BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan salah satu negara terkaya di dunia, masih mempunyai jutaan orang yang tergolong miskin. Sementara itu, mereka yang hidupnya tidak miskin, bahkan hidupnya relatif lebih miskin dibandingkan penduduk Amerika Serikat lainnya (lihat Kuncoro, 2004: 141). Kemiskinan selalu menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat di suatu daerah, negara bahkan di dunia, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk bisa menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium Development Goals (MDGs), menyepakati bahwa kemiskinan di suatu negara harus mengalami penurunan hingga setengahnya pada tahun 2015 (Todaro dan Smith, 2006: 29). Pemerintahan era Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I menetapkan strategi penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang kemudian dilanjutkan oleh Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Untuk mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang mengamanatkan pembentukan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di tingkat nasional dan Tim Koordinasi Penanggulangan 1

2 (juta orang) 2 Kemiskinan Daerah (TKPKD) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pembentukan tim ini dalam rangka mewujudkan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden pada RPJMN untuk menurunkan angka kemiskinan hingga 10-8 persen pada akhir tahun Data tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2012 tercatat sebesar 11,66 persen atau hampir 30 juta penduduk miskin secara nasional. Seperti pada Gambar 1.1 di bawah ini ,66 17,75 16,58 15,97 15,42 14,15 13,33 12,49 11,66* 36,2 35,1 39,3 37,17 34,96 32,53 31,02 30,02 29, (persen) Jumlah Penduduk Miskin Tingkat Kemiskinan Sumber : BPS, Data dan Informasi Kinerja Pembangunan , 2013 Keterangan = *Angka Maret 2012 Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan di Indonesia, Berdasarkan data tersebut Pemerintah Pusat harus berupaya maksimal demi terealisasikannya target penurunan tingkat kemiskinan menjadi 10-8 persen di tahun 2014, dan itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mendukung target penurunan angka kemiskinan secara nasional, pemerintah telah meluncurkan strategi penanggulangan kemiskinan, yaitu.

3 3 1. Program pemberian Beras Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). 2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. 3. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). 4. Program-program lainnya yang diluncurkan tahun 2011, yaitu program rumah murah, transportasi umum murah, air bersih untuk rakyat, listrik murah dan hemat, serta peningkatan kehidupan nelayan dan masyarakat pinggir perkotaan. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia kecenderungannya terus menurun, namun hal ini bukanlah satu-satunya tujuan dari strategi penanggulangan kemiskinan, karena walaupun angka kemiskinan terus menurun, namun akan selalu muncul penduduk miskin baru. TNP2K (2011: 15) mengatakan bahwa sasaran program-program penanggulangan kemiskinan diberikan kepada kelompok individu/penduduk yang tergolong miskin dan hampir miskin. Data pada bulan Maret 2009 hingga Maret 2010 menunjukkan bahwa 14,7 juta penduduk keluar dari garis kemiskinan, tetapi 13,2 juta lainnya jatuh kembali ke bawah garis kemiskinan. Hal ini berarti bahwa secara absolut hanya sekitar 1,5 juta penduduk yang keluar dari kemiskinan. Kelompok individu/penduduk yang berada dekat dengan garis kemiskinan atau hampir miskin merupakan kelompok yang rentan terhadap berbagai goncangan (shock) (TNP2K, 2011: 3).

4 4 Potret kemiskinan di Indonesia merupakan aggregat dari kondisi kemiskinan yang ada di daerah. Pulau Jawa merupakan salah satu pulau di Indonesia dengan jumlah penduduk miskin terbesar yaitu 55,29 persen. Diikuti berturut-turut Sumatera dan Kepulauan Riau sebesar 21,63 persen, Sulawesi sebesar 7,20 persen, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6,99 persen, Maluku dan Papua sebesar 5,63 persen serta Kalimantan sebagai pulau dengan jumlah penduduk miskin paling sedikit yaitu sebesar 3,27 persen. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2 di bawah ini. 55,29 6,99 3,27 7,20 5,63 21,63 Pulau Sumatera & Kep.Riau Pulau Jawa Pulau Bali & Nusa Tenggara Pulau Kalimantan Pulau Sulawesi Pulau Papua & Maluku Sumber : BPS, Data dan Informasi Kinerja Pembangunan , 2013 (diolah) Gambar 1.2 Prosentase Jumlah Penduduk Miskin (persen) tahun 2012 Berdasarkan Pulau Pulau Jawa memiliki 16,10 juta jiwa dari 29,13 juta jiwa jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. Kondisi ini sangat mungkin terjadi, karena Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki penduduk terbesar dan merupakan pusat kegiatan perekonomian dan pemerintahan di Indonesia.

5 5 Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Barat terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota, dengan kinerja dan kebijakan pembangunan serta karakteristik daerah dan masyarakatnya yang bervariatif. Secara geografis Provinsi Jawa Barat berbatasan sebelah utara dengan laut jawa dan DKI Jakarta, sebelah timur dengan Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia dan sebelah barat dengan Provinsi Banten. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3 di bawah ini. Gambar 1.3 Peta Provinsi Jawa Barat Seperti halnya dengan kondisi kemiskinan yang ada di Indonesia, Jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat dalam lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 sampai tahun 2012 cenderung menurun. Tahun 2008 jumlah penduduk miskin sebesar 52,50 juta jiwa, menurun menjadi 44,21 juta jiwa pada tahun 2012, atau turun sebesar 8,29 juta jiwa dalam 5 tahun terakhir.

6 (ratus ribu orang) 6 Tingkat kemiskinan juga terus menurun, dari 12,74 persen pada tahun 2008 menjadi 9,89 persen pada tahun 2012, atau turun sebesar 2,85 persen, seperti ditunjukkan pada Gambar ,00 52,00 50,00 12,74 11,58 10,93 10,57 9,89 14,00 12,00 10,00 48,00 46,00 44,00 8,00 6,00 4,00 (persen) 42,00 40,00 52,50 48,53 47,17 46,51 44, ,00 0,00 Jumlah Penduduk Miskin Tingkat Kemiskinan Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (diolah) Gambar 1.4 Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat, Penurunan jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan selama periode , tidak lepas dari prioritas/fokus pembangunan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat tahun , prioritas/fokus pembangunan tersebut meliputi: peningkatan kualitas pendidikan; peningkatan kualitas kesehatan; peningkatan daya beli masyarakat; kemandirian pangan; peningkatan kinerja aparatur; pengembangan infrastruktur wilayah; kemandirian energi dan kecukupan air baku; penanganan bencana dan pengendalian lingkungan hidup; pembangunan perdesaan serta pengembangan

7 7 budaya lokal dan destinasi wisata. Implementasi dari strategi pembangunan yang telah dilakukan dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi periode yang tumbuh mendekati angka 6 persen. PDRB per kapita juga terus meningkat yaitu Rp ,00 pada tahun 2008 menjadi Rp ,00 pada tahun Terkendalinya inflasi ratarata periode sebesar 5,52 persen. IPM yang terus meningkat dengan rata-rata periode sebesar 72,17 persen. Selain karena strategi pembangunan yang telah dilakukan, menurunnya jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat, tidak lepas dari strategi penanggulangan kemiskinan seperti yang tertuang dalam Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode , yaitu: 1. bantuan sosial untuk kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan terbatas yang ditujukan untuk mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; 2. pemberdayaan kemampuan diri untuk berusaha; 3. skema usaha ekonomi mikro dan kecil bagi aktivitas usaha kelompok masyarakat serta peningkatan pelibatan BUMN, BUMD dan dunia usaha dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL); 4. sinkronisasi dan koordinasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan dengan dibentuknya Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi Jawa Barat. Diikuti pula dengan pembentukan TKPK di kabupaten/kota di Jawa Barat;

8 8 5. membangun sistem aplikasi KM 0 Pro Poor, dalam rangka penguatan basis data kemiskinan di Jawa Barat, berdasarkan pendekatan by name by address by picture. Rata-rata penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 0,73 persen per tahun, lebih rendah dari rata-rata penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 0,94 persen pada periode yang sama. Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode tahun telah menargetkan dalam RPJMD bahwa tingkat kemiskinan turun menjadi 5,00-4,10 persen pada tahun Hal ini berarti Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus berupaya menurunkan tingkat kemiskinan berkisar 4,89-5,79 selama periode pemerintahan , dari tingkat kemiskinan 9,89 persen pada tahun Berbagai program penanggulangan kemiskinan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah banyak dilakukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penanggulangan masalah kemiskinan bukan hanya sekedar menurunkan angka kemiskinannya saja, tapi bagaimana mencegah agar penduduk yang tadinya berada di atas garis kemiskinan masuk menjadi golongan penduduk di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa kemiskinan masih menjadi masalah di Provinsi Jawa Barat. Rumusan permasalahan tersebut memunculkan beberapa pertanyaan yang akan diteliti, yaitu: 1. bagaimana ketimpangan kemiskinan antarkabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat?

9 9 2. apakah faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat? 3. bagaimanakah pola spasial tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat? 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan telah banyak dilakukan. Sebagai pembanding, maka akan diuraikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Tabel 1.1 Hasil Penelitian Terdahulu No Studi Oleh Alat Analisis Kesimpulan 1. Mehmood dan Regresi Time Terdapat hubungan jangka pendek Sadiq (2010) Series (Johnson dan jangka panjang antara Cointegration test kemiskinan dan pengeluaran respectively) pemerintah di Pakistan. Pengeluaran atau belanja pemerintah secara positif berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Dalam kasus negara-negara berkembang seperti Pakistan keseimbangan fiskal atau anggaran dicapai melalui pembatasan pengeluaran pembangunan yang berpengaruh negatif terhadap produktivitas dan efisiensi ekonomi. 2. Rusdarti dan Sebayang (2013) Regresi berganda menggunakan Ordinary Least Squares (OLS) Penurunan tingkat pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Secara statistik PDRB dan variabel pengeluaran publik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.

10 10 No Studi Oleh Alat Analisis Kesimpulan 3. Aiyedogbon dan Regresi time Pengangguran, kontribusi sektor Ohwofasa (2012) series pertanian dan jasa terhadap PDB menggunakan riil serta populasi memiliki Ordinary Least pengaruh signifikan dan positif Squares (OLS) terhadap tingkat kemiskinan di Nigeria, dan pengaruh sektor pertanian terhadap kemiskinan tidak signifikan. Sumbangan sektor manufaktur terhadap PDB riil dan tingkat inflasi memperlihatkan hubungan negatif terhadap tingkat kemiskinan di Nigeria dengan hanya sektor manufaktur yang signifikan. 4. Puspitasari (2012) Regresi data Variabel PDRB per kapita, belanja panel dengan publik kebutuhan dasar, belanja motoda cross publik infrastruktur, dan dana section weight PNPM Mandiri berpengaruh dan white negatif signifikan terhadap tingkat heteroskedasticity consistent kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo. covariance. 5. Suliswanto (2010) Regresi data panel 6. Susiati (2012) Regresi data panel PDRB masing-masing provinsi belum terlalu besar dalam mengurangi angka kemiskinan, namun lebih dominan pengurangan angka kemiskinan dari variabel IPM. Variabel Indeks Pembangunan Manusia, belanja publik, dan akses terhadap air bersih berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel PDRB per kapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

11 11 No Studi Oleh Alat Analisis Kesimpulan 7. Jonaidi (2012) Regresi data Terdapat interaksi dua arah antara panel pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dalam penanggulangan kemiskinan, terutama di daerah pedesaan yang banyak kantong-kantong kemiskinan, begitu pula sebaliknya, kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, melalui peningkatan akses modal, kualitas pendidikan (melek huruf dan peningkatan lama pendidikan) dan kesehatan (meningkatkan harapan hidup). Tingkat pengangguran, dan investasi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi dalam negeri dan investasi asing, harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah berpengaruh signifikan pada jumlah penduduk miskin. 8. Astuti (2010) Regresi data panel Pertumbuhan pendapatan per kapita dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif namun tidak signifikan, sedangkan tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan. Penelitian ini mempunyai persamaan pada alat analisis dari beberapa penelitian di atas yaitu analisis regresi data panel. Perbedaannya adalah pada ruang lingkup penelitian, lokasi, serta periode penelitian.

12 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. menganalisis ketimpangan kemiskinan antarkabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat; 2. menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat; 3. menganalisis pola sebaran tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. masukan bagi Pemerintah Provinsi maupun kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dalam menentukan arah dan kebijakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan, dalam upaya untuk memenuhi target penurunan angka kemiskinan yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan; 2. menambah kajian penelitian tentang kemiskinan dan sebagai bahan referensi bagi para peneliti pada masalah sejenis di masa yang akan datang; 3. untuk menambah pengetahuan dan kajian bagi penulis tentang pembangunan perekonomian dan aplikasinya. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi dalam empat bab. Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II, Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, menguraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan

13 13 judul penelitian, landasan teori, hipotesis dan alat analisis. Bab III, Analisis Data, menguraikan tentang cara penelitian, perkembangan variabel penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. Bab IV, Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan, menguraikan hasil penelitian dan implikasi kebijakan yang ditujukan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten/kota untuk menetapkan kebijakan dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan.