Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015"

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI 2015

2 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

3 Yang bertanda tangan di bawah ini, yaitu : 1. Nama : Ir. H. BUDI SULISTYONO Jabatan : BUPATI NGAWI Alamat Kantor : Jl. Teuku Umar No 12 Ngawi. Bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kabupaten Ngawi, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. a. Nama : DWI RIYANTO JATMIKO, SH, M.Si Jabatan : Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Alamat Kantor : Jl. Jaksa Agung Suprapto No.09 Ngawi b. Nama : SARJONO, S.Pd Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Alamat Kantor : Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 09 Ngawi c. Nama : Drs. H. SULISTIYANTO Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Alamat Kantor : Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 09 Ngawi d. Nama : MARYOTO, SP, MM Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Alamat Kantor : Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 09 Ngawi Sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan APBD Tahun 2016 diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah Kabupaten untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara APBD Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran

4 Berdasarkan hal tersebut di atas, sepakat terhadap target pencapaian kinerja yang terukur dari setiap urusan pemerintahan daerah dan proyeksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang direncanakan akan dicapai dalam tahun anggaran 2016 sebagai berikut : I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Kabupaten Ngawi Tahun 2016 disusun sebagai Dokumen Pengelolaan Keuangan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun, yang memuat kondisi umum ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah serta strategi pencapaiannya. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Kabupaten Ngawi Tahun 2016, disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Ngawi Tahun 2016 yang merupakan RKPD transisi. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) ini disusun sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran

5 Berdasarkan hal tersebut diatas, Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan langkah awal dalam rangkaian penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Rancangan APBD). Konsekuensi dari pasal-pasal dalam Peraturan perundang-undangan tersebut, maka kondisi umum ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah serta strategi pencapaiannya, yang dimuat dalam KUA harus dapat menjadi kebijakan dalam memperhitungkan kemampuan keuangan daerah. Dengan demikian, rencana penganggaran perlu dibatasi untuk hal-hal yang bersifat prioritas dan strategis; sehingga dengan kebijakan tersebut anggaran/pembelanjaan akan lebih efektif dan realistis serta mengarah pada pencapaian tujuan pembangunan di Kabupaten Ngawi Tujuan Penyusunan KUA Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan yang memuat sasaran dan kebijakan daerah dalam satu tahun anggaran yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan program dan prioritas anggaran pada Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Adapun tujuan disusunnya Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016 adalah pedoman dalam penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) APBD Tahun Dasar Hukum Penyusunan KUA Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2016 sebagai dasar dan acuan penyusunan APBD diamanatkan melalui beberapa peraturan perundangan, antara lain : 4

6 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun ; 7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 5

7 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan Perubahan Kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngawi Tahun ; 22. Peraturan Bupati Ngawi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Ngawi Tahun

8 1.4. Sistematika Dokumen KUA KUA Kabupaten Ngawi Tahun 2016 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1.2 Tujuan Penyusunan KUA 1.3 Dasar Hukum Penyusunan KUA 1.4 Sistematika Dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA) BAB II GAMBARAN UMUM RKPD 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun 2016 BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP SUMBER PENDANAAN 3.1 Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBD 3.2 Laju Inflasi 3.3 Pertumbuhan PDRB 3.4 Lain - Lain Asumsi 3.5 Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pembiayaan Daerah BAB IV PENUTUP 7

9 II. GAMBARAN UMUM RKPD 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi adalah melalui pengukuran pencapaian indikator makro ekonomi yang masing-masing indikatornya terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen indikator makro tersebut diantaranya adalah : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), PDRB Perkapita dan tingkat inflasi. Pembangunan ekonomi yang dilakukan sejak tahun 2010 terus mengalami kemajuan, hal ini tercermin dari meningkatnya total PDRB setiap tahunnya, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Perkembangan PDRB Kabupaten Ngawi dirinci pada tabel berikut ini : NO Sektor Tabel 2.1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Ngawi (dalam juta Rupiah) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian ,15 37, ,73 36, ,93 35, ,27 35, ,54 35,28 2 Pertambangan & Penggalian ,88 0, ,39 0, ,41 0, ,92 0, ,25 0,51 3 Industri Pengolahan ,71 6, ,68 6, ,30 6, ,69 6, ,20 6,26 4 Listrik,Gas & Air bersih ,46 0, ,85 0, ,62 0, ,17 0, ,68 0,65 5 Bangunan ,94 4, ,44 4, ,05 4, ,92 4, ,58 4,45 6 Perdagangan, Hotel & ,35 28, ,01 29, ,75 30, ,14 31, ,01 31,66 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi ,53 2, ,64 2, ,67 2, ,95 2, ,98 2,67 8 Keuangan, sewa, & Js ,25 6, ,43 6, ,53 6, ,45 6, ,31 6,04 Perusahaan 9 Jasa-jasa 399,228,25 13, ,32 13, ,72 13, ,03 12, ,57 12,47 PDRB , , , , , Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi Keterangan : * = angka sementara 8

10 NO Sektor PDRB Kabupaten Ngawi tahun 2013 menurut penggunaan yang dihitung berdasarkan harga konstan 2000 mencapai Rp ,13 (juta) menunjukkan peningkatan sebesar 6,98 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp ,53 (juta). Dilihat dari komponennya, Sektor Pertanian masih memiliki kontribusi terbesar dengan nilai Rp ,54 (juta), kemudian diikuti Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar Rp ,01 (juta), dan Sektor Jasa-jasa sebesar Rp ,57 (juta). Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar 8,16 persen, diikuti Sektor Pengangkutan & Komunikasi sebesar 7,12 persen, serta dari Sektor Pertanian sebesar 7,05 persen. Di lihat dari nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 atas dasar harga berlaku Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Ngawi (dalam juta Rupiah) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian ,04 36, ,37 36, ,33 35, ,31 36, ,71 36,33 2 Pertambangan & Penggalian ,03 0, ,40 0, ,74 0, ,02 0, ,53 0,45 3 Industri Pengolahan ,31 6, ,87 6, ,88 6, ,28 6, ,29 6,67 4 Listrik,Gas & Air bersih ,97 0, ,81 0, ,08 0, ,40 0, ,68 0,87 5 Bangunan ,38 4, ,25 4, ,30 5, ,10 5, ,53 5,34 6 Perdagangan, Hotel & ,16 28, ,35 28, ,11 29, ,88 29, ,25 29,38 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi ,30 2, ,40 2, ,04 2, ,53 2, ,81 2,85 8 Keuangan, sewa, & Js ,23 5, ,91 5, ,64 5, ,72 5, ,57 5,50 Perusahaan 9 Jasa-jasa ,41 14, ,07 13, ,282,79 13, ,06 12, ,25 12,61 PDRB , , , , , Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi Keterangan : * = angka sementara 9

11 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi yang mampu mengukur perkembangan pembangunan perekonomian. PDRB Kabupaten Ngawi tahun 2013 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp ,62 (juta). Nilai PDRB ini disusun berdasarkan 19 PDRB Kecamatan di wilayah Kabupaten Ngawi. Nilai dan kontribusi sektor yang memiliki nilai besar akan memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten begitupun sebaliknya. Berdasarkan tabel diatas Sektor Pertanian memiliki PDRB terbesar yaitu sebesar Rp ,71 (juta) dengan nilai kontribusi sebesar 36,33 persen sedangkan PDRB terkecil adalah PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar Rp ,53 (juta) dengan nilai kontribusi 0,45 persen. Secara umum perkembangan dan pertumbuhan kontribusi sektor dalam PDRB tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 atas dasar harga berlaku (Hb) dan harga konstan (Hk) Kabupaten Ngawi dapat tergambarkan dalam tabel berikut : NO Tabel 2.3 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Ngawi Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1 Pertanian 36,91 37,12 36,70 36,63 35,72 35,68 36,27 35,26 36,33 35,28 2 Pertambangan& Penggalian 0,54 0,58 0,56 0,50 0,49 0,55 0,47 0,53 0,45 0,51 3 Industri Pengolahan 6,20 6,28 6,29 6,28 6,57 6,33 6,59 6,33 6,67 6,26 4 Listrik,Gas&Air bersih 0,83 0,61 0,61 0,83 0,85 0,62 0,88 0,65 0,87 0,65 5 Konstruksi 4,73 4,32 4,35 4,97 5,33 4,45 5,24 4,45 5,34 4,45 6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 28,05 28,82 29,57 28,66 29,20 30,55 29,29 31,32 29,38 31,66 7 Pengangkutan & Komunikasi 4,03 4,03 2,62 2,87 2,88 2,67 2,83 2,66 2,85 2,67 8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 4,69 5,24 6,09 5,52 5,50 6,08 5,52 6,04 5,50 6,04 9 Jasa-jasa 14,02 13,47 13,22 13,73 13,45 13,07 12,92 12,76 12,61 12,47 PDRB Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi Keterangan : * = angka sementara 10

12 NO Tabel 2.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 s.d 2013 Kabupaten Ngawi Sektor % % % % % 1 Pertanian 5,10 4,87 3,19 5,51 7,05 2 Pertambangan & Penggalian 4,28 3,19 3,53 2,64 4,63 3 Industri Pengolahan 6,29 6,22 6,85 6,75 5,78 4 Listrik,Gas & Air bersih 11,28 7,24 8,07 11,60 6,45 5 Konstruksi 5,33 6,77 8,77 6,65 7,02 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,87 8,82 9,68 9,43 8,16 7 Pengangkutan & Komunikasi 7,46 8,09 8,18 6,53 7,12 8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 4,22 5,28 5,96 6,14 6,97 9 Jasa-jasa 4,54 3,40 4,92 4,20 4,57 PDRB 5,65 6,09 6,14 6,75 6,98 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi Berdasarkan Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 Atas Dasar Harga Konstan adalah sebagai berikut : NO Provinsi/ Kabupaten Tabel 2.5 Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi Tahun 2009 s.d 2013 (persen) PDRB Provinsi Jawa Timur 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55 2 Kabupaten Ngawi 5,65 6,09 6,14 6,75 6,98 Sumber : RKPD Provinsi Jawa Timur - PDRB Kabupaten Ngawi

13 Di lihat dari Nilai inflasi rata-rata tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2013 Kabupaten Ngawi sebagai berikut : Provinsi Jawa Timur Tabel 2.6 Nilai inflasi rata-rata Tahun Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi Tahun 2009 s.d 2013 Rata-rata Uraian pertumbuhan 3,62 6,96 4,09 4,50 7,59 5,35 Kabupaten Ngawi 5,72 5,98 5,53 5,73 5,42 5,68 Sumber : RKPD Provinsi Jawa Timur - PDRB Kabupaten Ngawi Laju inflasi Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi ratarata selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi naik turun. Inflasi yang cukup tinggi di Provinsi Jawa Timur terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,59 persen, sedangkan inflasi tertinggi di Kabupaten Ngawi pada tahun 2010 sebesar 5,98 persen, akibat naiknya harga BBM seiring dengan tidak terkendalinya harga minyak dunia dan adanya anomali musim yang menyebabkan merosotnya produksi pertanian khususnya komoditas padi. Kondisi ekonomi makro Kabupaten Ngawi dengan berdasar indikator seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), pendapatan per kapita, inflasi, investasi dan perkembangan keuangan daerah menjadi referensi dalam menentukan kebijakan Pemerintah Kabupaten Ngawi khususnya kebijakan ekonomi. Berikut gambaran perkembangan indikator makro ekonomi di Kabupaten Ngawi : 12

14 Tabel 2.7 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Ngawi No Indikator Makro Ekonomi Tahun 2013 Tahun PDRB : a. Harga Berlaku (juta Rp) , ,99 b. Harga Konstan Tahun 2000 (juta Rp) , ,68 2 Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Harga Konstan (%) 6,98 7,04 3 Tingkat inflasi 5, Struktur PDRB menurut sektoral (%) harga konstan a. Pertanian 35,28 35,07 b. Pertambangan dan Penggalian 0,51 0,50 c. Industri Pengolahan 6,26 6,24 d. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,65 0,66 e. Bangunan 4,45 4,45 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 31,66 32,17 g. Pengangkutan dan Komunikasi 2,67 2,67 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,05 6,02 i. Jasa-jasa 12,47 12,22 5 Produktivitas Sektoral (juta Rp) a. Pertanian , ,19 b. Pertambangan dan Penggalian , ,37 c. Industri Pengolahan , ,63 d. Listrik, Gas dan Air Bersih , ,88 e. Bangunan , ,71 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran , ,56 g. Pengangkutan dan Komunikasi , ,18 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , ,88 i. Jasa-jasa , ,29 6 Pendapatan Per kapita ADHB (Ribu Rp) , ,98 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi Pada tahun 2013 perekonomian di Kabupaten Ngawi mengalami pertumbuhan sebesar 6,98%, sedangkan pada tahun 2014 diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar 7,04%. 13

15 Perkembangan indikator ekonomi daerah merupakan hasil kinerja pembangunan Kabupaten Ngawi yang diukur berdasarkan pada 4 (empat) indikator kinerja utama yaitu : Tingkat Pengangguran Terbuka, Persentase Penduduk Miskin terhadap Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, serta Indeks Pembangunan Manusia. Capaian Indikator kinerja utama tersebut dapat dilihat di dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.8 Capaian Indikator Kinerja Utama Kabupaten Ngawi NO. INDIKATOR Tingkat Pengangguran Terbuka ( % ) 5,06 1,94 2 Persentase Penduduk Miskin ( % ) 15,38 15,00* 3 Pertumbuhan ekonomi ( % ) 6,98 7,04 4 IPM 70,86 72, Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun 2016 Kondisi perekonomian Kabupaten Ngawi diperkirakan optimis tumbuh, seiring dengan kuatnya pasar domestik dalam memicu pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Perekonomian Kabupaten Ngawi pada tahun 2016 diprediksikan akan semakin membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian kebijakan pembangunan ekonomi harus tetap antisipatif terhadap sejumlah tantangan, baik yang bersumber dari faktor internal (dalam negeri) maupun faktor eksternal (global) yang diperkirakan masih belum sepenuhnya kondusif bagi tercapainya kinerja ekonomi yang optimal. Hambatan bersumber dari faktor internal antara lain terbatasnya sumber-sumber pendapatan baru dalam rangka pembiayaan pembangunan, penanggulangan bencana, penanggulangan berbagai wabah penyakit, tuntutan upah ketenagakerjaan dan ancaman inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat. Sedangkan faktor eksternal antara lain dampak terjadinya perubahan ekonomi global, dengan maraknya perdagangan bebas serta potensi kenaikan harga minyak dunia yang berimplikasi pada peningkatan harga BBM dan tingkat inflasi. 14

16 Pasar bebas/globalisasi yang semakin kompetitif menuntut kesiapan semua pelaku usaha untuk memperbaiki kualitas produk barang dan jasa agar lebih berdaya saing. Oleh sebab itu, guna mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk-produk lokal dipasar regional maupun global diperlukan peningkatan kualitas dan produktifitas barang dan jasa secara bertahap dengan tetap mengacu pada standar mutu nasional (SNI) maupun standar mutu internasional (ISO) serta kejelasan akan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Prospek pembangunan ekonomi pada Tahun 2016 dipandang cukup potensial dengan peluang pengembangan sendi-sendi ekonomi Kabupaten Ngawi melalui pemanfaatan besarnya potensi sumber daya alam serta semakin terbukanya pasar industri kreatif. Peluang ini memberikan kesempatan bagi dunia usaha di Kabupaten Ngawi utamanya industri dan UMKM untuk memanfaatkan keunggulan komparatif dan kompetitif segenap sumberdaya lokal sebagai motor penggerak perekonomian daerah. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai gambaran umum perekonomian Kabupaten Ngawi. Tahun 2016 adalah tahap pertumbuhan pembangunan ekonomi yang merupakan rangkaian proses berkesinambungan. Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Ngawi, dengan memperhatikan kondisi ekonomi Provinsi Jawa Timur dan Nasional, maka arah pembangunan perekonomian diprioritaskan pada sektor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB, juga pada sektor yang memiliki prospek ke depan yang baik serta tahan terhadap gejolak ekonomi global. Berikut gambaran proyeksi indikator makro ekonomi di Kabupaten Ngawi : 15

17 Tabel 2.9 Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Ngawi No Indikator Makro Ekonomi Tahun PDRB : a. Harga Berlaku (juta Rp) ,66 b. Harga Konstan Tahun 2000 (juta Rp) ,93 2 Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Harga Konstan (%) 7,32 3 Tingkat inflasi Struktur PDRB menurut sektoral (%) harga konstan a. Pertanian 35,02 b. Pertambangan dan Penggalian 0,49 c. Industri Pengolahan 6,19 d. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,67 e. Bangunan 4,45 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 32,49 g. Pengangkutan dan Komunikasi 2,67 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,02 i. Jasa-jasa 12,00 5 Produktivitas Sektoral (juta Rp) a. Pertanian ,25 b. Pertambangan dan Penggalian ,63 c. Industri Pengolahan ,45 d. Listrik, Gas dan Air Bersih ,62 e. Bangunan ,53 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,99 g. Pengangkutan dan Komunikasi ,93 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ,64 i. Jasa-jasa ,88 6 Pendapatan Per kapita ADHB (Ribu Rp) ,29 16

18 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi pada tahun 2015 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,32 persen. Sedangkan proyeksi pertumbuhan nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga konstan tahun 2015, masing masing sebesar Rp ,66 dan Rp ,93. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih didorong oleh sektor sekunder & tersier, melalui sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor jasa-jasa. Berikut Target Indikator kinerja utama Kabupaten Ngawi dapat dilihat di dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.10 Target Indikator Kinerja Utama Kabupaten Ngawi NO. INDIKATOR Tingkat Pengangguran Terbuka ( % ) 1,43 4,81-4,70 2 Persentase Penduduk Miskin ( % ) 14,79* 14,16-13,55 3 Pertumbuhan ekonomi ( % ) 7,32 7,30-7,58 4 IPM 72,96 71,99-73,09 Dalam rangka mewujudkan pembangunan daerah yang lebih berdampak ekonomi serta mempertimbangkan tantangan yang dihadapi, maka kerangka kebijakan ekonomi tahun 2016 akan ditujukan pada strategi memperkuat stabilitas dan kualitas pertumbuhan ekonomi daerah yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mengentaskan masalah kemiskinan. Berbagai langkah yang akan diupayakan dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang bertumpu pada peranan sektor ekonomi, kesehatan dan pendidikan. 17

19 2. Meningkatkan produktivitas, produksi, daya saing, dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan. 3. Mempertahankan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dengan meningkatkan penyediaan benih unggul dan faktor penunjangnya. 4. Meningkatkan pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha, dan mendukung produksi pangan, melalui optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan tanaman, dan hasil hutan non-kayu secara berkelanjutan. 5. Mengembangkan Koperasi serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuh kembangkan wirausaha baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. 6. Mempercepat proses pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kabupaten Ngawi. 7. Menciptakan regulasi yang menjamin kepastian usaha dan penegakkan hukum serta memperbaiki kebijakan investasi. 8. Meningkatkan akses dan perluasan pasar secara bertahap. 9. Meningkatkan dan perbaikan ketersediaan infrastruktur untuk mendukung kegiatan investasi, termasuk infrastruktur pertanian dan pedesaan. 10. Meningkatkan investasi di bidang pertanian untuk pengembangan agroindustri/agrobisnis, terutama bagi usaha kecil dan menengah yang berorientasi ekspor. 11. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara, melalui pengembangan jenis dan kualitas produk-produk wisata, sekaligus meningkatkan investasi di bidang pariwisata daerah. 12. Memperkuat struktur industri, meningkatkan, dan memperluas pemanfaatan teknologi, serta meningkatkan nilai pengganda (multiplier). 13. Mengembangkan industri manufaktur utamanya pada subsektor prioritas yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. 18

20 III. KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP SUMBER PENDANAAN 3.1 Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBD Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah dokumen yang memuat kebijakan terhadap pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode satu tahun yang terkait dengan APBD. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Ngawi masih sangat tergantung dengan APBN, sehingga asumsi dasar yang digunakan dalam APBN juga sama dalam menyusun APBD. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam kebijakan umum anggaran adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan pendapatan merupakan perkiraan yang terukur secara residual yang dapat diperoleh di setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas efisiensi pengeluaran. 2. Perkiraan penerimaan dari dana perimbangan cenderung konstan, sedangkan belanja daerah diperkirakan naik dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat yang harus dilaksanakan oleh daerah. 3. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diharapkan dapat dicapai sebesar 7,30-7,58 persen dan pertumbuhan IPM sebesar 71,99-73, Pemerintah daerah masih menghadapi permasalahan pokok pada tahun 2016 untuk mengurangi kemiskinan, diharapkan dapat ditekan pada angka 14,16-13,55 persen dan pengangguran terbuka 4,81-4,70 persen. 19

21 5. Kebijakan anggaran daerah pada tahun 2016 ditekankan pada upaya-upaya pencapaian target-target yang telah ditetapkan, dengan fokus pada Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melalui : a) Pemantapan kondisi infrastruktur; b) Pemantapan kualitas sumberdaya manusia dengan memperluas akses pendidikan dan pelayanan kesehatan; c) Pemantapan kapasitas, kemampuan dan etos kerja aparatur; d) Peningkatan dan pengembangan UMKM, koperasi dan industry; e) Pemantapan infrastruktur strategis terutama pembangunan infrastruktur pertanian; f) Pemantapan produksi dan nilai tambah usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan dan pendapatan petani; g) Pemantapan industri menengah; h) Pemantapan sarana prasarana perdagangan; i) Pemantapan pelayanan investasi; j) Pemantapan pemanfaatan sumberdaya alam; k) Pemantapan pengembangan budaya daerah dan kepariwisataan. 3.2 Laju Inflasi Tingkat perkembangan harga atau yang lebih dikenal dengan istilah inflasi/deflasi menunjukkan persentase perubahan harga barang/jasa terhadap tahun sebelumnya dengan mengabaikan perubahan produksinya. Angka inflasi salah satunya berguna untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi di pasar atau dalam kegiatan ekonomi. Dengan demikian pemerintah pusat maupun daerah dapat mengambil kebijakan-kebijakan dalam pengendalian tingkat inflasi bila angka tersebut melampaui dari level yang ditargetkan. 20

22 Angka tingkat perkembangan harga dari PDRB dapat tercermin dari perubahan indeks harga implisit. Indeks harga implisit diperoleh dengan membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan yang menunjukkan tingkat perkembangan harga terhadap tahun dasar. Untuk melihat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya dapat di peroleh dengan cara membuat indeks berantai dan indeks implisit tersebut. Dari pergeseran nilai inflasi ini menunjukkan sinyal positif bahwa harga barang dan jasa tidak mengalami lonjakan harga yang berarti, sehingga tidak akan mengurangi daya beli masyarakat. Dengan perkiraan relatif stabilnya nilai tukar rupiah dan suku bunga perbankan serta dukungan kebijakan moneter yang hati-hati, Tingkat inflasi Kabupaten Ngawi pada tahun 2016 diperkirakan turun menjadi sekitar 5-7 persen. Perkiraan asumsi tingkat inflasi dipandang cukup realistis karena dampak dari krisis ekonomi global berpengaruh terhadap kondisi ekonomi makro Indonesia sehingga tingkat inflasi diperkirakan naik, sehingga prospek ekonomi Kabupaten Ngawi tahun 2016 diharapkan akan lebih baik dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. 3.3 Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB mencerminkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi tahun 2015 sebesar 7,32 persen, maka asumsi laju pertumbuhan PDRB tahun 2016 diharapkan menjadi 7,30-7,58 persen. 21

23 3.4 Lain-lain Asumsi 1. Penambahan belanja pegawai berupa pembayaran gaji PNS baik itu berupa kenaikan gaji pokok maupun tunjangan. 2. Perlunya antisipasi terhadap terjadinya bencana alam yang sewaktu-waktu terjadi sehingga perlunya penganggaran yang memadai untuk mengantisipasi kondisi tersebut. 3. Program/kegiatan dalam APBD Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2016 berpedoman pada Peraturan Bupati Ngawi Nomor 15 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Ngawi tahun 2016; 4. Kebijakan penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2016 mengacu pada pedoman pelaksanaan DAK dari Pemerintah Pusat; 5. Kebijakan penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Tahun 2016 mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Timur mengenai Pedoman Umum tentang Pengelolaan DBHCHT di Provinsi Jawa Timur; 6. Dalam rangka peningkatan pelayanan umum kepada masyarakat, pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya bersifat operasional, Pemerintah Daerah memfasilitasi dan mengakomodasi rencana bisnis dan anggaran dalam penyusunan APBD, berpedoman pada : a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum. 22

24 7. Program dan Kegiatan yang dibiayai dari dana transfer dan sudah jelas peruntukannya seperti Dana Darurat, Dana Bencana Alam, DAK dan bantuan keuangan yang bersifat khusus serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau mendesak lainnya, yang belum cukup tersedia dan/atau belum dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahului Penetapan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD, dengan persetujuan Pimpinan DPRD. 8. Alokasi anggaran yang diperuntukkan bagi desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masyarakat bersumber dari APBN yang ditransfer melalui APBD kab/kota dengan tetap mempedomani peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai alokasi APBN bagi desa, sebagaimana undang-undang nomor. 6 tahun 2014 (pasal 72 ayat (4) dan (6) pemerintah kab/kota menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerataan desa, paling sedikit 10 persen dari dana perimbangan yang diterima kab/kota setelah dikurangi DAK. 9. Mendorong kegiatan dalam bentuk kerjasama antar pemerintah dan/atau swasta sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, melalui kegiatan Corporation Social Responsibility (CSR) dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). 23

25 3.5 Kebijakan Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan Daerah Semenjak berlakunya kebijakan otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan dengan lebih berorientasi kepada kepentingan daerah. Untuk itu, pengaturan alokasi sumber daya daerah yang dapat memberi kepuasan bagi masyarakat, membuka kesempatan lapangan kerja serta perwujudan layanan publik yang efisien, menjadi sangat penting. Pemerintah Kabupaten Ngawi sebagai daerah otonom, berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan memanfaatkan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya untuk dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan, layanan publik dan pembangunan daerah Pendapatan Daerah 1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah yang akan dilakukan pada Tahun Anggaran Kebijakan Pendapatan Daerah Kabupaten Ngawi yaitu : a) Peningkatan target pendapatan daerah baik pajak langsung maupun tidak langsung secara terencana sesuai kondisi perekonomian dengan memperhatikan kendala, potensi, dan coverage ratio yang ada. b) Mengembangkan kebijakan pendapatan daerah yang dapat diterima masyarakat, partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan serta perluasan sumber-sumber penerimaan daerah. c) Peningkatan penggalian pendapatan daerah melalui intensifikasi dan eksentifikasi sumber sumber penerimaan daerah. d) Optimalisasi dana perimbangan, dana dekonsentrasi serta sumber dana lain dari Pemerintah Pusat. 24

26 e) Penyempurnaan/revisi Perda-perda yang tidak relevan dengan sistem dan kondisi saat ini. f) Peningkatan kemampuan pembiayaan investasi publik melalui pola kemitraan dengan masyarakat dan swasta. g) Peningkatan investasi swasta melalui berbagai instrumen fiskal dan berbagai insentif dalam penanaman modal. h) Mempercepat proses pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kabupaten Ngawi. 2. Target Pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain- Lain Pendapatan yang Sah. Pendapatan Daerah pada Tahun 2016 diproyeksikan mencapai Rp ,09 yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah direncanakan sebesar Rp ,59 Dana Perimbangan diasumsikan sebesar Rp ,00 dengan proyeksi Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp ,00 Dana Alokasi Umum sebesar Rp ,00, Dana Alokasi Khusus sebesar Rp ,00. Dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp ,50 dengan rincian Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Dan Pemerintah Daerah Lainnya diasumsikan naik menjadi Rp ,50dan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Rp ,00. Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun adalah sebagai berikut : 25

27 Tabel 4.1 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Ngawi Tahun 2013 s.d tahun 2017 Jumlah NO Uraian Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Tahun Berjalan 2015 Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2016 Proyeksi /Target pada Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1.1 Pendapatan asli daerah , , , , , Pajak daerah , , , , , Retribusi daerah , , , , , Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan , , , , , Lain-lain PAD yang sah , , , , , Dana perimbangan , , , , , Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak , , , , , Dana alokasi umum , , , , , Dana alokasi khusus , , , , , Lain-lain pendapatan daerah yang sah , , , , , Hibah Dana darurat Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya Tambahan Penghasilan Bagi PNS Guru Tunjangan Profesi Guru PNSD , , , , , , , , , , , , JUMLAH PENDAPATAN DAERAH ( ) Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi , , , , ,80 26

28 3. Upaya - upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dilaksanakan melalui rencana kerja sebagai berikut : a) Meningkatkan kualitas pelayanan publik. Upaya peningkatan kualitas pelayanan diarahkan pada tujuan untuk semakin mendekatkan dan memudahkan masyarakat serta menyederhanakan sistem dan prosedur pelayanan yang wujud nyatanya adalah percepatan waktu dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan. Pengembangan sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan melalui penambahan tempat pelayanan yaitu pelayanan Drive Through. b) Memanfaatkan sumber daya dan mensinergikan Potensi Daerah. Dengan Program/Kegiatan Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah, peningkatan hubungan/kerjasama antar Dinas dilingkungan Kabupaten Ngawi dan dengan Pemerintah Provinsi/Pusat/BUMN dalam rangka peningkatan penerimaan Bagi Hasil dari Pemerintah, pengembangan fasilitasi kerja sama dengan Propinsi dibidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. c) Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur yang potensial, profesional serta membangun sistem kelembagaan yang berbasis kompetensi. SDM dalam pengertian ini mencakup kuantitas dan kualitas. Kedua aspek tersebut harus dikembangkan secara berimbang dan paralel. Beberapa kebijakan yang dilakukan adalah melalui diklat, pelatihan etika pelayanan, pemahaman terhadap peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pemungutan Pendapatan Asli Daerah. 27

29 d) Implementasi Perda baru mengenai Pajak dan Retribusi Daerah serta mengintensifkan kerja Tim Intensifikasi Pajak dan Retribusi Daerah dalam penggalian potensi daerah yang dapat meningkatkan PAD Belanja Daerah. 1. Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah meliputi total perkiraan belanja daerah. a) Pemenuhan belanja sesuai urusan-urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Ngawi, baik urusan wajib maupun urusan pilihan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran b) Pengaturan belanja hibah dan bantuan sosial mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. c) Prioritas untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar masyarakat, khususnya bidang pendidikan, kesehatan dan pangan. d) Pemberian Hibah dan Bantuan sosial diarahkan pada, yaitu dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Meringankan beban hidup masyarakat terutama di bidang pendidikan dan kesehatan, serta sinergi dengan program pembangunan daerah. 28

30 2. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. a) Pemenuhan belanja pegawai negeri sipil di lingkup pemerintahan daerah Kabupaten Ngawi sampai tahun 2016 direncanakan sebesar Rp ,06. b) Belanja bunga (nihil). c) Belanja subsidi (nihil). d) Pemenuhan belanja hibah sebesar Rp ,00 e) Belanja bantuan sosial (nihil). f) Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab./Kota dan Pem.Desa Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa direncanakan sebesar Rp ,00. g) Belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik direncanakan sebesar Rp ,04, yang didalamnya sudah direncanakan untuk Alokasi Dana Desa sesuai dengan undang-undang no. 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Alokasi Dana Desa dari APBN. h) Belanja tidak terduga. Belanja penanganan bencana alam direncanakan sebesar Rp ,96, untuk antisipasi terjadinya bencana alam (banjir, tanggul longsor, dll), serta beban-beban lain yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya (force majeur). 29

31 NO Uraian Tabel 4.2 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2017 Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Jumlah Tahun Berjalan 2015 Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2016 Proyeksi pada Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2.1 Belanja Tidak Langsung , , , , , Belanja pegawai , , , , , Belanja bunga , Belanja subsidi , Belanja hibah , , , , Belanja bantuan sosial , , , Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dan Partai Politik , , , , , , , , , , Belanja tidak terduga , , , , ,96 JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG , , , , , Belanja Langsung , , , , , Belanja pegawai , , , , Belanja barang dan jasa , , , , Belanja modal , , , ,00 0 JUMLAH BELANJA LANGSUNG , , , , ,75 TOTAL JUMLAH BELANJA , , , , ,65 Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi 30

32 3. Kebijakan pembangunan daerah, kendala yang dihadapi, strategi dan prioritas pembangunan daerah. Dalam mencapai tujuan pembangunan tersebut, berbagai tantangan harus dihadapi baik yang berasal dari dalam daerah maupun lingkungan luar daerah (regional dan nasional), langkah langkah penguatan sudah disusun dan ditempuh untuk menghadapi dinamika yang berkembang melalui terobosan terobosan dalam rangka mempercepat visi pembangunan, yaitu : a) Perekonomian didorong dengan mengembangkan wilayah wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan kawasan-kawasan strategis di seluruh wilayah Kabupaten Ngawi, arahan ini dituangkan dalam Peraturan Daerah nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ngawi Tahun b) Pengentasan Kemiskinan dipercepat dengan melibatkan langsung masyarakat miskin dan marjinal, arahan ini tertuang dalam Strategi Penanggulangan Kemisikinan Daerah (SPKD) Kabupaten Ngawi mendasar Surat Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/238/ /2009 tanggal 22 Desember 2009, Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Ngawi. c) Selain itu untuk mendukung pelaksanaan Pengarusutamaan gender dalam pelaksanaan pembangunan maka telah dikeluarkan surat edaran Bupati Ngawi nomor: 900/1071A/ /2011 tanggal 25 Agustus 2011 perihal Perencanaan Penganggaran Responsif Gender yang harus dipedomani oleh seluruh SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Ngawi. 31

33 d) Kebijakan pembangunan disusun secara terintegrasi dengan mengacu kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah. e) Melanjutkan proyek-proyek strategis yang sesuai tahapan. f) Menstimulir pertumbuhan ekonomi di sektor riil melalui fasilitasi dan pemberian kredit lunak kepada UMKM. g) Mempercepat proses pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kabupaten Ngawi. 4. Kebijakan belanja berdasarkan urusan pemerintahan daerah yaitu Urusan Wajib dan urusan pilihan, dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). a) Dalam rangka memenuhi keberpihakan kepada masyarakat, maka proporsi belanja modal lebih besar dari pada belanja barang dan jasa dan belanja pegawai. b) Memenuhi prinsip keadilan tidak hanya terkonsentrasi pada lokus tertentu serta dengan tetap memperhatikan aspirasi masyarakat, dan mengacu pada sinkronisasi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi Pembiayaan Daerah. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. 32

34 NO Tabel 4.3 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2017 Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Jumlah Tahun Berjalan 2015 Proyeksi/Target pada Tahun Rencana 2016 Proyeksi/Target pada Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 3.1 Penerimaan pembiayaan , , , ,97 0, Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) , , , , Pencairan Dana Cadangan , Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah , , JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN , , , ,97 0, Pengeluaran pembiayaan , , , ,00 0, Pembentukan dana cadangan , , Penyertaan modal (Investasi) daerah , , Pembayaran pokok utang , Pemberian pinjaman daerah JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN , , , ,00 0,00 JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO , , , ,97 0,00 Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi 33

35 V. PENUTUP Demikianlah Kebijakan Umum APBD ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam penyusunan PPAS dan RAPBD Tahun Anggaran BUPATI NGAWI Selaku, PIHAK PERTAMA Ngawi, 2015 PIMPINAN DPRD Selaku, PIHAK KEDUA Ir. H. BUDI SULISTYONO DWI RIYANTO JATMIKO, SH, M.Si KETUA SARJONO, S.Pd WAKIL KETUA Drs. H. SULISTIYANTO WAKIL KETUA MARYOTO, SP, MM WAKIL KETUA 34

36 35

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Hal mendasar dalam perencanaan pembangunan tahunan adalah kemampuannya dalam memproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah secara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2011 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2012-2013 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Arah Dan Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi Kondisi ekonomi makro Kabupaten

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Perubahan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH Berdasarkan RPJMD Kota Jambi, tahun 2016 merupakan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang merupakan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : 178/238/DPRD/2016 NOMOR : 910/205/Bappeda/2016 TANGGAL : 28 Juli 2016 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kondisi makro ekonomi Kabupaten Kebumen Tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam [A.1] LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 68 TAHUN 2012 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PENYUSUNAN KUA DAN PPAS A. KETENTUAN UMUM Gubernur menyusun

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G 1 Menimbang Mengingat : a. b. c. 1. 2. PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : 12/KSP/IX/2013 NOMOR : 54/K/DPRD/2013 TANGGAL: 9 SEPTEMBER 2013 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar yang dilakukan pada berbagai program sebagaimana diungkapkan pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03 /KB/BTD-2012 03/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 15 OKTOBER 2012 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI NOMOR : 075/5690/B.Pem NOMOR NOMOR : 910/2819/DPRD TANGGAL : 8 Oktober 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN ANGGARAN 2010 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR

Lebih terperinci

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Kerangka Ekonomi Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah merupakan kerangka implementatif atas pelaksanaan RKPD Kabupaten Sijunjung Tahun

Lebih terperinci

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu kegiatan utama bagi pemerintah daerah disamping pelayanan dan operasional internal birokrasi. Dengan telah diterapkannya Otonomi Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1 2. Tujuan Penyusunan KUA 2 3. Dasar Hukum Penyusunan KUA 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1 2. Tujuan Penyusunan KUA 2 3. Dasar Hukum Penyusunan KUA 3 DAFTAR ISI Hal BAB I PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1 2. Tujuan Penyusunan KUA 2 3. Dasar Hukum Penyusunan KUA 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 4 1. Perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018 Dalam upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, diperlukan transparansi, akuntabilitas dan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi ke depan masih bertumpu pada sektor pertanian yang kontribusinya

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN (RPJMD) Tahun 20162021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Kabupaten Pandeglang dikelola berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku diantaranya UndangUndang

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN 2.1 EKONOMI MAKRO Salah satu tujuan pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat, sehubungan dengan itu pemerintah daerah berupaya mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013 B U P A T I P U R W O R E J O PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 1/A, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2.

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2. NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/2.9445.011 NOMOR : 910/2.118 TANGGAL : 15 Nopember 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU SALINAN PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pemerintah Kabupaten gresik dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAH KOTABATU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAH KOTABATU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAH KOTABATU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang \bi LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA BEKASI Nomor : 46 Tahun 207 Tanggal : 03 Agustus 207 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 21/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN 2016 Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI iv DAFTAR

Lebih terperinci