Seri Data dan Informasi Sosek KP 7

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Seri Data dan Informasi Sosek KP 7"

Transkripsi

1 Seri Data dan Informasi Sosek KP 7 Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Pengelolaan Waduk dan Situ Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Asnawi, dkk 1

2 Seri Data dan Informasi Sosek KP 7 Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Pengelolaan Waduk dan Situ Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Nelayan ISBN : Diterbitkan Oleh : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) bekerja sama dengan Indonesian Marine and Fisheries Socio-Economics Research Network (IMFISERN) Penanggung Jawab : Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Penyunting : Hendra Yusran Siry Penulis : Asnawi, Risna Yusuf, Zahri Nasution, Tajerin, Sastrawidjaja, Hendra Yusran Siry, Pujoyuwono M., Baden Mucharam, Tikkyrino Kurniawan, Freshty Yulia Arthatiani, Hertria Maharani Putri Desain Cover : Ari Suswandi Desain/Tata Letak: Irawati Arifa Desfamita Asep Jajang Setiadi Novianty Trisaka Bualangi Santi Astuti ISI DAPAT DIKUTIP DENGAN MENYEBUTKAN SUMBERNYA Publikasi ini dicetak dengan menggunakan Anggaran Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur, kami panjatkan kehadapan Yang Maha Kuasa karena atas perkenan dan ridho-nya Seri Data dan Informasi Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan No 7 ini dapat diselesaikan. Buku data dan informasi ini merupakan kegiatan Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Pengelolaan Waduk dan Situ dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Nelayan yang dibiayai dari APBN tahun Data dan Informasi yang disajikan pada buku ini merupakan data dan informasi yang diteliti, dikaji dan dianalisis dalam kegiatan Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Pengelolaan Waduk dan Situ dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Nelayan selama tahun Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan ini. Terima kasih juga diucapkan kepada berbagai pihak, yang telah banyak membantu kelancaran dalam pengumpulan data lapangan kegiatan penelitian ini. Tim peneliti menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada Penanggung Jawab dan Tim Labdata yang telah menyunting dan menerbitkan buku seri data dan informasi ini. Terima kasih yang sama, kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang turut membantu sehingga terlaksananya kegiatan penelitian ini, serta tersusunnya buku data dan informasi ini. 3

4 Semoga buku data dan informasi ini bermanfaat untuk kegiatan penelitian selanjutnya dan untuk masukan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan. Saran perbaikan yang bersifat positif konstruktif sangat diharapkan. Jakarta, Desember 2011 Tim Peneliti 4

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...3 DAFTAR ISI...5 DAFTAR TABEL...6 DAFTAR GAMBAR...15 PENDAHULUAN...1 METODOLOGI Data Yang Dikumpulkan Teknik Pengumpulan Data, Pengukuran Efektivitas Kelembagaan...5 KONSEP DAN DEFINISI...5 DAFTAR PUSTAKA

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu di, Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 2. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 3. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 4. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 5. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 6. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 7. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 8. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun

7 Tabel 9. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun Tabel 10. Upaya Perbaikan dan Bentuk Penguatan Kapasitas Kelembagaan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Malahayu Berdasarkan Jenis Kelembagaan dan Permasalahannya Tabel 11. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 12. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 13. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 14. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 15. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 16. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk 7

8 Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 17. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 18. Sebaran Kategori Efektivitas Keseluruhan Kelembagaan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 19. Kategori Efektifitas Jenis Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden, Tahun Tabel 20. Upaya Perbaikan dan Bentuk Penguatan Kapasitas Kelembagaan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Jatiluhur Berdasarkan Jenis Kelembagaan dan Permasalahannya Tabel 21. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 22. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 23. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun

9 Tabel 24. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 25. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 26. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 27. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 28. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 29. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun Tabel 30. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 31. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun

10 Tabel 32. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 33. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 34. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 35. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 36. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 37. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 38. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun Tabel 39. Perubahan Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun

11 Tabel 40. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Pengutan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 41. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 42. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 43. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 44. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 45. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 46. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun

12 Tabel 47. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun Tabel 48. Perubahan Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 49. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Pengutan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 50. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 51. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 52. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 53. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur di, Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun

13 Tabel 54. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 55. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan elapengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 56. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun Tabel 57. Komparasi dan Perubahan Efektivitas Keseluruhan Kelembagaan Eksisting Antara Waduk Malahayu dan Waduk Jatiluhur, Tabel 58. Rata-rata Skor dan Kategori Modal Sosial Nelayan di Periaran Waduk Malahayu, untuk Masing-masing dan Keseluruhan Indikator, Tabel 59. Hasil Pengujian Korelasi antara Peubah Bebas Indikator-Indikator Modal Sosial dengan Peubah Terikat Efektivitas Kelambagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu Tabel 63. Topik dan Hasil Kesepakatan FGD Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Tabel 64. Topik dan Hasil Kesepakatan FGD Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Tabel 65. Rata-rata Biaya, Penerimaan, Produktivitas dan Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan di Perairan Waduk Malahayu, Jawa Tengah selama Setahun (2011)

14 Table 66. Rata-rata Biaya, Penerimaan, Produktivitas dan Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan di Perairan Waduk Jatiluhur, Jawa Barat selama Setahun (2011)

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proporsi Sebaran Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu di Kabupaten Brebes, Tahun Gambar 2. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 3. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 4. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 5. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 6. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 7. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 8. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun

16 Gambar 9. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Tahun Gambar 10. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 11. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 12. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur,di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 13. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 14. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 15. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 16. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 17. Peta Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Wonogiri.. 36 Gambar 18. Gambar Papan Perda No. 9 tahun

17 Gambar 19. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Tahun Gambar 20. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 21. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur,di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 22. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 23. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 24. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur,di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 25. Kondisi Kelembagaan pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 26. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun

18 Gambar 27. Proporsi Sebaran Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Tahun Gambar 28. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 29. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 30. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 31. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 32. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 33. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Gambar 34. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun

19 Gambar 35. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Gambar 36. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Gambar 37. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Gambar 38. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Konservasi dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Gambar 39. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Gambar 40. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Gambar 41. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Gambar 42. Komparasi Keseluruhan Kelembagaan Eksisting dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Gambar 43. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan

20 Gambar 44. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 45. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan Gambar 46. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Konservasi Perikanan dari Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan Gambar 47. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 48. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan Gambar 49. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah di lakukan Penguatan Gambar 50. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Tahun Gambar 51. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 52. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 53. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 54. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Konserv. asi Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 55. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan

21 Gambar 56. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 57. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 58. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Gambar 59. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta Tahun Gambar 60. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan Usaha, Gambar 61. Masyarakat Nelayan di Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes Terhadap Aspek Pemahaman dan Aspek Manfaat dari Materi Pengembangan Organsiasi dan Usaha dalam Rangka Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, Gambar 62. Respon Pelaku Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Terhadap Materi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Perbenihan di Sekitar Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes Gambar 63. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan Usaha, Gambar 64. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Aspek Pemahaman dan Aspek Manfaat dari 21

22 Materi Pengembangan Organsiasi dan Usaha dalam Rangka Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, Gambar 65. Respon Pelaku Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Terhadap Materi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Perbenihan di Sekitar Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes Gambar 66. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan Usaha, Gambar 67. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan Usaha, Gambar 68. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan usaha, Gambar 69. Esensi Organisasi Ekonomi Nelayan Gambar 70. Rancang Bangun Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Waduk dan Situ dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Nelayan

23 PENDAHULUAN Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan perairan umum seyogyanya berdasarkan atas prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Secara mendasar arti dari pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi kebutuhannya (WCED, 1988). Dalam prinsip ini, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan perairan umum harus mempertimbangkan beberapa aspek penting; yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Dari aspek ekologi, pemanfaatannya harus menggunakan teknologi yang bersifat ramah lingkungan, sementara dari aspek ekonomi, pemanfaatan sumberdaya perikanan tersebut menghasilkan nilai ekonomi terhadap pengguna; misalnya sumber penghasilan. Kemudian, dari aspek sosial, pemanfaatan dan pengelolaan yang dilakukan terhadap sumberdaya perikanan perairan umum tersebut dapat diterima masyarakat yang berkepentingan (pemangku kepentingan; stakeholders). Ketiga aspek yang dikemukakan diatas terbentuk dalam suatu kerangka peraturan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan perairan umum yaitu dalam suatu kelembagaan. Di lain pihak, pengembangan produksi perikanan perairan umum tidak akan optimal jika tidak terintegrasi dengan pengembangan pemasaran, lingkungan, kelembagaan. Hal ini berkaitan dengan pendekatan rasionalitas eko-sosial yang berkeyakinan bahwa segala permasalahan lingkungan hidup berakar pada masalah sosial. Kemudian, secara garis besar masalah-masalah 1

24 sosial itu bersifat kelembagaan, ideologis, psikologis dan budaya (Little, 2000). Beberapa perairan umum waduk dan situ ini telah melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan dengan sistem restocking atau penebaran kembali ikan, khususnya masyarakat nelayan yang melaksanakan usaha penangkapan ikan di perairan umum tersebut (BBRSEKP, 2010). Penebaran ikan tersebut, tidak saja dilaksanakan oleh masyarakat nelayan, tetapi juga dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penebaran tersebut dilakukan hampir setiap tahun dan telah berlangsung lama beberapa dekade terakhir ini. Terkait dengan penebaran kembali ikan (restocking) yang diadakan oleh berbagai pihak, maka seyogyanya dibentuk kelembagaan yang melaksanakan pengelolaan terhadap sumberdaya perikanan yang ada di perairan umum waduk atau situ tersebut (Purnomo et al., 2008). Dengan demikian, tujuan akhir yang ingin dicapai dalam program dan atau kegiatan penebaran kembali ikan (restocking) pada suatu perairan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar perairan yang dikelola melalui peningkatan produktivitas pemanfaatan sumberdaya perikanan (DJPB, 2003). Secara sosial ekonomi, kegiatan penebaran kembali ikan ke dalam peraian waduk harus dapat memberikan manfaat kepada masyarakat nelayan, dan hal ini dapat dicapai jika kelembagaan nelayan yang ada dan terbentuk telah melembaga pada masyarakat nelayan tersebut. Sejauhmana inovasi kelembagaan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat dan pengelola sumberdaya perikanan di suatu perairan waduk dan situ akan sangat tergantung dengan efektitivitas inovasi tersebut dalam penerapannya. Disamping itu, karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat juga merupakan 2

25 aspek yang berpengaruh dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan umum waduk dan situ (Kartamihardja et al., 2008). Untuk itu perlu diteliti kondisi yang terkait dengan efektivitas inovasi kelembagaan melalui penguatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan teknologi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Keseluruhan aktivitas kegiatan penelitian akan dilakukan dalam rentang waktu mulai dari Januari sampai dengan Desember Lokasi kegiatan penelitian adalah sentra kegiatan perikanan perairan umum di perairan waduk dan situ pada beberapa provinsi terpilih yang dominan memiliki sumberdaya dan usaha perikanan perairan umum waduk dan situ. Lokasi tersebut adalah Waduk Malahayu- Jawa Tengah; Waduk Jatiluhur- Jawa Barat; Waduk Gajah Mungkur Jawa Tengah; dan Situ Panjalu-Jawa Barat. Waduk Malahayu dan Waduk Jatiluhur dijadikan lokasi utama penelitian (mendapatkan tahapan penelitian secara lengkap) sedangkan Waduk Gajah Mungkur dan Situ Panjalu dalam penelitian ini merupakan lokasi pendukung yang hanya mendapatkan perlakuan survei kondisi awal (Baseline Survey). Wilayah Provinsi Jawa Barat juga digunakan sebagai lokasi untuk kegiatan studi literatur dan atau konsultasi, koordinasi, dan konsinyasi kegiatan penelitian. 2.2 Data Yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan pada kegiatan penelitian ini berupa data sekunder maupun data primer. Data sekunder yang dapat dikumpulkan antara lain berupa laporan hasil penelitian dan atau kajian yang terkait 3

26 dengan berbagai aspek sosial ekonomi dan kelembagaan pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan di perairan umum waduk dan situ. Data primer yang dikumpulkan disesuaikan dengan fokus kajian dan tujuan penelitian yaitu: 1. Data kelembagaan eksisting pengelolaan waduk dan situ dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat nelayan dan masyarakat pemanfaat lainnya. 2. Data karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat terkait dengan kelembagaan eksisting pengelolaan waduk dan situ. 3. Data respon masyarakat nelayan dan pemanfaat sumberdaya lainnya terhadap inovasi kelembagaan melalui penerapan teknologi pengelolaan waduk dan situ yang berkelanjutan. 4. Data efektifitas implementasi inovasi kelembagaan melalui penerapan teknologi pengelolaan sumberdaya perikanan (restoking, pembatasan mata jaring, pembatasan musim penangkapan, dan pembatasan areal penangkapan) berdasarkan indikator: (a) Prinsip batas; (b) distribusi manfaat; (c) pengaturan pilihan-kolektif; (d) kegiatan yang bersifat memonitor; (e) pemberian sanksi; (f) mekanisme penyelesaian konflik; dan (g) pengorganisasian hak kepemilikan. 5. Data penguatan kelembagaan yang disampaikan pada pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan dan perairan, terutama nelayan dalam kerangka pengembangan model inovasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan. 6. Data prakiraan dampak inovasi kelembagaan melalui penerapan teknologi terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat sumberdaya perairan dan perikanan. 4

27 2.3 Teknik Pengumpulan Data, Pengukuran Efektivitas Kelembagaan Teknik Pengumpulan Data Data sekunder dikumpulkan dengan cara mempelajari terhadap bahan pustaka atau laporan penelitian yang terkait dengan fokus penelitian (studi literatur). Di lain pihak, data primer akan dikumpulkan melalui survei terstruktur menggunakan panduan kuesioner dan FGD (Focus Group Discussion). KONSEP DAN DEFINISI Kelembagaaan merupakan himpunan norma-norma pada segala tingkatan yang berkisar dari suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat dalam suatu wadah organisasi tertenu. Definisi lain juga dikemukakan oleh North (1991) bahwa kelembagaan adalah aturan main dalam suatu masyarakat. Kelembagaan juga adalah seperangkat aturan suatu masyarakat atau organisasi yang berperan untuk meumudahkan koordinasi antar orang-orang untuk memperoleh harapan mereka masingmasing serta layak dari suatu kegiatan tertentu. Prinsip-prinsip dalam kelembagaan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya tersebut adalah sebagai berikut; (1) Prinsip batas yang dapat ditentukan dengan jelas untuk dapat menentukan kepemilikan seseorang atau rumah tangga terhadap sumberdaya tersebut; (2) Distribusi manfaat dari aturan yang tepatguna proporsional dengan pembiayaannya; kemudian aturan yang tepatguna juga terkait dengan waktu, tempat, teknologi, dan kuantitas unit sumberdaya terkait dengan kondisi lokal; 5

28 (3) Pengaturan pilihan-kolektif, yaitu hampir semua individu dipengaruhi oleh aturan operasional yang dapat merubah partisipasinya dalam pelaksanaan pengaturan; (4) Adanya kegiatan yang bersifat memonitor kondisi sumberdaya dan perilaku penggunanya yang akuntabel; (5). Pemberian sanksi kepada pengguna yang melanggar aturan yang diterapkan sesuai dengan tingkatan kesalahan dan konsteks kejadian pengguna tersebut dari petugas yang akuntabel atau dari pengguna lainnya atau keduanya. (6) Ada mekanisme penyelesaian konflik diantara pengguna dan antara pengguna dan petugas yang dapat diakses secara cepat, biaya rendah dan tersedia secara lokal; (7) Ada pengorganisasian hak kepemilikan yang diakui bagi para pengguna atau kelembagaannya yang tidak dapat dikuasai atau dicampurtangani oleh pemerintah. 6

29 Tabel 1. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu di, Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,00 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 2. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,00 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 40,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 3. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,00 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) % % % 7

30 Tabel 4. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,33 Cukup efektif ,67 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 5. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,67 Cukup efektif ,33 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 6. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,00 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) 8

31 KELEMBAGAAN Tabel 7. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif ,67 Kurang efektif ,33 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 8. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,33 Cukup efektif ,67 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total ,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Monev Pemasaran Pengawasan Konservasi Penyuluhan Saprokan Pelaku Utama 0% 20% 40% 60% 80% 100% Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Gambar 1. Proporsi Sebaran Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu di Kabupaten Brebes, Tahun

32 Tabel 9. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun 2011 DIMENSI ATURAN MAIN PELAKU UTAMA KATEGORISASI DAN SKOR KELEMBAGAAN SAPROKAN PENYULUHAN KONSERVASI PENGAWASAN PEMASARAN MONEV. Prinsip Batas Distribusi Manfaat 3. Pilihan Kolektif Kegiatan Memonitor. Pemberian Sanksi. Penyelesaian Konflik. Hak Kepemilikan Sedang Lemah Sedang Kuat Kuat Sedang Sangat lemah 2,24 1,35 3,00 3,24 3,51 0,56 0,26 Sedang Lemah Kuat Kuat Kuat Lemah Sedang 2,53 1,67 3,33 3,17 3,08 1,49 2,06 Sedang Lemah Kuat Sangat kuat Sedang Lemah Sedang 2,57 1,80 3,22 4,28 2,33 1,78 1,35 Lemah Sangat lemah Sangat lemah Lemah Lemah Lemah Lemah 1,67 0,22 0,89 1,61 1,33 1,06 1,09 Lemah Sangat lemah Lemah Sedang Sedang Sangat lemah Sangat lemah 1,80 0,10 1,78 2,53 2,40 0,53 0,78 Sedang Sedang Sangat lemah Sedang Sedang Lemah Lemah 2,73 0,87 0,55 2,40 2,10 1,60 1,55 Lemah Sangat lemah Sedang Sangat lemah Lemah Sangat lemah Lemah 1,78 1,00 2,38 0,80 1,60 0,47 1,41 Sedang Sangat Lemah Sedang Sedang Sedang Lemah Lemah Rataan per Kelembagaan 17,37 6,80 10,17 20,83 24,73 7,97 12,80 Sumber: Data Primer Diolah (2011) 10

33 Gambar 2. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Gambar 3. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Sumber: Data Primer Diolah,

34 Gambar 4. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Gambar 5. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Sumber: Data Primer Diolah,

35 Gambar 6. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 7. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Sumber: Data Primer Diolah,

36 Gambar 8. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Sumber: Data Primer Diolah,

37 Tabel 10. Upaya Perbaikan dan Bentuk Penguatan Kapasitas Kelembagaan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Malahayu Berdasarkan Jenis Kelembagaan dan Permasalahannya. No LEMBAGA/INSTITUSI 1 Kelompok Nelayan KELEMBAGAAN (FUNGSI) Pelaku Utama PERMASALAHAN ALTERNATIF SOLUSI DALAM DIMENSI ATURAN MAIN Upaya Perbaikan Bentuk Penguatan Kapasitas - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal Pelatihan dan Pendampingan - Pengadaan fasilitas untuk petugas - Pembuatan sanksi untuk petugas - Penyusunan petugas formal - Pemberian sanksi - pembuatan aturan yang tegas - konsistensi penegakan sanksi - kejelasan sanksi dan peraturan - peradilan yang terbuka dan transparan - adanya petugas penangkap/semacam polisi air peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok nelayan dengan memprioritaskan upayaupaya perbaikan dalam kegiatan memonitor, pemberian sanksi dan hak kepemilikan - Hak Kepemilikan - pemetaan kepemilikan - legalitas kepemilikan - kejelasan kepemilikan - hukuman untuk pelanggar kepemilikan - peradilan atas hak kepemilikan Pengawasan - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal Pelatihan dan Pendampingan - Pengadaan fasilitas untuk petugas peningkatan kapasitas kelembagaan - Pembuatan sanksi untuk petugas - Penyusunan petugas formal - Pemberian insentif pengawasan dengan memprioritaskan upaya-upaya perbaikan dalam kegiatan memonitor dan hak kepemilikan

38 Lanjutan Tabel 10. (1) No LEMBAGA/INSTIT USI 1 Kelompok Nelayan KELEMBAGAA N (FUNGSI) Pengawasan PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN - Hak Kepemilikan Upaya Perbaikan - pemetaan kepemilikan - legalitas kepemilikan - kejelasan kepemilikan - hukuman untuk pelanggar kepemilikan - peradilan atas hak kepemilikan - Pemberian insentif ALTERNATIF SOLUSI Bentuk Penguatan Kapasitas Konservasi - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal Pelatihan dan Pendampingan - Pengadaan fasilitas untuk petugas - Pembuatan sanksi untuk petugas peningkatan kapasitas kelembagaan konservasi dengan memprioritaskan - Penyusunan petugas formal upaya-upaya perbaikan dalam - Pemberian insentif kegiatan memonitor dan hak kepemilikan - Hak Kepemilikan - pemetaan kepemilikan - legalitas kepemilikan - kejelasan kepemilikan - hukuman untuk pelanggar kepemilikan - peradilan atas hak kepemilikan - Pemberian insentif 2 Penyuluh Penyuluhan - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal Penyampaian rekomendasi kepada - Pengadaan fasilitas untuk petugas pihak Dinas Kelautan dan Perikanan - Pembuatan sanksi untuk petugas sebagai institusi yang bertanggung

39 Lanjutan Tabel 10 (2) No LEMBAGA/IN KELEMBAGAAN (FUNGSI) PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN ALTERNATIF SOLUSI STITUSI UPAYA PERBAIKAN BENTUK PENGUATAN KAPASITAS 2 Penyuluh Penyuluhan - Kegiatan memonitor - Penyusunan petugas formal jawab atas kegiatan penyuluhan - Pemberian sanksi - Pemberian insentif - pembuatan aturan yang tegas - konsistensi penegakan sanksi - kejelasan sanksi dan peraturan - peradilan yang terbuka dan transparan - adanya petugas penangkap/ semacam polisi air untuk melakukan penguatan kapasitas kelembagaan penyuluhan dengan memprioritaskan upaya-upaya perbaikan kegiatan memonitor, pemberian sanksi dan penyelesaian konflik. - Penyelesaian Konflik - adanya peraturan - mengefektifkan peran pemimpin atau tokoh masyarakat - mekanisme penyelesaian konflik yang jelas dan adil 3 Dinas KP Monev - Prinsip Batas - Pemberian sanksi - Pemetaan Kewenangan dan Tupoksi yang jelas Penyampaian rekomendasi - Koordinasi antar Instansi yang efektif kepada pihak Dinas Kelautan dan - Koordinasi antara pemerintah dan swasta yang Perikanan sebagai institusi yang efektif bertanggung jawab atas kegiatan - Koordinasi antara pemerintah dan Nelayan monitoring dan evaluasi yang efektif pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Malahayu untuk - Dukungan anggaran yang jelas dan memadai melakukan penguatan kapasitas kelembagaan monitoring dan - mengawasi pembuatan aturan yang tegas - mengawasi konsistensi penegakan sanksi evaluasi dengan memprioritaskan upaya-upaya perbaikan prinsip

40 Lanjutan Tabel 10 (3) NO LEMBAGA/INSTITUS I KELEMBAGA AN (FUNGSI) 3 Dinas KP Monev PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN - Pemberian sanksi UPAYA PERBAIKAN ALTERNATIF SOLUSI - kejelasan sanksi dan peraturan dari instansi diatasnya - mengadakan peradilan yang terbuka dan transparan BENTUK PENGUATAN KAPASITAS - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal - Pengadaan fasilitas untuk petugas - Pembuatan sanksi untuk petugas - Penyusunan petugas formal - mengawasi Pemberian insentif - Penyelesaian Konflik - mengawasi penerapan peraturan - mengawasi efektifitas peran pemimpin atau tokoh masyarakat - mengawasi mekanisme penyelesaian konflik yang jelas dan adil - mengawasi Pemberian insentif - Hak Kepemilikan - mengawasi pemetaan kepemilikan - mengawasi legalitas kepemilikan - mengawasi kejelasan kepemilikan - mengawasi hukuman untuk pelanggar kepemilikan - mengawasi peradilan atas hak kepemilikan - mengawasi Pemberian insentif

41 Lanjutan Tabel 10 (4) No LEMBAGA/INSTIT USI KELEMBAGA AN (FUNGSI) PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN Upaya Perbaikan ALTERNATIF SOLUSI Bentuk Penguatan Kapasitas 4 Penyedia Input dan Pemasar Output Sarana Produktif Perikanan Pemasaran - Kegiatan memonitor - Meningkatkan peran penyedia saprokan - Pemberian sanksi - Meningkatkan komitemen penyedia saprokan - Hak Kepemilikan - Distribusi Manfaat - Meningkatkan peran pemasar hasil/bakul - Pilihan Kolektif - Meningkatkan komitemen pemasar hasil/bakul - Kegiatan Memonitor - Pemberian Sanksi Menginisiasi pembentukan lembaga koperasi nelayan yang bergerak dalam penyediaan saprokan dan pemasaran hasil perikanan serta permodalan usaha perikanan. - Penyelesaian Konflik - Hak Kepemilikan Sumber: Diolah Berdasarkan Data dan Informasi dari Tabel 9.

42 Tabel 11. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,67 Cukup efektif ,00 Efektif ,33 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) % Tabel 12. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) % Tabel 13. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif ,33 Kurang efektif ,67 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) %

43 Tabel 14. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,00 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) % Tabel 15. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif ,67 Kurang efektif ,67 Cukup efektif ,33 Efektif ,33 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) % Tabel 16. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,67 Cukup efektif ,67 Efektif ,00 Sangat Efektif ,67 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) %

44 KELEMBAGAAN Tabel 17. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif ,00 Kurang efektif ,00 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total 30,00 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 18. Sebaran Kategori Efektivitas Keseluruhan Kelembagaan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif ,67 Kurang efektif ,33 Cukup efektif ,00 Efektif ,00 Sangat Efektif ,00 Total ,00 Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Monev Pengawasan Penyuluhan Pelaku Utama 0% 50% 100% Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Gambar 9. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Tahun Sumber: Data primer yang diolah, 2011

45 Tabel 19. Kategori Efektifitas Jenis Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Menurut Persepsi Responden, Tahun 2011 DIMENSI ATURAN MAIN KATEGORISASI DAN SKOR KELEMBAGAAN Pelaku Utama Saprokan Penyuluhan Konservasi Pengawasan Pemasaran Monev 1. Prinsip Batas Lemah Sedang Sedang Sangat Lemah Lemah Sedang Sangat Lemah Distribusi Manfaat Sedang Sedang Lemah Sangat Lemah Lemah Kuat Sangat Lemah Sangat 3. Pilihan Kolektif Lemah Kuat Lemah Sangat Lemah Lemah Sangat Kuat Lemah Sangat 4. Kegiatan Memonitor Sedang Kuat Lemah Sangat Lemah Lemah Kuat Lemah Sangat 5. Pemberian Sanksi Lemah Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Kuat Lemah Lemah Sangat 6. Penyelesaian Konflik Lemah Sangat Lemah Lemah Sangat Lemah Sedang Lemah Lemah Sangat 7. Hak Kepemilikan Sedang Sangat Lemah Lemah Sangat Lemah Lemah Lemah Lemah Sumber: Data Primer Diolah, (2011)

46 PELAKU UTAMA Pengorganisasian hak Mekanisme penyelesaian Pemberian sanksi Kegiatan monitoring Pengaturan pilihan-kolektif Distribusi manfaat Prinsip batas Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat Gambar 10. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 SAPROKAN Pengorganisasian hak Mekanisme penyelesaian konflik Pemberian sanksi Kegiatan monitoring Pengaturan pilihan-kolektif Distribusi manfaat Prinsip batas Sangat emah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat Gambar 11. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

47 PEMBINAAN & PENYULUHAN Pengorganisasian hak Mekanisme penyelesaian konflik Pemberian sanksi Kegiatan monitoring Pengaturan pilihan-kolektif Distribusi manfaat Prinsip batas Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat Gambar 12. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur,di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 KONSERVASI Pengorganisasian hak Mekanisme penyelesaian konflik Pemberian sanksi Kegiatan monitoring Pengaturan pilihan-kolektif Distribusi manfaat Prinsip batas Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat Gambar 13. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

48 PENGAWAS Pengorganisasian hak Mekanisme penyelesaian konflik Pemberian sanksi Kegiatan monitoring Pengaturan pilihan-kolektif Distribusi manfaat Prinsip batas Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat Gambar 14. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 PEMASARAN Pengorganisasian hak Mekanisme penyelesaian konflik Pemberian sanksi Kegiatan monitoring Pengaturan pilihan-kolektif Distribusi manfaat Prinsip batas Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat Gambar 15. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

49 MONEV Pengorganisasian hak Mekanisme penyelesaian konflik Pemberian sanksi Kegiatan monitoring Pengaturan pilihan-kolektif Distribusi manfaat Prinsip batas Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat Gambar 16. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

50 Tabel 20. Upaya Perbaikan dan Bentuk Penguatan Kapasitas Kelembagaan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Jatiluhur Berdasarkan Jenis Kelembagaan dan Permasalahannya. No LEMBAGA/INSTITUSI PERMASALAHAN ALTERNATIF SOLUSI KELEMBAGAAN DALAM DIMENSI BENTUK PENGUATAN (FUNGSI) UPAYA PERBAIKAN ATURAN MAIN KAPASITAS 1 Kelompok Nelayan Pelaku Utama - Prinsip batas - Pemetaan Kewenangan dan Tupoksi yang jelas Pelatihan dan Pendampingan - Pemetaan daerah yang Jelas peningkatan kapasitas - Peraturan penangkapan yang jelas kelembagaan kelompok - Hukum penangkapan yang jelas nelayan dengan - Pilihan kolektif - Pembuatan aturan yang tegas - Kejelasan sanksi dan peraturan - Peradilan yang terbuka dan transparan - Adanya pengawasan bersama terhadap peraturan - Membiasakan musyawarah untuk mufakat - Pemberian sanksi - Pembuatan aturan yang tegas - Konsistensi penegakan sanksi - Kejelasan sanksi dan peraturan - Peradilan yang terbuka dan transparan memprioritaskan upayaupaya perbaikan dalam prinsip batas, pilihan kolektif, pemberian sanksi dan penyelesaian konflik - Penyelesaian konflik - Adanya peraturan dan hukum yang jelas - Mengefektifkan peran pemimpin atau tokoh masyarakat - Mekanisme penyelesaian konflik yang jelas dan adil - Peradilan yang terbuka dan transparan jika diperlukan

51 Lanjutan Tabel 20 (1) No LEMBAGA/INSTITUSI PERMASALAHAN ALTERNATIF SOLUSI KELEMBAGAAN DALAM DIMENSI (FUNGSI) BENTUK PENGUATAN ATURAN MAIN UPAYA PERBAIKAN KAPASITAS 1 Kelompok Nelayan Pengawasan - Prinsip batas - Pemetaan Kewenangan dan Tupoksi yang jelas Pelatihan dan Pendampingan - Pemetaan daerah yang Jelas peningkatan kapasitas - Peraturan penangkapan yang jelas kelembagaan pengawasan - Hukum penangkapan yang jelas dengan memprioritaskan - Distribusi manfaat - Adanya petugas penangkap/ semacam polisi air - Pemetaan areal penangkapan yang jelas - Pemetaan daerah konservasi yang jelas - Peraturan penangkapan yang jelas - Hukum penangkapan yang jelas - Adanya petugas penangkap/ semacam polisi air - Pengaturan yang jelas antar perikanan dan kebutuhan lainnya - Pilihan kolektif - Mengawasi pembuatan aturan yang tegas - Mengawasi kejelasan sanksi dan peraturan - Mengawasi peradilan yang terbuka dan transparan - Adanya pengawasan bersama terhadap peraturan - Mengawasi jalannya musyawarah untuk mufakat upaya-upaya perbaikan dalam kegiatan memonitor dan hak kepemilikan serta menekankan kepada prinsip batas, distribusi manfaat, dan pilihan kolektif - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal - Pengadaan fasilitas untuk petugas - Pembuatan sanksi untuk petugas

52 Lanjutan Tabel 20 (2) No LEMBAGA/INSTITUSI KELEMBAGAAN (FUNGSI) PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN 1 Kelompok Nelayan Pengawasan - Kegiatan memonitor - Hak Kepemilikan UPAYA PERBAIKAN - Penyusunan petugas formal - Pemberian insentif ALTERNATIF SOLUSI - pemetaan kepemilikan - legalitas kepemilikan - kejelasan kepemilikan - hukuman untuk pelanggar kepemilikan - peradilan atas hak kepemilikan - Pemberian insentif BENTUK PENGUATAN KAPASITAS Konservasi - Prinsip batas - Pemetaan Kewenangan dan Tupoksi yang jelas Pelatihan dan Pendampingan - Pemetaan daerah Konservasi yang Jelas peningkatan kapasitas - Peraturan penangkapan yang jelas kelembagaan konservasi - Hukum penangkapan yang jelas dengan memprioritaskan - Adanya petugas penangkap/ semacam polisi air upaya-upaya perbaikan dalam - Peradilan yang terbuka dan transparan kegiatan memonitor dan hak kepemilikan serta menekankan kepada prinsip - Distribusi - Pemetaan daerah konservasi yang jelas batas, distribusi manfaat, manfaat - Peraturan penangkapan yang jelas pilihan kolektif, dan - Hukum penangkapan yang jelas pemberian sanksi - Adanya petugas penangkap/ semacam polisi air - Pengaturan yang jelas antar perikanan dan kebutuhan lainnya

53 Lanjutan Tabel 20 (3) No LEMBAGA/INSTITUSI KELEMBAGAAN (FUNGSI) PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN 1 Kelompok Nelayan Konservasi - Distribusi manfaat UPAYA PERBAIKAN - Menjaga bersama waduk dari limbah ALTERNATIF SOLUSI BENTUK PENGUATAN KAPASITAS - Pilihan kolektif - Pembuatan aturan yang tegas - Kejelasan sanksi dan peraturan - Peradilan yang terbuka dan transparan - Adanya pengawasan bersama terhadap peraturan - Membiasakan musyawarah untuk mufakat - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal - Pengadaan fasilitas untuk petugas - Pembuatan sanksi untuk petugas - Penyusunan petugas formal - Pemberian insentif - Pemberian sanksi - Penyelesaian konflik - Pembuatan aturan yang tegas - Konsistensi penegakan sanksi - Kejelasan sanksi dan peraturan - Peradilan yang terbuka dan transparan - Adanya peraturan dan hukum yang jelas - Mengefektifkan peran pemimpin atau tokoh masyarakat - Mekanisme penyelesaian konflik yang jelas dan adil

54 Lanjutan Tabel 20 (4) No LEMBAGA/INSTITUSI KELEMBAGAAN (FUNGSI) PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN UPAYA PERBAIKAN ALTERNATIF SOLUSI 1 Kelompok Nelayan Konservasi - Penyelesaian konflik - Peradilan yang terbuka dan transparan jika diperlukan BENTUK PENGUATAN KAPASITAS - Hak Kepemilikan - Pemetaan kepemilikan - Legalitas kepemilikan - Kejelasan kepemilikan - Hukuman untuk pelanggar kepemilikan - Peradilan atas hak kepemilikan - Pemberian insentif 2 Penyuluh Penyuluhan - Distribusi manfaat - Pemetaan daerah konservasi yang jelas Penyampaian rekomendasi kepada pihak Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai institusi yang bertanggung jawab atas kegiatan penyuluhan untuk melakukan - Peraturan penangkapan yang jelas - Hukum penangkapan yang jelas - Adanya petugas penangkap/ semacam polisi air - Pengaturan yang jelas antar perikanan dan kebutuhan lainnya - Menjaga bersama waduk dari limbah - Pilihan kolektif - Pembuatan aturan yang tegas - Kejelasan sanksi dan peraturan - Peradilan yang terbuka dan transparan - Adanya pengawasan bersama terhadap peraturan - Membiasakan musyawarah untuk mufakat penguatan kapasitas kelembagaan penyuluhan dengan memprioritaskan upayaupaya perbaikan kegiatan kegiatan memonitor dan hak kepemilikan serta menekankan kepada prinsip batas, distribusi manfaat, pilihan kolektif, dan pemberian sanksi

55 Lanjutan Tabel 20 (5) No LEMBAGA/INSTITUSI KELEMBAGAAN (FUNGSI) PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN UPAYA PERBAIKAN 2 Penyuluh Penyuluhan - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal - Pengadaan fasilitas untuk petugas - Pembuatan sanksi untuk petugas - Penyusunan petugas formal - Pemberian insentif ALTERNATIF SOLUSI BENTUK PENGUATAN KAPASITAS - Pemberian sanksi - Pembuatan aturan yang tegas - Konsistensi penegakan sanksi - Kejelasan sanksi dan peraturan - Peradilan yang terbuka dan transparan - Penyelesaian Konflik - Adanya peraturan - Mengefektifkan peran pemimpin atau tokoh masyarakat - Mekanisme penyelesaian konflik yang jelas dan adil 3 Dinas Kelautan dan Perikanan Monev - Prinsip Batas - Pemetaan Kewenangan dan Tupoksi yang jelas Penyampaian rekomendasi kepada - Koordinasi antar Instansi yang efektif - Koordinasi antara pemerintah dan swasta yang efektif pihak Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai institusi yang bertanggung jawab atas kegiatan monitoring dan - Koordinasi antara pemerintah dan Nelayan yang efektif evaluasi pemanfaatan dan - Dukungan anggaran yang jelas dan memadai pengelolaan Waduk Jatiluhur untuk melakukan penguatan kapasitas kelembagaan monitoring dan evaluasi dengan

56 Lanjutan Tabel 20 (6) No LEMBAGA/INSTITUSI KELEMBAGAAN (FUNGSI) 3 Dinas Kelautan dan Perikanan PERMASALAHAN ALTERNATIF SOLUSI DALAM DIMENSI BENTUK PENGUATAN ATURAN MAIN UPAYA PERBAIKAN KAPASITAS Monev - Distribusi manfaat - Pemetaan areal penangkapan yang jelas memprioritaskan upayaupaya - Pemetaan daerah konservasi yang jelas kegiatan memonitor - Peraturan penangkapan yang jelas dan hak kepemilikan serta - Hukum penangkapan yang jelas menekankan kepada prinsip - Adanya petugas penangkap/ semacam polisi air batas, distribusi manfaat, - Pengaturan yang jelas antar perikanan dan pilihan kolektif, dan kebutuhan lainnya pemberian sanksi - Pilihan kolektif - Pembuatan aturan yang tegas - Kejelasan sanksi dan peraturan - Peradilan yang terbuka dan transparan - Adanya pengawasan bersama terhadap peraturan - Membiasakan musyawarah untuk mufakat - Kegiatan memonitor - Pembuatan Jadwal - Pengadaan fasilitas untuk petugas - Pembuatan sanksi untuk petugas - Penyusunan petugas formal - Mengawasi Pemberian insentif - Pemberian sanksi - Mengawasi pembuatan aturan yang tegas - Mengawasi konsistensi penegakan sanksi - Kejelasan sanksi dan peraturan dari instansi diatasnya - Mengadakan peradilan yang terbuka dan transparan

57 Lanjutan Tabel 20 (7) No LEMBAGA/INSTITUSI KELEMBAGAAN (FUNGSI) 3 Dinas Kelautan dan Perikanan PERMASALAHAN DALAM DIMENSI ATURAN MAIN UPAYA PERBAIKAN ALTERNATIF SOLUSI Monev - Penyelesaian Konflik - Mengawasi penerapan peraturan - Mengawasi efektifitas peran pemimpin atau tokoh masyarakat - Mengawasi mekanisme penyelesaian konflik yang jelas dan adil - mengawasi Pemberian insentif BENTUK PENGUATAN KAPASITAS - Hak Kepemilikan - Mengawasi pemetaan kepemilikan - Mengawasi legalitas kepemilikan - Mengawasi kejelasan kepemilikan - Mengawasi hukuman untuk pelanggar kepemilikan - Mengawasi peradilan atas hak kepemilikan - Mengawasi Pemberian insentif 4 Penyedia Input dan Pemasar Output Saprokan - Pemberian sanksi - Meningkatkan peran penyedia saprokan Menginisiasi pembentukan - Penyelesaian Konflik - Meningkatkan komitemen penyedia saprokan lembaga koperasi nelayan - Hak Kepemilikan yang bergerak dalam penyediaan saprokan dan pemasaran hasil perikanan serta permodalan usaha perikanan. Pemasaran - Pemberian Sanksi - Meningkatkan peran pemasar hasil/bakul - Penyelesaian Konflik - Meningkatkan komitemen pemasar hasil/bakul - Hak Kepemilikan Sumber: Diolah Berdasarkan Data dan Informasi dari Tabel 9.

58 Gambar 17. Peta Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Wonogiri Sumber: Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wonogiri, (2010) Gambar 18. Gambar Papan Perda No. 9 tahun 2003 Sumber: Foto Tim Peneliti (2011)

59 Tabel 21. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah (2011) Tabel 22. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 23. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) % % %

60 Tabel 24. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 25. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 26. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) % % %

61 Tabel 27. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 28. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) % % Gambar 19. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Tahun Sumber: Data Primer Diolah, (2011)

62 Tabel 29. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun 2011 DIMENSI KATEGORISASI DAN SKOR KELEMBAGAAN ATURAN MAIN Pelaku Utama Saprokan Penyuluhan Konservasi Pengawasan Pemasaran Monev 1. Prinsip Batas kkuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Sedang Distribusi Manfaat Kuat Kuat Sangat kuat Sangat kuat Kuat Kuat Lemah Pilihan Kolektif Kuat Kuat Kuat Sangat kuat Sedang Kuat Lemah Kegiatan Kuat Lemah Kuat Kuat Kuat Sedang Sedang Memonitor Pemberian Sanksi Sangat Sangat Kuat lemah lemah Sedang Sedang Lemah Lemah Penyelesaian Konflik Sedang Sedang Lemah Kuat Kuat Sedang Lemah Hak Kepemilikan Sedang Lemah Sedang Lemah Lemah Sedang Lemah Rataan per Kelembagaan Kuat Sedang Sedang Kuat Sedang Sedang Lemah Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)

63 Gambar 20. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Gambar 21. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur,di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

64 Gambar 22. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Gambar 23. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

65 Kelembagaan Pengawasan Hak Kepemilikan Penyelesaian Konflik Pemberian Sanksi Kegiatan Memonitor Pilihan Kolektif Distribusi Manfaat Prinsip Batas Gambar 24. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur,di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Gambar 25. Kondisi Kelembagaan pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

66 Gambar 26. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Tabel 30. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011)

67 Tabel 31. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 32. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 33. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011)

68 Tabel 34. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 35. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 36. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, di Kabupaten Ciamis, Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Total

69 Tabel 37. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR RESPONDEN % Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif Total Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Gambar 27. Proporsi Sebaran Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Tahun 2011.

70 Tabel 38. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun 2011 DIMENSI ATURAN MAIN PELAKU UTAMA SAPROKA N KATEGORISASI DAN SKOR KELEMBAGAAN PENYULUHAN KONSERVA SI PENGAWASA N PEMASARA N MONEV 1. Prinsip Batas Sangat Lemah Kuat Sangat Lemah Kuat Sangat Lemah Lemah Sangat Lemah Distribusi Manfaat Sangat Lemah Kuat Sangat Lemah Kuat Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah 3. Pilihan Kolektif 4.Kegiatan Memonitor Sangat Lemah Kuat Sangat Lemah Sedang Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Sangat Lemah Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Pemberian Sanksi Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Penyelesaian Konflik 7. Hak Kepemilikan Sangat Lemah Sedang Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Kuat Sangat Lemah Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Sangat Lemah Rataan per Kelembagaan Sangat lemah Sedang Sangat lemah Lemah Sangat Lemah Lemah Sangat lemah

71 Kelembagaan Pelaku Utama Hak Kepemilikan Pemberian Sanksi Pilihan Kolektif Prinsip Batas Gambar 28. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Saprokan Hak Kepemilikan Penyelesaian Konflik Pemberian Sanksi Kegiatan Memonitor Pilihan Kolektif Distribusi Manfaat Prinsip Batas Gambar 29. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

72 D.3.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan Penyuluhan Hak Kepemilikan Penyelesaian Konflik Pemberian Sanksi Kegiatan Memonitor Pilihan Kolektif Distribusi Manfaat Prinsip Batas Gambar 30. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Konservasi Hak Kepemilikan Penyelesaian Konflik Pemberian Sanksi Kegiatan Memonitor Pilihan Kolektif Distribusi Manfaat Prinsip Batas Gambar 31. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

73 Pengawasan Hak Kepemilikan Penyelesaian Konflik Pemberian Sanksi Kegiatan Memonitor Pilihan Kolektif Distribusi Manfaat Prinsip Batas Gambar 32. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 Pemasaran Hak Kepemilikan Penyelesaian Konflik Pemberian Sanksi Kegiatan Memonitor Pilihan Kolektif Distribusi Manfaat Prinsip Batas Gambar 33. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011

74 Monev Hak Kepemilikan Penyelesaian Konflik Pemberian Sanksi Kegiatan Memonitor Pilihan Kolektif Distribusi Manfaat Prinsip Batas Gambar 34. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif JATILUHUR MALAHAYU GAJAH MUNGKUR Gambar 35. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011

75 Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif JATILUHUR MALAHAYU GAJAH MUNGKUR Gambar 36. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif JATILUHUR MALAHAYU GAJAH MUNGKUR Gambar 37. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011

76 Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif JATILUHUR MALAHAYU GAJAH MUNGKUR Gambar 38. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Konservasi dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Tidak efektif Kurang efektif Gambar 39. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011 Cukup efektif Efektif Sangat Efektif JATILUHUR MALAHAYU GAJAH MUNGKUR

77 Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif JATILUHUR MALAHAYU GAJAH MUNGKUR Gambar 40. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif JATILUHUR MALAHAYU GAJAH MUNGKUR Gambar 41. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011

78 Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif JATILUHUR MALAHAYU GAJAH MUNGKUR Gambar 42. Komparasi Keseluruhan Kelembagaan Eksisting dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011

79 Skor Efektivitas Kelembagaan Tabel 39. Perubahan Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 SEBELUM PENGUATAN SETELAH PENGUATAN KATEGORI INTERVAL SKOR RESPONDEN % RESPONDE N % PERUBAHA N (%) KETERAN GAN Tidak efektif Tetap Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Menurun Efektif Meningkat Sangat Efektif Meningkat Total Keterangan: Warna kuning menunjukan bahwa setelah dilakukan penguatan kelembagaan, secara keseluruhan efektivitas kelembagaan pelaku utama berubah meningkatkan dari dominasi kategori cukup efektif menjadi efektif Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif 7.80 Tidak Efektif 0.00 Sebelum Penguatan Gambar 43. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Sesudah Penguatan

80 Skor Efektivitas Kelembagaan Tabel 40. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Pengutan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 PENGUATAN PENGUATAN KETER INTERVAL PERUBAH KATEGORI ANGA SKOR RESPONDE % RESPONDE % AN (%) N N N Tidak efektif Tetap Kurang Efektif Tetap Cukup Efektif Tetap Efektif Tetap Sangat Efektif Tetap Total Keterangan: Warna kuning menunjukan bahwa setelah dilakukan penguatan kelembagaan, secara keseluruhan efektivitas kelembagaan sarana produksi perikanan tidak mengalami perubahan kategori (tetap) Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif 7.80 Tidak Efektif 0.00 Sebelum Penguatan Sesudah Penguatan Gambar 44. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan

81 Tabel 41. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 PENGUATAN PENGUATAN INTERVAL PERUBAH KETERANGA KATEGORI SKOR % % AN (%) N RESPONDEN RESPONDEN Tidak efektif Tetap Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Menurun Efektif Meningkat Sangat Efektif Meningkat Total Keterangan: Warna kuning menunjukan bahwa setelah dilakukan penguatan kelembagaan, secara keseluruhan efektivitas kelembagaan pembinaan dan penyuluhan berubah meningkat dari dominasi kategori kurang efektife menjadi efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif 7.80 Tidak Efektif 0.00 Skor Efektivitas KelembagaanSangat Efektif Sebelum Penguatan Sesudah Penguatan Gambar 45. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan

82 Skor Efektivitas Kelembagaan Tabel 42. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 PENGUATAN PENGUATAN INTERVAL PERUBAH KETERA KATEGORI SKOR % % AN (%) NGAN RESPONDEN RESPONDEN Tidak efektif Tetap Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Menurun Efektif Meningkat Sangat Efektif Meningkat Total Keterangan: Warna kuning menunjukan bahwa setelah dilakukan penguatan kelembagaan, secara keseluruhan efektivitas kelembagaan konservasi berubah meningkat dari dominasi kategori cukup efektife menjadi efektif Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif 7.80 Tidak Efektif 0.00 Sebelum Penguatan Sesudah Penguatan Gambar 46. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Konservasi Perikanan dari Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan

83 Skor Efektivitas Kelembagaan Tabel 43. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 SEBELUM SETELAH INTERVAL PENGUATAN PENGUATAN PERUBAH KETERA KATEGORI SKOR AN (%) NGAN % % RESPONDEN RESPONDEN Tidak efektif Tetap Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Menurun Efektif Meningkat Sangat Efektif Meningkat Total Keterangan: Warna kuning menunjukan bahwa setelah dilakukan penguatan kelembagaan, secara keseluruhan efektivitas kelembagaan pengawasan berubah meningkat dari dominasi kategori cukup efektife menjadi efektif Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif 7.80 Tidak Efektif 0.00 Sebelum Penguatan Sesudah Penguatan Gambar 47. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan

84 Skor Efektivitas Kelembagaan Tabel 44. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR PENGUATAN PENGUATAN RESPONDEN % RESPONDEN % PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Tetap Kurang Efektif Tetap Cukup Efektif Tetap Efektif Tetap Sangat Efektif Tetap Total Keterangan: Warna kuning menunjukan bahwa setelah dilakukan penguatan kelembagaan, secara keseluruhan efektivitas kelembagaan pemasaran hasil perikanan tidak mengalami perubahan kategori (tetap) Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif 7.80 Tidak Efektif 0.00 Sebelum Penguatan Sesudah Penguatan Gambar 48. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan Sumber: Data Primer Diolah, 2011

85 Skor Efektivitas Kelembagaan Tabel 45. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR PENGUATAN PENGUATAN RESPONDEN % RESPONDEN % PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Tetap Kurang Efektif Tetap Cukup Efektif Tetap Efektif Tetap Sangat Efektif Tetap Total Keterangan: Warna kuning menunjukan bahwa setelah dilakukan penguatan kelembagaan, secara keseluruhan efektivitas kelembagaan monitoring dan evaluasi tidak mengalami perubahan kategori (tetap) Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif 7.80 Tidak Efektif 0.00 Sebelum Penguatan Sesudah Penguatan Gambar 49. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah di lakukan Penguatan

86 Kelembagaa Tabel 46. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORISASI INTERVAL SKOR PENGUATAN RESPOND % EN PENGUATAN RESPONDEN % PERUB AHAN (%) KETERANGAN Tidak efektif Tetap Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Meningkat Efektif Tetap Sangat Efektif Tetap Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Total Keterangan: Warna kuning menunjukan bahwa setelah dilakukan penguatan kelembagaan, secara rata-rata dari keseluruhan kelembagaan pengelolaan dan pemanfaatan waduk, kategori efektivitas kelembagaan tersebut meningkatkan dari kurang efektif menjadi cukup efektif Monev Pemasaran Pengawasan Konservasi Penyuluhan Saprokan Pelaku Tidak Efektif Kurang Efektif Cukup Efektif Efektif Sangat Efektif Proporsi (%) Gambar 50. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Tahun 2011.

87 Tabel 47. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun 2011

88 Tabel 48. Perubahan Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORI INTERVAL SKOR SEBELUM PENGUATAN % RESPONDEN SETELAH PENGUATAN % RESPONDEN PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Menurun Kurang Efektif Meningkat Cukup Efektif Menurun Efektif Meningkat Sangat Efektif Meningkat Keterangan: Warna hijau menunjukkan setelah dilakukan penguatan kelembagaan, terjadi peningkatan pada kategori kelmbagaan, warna kuning tetap, dan warna merah menunjukkan penurunan sebelum penguatan sesudah penguatan Gambar 51. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan

89 Tabel 49. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Pengutan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORI INTERVAL SKOR SEBELUM PENGUATAN % RESPONDEN SETELAH PENGUATAN % RESPONDEN PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Menurun Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Meningkat Efektif Tetap Sangat Efektif Meningkat Total Keterangan: Warna hijau menunjukkan setelah dilakukan penguatan kelembagaan, terjadi peningkatan pada kategori kelmbagaan, warna kuning tetap, dan warna merah menunjukkan penurunan sebelum penguatan sesudah penguatan Gambar 52. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan

90 Skor efektifitas kelembagaan Tabel 50. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORI INTERVAL SKOR SEBELUM PENGUATAN % RESPONDEN SETELAH PENGUATAN % RESPONDEN PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Menurun Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Meningkat Efektif Meningkat Sangat Efektif Tetap Total Keterangan: Warna hijau menunjukkan setelah dilakukan penguatan kelembagaan, terjadi peningkatan pada kategori kelmbagaan, warna kuning tetap, dan warna merah menunjukkan penurunan sebelum penguatan sesudah penguatan Gambar 53. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan

91 Tabel 51. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORI INTERVAL SKOR SEBELUM PENGUATAN % RESPONDEN SETELAH PENGUATAN % RESPONDEN PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Menurun Kurang Efektif Meningkat Cukup Efektif Meningkat Efektif Meningkat Sangat Efektif Tetap Total Keterangan: Warna hijau menunjukkan setelah dilakukan penguatan kelembagaan, terjadi peningkatan pada kategori kelmbagaan, warna kuning tetap, dan warna merah menunjukkan penurunan sebelum penguatan sesudah penguatan Gambar 54. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Konserv. asi Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan

92 Tabel 52. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORI INTERVAL SKOR SEBELUM PENGUATAN % RESPONDEN SETELAH PENGUATAN % RESPONDEN PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Menurun Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Tetap Efektif Meningkat Sangat Efektif Tetap Total Sumber: Data primer yang diolah, Keterangan: Warna hijau menunjukkan setelah dilakukan penguatan kelembagaan, terjadi peningkatan pada kategori kelmbagaan, warna kuning tetap, dan warna merah menunjukkan penurunan sebelum penguatan sesudah penguatan Gambar 55. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan

93 Tabel 53. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur di, Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORI INTERVAL SKOR SEBELUM PENGUATAN % RESPONDEN SETELAH PENGUATAN % RESPONDEN PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Menurun Kurang Efektif Meningkat Cukup Efektif Menurun Efektif Menurun Sangat Efektif Meningkat Total Keterangan: Warna hijau menunjukkan setelah dilakukan penguatan kelembagaan, terjadi peningkatan pada kategori kelmbagaan, warna kuning tetap, dan warna merah menunjukkan penurunan sebelum penguatan sesudah penguatan Gambar 56. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan

94 Tabel 54. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORI INTERVAL SKOR SEBELUM PENGUATAN RESPONDEN % SETELAH PENGUATAN RESPONDEN % PERUBAH AN (%) KETERANGA Tidak efektif Menurun N Kurang Efektif Meningkat Cukup Efektif Menurun Efektif Menurun Sangat Efektif Meningkat Total Keterangan: Warna hijau menunjukkan setelah dilakukan penguatan kelembagaan, terjadi peningkatan pada kategori kelmbagaan, warna kuning tetap, dan warna merah menunjukkan penurunan sebelum penguatan sesudah penguatan Gambar 57. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan Sumber: DataPrimer Diolah, 2011

95 Skor Efektivitas kelembagaan Tabel 55. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan elapengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 KATEGORI INTERVAL SKOR SEBELUM PENGUATAN % RESPONDEN SETELAH PENGUATAN % RESPONDEN PERUBAH AN (%) KETERANGA N Tidak efektif Menurun Kurang Efektif Menurun Cukup Efektif Meningkat Efektif Meningkat Sangat Efektif Tetap Total Keterangan: Warna hijau menunjukkan setelah dilakukan penguatan kelembagaan, terjadi peningkatan pada kategori kelmbagaan, warna kuning tetap, dan warna merah menunjukkan penurunan sebelum penguatan sesudah penguatan Gambar 58. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk dari Sebelum dan Sesudah dilakukan Penguatan.

96 KELEMBAGAAN Monev Pemasaran Pengawasan Konservasi Penyuluhan Saprokan Pelaku Utama Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif 0% 50% 100% Gambar 59. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta Tahun 2011.

97 Tabel 56. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 DIMENSI ATURAN MAIN KATEGORISASI DAN SKOR KELEMBAGAAN Pelaku Utama Saprokan Penyuluhan Konservasi Pengawasan Pemasaran Monev 1. Prinsip Batas Sedang Sedang Sedang Lemah Sedang Kuat Sangat Lemah Distribusi Manfaat Kuat Kuat Sedang Lemah Kuat Sangat Kuat Sangat Lemah Pilihan Kolektif Sedang Kuat Sedang Lemah Sedang Kuat Sangat Lemah Kegiatan Memonitor Kuat Lemah Lemah Lemah Sedang Lemah Sangat Lemah Pemberian Sanksi Sedang Sangat Lemah Sangat Lemah Lemah Sedang Lemah Sangat Lemah Penyelesaian Konflik Sedang Sangat Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Sangat Lemah Hak Kepemilikan Sedang Lemah Lemah Sangat Lemah Lemah Sedang Sangat Lemah

98 Tabel 57. Komparasi dan Perubahan Efektivitas Keseluruhan Kelembagaan Eksisting Antara Waduk Malahayu dan Waduk Jatiluhur, 2011 Lokasi Waduk Sebelum Penguatan Setelah Penguatan Perubahan (per Kelembagaan) Skor Kategori Skor Kategori Arah % I. Malahayu 1. Pelaku Utama sedang kuat Meningkat Saprokan 6.8 sangat lemah 6.8 sangat lemah Tetap Penyuluhan Sedang Kuat Meningkat Konservasi Sedang Kuat Meningkat Pengawasan Sedang Kuat Meningkat Pemasaran 7.97 Lemah 7.97 Lemah Tetap Monev 12.8 Lemah 12.8 Lemah Tetap 0.00 Rataan lemah (kurang efektif) sedang (cukup efektif) Meningkat II. Jatiluhur 1. Pelaku Utama Sangat Kuat 19.7 Sangat Kuat Tetap Saprokan 15.6 Sangat Kuat 15.6 Lemah Menurun Penyuluhan 6.57 Sedang 9.83 Kuat Meningkat Konservasi 0.00 Lemah Sangat Kuat Meningkat Pengawasan 18.1 Sangat Kuat Sangat Kuat Tetap Pemasaran Sangat Kuat Sangat Kuat Tetap Monev 0.00 Lemah 5.63 Sedang Meningkat 0.00 Rataan Sumber: Data Primer Diolah (2011) lemah Lemah (kurang efektif) tetap (kurang efektif) 39.15

99 Tabel 58. Rata-rata Skor dan Kategori Modal Sosial Nelayan di Periaran Waduk Malahayu, untuk Masing-masing dan Keseluruhan Indikator, 2011 INDIKATOR MODAL SOSIAL INTERVAL SKOR SKOR KATEGORI 1. Partisipasi Sosial Masyarakat di Dalam 5, Sedang Komunitas 2. Tingkat Resiprositas dan Proaktivitas di 6,00-24, Sedang dalam Kegiatan Sosial 3. Perasaan Saling Mempercayai dan Rasa 10,00-40, Sedang Aman 4. Jaringan dan Koneksi Dalam Komunitas 6,00-24, Sedang 5. Jaringan dan Koneksi Antar Teman dan 5,00-20, Tinggi Keluarga 6. Toleransi dan Kebhinekaan 5,00-20, Sedang 7. Nilai Hidup dan Kehidupan 7,00-28, Tinggi 8. Koneksi/ Jaringan kerja di Luar Komunitas 5,00-20, Sedang 9. Partisipasi dan Keanggotaan Kelompok di Luar Komunitas 5,00-20, Sedang Keseluruhan Indikator ModalSosial 49,00-216, Sedang Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 59. Hasil Pengujian Korelasi antara Peubah Bebas Indikator-Indikator Modal Sosial dengan Peubah Terikat Efektivitas Kelambagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu PEUBAHAN BEBAS NILAI KOEFISIEN ASYMP.SIG N. PERSON-X 2 CONTENGEN SI (2-sided) 1. Partisipasi sosial masayarakat di dalam komunitas * 2. Tingkat resiprositas dan proaktivitas di dalam Kegiatan sosial ** 3. Perasaan saling mempercayai dan rasa aman Jaringan dan koneksi di dalam komunitas ns ns 5. Jaringan dan koneksi antar teman dan keluarga *** 6. Toleransi dan kebhinekaan Jaringan/koneksi di luar komunitas ns ns 8. Nilai hidup dan kehidupan , * 9. Partisipasi dan keanggotaan kelompok di luar Komunitas Sumber: Data Primer Diolah, (2011) , ** Keterangan: Hasil Pengujian menggunakan Sofware SPSS 16.0 (2011) *** = sangat nyata; ** = nyata; * = cukup nyata; ns = tidak nyata

100 Tabel 60. Topik dan Hasil Kesepakatan FGD Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes, 2011 No TOPIK HASIL KESEPAKATAN FGD A. KEGIATAN RESTOCKING 1. Jenis ikan untuk restoking Nila Hitam (nila best) 2. Saat/kapan dilakukan restoking Paling lambat akhir bulan april Lokasi/dimana dilakukan restoking (1) Lebak Salam; (2) Kracak; dan (3) Citamiang 4. Siapa yang terlibat restoking - Seluruh pengurus dan angggota kelompok nelayan - Pemda dan DPRD - Muspika Banjarharjo - Empat Kepala Desa sekitar Waduk Malahayu - BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) masingmasing desa - Muspika Kecamatan Cibingbin - Pemda Provinsi Jateng - KKP - BBWS Cimanuk-Cisanggarung B. SARANA PENGAWASAN (PERAHU JAGA) Akan dilakukan study kelayakan (spesifikasi, proses pembuatan dan sebagainya) dengan dikordinasikan oleh DINAS KP KABUPATEN BREBES. Sumber: Data Primer Diolah, (2011) Tabel 61. Topik dan Hasil Kesepakatan FGD Waduk Jatiluhur, di Kabupaten Purwakarta, 2011 No TOPIK HASIL KESEPAKATAN FGD C. KEGIATAN RESTOCKING 1. Jenis ikan untuk restoking Nila Hitam (nila best) 2. Saat/kapan dilakukan restoking Paling lambat akhir bulan april Lokasi/dimana dilakukan restoking 2 lokasi D. KEGIATAN RESTOCKING 4. Siapa yang terlibat restoking - Seluruh pengurus dan angggota kelompok - Pemda dan DPRD - BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan L (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) mas masing desa - KKP Sumber: Data Primer Diolah, (2011) - Perum Jasa Tirta II

101 Skor Efektivitas Kelembagaan Skor Efektivitas Kelembagaan Tinggi Sedang Rendah 6.00 Organisasi usaha Gambar 60. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan Usaha, 2011 Sumber: Data Primer Diolah, Tinggi 7.00 Sedang 5.00 Rendah 3.00 Paham Organisasi Manfaat Organisasi Paham Usaha Manfaat Usaha Gambar 61. Masyarakat Nelayan di Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes Terhadap Aspek Pemahaman dan Aspek Manfaat dari Materi Pengembangan Organsiasi dan Usaha dalam Rangka Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, 2011 Sumber: Data Primer Diolah, 2011

102 Skor Efektivitas Kelembagaan Skor Efektivitas Kelembagaan Tinggi Sedang Rendah 6.00 Gambar 62. Respon Pelaku Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Terhadap Materi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Perbenihan di Sekitar Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes 2011 Sumber: Data Primer Diolah, Tinggi Sedang Rendah 6.00 Organisasi usaha Gambar 63. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan Usaha, 2011 Sumber: Data Primer Diolah, 2011

103 Skor Efektivitas Kelembagaan Skor Efektivitas Kelembagaan 9.00 Tinggi 7.00 Sedang 5.00 Rendah 3.00 Paham Organisasi Manfaat Organisasi Paham Usaha Manfaat Usaha Gambar 64. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Aspek Pemahaman dan Aspek Manfaat dari Materi Pengembangan Organsiasi dan Usaha dalam Rangka Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, 2011 Sumber: Data Primer Diolah, Tinggi Sedang Rendah Gambar 65. Respon Pelaku Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Terhadap Materi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Perbenihan di Sekitar Waduk Malahayu, di Kabupaten Brebes 2011 Sumber: Data Primer Diolah, 2010

104 Skor Efektivitas Kelembagaan Skor Efektivitas Kelembagaan Tinggi Sedang Rendah 6.00 Organisasi Jatiluhur usaha Malahayu Gambar 66. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan Usaha, 2011 Sumber: Data Primer Diolah, Tinggi 7.00 Sedang 5.00 Rendah 3.00 Paham Organisasi Manfaat Organisasi Paham Usaha Jatiluhur Malahayu Manfaat Usaha Gambar 67. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan Usaha, 2011 Sumber: Data Primer Diolah, 2011

105 Skor Efektivitas Kelembagaan 18 Tinggi 14 Sedang 10 Rendah 6 Jatiluhur Malahayu Gambar 68. Respon Masyarakat Nelayan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Terhadap Materi Penguatan Kelembagaan Melalui Pengembangan Organisasi dan usaha, 2011 Sumber: Data Primer Diolah, 2011

106 Tabel 62. Rata-rata Biaya, Penerimaan, Produktivitas dan Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan di Perairan Waduk Malahayu, Jawa Tengah selama Setahun (2011) URAIAN SATUAN VOLUME HARGA PER SATUAN (Rp.) NILAI (Rp.) A. BIAYA TETAP Investasi Perahu M 3 2, Mesin PK 5, Jaring Unit Jala Unit Penyusutan Perahu M 3 2, Mesin PK 5, Jaring Unit Jala Unit B. BIAYA TIDAK TETAP BBM Liter Ransum Paket SIUP Paket Retribusi Paket Pemeliharaan - Perahu Paket Mesin Paket Jaring Paket Jala Paket Tenaga Kerja Jam C. BIAYA TOTAL (C) D. PENERIMAAN (R) Nila Kg Jambal Kg Mas Kg Gabus Kg E. RASIOPENERIMAAN TERHADAP BIAYA (R/C) 1,47 F. PRODUKTIVITAS - Produktivitas Per Trip Penangkapan Ikan Produktivitas Per Jam Curahan Tenaga Kerja G. PENDAPATAN Sumber: Data Primer Diolah, 2011

107 Table 63. Rata-rata Biaya, Penerimaan, Produktivitas dan Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan di Perairan Waduk Jatiluhur, Jawa Barat selama Setahun (2011) URAIAN SATUAN VOLUME HARGA PER SATUAN (Rp.) NILAI (Rp.) A. BIAYA TETAP Investasi Perahu M 3 2, Mesin PK 5, Jaring Unit Jala Unit Penyusutan Perahu M 3 2, Mesin PK 5, Jaring Unit Jala Unit B. BIAYA TIDAK TETAP BBM Liter Ransum Paket SIUP Paket Retribusi Paket Pemeliharaan - Perahu Paket Mesin Paket Jaring Paket Jala Paket Tenaga Kerja Jam C. BIAYA TOTAL (C) D. PENERIMAAN (R) Nila Kg Jambal Kg Mas Kg Oscar Kg 551, E. RASIO PENERIMAAN TERHADAP BIAYA (R/C) 1,82 F. PRODUKTIVITAS - Produktivitas Per Trip Penangkapan Ikan Produktivitas Per Jam Curahan Tenaga Kerja G. PENDAPATAN Sumber: Data Primer Diolah, 2011

108 Gambar 69. Esensi Organisasi Ekonomi Nelayan Sumber: Diadopsi dari Pakpahan (1991)

109 Gambar 70. Rancang Bangun Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Waduk dan Situ dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Sumber: Diadopsi dari Pakpahan (1991)

LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN

LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN TIM PENELITI : Dr. Asnawi Risna Yusuf, M.Si Ir. Zahri

Lebih terperinci

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (Perairan Umum Daratan) Tim Penelitian : Zahri Nasution

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKE HOLDER) WADUK SEMPOR DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN YANG BERKELANJUTAN. Fuquh Rahmat Shaleh*

ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKE HOLDER) WADUK SEMPOR DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN YANG BERKELANJUTAN. Fuquh Rahmat Shaleh* ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKE HOLDER) WADUK SEMPOR DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN YANG BERKELANJUTAN Fuquh Rahmat Shaleh* Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran no. 53A

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan pada bab-bab terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan. Efektivitas strategi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders yang

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa irigasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN DARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/SJ/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG

VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG 126 VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG 8.1 Pembelajaran Dari Sistem Lelang Lebak Lebung Berdasarkan data dan informasi yang didapatkan

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN TEKNIS SPESIFIK LOKALITA

PANDUAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN TEKNIS SPESIFIK LOKALITA PANDUAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN TEKNIS SPESIFIK LOKALITA PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2 0 0 9 1 LATAR BELAKANG Penyuluhan Pertanian merupakan

Lebih terperinci

Seri Data dan Informasi Sosek KP No.04

Seri Data dan Informasi Sosek KP No.04 Seri Data dan Informasi Sosek KP No.04 Penelitian Panel Kelautan Dan Perikanan Nasional (Panelkanas) Dan Analisis Dinamika Nilai Tukar Perikanan Dalam Mendukung Sistem Ketahanan Pangan Untuk Pengentasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PERIODE JANUARI S/D DESEMBER 2016

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PERIODE JANUARI S/D DESEMBER 2016 2016 INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PERIODE JANUARI S/D DESEMBER 2016 PADA BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Pendidikan Formal Responden Tamat SMP 7 Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Total

Pendidikan Formal Responden Tamat SMP 7 Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Total Lampiran 1: Hasil Tabulasi Kuesioner Pendidikan Formal Responden Frequency Tidak Tamat SD & Tamat SD 2 1.6 1.6 1.6 Tamat SMP 7 Tamat SMA 44 36.1 36.1 37.7 Tamat Perguruan Tinggi 76 62.3 62.3 100.0 Lama

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DIBIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN UMUM DARATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa irigasi sebagai salah

Lebih terperinci

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1 Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1 Oleh: Mochamad Wekas Hudoyo, APi, MPS Anggota Komisi Penyuluhan

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Kata Pengantar i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penyusunan buku Menuju Industrialisasi Garam Rakyat dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

3.1.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini rencana kerja yang akan dilakukan meliputi tahap tahap antara lain sebagai berikut.

3.1.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini rencana kerja yang akan dilakukan meliputi tahap tahap antara lain sebagai berikut. BAB 3.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 3.1.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini rencana kerja yang akan dilakukan meliputi tahap tahap antara lain sebagai berikut. 1) Pekerjaan Persiapan Awal (a) (b) (c) (d)

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian. BAB III METODA PENELITIAN 3.. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 20. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Luwu, di 7 (tujuh) kecamatan yaitu

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karimun sebagai daerah yang sangat berpengaruh pada pasang surut dan yang sebagian besar dikelilingi oleh lautan dan penduduk yang masih banyak mendiami pesisir

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang irigasi di Kabupaten Ciamis telah diatur dengan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR RANCANGAN (Disempurnakan) BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa fungsi irigasi memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang merupakan badan atau organisasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 55,2012 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN 2013/11/02 08:31 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PEMANTAPAN SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN Mendiskusikan sistem penyuluhan perikanan yang membumi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PELATIHAN MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa keberadaan sistem

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES 8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES 8.1 Pendahuluan Untuk dapat memahami persoalan dalam pemanfaatan dan pengelolaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

Lebih terperinci

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 TELAAH KETAHANAN PANGAN DAN KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 24 TAHUN 2009 SERI E. 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016

PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016 PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016 MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN) DISAMPAIKAN PADA RAPAT SINKRONISASI KELEMBAGAAN PENYULUHAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kajian pengetahuan/persepsi masyarakat, berisi mengenai pandangan

Lebih terperinci

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Landasan Filosofis Pemanfaatan sumber daya perikanan PULL tanpa memperhatikan proses alam dalam menyediakan sumber daya perikanan tersebut adalah suatu perbuatan yang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI, Mengingat

GUBERNUR BALI, Mengingat GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: ANALISIS KINERJA STAKEHOLDER PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)-MANDIRI KELAUTAN PERIKANAN DI KOTA TERNATE Nahrawai Djalal 1, Ridwan Lasabuda 2 ABSTRACT To see the success of the PNPM-Mandiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa setiap penyelenggara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa Daerah Aliran Sungai merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil SUPLEMEN PEDOMAN E-KKP3K Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

FORM D A. URAIAN KEGIATAN FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang

Lebih terperinci