BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Tirta Bintaro merupakan salah satu agen air minum yang berlokasi Jl. Tegal Rotan Raya No. 06 Ciputat, Tangerang. Tirta Bintaro hanya mendistribusikan air minum brand Aqua dan VIT. Hal ini disebabkan oleh perjanjian yang telah disepakati bersama antara pihak Tirta Bintaro dengan pihak supplier pada saat pertama kali mereka menjalin kerja sama. Perusahaan ini terbentuk pada tahun 1996, dimana Tirta Bintaro menjalankan bisnisnya tidak hanya menjadi agen air minum Aqua. Pada saat awal berdiri, Tirta Bintaro merupakan agen yang menjual berbagai jenis minuman dengan brand yang beraneka ragam. Setelah menjalani bisnis tersebut selama beberapa waktu ke depan, Tirta Bintaro mulai mengurangi brand produk yang mereka akan tawarkan kepada konsumen. Hal ini dilakukan atas dasar berbagai pertimbangan yang ada, diantaranya yaitu brand minuman dari sudut pandang konsumen, perekonomian yang tidak stabil membuat harga barang dan permintaan yang selalu berubah, dan perhitungan perkiraan keuntungan yang diperoleh dari produk yang ditawarkan kepada konsumen. Tirta Bintaro selalu berusaha untuk beradaptasi untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang selalu berubah. Oleh sebab itu, perusahaan dapat bertahan dan bahkan semakin berkembang menjadi lebih

2 57 baik walaupun secara perlahan. Sekitar akhir tahun 2003, Tirta Bintaro mendapatkan tawaran yang cukup baik dari salah satu distributor resmi Aqua untuk menjadi salah satu agen mereka dengan perjanjian bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk menjual minuman dengan brand yang lain, kecuali brand yang diluncurkan oleh pihak Aqua tersebut. Dengan pertimbangan yang telah dilakukan, pada awal tahun 2004 Tirta Bintaro memutuskan untuk menerima tawaran dari distributor resmi Aqua tersebut. Dengan adanya perjanjian yang telah dilakukan antara Tirta Bintaro dengan distributor resmi aqua tersebut, Tirta Bintaro memperoleh berbagai keuntungan. Keuntungan yang diperoleh antara lain adalah Tirta Bintaro selalu mendapatkan pasokan barang setiap kali melakukan permintaan terhadap barang kepada supplier, Tirta Bintaro juga memperoleh beberapa hadiah karena telah dapat mencapai jumlah penjualan yang telah ditetapkan oleh pihak Aqua. Hingga saat ini, Tirta Bintaro tetap menjadi salah satu agen yang mendistribusikan air minum brand Aqua dan VIT dimana mereka selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen serta memberikan pelayanan yang memuaskan bagi mereka Visi dan Misi Visi dari Tirta Bintaro: Menjadi perusahaan yang dapat memberikan solusi dalam distribusi untuk AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) melalui pelayanan dan kinerja terbaik sehingga dapat memenuhi kepuasan konsumen.

3 58 Dalam pencapaian visi yang ada, maka diperlukan pencapaian misimisi terlebih dahulu. Misi dari Tirta Bintaro : - Memberikan pelayanan yang unggul dengan efektif dan efisien - Menjalin hubungan yang baik dengan pemasok (supplier), konsumen, karyawan, dan masyarakat. - Mengembangkan tenaga kerja yang produktif dan unggul - Selalu memperhatikan dan mengutamakan kepuasan konsumen - Meningkatkan kualitas pelayanan - Memperluas pangsa pasar Struktur Organisasi Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, Tirta Bintaro ditangani oleh tiga kepala bagian yang dibawahi oleh manajer dan manajer dibawahi langsung oleh direktur. Tiga kepala bagian tersebut yaitu kepala bagian logistik, kepala bagian penjualan, dan kepala bagian keuangan. Berikut adalah gambaran dari struktur organisasi Tirta Bintaro. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Tirta Bintaro Sumber : Tirta Bintaro (2011)

4 59 Tugas masing-masing divisi yaitu sebagai berikut: Direktur - Memimpin perusahaan dan bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan perusahaan, termasuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kelangsungan bisnis perusahaan - Menentukan dan mengarahkan visi dan misi perusahaan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh seluruh pekerja - Menetapkan strategi untuk mencapai visi dan misi perusahaan yang telah ditetapkan - Membuat perencanaan dan kebijakan jangka panjang yang akan diberlakukan dalam perusahaan - Menjalin kerja sama dengan pihak luar - Merencanakan dan menentukan sistem upah - Mengawasi perkembangan perusahaan Manajer - Mengawasi dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang terjadi di dalam perusahaan - Merencanakan dan menentukan sumber daya yang dibutuhkan - Menganalisa laporan dari tiap bagian dan memberikan laporan atas keseluruhan kegiatan yang terjadi di dalam perusahaan kepada direktur - Bersama-sama dengan direktur membahas perkembangan perusahaan dan menentukan strategi yang tepat bagi kemajuan perusahaan

5 60 - Mengarahkan seluruh karyawan dalam pencapaian visi dan misi perusahaan - Memastikan bahwa strategi, peraturan, dan kebijakan yang telah ditetapkan berjalan dengan baik - Menyampaikan pendapat karyawan kepada direktur perusahaan Bagian Gudang - Mengawasi arus keluar masuk barang - Melakukan pengecekan atas barang yang masuk dan keluar guna memastikan bahwa barang-barang tersebut tidak mengalami kerusakan atau menjaga kualitas barang selama dalam masa penyimpanan - Mencatat jumlah barang, baik barang yang masuk ke gudang maupun barang yang tersisa setiap harinya - Membuat laporan mengenai pemasukan dan pengeluaran barang yang terjadi untuk diberikan kepada manajer Bagian Pembelian - Melakukan pemesanan barang ke pihak supplier - Membuat perencanaan pembelian barang - Memberikan laporan kepada Manager mengenai pembelian yang telah dilakukan Bagian Pengiriman - Mengirimkan barang ke tangan konsumen secara langsung

6 - Memastikan bahwa barang akan dalam keadaan aman dan terjaga sampai ke tangan konsumen 61 Bagian Penjualan - Mengawasi kegiatan penjualan yang terjadi di dalam perusahaan - Memastikan bahwa target penjualan dapat dicapai - Mengurusi semua kegiatan yang berhubungan dengan penjualan barang - Berinteraksi secara langsung dengan konsumen - Menerima pemesanan atas barang yang datang dari konsumen - Menganalisa dan mengatasi setiap masalah atau kendala yang berhubungan dengan penjualan - Membuat laporan penjualan dalam suatu jangka waktu yang akan diberikan kepada manager Bagian Penagihan - Melakukan penagihan kepada konsumen yang telah menerima barang namun belum melakukan pembayaran atau pelunasan Bagian Keuangan - Merencanakan penggunaan dana perusahaan secara efektif dan efisien - Mengawasi penggunaan dana yang terjadi di dalam perusahaan - Mencatat semua transaksi atau aktivitas keuangan yang terjadi di dalam perusahaan dan memberikannya kepada staff accounting - Melakukan pembayaran kepada pihak supplier atas barang yang telah diterima oleh perusahaan

7 62 - Menerima pembayaran dari konsumen atas pembelian barang yang dilakukan konsumen tersebut. - Membuat laporan keuangan secara terperinci untuk suatu jangka waktu yang akan diberikan kepada manajer guna dapat mendukung dalam pengambilan keputusan Proses Bisnis Proses bisnis pada Tirta Bintaro terbagi menjadi dua, yaitu proses bisnis penerimaan pemesanan dari konsumen hingga penerimaan pembayaran atas pemesanan yang dilakukan oleh konsumen tersebut dan proses bisnis pembelian persediaan kepada supplier hingga pembayaran kepada supplier atas barang yang telah diterima. a. Penerimaan Pemesanan dari Konsumen Proses bisnis ini dimulai pada saat konsumen melakukan pemesanan, bagian penjualan akan melakukan pengecekan ketersediaan barang dengan bertanya kepada bagian gudang. Bila barang tidak tersedia maka bagian penjualan akan melakukan konfirmasi kepada pelanggan atas ketidak-tersediaan barang. Akan tetapi, bila barang tersedia maka bagian penjualan akan membuat surat pemesanan atas setiap permintaan konsumen yang ada. Setelah semua permintaan pesanan konsumen terkumpul, bagian penjualan akan memberikan surat pemesanan ke bagian gudang. Kemudian bagian pergudangan akan menyiapkan barang-barang yang diminta oleh konsumen dan membuat surat pengeluaran barang. Barang yang telah disiapkan dan surat

8 63 pengeluaran barang akan diberikan bagian gudang kepada bagian pengiriman untuk dilakukan pengecekan kesesuaian sebelum barang tersebut dikirim. Bila sudah sesuai, maka bagian pengiriman akan mengelompokkan berdasarkan daerah pengiriman. Setelah itu, barang akan dimasukkan ke dalam kendaraan (truk) dan membuat surat jalan. Sesampainya ditempat tujuan, barang yang akan dipesan oleh konsumen diperiksa kembali oleh konsumen lewat surat jalan yang telah dibuat. Setelah penerimaan barang oleh konsumen, maka bagian penagihan akan melakukan penagihan dengan membuat surat penagihan yang akan diberikan kepada konsumen. Pembayaran oleh konsumen dilakukan dengan sekali pembayaran lunas. Proses pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau melalui bank (transfer). Proses bisnis penerimaan pemesanan dari konsumen yang telah diuraikan tersebut dapat digambarkan dalam activity diagram sebagai berikut:

9 64 Gambar 3.2 Activity Diagram Pemesanan Konsumen hingga Pembayaran (November 2011)

10 65 b. Pemesanan Persediaan kepada Supplier Proses bisnis ini dimulai dari bagian gudang meminta persediaan barang karena persedian barang di gudang yang sudah semakin sedikit dengan membuat surat permintaan, dimana surat tersebut akan diajukan kepada bagian pembelian. Setelah menerima surat permintaan atas persediaan, bagian pembelian akan menghubungi supplier untuk memesan barang dengan membuat surat pembelian barang. Supplier akan segera mengantarkan barang sesuai dengan pesanan yang telah ditertera pada surat pembelian barang ke perusahaan. Barang yang datang akan langsung diperiksa kesesuaiannya oleh bagian gudang berdasarkan pemesanan yang telah dilakukan bagian pembelian kepada supplier. Bila barang tidak sesuai maka bagian pembelian akan melakukan konfirmasi kepada supplier untuk memperbaikinya. Sebaliknya, bila telah sesuai maka barang akan dimasukkan ke gudang. Bagian gudang akan menerima barang tersebut dan membuat surat penerimaan barang. Surat penerimaan barang tersebut akan digunakan oleh supplier untuk menagih pembayaran kepada perusahaan melalui bagian keuangan perusahaan. Setelah menerima penagihan dan supplier maka bagian keuangan akan melakukan pembayaran kepada supplier. Proses bisnis pemesanan persediaan kepada supplier yang telah diuraikan tersebut dapat digambarkan dalam activity diagram sebagai berikut:

11 66 Gambar 3.3 Activity Diagram Pemesanan Persediaan kepada Supplier (November 2011)

12 Laporan Persediaan, Penjualan, dan Stok Barang Berikut adalah tabel laporan persediaan, penjualan, dan jumlah stok barang setiap bulan pada tahun 2010 yang dapat menunjukkan bahwa terdapat dua bulan dimana perusahaan mengalami kehabisan stok barang. Dengan tidak adanya stok barang, maka perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen yang datang. Tabel 3.1 Laporan Persediaan, Penjualan, dan Stok BarangTahun 2010 Laporan Persediaan, Penjualan, dan Stok Barang Tahun 2010 Bulan Persediaan Penjualan Stok Barang Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Tirta Bintaro

13 Analisis Data Penjualan Berikut akan diuraikan mengenai proses pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. Pengumpulan data pada bab ini diperoleh dari perusahaan dengan cara observasi langsung dan wawancara. Kemudian dari data yang telah diperoleh tersebut maka akan dilakukan pengolahan data yang menghasilkan peramalan permintaan dan suatu rute distribusi yang dapat meningkatkan efisiensi biaya dalam hal pendistribusian barang Data Penjualan Data penjualan dari Januari 2009 sampai dengan September 2011 untuk aqua gallon pada Tirta Bintaro, sebagai berikut: Tabel 3.2 Data Penjualan Aqua Galon Periode 1 Januari September 2011 Bulan Jumlah Unit Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 78977

14 69 Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Sumber : Tirta Bintaro (2011) Perhitungan Peramalan Peramalan merupakan prediksi mengenai keadaan di masa yang akan datang. Dalam hal ini yang akan diramalkan adalah penjualan Aqua galon untuk masa yang akan datang. Peramalan permintaan akan dihitung secara manual dan dengan menggunakan software QM (Quantity Management) For Window dan Minitab. Peramalan dihitung dengan menggunakan beberapa metode yang ada, antara lain: Metode Naif Metode Rata-rata Bergerak Metode Rata-rata Bergerak Tertimbang Metode Penghalusan Eksponensial Metode Penghalusan Eksponensial dengan Tren Metode Regresi Linier

15 Perhitungan Window Peramalan menggunakan Aplikasi QM 70 For Padaa bagian ini akan ditampilkan hasil perhitungan untuk setiap metode peramalan yang digunakan. Cara membuka dan menjalankan aplikasii QM dapat dilihat pada lampiran 2. a. Peramalan dengan Metode Naif Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metodee Naif dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.4 Hasil Perhitungan QM Metode Naif (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 3. b. Peramalan dengan Metode Rata-rata Bergerak Jumlah periode yang digunakan dalam perhitungan menggunakan metodee rata-rata bergerak adalah berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu 3 (Hays, J.M. (2003),

16 71 Stevenson, W.J.(2009), Eckhaus, E.(2010), Pilinkiene, V.(2008), Ren, L.dan Glasure, Y. (2009)). Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengann menggunakan metode Rata- rata Bergerak dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.5 Hasil Perhitungan QM Metode Rata-rataa Bergerak (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 4. c. Peramalan dengan Metode Rata-rata Bergerak Tertimbang Pembobotan yang digunakan dalam perhitungan menggunakan metode rata-rata bergerak tertimbang adalah berdasarkan penelitian-penelitiann sebelumnya, yaitu 0,5; 0,3 dan 0,2 (Sarjono, H.( (2010)).

17 72 Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode Rata-rataa Bergerak Tertimbang dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.6 Hasil Perhitungan QM Metode Rata-rata Bergerak Tertimbang (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 5. d. Peramalan dengan Metode Penghalusan Eksponensial Konstanta penghalusann yang digunakan dalam perhitungan menggunakan metode penghalusan eksponensial adalah berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu 0,3 (Pilinkiene, V.(2008), Gross, K.D.(2001)) ). Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode Penghalusan Eksponensial dengan konstanta penghalus sebesar 0..3 dapat dilihat pada gambar berikut:

18 73 Gambar 3.7 Hasil Perhitungann QM Metode Penghalusan Eksponensial konstanta penghalus 0.3 (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 6. Pada hasil perhitungann menggunakan penghalusan eksponensial dengann QM, dapat diperoleh nilai tingkat kesalahan (MAD) pada berbagai tingkatan konstanta penghalusan. MAD yang paling rendah adalah pada tingkat konstanta 0,75. Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode Penghalusan Eksponensial konstanta penghalus sebesar 0,75 dapat dilihat pada gambar berikut:

19 74 Gambar 3.8 Hasil Perhitungann QM Metode Penghalusan Eksponensial konstanta penghalus 0.75 (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 7. e. Peramalan dengan Metode Penghalusan Eksponensial dengan Tren Konstanta penghalusan untuk rata-rata dan tren yang digunakann adalah berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu 0,3 dan 0,,2 (Sarjono, H.(2010)). Hasil dari perhitungan peramalan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan Metode Penghalusan Eksponensial dengan Tren dapat dilihat pada gambar berikut:

20 75 Gambar 3.9 Hasil Perhitungan QM Metode Metode Penghalusan Eksponensial dengann Tren (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 8. f. Peramalan dengan Metode Regresi Linier Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode Regresi Linier dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.10 Hasil Perhitungan QM Metodee Regresi Linier (November 2011)

21 Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran Perhitungan Peramalan menggunakan Aplikasi Minitab Pada bagian ini akan ditampilkan hasil perhitungan untuk setiap metode peramalan yang digunakan. Cara membuka dan menjalankan aplikasi Minitab dapat dilihat pada lampiran 9. a. Peramalan dengan Metode Rata-rata Bergerak Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode Ratarata Bergerak dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.11 Hasil Perhitungan Minitab Metode Rata-rata Bergerak (November 2011)

22 Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran b. Peramalan dengan Metode Penghalusan Eksponensial Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode Penghalusan Eksponensial dengan konstanta penghalus sebesar 0.3 dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.12 Hasil Perhitungan Minitab Metode Penghalusan Eksponensial konstanta penghalus 0.3 (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 11.

23 78 Berdasarkan perhitungan QM bahwa MAD yang paling rendah adalah pada konstanta 0.75, maka dilakukan pula perhitungan dengan konstanta 0.75 menggunakan software Minitab. Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode Penghalusan Eksponensial konstanta penghalus sebesar 0.75 dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.13 Hasil Perhitungan Minitab Metode Penghalusan Eksponensial konstanta penghalus 0.75 (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 12.

24 79 c. Peramalan dengan Metode Penghalusan Eksponensial dengan Tren Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode penghalusan eksponensial dengan tren dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.14 Hasil Perhitungan Minitab Metode Penghalusan Eksponensial dengan Tren (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 13.

25 80 d. Peramalan dengan Metode Regresi Linier Hasil dari perhitungan peramalan akan aqua galon untuk bulan Oktober 2011 dengan menggunakan metode Regresi Linier dengann Tren dapat dilihat padaa gambar berikut: Gambar 3.15 Hasil Perhitungan Minitab Metode Regresi Linier (November 2011) Cara melakukan perhitungannya dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 14.

26 Perhitungan Peramalan secara manual a. Peramalan dengan Metode Naif Tabel 3.3 Perhitungan Manual Metode Naif 81, , ,

27 82 1,477,042, ,157, , b. Peramalan dengan Metode Rata-rata Bergerak Tabel 3.4 Perhitungan Manual Metode Rata-rata Bergerak

28 , , ,109, ,

29 84 c. Peramalan dengan Metode Rata-rata Bergerak Tertimbang Tabel 3.5 Perhitungan Manual Metode Rata-rata Bergerak Tertimbang ((0.5*90458) + (0.3*86856) + (0.2*81402)) 87, ,458.15

30 ,997, ,

31 86 d. Peramalan dengan Metode Penghalusan Eksponensial Tabel 3.6 Perhitungan Manual Metode Penghalusan Eksponensial konstanta penghalusan , ,287.05

32 ,356, , Tabel 3.7 Perhitungan Manual Metode Penghalusan Eksponensial konstanta penghalusan

33 88 83, , ,531, ,

34 89 e. Peramalan dengan Metode Penghalusan Eksponensial dengan Tren Tabel 3.8 Perhitungan Manual Metode Penghalusan Eksponensial dengan Tren ,

35 90 92, , , ,406, ,

36 91 f. Peramalan dengan Metode Regresi Linier Tabel 3.9 Perhitungan Manual Persamaan Metode Regresi Linier

37 Tabel 3.10 Perhitungan Manual Metode Regresi Linier ,357.66

38 , ,579, , Perbandingan Ketelitian Peramalan Dari perhitungan peramalan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan perbandingan dari ketelitian peramalan setiap metode. Metode peramalan yang akan digunakan adalah metode peramalan yang memberikan nilai penyimpangan terkecil dari metode-metode yang digunakan. Perbandingan ketelitian peramalan ditampilkan pada tabel berikut :

39 94 Hasil Perhitungan dengan software QM Tabel 3.11 Hasil Perhitungan dengan software QM Metode MAD MSE Naif Rata-rata Bergerak Rata-rata Bergerak Tertimbang Penghalusan Eksponensial (0.3) Penghalusan Eksponensial (0.75) Penghalusan Eskponensial dengan Tren Regresi Linier Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software QM telah diperoleh hasil MAD dan MSE yang memiliki nilai yang terkecil, yaitu Metode Regresi Linier. Metode regresi linier merupakan metode peramalan yang sebaiknya digunakan oleh perusahaan untuk meramalkan jumlah permintaan aqua galon di masa yang akan datang berdasarkan perhitungan dengan menggunakan QM for Windows. Hasil Perhitungan dengan software Minitab Tabel 3.12 Hasil Perhitungan dengan software Minitab Metode MAD MSE Rata-rata Bergerak Penghalusan Eksponensial (0.3) Penghalusan Eksponensial (0.75) PenghalusanEskponensial dengan Tren Regresi Linier Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Minitab telah diperoleh hasil MAD dan MSE yang memiliki nilai yang

40 95 terkecil, yaitu Metode Regresi Linier. Metode regresi linier merupakan metode peramalan yang sebaiknya digunakan oleh perusahaan untuk meramalkan jumlah permintaan aqua galon di masa yang akan datang berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Minitab. Hasil Perhitungan dengan secara manual Tabel 3.13 Hasil Perhitungan secara manual Metode MAD MSE Naif Rata-rata Bergerak Rata-rata Bergerak Tertimbang Penghalusan Eksponensial (0.3) Penghalusan Eksponensial (0.75) Penghalusan Eskponensial dengan Tren Regresi Linier Berdasarkan hasil pengolahan data secara manual telah diperoleh hasil MAD dan MSE yang memiliki nilai yang terkecil, yaitu Metode Regresi Linier. Metode regresi linier merupakan metode peramalan yang sebaiknya digunakan oleh perusahaan untuk meramalkan jumlah permintaan aqua galon di masa yang akan datang berdasarkan perhitungan secara manual Analisis Metode Peramalan Untuk Peramalan Permintaan Berdasarkan teori yang telah diuraikan, suatu metode peramalan patut dipilih untuk digunakan sebagai indikator apakah suatu teknik peramalan cocok digunakan atau tidak dengan membandingkan kesalahan

41 96 peramalan yang dilihat pada nilai MAD dan MSE. Akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil, sehingga semakin kecil nilai MAD dan MSE berarti semakin kecil pula perbedaan antara hasil peramalan dan nilai aktual. Hasil pengolahan data menggunakan QM for Windows, Minitab, dan secara manual telah diperoleh hasil MAD dan MSE dari setiap metode yang digunakan. Metode peramalan yang menghasilkan nilai MAD dan MSE terkecil, yaitu Metode Regresi Linier. Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dan perbandingan ketelitian peramalan adalah metode regresi linier merupakan metode peramalan yang sebaiknya digunakan oleh perusahaan untuk meramalkan jumlah permintaan aqua galon di masa yang akan datang berdasarkan perhitungan menggunakan QM for Windows, Minitab, dan secara manual Penentuan Rute dan Jadwal Pengiriman Tujuan dari penentuan rute dan jadwal pengiriman adalah kombinasi dari meminimumkan biaya dengan mengoptimalkan penggunaan jumlah kendaraan yang digunakan, total jarak dan waktu perjalanan yang ditempuh kendaraan tersebut. Dalam penentuan rute dan jadwal pengiriman, seorang manajer harus menentukan truk mana yang akan mengirim ke customer yang mana dan rute pengiriman yang harus ditempuh oleh masing-masing truk. Manajer tersebut juga harus memastikan bahwa tidak ada satupun truk yang mempunyai muatan berlebih dan dapat memenuhi waktu pengiriman yang telah dijanjikan.

42 Pengumpulan Data Konsumen Tirta Bintaro mempunyai konsumen yang tersebar di wilayah Tangerang dan Jakarta. Konsumen yang dijadikan objek untuk melakukan penelitian adalah konsumen yang selama 3 tahun terakhir secara berkala melakukan pemesanan dan pembelian pada Tirta Bintaro. Konsumen tersebut berjumlah 30 toko. Berikut hasil pengumpulan data konsumen tersebut: Tabel 3.14 Lokasi Konsumen Tirta Bintaro No. Nama Toko Alamat K1 Toko Uskah Jaya Jalan Pondok Aren Raya no. 46 Pondok Aren, Tangerang,Banten K2 Toko Karunia Ilahi Jalan Pahlawan No, 2 Ciputat Timur, Tangerang, Banten K3 Depot Karesota Jalan Bambu Kuning No. 6 Pondok Aren, Tangerang,Banten K4 Depot Esa Water Jalan Jambu No. 3c Ciputat, Tangerang, Banten K5 Toko Hendri Jalan Mertilang 12 no. 13 Pondok Aren, Ciputat, Tangerang,Banten K6 Toko Berkah Jalan Elang 4 no. 4, Sawah Lama Ciputat, Tangerang Banten K7 Depot Banyu Laris Jalan Bintaro Utama sektor 9, Bintaro Jaya, Ciputat, Tangerang K8 Toko Garuda Jalan Garuda No. 31A Pesanggrahan, Jakarta K9 Depot Sinar Pelangi Jalan Haji Adam Malik No. 10 Kereo Selatan, Tangerang, Banten K10 Depot Garuda Jaya Jalan Kebon Kopi No. 33 Pondok Betung, Pondok Aren, Banten K11 Toko Timbul Jalan Timbul no. 5A Cileduk, Tangerang, Banten K12 Toko Yanto Jalan Rawa Timur No. 4 Ciputat, Tangerang K13 Joyo Supermarket Jalan Ciputat Raya No. 25A Kebayoran Lama Utara, Jakarta

43 98 K14 Toko Parkit Jalan Parkit Raya No. 1 Bintaro Jaya, Ciputat, Banten K15 Toko Kasuari Jalan Kasuari No. 19, Bintaro Jaya, Ciputat, Tangerang, Banten K16 Toko Kardi Jalan Bakti No. 3 Pondok Labu, Pesanggrahan, Jakarta K17 Toko Pansil Jalan Ulujami Raya Bintaro, Jakarta K18 Toko Plastik Jalan Ciledug Raya Kebayoran Lama, Tangerang, Banten K19 Toko PJMI Jalan Murai No. 17 Pondok Aren, Tangerang, Banten K20 Depot Pelita Jalan Pelita 5 No. 20 Kebayoran Lama, Jakarta K21 Depot Puri Flamboyan Jalan Flamboyan Asri No. 12 Rempoa, Ciputat, TangerangBanten K22 Toko Aphin Jalan Kangkung No. 3B,Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta K23 Toko Rosalia Perumahan Bintaro Permai Pesanggrahan, Jakarta K24 Toko Iis Jalan Sabar No. 23 Pesanggrahan, Jakarta K25 Depot Nusa Jaya Jalan Bendi Besar No. 43 Kebayoran Lama, Jakarta K26 Toko Null Jalan Cikini Timur No. 3 Pondok Aren, Tangerang K27 Toko Oyok Jalan Baru No. 2 Kebayoran Lama Utara, Jakarta K28 Depot Berinomas Jalan Cipadu Raya No. 10 Depok, Jawa Barat K29 Depot Berinomas 2 Jalan Istiqomah No. 38 Cipadu, Tangerang, Banten K30 Depot Living Water Jalan Merpati Raya No. 22 Bintaro, Jakarta Sumber : Tirta Bintaro (2011)

44 Permintaan Konsumen Permintaan konsumen yang akan digunakan dalam penentuan rute adalah hasil peramalan permintaan dari 30 konsumen untuk Bulan Oktober yang dihitung dengan menggunakan metode regresi. Data yang digunakan untuk perhitungan peramalan adalah permintaan dari masing-masing konsumen dari Bulan Januari hingga September Berikut adalah hasil perhitungan peramalan dari 30 konsumen tersebut. Perhitungan peramalan untuk masing-masing konsumen dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 15. Tabel 3.15 Peramalan Permintaan Konsumen per Minggu Bulan Oktober Kode Nama Konsumen Peramalan Permintaan (unit) K1 Toko Uskah Jaya 95 K2 Toko Karunia Ilahi 80 K3 Depot Karesota 65 K4 Depot Esa Water 60 K5 Toko Hendri 60 K6 Toko Berkah 65 K7 Depot Banyu Laris 60 K8 Toko Garuda 90 K9 Depot Sinar Pelangi 75 K10 Depot Garuda Jaya 80 K11 Toko Timbul 105 K12 Toko Yanto 70 K13 Joyo Supermarket 90 K14 Toko Parkit 95 K15 Toko Kasuari 70 K16 Toko Kardi 70 K17 Toko Pansil 75

45 100 K18 Toko Plastik 90 K19 Toko PJMI 105 K20 Depot Pelita 75 K21 Depot Puri Flamboyan 85 K22 Toko Aphin 75 K23 Toko Rosalia 60 K24 Toko Iis 100 K25 Depot Nusa Jaya 70 K26 Toko Null 65 K27 Toko Oyok 70 K28 Depot Berinomas 70 K29 Depot Berinomas 2 65 K30 Depot Living Water Kendaraan yang digunakan Perusahaan Kendaraan yang digunakan oleh perusahaan adalah tujuh (7) truk dengan ukuran 4.52 m x 1.96 m x 1.7 m dengan kapasitas 360 galon. Rincian data kendaraan beserta kapasitasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.16 Data Kendaraan yang Digunakan Tirta Bintaro Merek Truk No. Polisi Tahun Kapasitas Pembuatan Toyota Dyna B 9891 QV galon Toyota Dyna B 9487 IQ galon Toyota Dyna B 9892 QV galon Toyota Dyna B 9497 NAA galon Toyota Dyna B 9863 IQ galon Toyota Dyna B 9479 QV galon Toyota Dyna B 9683 DN galon Sumber: Tirta Bintaro (2011)

46 Biaya Pengiriman Produk Biaya pengiriman produk berasal dari investasi dari kendaraan dan biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap hari dan setiap bulannya terkait dengan pengiriman produk. Data biaya operasional kendaraan dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 3.17 Biaya Operasional Kendaraan No. Jenis Biaya Nilai 1 Harga B 9891 QV Rp Harga B 9487 IQ Rp Harga B 9892 QV Rp Harga B 9497 NAA Rp Harga B 9863 IQ Rp Harga B 9479 QV Rp Harga B 9683 DN Rp Harga Bensin Rp / liter 9 Upah Pengemudi Rp / bulan 10 Upah Kondektur Rp / bulan 11 Biaya Maintenance Rp / 3 bulan / mobil 12 Biaya Pajak B 9891 QV Rp / tahun 13 Biaya Pajak B 9487 IQ Rp / tahun 14 Biaya Pajak B 9892 QV Rp / tahun 15 Biaya Pajak B 9497 NAA Rp / tahun 16 Biaya Pajak B 9863 IQ Rp / tahun 17 Biaya Pajak B 9479 QV Rp / tahun 18 Biaya Pajak B 9683 DN Rp / tahun Sumber: Tirta Bintaro (2011)

47 Penyusunan Rute dengan Metode Saving Matrix Dalam penentuan rute perjalanan untuk mengirimkan pesanan permintaan konsumen dari Tirta Bintaro digunakan metode Saving Matrix. Terdapat beberapa langkah dalam metode ini hingga pada penentuan rute perjalanan dari setiap kendaraan. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam metode ini adalah sebagai berikut: Mengidentifikasi Matriks Jarak Dalam pengolahan data ini, langkah awal yang dilakukan yaitu dengan mencari letak lokasi perusahaan dan masing-masing toko pada peta (dalam penelitian ini 30 konsumen sebagai tujuan pengiriman berlokasi di Kota Tangerang dan sekitarnya). Untuk mempermudah pemecahan masalah penentuan rute, tujuan-tujuan pengiriman tersebut diplot-kan ke dalam peta dengan bantuan program pemetaan, Google Map, selanjutnya titik-titik yang telah didapatkan dibuat skala sumbu X dan sumbu Y dengan titik K0 (lokasi perusahaan Tirta Bintaro) sebagai koordinat pusat (0,0) seperti yang ditunjukkan pada gambar peta berikut:

48 Gambar 3.16 Lokasi Konsumen Tirta Bintaro 103

49 104 Dari gambar di atas maka diperoleh koordinat setiap konsumen / toko yang ditampilkan sebagai berikut: Tabel 3.18 Lokasi Tujuan Pengiriman Kode Nama Toko Koordinat x Koordinat y K1 Uskah Jaya K2 Karunia Ilahi K3 Depot Karesota K4 Depot Esa Water K5 Toko Hendri K6 Toko Berkah K7 Depot Banyu Laris K8 Toko Garuda K9 Depot Sinar Pelangi K10 Depot Garuda Jaya K11 Toko Timbul K12 Toko Yanto K13 Joyo Supermarket K14 Toko Parkit K15 Toko Kasuari K16 Toko Kardi K17 Toko Pansil K18 Toko Plastik K19 Toko PJMI K20 Depot Pelita K21 Depot Puri Flamboyan K22 Toko Aphin K23 Toko Rosalia K24 Toko Iis K25 Depot Nusa Jaya K26 Toko Null K27 Toko Oyok K28 Depot Berinomas K29 Depot Berinomas K30 Depot Living Water

50 105 Koordinat setiap toko yang diperoleh akan digunakan untuk menghitung matriks jarak setiap toko. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut: 1) Jarak K1 dan K2 (J(1,2)): 1,2 1, ,2 52 1, ) Jarak K3 dan K4 (J(3,4)): 3,4 3, , , ) Jarak K5 dan K6 (J(5,6)): 5,6 5, , , Hasil pengolahan data dari koordinat yang telah diketahui menjadi matriks jarak secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 16.

51 106 Jarak dari perusahaan Menuju tempat pengiriman dan jarak antar tempat pengiriman pada peta diperoleh dengan hanya menarik garis lurus pada koordinat yang diketahui tanpa memperhatikan keadaan jalan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, setiap jarak yang telah diperoleh sebelumnya akan ditambahkan nilai hambatan (retain). Nilai hambatan diasumsikan dapat mewakili kondisi jalan sehingga jarak yang diperoleh semakin mendekati jarak sesungguhnya. Nilai hambatan ini diperoleh dengan mengukur jarak sesungguhnya dari perusahaan Menuju 30 konsumen yang telah ditetapkan, kemudian mengurangi dengan jarak yang telah diperoleh pada matriks jarak. Setelah itu, setiap perbedaan antara jarak sesungguhnya dengan jarak pada matriks jarak dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah konsumen yang digunakan untuk mendapatkan rata-rata dari perbedaan yang ada. Jarak sesungguhnya diperoleh dengan menghitung waktu tempuh yang dibutuhkan dari perusahaan Menuju konsumen, kemudian dikalikan dengan kecepatan rata-rata yang digunakan dalam perjalanan tersebut sehingga akan memperoleh jarak antara dua lokasi. Langkah-langkah dalam memperoleh nilai hambatan (retain) adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan data waktu tempuh

52 107 Waktu tempuh dari perusahaan ke setiap konsumen diperoleh dengan melakukan observasi langsung. Berikut adalah data waktu tempuh dari observasi yang telah dilakukan: Tabel 3.19 Waktu Tempuh Perusahaan ke Setiap Konsumen Nama Toko Waktu (dalam jam) Uskah Jaya Karunia Ilahi Depot Karesota Depot Esa Water Toko Hendri Toko Berkah Depot Banyu Laris Toko Garuda Depot Sinar Pelangi Depot Garuda Jaya Toko Timbul Toko Yanto Joyo Supermarket Toko Parkit Toko Kasuari Toko Kardi Toko Pansil Toko Plastik Toko PJMI Depot Pelita Depot Puri Flamboyan Toko Aphin Toko Rosalia Toko Iis 0.283

53 108 Depot Nusa Jaya Toko Null Toko Oyok Depot Berinomas Depot Berinomas Depot Living Water Mendapatkan data kecepatan kendaraan Kecepatan rata-rata yang digunakan untuk menempuh perjalanan adalah 50 km/jam. Kecepatan rata-rata ini diperoleh dari wawancara dengan pengemudi Tirta Bintaro yang melakukan kegiatan pengiriman setiap harinya. 3. Menghitung jarak perusahaan ke setiap konsumen Jarak diperoleh dengan mengalikan waktu tempuh dengan kecepatan rata-rata yang digunakan dalam perjalanan tersebut sehingga akan memperoleh jarak antara dua lokasi. Hasil pengolahan data tersebut ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 3.20 Jarak Perusahaan ke Setiap Konsumen Nama Toko Waktu (jam) Kecepatan (km/jam) Jarak (km) Uskah Jaya Karunia Ilahi Depot Karesota Depot Esa Water Toko Hendri Toko Berkah

54 109 Depot Banyu Laris Toko Garuda Depot Sinar Pelangi Depot Garuda Jaya Toko Timbul Toko Yanto Joyo Supermarket Toko Parkit Toko Kasuari Toko Kardi Toko Pansil Toko Plastik Toko PJMI Depot Pelita Depot Puri Flamboyan Toko Aphin Toko Rosalia Toko Iis Depot Nusa Jaya Toko Null Toko Oyok Depot Berinomas Depot Berinomas Depot Living Water Menghitung nilai hambatan (retain) Nilai hambatan yang diperoleh merupakan nilai rata-rata dari perbedaan jarak yang diperoleh berdasarkan koordinat dengan waktu tempuh. Hasil perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:

55 110 Tabel 3.21 Perbedaan Jarak Nama Toko Jarak dari waktu tempuh Jarak dari peta Perbedaaan Uskah Jaya Karunia Ilahi Depot Karesota Depot Esa Water Toko Hendri Toko Berkah Depot Banyu Laris Toko Garuda Depot Sinar Pelangi Depot Garuda Jaya Toko Timbul Toko Yanto Joyo Supermarket Toko Parkit Toko Kasuari Toko Kardi Toko Pansil Toko Plastik Toko PJMI Depot Pelita Depot Puri Flamboyan 12.5 Toko Aphin Toko Rosalia Toko Iis Depot Nusa Jaya Toko Null Toko Oyok Depot Berinomas Depot Berinomas Depot Living Water Total

56 111 Nilai hambatan rata-rata = / 30 = 4.13 km. Nilai hambatan rata-rata yang diperoleh akan ditambahkan dengan setiap nilai jarak yang diperoleh. Penambahan yang dilakukan akan menyebabkan nilai matriks jarak yang dihasilkan akan berubah. Berikut adalah matriks jarak dari K0 (Tirta Bintaro) hingga K10 (Depot Garuda Jaya). Tabel 3.22 Matriks Jarak K0 K10 Matriks jarak yang telah ditambahkan dengan nilai hambatan rata-rata secara lengkap dapat dilihat pada lampiran Mengidentifikasi Saving Matriks Saving matriks merepresentasikan penghematan apabila suatu kendaraan mengunjungi beberapa lokasi secara bersamaan dibandingkan dengan mengunjungi satu per satu lokasi. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Saving matriks S(1,2): S(1,2) = J(0,1) + J(0,2) D(1,2)

57 112 = = 9.43 km 2. Saving matriks S(3,4): S(3,4) = J(0,3) + J(0,4) D(3,4) = = 7.10 km 3. Saving matriks S(5,6): S(5,6) = J(0,5) + J(0,6) D(5,6) = = 6.61 km Berdasarkan contoh perhitungan saving matriks di atas, dapat diketahui bahwa penghematan yang terjadi antara toko 1 dan toko 2 adalah sebesar 9.43 km, antara lokasi 3 dan lokasi 4 sebesar 7.10 km, dan antara lokasi 5 dan lokasi 6 sebesar 6.61 km. Sebagian perhitungan dari saving matriks dapat dilihat pada tabel berikut ini.

58 Tabel 3.23 Nilai Saving Matriks (dalam km) untuk K1 K Pengolahan data untuk saving matriks antara lokasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran Mengalokasikan Konsumen ke dalam Rute Pada langkah ini, konsumen akan dibagi ke dalam ruterute perjalanan. Hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan rute adalah jumlah permintaan konsumen dengan kapasitas kendaraan yang digunakan. Prosedur awal untuk menentukan rute perjalanan dari kendaraan adalah dengan mengurutkan nilai dari saving matriks yang ada. Pasangan konsumen yang memiliki nilai saving matriks tertinggi akan menempati urutan awal dari sebuah rute dan diikuti dengan konsumen yang memiliki nilai saving matriks tertinggi kedua dan seterusnya. Prosedur ini dilakukan hingga seluruh konsumen masuk ke dalam rute perjalanan dengan

59 114 mempertimbangkan permintaan konsumen yang tentunya tidak melebihi kapasitas kendaraan yang digunakan. Pengalokasian dimulai dari pasangan yang memiliki nilai saving matriks terbesar dengan penempatan permintaan pada kendaraan pertama. Setelah kapastitas kendaraan pertama sudah terpenuhi, maka pengalokasian selanjutnya dimulai dengan menggunakan kendaraan kedua dan seterunya. Berdasarkan pengurutan nilai dari saving matriks, diperoleh nilai saving matriks dari yang tertinggi hingga terendah.. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada lampiran secara lengkap. Berikut adalah 10 nilai terbesar dari saving matriks. Tabel 3.24 Sepuluh Nilai Terbesar dari Saving Matriks Pada tabel di atas, dapat dilihat sepuluh urutan nilai saving matriks tertinggi untuk setiap pasangan konsumen. Pengurutan pasangan konsumen dari nilai saving matriks terbesar secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 19.

60 115 Berdasarkan pengurutan dari nilai saving matriks yang telah diperoleh, maka dapat dilakukan pengalokasian setiap konsumen ke dalam rute perjalanan bagi setiap kendaraan. Prosedur pengalokasian konsumen ke dalam rute perjalanan dilakukan berulang sampai seluruh konsumen teralokasi ke dalam rute perjalanan. Hasil pengalokasian untuk setiap kelompok pengiriman dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.25 Pengalokasian Konsumen Rute Kendaraan Konsumen Jumlah Pengiriman (galon) 1 B 9891 QV K6 - K23 - K22 - K28 - K B 9487 IQ K13 - K27 - K20 -K B 9892 QV K18 - K24 - K30 - K B 9497 NAA K8 - K11- K29 - K B 9863 IQ K10 - K3 - K19 - K B 9479 QV K14 - K1 - K17 - K B 9683 DN K5 - K12 - K15 - K26 - K Mengurutkan Konsumen di dalam Rute Perjalanan Setelah seluruh konsumen dialokasikan ke dalam rute atau kelompok pengiriman, maka tahap selanjutnya adalah mengurutkan konsumen yang ada di dalam rute perjalanan. Pada tahap ini, konsumen diurutkan mana yang akan dikunjungi terlebih dahulu dalam suatu rute perjalanan. Pengurutan ini dilakukan agar jarak yang ditempuh kendaraan tidak terlalu jauh sehingga biaya operasional (bahan bakar kendaraan) dapat diminimalkan. Prosedur yang digunakan untuk mengurutkan

61 116 konsumen adalah nearest neighbor, farthest insert, dan nearest insert. Hasil yang akan didapat dari ketiga prosedur ini akan dibandingkan untuk mendapat urutan kunjungan dengan jarak yang terendah. a) Pengurutan kunjungan dengan nearest neighbor Pengurutan kunjungan dengan nearest neighbor dimulai dari konsumen (misal Ki) yang memiliki jarak terdekat dari perusahaan / lokasi awal (K0). Kemudian dilanjutkan dengan konsumen selanjutnya (Kj) yang memiliki jarak yang terdekat dengan konsumen awal (Ki). Prosedur ini dilakukan terus menerus sampai semua konsumen dalam suatu rute perjalanan masuk ke dalam rute yang telah diurutkan. Jarak dari tiap konsumen dapat dilihat pada lampiran matriks jarak yang telah ditambah dengan nilai hambatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada langkah-langkah dibawah ini: 1. Tentukan titik perusahaan sebagai titik awal dan titik akhir dimana kendaraan akan mulai melakukan pengiriman dan tujuan akhir kendaraan. 2. Cari konsumen yang memiliki jarak yang terdekat dengan perusahaan. 3. Cari konsumen yang memiliki jarak yang terdekat dari konsumen terakhir yang dituju kendaraan. 4. Lakukan kembali langkah (c) hingga semua konsumen dalam suatu rute perjalanan dikunjungi oleh kendaraan.

62 117 Sebagai contoh untuk merepresentasikan langkahlangkah di atas, akan digunakan pengurutan dari kelompok rute perjalanan pertama (kendaraan B 9891 QV) yaitu K6, K23, K22, K28 dan K25. Langkah pertama adalah menentukan titik awal. Titik awal dari semua rute perjalanan yang dilakukan adalah K0 (perusahaan Tirta Bintaro). Langkah kedua adalah mencari jarak dari K6, K23, K22, K28 dan K25 yang paling dekat dengan perusahaan. Jarak yang terdekat dari perusahaan adalah K25 dengan jarak sebesar km. Lalu konsumen yang terdekat dengan K25 adalah K22 dengan jarak sebesar 7.03 km. Kemudian konsumen yang terdekat dengan K22 adalah K28 dengan jarak sebesar km. Setelah itu, konsumen yang terdekat dengan K28 adalah T6 dengan jarak km dan konsumen K23 tersisa sebagai konsumen selanjutnya dikunjungi setelah konsumen K6. Setelah semua konsumen dikunjungi maka kendaraan kembali lagi ke perusahaan (K0) dengan jarak km. Berdasarkan pengurutan yang dilakukan di atas, maka didapatkan urutan kunjungan untuk kendaraan B 9891 QV yaitu K0 - K25 - K22 - K28 - K6 - K23. Jarak total yang ditempuh oleh kendaraan B 9891 QV adalah sebesar km. Dengan menggunakan langkah-langkah yang sama, maka urutan konsumen dan jarak tempuh untuk rute perjalanan selanjutnya dapat dilihat pada tabel di berikut.

63 118 Tabel 3.26 Pengurutan Kunjungan dengan Nearest Neighbor b) Pengurutan kunjungan dengan farthest insert Pengurutan kunjungan dengan prosedur farthest insert dimulai dari mengurutkan konsumen (Ki) yang memiliki jarak yang paling jauh dengan perusahaan. Setelah didapat konsumen yang memiliki jarak yang paling jauh dari perusahaan, langkah selanjutnya adalah menyisipkan konsumen (Kj) yang tersisa satu per satu ke dalam rute perjalanan tersebut dan cari jarak yang terbesar. Pada langkah kedua ini, tidak akan terjadi perubahan jarak apabila konsumen i yang sudah didapat pada langkah pertama dikunjungi lebih dahulu atau dikunjungi kedua setelah konsumen j. Langkah berikutnya adalah menyisipkan setiap konsumen ke dalam rute perjalanan dan cari rute terpendek dari setiap konsumen yang disisipkan. Kemudian cari rute yang memiliki jarak yang paling jauh dari setiap sisipan terpendek. Langkah ini diulangi kembali hingga semua

64 119 konsumen masuk ke dalam rute perjalanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada langkah-langkah berikut: 1. Tentukan titik perusahaan sebagai titik awal dan titik akhir dimana kendaraan akan memulai pengiriman dan juga sebagai tujuan akhir dari kendaraan tersebut. 2. Cari konsumen yang memiliki jarak yang paling jauh dari depot dan masukkan ke dalam rute perjalanan. 3. Sisipkan setiap konsumen ke dalam rute yang sudah didapatkan pada langkah (b) dan cari konsumen yang menghasilkan jarak yang paling jauh. 4. Sisipkan konsumen yang tersisa ke dalam rute yang sudah didapatkan pada langkah (c) dan dari setiap sisipan 1 konsumen, cari rute yang menghasilkan jarak paling dekat. Dari langkah ini akan didapat beberapa rute terpendek dari setiap sisipan konsumen. 5. Pilih sisipan konsumen yang mempunyai jarak yang paling jauh dari rute terpendek yang didapat pada langkah (d). 6. Lakukan kembali langkah (d) dan (e) hingga semua konsumen masuk ke dalam suatu rute perjalanan. Sebagai contoh untuk merepresentasikan langkahlangkah di atas, akan digunakan pengurutan dari kelompok rute perjalanan pertama (kendaraan B 9891 QV) yaitu K6, K23, K22, K28 dan K25.

65 120 1) Konsumen yang menghasilkan rute dengan jarak terbesar dari perusahaan (K0) adalah K28. Tabel 3.27 Perhitungan Langkah Pertama Prosedur Farthest Insert Rute Jarak (km) K0 K6 K K0 K23 K K0 K22 K K0 K28 K K0 K25 K ) Penyisipan konsumen ke dalam rute yang didapat dari langkah sebelumnya adalah sebagai berikut: Tabel 3.28 Perhitungan Langkah Kedua Prosedur Farthest Insert Rute Jarak (km) K0 K6 K28 K K0 K23 K28 K K0 K22 K28 K K0 K25 K28 K Dari rute di atas yang dihasilkan rute dengan jarak yang paling besar adalah menyisipkan konsumen 23 (K23) ke dalam rute dengan jarak sebesar km. 3) Penyisipan konsumen yang tersisa ke dalam rute yang sudah didapatkan pada langkah sebelumnya dan dari setiap 1 konsumen, akan dicari rute yang jarak paling dekat.

66 121 Tabel 3.29 Perhitungan Langkah Ketiga Prosedur Farthest Insert Rute Jarak (km) K0 K6 K28 K23 K K0 K28 K6 K23 K * K0 K28 K23 K6 K K0 K22 K28 K23 K * K0 K28 K22 K23 K K0 K28 K23 K22 K K0 K25 K28 K23 K * K0 K28 K25 K23 K K0 K28 K23 K25 K Dari rute terkecil yang didapat dari tiap sisipan yang dilakukan per konsumen (rute terkecil diberi tanda *), diperoleh rute yang menghasilkan jarak yang paling besar yaitu K6 dengan rute K0 K28 K6 K23 K0. 4) Penyisipan konsumen yang tersisa ke dalam rute yang sudah didapatkan pada langkah ketiga sebelumnya dan dari setiap penyisipan 1 konsumen yang dilakukan, akan dicari rute yang dapat menghasilkan jarak paling dekat. Tabel 3.30 Perhitungan Langkah Keempat Prosedur Farthest Insert Rute Jarak (km) K0 K22 K28 K6 K23 K * K0 K28 K22 K6 K23 K K0 K28 K6 K22 K23 K K0 K28 K6 K23 K22 K K0 K25 K28 K6 K23 K *

67 122 K0 K28 K25 K6 K23 K K0 K28 K6 K25 K23 K K0 K28 K6 K23 K25 K Dari rute terkecil yang didapat dari tiap sisipan yang dilakukan per konsumen (rute terkecil diberi tanda *), diperoleh rute yang menghasilkan jarak yang paling besar yaitu K22 dengan rute K0 K22 K28 K6 K23 K0. 5) Langkah terakhir adalah memasukkan konsumen terakhir yang tersisa ke dalam rute yang baru. Tabel 3.31 Perhitungan Langkah Terakhir Prosedur Farthest Insert Rute Jarak (km) K0 K25 K22 K28 K6 K23 K K0 K22 K25 K28 K6 K23 K K0 K22 K28 K25 K6 K23 K K0 K22 K28 K6 K25 K23 K K0 K22 K28 K6 K23 K25 K Dari langkah terakhir ini, didapatkan hasil rute dari sisipan konsumen 25 (K25) yaitu K0 K25 K22 K28 K6 K23 K0. Dengan menggunakan langkah-langkah yang sama, maka urutan konsumen dan jarak tempuh untuk rute perjalanan selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

68 123 Tabel 3.32 Pengurutan Kunjungan dengan Farthest Insert c) Pengurutan kunjungan dengan nearest insert Pengurutan kunjungan dengan prosedur nearest insert dimulai dari mengurutkan konsumen (Ki) yang memiliki jarak yang paling dekat dengan perusahaan. Setelah diperoleh konsumen yang memiliki jarak yang paling dekat dari perusahaan, langkah selanjutnya adalah menyisipkan konsumen (Kj) yang tersisa atau satu per satu ke dalam rute perjalanan tersebut dan pillih yang jaraknya terkecil. Pada langkah kedua ini, tidak akan terjadi perubahan jarak apabila konsumen i yang sudah didapat pada langkah pertama dikunjungi lebih dahulu atau dikunjungi kedua setelah konsumen j. Langkah berikutnya adalah menyisipkan setiap konsumen ke dalam rute perjalanan dan cari rute terpendek dari setiap konsumen yang disisipkan. Kemudian cari rute yang memiliki jarak yang paling kecil dari setiap sisipan terpendek. Langkah ini diulangi kembali hingga semua konsumen masuk ke dalam rute perjalanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada langkah-langkah berikut:

69 Tentukan titik perusahaan sebagai titik awal dan titik akhir dimana kendaraan akan memulai pengiriman dan juga sebagai tujuan akhir dari kendaraan tersebut. 2. Cari konsumen yang memiliki jarak yang paling dekat dari perusahaan dan masukkan ke dalam rute perjalanan. 3. Sisipkan setiap konsumen ke dalam rute yang sudah didapatkan pada langkah (b) dan cari konsumen yang menghasilkan jarak yang paling kecil. 4. Sisipkan konsumen yang tersisa ke dalam rute yang sudah didapatkan pada langkah (c) dan dari setiap sisipan 1 konsumen, cari rute yang menghasilkan jarak paling dekat. Dari langkah ini akan didapat beberapa rute terpendek dari setiap sisipan konsumen. 5. Pilih sisipan konsumen yang mempunyai jarak yang paling kecil dari rute terpendek yang didapat pada langkah (d). 6. Lakukan kembali langkah (d) dan (e) hingga semua konsumen masuk ke dalam suatu rute perjalanan. Sebagai contoh untuk merepresentasikan langkah-langkah di atas, akan digunakan pengurutan dari kelompok rute perjalanan pertama (truk B 9891 QV) yaitu K6, K23, K22, K28 dan K25. 1) Konsumen yang menghasilkan rute dengan jarak terbesar dari perusahaan (K0) adalah K25.

70 125 Tabel 3.33 Perhitungan Langkah Pertama Prosedur Nearest Insert Rute Jarak (km) K0 K6 K K0 K23 K K0 K22 K K0 K28 K K0 K25 K ) Penyisipan konsumen ke dalam rute yang didapat dari langkah sebelumnya adalah sebagai berikut: Tabel 3.34 Perhitungan Langkah Kedua Prosedur Nearest Insert Rute Jarak (km) K0 K25 K6 K K0 K25 K23 K K0 K25 K22 K K0 K25 K28 K Dari rute di atas yang dihasilkan rute dengan jarak yang paling besar adalah menyisipkan konsumen 22 (K22) ke dalam rute dengan jarak sebesar km. 3) Penyisipan konsumen yang tersisa ke dalam rute yang sudah didapatkan pada langkah sebelumnya dan dari setiap 1 konsumen, akan dicari rute yang menghasilkan jarak paling dekat.

71 126 Tabel 3.35 Perhitungan Langkah Ketiga Prosedur Nearest Insert Rute Jarak (km) K0 K6 K25 K22 K * K0 K25 K6 K22 K K0 K25 K22 K6 K K0 K23 K25 K22 K * K0 K25 K23 K22 K K0 K25 K22 K23 K K0 K28 K25 K22 K K0 K25 K28 K22 K * K0 K25 K22 K28 K Dari rute terkecil yang didapat dari tiap sisipan yang dilakukan per konsumen (rute terkecil diberi tanda *), diperoleh rute yang menghasilkan jarak yang paling kecil yaitu K6 dengan rute K0 K0 K6 K25 K22 K0. 4) Penyisipan konsumen yang tersisa ke dalam rute yang sudah didapatkan pada langkah ketiga sebelumnya dan dari setiap 1 konsumen, akan dicari rute yang menghasilkan jarak paling dekat. Tabel 3.36 Perhitungan Langkah Keempat Prosedur Nearest Insert Rute Jarak (km) K0 K23 K6 K25 K22 K * K0 K6 K23 K25 K22 K K0 K6 K25 K23 K22 K K0 K6 K25 K22 K23 K K0 K28 K6 K25 K22 K K0 K6 K28 K25 K22 K

72 K0 K6 K25 K28 K22 K * K0 K6 K25 K22 K28 K Dari rute terkecil yang didapat dari tiap sisipan yang dilakukan per konsumen (rute terkecil diberi tanda *), diperoleh rute yang menghasilkan jarak yang paling kecil yaitu K23 dengan rute K0 K23 K6 K25 K22 K0. 5) Langkah terakhir adalah memasukkan konsumen terakhir yang tersisa ke dalam rute yang baru. Tabel 3.37 Perhitungan Langkah Terakhir Prosedur Nearest Insert Rute Jarak (km) K0 K28 K23 K6 K25 K22 K K0 K23 K28 K6 K25 K22 K K0 K23 K6 K28 K25 K22 K K0 K23 K6 K25 K28 K22 K K0 K23 K6 K25 K22 K28 K Dari langkah terakhir ini, didapatkan hasil rute dari sisipan konsumen 28 (K28) yaitu K0 K23 K6 K25 K28 K22 K0. Dengan menggunakan langkah-langkah yang sama, maka urutan konsumen dan jarak tempuh untuk rute perjalanan selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

73 128 Tabel 3.38 Pengurutan Kunjungan dengan Nearest Insert Perhitungan Biaya Dari data-data yang terkumpul pada tabel biaya operasional kendaraan, data tersebut akan diolah untuk mendapatkan besar biaya pengiriman per harinya. Perhitungan biaya kirim per harinya adalah sebagai berikut: a. Biaya Bahan Bakar (Solar) Rasio penggunaan bahan bakar solar untuk semua kendaraan adalah sama, yaitu 1:10, yang artinya 1 liter solar yang digunakan dapat menempuh jarak sebesar 10 km oleh tiap kendaraan. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan supir yang melakukan pengiriman pada perusahaan. Dari rasio tersebut maka diketahui bahwa biaya yang dibutuhkan untuk 1 km perjalanan adalah Rp. 650,-. Dari perhitungan biaya tersebut maka diketahui biaya dari setiap rute yang ditempuh oleh kendaraan. Tabel 3.39 Perhitungan Biaya Bahan Bakar Setiap Kendaraan No Kendaraan Prosedur Jarak (km) Biaya 1 B 9891 QV Nearest Neighbor Rp. 87, B 9891 QV Farthest Insert Rp. 87,022.00

74 129 3 B 9891 QV Nearest Insert Rp. 89, B 9487 IQ Nearest Neighbor Rp. 47, B 9487 IQ Farthest Insert Rp. 45, B 9487 IQ Nearest Insert Rp. 45, B 9892 QV Nearest Neighbor Rp. 32, B 9892 QV Farthest Insert Rp. 31, B 9892 QV Nearest Insert Rp. 31, B 9497 NAA Nearest Neighbor Rp. 32, B 9497 NAA Farthest Insert Rp. 32, B 9497 NAA Nearest Insert Rp. 32, B 9863 IQ Nearest Neighbor Rp. 27, B 9863 IQ Farthest Insert Rp. 27, B 9863 IQ Nearest Insert Rp. 27, B 9479 QV Nearest Neighbor Rp. 24, B 9479 QV Farthest Insert Rp. 23, B 9479 QV Nearest Insert Rp. 23, B 9683 DN Nearest Neighbor Rp. 26, B 9683 DN Farthest Insert Rp. 26, B 9683 DN Nearest Insert Rp. 26, b. Biaya Depresiasi Perusahaan menentukan bahwa depresiasi dari kendaraannya sebesar 10% per tahunnya. Sedangkan jumlah hari per tahunnya ditentukaan perusahaan sebesar 264 hari. Dengan begitu, perusahaan dapat menentukan biaya yang dikeluarkan per harinya dengan perhitungan sebagai berikut: Biaya depresiasi truk B 9891 QV = Rp ,- x 10% : 264 = Rp ,18 / hari Biaya depresiasi truk B 9487 IQ = Rp ,- x 10% : 264 = Rp ,64 / hari

75 Biaya depresiasi truk B 9892 QV = Rp ,- x 10% : 264 = Rp ,18 / hari 130 Biaya depresiasi truk B9497 NAA = Rp ,- x 10% : 264 = Rp ,88 / hari Biaya depresiasi truk B 9863 IQ = Rp ,- x 10% : 264 = Rp ,06 / hari Biaya depresiasi truk B 9479 QV = Rp ,- x 10% : 264 = Rp ,12 / hari Biaya depresiasi truk B 9683 DN = Rp ,- x 10% : 264 = Rp ,06 / hari c. Biaya Tenaga Kerja Dalam melakukan satu kali pengiriman, perusahaan menggunakan 2 orang tenaga kerja, yaitu 1 orang sebagai pengemudi dan 1 orang lagi sebagai kondektur. Biaya yang dikeluarkan untuk pengemudi dan kondektur ini adalah Rp ,- / hari.

76 131 d. Biaya Pajak Kendaraan Biaya pajak kendaraan yang terdapat pada tabel biaya operasional kendaraan dihitung menjadi biaya per hari dengan perhitungan berikut: Biaya pajak truk B 9891 QV = Rp ,- : 264 = Rp ,02 / hari Biaya pajak truk B 9487 IQ = Rp ,- : 264 = Rp ,86 / hari Biaya pajak truk B 9892 QV = Rp ,- : 264 = Rp ,06 / hari Biaya pajak truk B 9497 NAA = Rp ,- : 264 = Rp ,82 / hari Biaya pajak truk B 9863 IQ = Rp ,- : 264 = Rp ,65 / hari Biaya pajak truk B 9479 QV = Rp ,- : 264 = Rp ,77 / hari Biaya pajak truk B 9683 DN = Rp ,- : 264 = Rp ,23 / hari

77 132 e. Biaya Maintanance Biaya maintenance yang dikeluarkan perusahaan setiap bulan adalah sebesar Rp ,- untuk setiap kendaraannya tersebut. Dalam 1 bulan, semua kendaraan memiliki biaya maintenance yang sama. Biaya maintenance per hari dapat diketahui dengan perhitungan: Biaya maintenance per truk per hari = Rp ,- / 22 = Rp ,91 / mobil / hari Dari perhitungan biaya-biaya yang berkaitan dengan pengiriman barang di atas, maka dapat diketahui pengeluaran perusahaan dalam melakukan sekali pengiriman. Berikut pengeluaran perusahaan berdasarkan rute dan mobil yang digunakan dari beberapa prosedur yang digunakan untuk mengetahui rute terpendek. a. Pengeluaran total untuk truk B 9891 QV menggunakan Nearest Neighbor Total Biaya = Rp. 87, Rp ,18 + Rp ,00 + Rp ,02 + Rp ,91 = Rp ,11 b. Pengeluaran total untuk truk B 9891 QV menggunakan Farthest Insert Total Biaya = Rp. 87, Rp ,18 + Rp ,00 + Rp ,02 + Rp ,91 = Rp ,11

78 133 c. Pengeluaran total untuk truk B 9891 QV menggunakan Nearest Insert Total Biaya = Rp. 89, Rp ,18 + Rp ,00 + Rp ,02 + Rp. 9.09,91 = Rp ,61 d. Pengeluaran total untuk truk B 9487 IQ menggunakan Nearest Neighbor Total Biaya = Rp. 47, Rp ,64 + Rp ,00 + Rp ,86 + Rp. 9.09,91 = Rp ,41 e. Pengeluaran total untuk truk B 9487 IQ menggunakan Farthest Insert Total Biaya = Rp. 45, Rp ,64 + Rp ,00 + Rp ,86 + Rp. 9.09,91 = Rp ,41 f. Pengeluaran total untuk truk B 9487 IQ menggunakan Nearest Insert Total Biaya = Rp. 45, Rp ,64 + Rp ,00 + Rp ,86 + Rp. 9.09,91 = Rp ,41 g. Pengeluaran total untuk truk B 9892 QV menggunakan Nearest Neighbor Total Biaya = Rp. 32, Rp ,18 + Rp ,00 +

79 134 Rp ,06 + Rp ,91 = Rp ,15 h. Pengeluaran total untuk truk B 9892 QV menggunakan Farthest Insert Total Biaya = Rp. 31, Rp ,18 + Rp ,00 + Rp ,06 + Rp ,91 = Rp ,15 i. Pengeluaran total untuk truk B 9892 QV menggunakan Nearest Insert Total Biaya = Rp. 31, Rp ,18 + Rp ,00 + Rp ,06 + Rp ,91 = Rp ,15 j. Pengeluaran total untuk truk B 9497 NAA menggunakan Nearest Neighbor Total Biaya = Rp. 32, Rp ,88 + Rp ,00 + Rp ,82 + Rp ,91 = Rp ,61 k. Pengeluaran total untuk truk B 9497 NAA menggunakan Farthest Insert Total Biaya = Rp. 32, Rp ,88 + Rp ,00 + Rp ,82 + Rp ,91 = Rp ,61

80 135 l. Pengeluaran total untuk truk B 9497 NAA menggunakan Nearest Insert Total Biaya = Rp. 32, Rp ,88 + Rp ,00 + Rp ,82 + Rp ,91 = Rp ,61 m. Pengeluaran total untuk truk B 9863 IQ menggunakan Nearest Neighbor Total Biaya = Rp. 27, Rp ,06 + Rp ,00 + Rp ,65 + Rp ,91 = Rp ,62 n. Pengeluaran total untuk truk B 9863 IQ menggunakan Farthest Insert Total Biaya = Rp. 27, Rp ,06 + Rp ,00 + Rp ,65 + Rp ,91 = Rp ,62 o. Pengeluaran total untuk truk B 9863 IQ menggunakan Nearest Insert Total Biaya = Rp. 27, Rp ,06 + Rp ,00 + Rp ,65 + Rp ,91 = Rp ,62 p. Pengeluaran total untuk truk B 9479 QV menggunakan Nearest Neighbor Total Biaya = Rp. 24, Rp ,12+ Rp ,00 +

81 136 Rp ,77 + Rp ,91 = Rp ,80 q. Pengeluaran total untuk truk B 9479 QV menggunakan Farthest Insert Total Biaya = Rp. 23, Rp ,12+ Rp ,00 + Rp ,77 + Rp ,91 = Rp ,80 r. Pengeluaran total untuk truk B 9479 QV menggunakan Nearest Insert Total Biaya = Rp. 23, Rp ,12+ Rp ,00 + Rp ,77 + Rp ,91 = Rp ,80 s. Pengeluaran total untuk truk B 9683 DN menggunakan Nearest Neighbor Total Biaya = Rp. 26, Rp ,06 + Rp ,00 + Rp ,23 + Rp ,91 = Rp ,70 t. Pengeluaran total untuk truk B 9683 DN menggunakan Farthest Insert Total Biaya = Rp. 26, Rp ,06 + Rp ,00 + Rp ,23 + Rp ,91 = Rp ,70

82 137 u. Pengeluaran total untuk truk B 9683 DN menggunakan Nearest Insert Total Biaya = Rp. 26, Rp ,06 + Rp ,00 + Rp ,23 + Rp ,91 = Rp , Analisis Usulan Alternatif Rute Perjalanan Alternatif rute perjalanan distribusi barang yang dihasilkan dengan metode Saving Matriks untuk setiap kendaraan menghasilkan tiga alternatif yang berasal dari tiga prosedur yang digunakan. Setiap prosedur menghasilkan rute dan jarak tempuh yang berbeda, dan ada pula beberapa yang sama. Rute alternatif pertama (prosedur nearest neighbor) untuk kendaraan pertama (B 9891 QV) adalah Perusahaan - Depot Nusa Jaya - Toko Aphin - Depot Berinomas - Toko Berkah - Toko Rosalia Perusahaan, dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif kedua (prosedur farthest insert) untuk kendaraan pertama (B 9891 QV) adalah Perusahaan - Depot Nusa Jaya - Toko Aphin - Depot Berinomas - Toko Berkah - Toko Rosalia Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif ketiga (prosedur nearest insert) untuk kendaraan pertama (B 9891 QV) adalah Perusahaan - Toko Rosalia - Toko Berkah - Depot Nusa Jaya - Depot Berinomas - Toko Aphin - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif pertama (prosedur nearest neighbor) untuk kendaraan kedua (B 9487 IQ) adalah Perusahaan - Depot Pelita - Joyo

83 138 Supermarket - Toko Oyok - Toko Kardi Perusahaan, dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif kedua (prosedur farthest insert) untuk kendaraan kedua (B 9487 IQ) adalah Perusahaan - Toko Kardi Joyo Supermarket - Depot Pelita - Toko Oyok - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif ketiga (prosedur nearest insert) untuk kendaraan kedua (B 9487 IQ) adalah Perusahaan - Toko Kardi - Depot Pelita - Joyo Supermarket - Toko Oyok - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif pertama (prosedur nearest neighbor) untuk kendaraan ketiga (B 9892 QV) adalah Perusahaan - Depot Living Water - Toko Iis - Toko Plastik - Depot Sinar Pelangi - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif kedua (prosedur farthest insert) untuk kendaraan ketiga (B 9892 QV) adalah Perusahaan - Toko Iis - Toko Plastik - Depot Living Water - Depot Sinar Pelangi - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif ketiga (prosedur nearest insert) untuk kendaraan ketiga (B 9892 QV) adalah Perusahaan - Toko Iis - Toko Plastik - Depot Living Water - Depot Sinar Pelangi - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif pertama (prosedur nearest neighbor) untuk kendaraan keempat (B 9497 NAA) adalah Perusahaan - Toko Karunia Ilahi - Toko Garuda - Toko Timbul - Depot Berinomas 2 Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif kedua (prosedur farthest insert) untuk kendaraan keempat (B 9497 NAA) adalah Perusahaan - Depot Berinomas 2 - Toko Timbul - Toko Garuda - Toko Karunia Ilahi -

84 139 Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif ketiga (prosedur nearest insert) untuk kendaraan keempat (B 9497 NAA) adalah Perusahaan - Toko Karunia Ilahi - Toko Garuda - Toko Timbul - Depot Berinomas 2 - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif pertama (prosedur nearest neighbor) untuk kendaraan kelima (B 9863 IQ) adalah Perusahaan - Toko PJMI - Depot Garuda Jaya - Depot Karesota - Depot Puri Flamboyan Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif kedua (prosedur farthest insert) untuk kendaraan pertama (B 9863 IQ) adalah Perusahaan - Toko PJMI - Depot Garuda Jaya - Depot Karesota - Depot Puri Flamboyan Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif ketiga (prosedur nearest insert) untuk kendaraan pertama (B 9863 IQ) adalah Perusahaan - Toko PJMI - Depot Garuda Jaya - Depot Karesota - Depot Puri Flamboyan Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif pertama (prosedur nearest neighbor) untuk kendaraan keenam (B 9479 QV) adalah Perusahaan - Depot Banyu Laris - Toko Pansil - Toko Parkit - Toko Uskah Jaya - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif kedua (prosedur farthest insert) untuk kendaraan pertama (B 9479 QV) adalah Perusahaan - Toko Parkit - Toko Pansil - Depot Banyu Laris - Toko Uskah Jaya - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif ketiga (prosedur nearest insert) untuk kendaraan pertama (B 9479 QV) adalah Perusahaan - Toko Uskah Jaya - Depot Banyu Laris - Toko Pansil - Toko Parkit - Perusahaan dengan jarak perjalanan km.

85 140 Rute alternatif pertama (prosedur nearest neighbor) untuk kendaraan ketujuh (B 9683 DN) adalah Perusahaan - Depot Esa Water - Toko Null - Toko Kasuari - Toko Hendri - Toko Yanto - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif kedua (prosedur farthest insert) untuk kendaraan pertama (B 9683 DN) adalah Perusahaan - Toko Kasuari - Toko Yanto - Toko Hendri - Toko Null - Depot Esa Water - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Rute alternatif ketiga (prosedur nearest insert) untuk kendaraan pertama (B 9683 DN) adalah Perusahaan - Depot Esa Water - Toko Null - Toko Hendri - Toko Yanto - Toko Kasuari - Perusahaan dengan jarak perjalanan km. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa ketiga prosedur menghasilkan rute perjalanan dan jarak tempuh, ada yang berbeda dan ada yang sama, untuk setiap kendaraan. Dari hasil di atas juga tidak dapat disebutkan bahwa prosedur yang satu lebih bagus dibandingkan prosedur yang lain, karena setiap prosedur dapat menghasilkan jarak terpendek pada beberapa kendaraan. Hasil dari alternatif-alternatif yang ada berpengaruh pada biaya distribusi yang dilakukan oleh perusahaan. Biaya distribusi terdiri dari biaya bahan bakar, biaya depresiasi, biaya tenaga kerja, biaya pajak kendaraan, dan biaya maintenance. Besarnya biaya depresiasi, biaya tenaga kerja, biaya pajak kendaraan, dan biaya maintenance cenderung tetap untuk setiap kendaraan meskipun alternatif yang digunakan berbeda-beda, berbeda dengan biaya bahan bakar. Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dapat membuat biaya distribusi setiap alternatif berbeda karena biaya bahan bakar yang dikeluarkan tergantung pada jarak tempuh dari setiap

86 141 kendaraan untuk mendistribusikan barang. Semakin jauh jarak tempuhnya maka semakin besar pula biaya bahan bakar yang dikeluarkan, begitu pula sebaliknya, semakin dekat jarak tempuhnya maka semakin kecil pula biaya bahan bakar yang dikeluarkan Analisis Pemilihan Alternatif Rute Perjalanan Dari alternatif-alternatif yang tersedia untuk setiap kendaraan, dipilih alternatif yang menghasilkan jarak tempuh terpendek karena jarak tempuh mempengaruhi biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh kendaraan yang digunakan. Berikut adalah tabel yang Menunjukkan perbandingan jarak tempuh dari setiap metode pengurutan konsumen. Tabel 3.40 Perbandingan Jarak Setiap Kendaraan Pada Setiap Metode Pada tabel terdapat bagian yang diarsir dimana bagian tersebut menunjukkan jarak terpendek pada setiap kendaraan di setiap prosedur pengurutan konsumen dalam pengiriman. Pada tabel dapat dilihat bahwa hanya prosedur farthest insert dapat menghasilkan jarak terpendek untuk setiap kendaraan. Oleh karena itu, optimalisasi rute kendaraan pada Tirta Bintaro dapat menggunakan prosedur farthest insert.

OPTIMALISASI PENENTUAN RUTE DENGAN PENDEKATAN FORECASTING

OPTIMALISASI PENENTUAN RUTE DENGAN PENDEKATAN FORECASTING OPTIMALISASI PENENTUAN RUTE DENGAN PENDEKATAN FORECASTING DAN METODE DISTRIBUSI SAVING MATRIX SERTA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENDISTRIBUSIAN BARANG PADA TIRTA BINTARO Teodora Wongso Binus University,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan di dalam penelitian ini yaitu dengan metode deskriptif eksploratif. Penelitian deskriptif eksploratif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN. sebuah perusahaan yang begerak pada bidang penjualan peralatan olahraga, yang

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN. sebuah perusahaan yang begerak pada bidang penjualan peralatan olahraga, yang BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan Berawal dari hobi Bapak Arifin berolahraga, lalu muncul ide untuk mendirikan sebuah perusahaan yang begerak pada bidang penjualan peralatan olahraga, yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini akan diuraikan mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data hingga terbentuk rute distribusi usulan serta perancangan alat bantu hitung yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan Berikut ini adalah informasi tentang perusahaan dan sistem yang berjalan di dalamnya : 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. XYZ adalah sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Peranan jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital dalam proses bisnis dunia industri. Jaringan distribusi dan transportasi ini memungkinkan produk berpindah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen persediaan dalam sebuah perusahaan berada di antara fungsi manajemen operasional yang paling penting, karena persediaan membutuhkan modal yang sangat besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Kuesioner

Lampiran 1. Hasil Kuesioner Lampiran 1. Hasil Kuesioner No Pertanyaan Ada Tidak Ada 1. Lingkungan Pengendalian Apakah perusahaan memiliki prosedur atau kebijakan secara tertulis mengenai a. Prosedur Pengiriman? 33.30% 66.60% b. Pencatatan

Lebih terperinci

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan CV. Kurnia Agung adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan alat alat tulis untuk digunakan oleh konsumen akhir. CV. Kurnia Agung

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM

BAB III TINJAUAN UMUM BAB III TINJAUAN UMUM Dalam penyusunan skripsi ini yang menjadi obyek penelitian adalah sebuah perusahaan dagang yang bergerak di bidang perdagangan telepon seluler. Dalam pengumpulan data untuk penulisan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan Rute

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan Rute BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan pembuatan perangkat lunak yang disesuaikan dengan rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian:

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian: L61 apakah penerimaan barang untuk kode order pembelian yang baru saja diterima barangnya sudah lengkap diterima atau belum, apabila sudah lengkap, maka status order pembelian di dalam basis data akan

Lebih terperinci

BAB 3. perusahaan manufaktur sekaligus eksportir yang bergerak di bidang furniture. rotan, enceng gondok, pelepah pisang dan sebagainya.

BAB 3. perusahaan manufaktur sekaligus eksportir yang bergerak di bidang furniture. rotan, enceng gondok, pelepah pisang dan sebagainya. BAB 3 Analisis Sistem Pembelian Bahan Baku yang Sedang Berjalan 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Siaga Ratindotama, yang didirikan pada tanggal 12 Maret 1992 di Jakarta

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Organisasi PT PANCAYASA PRIMATANGGUH berdiri pada awal tahun 1990 oleh Budi Arifandi, Yohanes Kaliman dan Soegiarto Simon. PT PANCAYASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi minuman berisotonik yang terletak di daerah Bojonegoro. Perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Latar belakang perusahaan PT. Mitra Eka Persada, merupakan perusahaan dagang yang bergerak di bidang penjualan kertas. Awal mulanya PT. Mitra Eka Persada hanyalah

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Objek penelitian yang akan diteliti adalah penerapan pengakuan pendapatan kontrak dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan fisik

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Berawal dari kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap insan, yaitu kebutuhan sandang, telah memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PD. Cahaya Fajar adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Perusahaan ini menjalankan usahanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah kegiatan manusia yang sangat penting dalam menunjang dan mewujudkan interaksi sosial serta ekonomi dari suatu wilayah kajian. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Tirta Makmur Perkasa adalah perusahaan di bawah naungan Indofood yang bertugas mendistribusikan produk air mineral dalam kemasan dengan merk dagang CLUB di Kota

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Sejarah perusahaan PD. Hutama Waserda merupakan perusahaan berbadan hukum yang bergerak di bidang retail dan didirikan pada tanggal 8 oktober 1993 oleh Bpk. Wendy

Lebih terperinci

BAB 3. Analisa Kebutuhan Basisdata

BAB 3. Analisa Kebutuhan Basisdata 68 BAB 3 Analisa Kebutuhan Basisdata 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Mitratama Uniplast merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang mendaur ulang biji plastik, lalu menjualnya.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto UD. Bina Lancar merupakan perusahaan perorangan yang awalnya didirikan oleh Bapak Bambang pada tahun 1988 di Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 41 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berkepanjangan di Indonesia. Akibat dari krisis moneter ini, banyak perusahaan yang mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Riwayat PT.Groovy Mustika Sejahtera PT.Groovy Mustika Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG Hafidh Munawir, Agus Narima Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN RISET

BAB III KEGIATAN RISET BAB III KEGIATAN RISET 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu di PT. Tirta Makmur Perkasa, Jalan Telaga Sari RT. 36 No. 4B Martadinata, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. 3.2 Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II dalam penelitian ini terdiri atas vehicle routing problem, teori lintasan dan sirkuit, metode saving matriks, matriks jarak, matriks penghematan, dan penentuan urutan konsumen.

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. direktur PT. Surya Terang Pratama dan Bapak Ali selaku manajer keuangan.

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. direktur PT. Surya Terang Pratama dan Bapak Ali selaku manajer keuangan. LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Berikut ini adalah daftar pertanyaan wawancara dengan Bapak Soetopo selaku direktur PT. Surya Terang Pratama dan Bapak Ali selaku manajer keuangan. 1. PT. Surya Terang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilaksanakan untuk memperoleh masukan mengenai objek yang akan diteliti. Pada penelitian perlu adanya rangkaian langkah-langkah yang

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013

HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013 L1 HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013 1. Bisa tolong dijelaskan bagaimana sejarah perusahaan PT. Global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang sedang berlangsung. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang sedang berlangsung. Hal ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dalam negeri saat ini sedang mengalami penurunan sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang sedang berlangsung. Hal ini menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

-BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mendukung sistem baru yang diusulkan penulis, maka kami melakukan survei dan

-BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mendukung sistem baru yang diusulkan penulis, maka kami melakukan survei dan -BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Kebutuhan Informasi Untuk menentukan kebutuhan sistem yang sedang berjalan terutama untuk mendukung sistem baru yang diusulkan penulis, maka kami melakukan survei

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permintaan produk yang tinggi dari pelanggan akan membuat perusahaan semakin giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman Permata Buana

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman Permata Buana BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan CV. Mutiara Electronic pertama kali didirikan pada tanggal 8 Maret 00 di Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) PERAMALAN (FORECASTING) Apakah Peramalan itu? Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Profil Perusahaan PT. Muncul Anugerah Sakti merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004 yang merupakan anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB. Dua Dua berdiri pada tahun 1995, TB. Dua Dua merupakan toko. buku yang menjual buku pelajaran untuk SD, SMP dan SMA Negeri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. TB. Dua Dua berdiri pada tahun 1995, TB. Dua Dua merupakan toko. buku yang menjual buku pelajaran untuk SD, SMP dan SMA Negeri dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian TB. Dua Dua berdiri pada tahun 1995, TB. Dua Dua merupakan toko buku yang menjual buku pelajaran untuk SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta. Mekanisme penjualan

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure (SOP) Sistem CV. BS. Jl. Lebak Indah No. 22, Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSEDUR SISTEM PERSEDIAAN

Standard Operating Procedure (SOP) Sistem CV. BS. Jl. Lebak Indah No. 22, Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSEDUR SISTEM PERSEDIAAN Lampiran 1. Persediaan Standard Operating Procedure (SOP) Sistem CV. BS Jl. Lebak Indah No. 22, Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSEDUR SISTEM PERSEDIAAN 1. TUJUAN Standard Operating Procedure sistem

Lebih terperinci

Hasil Wawancara. Berikut ini adalah Hasil wawancara dengan Manager Perusahaan PT.Youngindo Utama.

Hasil Wawancara. Berikut ini adalah Hasil wawancara dengan Manager Perusahaan PT.Youngindo Utama. Hasil Wawancara Berikut ini adalah Hasil wawancara dengan Manager Perusahaan PT.Youngindo Utama. Hasil wawancara telah kami ringkas dan padatkan menjadi beberapa paragraf yang dapat dilihat dibawah ini

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proses Penjualan Barang yang Sedang Berjalan Dalam menentukan proses penjualan barang yang baru, terlebih dahulu harus dilakukan analisis mengenai proses yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1.1 Sejarah Perusahaan Pada awal mulanya, PT. Victory Retailindo didirikan dengan dilatarbelakangi tujuan untuk melayani transaksi penjualan

Lebih terperinci

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL 3.1 Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Piutang Usaha PT. Aromatech International

Lebih terperinci

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX Supriyadi 1, Kholil Mawardi 2, Ahmad Nalhadi 3 Departemen Teknik Industri Universitas Serang Raya supriyadimti@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran umum perusahaan Pembahasan mengenai gambaran umum dari perusahaan meliputi sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab serta tata

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah Toko Semar Tirta Jaya. Toko Semar Tirta Jaya adalah sebuah distributor air minum dengan berbagai macam produk yang

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 4.1. Penyajian data 4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan Awal mulanya pada tahun 2006 perusahaan ini didirikan oleh dua pemegang saham dengan nama PT Citra Profoam Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Sebenarnya perusahaan sudah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Berdirinya CV. Asoka Sukses Makmur CV. Asoka Sukses Makmur berlokasi di Jl. Raya Puri Kembangan no.1, Jakarta Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. VANCO MAS SEJAHTERA merupakan perusahaan distributor yang bergerak di bidang penjualan kipas yang kiprahnya

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan CV.Yakin adalah perusahaan yang berorientasi pada produksi es batangan (balok) dengan kapasitas produksi kurang lebih 800

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 69 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan UD. Sri Rejeki adalah usaha dagang yang bergerak dalam bidang ceramics houseware. Berawal dari keinginan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Meliputi daerah mana saja jangkauan penjualan produk PT. Best Denki

LAMPIRAN. 1. Meliputi daerah mana saja jangkauan penjualan produk PT. Best Denki LAMPIRAN Wawancara 1 1. Meliputi daerah mana saja jangkauan penjualan produk PT. Best Denki Indonesia? Target saat ini sampai tahun 2010 masi tetap di daerah Jakarta. Mulai dari Jakarta Barat, Jakarta

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1. Sejarah Singkat PT Kurnia Mulia Citra Lestari

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1. Sejarah Singkat PT Kurnia Mulia Citra Lestari BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.. Sejarah Singkat PT Kurnia Mulia Citra Lestari PT Kurnia Mulia Citra Lestari adalah perusahaan swasta yang didirikan berdasarkan akta notaris no.67 dihadapan Emmy Halim.SH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang industri yang pesat dan maju dapat terlihat pada jumlah produk dalam setiap produksi dari sebuah perusahaan atau pabrik. Produk yang telah di

Lebih terperinci

guna memenuhi kebutuhan furniture di Indonesia.

guna memenuhi kebutuhan furniture di Indonesia. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Amerindo Sentosa adalah sebuah perusahaan berkembang yang bergerak di bidang industri springbed, dimana keberadaanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian. Perusahaan yang

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian. Perusahaan yang 87 BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan CV. Orlena yang berlokasi di Jln. K.H.Moh.Mansyur No.32A, Jakarta Barat merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT Jaya Utama Motor adalah perusahaan perseroan terbatas yang bergerak dibidang otomotif dengan menjalankan usahanya berfokus

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OLIE DRUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT KAMADJAJA LOGISTICS SURABAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OLIE DRUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT KAMADJAJA LOGISTICS SURABAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OLIE DRUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT KAMADJAJA LOGISTICS SURABAYA SKRIPSI Oleh : ASTIEN ALIMUDIN NPM : 0732215011 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi PT Garuda Jaya Sumbar Indah (PT. GJSI) merupakan perusahaan keluarga yang berdiri sejak tahun 1985. PT Garuda Jaya Sumbar Indah bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Perusahaan Pada tanggal 8 Desember 1996, perusahaan ini diresmikan dengan nama PT. Kencana Cemerlang Abadi, memiliki akta pendirian dari notaris Rosliana.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. Perusahaan ini bergerak di bidang pendistribusian produk Healthcaare berupa

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. Perusahaan ini bergerak di bidang pendistribusian produk Healthcaare berupa BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Sejarah PT. MEDIHOP PT. MEDIHOP didirikan oleh Dra. Wawan Lukman, MBA pada tahun 2004, yang bertempat di Jl. Garuda No. 79, Jakarta 10610, Indonesia. Perusahaan ini bergerak

Lebih terperinci

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 38 BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Yoyo Toys Nusa Plasindo merupakan sebuah perusahaan distributor yang bergerak dibidang pembelian, persediaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam perkembangan dunia di bidang otomotif yang semakin maju, sehingga jumlah unit kendaraan khususnya di daerah jabotabek semakin menjamur,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. SURYAPRABHA JATISATYA merupakan suatu perusahaan swasta yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya kegiatan atau aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Dunia kita membutuhkan konsumsi energi yang semakin meningkat untuk sumber daya ekonomi kita. Sumber dominan energi dunia berasal dari pasokan

Lebih terperinci

BAB 3. Analisis Sistem yang Berjalan

BAB 3. Analisis Sistem yang Berjalan BAB 3 Analisis Sistem yang Berjalan 3.1. Sejarah Perusahaan PT. Fortune Star merupakan perusahan yang bergerak di bidang penjualan barang bebas bea atau bebas pajak seperti Liquor, Tobacco, Accesoris and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos.

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. Berdiri sejak 15 Desember 1999, menjadi suplemen Jawa Pos. Perkembangan Radar Malang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Prosedur Pembelian Barang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Prosedur Pembelian Barang BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Prosedur Pembelian Barang Prosedur prosedur yang dilakukan oleh PT. Alliyah Agro Nusantara di dalam kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Permasalahan yang terjadi di CARLogistik termasuk kategori kompleks. Berdasarkan hasil analisis dan observasi data yang peneliti lakukan, diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang supplier handuk dan sprey ke

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang supplier handuk dan sprey ke BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Bab ini membahas mengenai sejarah dari perusahaan. PT. Timur Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang supplier handuk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

1. Hasil wawancara dan kuisioner dengan pihak perusahaan. 1. Bergerak di bidang apakah perusahaan ini?

1. Hasil wawancara dan kuisioner dengan pihak perusahaan. 1. Bergerak di bidang apakah perusahaan ini? LAMPIRAN 1. Hasil wawancara dan kuisioner dengan pihak perusahaan 1. Bergerak di bidang apakah perusahaan ini? Perusahaan ini bergerak di bidang penjualan obat-obatan kesehatan. 2. Apa saja barang-barang

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Air Minum dalam Kemasan Ketika perkembangan zaman semakin menuntut segalanya harus lebih praktis, maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

Lebih terperinci