BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini akan diuraikan mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data hingga terbentuk rute distribusi usulan serta perancangan alat bantu hitung yang akan dibuat untuk menghitung jumlah bahan baku yang harus disediakan. Untuk memperoleh rute usulan, data-data yang diperoleh akan diolah menggunakan metode Clark and Wright Saving Heuristic, sedangkan alat bantu hitung dibuat menggunakan Microsoft Excel. 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan untuk kemudian diolah, meliputi data konsumen, rute yang digunakan perusahaan, waktu pengiriman, kendaraan dan kapasitas angkutnya, serta komponen biaya pengiriman Data Konsumen Data mengenai konsumen yang dikumpulkan meliputi nama konsumen dan jumlah permintaan konsumen terhadap produk yang ada. Rincian data-data tersebut dapat dilihat pada pembahasan dibawah ini.

2 44 1. Nama Konsumen Hingga saat ini, konsumen yang dimiliki perusahaan berjumlah 25 dan tersebar di tiga area, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Bekasi Utara. Rincian mengenai konsumen dapat dilihat pada tabel 4.1 dan berdasarkan permintaan perusahaan serta untuk mempermudah perhitungan, produsen / depot dan seluruh konsumen, akan dilambangkan dalam kode V 0 V 25. Kode Keterangan Kode Keterangan V 0 Produsen V 13 Pulo Buaran 2 V 1 Yos Sudarso 1 V 14 Rawa Gelam 2 V 2 Yos Sudarso 2 V 15 Pulo Kambing V 3 Sunter Boulevard V 16 Pulo Ayang V 4 Gaya Motor V 17 Rawa Sumur Barat V 5 Pegangsaan Dua 1 V 18 Bekasi Raya V 6 Pegangsaan Dua 2 V 19 Tipar Cakung 1 V 7 Pegangsaan Dua 3 V 20 Tipar Cakung 2 V 8 Pegangsaan Dua 4 V 21 Pemuda V 9 Pegangsaan Dua 5 V 22 Rawa Terate V 10 Pegangsaan Dua 6 V 23 Bekasi Raya 1 V 11 Pulo Buaran 1 V 24 Bekasi Raya 2 V 12 Rawa Gelam 1 V 25 Pondok Ungu Tabel 4.1 Produsen dan Konsumen Perusahaan Konsumen mayoritas berada diarea Jakarta Utara dan kemudian disusul oleh area Jakarta Timur dan yang paling sedikit adalah area Bekasi Utara, yang hanya memiliki 1 konsumen. Sebaran konsumen yang telah di plot kedalam peta, dapat dilihat pada gambar 4.1.

3 45 V 4 V 3 V 2 V 1 V 5 V 20 V19 V 6 V7 V 25 V 10 V 9 V 8 V 22 V 18 V 24 V 17 V 23 V 21 V 14 V13 V 16 V 15 V 12 V 11 V 0 Gambar 4.1 Peta Sebaran Konsumen Dalam peta diatas, diperlihatkan letak dan posisi dari depot dan seluruh konsumen yang ada, namun letak dan posisi tersebut tidak mewakili jarak sesungguhnya antara depot dengan konsumen dan jarak antara konsumen dengan konsumen yang lainnya. Jarak sesungguhnya antara depot / produsen dengan konsumen ataupun jarak antara konsumen dengan konsumen yang lainnya, akan dapat diketahui setelah identifikasi seluruh matriks waktu selesai dilakukan dan hal ini akan dibahas pada pembahasan berikutnya. 2. Permintaan Konsumen Permintaan konsumen setiap hari berbeda-beda. Hal ini sangat ditentukan oleh cuaca. Rincian permintaan konsumen dapat dilihat pada lampiran 1 hingga

4 46 lampiran 4. Sedangkan rata-rata permintaan konsumen selama kurun waktu Desember 2008 hingga Maret 2009, dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini. Konsumen Permintaan Rata-Rata / hari Konsumen Permintaan Rata-Rata / hari V 13 5 V 1 13 V V 2 14 V V 3 10 V 16 5 V 4 10 V 17 5 V 5 11 V V 6 15 V 19 5 V 7 12 V V 8 12 V 21 7 V 9 10 V 22 5 V 10 5 V V V V 12 8 V Tabel 4.2 Rata-Rata Permintaan Konsumen Desember 2008 Maret 2009 Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Permintaan Konsumen Desember 2008 Maret 2009

5 Rute Yang Digunakan Perusahaan Rute yang digunakan perusahaan merupakan rute yang digunakan untuk mengirim produk, dari depot / produsen ke konsumen awal hingga konsumen akhir, dan kemudian kembali lagi ke depot / produsen. Rute yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.3. Dasar yang digunakan perusahaan untuk menentukan rute adalah kedekatan area, tanpa memperhatikan perbandingan antara jumlah permintaan dengan total muatan yang dapat dibawa kendaraan dan total jarak yang ditempuh kendaraan, sehingga terdapat pengulangan kunjungan kepada konsumen, yang secara langsung akan mempengaruhi total biaya pengiriman. Pada tabel tersebut dijelaskan urutan-urutan pengiriman produk dari depot / produsen (V 0 ) ke konsumen (V n ), yang dilakukan oleh setiap kendaraannya. Rute Kendaraan Urutan Kunjungan 1 1 V 0 -V 3 -V 4 -V 1 -V 2 -V 5 -V 6 -V 7 -V 8 -V V 0 -V 8 -V 9 -V 10 -V 23 -V 24 -V 25 -V V 0 -V 11 -V 12 -V 13 -V 14 -V 15 -V 16 -V 17 -V 18 -V 19 -V 20 -V 21 -V 22 -V 0 Tabel 4.3 Urutan Rute Pengiriman (Rute Perusahaan) Berdasarkan data yang terdapat pada tabel diatas, terlihat bahwa terdapat pengulangan kunjungan kepada konsumen V 8 dikarenakan jumlah pengiriman oleh kendaraan 1 pada rute 1, masih belum mencukupi permintaan, sehingga konsumen V 8 dikunjungi kembali pada rute 2 oleh kendaraan 2, untuk menutupi kekurangan supply produk.

6 Data Waktu Pengiriman Waktu pengiriman merupakan akumulasi antara waktu tempuh perjalanan dari depot ke konsumen dengan waktu loading dan unloading produk. Selain sebagai dasar perhitungan waktu pengiriman, waktu tempuh dapat juga digunakan untuk menghitung jarak tempuh setiap kendaraannya. 1. Waktu Tempuh Waktu tempuh adalah waktu kirim yang digunakan kendaraan untuk menempuh perjalanan setiap kali mengirimkan produk kepada konsumen. Waktu tempuh yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan dari data yang dimiliki perusahaan dan dapat dilihat pada matriks waktu yang terdapat pada lampiran 5. Pada lampiran tersebut, terdapat data waktu tempuh antara depot (V 0 ) dengan konsumen (V n ), dan waktu tempuh antara konsumen (V n ) dengan konsumen (V n ). Berdasarkan urutan rute yang terdapat pada tabel 4.3, maka waktu tempuh dari masing-masing rute yang digunakan perusahaan adalah sebagai berikut : Rute 1 (Kendaraan 1) = (V 0 -V 3 -V 4 -V 1 -V 2 -V 5 -V 6 -V 7 -V 8 -V 0 ) jam = (0, ,03 + 0, , , , , , ,205) jam = 0,9125 jam

7 49 Rute 2 (Kendaraan 2) = (V 0 -V 8 -V 9 -V 10 -V 23 -V 24 -V 25 -V 0 ) jam = (0, , , , , , ,425) jam = 1,165 jam Rute 3 (Kendaraan 1) = (V 0 -V 11 -V 12 -V 13 -V 14 -V 15 -V 16 -V 17 -V 18 -V 19 -V 20 -V 21 -V 22 -V 0 ) = (0, , , , , , , ,12 + 0, , ,21 + 0, ,145) jam = 0,8551 jam 2. Waktu Loading dan Unloading Waktu total loading / unloading dari tiap kendaraan berbeda-beda, tergantung dari jumlah produk yang dibawanya. Kegiatan yang dilakukan pada saat loading adalah memindahkan produk dari freezer kedalam cool box yang digunakan untuk membawa produk, sedangkan pada saat unloading, kegiatan yang dilakukan adalah memindahkan produk dari cool box kedalam freezer atau lemari pendingin yang dimiliki konsumen / distributor. Kegiatan ini tidak memakan waktu lama, hanya berkisar 10 detik atau 0,08 menit atau jam untuk memindahkan tiap produknya. Waktu loading dan unloading dari setiap rute yang digunakan perusahaan didasarkan kepada jumlah pengiriman produk dari setiap rutenya. Berdasarkan urutan rute yang terdapat pada tabel 4.3 dan mengacu kepada tabel 4.2, maka

8 50 jumlah produk, waktu loading serta waktu unloading dari setiap rute terangkum didalam tabel 4.4. Rute Jumlah Kiriman (botol) Waktu Loading (jam) Waktu Unloading (jam) ,2660 0, ,1456 0, ,2548 0,2548 Tabel 4.4 Jumlah Kiriman, Waktu Loading dan Waktu Unloading Berdasarkan seluruh data diatas, maka waktu pengiriman yang dihabiskan oleh setiap rute adalah sebagai berikut : - Waktu Pengiriman Rute 1 = 0,9125 jam + (0, , 2660) jam = 1,4445 jam - Waktu Pengiriman Rute 2 = 1,165 jam + (0, ,1456) jam = 1,4562 jam - Waktu Pengiriman Rute 3 = 0,8551 jam + (0, ,2548) jam = 1,3535 jam Total waktu pengiriman produk adalah (1, , ,3535) jam atau sama dengan 4,2542 jam. 3. Jarak Tempuh Jarak tempuh adalah jarak yang dilalui oleh setiap kendaraan untuk mengirimkan produk. Nilai jarak bukan didasarkan atas jarak yang ditarik secara

9 51 garis lurus melalui udara, melainkan didasarkan kepada panjang jalan yang dilalui. Jarak yang ditempuh oleh setiap kendaraan dapat dihitung menggunakan persamaan 2.1, dan kecepatan rata-rata dari tiap kendaraan adalah 40 km / jam. Contoh yang dapat diambil misalnya jarak antara V 0 -V 3. Waktu tempuh antara V 0 -V 3 adalah 0,350 jam (lihat lampiran 5), maka jarak antara V 0 -V 3 adalah sama dengan 40 km / jam x 0,350 jam = 14 km. Hasil dari seluruh perhitungan jarak yang ditempuh, telah dirangkum dan dapat dilihat pada lampiran 6. Sedangkan untuk jarak dari tiap rute yang telah ditentukan perusahaan (berdasarkan tabel 4.3) adalah sebagai berikut : Rute 1 (Kendaraan 1) = (V 0 -V 3 -V 4 -V 1 -V 2 -V 5 -V 6 -V 7 -V 8 -V 0 ) km = (15,3 + 1,2 + 4,5 + 0,3 + 6,3 + 0,3 + 0,3 + 0,1 + 8,2) km = 36,5 km Rute 2 (Kendaraan 2) = (V 0 -V 8 -V 9 -V 10 -V 23 -V 24 -V 25 -V 0 ) km = (8,2 + 0,2 + 1,1 + 4,5 + 0,5 + 15,1 + 17) km = 46,6 km Rute 3 (Kendaraan 1) = (V 0 -V 11 -V 12 -V 13 -V 14 -V 15 -V 16 -V 17 -V 18 -V 19 -V 20 -V 21 -V 22 -V 0 ) = (1,5 + 0,1 + 0,3 + 0,62 + 0,55 + 0,68 + 0,7 + 4,8 + 4,95 + 0,3 + 8,4 + 5,5 + 5,8) km = 34,2 km

10 52 Untuk jarak total yang ditempuh oleh seluruh rute, dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut : Jarak Total (km) = Jarak Rute Jarak Rute ke-n...(4.1) Maka, jarak total yang ditempuh oleh rute perusahaan adalah : Jarak total = jarak rute 1 + jarak rute 2 + jarak rute 3 = (36,5 + 46,6 + 34,2) km = 117,3 km Kendaraan Yang Digunakan Perusahaan Armada kendaraan yang digunakan perusahaan adalah 2 (dua) buah sepeda motor yang dilengkapi 3 (tiga) buah cool box dengan kapasitas masing-masing 30 buah botol. Dengan demikian, kapasitas angkut maksimal dari tiap-tiap kendaraan adalah 90 botol. Rincian data kendaraan beserta kapasitasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini. Merk Tahun No. Polisi Kapasitas Allowance Honda Supra X 2005 B 663X SET 90 botol + 5 botol Honda Legenda 2003 B 639X EZ 90 botol + 5 botol Tabel 4.5 Deskripsi Kendaraan Beserta Kapasitasnya

11 Komponen Biaya Pengiriman Produk Biaya pengiriman didasarkan pada investasi kendaraan dan biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap hari dan setiap bulannya. Data biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.6. No Jenis Biaya Nilai Keterangan 1 Harga Bensin Rp / liter 2 Harga Motor I (Supra X Thn. 2005) Rp / unit second 3 Harga Motor II (Legenda Thn. 2003) Rp / unit second 4 Upah Pengemudi Rp / hari 5 Biaya Pemeliharaan Rp / bln 6 Biaya Pajak (Supra X) Rp / thn 7 Biaya Pajak (Legenda) Rp / thn Tabel 4.6 Data Biaya Operasional untuk semua unit Data-data yang terkumpul tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan besar biaya pengiriman per harinya. Perhitungan biaya kirim perharinya adalah sebagai berikut : a. Biaya Bahan Bakar (Bensin) Diketahui bahwa rasio penggunaan bahan bakar untuk Motor I dan Motor II adalah sama, yaitu 1 : 30, yang artinya tiap 1 liter bensin yang digunakan oleh tiap motor, mampu digunakan untuk menempuh jarak sejauh 30 km dan harga bensin yang berlaku adalah sebesar Rp / liter.

12 54 Dari data-data diatas, maka didapatkan hasil bahwa biaya bahan bakar kendaraan per km = Rp ,- : 30 = Rp. 150,-/ km. Dengan menggunakan persamaan 2.3, maka diketahui bahwa biaya bahan bakar total yang dikeluarkan tiap harinya adalah : (Rp. 150,- / km) x (117,3 km) = Rp ,- b. Biaya Depresiasi Biaya depresiasi kendaraan ditentukan perusahaan sebesar 25 % per tahunnya. Sedangkan jumlah hari per tahunnya, ditentukan perusahaan sebanyak 365 hari. Untuk mencari besar biaya depresiasi kendaraan per harinya, maka digunakan persamaan 2.4, dan didapatkan hasil sebagai berikut : - Biaya Depresiasi Motor I = Rp ,- x 25 % : 365 = Rp ,8,- / hari - Biaya Depresiasi Motor II = Rp ,- x 25 % : 365 = Rp ,28,- / hari c. Upah Pengemudi Jumlah pengemudi adalah 2 orang dan upah per hari yang diberikan perusahaan adalah sebesar Rp ,- per hari per orang. Dengan demikian, total upah pengemudi yang dikeluarkan perusahaan perharinya adalah sebesar 2 orang x Rp ,- atau sama dengan Rp ,- per hari.

13 55 d. Biaya Pemeliharaan Pemeliharaan kendaraan dilakukan di bengkel motor yang telah ditunjuk perusahaan. Total anggaran yang disediakan oleh perusahaan untuk melakukan pemeliharaan seluruh kendaraan yang digunakan adalah sebesar Rp ,- per bulannya. Seluruh kendaraan operasional, digunakan perusahaan selama 26 hari dalam satu bulannya (hari kerja per bulan adalah 26 hari kerja). Untuk mencari biaya pemeliharaan per harinya, digunakan persamaan 2.5, dan didapatkan hasil sebagai berikut : Biaya pemeliharaan = Rp ,- : 26 = Rp ,46,- / hari. e. Biaya Pajak Biaya pajak motor yang digunakan, dapat dihitung menggunakan persamaan 2.6, dan hasil dari perhitungan adalah sebagai berikut : - Biaya Pajak Motor I = Rp ,- : 365 = Rp. 535,62,- / hari - Biaya Pajak Motor II = Rp ,- : 365 = Rp. 501,37,- / hari Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa total biaya kirim / distribusi perhari yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp ,53,- atau sama dengan Rp ,78,- per bulannya untuk 26 hari kerja.

14 Pengolahan Data Penyusunan Rute Berdasarkan Metode Clark and Wright Saving Heuristic Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu. Langkahlangkah tersebut adalah mengidentifikasi matriks waktu, mengidentifikasi saving matriks, membagi konsumen kedalam rute-rute dan mengurutkan kunjungan kepada konsumen dalam setiap rute. 1. Pengidentifikasian Matriks Waktu Matriks waktu atau time matrix, mengidentifikasikan besar waktu tempuh antara depot / produsen dengan konsumen dan antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lainnya. Waktu tempuh tersebut akan mempresentasikan besar jarak yang ditempuh dan besar biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan distribusi produk. Waktu tempuh yang juga merupakan matriks waktu berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, sebagian dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini. V 0 V 1 V 2 V 3 V 4 V 5 V 0 0 V V V V V Tabel 4.7 Matriks Waktu (Dalam Jam) Untuk V 0 V 5

15 57 Dari tabel diatas dapat terlihat jumlah waktu yang digunakan kendaraan untuk menempuh perjalanan dari depot / produsen ke masing-masing distributor / konsumen dan dari satu konsumen ke konsumen yang lainnya. Secara lengkap, matriks waktu tempuh untuk V 0 hingga V 25, dapat dilihat pada lampiran Pengidentifikasian Saving Matriks Saving matriks mempresentasikan pengeluaran yang akan ditimbulkan ketika konsumen ditambahkan kedalam sebuah armada transportasi dan sebuah perjalanan diidentifikasikan sebagai tahapan kunjungan kendaraan kepada konsumen. Perhitungan saving matriks dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.2, dan sebagai contoh perhitungan adalah sebagai berikut : - Saving matriks (V 1,V 2 ) S(V 1,V 2 ) = (WT (V 0,V 1 ) + WT (V 0,V 2 ) - WT (V 1,V 2 )) jam = (0,3 + 0,3075 0,0075) jam = 0,6 jam - Saving matriks (V 4,V 5 ) S(V 4,V 5 ) = (WT (V 0,V 4 ) + WT (V 0,V 5 ) - WT (V 4,V 5 )) jam = (0, ,2 0,1375) jam = 0,475 jam

16 58 Berdasarkan contoh perhitungan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa penghematan waktu tempuh antara lokasi V 1 dengan V 2 adalah 0,6 jam, begitu pula penghematan waktu tempuh antara lokasi V 4 dengan V 5 adalah 0,475 jam. Hasil dari contoh perhitungan saving matriks antara lokasi V 1 dengan V 5 dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini. V 1 V 2 V 3 V 4 V 5 V 1 0 V V V V Tabel 4.8 Nilai Saving Matriks (Dalam Jam) Untuk V 1 V 5 Menggunakan prinsip perhitungan yang sama, seluruh nilai saving matriks dari semua pengiriman dapat dicari dan telah terangkum pada lampiran Pembagian Konsumen Kedalam Rute Pembagian konsumen kedalam rute-rute harus mempertimbangkan permintaan konsumen dan kapasitas kendaraan yang digunakan. Prosedur yang digunakan untuk menentukan rute bagi setiap konsumen adalah dengan mengurutkannya berdasarkan nilai saving matriksnya. Nilai saving matriks yang tertinggi dari pasangan konsumen yang ada, akan menempati urutan awal dalam sebuah rute pengiriman, diikuti oleh nilai saving matriks berikutnya. Prosedur ini dilakukan hingga seluruh konsumen telah masuk kedalam rute yang ada. Namun seperti telah disebutkan pada bagian awal pembahasan bagian ini, setiap rute yang

17 59 ditentukan, tidak boleh memiliki akumulasi permintaan melebihi kapasitas angkut kendaraan. Pengalokasian konsumen dilakukan dengan membagi pengiriman kepada kendaraan pertama. Setelah kapasitas kendaraan pertama terpenuhi baru kemudian pengalokasian dilakukan kepada kendaraan kedua. Jika masih terdapat sisa konsumen yang belum teralokasi kepada kendaraan pertama ataupun kendaraan kedua, maka sisa konsumen akan dialokasikan kembali kepada kendaraan yang tiba terlebih dahulu ke depot / produsen. Berdasarkan pengurutan nilai saving matriks, diperoleh urutan pasangan konsumen dengan nilai saving matriks tertinggi hingga terendah. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 8. Sedangkan untuk sepuluh terbesar nilai saving matriks, dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini. Urutan Pasangan Konsumen Nilai Saving 1 V 3 dan V V 1 dan V V 1 dan V V 1 dan V V 2 dan V V 2 dan V V 4 dan V V 4 dan V V 4 dan V V 4 dan V Tabel 4.9 Sepuluh Besar Nilai Saving Matriks

18 60 Pada tabel 4.9, dapat kita lihat sepuluh urutan nilai saving matriks tertinggi untuk setiap pasang konsumen. Berdasarkan urutan nilai saving matriks tersebut, diperoleh susunan urutan konsumen untuk rute pertama. Susunan konsumen untuk rute pertama tersebut adalah V 3, V 4, V 1, V 2, V 7, V 8, V 5 dan V 6. Sedangkan total produk yang dibawa oleh rute ini adalah 94 botol. Prosedur pembagian konsumen ini dilakukan berulang, hingga seluruh konsumen / distributor telah teralokasi kedalam rute yang ada. Hasil pembagian rute untuk setiap kelompok pengiriman, dapat dilihat pada tabel Jumlah Rute Armada Konsumen Pengiriman 1 Motor 1 V 3,V 4,V 1,V 2,V 7,V 8,V 5,V 6 94 botol 2 Motor 2 V 9,V 19,V 20,V 10,V 24,V 18,V 23,V 22,V 25,V 16,V botol 3 Motor 1 V 15,V 21,V 14,V 13,V 12,V botol Tabel 4.10 Pembagian Rute Pengiriman Armada untuk rute ke-3 diputuskan menggunakan motor 1, karena berdasarkan perhitungan, motor ke-1 yang digunakan untuk melakukan pengiriman pada rute ke-1, memiliki waktu pengiriman yang lebih kecil dibandingkan dengan waktu pengiriman yang dihabiskan oleh motor ke-2 ketika melayani pengiriman pada rute ke-2 (waktu pengiriman motor 1 untuk rute 1 adalah 1,1772 jam, sedangkan waktu kirim motor 2 untuk rute 2 adalah 1,7797 jam).

19 61 4. Pengurutan Kunjungan Dalam Setiap Rute Pengurutan kunjungan kepada konsumen pada setiap rute yang telah ditentukan, dilakukan untuk mengoptimalkan urutan pengiriman, sehingga diharapkan biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman produk dapat ditekan serendah mungkin. Prosedur yang digunakan untuk mengurutkan kunjungan kepada konsumen adalah prosedur nearest neighbor dan sweep. Hasil yang didapat kemudian dibandingkan untuk mendapatkan urutan kunjungan dengan biaya dan waktu pengiriman terendah. a. Pengurutan Kunjungan Dengan Nearest Neighbor Procedure Pengurutan kunjungan menggunakan prosedur ini dimulai dari depot / produsen dan kemudian dilakukan penambahan konsumen yang memiliki jarak terdekat dengan depot. Pada setiap tahap, pengurutan dilakukan dengan menambahkan konsumen yang jaraknya paling dekat dengan konsumen terakhir. Untuk mengetahui jarak antar konsumen, digunakan rangkuman data jarak tempuh yang terdapat pada lampiran 6. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurutkan kunjungan menggunakan prosedur ini adalah sebagai berikut : - Tentukan titik depot sebagai titik / node awal. - Cari konsumen yang memiliki jarak paling dekat dengan depot. - Cari konsumen berikutnya yang memiliki jarak paling dekat dengan konsumen terakhir.

20 62 - Lakukan kembali langkah ke-3, hingga seluruh konsumen teralokasi pada rute. Sebagai contoh, dengan menggunakan langkah-langkah diatas, rute 1 dengan kelompok konsumen V 3,V 4,V 1,V 2,V 7,V 8,V 5,V 6 diurutkan sebagai berikut : V 0 ditentukan sebagai titik awal. Kemudian konsumen yang terdekat dari V 0 / depot adalah V 5 dengan jarak 8 km. Lalu konsumen yang terdekat dari V 5 adalah V 7 dengan jarak 0,15 km. Berikutnya berurutan disusul oleh V 8 dengan jarak 0,1 km dari V 7, lalu V 6 dengan jarak 0,35 km dari V 8, lalu V 3 dengan jarak 4,8 km dari V 6, lalu V 4 dengan jarak 1,2 km dari V 3, lalu V 1 dengan jarak 4,5 km dari V 4 dan V 2 dengan jarak 0,3 km dari V 1 dan berakhir kembali di V 0 / depot dengan jarak tempuh 12,3 km dari V 1. Berdasarkan pengurutan diatas, maka didapatkan urutan kunjungan untuk rute pertama, yaitu V 0 -V 5 -V 7 -V 8 -V 6 -V 3 -V 4 -V 1 -V 2 -V 0. Waktu tempuh untuk rute pertama ini adalah sebesar 0,7926 jam dan total muatan yang dibawa adalah sebanyak 94 botol dengan waktu loading / unloading yang dibutuhkan adalah sebesar 2 x 0,2632 jam atau sebesar 0,5264 jam. Sedangkan total jarak tempuh untuk rute pertama ini adalah 31,7 km dan total waktu pengiriman (akumulasi dari waktu tempuh dengan waktu loading / unloading) adalah sebesar 1,319 jam. Hasil pengurutan kunjungan menggunakan prosedur nearest neighbor untuk rute pertama tersebut, dapat dilihat pada gambar 4.3.

21 63 Gambar 4.3 Urutan Kunjungan Untuk Rute 1 (Nearest Neighbor Procedure) Menggunakan cara dan langkah-langkah yang sama, maka dapat diketahui pula pengurutan kunjungan untuk rute kedua dan ketiga. Untuk urutan kunjungan bagi konsumen pada rute ke-1, rute ke-2 dan ke-3 beserta data mengenai jumlah muatan, waktu tempuh kendaraan, waktu loading / unloading, jarak tempuh serta total waktu pengirimannya, telah terangkum secara lengkap pada tabel 4.11 dibawah ini.

22 64 Rute Konsumen Jml. Waktu Tempuh (jam) Waktu Loading / Unloading (jam) Total Jarak (km) Total Waktu Kirim (jam) 1 V 0 -V 5 -V 7 -V 8 -V 6 -V 3 -V 4 -V 1 -V 2 -V 0 94 btl 0,7926 0, ,7 1,319 2 V 0 -V 16 -V 17 -V 24 -V 18 -V 22 -V 23 -V 19 -V 20 -V 9 - V 10 -V 25 -V 0 90 btl 1,3364 0,504 53,45 1, V 0 -V 11 -V 12 -V 13 -V 14 -V 15 -V 21 -V 0 49 btl 0,2868 0, ,47 0,5612 Tabel 4.11 Urutan Kunjungan Kepada Konsumen Menggunakan Nearest Neighbor Procedure Sedangkan urutan kunjungan untuk rute kedua dan ketiga yang telah di plot pada peta, dapat dilihat pada gambar 4.4 dan 4.5 dibawah ini. Gambar 4.4 Urutan Kunjungan Untuk Rute 2 (Nearest Neighbor Procedure)

23 65 Gambar 4.5 Urutan Kunjungan Untuk Rute 3 (Nearest Neighbor Procedure) Berdasarkan tabel 4.11 diatas, maka jarak tempuh terpanjang adalah rute kedua untuk kendaraan motor 2 dengan jarak tempuh sejauh 53,45 km. Sedangkan jarak tempuh terpendek adalah rute terakhir dengan kendaraan motor 1, sejauh 11,47 km. Jarak tempuh total per harinya dari kedua kendaraan yang digunakan adalah sebesar 31,7 km + 53,45 km + 11,47 km = 96,62 km. Sedangkan total waktu kirim untuk ketiga rute tersebut adalah sebesar 1,31 jam + 1,8404 jam + 0,6855 jam = 3,8359 jam. b. Pengurutan Kunjungan Dengan Sweep Method Pengurutan kunjungan dengan menggunakan prosedur sweep ini dimulai dengan menarik garis lurus dari titik awal / depot dan kemudian diputar searah atau berlawanan arah jarum jam. Garis tersebut akan menyapu seluruh titik

24 66 konsumen / distributor yang ada. Pengurutan kunjungan dimulai dari depot dan dilanjutkan kepada titik konsumen / distributor yang terkena garis terlebih dahulu, namun dengan syarat, total produk yang dibawa tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan. Secara umum, langkah-langkah pengurutan kunjungan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut : 1. Tetapkan V 0 / depot sebagai titik pusat. V 0 ini yang nantinya akan menjadi titik awal perputaran garis. 2. Plot depot dan seluruh konsumen yang ada pada peta. Konsumen yang diplotkan ke peta adalah konsumen untuk masing-masing rute yang telah ditentukan berdasarkan nilai saving matriksnya (lihat tabel 4.10). 3. Lakukan sweeping dengan menarik garis lurus yang diawali dari titik V 0 / depot lalu memutar garis tersebut searah atau berlawanan arah jarum jam hingga seluruh titik konsumen / distributor teralokasi pada pengurutan kunjungan. Mengacu kepada langkah-langkah yang disebutkan diatas, maka ketiga rute hasil pengelompokkan konsumen yang didasarkan kepada nilai saving matriks, diplotkan terlebih dahulu kedalam sebuah peta untuk kemudian dilakukan sweeping yang nantinya akan menghasilkan urutan kunjungan kepada konsumen bagi tiap-tiap rute yang ada.

25 67 Hasil sweeping untuk pengurutan kunjungan dari masing-masing rute hasil pengelompokkan konsumen, dapat dilihat pada gambar 4.6 hingga gambar 4.8. Pengurutan kunjungan untuk rute 1 dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini. Gambar 4.6 Urutan Kunjungan Untuk Rute 1 (Sweep Method) Berdasarkan gambar diatas, tampak hasil pengurutan untuk rute pertama menggunakan metode sweep. Hasil pengurutan kunjungan adalah V 0 -V 1 -V 2 - V 3 -V 4 -V 5 -V 7 -V 8 -V 6 -V 0, dengan total jarak tempuh kendaraan sebesar 31,5 km.

26 68 Total muatan yang dibawa adalah 94 botol dengan waktu loading / unloading sebesar 2 x 0,2632 jam atau sebesar 0,5264 jam. Untuk waktu tempuh yang dihabiskan adalah sebesar 0,7876 jam. Sedangkan total waktu pengiriman (akumulasi dari waktu loading / unloading dengan waktu tempuh kendaraan) adalah sebesar 1,314 jam. Sedangkan pengurutan kunjungan untuk rute 2, dapat dilihat pada gambar 4.7 dibawah ini. Gambar 4.7 Urutan Kunjungan Untuk Rute 2 (Sweep Method) Hasil pengurutan kunjungan untuk rute kedua, seperti terlihat pada gambar 4.6 diatas, adalah V 0 -V 16 -V 17 -V 18 -V 24 -V 22 -V 10 -V 9 -V 23 -V 20 -V 19 -V 25 -V 0. Total muatan yang dibawa adalah sebanyak 90 botol dengan waktu untuk loading / unloading produk adalah sebesar 2 x 0,252 jam atau sebesar 0,504 jam. Keseluruhan jarak tempuh pengiriman produk kepada konsumen / distributor adalah sebesar 58 km. Untuk waktu tempuh yang dihabiskan oleh

27 69 kendaraan untuk mengantarkan produk, adalah sebesar 1,4501 jam. Sehingga total waktu pengiriman (akumulasi dari waktu loading / unloading dengan waktu tempuh kendaraan) adalah sebesar 1,9541 jam. Untuk pengurutan kunjungan bagi rute ketiga, dapat dilihat pada gambar 4.8 dibawah ini. Gambar 4.8 Urutan Kunjungan Untuk Rute 3 (Sweep Method) Untuk rute ketiga ini, hasil pengurutan kunjungan kepada konsumen adalah V 0 -V 11 -V 12 -V 14 -V 21 -V 15 -V 13 -V 0. Jumlah muatan yang dibawa pada rute ini adalah sebanyak 49 botol dengan waktu untuk loading / unloading produk adalah sebesar 2 x 0,1372 jam atau sebesar 0,2744 jam. Total jarak tempuh kendaraan adalah sebesar 12,38 km. Untuk waktu tempuh kendaraan adalah sebesar 0,3095 jam. Sedangkan total waktu pengiriman (akumulasi dari waktu

28 70 loading / unloading dengan waktu tempuh kendaraan) adalah sebesar 0,5839 jam. Keseluruhan data yang dihasilkan dari metode ini, telah terangkum pada tabel Rute Konsumen Jml. Waktu Tempuh (jam) Waktu Loading / Unloading (jam) Total Jarak (km) Total Waktu Kirim (jam) 1 V 0 -V 1 -V 2 -V 3 -V 4 -V 5 -V 7 -V 8 -V 6 -V 0 94 btl 0,7876 0, ,5 1,314 2 V 0 -V 16 -V 17 -V 18 -V 24 -V 22 -V 10 -V 9 -V 23 -V 20 - V 19 -V 25 -V 0 90 btl 1,4501 0, , V 0 -V 11 -V 12 -V 14 -V 21 -V 15 -V 13 -V 0 49 btl 0,3095 0, ,38 0,5839 Tabel 4.12 Urutan Kunjungan Kepada Konsumen Menggunakan Sweep Method Berdasarkan seluruh data yang terdapat pada tabel 4.12 diatas, maka terlihat bahwa jarak tempuh terpanjang terdapat pada rute kedua untuk kendaraan motor 2 dengan total jarak tempuh sejauh 58 km. Sedangkan jarak tempuh terpendek terdapat pada rute terakhir / rute ketiga, dengan jarak tempuh sejauh 12,38 km, untuk kendaraan motor 1. Jarak total per harinya dari seluruh kendaraan yang digunakan adalah sebesar 31,5 km + 58 km + 12,38 km = 101,88 km. Sedangkan untuk total waktu kirim per harinya untuk keseluruhan rute adalah sebesar 1,314 jam + 1,9541 jam + 0,5839 jam = 3,852 jam.

29 Penentuan Biaya Pengiriman Biaya pengiriman dari rute usulan yang telah ditentukan, dilakukan dengan melakukan penjumlahan terhadap seluruh komponen biaya pengiriman yang ada. Komponen biaya pengiriman untuk rute usulan, akan didasarkan pada data biaya operasional yang terdapat pada tabel Perhitungan Biaya Pengiriman Untuk Rute Usulan Yang Menggunakan Nearest Neighbor Procedure Komponen biaya pengiriman yang digunakan meliputi biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja, biaya perawatan kendaraan, biaya depresiasi kendaraan serta biaya pajak kendaraan. a. Biaya Bahan Bakar Rasio penggunaan bahan bakar dari seluruh kendaraan yang digunakan adalah sama, yaitu 1 : 30, sehingga dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar tiap kendaraan per km adalah Rp ,- : 30 = Rp. 150,-/ km. Dengan menggunakan persamaan 2.3, maka diketahui bahwa biaya bahan bakar yang dikeluarkan tiap harinya adalah Rp. 150,- / km x 96,62 km atau sebesar Rp. 14,493,- b. Biaya Depresiasi Biaya depresiasi kendaraan ditentukan perusahaan sebesar 25 % per tahunnya. Sedangkan jumlah hari per tahunnya, ditentukan perusahaan sebanyak 365 hari.

30 72 Untuk mencari besar biaya depresiasi kendaraan per harinya, maka digunakan persamaan 2.4, dan didapatkan hasil sebagai berikut : - Biaya Depresiasi Motor I = Rp ,- x 25 % : 365 = Rp ,8,- / hari - Biaya Depresiasi Motor II = Rp ,- x 25 % : 365 = Rp ,28,- / hari c. Biaya Tenaga Kerja Jumlah pengemudi adalah 2 orang dan upah per hari yang diberikan perusahaan adalah sebesar Rp ,- per hari per orang. Dengan demikian, total upah pengemudi yang dikeluarkan perusahaan perharinya adalah sebesar 2 orang x Rp ,- atau sama dengan Rp ,- per hari. d. Biaya Pemeliharaan Pemeliharaan kendaraan dilakukan di bengkel motor yang telah ditunjuk perusahaan. Total anggaran yang disediakan oleh perusahaan untuk melakukan pemeliharaan seluruh kendaraan yang digunakan adalah sebesar Rp ,- perbulannya. Seluruh kendaraan operasional, digunakan perusahaan selama 26 hari dalam satu bulannya (hari kerja per bulan adalah 26 hari kerja). Untuk mencari biaya pemeliharaan per harinya, digunakan persamaan 2.5, dan didapatkan hasil sebagai berikut : Biaya pemeliharaan = Rp ,- : 26 = Rp ,46,- / hari.

31 73 e. Biaya Pajak Biaya pajak motor yang digunakan, dapat dihitung menggunakan persamaan 2.6, dan hasil dari perhitungan adalah sebagai berikut : - Biaya Pajak Motor I = Rp ,- : 365 = Rp. 535,62,- / hari - Biaya Pajak Motor II = Rp ,- : 365 = Rp. 501,37,- / hari Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, maka total biaya kirim / distribusi perhari untuk seluruh rute usulan yang menggunakan nearest neighbor procedure adalah sebesar Rp ,53,- atau sebesar Rp ,78,- per bulannya untuk 26 hari kerja. 2. Perhitungan Biaya Pengiriman Untuk Rute Usulan Yang Menggunakan Sweep Method Komponen biaya pengiriman yang digunakan adalah sama dengan komponen biaya pada rute usulan yang menggunakan nearest neighbor procedure, yang meliputi biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja, biaya perawatan kendaraan, biaya depresiasi kendaraan serta biaya pajak kendaraan. a. Biaya Bahan Bakar Dasar perhitungan biaya bahan bakar pada rute usulan ini adalah perhitungan bahan bakar yang digunakan pada rute usulan sebelumnya, yang membedakan hanyalah jarak total pengiriman / jarak tempuh total yang

32 74 digunakan untuk melakukan perhitungan. Dengan menggunakan persamaan 2.3, maka diketahui bahwa biaya bahan bakar yang dikeluarkan tiap harinya adalah Rp. 150,- / km x 101,88 km atau sebesar Rp ,- b. Biaya Depresiasi Biaya depresiasi untuk rute usulan ini adalah sama dengan biaya depresiasi pada rute usulan sebelumnya, yaitu Rp ,8,- / hari untuk motor pertama dan Rp ,28,- / hari untuk motor kedua. c. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerjapun nilainya sama dengan biaya tenaga kerja pada rute usulan sebelumnya, yaitu sebesar Rp ,- per hari. d. Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan untuk kedua kendaraan yang digunakan adalah Rp ,46,- / hari atau sama dengan biaya pemeliharaan pada rute usulan sebelumnya. e. Biaya Pajak Biaya pajak per hari untuk dua kendaraan / motor yang digunakan adalah Rp ,99,- atau sama dengan biaya pemeliharaan pada rute usulan sebelumnya. Berdasarkan seluruh perhitungan diatas, maka total biaya kirim / distribusi perhari untuk seluruh rute usulan yang menggunakan sweep methode adalah sebesar Rp ,53,- atau sebesar Rp ,78,- per bulannya untuk 26 hari kerja.

33 Pemilihan Rute Usulan Dengan Biaya Pengiriman Terendah Perbandingan total biaya pengiriman antara rute usulan yang diurutkan dengan menggunakan nearest neighbor procedure dan rute usulan yang diurutkan dengan menggunakan sweep method, digunakan untuk menentukan rute usulan mana yang akan dipilih untuk dianalisis lebih lanjut. Rute usulan dengan biaya pengiriman lebih rendah, akan dipilih dan dianalisis lebih lanjut dan kemudian akan dibandingkan dengan rute yang telah ditentukan perusahaan. Jika rute usulan yang terpilih memberikan hasil yang lebih baiik dibandingkan dengan rute yang telah ditentukan perusahaan, maka rute usulan layak digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan kepada seluruh perhitungan diatas, maka diketahui bahwa biaya pengiriman untuk rute usulan yang menggunakan nearest neighbor procedure adalah sebesar Rp ,78,- tiap bulannya dan untuk rute usulan yang menggunakan sweep method adalah sebesar Rp ,78,- per bulannya. Dari kedua hasil tersebut, dapat terlihat jelas bahwa biaya pengiriman rute usulan yang menggunakan nearest neighbor procedure, memiliki biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan rute usulan yang menggunakan sweep method. Selisih biaya antara kedua rute usulan tersebut adalah Rp ,- per bulannya atau Rp ,- per tahunnya. Melihat kepada data diatas, maka rute usulan yang terpilih untuk dianalisis lebih lanjut adalah rute usulan yang menggunakan nearest neighbor procedure dalam proses pengurutan kunjungan terhadap konsumen, dengan biaya kirim per harinya sebesar Rp ,53,- atau sebesar Rp ,78,- per bulannya dengan 26 hari kerja.

34 Penentuan Layak Tidaknya Rute Usulan Untuk mengetahui layak atau tidaknya rute usulan untuk diterapkan oleh perusahaan, maka dilakukan suatu perbandingan terhadap seluruh data yang dihasilkan oleh kedua rute, baik itu rute usulan ataupun rute perusahaan. Perbandingan yang paling utama yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan biaya pengiriman antara rute usulan dengan rute yang telah ditentukan oleh perusahaan. Bila rute usulan memiliki biaya kirim yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya kirim rute perusahaan, maka rute usulan layak untuk diterapkan oleh perusahaan. Persamaan yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya rute usulan adalah sebagai berikut : (Biaya Rute Perusahaan Biaya Rute usulan) > 0 atau Selisih Biaya Kirim > 0 Jika diketahui biaya kirim untuk rute yang telah ditentukan perusahaan adalah sebesar Rp ,78,- per bulan untuk 26 hari kerja dan biaya kirim untuk rute usulan sebesar Rp ,78,- per bulannya dengan 26 hari kerja, maka didapatkan selisih biaya kirim sebesar Rp ,- per bulannya dengan 26 hari kerja. Berdasarkan hasil diatas, terlihat bahwa selisih biaya kirim adalah Rp ,- dan nilai tersebut lebih besar dari nol (0), sehingga rute usulan dianggap layak untuk dijalankan oleh perusahaan.

35 Analisis Hasil Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, didapatkan bahwa rute usulan yang paling tepat dan layak untuk diusulkan kepada perusahaan adalah rute usulan yang menggunakan nearest neighbor procedure dalam penyusunan urutan kunjungan kepada konsumen. Rute yang dihasilkan berjumlah 3 rute dengan urutan kunjungan seperti yang terangkum pada tabel 4.13 dibawah ini. Rute Urutan 1 V 0 -V 5 -V 7 -V 8 -V 6 -V 3 -V 4 -V 1 -V 2 -V 0 2 V 0 -V 16 -V 17 -V 24 -V 18 -V 22 -V 23 -V 19 -V 20 -V 9 -V 10 -V 25 -V 0 3 V 0 -V 11 -V 12 -V 13 -V 14 -V 15 -V 21 -V 0 Tabel 4.13 Rute Usulan (Berdasarkan Kode Konsumen) Sedangkan pengurutan kunjungan untuk rute usulan yang didasarkan pada nama konsumen / distributor, dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini. Rute Urutan Depot Pegangsaan Dua 1 Pegangsaan Dua 3 Pegangsaan Dua 4 Pegangsaan Dua 2 Sunter Boulevard Gaya Motor Yos Sudarso 1 Yos Sudarso 2 - Depot Depot Pulo Ayang Rawa Sumur Barat Bekasi Raya 2 Bekasi Raya Rawa Terate Bekasi Raya 1 Tipar Cakung 1 Tipar Cakung 2 Pegangsaan Dua 5 Pegangsaan Dua 6 Pondok Ungu - Depot Depot Pulo Buaran 1 Rawa Gelam 1 Pulo Buaran 2 Rawa Gelam 2 Pulo Kambing Pemuda - Depot Tabel 4.14 Rute Usulan (Berdasarkan Nama Konsumen)

36 78 Berdasarkan tabel 4.13 dan 4.14 diatas, terlihat bahwa setiap rute berawal dan berakhir di depot / produsen. Selain itu, tiap konsumen yang ada dalam setiap rute, hanya dilayani satu kali atau dengan kata lain, pengiriman produk kepada tiap-tiap konsumen hanya dilakukan satu kali setiap harinya. Sedangkan untuk jumlah muatan, total jarak tempuh dan total waktu kirim, terangkum dalam tabel 4.15 dibawah ini. Rute Jml. Total Jarak (km) Total Waktu Kirim (jam) 1 94 btl 31,7 1, btl 53,45 1, btl 11,47 0,5612 Tabel 4.15 Jumlah Muatan, Total Jarak Tempuh Dan Total Waktu Kirim Rute Usulan Setiap rute yang melayani pengiriman produk kepada konsumen, memiliki jumlah permintaan yang berbeda-beda, dan diusahakan total permintaan kurang dari kapasitas maksimum dari tiap kendaraan yang digunakan. Untuk mengetahui apakah tiap-tiap permintaan melebihi kapasitas kendaraan atau tidak, maka diperhitungkan Utilitas Kapasitas Kendaraan (UTK) dan persamaan yang digunakan untuk menghitung UTK tersebut adalah persamaan 2.5. Persamaan tersebut adalah : muatan kendaraan saat ini UTK = x 100 % kapasitas maksimum kendaraan Sebagai contoh UTK untuk rute 2 adalah 90 x 100 % = 100 %. 90

37 79 Utilisasi Kapasitas Kendaraan (UTK) untuk ketiga rute usulan, terangkum dalam tabel Rute Jumlah Permintaan Kapasitas Kendaraan UTK (%) , , , ,4 Tabel 4.16 Utilisasi Kapasitas Kendaraan Dari Tiap Rute Untuk rute pertama, jumlah permintaan melebihi kapasitas kendaraan yang tercantum, namun kapasitas kendaraan memiliki allowance sebanyak + 5 botol, sehingga masih dapat ditoleransi dan UTK untuk rute pertama usulan tersebut, dianggap 100 %. 4.3 (Usulan) Perancangan Dan Pembuatan Alat Bantu Hitung Alat bantu hitung yang akan diusulkan dan dibuat, nantinya akan digunakan sebagai sebuah sistem penghitung banyaknya bahan baku utama yang harus disediakan. Perancangan sistem ini terdiri dari identifikasi sistem dan pemodelan logika dengan menggunakan DFD (Data Flow Diagram) atau DAD (Diagram Alir Data) Identifikasi Sistem Identifikasi sistem perlu dilakukan agar faktor-faktor yang akan mempengaruhi kinerja dari sistem informasi dapat diketahui, sehingga sistem dapat berfungsi dengan

38 80 baik. Identifikasi sistem ini akan dijadikan bahan pertimbangan dalam mendesain sistem. 1. User Interface User Interface adalah sebuah media yang menghubungkan antara pengguna (user) dengan sistem informasi. Sistem yang akan dibangun diharapkan dapat menyediakan interface yang mudah dipahami oleh pengguna, karena jika interface dibuat terlalu rumit dan memakan waktu bagi pengguna untuk memahami dan menggunakannya, dikhawatirkan hal ini justru akan memunculkan kendala yang akan mempengaruhi kinerja dari sistem yang akan dibangun. Klasifikasi dari interface dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Desain menu Menu yang tersedia harus siap digunakan serta dibuat mudah untuk dipahami. Menu dibagi menjadi beberapa kategori dan di tiap kategori menu terdapat submenu yang berhubungan dengan menu sebelumnya. b. Desain form Perancangan sebuah form juga menjadi faktor penting, karena dalam sebuah form inilah proses inti dari sistem perhitungan penyediaan bahan baku berada. Form didesain efisien tanpa mengabaikan efektivitasnya, dan memudahkan pengguna dalam mengoperasikannya. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai hal ini adalah dengan mengatur urutan input data secara sistematis dan tidak melompatlompat.

39 81 2. Kualitas dan kegunaan informasi Suatu sistem informasi yang baik diharapkan mampu menyediakan informasi yang berguna dan berkualitas. Informasi yang berguna dan berkualitas dapat dinilai dari ketepatan waktunya dan relevansi dari informasinya. Untuk ketepatan waktu, suatu sistem informasi diharapkan dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan secepat mungkin. Sedangkan untuk relevansi informasi, diperlukan suatu analisa mengenai kebutuhan sistem akan informasi Data Flow Diagram (DFD) atau Diagram Alir Data (DAD) Diagram Alir Data digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang ada maupun sistem yang akan dibuat, yang akan dikembangkan secara logika. DFD dari alat bantu hitung penyediaan bahan baku yang dibuat adalah sebagai berikut : Gambar 4.9 Data Flow Diagram Alat Bantu Hitung Penyediaan Bahan Baku

40 82 Gambar 4.9 menggambarkan aliran data antara aktifitas yang ada, serta kaitannya dengan elemen-elemen lain yang terdapat di dalam perusahaan. Aktivitas yang digambarkan pada DFD ini terdiri dari empat aktivitas, yaitu : 1. Aktifitas perencanaan jumlah produksi harian. Aktifitas ini dilakukan oleh bagian Perencanaan Produksi dan mengacu kepada permintaan konsumen per harinya. 2. Aktifitas pengisian data sisa penjualan / stock harian oleh bagian Penjualan. 3. Aktifitas pencetakan daftar belanja dan pembelian bahan baku oleh bagian Pembelian. 4. Aktifitas pencetakan rekapitulasi belanja mingguan dan bulanan oleh bagian Pembelian yang nantinya akan diserahkan kepada bagian Keuangan Perancangan Model Matematis Pada tahapan ini, perancangan didasarkan pada permasalahan yang ada, dengan harapan permasalahan tersebut dapat diatasi dengan baik. Sering terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah produk yang tersedia (akumulasi dari sisa produk yang tidak terkirim, sisa penjualan hari sebelumnya dan jumlah produksi hari berjalan) dengan jumlah produk yang akan disupply keesokan harinya, yang sesuai dengan permintaan konsumen, merupakan permasalahan yang sering timbul. Hal ini sering membuat tingginya stock produk setiap harinya. Perusahaan menginginkan tidak adanya stock produk setiap harinya, karena perusahaan mengkhawatirkan stock

41 83 produk yang ada akan terakumulasi terus setiap hari hingga batas kadaluwarsanya, yang hanya selama satu minggu, terlampaui. Perusahaan membuat forecast produksi berdasarkan jumlah permintaan konsumen perharinya, sehingga jumlah produk yang diproduksi tiap harinya diharapkan sama dengan jumlah permintaan konsumen. Namun pada kenyataannya, jumlah produk yang dihasilkan, terkadang melebihi jumlah forecast yang telah ditentukan atau dengan kata lain jumlah produk yang dihasilkan terkadang melebihi jumlah permintaan konsumen. Masalah ini terjadi karena bahan baku utama yang digunakan, sulit untuk diprediksi hasilnya, walaupun perusahaan telah memiliki standar hasil produk yang dapat dihasilkan oleh tiap-tiap bahan baku, yang didapatkan melalui serangkaian percobaan. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya sisa produk yang tidak terkirim kepada konsumen / distributor setiap harinya. Lihat lampiran 14. Selain itu, hampir setiap hari juga, terdapat sisa produk yang tidak terjual. Sisa produk tersebut adalah sisa dari produk yang dikirim pada pengiriman satu hari sebelumnya, namun masih layak jual. Lihat lampiran 16. Kedua hal tersebut diatas, tidak begitu diperhatikan oleh perusahaan dan tidak dijadikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan bahan baku setiap harinya, walaupun keinginan perusahaan adalah menghilangkan adanya stock. Kedua hal tersebut terakumulasi bersama jumlah produksi harian menjadi total produk yang tersedia setiap harinya, sehingga total produk yang tersedia, melebihi total permintaan konsumen.

42 84 Berdasarkan hal-hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan menyediakan bahan baku yang akan diolah hanya berdasar kepada total permintaan konsumen, tanpa memperhatikan jumlah stock produk yang ada setiap harinya. Kalaupun ada pengurangan jumlah penyediaan bahan baku, hal ini hanya didasarkan kepada feeling akan berapa banyak bahan baku yang harus disediakan, mengacu kepada stock yang ada. Namun hal ini masih tetap menimbulkan permasalahan yang sama. Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka suatu model matematis perlu dibuat. Model matematis ini, nantinya akan digunakan sebagai acuan perhitungan pada sistem. Berdasarkan penelitian, model matematis yang dapat dijadikan acuan perhitungan pada sistem adalah sebagai berikut : JPB = (F 2 -S) : SH dimana JPB : Jumlah Bahan Baku F 2 : Forecast Lusa S : Stock SH : Standar Hasil Pada persamaan diatas, jumlah bahan baku (JPB) adalah jumlah bahan baku yang disediakan untuk produksi esok, bukan untuk produksi hari kerja berjalan. Yang dilakukan pada hari kerja berjalan hanyalah pembelian bahan bakunya. Sedangkan forecast (F 2 ) yang digunakan adalah forecast lusa. Untuk jumlah stock (S) yang digunakan adalah gabungan dari sisa produk yang tidak terkirim pada hari kerja

43 85 berjalan dengan sisa penjualan (hasil pengiriman satu hari sebelumnya) yang terkumpul pada hari kerja berjalan pula. Dan yang terakhir adalah standar hasil (SH). Standar hasil ini merupakan standar produk yang dihasilkan oleh masing-masing bahan baku dan telah ditentukan perusahaan. Standar hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini. Produk Bahan Hasil / Baku kg A Alpukat 10 btl B Jambu 8 btl C Mangga 10 btl D Melon 2 btl E Sirsak 10 btl F Strawberry 10 btl Tabel 4.17 Standar Hasil Produk Tiap Jenis Bahan Baku Persamaan matematis diatas akan menghasilkan jumlah tiap jenis bahan baku yang harus disediakan oleh perusahaan. Jumlah bahan baku yang disediakan akan menghasilkan tiap jenis produk dengan jumlah yang telah dikurangi stock yang ada, sehingga diharapkan tidak terjadi lagi penumpukan stock yang berlebih atau bahkan tidak lagi terdapat stock, seperti yang diinginkan perusahaan. Selain standar hasil, perusahaan juga menentukan Standar Bagi Produk (SBP) dari tiap total permintaan konsumen seperti yang terlihat pada lampiran 18. Standar bagi produk ini berguna untuk mengetahui banyaknya tiap jenis produk yang harus dikirimkan kepada konsumen berdasarkan dari total permintaan konsumen tersebut.

44 Perancangan Fisik Pada tahapan ini, perancangan dilakukan dengan perancangan bentuk beberapa tabel untuk input data, seperti data perencanaan produksi (forecast), data stock harian, perancangan beberapa form output data berupa daftar belanja serta rekapitulasi belanja mingguan dan bulanan. Sistem perhitungan ini akan dibuat menggunakan Microsoft Excel. 1. Perancangan Tabel Input Data Tabel-tabel yang dirancang dan dibuat pada tahapan ini merupakan tabel-tabel yang memuat data-data yang nantinya akan dihitung oleh sistem perhitungan. Selain itu, pada tahapan ini dirancang juga beberapa tabel yang nantinya akan menyediakan output berupa data pembelian bahan baku. Rancangan tabel yang digunakan untuk memasukkan data-data yang dibutuhkan, tampak seperti pada tabeltabel dibawah ini : Tabel 4.18 Tabel Input Data Perkiraan Produksi Harian / Forecast

45 87 Tabel 4.19 Tabel Input Sisa Stock Harian Tabel 4.18 diisi setiap hari oleh bagian Perencanaan Produksi. Rencana produksi yang diisikan pada tabel ini dapat berupa rencana produksi untuk satu bulan penuh ataupun rencana produksi tiap minggunya, tergantung dari tata cara yang ditentukan oleh perusahaan dan tergantung pula dari permintaan konsumen. Sedangkan pengisian tabel 4.19 dilakukan oleh bagian Penjualan dan dilakukan setiap hari. Pengisian dilakukan setelah sisa penjualan terkumpul seluruhnya dan pemilihan produk sisa penjualan yang masih layak jual kembali selesai dilakukan. Data-data yang terdapat pada kedua tabel diatas, akan diproses melalui suatu sistem penghitungan dan akan menghasilkan sebuah output berupa Data Belanja Bahan Baku.

46 88 Tabel Data Belanja Harian tampak seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 4.20 Data Belanja Harian Tabel 4.20 hanya membutuhkan input data berupa tanggal pembelian bahan baku beserta bulannya. Proses ini dilakukan oleh bagian Pembelian. Selain tabel diatas, bagian Pembelian dapat juga membuat rekapitulasi pembelian bahan baku secara periodik, baik mingguan ataupun bulanan. Tabel-tabel rekapitulasi tersebut hanya membutuhkan input periode tanggal per minggu pada bulan yang diinginkan (untuk rekapitulasi mingguan) dan input bulan yang diinginkan (untuk rekapitulasi bulanan).

47 89 Tabel-tabel tersebut tampak seperti dibawah ini. Tabel 4.21 Rekapitulasi Belanja Mingguan Pada tabel 4.21, bagian Pembelian hanya perlu mengisi periode dan bulan yang diinginkan. Seluruh data rekapitulasi akan muncul secara otomatis setelah kolom periode dan bulan terisi. Begitupun pada tabel 4.22, bagian Pembelian hanya perlu memilih bulan yang diinginkan pada kolom periode. Dan setelah pemilihan selesai, seluruh data akan muncul secara otomatis.

48 90 Tabel 4.22 Rekapitulasi Belanja Bulanan 2. Perancangan Form Output Data Perancangan output meliputi perancangan form daftar belanja bahan baku harian, lembar rekapitulasi belanja bahan baku mingguan serta lembar rekapitulasi belanja bahan baku bulanan. Seluruh data yang tercantum didalam form dan lembar tersebut diatas, merupakan data hasil perhitungan menggunakan persamaan matematis, seperti yang telah ditentukan sebelumnya pada bagian

49 91 Form-form tersebut dirancang seperti pada gambar-gambar dibawah ini. Gambar 4.10 Form Data Belanja Bahan Baku Harian Form diatas berisi jumlah bahan baku yang harus disediakan / dibeli oleh bagian pembelian. Form ini juga berfungsi sebagai semacam Purchase Order (PO) yang ditujukan kepada supplier. Gambar 4.11 Form Rekapitulasi Belanja Bahan Baku Mingguan

PENYUSUNAN RUTE DISTRIBUSI JUS DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC

PENYUSUNAN RUTE DISTRIBUSI JUS DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC PENYUSUNAN RUTE DISTRIBUSI JUS DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC Anton Indra Gunawan PT. Astra Honda Motor (AHM), Jakarta antonbedes13@yahoo.com ABSTRACT Presently, the distribution

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram BAB 5 ANALISIS DATA Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembuatan Influence Diagram, pembuatan model matematis, pembuatan rute pengiriman, pembuatan lembar kerja elektronik, penentuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville,

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, yang terbagi atas 4

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Tirta Makmur Perkasa adalah perusahaan di bawah naungan Indofood yang bertugas mendistribusikan produk air mineral dalam kemasan dengan merk dagang CLUB di Kota

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN RISET

BAB III KEGIATAN RISET BAB III KEGIATAN RISET 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu di PT. Tirta Makmur Perkasa, Jalan Telaga Sari RT. 36 No. 4B Martadinata, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. 3.2 Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan di dalam penelitian ini yaitu dengan metode deskriptif eksploratif. Penelitian deskriptif eksploratif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indoberka Investama merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang kontruksi, pabrikasi, dan distributor rangka atap. Bentuk badan usaha dari PT

Lebih terperinci

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX Supriyadi 1, Kholil Mawardi 2, Ahmad Nalhadi 3 Departemen Teknik Industri Universitas Serang Raya supriyadimti@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat, hal ini ditandai dengan adanya tingkat persaingan yang semakin meningkat. Mengingat hal ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi minuman berisotonik yang terletak di daerah Bojonegoro. Perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Peranan jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital dalam proses bisnis dunia industri. Jaringan distribusi dan transportasi ini memungkinkan produk berpindah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan operasional pendistribusian suatu produk dilakukan menyusun jadual dan menentukan rute. Penentuan rute merupakan keputusan pemilihan jalur terbaik sebagai upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini ada di PT. Citra Cahaya Gasindo yaitu sebagai agen resmi tabung gas LPG 3 Kg yang berada di Jl. Raya Pematang Reba Pekan Heran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan manufaktur semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang industri yang pesat dan maju dapat terlihat pada jumlah produk dalam setiap produksi dari sebuah perusahaan atau pabrik. Produk yang telah di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Penelitian ini dilakukan di PT. Tirta Makmur Perkasa yang beralamat di Jalan Telaga Sari RT. 36 No. 4B Martadinata, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR Dian Kurniawati Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta dian_kurniawati83@yahoo.com Agus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan keuntungan. mengoptimalkan penggunaan kapasitas serta jumlah kendaraan.

BAB I PENDAHULUAN. karena penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan keuntungan. mengoptimalkan penggunaan kapasitas serta jumlah kendaraan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II dalam penelitian ini terdiri atas vehicle routing problem, teori lintasan dan sirkuit, metode saving matriks, matriks jarak, matriks penghematan, dan penentuan urutan konsumen.

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten)

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah kegiatan manusia yang sangat penting dalam menunjang dan mewujudkan interaksi sosial serta ekonomi dari suatu wilayah kajian. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pengolahan Data Harian Divisi operasional di JNE Logistics and Distribution bertanggung jawab untuk memastikan bahwa komoditas dari vendor-vendor yang memakai jasa JNE Logistics

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI SKRIPSI Oleh : DEDI INDRA GUNAWAN 0632010087 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Supply Chain Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah produsen seringkali bekerja sama dengan retailer-retailer guna memasarkan produk-produknya. Kerja sama ini dilakukan guna memperluas cakupan wilayah pemasarannya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan Rute

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan Rute BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan pembuatan perangkat lunak yang disesuaikan dengan rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik oleh pemerintah maupun oleh produsen. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki penentuan rute secara tepat,

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki penentuan rute secara tepat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan pengiriman produk kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya kegiatan atau aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi penelitian berperan untuk membantu agar masalah dapat diselesaikan secara lebih terarah dan sistematis. Dalam metodologi penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan. Secara garis besar penulis dapat menganalisa sistem pengolahan data barang di Perum Damri Bandung. Pada saat ini bahwa sistem yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 43 BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang di peroleh dari perusahaan berasal dari departemen logistic dan purchasing. Adapun data-data yang di kumpulkan adalah data permintaan

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG Hafidh Munawir, Agus Narima Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian:

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian: L61 apakah penerimaan barang untuk kode order pembelian yang baru saja diterima barangnya sudah lengkap diterima atau belum, apabila sudah lengkap, maka status order pembelian di dalam basis data akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilaksanakan untuk memperoleh masukan mengenai objek yang akan diteliti. Pada penelitian perlu adanya rangkaian langkah-langkah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta

BAB I PENDAHULUAN. produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Tirta Sibayakindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta Sibayakindo memiliki rantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masalah pengiriman barang, sebuah rute diperlukan untuk menentukan tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui darat, air,

Lebih terperinci

4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI

4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI 24 4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI 4.1 Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kegiatan distribusi roti Sari Roti di daerah Bekasi dan sekitarnya yang dilakukan setiap

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk

Lebih terperinci

Penentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion *

Penentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Penentuan Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai transportasi dan aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan konsumen adalah. meningkatkan daya saing perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan konsumen adalah. meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat, hal ini di tandai dengan adanya tingkat persaingan yang semakin meningkat. Mengingat hal ini, maka pelaku bisnis

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM DISTRIBUSI PADA DISTRIBUTOR SEPEDA DI PD. TRIJAYA SEMARANG

OPTIMASI SISTEM DISTRIBUSI PADA DISTRIBUTOR SEPEDA DI PD. TRIJAYA SEMARANG OPTIMASI SISTEM DISTRIBUSI PADA DISTRIBUTOR SEPEDA DI PD. TRIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri VINCENTIA ADELINA HARTONO 11

Lebih terperinci

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 pendahuluan ini berisikan tentang apa-apa saja yang menjadi latar belakang permasalahan yang terjadi pada distribusi pengiriman produk pada distributor PT Coca Cola, posisi penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekretariat Badan Geologi adalah divisi yang bergerak melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekretariat Badan Geologi adalah divisi yang bergerak melaksanakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekretariat Badan Geologi adalah divisi yang bergerak melaksanakan koordinasi penyusunan rencana kegiatan perjalanan dinas. Kegiatan perjalanan dinas dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN SUKU CADANG MOBIL BERBASIS LOCAL AREA NETWORK (LAN) PADA CV. INDOPRIMA TRANSPORTASI SERVICE BONTANG

SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN SUKU CADANG MOBIL BERBASIS LOCAL AREA NETWORK (LAN) PADA CV. INDOPRIMA TRANSPORTASI SERVICE BONTANG 20 SEBATIK STMIK WICIDA SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN SUKU CADANG MOBIL BERBASIS LOCAL AREA NETWORK (LAN) PADA CV. INDOPRIMA TRANSPORTASI SERVICE BONTANG Ita Arfyanti 1), Azahari Lathyf 2), Ryan Agusta 3)

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pada tahap ini akan dijelaskan secara lebih detail mengenai data-data bahan penelitian berupa data masing-masing pemasok yang akan diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi terdiri dari dua suku kata, yaitu sistem dan informasi. Kata sistem mengandung arti suatu tatanan yang kompleks yang terdiri dari elemen-elemen

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFFISIENSI PENDISTRIBUSIAN KORAN DENGAN MENENTUKAN JALUR DISTRIBUSI PALING OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

PENINGKATAN EFFISIENSI PENDISTRIBUSIAN KORAN DENGAN MENENTUKAN JALUR DISTRIBUSI PALING OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX PENINGKATAN EFFISIENSI PENDISTRIBUSIAN KORAN DENGAN MENENTUKAN JALUR DISTRIBUSI PALING OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. HARIAN SURABAYA PAGI SKRIPSI Oleh : RIZAL SEXTOVIANTO 05 32010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menerapkan kombinasi algoritma NN dan metode heuristik untuk membuat program bagi kasus Sequential 2L-CVRP dengan memberikan usulan rute dan peletakan barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem logistik yang bertanggungjawab akan perpindahan material antar fasilitas. Distribusi berperan dalam membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cabang distributor dari perusahaan manufaktur yang. memproduksi sandal bermerek Zandilac. Dalam menjalankan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cabang distributor dari perusahaan manufaktur yang. memproduksi sandal bermerek Zandilac. Dalam menjalankan usahanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PD. Karunia (Zandilac) adalah perusahaan perdagangan yang merupakan cabang distributor dari perusahaan manufaktur yang memproduksi sandal bermerek Zandilac.

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN T U G A S S A R J A N A Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini dilakukan di PT. Karunia Alam Segar pada tahapan ini di lakukan observasi data dari perusahaan di mana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam menjangkau produk yang diinginkan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO Penyelesaian Capacitated Vehicle (Marchalia Sari A) 1 PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO SOLVING CAPACITATED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah salah satu bagian dari sistem logistik yang sangat penting. Transportasi itu sendiri digunakan untuk mengangkut penumpang maupun barang

Lebih terperinci

MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG)

MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG) Seminar Nasional IENACO 213 ISSN: 23374349 MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG) Putri Mety Zalynda Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.2 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Perkembangan jaman yang diiringi dengan kemajuan teknologi sekarang ini menyebabkan perubahan hampir di segala bidang. Komputer sekarang ini sangat berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara

BAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan terhadap konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu dengan jumlah

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos.

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. Berdiri sejak 15 Desember 1999, menjadi suplemen Jawa Pos. Perkembangan Radar Malang sangat pesat

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS Annisa Kesy Garside, Xamelia Sulistyani, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan-perawatan dan perbaikan-perbaikan yang diberikan pada kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan-perawatan dan perbaikan-perbaikan yang diberikan pada kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam setiap penggunaan kendaraan bermotor, untuk lebih mengoptimalkan kinerja kendaraan maka dalam prosesnya dibutuhkan suatu jenis perawatan-perawatan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi media elektronik memungkinkan masyarakat untuk mudah serta cepat dalam mendapatkan pembaharuan informasi. Namun tidak semua masyarakat

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 60 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Tugas Akhir 61 Gambar 3.1 Flow Chart Tugas Akhir (Lanjutan) Wawancara dan Observasi Lapangan Wawancara dilakukan untuk mengetahui alur proses bisnis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Kotler (2005) mendefinisikan bahwa

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT. SURYA AGUNG KARYA UTAMA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA DENGAN METODE CLARKE AND WRIGHT SAVING HEURISTIC TUGAS AKHIR Oleh Dicky Handes 1100033536 Kishi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usaha bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015 Program Studi MMTITS, Surabaya 24 Januari 2015 ANALISIS PENENTUAN ESTIMASI BIAYA, PENJADWALAN DAN PENGELOLAAN DISTRIBUSI SERTA DAMPAK PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA LOGISTIK (STUDI KASUS:

Lebih terperinci

pada tabel 2. Untuk mengurangi resistance to change serta agar tidak mempersulit

pada tabel 2. Untuk mengurangi resistance to change serta agar tidak mempersulit 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Permasalahan pada PT Swastisiddhi Amagra dapat dilihat pada diagram tulang ikan (Gambar 1). Berdasarkan diagram tulang ikan tersebut, analisis kebutuhan sistem pada PT Swastisiddhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang PT. Sinar Sosro adalah perusahaan yang bergerak dalam industri minuman kemasan. Minuman dalam kemasan botol adalah salah satu produk dari perusahaan tersebut. PT.

Lebih terperinci

2.2.1 Definisi VRP Model Matematis VRP Model Matematis Berbasis Travelling Salesman Problem

2.2.1 Definisi VRP Model Matematis VRP Model Matematis Berbasis Travelling Salesman Problem ABSTRAK Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) merupakan salah satu distributor dan produsen produk olahan susu sapi di Bandung. Pada bulan September 2015, KPSBU melayani 65 pelanggan produk olahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori graf 2.1.1 Defenisi graf Graf G adalah pasangan {,} dengan adalah himpunan terhingga yang tidak kosong dari objek-objek yang disebut titik (vertex) dan adalah himpunan pasangan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan komponen penting dalam sistem pelayanan depot suatu perusahaan, proses tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1. Tinjauan Organisasi Organisasi adalah wadah tempat orang - orang yang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama kegiatan berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir. Metodologi digunakan untuk mengarahkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang telah dibuat sebelumnya, sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang telah dibuat sebelumnya, sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program merupakan implementasi dari hasil analisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya, sehingga diharapkan dengan adanya implementasi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN GUDANG BENGKEL PADA AREMA MOTOR BENGKEL RESMI HONDA DENGAN DELPHI 2007 DAN SQL Server 2008

SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN GUDANG BENGKEL PADA AREMA MOTOR BENGKEL RESMI HONDA DENGAN DELPHI 2007 DAN SQL Server 2008 SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN GUDANG BENGKEL PADA AREMA MOTOR BENGKEL RESMI HONDA DENGAN DELPHI 2007 DAN SQL Server 2008 Adi Wijaya Jurusan Sistem Informasi STMIK PalComTech Palembang Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat tajam. Sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat tajam. Sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar yang bergerak di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor terutama sepeda motor sebagai alat transportasi membuat persaingan industri manufaktur perusahaan otomotif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, teknologi yang berkembang pun semakin pesat. Salah satu teknologi tersebut adalah kendaraan roda

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PIUTANG USAHA PADA PT. HURIP UTAMA

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PIUTANG USAHA PADA PT. HURIP UTAMA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PIUTANG USAHA PADA PT. HURIP UTAMA Raisah Azizah Jl. Kota Bambu Selatan 6 No. 19 RT 007 RW 005 Palmerah, Jakarta Barat 021-5608050 raisah0692@gmail.com

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. CAHAYA SEJAHTERA SENTOSA BLITAR SKRIPSI Oleh : MONICA WINA NURANI 0532010228

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Pembatasan

Lebih terperinci

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion *

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 204 Pembentukan Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma

Lebih terperinci