Seri Data dan Informasi Sosek KP No.04
|
|
- Veronika Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seri Data dan Informasi Sosek KP No.04 Penelitian Panel Kelautan Dan Perikanan Nasional (Panelkanas) Dan Analisis Dinamika Nilai Tukar Perikanan Dalam Mendukung Sistem Ketahanan Pangan Untuk Pengentasan Kemiskinan Kemiskinan Dan Ketahanan Pangan Tenny Apriliani, dkk
2 Seri Data dan Informasi Sosek KP No.04 Penelitian Panel Kelautan Dan Perikanan Nasional (Panelkanas) Dan Analisis Dinamika Nilai Tukar Perikanan Dalam Mendukung Sistem Ketahanan Pangan Untuk Pengentasan Kemiskinan Kemiskinan Dan Ketahanan Pangan ISBN : Diterbitkan Oleh : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) bekerja sama dangan Indonesian Marine and Fisheries Socio-Economics Research Network (IMFISERN) Penanggung Jawab : Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Penyunting: Budi Wardono Penulis : Tenny Apriliani, Andrian Ramadhan, Maulana Firdaus, Hikmah, Subhechanis Saptanto, Rikrik Rahadian, Hakim Miftakhul Huda, Nensyana Shafitri, Cornelia Mirwantini Witomo, Lindawati, Rizki Aprilian Wijaya, Asep Jajang Setiadi, Ari Suswandi, Irawati, Arifa Desfamita, Santi Astuti, Suhana Design Cover : Ari Suswandi Tata Letak : Arifa Desfamita Santi Astuti Asep Jajang Setiadi Irawati ISI DAPAT DIKUTIP DENGAN MENYEBUTKAN SUMBERNYA Publikasi ini dicetak dengan menggunakan Anggaran Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2012 ii
3 Kata Pengantar Puji dan syukur, kami panjatkan kehadapan Allah Subhanahu Wa Ta ala karena atas perkenan dan ridho-nya jugalah Output Penelitian Panel Kelautan dan Perikanan Nasional (Panelkanas) dan Analisis Dinamika Nilai Tukar Perikanan dalam Mendukung Sistem Ketahanan Pangan untuk Pengentasan Kemiskinan berupa data dan informasi ini dapat diselesaikan. Data dan informasi yang disajikan meliputi empat paket data dan informasi yaitu (1) aset, pendapatan dan konsumsi; (2) Struktur dan dinamika usaha; (3) Nilai Tukar Perikanan dan (4) Kemiskinan dan Ketahanan Pangan. Data dan Informasi yang ditampilkan merupakan data dan informasi pada tingkat rumah tangga perikanan untuk 4 (empat) tipologi perikanan yaitu Perikanan Tangkap Laut (PTL), Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan (PTPUD), Perikanan Budidaya dan Produk Kelautan-Garam. Buku keempat ini berisikan data dan informasi mengenai tingkat kemiskinan dan kondisi ketahanan pangan rumah tangga pada empat tipologi perikanan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP), yang telah memberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian ini. Terima kasih yang sama, kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang turut membantu sehingga terlaksananya kegiatan penelitian ini, terutama sesama tim peneliti dan teknisi, hingga selesainya buku data dan informasi ini. Semoga dokumen data dan informasi ini ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama Direktorat Teknis terkait di Kementerian Kelautan dan Perikanan, antara lain Ditjen Perikanan Tangkap, Ditjen Budidaya, Ditjen KP3K, Pusdatin serta pemerintah daerah setempat. Jakarta, Januari 2013 Tim Peneliti iii
4 Daftar Isi Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vi Penjelasan Ringkas...1 Cakupan data...4 I. Pendahuluan...1 II. Metodologi Jenis Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data...4 III. Konsep dan Definisi Rumah Tangga Perikanan Kemiskinan Garis Batas Kemiskinan Ketahanan Pangan Ketersediaan Pangan Aksesibilitas Kualitas dan Keamanan Pangan...6 IV. Data dan Informasi Kemiskinan Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan...8 A. Kondisi Kemiskinan Berdasarkan Pendekatan Karakteristik Rumah Tangga...8 B. Kondisi Kemiskinan Berdasarkan Pendekatan Garis Batas Kemiskinan...12 C. Kondisi Kemiskinan Berdasarkan Garis Batas Kemiskinan Absolute menurut Bank Dunia...15 iv
5 4.2. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan...16 A. Ketersediaan Pangan...17 B. Kualitas dan Keamanan Pangan...19 v
6 Daftar Tabel Tabel 4.1. Persentase Tingkat Kemiskinan Pada Rumah Tangga Perikanan Tangkap Laut Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Pada Pada Tipologi Pelagis Besar dan Pelagis Kecil dan Demersal, Tabel 4.2. Persentase Tingkat Kemiskinan Pada Rumah Tangga Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Pada Pada Tipologi Sungai dan Rawa Banjiran dan Waduk, Tabel 4.3. Persentase Tingkat Kemiskinan Pada Rumah Tangga Perikanan Budidaya Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Pada Pada Tipologi Buidaya Air Tawar, Payau dan Laut, Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Persentase Tingkat Kemiskinan Pada Rumah Tangga Produk Kelautan Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Pada Pada Tipologi Tambak Garam, Payau dan Laut, Kondisi Rumah Tinggal Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Tipologi, Status Wilayah Lokasi Penelitian Panelkanas Berdasarkan Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Tabel 4.7. Persentase Rumah Tangga Miskin (P 0 ), Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Pada Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Tipologi, Tabel 4.8. Tabel 4.9. Tabel Kondisi Kemisikinan Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Pada Berbagai Tipologi Berdasarkan Garis Batas Kemiskinan Absolut Menurut Bank Dunia, Kategori Wilayah yang Rentan Terhadap Kerawanan Pangan Pada Berbagai Lokasi Penelitian Panelkanas Berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Ketersediaan Bahan Pangan Beras dan Ikan Pada Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Tipologi, vi
7 Tabel Rata-Rata Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Tipologi, vii
8 Penjelasan Ringkas Berdasarkan pendekatan 14 indikator, pada umumnya rumah tangga kelautan dan perikanan berada pada tingkat kesejahteraan kurang sejahtera dimana kondisi rumah tinggal merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan, namun indikator luas bangunan dan bahan bangunan tidak dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan seutuhnya, karena kondisi rumah tinggal dapat dipengaruhi oleh adat maupun kebiasaan penduduk pada suatu daerah tertentu, seperti halnya ditemui pada rumah tangga perikanan di Kab. OKI dan Jeneponto yang rumahnya terbuat dari bahan kayu. Berdasarkan pendekatan Garis Kemiskinan, diketahui bahwa persentase rumah tangga miskin terbesar terdapat pada rumah tangga perikanan tangkap laut (pelagis kecil dan demersal) di Kab. Cirebon (48%) dan rumah tangga perikanan tangkap perairan umum daratan (waduk) di Kab. Purwakarta (43%). Pada rumah tangga perikanan budidaya laut di Kabupaten Klungkung memiliki nilai indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang tinggi jika dibandingkan pada rumah tangga pada tipologi lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengeluaran rumah tangga pada lokasi tersebut jauh dari nilai garis kemiskinan serta ketimpangan pengeluaran diantara rumah tangga tergolong cukup besar dibandingkan pada tipologi lainnya. Berdasarkan pendekatan garis kemiskinan absolute menurut Bank Dunia, diketahui bahwa rumah tangga perikanan di Kabupaten Purwakarta, Sampang dan Jeneponto tergolong dalam kategori rumah tangga miskin. 1
9 Kondisi ketahanan pangan rumah tangga perikanan dan kelautan yang ditinjau dari aspek ketersediaan pangan menunjukkan bahwa ketersediaan pangan beras dalam rumah tangga tidak terlepas dari kondisi wilayah pada lokasi penelitian. Wilayah yang memiliki produksi beras tinggi memiliki kecenderungan ketersediaan beras pada rumah tangga kelautan dan perikanan menjadi tinggi pula, hal ini ditunjukkan pada rumah tangga perikanan di Kab. Cianjur, dimana Kab.Cianjur dikenal sebagai salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat. Selain itu ketersediaan beras dalam rumah tangga juga tidak terlepas dari status mata pencaharian kepala keluarga maupun ART lainnya yang bekerja sebagai petani dan mengusahakan tanaman padi. Untuk ketersediaan ikan dalam rumah tangga diketahui bahwa pada rumah tangga perikanan tangkap (laut dan perairan umum daratan) memiliki ketersediaan ikan yang lebih tinggi dibandingkan tipologi lainnya. Hal ini dikarenakan ikan hasil tangkapan tidak seluruhnya dijual, namun ada yang dibawa pulang untuk dikonsumsi serta adanya ikan hasil pemberian. Secara agregat, tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga kelautan dan perikanan pada semua tipologi PANELKANAS berada diatas kebutuhan gizi minimum atau diatas Kkal/hari (energi) dan 52 gram/hari (protein). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas keamanan pangan pada masyarakat kelautan dan perikanan cukup baik. Meskipun jika ditinjau dari kondisi kesejahteraan rumah tangganya, tidak semua rumah tangga kelautan dan perikanan berada dalam kondisi yang sejahtera dan pada saat tertentu masyarakat memiliki kesulitan ekonomi, 2
10 namun sistem sosial yang ada dimasyarakat masih menjamin pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga kelautan dan perikanan. 3
11 Cakupan data Cakupan data yang ditampilkan dalam penelitian ini meliputi data yang terkait dengan kondisi kemiskinan dan kondisi ketahanan pangan pada rumah tangga di empat bidang PANELKANAS. Kondisi kemiskinan rumah tangga kelautan dan perikanan dilihat berdasarkan 3 pendekatan yang digunakan antara lain yaitu (1) pendekatan karakteristik rumah tangga (14 variabel) dan (2) pendekatan berdasarkan garis batas kemiskinan dan (3) garis batas kemiskinan absolute menurut Bank Dunia. Garis batas kemiskinan menurut BPS terbagi atas dua yaitu garis batas kemiskinan perkotaan dan garis kemiskinan pedesaan. Secara nasional garis batas kemiskinan untuk daerah perkotaan pada tahun 2012 (agustus) adalah Rp kapita/bulan dan untuk daerah perdesaan adalah Rp kapita/bulan.untuk mengetahui kondisi ketahanan pangan pada rumah tangga kelautan dan perikanan di masing-masing tipologi yaitu berdasarkan aspek ketersediaan pangan yang ditinjau dari jumlah ketersediaan pangan pada wilayahnya dan produksi pangan yang dihasilkan oleh rumah tangga perikanan, jenis pangan yang akan dilihat dari segi aspek ketersediaan dalam rumah tangga yaitu beras dan ikan. Pada penelitian ini difokuskan pada ketersediaan beras dan ikan pada rumah tangga yang diproxi melalui tingkat konsumsi per kapita. 4
12 I. Pendahuluan Mengurangi jumlah penduduk miskin dan memantapkan ketahanan pangan merupakan tujuan yang harus dicapai dalam kerangka pembangunan global ( MDGs) sampai dengan tahun Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki komitmen dalam mengurangi jumlah penduduk miskin dan memantapkan ketahanan pangan telah melakukan berbagai upaya, antara lain dengan menetapkan penanggulangan kemiskinan dan pemantapan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas dan arah kebijakan pembangunan nasional. Kemiskinan merupakan salah satu isu yang paling penting dalam perspektif sosial ekonomi. Secara definisi, kemiskinan dapat diartikan sebagai situasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar. Sementara BPS mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar baik makanan maupun non makanan. Namun demikian, konsep mengenai kemiskinan terus berkembang tergantung dari sudut pandang melihat kemiskinan tersebut. Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan dua indikator kesejahteraan yang saling terkait, rumah tangga yang tergolong dalam kategori miskin (kurang sejahtera) sangat identik dengan kondisi yang rentan terhadap pemenuhan pangannya. Menurut Bank Dunia ketahanan pangan diartikan sebagai secure access at all times to sufficient food for a healthy life (akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat). Indonesia mengadopsi dan mengadaptasi berbagai rumusan ketahanan pangan dan dituangkan ke dalam UU RI No: 7 tahun 1996 tentang pangan. Ketahanan 1
13 pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Pasal 1 Undang- Undang Nomor 7 tahun 1996). Hal ini tidak berubah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI No 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi, yaitu meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi. Memperhatikan definisi ini, maka konsep ketahanan pangan di Indonesia melibatkan tiga aspek : yaitu (1) ketersediaan, (2) aksesibilitas dan (3) kualitas dan keamanan. Masyarakat kelautan dan perikanan utamanya nelayan identik dengan kemiskinan Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, penduduk miskin di indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen % di antaranya adalah masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan termasuk nelayan didalamnya. Namun demikian, informasi terkait kondisi kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan secara umum belum banyak diungkap, khususnya pada skala rumah tangga. Untuk mengetahui kondisi kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan yang mendasar di tingkat pedesaan, yang bersumber dari kondisi rumah tangga perikanan dari 4 tipologi utama yaitu Perikanan Tangkap Laut (PTL), Perikanan Tangkap Umum Daratan (PTPUD), Perikanan Budidaya (PB) dan Produk Kelautan-Garam (PK-GARAM). 2
14 II. Metodologi 2.1. Jenis Data Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan primer. Data sekunder merupakan data-data yang didapat dari hasil publikasi dari lembaga-lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) serta lembagalembaga lain yang mendukung. Agar dapat memahami perkembangan dan dinamika sosial ekonomi di skala pedesaan diperlukan beberapa desa contoh yang diteliti secara berkala. Data semacam ini disebut data panel yang merupakan kombinasi dari data penampang lintang (cross section) dan data deret waktu (time series). Data primer ini diperoleh dari hasil sensus dan survey terhadap rumah tangga perikanan dan kelautan pada masing-masing desa contoh Metode Pengumpulan Data Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data sekunder dimaksudkan untuk menyusun data-data pendukung dalam penentuan lokasi kegiatan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survai monitoring dan/atau studi kasus di lokasi terpilih; selanjutnya data primer tersebut disebut sebagai data panel mikro. Panel data mikro merupakan data berkala yang dikumpulkan dari responden (baik individu maupun keluarga) yang sama. Panel data mikro dikumpulkan melalui survei penampang lintang terhadap sejumlah responden yang dilakukan secara berkala. Desa contoh di setiap propinsi dipilih secara sengaja (sesuai dengan tujuan) dengan mempergunakan beberapa 3
15 pertimbangan keberadaan sistem usaha perikanan serta jenis perairan (perairan laut dan pantai) Metode Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada tahun 2012 adalah analisis deskriptif statistik dan diinterpretasikan secara tabulasi silang dengan uraian deskriptif yang menggambarkan kondisi perkembangan sosial ekonomi masyarakat pedesaan di sektor kelautan dan perikanan 4
16 III. Konsep dan Definisi 3.1. Rumah Tangga Perikanan Rumah tangga perikanan adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha dibidang kelautan dan perikanan (perikanan tangkap laut, perikanan perikanan tangkap perairan umum daratan, perikanan budidaya, dan produk kelautan garam) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual Kemiskinan Kemiskinan dapat diartikan sebagai situasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar (Setiono, 2011). Sementara BPS mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi ketidak mampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar baik makanan maupun non makanan Garis Batas Kemiskinan Garis batas kemiskinan menurut BPS terbagi atas dua yaitu garis batas kemiskinan perkotaan dan garis kemiskinan pedesaan. Secara nasional garis batas kemiskinan untuk daerah perkotaan pada tahun 2010 adalah Rp /kapita/bulan dan sedangkan untuk daerah pedesaan adalah Rp /kapita/bulan. 5
17 3.4. Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi, yaitu meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi. Memperhatikan definisi ini, maka konsep ketahanan pangan di Indonesia melibatkan tiga aspek : yaitu (1) ketersediaan, (2) aksesibilitas dan (3) kualitas dan keamanan Ketersediaan Pangan Aspek ketersediaan pangan yang ditinjau dari jumlah ketersediaan pangan pada wilayahnya dan produksi pangan (ikan) yang dihasilkan oleh rumah tangga perikanan. Data dan informasi mengenai ketersediaan pangan pada masing-masing wilayah mengacu pada data dan informasi yang dikeluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan pada masing-masing regional (kabupaten) dalam satuan Kg/Kapita/Bulan Aksesibilitas Aksesibilitas mencakup pada akses fisik dan ekonomi bagi individu untuk mendapatkan pangan. Akses fisik yaitu meliputi kemudahan dalam menjangkau penyedia pangan. Berupa kemudahan jarak, sarana dan infrastruktur antara pengakses pangan (rumah tangga perikanan) terhadap penyedia pangan tersebut Kualitas dan Keamanan Pangan Kualitas dan keamanan pangan merujuk pada pangan yang bermutu dan aman bagi kesehatan. Pangan dinyatakan kebutuhan gizi minimum 6
18 yaitu perkiraan kalori dan protein. Dilihat dari jumlah kebutuhan kalori dan protein, maka kebutuhan minimum seseorang bisa hidup layak dan sehat yaitu dengan terpenuhinya energi sebanyak kkal/kapita/hari dan protein sebanyak 50 gram/kapita/hari (direkomendasikan dalam Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1978). Berdasarkan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang merupakan nilai pengeluaran minimum makanan yang disetarakan dengan kkal/kapita/hari. 7
19 4.1. Kemiskinan Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan IV. Data dan Informasi A. Kondisi Kemiskinan Berdasarkan Pendekatan Karakteristik Rumah Tangga Tabel 4.1. Kelas Persentase Tingkat Kemiskinan Pada Rumah Tangga Perikanan Tangkap Laut Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Pada Pada Tipologi Pelagis Besar dan Pelagis Kecil dan Demersal, 2012 Rentang Nilai Tingkat Kesejahteraan Pelagis Besar Pelagis Kecil dan Demersal Bitung Sibolga Sambas Cirebon Sampang I 0,00-0,25 Sangat Miskin 0% 0% 3% 0% 0% II 0,26-0,50 Miskin 29% 5% 39% 3% 6% III 0,51-0,75 Kurang Sejahtera 45% 69% 58% 64% 82% IV 0,76-1,00 Sejahtera 26% 26% 0% 33% 12% Sumber : Data Primer Diolah,
20 Tabel 4.2. Persentase Tingkat Kemiskinan Pada Rumah Tangga Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Pada Pada Tipologi Sungai dan Rawa Banjiran dan Waduk, 2012 Sungai dan Rawa Banjiran Waduk Kelas Rentang Nilai Tingkat Kesejahteraan OKI Purwakarta I 0,00-0,25 Sangat Miskin 0% 4% II 0,26-0,50 Miskin 29% 85% III 0,51-0,75 Kurang Sejahtera 84% 11% IV 0,76-1,00 Sejahtera 0% 0% Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Tabel 4.3. Kelas Persentase Tingkat Kemiskinan Pada Rumah Tangga Perikanan Budidaya Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Pada Pada Tipologi Buidaya Air Tawar, Payau dan Laut, 2012 Rentang Nilai Tingkat Kesejahteraan Budidaya Air Tawar Budidaya Air Payau Budidaya Laut Cianjur Subang Gresik Pangkep Klungkung I 0,00-0,25 Sangat Miskin 0% 0% 0% 0% 0% II 0,26-0,50 Miskin 5% 0% 0% 0% 5% III 0,51-0,75 Kurang Sejahtera 70% 16% 33% 87% 68% IV 0,76-1,00 Sejahtera 25% 84% 68% 13% 26% Sumber : Data Primer Diolah,
21 Tabel 4.4. Persentase Tingkat Kemiskinan Pada Rumah Tangga Produk Kelautan Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Pada Pada Tipologi Tambak Garam, Payau dan Laut, 2012 Kelas Rentang Nilai Tingkat Kesejahteraan Sumenep Jeneponto I 0,00-0,25 Sangat Miskin 3% 0% II 0,26-0,50 Miskin 10% 48% III 0,51-0,75 Kurang Sejahtera 65% 45% IV 0,76-1,00 Sejahtera 23% 8% Sumber : Data Primer Diolah,
22 Tabel 4.5. Kondisi Rumah Tinggal Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Tipologi, 2012 Unit: Persentase (%) Pelagis N Pelagis Wadu Budidaya Air Budidaya Air Tambak Karakteristik Kecil o Besar k Payau Tawar Garam Demersal 1. Luas Rumah a. > 8m b. <= 8m Jenis Lantai a. Keramik b. Ubin c. Kayu Jenis Dinding a. Tembok b. Semi Tembok c.bambu/rumbia Fasilitas MCK a. MCK Pribadi b. MCK Bersama Sumber a. Listrik b. Non Listrik Sumber Air a. Air PAM b. Sumur Pribadi c. Air Bersama
23 B. Kondisi Kemiskinan Berdasarkan Pendekatan Garis Batas Kemiskinan Tabel 4.6. Status Wilayah Lokasi Penelitian Panelkanas Berdasarkan Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) No Provinsi Kabupaten Desa Klasifikasi 1 Sumatera Utara Sibolga Aek Habil Perkotaan 2 Kalimantan Barat Sambas Penjajab Perkotaan 3 Sulawesi Utara Bitung Batu Lubang Perkotaan 4 Jawa Barat Cirebon Gebang Mekar Perkotaan 5 Jawa Timur Sampang Ketapang Barat Perdesaan 6 Sumatera Selatan Ogan Komering Ilir Berkat Perdesaan 7 Jawa Barat Purwakarta Panyindangan Perdesaan 8 Jawa Barat Cianjur Cikidangbayabang Perkotaan 9 Jawa timur Gresik Pangkah Wetan Perkotaan 10 Sulawesi selatan Pangkep Talaka Perdesaan 11 Bali Klungkung Batununggal Perkotaan 12 Jawa Barat Subang Sumur Gintung Perdesaan 13 Jawa Timur Sumenep Pinggir Papas Perdesaan 14 Sulawesi selatan Jeneponto Pallenggu Perdesaan Sumber: Badan Pusat Statistik,
24 Tabel 4.7. Persentase Rumah Tangga Miskin (P 0 ), Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Pada Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Tipologi, 2012 No Tipologi/Lokasi Desa I. Perikanan Tangkap Laut II. III. 1. Pelagis Besar 13 Indeks Kemiskinan P 0 P 1 P 2 - Bitung Batu Lubang 0,23 0,012 0, Pelagis Kecil Demersal - Sibolga Aek habil 0 (0,001) 0 - Sambas Penjajab 0,676 0,014 0,007 - Cirebon Gebang Mekar 0,43 0,012 0, Sampang Ketapang Barat 0,12 0,006 0,0014 Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan 3. Waduk - Purwakarta Panyindangan 0,48 0,012 0, Sungai dan Rawa Banjiran - OKI Berkat 0,31 0,010 0,0036 Perikanan Budidaya 5. Budidaya Air Payau
25 Indeks Kemiskinan No Tipologi/Lokasi Desa P 0 P 1 P 2 - Gresik Pangkah Wetan 0,08 0,006 0,0012 IV. - Pangkep Talaka 0,158 0,013 0, Budidaya air Tawar - Cianjur Cikidangbayabang 0,08 0,013 0, Subang Sumur Gintung 0,03 0,004 0, Budidaya Laut - Klungkung Batu Nunggul - 0,026 0,0256 Produk Kelautan 8. Tambak Garam - Sumenep Pinggir Papas 0,25 0,006 0, Jeneponto Pallenggu 0,03 0,010 0,0042 Sumber : Data Primer Diolah,
26 C. Kondisi Kemiskinan Berdasarkan Garis Batas Kemiskinan Absolute menurut Bank Dunia Tabel 4.8. Kondisi Kemisikinan Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Pada Berbagai Tipologi Berdasarkan Garis Batas Kemiskinan Absolut Menurut Bank Dunia, 2012 No Tipologi/Lokasi Pendapatan (Rp/Kapita/Hari) I. Perikanan Tangkap Laut 1. Pelagis Besar - Kota Bitung Pelagis Kecil Demersal - Kota Sibolga Kabupaten Sambas Kabupaten Cirebon Kabupaten Sampang Rata-Rata II. Perikanan Tangkap Perairan Umum 3. Waduk (Kabupaten Purwakarta) Sungai dan Rawa Banjiran Rata-Rata III.. Perikanan Budidaya 5. Budidaya Air Payau - Kabupaten Gresik Kabupaten Pangkep Rata-Rata Budidaya air Tawar - Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang Rata-Rata Budidaya Laut - Kabupaten Klungkung IV. Produk Kelautan 8. Tambak Garam - Kabupaten Sumenep Kabupaten Jeneponto Rata-Rata Keterangan : * data masih dalam proses pengolahan Sumber : Data Primer Diolah,
27 4.2. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Tabel 4.9. Kategori Wilayah yang Rentan Terhadap Kerawanan Pangan Pada Berbagai Lokasi Penelitian Panelkanas Berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit No Tipologi Provinsi Kota/Kabupaten Kategori I. Perikanan Tangkap Laut II. III. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Perikanan Budidaya a. Sumatera Utara b. Kalimantan Barat c. Sulawesi Utara d. Jawa Barat e. Jawa Timur a. Sumatera Selatan b. Jawa Barat a. Jawa Barat b. Jawa Timur c. Sulawesi Selatan d. Bali a. Jawa Timur b. Sulawesi Selatan a. Sibolga* b. Sambas c. Bitung* d. Cirebon e. Sampang a. OKI b. Purwakarta a. - Cianjur - Subang b. Gresik c. Pangkep d. Klungkung a. Sumenep b. Jeneponto a. No data b. Prioritas 2 c. No data d. Prioritas 5 e. Prioritas 1 a. Prioritas 4 b. Prioritas 6 a. - Prioritas 5 - Prioritas 6 b. Prioritas 6 c. Prioritas 6 d. Prioritas 6 a. Prioritas 2 b. Prioritas 4 IV. Produk Kelautan Keterangan : * = Daerah Perkotaan tidak ada data Sumber : Dewan Ketahanan Pangan, World Food Programme,
28 A. Ketersediaan Pangan Tabel Ketersediaan Bahan Pangan Beras dan Ikan Pada Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Tipologi, 2012 No Tipologi/Lokasi Beras Ikan (Kg/Kapita/Bulan) (Kg/Kapita/Bulan) I. Perikanan Tangkap Laut 1. Pelagis Besar (Kota Bitung) 10,48 5,76 II. III.. 2. Pelagis Kecil Demersal - Kota Sibolga 7,19 7,23 - Kabupaten Sambas 4,5 3,8 - Kabupaten Cirebon 8,38 2,61 - Kabupaten Sampang 9,73 3,98 Rata-Rata 8,43 4,61 Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan 3. Waduk (Kabupaten Purwakarta) 12,8 3,9 4. Sungai dan Rawa Banjiran (Kabupaten OKI) 8,14 3,28 Rata-Rata 10,47 3,59 Perikanan Budidaya 5. Budidaya Air Payau - Gresik 8,35 2,70 -Pangkep 8,5 4,5 17
29 No IV. Beras Ikan Tipologi/Lokasi (Kg/Kapita/Bulan) (Kg/Kapita/Bulan) Rata-Rata 8,43 3,60 6. Budidaya air Tawar - Cianjur 15,5 5,8 - Subang 10,52 2,33 Rata-Rata 13,01 4,07 7. Budidaya Laut - Klungkung 12,64 2,00 Tipologi Produk Kelautan 8. Tambak Garam -Sumenep 9,32 3,79 - Jeneponto 11,50 4,74 Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Rata-Rata 10,41 4,26 18
30 B. Kualitas dan Keamanan Pangan Tabel Rata-Rata Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Tipologi, 2012 No Tipologi/Lokasi Energi (Kkal/ Protein (Gram/ Kapita/Hari) Kapita/Hari) I. Perikanan Tangkap Laut 1. Pelagis Besar (Kota Bitung) Pelagis Kecil Demersal - Kota Sibolga Kabupaten Sambas Kabupaten Cirebon Kabupaten Sampang Rata-Rata II. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan 3. Waduk (Kabupaten Purwakarta) Sungai dan Rawa Banjiran (Kabupaten OKI) Rata-Rata III.. Perikanan Budidaya 5. Budidaya Air Payau - Kabupaten Gresik Kabupaten Pangkep Rata-Rata
31 No Tipologi/Lokasi Energi (Kkal/ Kapita/Hari) Protein (Gram/ Kapita/Hari) 6. Budidaya air Tawar - Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang Rata-Rata Budidaya Laut - Kabupaten Klungkung IV. Tipologi Produk Kelautan 8. Tambak Garam - Kabupaten Sumenep Kabupaten Jeneponto Rata-Rata Sumber : Data Primer Diolah,
Laporan Teknis LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 RISET PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) Tim Peneliti:
Laporan Teknis LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 RISET PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) Tim Peneliti: - Sonny Koeshendrajana - Zahri Nasution - Manadiyanto - Sastrawidjaja - Sapto Adi
Lebih terperinciLAPORAN TEKNIS TA 2014
LAPORAN TEKNIS TA 2014 Penelitian Panel Kelautan dan Perikanan Nasional (Panelkanas) Oleh: Andrian Ramadhan, MT Tenny Apriliani, M.Si Dr. Sonny Koeshendrajana Maulana Firdaus, S.Pi Cornelia Mirwantini
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)
REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR PENELITIAN BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 RINGKASAN PENGENDALIAN HARGA
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
Lebih terperinciBAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN
BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN Faharuddin, M.Si. (Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sumatera Selatan) 8.1. Konsep Dasar Ketahanan Pangan Ketahanan pangan dikonseptualisasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,
Lebih terperinciSeri Data dan Informasi Sosek KP 7
Seri Data dan Informasi Sosek KP 7 Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Pengelolaan Waduk dan Situ Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Asnawi, dkk 1 Seri Data dan Informasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu butir yang tercantum dalam pembangunan milenium (Millenium Development Goals) adalah menurunkan proporsi penduduk miskin dan kelaparan menjadi setengahnya antara tahun
Lebih terperinciJURNAL SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN
ISSN 2088-8449 JURNAL SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN Volume 6 Nomor 2, Desember 2011 Penanggung Jawab : Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Dewan Redaksi : Dr. Sonny
Lebih terperinciPeningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan
Draft Rekomendasi Kebijakan Sasaran: Perikanan Budidaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Seri
Lebih terperinci4. PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL
4. PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL Sasaran Rekomendasi : Kebijakan perikanan tangkap LATAR BELAKANG Tingkat kesejahteraan pelaku usaha kelautan
Lebih terperinciANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)
66 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 66-73 Mewa Ariani et al. ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) Mewa Ariani, H.P.S. Rachman, G.S. Hardono, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang wajib terpenuhi, pemenuhan pangan begitu penting mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 3205011.32 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 Katalog BPS : 3205011.32 No. Publikasi : 32520.1701 Ukuran Buku : 18,2 cm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan ketahanan pangan
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN Satuan Kerja (Satker) : Pusat Penelitian Sosial Perikanan Judul Kegiatan : Panel Kelautan (PANELKANAS) Status : Baru/ Lanjutan *) Pa
LAPORAN AKHIR TAHUN TA. 6 PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian
Lebih terperinciKalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin
418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki dan harus dipenuhi oleh negara maupun masyarakatnya. Menurut Undang Undang nomor 7 tahun 1996 tentang
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR No. 02/06/3505/Th.I, 13 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 RINGKASAN Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2016
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014
No. 05 /1 /13/Th. XVIII / 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2014 adalah 354.738 jiwa. Dibanding Maret
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015
No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun
Lebih terperinciprasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR No. 01/11/Th.I, 21 November 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 RINGKASAN Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2015
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TIMUR
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Penduduk miskin Jawa Timur pada bulan September 2011 sebanyak 5,227 juta (13,85 persen)
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 41/07/76/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 149,76 RIBU JIWA (11,30 PERSEN) Persentase penduduk miskin
Lebih terperinciKalimantan Tengah. Jembatan Kahayan
402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup, sehingga usaha pemenuhan kebutuhan pangan merupakan suatu usaha kemanusiaan yang mendasar
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016
No. 42/7/13/Th. XIX/18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada 2016 adalah 371.555 jiwa. Dibanding (349.529 jiwa) naik sebanyak
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 54/09/61/Th.XVIII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014
No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data cross section yaitu data yang terdiri dari satu objek namun memerlukan sub-objek lainnya
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 SEBANYAK 153,21 RIBU JIWA Persentase penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 42/07/76/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 SEBANYAK 152,73 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017
No. 38/07/13/Th. XX/17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 Garis Kemiskinan (GK) selama - Maret 2017 mengalami peningkatan 3,55 persen, yaitu dari Rp.438.075 per kapita per bulan
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011
No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011 Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2010. Tingkat
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014
No. 40/07/33/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 4,836 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th XI, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.05/01/61/Th.XX, 03 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 37/08/61/Th. XIV, 5 Agustus 2011 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.38/07/61/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk
Lebih terperinciSISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI
SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016
No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 06/01/12/Th. XVIII, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2014 sebanyak 1.360.600
Lebih terperinciKEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 05/01/12/Th. XIX, 04 Januari 2016 KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September sebanyak 1.508.140 orang (10,79%),
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/10/1204/Th. XIX, 12 Oktober 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Tengah pada Tahun 2015 mencapai
Lebih terperinciKatalog : 3201023 Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog : 3201023 Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2014 POLA PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016
No. 49/07/33/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 4,507JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012
No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015
No. 66/09/33/Th. IX, 15 ember 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 4,577 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-32.11-/217 DS3194-532-4847-285 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2012
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 45/07/35/Th.X,02 Juli 2012 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2012 RINGKASAN Pada bulan Maret 2012, Penduduk miskin Jawa Timur sebanyak 5,071 juta (13,40 persen) atau turun
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 40/7/61/Th. XVII, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciGambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar hasil bumi merupakan hasil pertanian dan perkebunan. Hasil bumi tersebut merupakan salah satu faktor penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki penduduk 230 juta dengan beraneka ragam budaya, sosio-ekonomi dan letak geografis menduduki peringkat 107 dari 177 negara untuk indeks pembangunan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN
05/01/Th.XII, 03 JANUARI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September
Lebih terperinciV. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan
V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun
Lebih terperinciDISTRIBUSI PROVINSI DI INDONESIA MENURUT DERAJAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
DISTRIBUSI PROVINSI DI INDONESIA MENURUT DERAJAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Handewi P.S. Rachman, Mewa Ariani, dan T.B. Purwantini Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014
No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010
No. 27/ 07/91/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 sebanyak 256.840 jiwa (35,71 persen) turun menjadi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015
No.55 /9 /13/Th. XVIII / 15 September 2015 september2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 Garis Kemiskinan (GK) 2015 mengalami peningkatan 5,04 persen, menjadi Rp 384.277,00 perkapita
Lebih terperinciBPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT
BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 01/07/1216/Th. II, 17 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2012 Terdapat sebesar 12.40 persen penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013
No., 05/01/81/Th. XV, 2 Januari 2014 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan
Lebih terperinciPenilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 34/07/33/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL
KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding
Lebih terperinciKEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 40/07/12/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017 PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA MARET 2017 SEBANYAK 1.453.870 ORANG (10,22%) Jumlah penduduk miskin di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.40/07/61/Th.XIX, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XVI, 2 Januari 2013 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT JANUARI 2013 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciDATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014
DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun
Lebih terperinciKEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 05/01/12/Th. XX, 03 Januari 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA SEPTEMBER SEBANYAK 1.452.550 ORANG (10,27%) Jumlah penduduk miskin di
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XVIII, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di
Lebih terperinciII. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu orientasi pembangunan berubah dan berkembang pada setiap urutan waktu yang berbeda. Setelah Perang Dunia Kedua (PDII), pembangunan ditujukan untuk mengejar pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 43/09/61/Th. XIII, 1 September 2010 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk pemenuhan aspirasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. Demikian asasinya pangan bagi kehidupan masyarakat, maka tersedianya harus dapat dijamin
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XV, 2 Januari 2012 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016
No. 01/06/Th. XVII, Juni 2017 PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN BENGKAYANG MENINGKAT Pada bulan Maret 2016, jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 04/09/1204/Th. XII, 30 September 2014 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Tengah pada Tahun 2013 mengalami
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017
No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Perkembangan penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2013 2017 meskipun secara absolut terlihat meningkat,
Lebih terperinciBUTIR KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG AKSES PANGAN
BUTIR KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG AKSES PANGAN oleh: Ir. Hasanuddin Rumra, M.Si. Kepala Bidang Akses Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN - KEMENTERIAN PERTANIAN RI A. DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th.XIX, 04 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di
Lebih terperinci