2015 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 PARIPURNA 05 Desember 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2016 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / NOMOR : 900 / 01114

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / NOMOR : 900 / 01114 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / 02753 NOMOR : 900 / 01114 TANGGAL : TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN DAIRI No. 01/10/1210/Th. IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi tahun 2015, diukur berdasarkan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/08/Th.IX, 8 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang dari waktu ke waktu dalam jangka waktu yang cukup panjang. Perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

https://binjaikota.bps.go.id

https://binjaikota.bps.go.id BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Pembangunan

Lebih terperinci

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SINTANG Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 No. 01/08/12.77/Th.XVII, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2016 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015

Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI Nomor : 050 / 1447 / 404.202 / 2015 Nomor : 170 / 1070 / 404.040 / 2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/10/1272/Th.XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/07/1272/Th.X, 5 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang berkesinambungan dan berlanjut menuju keadaan yang lebih baik. Peran pemerintah sangat penting

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 19945 alinea keempat, mengatakan bahwa fungsi dan tujuan Negara Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum. Hal tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu kegiatan utama bagi pemerintah daerah disamping pelayanan dan operasional internal birokrasi. Dengan telah diterapkannya Otonomi Daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk

Lebih terperinci

BUPATI PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G 1 Menimbang Mengingat : a. b. c. 1. 2. PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014 No. 01/10/Th. XV, Oktober 2015 Perekonomian Kota Jakarta Pusat pada selang waktu 2011-2014 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 BPS KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 No. 01/08/03/Th. V, 1 Agustus 2017 Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan dan 248 desa/kelurahan Pertumbuhan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

Perekonomian Papua tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perekonomian Papua tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) No. 09/02/94/Th. IX, 05 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN EKONOMI PAPUA TAHUN TUMBUH 7,97 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian Papua tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 02/12/1204/Th. XIX, 1 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2015 sebesar 5,08 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci